Ibuku

Ibuku उबाहा नमे बा शा त चौधरी

Ibuku lahir di Dauraha. Dia tiba di desa suaminya, Karaihiya, Di dalam tandu, dengan cadar menutupi wajahnya. Ibuku menikah saat masih belia Ibuku tidak pernah bersekolah Dia menganyam mouni, semacam keranjang, berbagai macam dan indah 1

Rumah kuning Ibuku terbuat dari lumpur Beratapkan jerami dan selalu bersih Setiap hari Ibu memakai sari katun berwarna putih Ibuku orang biasa Dia menganyam keranjang mouni berjalin-jalin dan indah 2

Di sepanjang sungai, di hutan, Ibu biasanya mengumpulkan daun muja dan barani. 3

Di dalam wajan besar, di atas api Ibu mewarnai daun muja dan barani dengan merah, jambon, dan hijau Ibuku pekerja keras Dia menganyam keranjang berwarna-warni dan meriah 4

Di tikar Ibu duduk, tungkainya terjulur Di tangannya, Ibu memegang sedana Di sebelah kanannya, ada wadah bambu Di sampingnya, ada semangkuk air. 5

Ibuku sangat kreatif Dia menganyam keranjang mouni unik dan berwarna-warni. 6

Duduk dan menganyam, duduk dan menganyam Aku sering mendengar Ibu berdendang lagu kobahar Di manakah terompet tembaganya? Di manakah iring-iringan pengantinnya? Di manakah pengantin pria yang baik hati? Mari bergandengan tangan untuk memberi kesan baik. 7

Terompet tembaga datang dari timur Iring-iringan pengantin dari barat Dari barat datanglah pengantin pria Mari bergandengan tangan dan doakan mereka Di mana terompet tembaganya akan ditaruh? Bagaimana dengan iring-iringan pengantinnya? Di mana pengantin prianya duduk? Mari kita bergandengan tangan untuk merayakannya. Terompet tembaga akan melewati pintu masuk Iring-iringan pengantin akan duduk di dekatnya Pengantin pria akan menunggu di rumah Kobahar Mari kita bergandengan tangan dan menahan 8

haru Suara ibuku merdu Dia menganyam keranjang dengan pola karya sendiri 9

Di kebun sayurnya, ada bayam, terung, dan labu. Di petak kecil tanah di samping rumahnya bunga-bunga bermekaran bergoyang tertiup angin. Semua yang Ibu tanam, dia bagikan seperti kasih sayang. Ibuku ibunda semua orang. Ibuku dicintai semua orang. Dia menganyam keranjang mouni besar dan kecil. 10

Ibuku larut dalam pekerjaannya Dia tahu waktu tidak boleh dibuang percuma Ibuku punya ayam dan bebek Menjual telurnya, Ibu mendapatkan uang. Kepala Ibuku selalu tegak Dia menganyam keranjang mouni untuk membantunya bertahan. 11

Sekali waktu, Ayah memukul Ibu, Gelang kaca di pergelangan tangannya pecah. Ibu tidak pernah memakainya lagi. Jadi, ketika Ayah meninggal, Ibu tidak punya gelang kaca untuk dipecahkan. Ibuku tegar dan kuat Katanya, ”Jangan pernah membiarkan apa yang salah,’ Dia menganyam keranjang mouni Selama hari-hari panjang dan pendek 12

Pesan Ibu lewat keranjang anyaman pun menyebar. Dari desa ke kota. Orang-orang dari segala tempat berkata, ’Untuk pernikahan dan hadiah, belilah keranjang mouni Ibunda.” Aku akan menjadi seperti ibuku. Aku akan tinggal di rumah yang sederhana. Aku akan bekerja keras. Aku akan menghargai waktu. Aku akan hidup sederhana, dan seperti ibuku, Aku akan berbuat baik. 13

Ibuku selalu bersamaku. Dia menganyam keranjang yang paling indah dan meninggalkan warisan berharga. 14

Brought to you by Let’s Read is an initiative of The Asia Foundation’s Books for Asia program that fosters young readers in Asia. booksforasia.org To read more books like this and get further information about this book, visit letsreadasia.org Original Story हमर धु, illustrator: उबाहा नमे बा शा त चौधरी. Released under CC BY-NC 4.0. This work is a modified version of the original story. © The Asia Foundation, 2020. Some rights reserved. Released under CC BY-NC 4.0. For full terms of use and attribution, http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ Contributing translators: Hisni Munafarifana and Dina Begum