Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore E-MODUL NANOPARTIKEL STEMS DISCOVERY NOFRI YANTI

E-MODUL NANOPARTIKEL STEMS DISCOVERY NOFRI YANTI

Published by nofri yanti, 2020-09-30 19:40:55

Description: E-MODUL NANOPARTIKEL STEMS DISCOVERY NOFRI YANTI

Search

Read the Text Version

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “E-modul nanopartikel STEMS model discovery berbasis kontekstual untuk menstimulus pemahaman konsep peserta didik SMA”. Penulis berharap e- modul ini dapat digunakan sebagai sumber belajar bagi peserta didik SMA yang sudah memperoleh materi sistem koloid e-modul ini berperan sebagai suplement bagi siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). E-modul ini telah melalui beberapa tahapan proses yakni : rancangan pembuatan e-modul, pembuatan e-modul, validasi oleh tim ahli, uji coba pada beberapa peserta didik. Penyelesaian e-modul ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Agus Sundaryono, M.Si dan Nurhamidah, M.Si selaku dosen pembimbing utama dan pembimbing pendamping, Dr. Bakhti Karyadi, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik serta semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya pembuatan e-modul ini. Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis berharap, e-modul yang telah disusun ini dapat menjadi sumber belajar yang berkualitas bagi siswa. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan e-modul ini, penulis berharap kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan e- modul kearah yang lebih sempurna. Bengkulu, Agustus 2020 Penulis 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................................... ISI ........................................................................................................... BAB I. PENDAHULUAN..................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1.2 Standar Kompetensi ....................................................................... 1.3 Peta Konsep ..................................................................................... 1.4 Manfaat ............................................................................................ 1.5 Prasyarat.......................................................................................... 1.6 Bahan Pendukung ........................................................................... 1.7 Petunjuk Penggunaan..................................................................... BAB II PEMBELAJARAN PENGAYAAN SISTEM KOLOID ..... 2.1.1 Tujuan ........................................................................................... 2.1.2 Pembuatan Nanopartikel lipid padat ........................................ a. Deskripsi daun ubi jalar orange (Ipomea batatas L) ............... b. Kandungan smetabolit sekunder tanaman ubi jalar................ c. Maserasi sampel........................................................................... d. Isolasi trimiristin.......................................................................... e. Pembutan Nanopartikel .............................................................. f. Penentuan Hewan Uji.................................................................. g. Perhitungan Dosis hewan Uji ..................................................... h. Uji Praklinis pada Hewan Uji..................................................... i. Grafik Kadar gula darah mencit............................................... j. Tabel Persentase Kadar Gula Darah mencit ............................ 2.1.3 Bahan Diskusi peserta didik........................................................ III. PENUTUP Glosarium Daftar Pustaka 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. Menurut WHO (2006), kriteria diagnosis dari DM yaitu apabila kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl atau glukosa darah sewaktu >200 mg/dl. World Health Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030, bahkan Indonesia menempati peringkat keempat di dunia sebagai jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah India, China, dan Amerika (Infodatin, 2011). Dengan adanya permasalahan tersebut diharapkan kita dapat berinovasi melalui pendidikan kimia dan ilmu sains yang kita miliki untuk kepentingan kemaslahatan bersama. Dalam hal ini inovasi dalam bidang farmasi dan penumbuhan karakter individu generasi penerus yang berjiwa social tinggi. Selain sumber daya manusia yang berkualitas, kondisi alam juga hal yang penting dalam mendukung inovasi-inovasi bidang farmasi yang diperuntukkan bagi kemaslahatan bersama. Indonesia adalah salah satu negara tropis yang di dalamnya banyak terdapat berbagai jenis tumbuhan yang banyak mengandung senyawa organik bahan alam yang mempunyai struktur molekul dan beragam aktivitasnya. Penggunaan tumbuh- tumbuhan sebagai obat merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang kita sejak dahulu hingga sekarang. Bahan obat yang digunakan dapat berasal dari daun, batang, akar, bunga dan biji-bijian (Siregar, 2005). Keanekaragaman tumbuhan mampu menghasilkan bahan-bahan kimia baik untuk kebutuhan manusia maupun organisme lain seperti untuk obat-obatan, insektisida, kosmetika dan sebagai bahan sintesis senyawa organik yang lebih bermanfaat (Sukandar et al., 2007). Senyawa kimia yang diproduksi oleh tumbuhan meliputi senyawa metabolit primer dan senyawa metabolit sekunder. Senyawa metabolit primer adalah senyawa yang di 3

sintesis oleh organisme dalam rangka kelangsungan hidupnya melalui proses metabolisme primer. Senyawa tersebut meliputi polisakarida, protein, lemak dan asam nukleat. Metabolit sekunder merupakan senyawa yang disintesis dari metabolit primer dan tidak berperan dalam metabolisme metabolit primer. Metabolit sekunder dibentuk dan disimpan dalam bagian-bagian tumbuhan tersebut, antara lain untuk perlindungan terhadap serangan herbivora, dan sebagai pertahanan tubuh dari organisme pengganggu (Harborne,1987). Tumbuhan pada umumnya mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder seperti terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid dan alkaloid. Senyawa metabolit sekunder tersebut telah banyak digunakan sebagai zat warna, racun, aroma makanan maupun sebagai obat-obatan (Lenny, 2006). Alkaloid, flavonoid, senyawa fenol, steroid, dan terpenoid dikenal sebagai metabolit sekunder yang bersifat antioksidatif (Marliana, 2007), Penggunaan obat herbal dalam beberapa waktu terakhir mulai meningkat di dunia khususnya di berbagai negara seperti Indonesia, China dan India. Penggunaan obat herbal mengalami peningkatan karena memiliki efek farmakologi hampir pada semua penyakit dengan efek samping yang ringan. Permasalahan umum dalam obat herbal yaitu bioavailabilitas, kelarutan, absorbsi zat aktif dan stabilitas yang rendah. Untuk mengatasi permasalahan ini maka dilakukan pengembangan terhadap teknologi yang digunakan untuk formulasi obat herbal. Salah satu contoh yaitu teknologi nano. Teknologi nano adalah suatu teknologi dimana partikel obat dibuat dalam skala nano (10 nm – 1000nm). Penggunaan teknologi nano diharapkan dapat mengatasi masalah dalam obat herbal serta meningkatkan efek terapi dan mengurangi toksisitas. Nanopartikel merupakan suatu partikel berdimensi tiga, yang memiliki ukuran berskala nanometer. Material yang berukuran nano memiliki sifat kimia, fisika dan biologi yang lebih unggul dibandingkan dengan material yang berukuran lebih besar. Nanopartikel diyakini mampu melindungi obat agar tidak mengalami degradasi baik secara kimia maupun enzimatis. Nanopartikel juga terbukti mampu membawa obat (antibiotik, sitostatik, peptida, dan protein) ke target jaringan yang spesifik,serta mampu mengurangi efek samping yang mungkin ditimbulkan dari 4

beberapa zat aktif. Salah satu keuntungannya nanopartikel yang digunakan sebagai sistem penghantaran obat yaitu, ukuran partikel dan sifat permukaannya dapat diatur dengan mudah. Nanopartikel dapat mengontrol pelepasan zat aktif selama perjalanannya menuju lokasi obat tersebut bekerja, sehingga dapat meningkatkan efek terapi obat dan mengurangi efek sampingnya (Rawat et al. 2006). Keuntungan SLN yaitu, memungkinkan pelepasan obat terkendali dan obat yang ditargetkan, bioavailabilitas yang tinggi, meningkatkan stabilitas obat, tidak adanya toksisitas dari pembawa, menghindari penggunaan pelarut organik. Ilmu kimia merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari sifat-sifat, struktur, komposisi, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia erat kaitannya dengan kehidupan manusia sehari- hari. Salah satu peran ilmu kimia dalam kehidupan manusia adalah dalam bidang kesehatan. Salah satu konsep yang diaplikasikan dalam industry obat-obatan yaitu sistem koloid. Salah satu sistem koloid yang akan kita pahami dan pelajari yaitu Nanopartikel lipid padat trimiristin daun ubi jalar (Ipomea batatas L) sebagai penurun kadar gula darah pada mencit (mus musculus). Berdasarkan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran kimia, materi sistem koloid menuntut peserta didik memiliki kompetensi antara lain: mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, menjelaskan kegunaan koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya. Pada keterampilan psikomotoriknya peserta didik dituntut memiliki kemampuan membuat makanan atau produk lain berupa koloid yang menerapkan prinsip koloid. Bila kompetensi dasar tersebut telah memenuhi KKM, peserta didik tersebut diberi pembelajaran pengayaan. Alokasi waktu menjadi salah satu kendala terwujudnya pembelajaran pengayaan pada peserta didik SMA. Penulis mewujudkan hadirnya e-modul pengayaan dengan kompetensi dasar “ membuat system koloid dari tanaman obat (manfaat koloid dalam bidang farmasi)” E-modul ini menyajikan permasalahan kontekstual yang ada di sekitar peserta didik, yaitu pemanfaatan koloid dalam bidang farmasi nanopartikel lipid padat trimiristin daun ubi jalar sebagai penurun kadar gula darah mus musculus. E- modul dirancang dengan pendekatan STEMS model Discovery Learning berbasis 5

kontekstual. Model pembelajaran Discovery Learning merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif yang melibatkan keaktifan peserta didik untuk mencari tahu dan mempelajari materi baru yang akan diajarkan, sehingga peserta didik tidak pasif dalam mencari konsep tetapi aktif dalam menemukan konsep. 1.2 Standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari- hari Kompetensi dasar Membuat sistem koloid dari tanaman obat (manfaat koloid dalam bidang farmasi) Indikator suplemen 1. Peserta didik dapat mengidentifikasi kandungan metabolit sekunder daun ubi jalar orange (Ipomea Batatas L) 2. Peserta didik memberi alternative tanaman sekitar yang memiliki kandungan metabolit sekunder sebagai tanaman obat yang dapat dijadikan nanopartikel lipid padat. 3. Peserta didik dapat merancang percobaan sesuai dengan tanaman obat yang mereka temukan. 4. Peserta didik dapat mengidentifikasi prosedur bagaimana proses maserasi daun ubi jalar 5. Peserta didik dapat mengidentifikasi prosedur bagaimana proses pengambilan lipid pada biji pala 6. Peserta didik dapat mengidentifikasi prosedur bagaimana proses pembuatan nanopartikel lipid padat trimiristin daun ubi jalar 7. Peserta didik dapat menghitung kadar zat dari hasil proses pengeceran sebelum penentuan dosis hewan uji 8. Peserta didik dapat menentukan dosis nanopartikel yang akan diberika ke uji praklinik hewan uji 9. Peserta didik dapat menyebutkan alat-alat yang digunakan pada percobaan 6

nanopartikel lipid padat. 10. Peserta didik dapat menuliskan langkah-langkah yang harus mereka lakukan sejak dini, agar tanaman obat tidak punah, 11. Peserta didik dapat menyampaikan manfaat tanaman obat bagi kesehatan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap keberlangsungan hidup tanaman obat tersebut. 1.3 Manfaat E-modul kimia materi koloid berbasis penelitian nanopartikel lipid padat trimiristin ekstrak daun ubi jalar, ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Meningkatkan kompetensi peserta didik dalam pemahaman konsep 2. Membentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan kesiapsiagaan, serta membentuk karakter peserta didik dalam menyingkapi permasalahan kesehatan dengan manfaat koloid dalam bidang farmasi 1.4 Prasyarat Dalam mempelajari e-modul ini, peserta didik memiliki pengetahuan awal tentang sistem koloid yang telah disampaikan pada pembelajaran sebelumnya dan siswa tersebut telah mencapai nilai diatas KKM (kriteria ketuntasan minimal) yaitu diatas nilai 78 dengan kriteria baik dan sangat baik. 1.5 Bahan pendukung E-modul Sistem Koloid disusun dari studi literatur referensi buku, jurnal- jurnal, dan artikel-artikel ilmiah serta hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai pembuatan nanopartikel lipid padat trimiristin daun ubi jalar sebagai penurun kadar gula darah 1.6 Petunjuk penggunaan Petunjuk Bagi Peserta didik  Pahami informasi yang terdapat di dalam e-modul, untuk membantu peserta didik mendapatkan materi pembelajaran 7

 Kerjakan bahan diskusi yang terdapat dalam e-modul, yang dapat mengiring peserta didik untuk pemahaman konsep  Diskusikan setiap permasalahan bersama kelompokmu (masyarakat belajar).  LKPD diisi secara mandiri berdasarkan pemahaman sendiri, kemudian ide yang muncul diskusikan dalam kelompokmu!  Mencatat informasi terkait materi yang dianggap sulit untuk dipahami sebagai bahan diskusi dengan guru Petunjuk Bagi Guru  Guru yang akan memberikan pembelajaran mengenai e-modul ini hendaknya telah menguasai materi dengan baik.  Guru telah mempersiapkan penguasaan materi dan penerapannya dalam model discovery learning dengan pendekatan STEMS, alat bantu media pembelajaran, e-modul dan bahan diskusi siswa yang akan mendukung keberhasilan proses pembelajaran hingga mencapai kompetensi yang telah dirumuskan. 8

Sistem “nano Nanopar e Kandungan Prosedur Iisolasi tanaman maserasi trimiristin biji (Ipomea batatas pala L) Gambar 1. Peta Konsep Nanoparti

PETA KONSEP koloid dari tanaman obat opartikel lipid padat” rtikel Lipid Padat Trimiristin- ekstrak daun ubi jalar Pembuatan Dosis Uji Praklinik pada nanopartikel nanopartikel hewan uji pada hewan uji ikel Lipid Padat trimiristin daun ubi jalar 9

BAB II SISTEM KOLOID” NANOPARTIKEL LIPID PADAT” 2.1. TUJUAN : 1. Peserta didik dapat mengidentifikasi kandungan metabolit sekunder daun ubi jalar orange (Ipomea Batatas L) 2. Peserta didik memberi alternative tanaman sekitar yang memiliki kandungan metabolit sekunder sebagai tanaman obat yang dapat dijadikan nanopartikel lipid padat. 3. Peserta didik dapat merancang percobaan sesuai dengan tanaman obat yang mereka temukan. 4. Peserta didik dapat mengidentifikasi prosedur bagaimana proses maserasi daun ubi jalar 5. Peserta didik dapat mengidentifikasi prosedur bagaimana proses pengambilan lipid pada biji pala 6. Peserta didik dapat mengidentifikasi prosedur bagaimana proses pembuatan nanopartikel lipid padat trimiristin daun ubi jalar 7. Peserta didik dapat menghitung kadar zat dari hasil proses pengeceran sebelum penentuan dosis hewan uji 8. Peserta didik dapat menentukan dosis nanopartikel yang akan diberika ke uji praklinik hewan uji 9. Peserta didik dapat menyebutkan alat-alat yang digunakan pada percobaan nanopartikel lipid padat. 10. Peserta didik dapat menuliskan langkah-langkah yang harus mereka lakukan sejak dini, agar tanaman obat tidak punah, 11. Peserta didik dapat menyampaikan manfaat tanaman obat bagi kesehatan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap keberlangsungan hidup tanaman obat tersebut. 10

sumber: infodatin kementrian kesehatan RI 2.2. Pembuatan nanopartikel lipid padat trimiristin daun ubi jalar (Ipomea Batatas L) Tahu kah anda ? Obat merupakan salah satu manfaat koloid dalam bidang farmasi. Maka, berbagai produk farmasi dapat dijelaskan berdasarkan konsep koloid Gambar1. Manfaat koloid dalam bidang farmasi Beberapa tahun terakhir ini, penerapan nanoteknologi di segala bidang 11

berkembang sangat pesat. Nanoteknologi merupakan bidang yang sangat multidisiplin, mulai dari fisika terapan, ilmu material, sains, koloid, fisika alat, kimia supramolekul, mesin pengganda-diri dan robotika, teknik kimia, teknik mesin, rekayasa biologi, dan teknik elektro. Reaktivitas nanomaterial lebih tinggi karena luas permukaannya lebih luas dibanding material dalam ukuran besar (Abe, 2008). Dalam bidang kesehatan, partikel nano berperan sebagai sistem penghantaran obat antara lain, mengontrol ukuran partikel, sifat permukaan dan pelepasan zat aktif secara farmakologi untuk mencapai sisi aksi spesifik obat. Pada e-modul pengayaan ini, akan dijelaskan proses pembuatan nanopartikel lipid padat trimiristin daun ubi jalar (Ipomea batatas L) sebagai penurun kadar gula darah. Nanopartikel lipid padat adalah pembawa koloidal berbahan dasar lipid dengan ukuran 20-1000 nanometer yang terdispersi dalam air atau larutan surfaktan dalam air, berisi inti hidrofob padat disalut oleh fosfolipid lapis tunggal. Inti padat ini berisi senyawa obat yang didispersikan dalam matriks lemak padat yang mudah mencair (Rawat et al., 2006) Untuk dapat memahami proses pembuatan, mari kita bahas dengan penuh semangat! a. Deskripsi daun ubi jalar orange (Ipomea batatas L) Ubi jalar orange (Ipomea batatas L) Sepengetahuan anda, coba tuliskan deskripsi dari tanaman ubi jalar orange! ……………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………. 12

Agar tidak bingung mari kita simak deskripsi dari ubi jalar orange (Ipomea batatas L! Ubi jalar (Ipomoea batatas L) mempunyai banyak nama atau sebutan, antara lain ketela rambat, huwi boled (Sunda), ketela rambat (jawa), sweet potato (Inggris), dan shoyu (Jepang) (Rukmana, 1997). Taksonomi dalam budi daya dan usaha pertanian, ubi jalar tergolong tanaman palawija. Adapun kedudukan tanaman ubi jalar dalam tatanama (sistematika) sebagaimana dinyatakan Rukmana (1997): Kingdom: Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji ) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua) Ordo : Convolvulales Famili : Convolvulaceae Genus : Ipomoea Spesies : Ipomoea batatas (L.). Tanaman ubi jalar diduga berasal dari Amerika Tengah beriklim tropis, tetapi ada yang mengatakan dari Polinesia. Penyebaran tanaman banyak dilakukan oleh bangsa Portugis dan Spanyol pada abad ke 16 antara lain ke Filipina, Indonesia, India, Jepang, Malaysia (Sastrapadja, dkk., 1977). Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim yang memiliki susunan tubuh utama terdiri dari batang, umbi, daun, bunga, buah, dan biji. Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, berbuku-buku, dan tipe pertumbuhannya tegak atau merambat (menjalar). Panjang batang tanaman bertipe tegak antara 1m - 2m, sedangkan pada tipe merambat (menjalar) antara 2m - 3 m. Ukuran batang dibedakan atas tiga macam, yaitu besar, sedang, dan kecil. Warna batang biasanya hijau tua sampai keungu-unguan (Rukmana, 1997). Pada bagian batang yang berbuku-buku tumbuh daun bertangkai agak panjang secara tunggal. Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau berlekuk dangkal sampai berlekuk dalam, sedangkan bagian ujung daun meruncing. Helaian daun berukuran lebar, menyatu mirip bentuk jantung, namun ada pula yang bersifat menjari. Daun biasanya berwarna hijau tua atau kekuningkuningan. Dari ketiak daun akan tumbuh karangan bunga. Bunga ubi jalar berbentuk terompet, tersusun dari lima helai daun mahkota, lima helai daun bunga, dan satu tangkai putik. Mahkota bunga berwarna putih atau putih keunguunguan. Bunga ubi jalar mekar pada pagi hari mulai pukul 04.00-11.00. 13

Gambar 2.1 Daun ubi jalar b. Kandungan metabolit sekunder tanaman ubi jalar orange (Ipomea batatas L) Pernahkah kalian melihat tanaman ubi jalar orange? …………………………………………………………………………………………………………………………… Jika pernah, kandungan apa yang menurut anda terdapat pada tanaman ini! …………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………….. Untuk dapat mengetahui kandungan dari daun ubi jalar orange (Ipomea batatas L, mari kita simak penjelasan berikut! Tanaman palawija, ubi jalar yang dapat hidup diberbagai jenis tanah ini memiliki manfaat yang besar, daun ubi jalar secara kualitatif mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid, phenol, antrakuinon, phlobatanin, glikosida, dan terpenoid (Ijaola TO, et al. 2014). Daun ubi jalar mengandung banyak senyawa polifenol yang memiliki aktivitas seperti antioksidan, antikanker, antidiabetes, dan antimikroba (Islam S. 2014). Golongan senyawa yang berpotensi menurunkan kadar glukosa darah adalah flavonoid (Li FLQ, et al. 2009) dan tanin (Asriyanti V et al, 2014). Flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus. Fungsi kebanyakan flavonoid dalam tubuh manusia adalah sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C 14

(meningkatkan efektivitas vitamin C), antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik (Subroto dan Saputro :2006). Tanin merupakan astringen, polifenol tanaman rasa pahit yang dapat mengikat dan mengendapkan protein. Umumnya tanin digunakan untuk penyamarkan kulit, namun tanin juga banyak digunakan dalam pengobatan diare, hemostatik (menghentikan perdarahan) dan wasir. Menurut penelitian Ijaola TO, 2014 pemberian kadar ektrak etanol 70% daun Ipomoea batatas L dosis 300 mg/kg/hari memberikan efek yang baik dalam penurunan kadar gula darah pada tikus. Olowu (2011) juga menyatakan ekstrak air ubi jalar dari daun-batang mampu menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan galur wistar hiperglikemik yang diinduksi dengan streptozotocin . DISKUSIKAN DENGAN TEMANMU Tuliskan hasil identifikasi anda: 1. Kandungan daun ubi jalar 2. Kandungan ubi jalar yang dapat menurunkan kadar gula darah Bagaimana cara mengambil kandungan yang ada pada daun ubi jalar? Untuk dapat mengambil kandungan yang dimiliki oleh suatu tanaman, salah satunya caranya dapat dilakukan dengan maserasi. Maserasi ? Mari kita simak penjelasan tentang maserasi pada tanaman! 15

c. Maserasi sampel Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like), penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Maka dapat disimpulkan bahwa maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Hasil perendaman kemudian dilanjutkan dengan penyaringan dengan kertas saring. Penyaringan atau filtrasi adalah proses penyaringan lewat saringan dengan bantuan gaya tarik bumi (gravitasi), tekanan atau keadaan vakum dengan pengaliran cairan melalui media berpori (Sue Hinchliff, 1999). Pada proses penyaringan, digunakan kertas saring. Fungsi dari kertas saring yaitu untuk menyaring endapan yang ukuran lebih besar dari pori pori kertas saring (Hadyana Pudjaatmaka. A, 2002). Endapan yang terdapat pada larutan tersangkut pada pori kertas saring yang disebut residu sedangkan larutan yang keluar dapat menembus kertas saring disebut filtrate. Filtrat dari penyaringan kemudian di masukkan ke dalam rotary evaporator. Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu: (1) evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami dan (2) evaporasi yang dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas (steam) dalam suatu peralatan. Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan) dengan penambahan panas atau dapat juga didefinisikan sebagai evaporasi adalah peristiwa menguapnya pelarut dari campuran yang terdiri atas zat terlarut yang tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. 16

Tujuan dari evaporasi adalah memekatkan konsentrasi larutan sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Hasil dari rotary evaporator adalah larutan ekstrak kental (crude ekstrak) yang akan digunakan untuk pembuatan lemak padat nanopartikel (SLN). Seperti apa proses maserasi pada tanaman ubi jalar (Ipomea batatas L)? Untuk dapat lebih memahami seperti apa proses maserasi pada daun ubi jalar, mari simak video proses maserasi daun ubi jalar orange (Ipomea batatas L) berikut : MASERASI DAUN UBI JALAR.3gpp Setelah mendengarkan video proses maserasi diatas DISKUSIKAN DENGAN TEMAN MU 1. Bagaimana prinsip kerja rotari evaporator pada maserasi tanaman! 2. Tuliskan prosedur kerja maserasi tanaman ubi jalar Setelah mendapatkan ekstrak kental dari daun ubi jalar, bahan apa lagi yang dibutuhkan dalam pembuatan Nanopartikel lipid padat? Tuliskan pendapat mu pada kolom berikut! …………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………… ……… 17

Nanopartikel lipid padat membutuhkan lipid (lemak) sebagai salah satu campuran pembuatannya. Lipid apa saja yang dapat digunakan? Berikut penjelasan lipid yang dapat digunakan sebagai salah satu campuran dari nanopartikel lipid padat Berikut jenis Lipid yang digunakan dalam pembuatan SLN (Patel 2012) Trigliserida Trimiristin Trilaurin Trikarpn Tripalmitin Tristearin Dynasan Compritol 888 ATO Asilgliserida Glisetil monostearat Asam Lemak Gliseril behenate Gliseril palmitostearat Asam stearat Asam Palmitat Asam Dekanoat Asam Behenat Malam Carnauba wax Lilin Lebah Cetil alkohol Cetil palmitat Dari salah satu lipid diatas, kita menggunakan trimiristin sebagai lipid pembuatan nanopartikel lipid padat. Dapatkah anda menuliskan : Pada tanaman apa lipid itu ditemukan? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… Bagaimana cara memperolehnya? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 18

Untuk mengetahui tanaman penghasil trimiristin dan proses perolehannya mari kita simak penjelasan berikut! d. Isolasi trimiristin Biji buah pala merupakan biji dari tumbuh-tumbuhan yang kaya akan trigliserida yaitu asam lemak ester gliserol. Biji buah pala mengandung trigliserida terutama ester gliserol yaitu asam lemak tunggal dan asam myristic, yang disebut trimiristin. Trimiristin yang terkandung dalam biji buah pala kering kira-kira 25%- 30% beratnya (Winarno, 1991). Menurut Albert Y. Leung, komposisi kimia dari biji pala adalah: 1. Minyak Atsiri 2-16% (rata-rata 10%) 2. Fixed Oil atau minyak kental 25%-30% terdiri dari beberapa jenis asam organik, misalnya asam palmetic, asam stearat dan miristat 3. Karbohidrat kurang lebih 30%, protein 60%. 4. Minyak pala mengandung 88% monolepen hidrokarbon. 5. Miristat kurang lebih 4%-8% dan lain-lain termasuk alkohol, misalnya eugenol, metyleugenol, biji pala juga mengandung zat-zat antioksidan. (Gibson, 1956). Adapun sifat-sifat dari biji pala adalah : 1. Mengandung unsur-unsur psikotropik. 2. Mengakibatkan muntah-muntah, kepala pusing, rongga mulut kesing, meningkatkan rasa muntah dan diakhiri dengan kematian. 3. Memiliki daya bunuh terhadap larva serangga. 4. Tidak menimbulkan alergi jika dioleskan pada kulit manusia. (Hilman, 1964). Trimiristin merupakan salah satu senyawa bahan alam golongan lemak yang ditemukan pada biji buah pala (Myristica fragrans). Trimistin yang terkandung dalam biji pala merupakan lemak yang juga dapat ditemukan di beberapa jenis sayuran yang kaya akan minyak dan lemak terutama pada biji-bijian. Trimiristin 19

merupakan bentuk kental dan tidak berwarna serta tidak larut dalam air. Trimiristin terkandung sekitar 25% dari berat kering biji buah pala (Wilcox, 1995). Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi (Djamal:1990) Prinsip sokletasi ini adalah, penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. Sokletasi digunakan dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan. Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi: 1. Pelarut yang mudah menguap, contoh : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alcohol 2. Titik didih pelarut rendah. 3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan. 4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi. 5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan. 6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar. 20

ISOLASI TRIMIRISTIN BIJI PALA TERBARU.3gpp Setelah mendengarkan video isolasi trimiristin biji pala DISKUSIKAN DENGAN TEMAN MU ! 1. Bagaimana prinsip kerja dari soxletasi ! 2. Tuliskan prosedur kerja isolasi trimiristin biji pala menggunakan soxletasi ! e. Pembuatan Nanopartikel lipid Padat Nanopartikel lipid padat merupakan KOLOID. Untuk mengetahui jenis koloid dari nanopartikel lipid padat/SLN mari kita baca dan pahami penjelasan berikut! Nanopartikel merupakan suatu tekhnik penyalutan bahan yang ukurannya sangat kecil, dengan diameter rata-rata 1-1000nm (Singh&Deep 2011). Nanopartikel didefinisikan sebagai sutu padatan pengantar obat yang berukuran submicron (nano), dapat bersifat biodegradable (Reis, et a. 2006). Adapun tahapan- tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a) Fase lipid terdiri dari 10 gram trimiristin dan 1 gram ekstrak daun ubi jalat (Ipomea batatas L) dipanaskan pada suhu 55 oC sambal diaduk b) Fase berait terdiri dari 10 gram tween80, 10 gram maltodekstrin, dan 69 ml aquades dipanaskan pada suhu 55 oC hingga larut 21

c) Kedua fase dihomogenisasi pada kecepatan 20.000 rpm selama 15 menit sehingga terbentuk dispersi SLN yang homogen d) Hasil disperse (setelah dihomogenisasi) diultrasonikasi selama 30 menit e) Dikeringkan menggunakan alat freze dryer dengan suhu masuk 180 oC dan suhu keluar 90 oC. f) Hasil SLN dikarakterisasi dengan Particle Size Analyzer (PSA) untuk melihat ukuran nanopartikel (nm) g) SLN disimpan pada wadah tertutup dan terlindungi dari cahaya (suhu ruang) Nanopartikel lipid padat trimiristin daun ubi jalar orange yang dihasilkan, kemudian dikarakterisasi menggunakan PSA (particle size analyzer) sehingga di dapat ukuran sebesar 0,054 µm seperti terlihat pada table berikut : 22

Kelebihan Solid Lipid Nanopartikel sebagai sistem penghantaran obat adalah sebagai berikut (Mukherjee,et.al 2006): 1. Mengontrol pelepasan obat. 2. Meningkatkan stabilitas farmastik. 3. Teknologi berbasis air 4. Mudah untuk disterilisasi 5. Lebih terjangkau dibanding polimer nanopartikel 6. Dapat membawa obat yang bersifat hidrofilik dan lipofil Ultrasonics adalah alat yang terkenal dan andal untuk preparasi sampel di laboratorium. Aplikasi ini biasa meliputi homogenisasi, emulsi, dispersi, extraction/ekstraksi, degassing, dan reaksi perawatan. Pelarutan ultrasonik adalah cara cepat dan dapat diandalkan untuk mempersiapkan sampel dari semua ukuran. Freeze Driyer merupakan suatu alat pengeringan yang termasuk kedalam Conduction Dryer/ Indirect Dryer karena proses perpindahan terjadi secara tidak langsung yaitu antara bahan yang akan dikeringkan (bahan basah) dan media pemanas terdapat dinding pembatas sehingga air dalam bahan basah / lembab yang menguap tidak terbawa bersama media pemanas. Hal ini menunjukkan bahwa perpindahan panas terjadi secara hantaran (konduksi), sehingga disebut juga Conduction Dryer/ Indirect Dryer. Pengeringan beku (freeze drying) adalah salah satu metode pengeringan yang mempunyai keunggulan dalam mempertahankan mutu hasil pengeringan, khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap panas. PSA dapat menganalisis suatu sampel yang bertujuan menentukan ukuran partikel dan distribusinya dari sampel representative. Distribusi ukuran partikel dapat diketahui melalui gambar yang dihasilkan. Ukuran tersebut dinyatakan dalam jari- jari untuk partikel yang berbentuk bola. Penentuan ukuran dan distribusi partikel menggunakan PSA dapat dilakukan dengan: a. Difraksi sinar laser untuk partikel dari ukuran submicron sampai dengan millimeter. b. Coulter principle untuk mengkur dan menghitung partikel yang berukuran micron sampai dengan millimeter, dan 23

c. Penghamburan sinar untuk mengukur partikel yang berukuran micron sampai dengan nanometer (Eztler,2004). Proses pembuatan nanopartikel silahkan simak dan pahami! NANNOPARTIKEL LIPID PADAT ATAU SLN.3gpp Setelah mendengarkan video pembuatan nanopartikel lipid padat trimiristin daun ubi jalar/SLN DISKUSIKAN DENGAN TEMAN MU ! Sebutkan alat yang digunakan dalam pembuatan nanopartikel lipid padat trimiristin daun ubi jalar orange serta kegunaan alat tersebut Untuk mengetahui peningkatan stabilitas farmatik pada nanopartikel lipid padat trimiristi daun ubi jalar yang sudah dihasilkan terhadap penurunan kadar gula darah, akan di uji secara praklinis ke hewan uji. Tentu sebelum uji dilakukan kita harus menghitung terlebih dahulu dosis penggunaan obat untuk hewan uji. Agar dapat dengan mudah membedakan kemampuan stabilitas pengantaran obat yang digunakan, maka disusun dosis-dosis lain sebagai pembanding hasil yang didapat nantinya. Mari kita pahami penentuan dosis obat untuk hewan uji f. Penentuan hewan uji Sebelum dosis ditentukan, kita kita harus mnentukan hewan uji yang akan digunakan pada penelitian. Dalam penelitian ini hewan uji yang dihgunakan yaitu mencit (mus musculus) Tahukah anda mengapa hewan uji yang digunakan adalah mencit (Mus musculus)? …………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………. 24

Mari kita ikuti pengujian nanopartikel lipid padat trimiristin daun ubi jalar sebagai penurun kadar gula darah! Tujuan dari uji aktivitas pada hewan coba dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran khasiat obat secara ilmiah berdasarkan metode ilmiah. Uji aktivitas (khasiat) adalah suatu uji untuk menentukan kebenaran khasiat suatu bahan uji yang dibuktikan secara ilmiah pada hewan coba atau pada bahan biologi tertentu dengan metodologi dan parameter yang akan di uji ditentukan berdasarkan tujuan penggunaan bahan uji yang akan dipakai di klinik. Uji karena ukuranya yang kecil, masa hidupnya relatif pendek, mudah didapat, dan ketersediaan data dari penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini mencit dipilih sebagai hewan coba. Alasan memilih mencit dikarenakan mencit mempunyai karakteristik antara lain dalam laboratorium mencit mudah ditangani, ia bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi, dan lebih aktif pada malam hari. Kehadiran manusia akan menghambat mencit. Suhu tubuh normal: 37,4°C. Laju respirasi normal 163 tiap menit (Anonim, 2006). Alasan lain memilih mencit sebagai hewan coba dikarenakan ukurannya kecil (berat badan kurang dari 1kg), mudah dipegang dan dikendalikan, pemberian materi (ekstraksi mudah dilakukan dengan berbagai rute, mudah dikembangbiakkan dan mudah dipelihara dilaboratorium, lama hidup relatif singkat, dan fisiologi diperkirakan sesuai atau identik dengan manusia (Kusumawati, 2004: 67). g. Perhitungan dosis pada hewan uji. Dosis merupakan kadar dari sesuatu (kimiawi, fisik, biologis) yang dapat mempengaruhi suatu organisme secara biologis; makin besar kadarnya, makin besar pula dosisnya. Tujuan perhitungan dosis yaitu untuk menentukan keamanan dosis yang diberikan dan untuk menentukan apakah dosis yang diberikan sudah tepat. Langkah awal yang harus kita rancang, yaitu : a. Bagaimana mengkondisikan agar gula darah hewan uji (mencit) naik atau mencit mengalami diabetes dengan memberi bahan yang dapat menaikkan kadar gula darah. Dalam peneitian ini digunakan aloksan. b. Obat apa yang biasa digunakan dipasaran sebagai obat diabetes yang akan kita 25

gunakan sebagai control positif. Dalam penelitian ini digunakan glibenklamid c. Bahan apa yang didalam kimia, bila dikonsumsi mencit tidak mengganggu kadar gula darahnya untuk digunakan sebagai control negative. Dalam penelitian ini digunakan aquades. d. Membuat dosis masing-masing bahan penyusun pembuatan nanopartikel lipid padat, yang nantinya bertujuan agar dapat mengidentifikasi bahan nanopartikel mana saja yang memberi efek terbesar pada penurunan kadar gula darah mencit. Dalam penelitian ini dilakukan uji pada ekstrak daun ubi jalar, trimiristin, dan nanopartikel itu sendiri. Ada 3 macam dosis yang berbeda pada nanopartikel lipid padat trimiristin daun ubi jalar. Tujuan pembuatan dosis yang berbeda itu adalah untuk mengetahui dosis efektif yang digunakan. Mari kita hitung dosis yang akan kita berikan ke mencit untuk mengetahui nanopartikel lipid padat trimiristin ubi jalar sebagai penurun kadar gula darah! 1. Perhitungan Dosis Aloksan Menurut Rawat:2006 , dosis aloksan pada tikus jantan adalah 150 mg/KgBB. Dosis untuk tikus 200 gram 200 x 150 mg = 30 mg/tikus 200 gram 1000 Konversi dosis 200 gram tikus ke mencit 20 gram = 0,14 Dosis aloksan untuk mencit 30 mg x 0,14 = 4,2 mg/mencit 20 gram Jika berat mencit 40 gram, maka aloksan yang dibutuhkan= 2 x 4,2 mg = 8,4mg Penentuan jumlah aquades untuk melarutkan aloksan kita perlu memperhitungkan: 1. Jumlah hewan uji setiap perlakuan. Pada penelitian ini hewan uji yang disediakan adalah 5 ekor setiap perlakuan, maka dapat dikatakan bahwa dosis tersebut dilakukan dalam 5 kali pengulangan. 2. Lama waktu pemberian aloksan. Pada penelitian ini diperkirakan 7 hari 26

Setelah mengetahui dua hal diatas kita lanjutkan dengan menghitung jumlah aloksan yang dibutuhkan (������ ������������������������������������������) ������ ������������������������������������������ = aloksan untuk 1 ekor x ������ mencit dalam perlakuan x ������ hari perlakuan Untuk 5 kali pengulangan dan 7 hari perlakuan maka dibutuhkan aloksan sebanyak 8,4 x 5 x 7 = 294 mg untuk 1 perlakuan. Jumlah perlakuan seluruhnya 7 (dihuting hanya 6 karena control negatif P0 tidak diinduksi aloksan), maka : 294 mg x 6 = 1.764 mg Aloksan sebanyak 1.764 mg dilarutkan dalam aquades hingga 50 ml. Jika aloksan sebanyak 1.764 mg dilarutkan dalam aquades 50 ml,Tahukah anda? 1 ml aloksan mengandung berapa mg aloksan? Tuliskan jawaban mu: ………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………….. Untuk mengecek jawaban mu mri kita simak penjelasan berikut! Dalam 1 ml larutan aloksan mengandung 1764 ������������ = 35,28 mg/ml aloksan. 50 ������������ Dosis pemberian aloksan adalah Dosis = 8,4 ������������ = 0,23 ml untuk mencit dengan berat badan 40 gram. 35,28 ������������/������������ Agar lebih mudah dalam proses injeksi aloksan, ada baiknya kita membuat table berat badan dengan dosis injeksi aloksan seperti berikut : Tabel 1. Dosis aloksan yang akan di injeksi ke mencit Berat Gevage (ml) Berat Gevage (ml) Berat Gevage (ml) mencit mencit (g) mencit (g) (g) 0,155 0,115 27 0,161 34 0,196 20 0,121 28 0,167 35 0,201 21 0,127 29 0,173 36 0,207 22 0,132 30 0,178 37 0,213 23 0,138 31 38 0,219 24 27

25 0,144 32 0,184 39 0,224 26 0,15 33 0,19 40 0,23 Untuk mendapatkan perlakuan yang sama, control negative (P0) juga di injeksi dengan aquades. Perhitungan dosis aquadesnya disamakan dengan dosis injeksi aloksan Tabel 2. Dosis aquades yang akan di injeksi ke mencit Berat Gevage (ml) Berat Gevage (ml) Berat Gevage (ml) mencit mencit (g) mencit (g) (g) 0,155 0,115 27 0,161 34 0,196 20 0,121 28 0,167 35 0,201 21 0,127 29 0,173 36 0,207 22 0,132 30 0,178 37 0,213 23 0,138 31 0,184 38 0,219 24 0,144 32 0,19 39 0,224 25 0,15 33 40 0,23 26 2. Perhitungan Dosis Glibenklamid Dosis Glibenklamid pada manusia adalah 5 mg/KgBB. Dosis glibenklamid untuk manusia = 5 mg Konversi dari manusia ke mencit 20 g = 0,0026 Untuk mencit 20 g = 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg Untuk dosis 1 kg BB mencit = 1000/20 x 0,013 mg = 0,65 mg/kgBB mencit Volume lambung mencit = 0,5 ml Dosis glibenklamid untuk mencit 40 g = ( 40 g/ 20 g) x 0,013 = 0,026 mg/ 0,5 ml 500 mg sodium CMC ditaburkan dalam lumping yang berisi aquades panas 10ml, didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh masa transparan, lalu digerus hingga membentuk gel. Sebanyak 20 mg glibenklamid. Sebanyak 20 mg glibenklamid digerus dan ditambahkan larutan sodium sedikit hingga sedikit, sambal diencerkan dengan aquades. Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml ditambah air sampai batas. (Lumban 2008). Dalam 1 ml, suspense glibenklamid mengandung 20 = 0,4 mg/ml glibenklamid. Dosis 50 pemberian glibenklamid untuk 0,0105/ 30 g berat mencit yaitu : 28

Dosis = 0,026 = 0,065 ml 0,4 ������������/������������ Tabel 3. Gevage mencit jantan dengan dosis ekstrak glibenklamid Berat Gevage (ml) Berat Gevage Berat Gevage (ml) mencit (g) mencit (ml) mencit (g) (g) 20 0,033 0,044 34 0,055 21 0,034 27 0,046 35 0,057 22 0,036 28 0,047 36 0,059 23 0,037 29 0,049 37 0,06 24 0,039 30 0,05 38 0,062 25 0,041 31 0,052 39 0,063 26 0,042 32 0,054 40 0,065 33 3. Perhitungan Dosis Trimiristin Dosis trimiristin pada tikus jantan adalah 20 mg/KgBB. Dosis untuk tikus 200 gram 200 x 20 mg = 4 mg/tikus 200 gram 1000 Konversi dosis 200 gram tikus ke mencit 20 gram = 0,14 Dosis trimiristin untuk mencit 4 mg x 0,14 = 0,56 mg/mencit 20 gram Jika berat mencit 40 gram, maka trimiristin yang dibutuhkan= 2 x 0,56 mg = 1,12 mg Trimiristin 500 mg dilarutkan dalam 50 ml minyak wijen. Dalam 1 ml trimiristin mengandung 500 = 10 mg/ml trimiristin. Dosis pemberian 50 trimiristin untuk 1,12 untuk 40 g berat mencit yaitu : Dosis = 1,12 ������������ = 0,112 ml 10 ������������/������������ Tabel 4. Dosis trimiristin yang akan di gevage ke mencit Berat mencit Gevage Berat Gevage Berat Gevage (g) (ml) mencit (g) (ml) mencit (g) (ml) 20 0,056 27 0,076 34 0,095 35 0,098 21 0,059 28 0,078 36 0,101 37 0,104 22 0,062 29 0,081 23 0,064 30 0,084 29

24 0,067 31 0,087 38 0,106 25 0,07 32 0,09 39 0,109 26 0,073 33 0,092 40 0,112 4. Perhitungan Dosis ekstrak daun ubi jalar Dosis ekstrak daun ubi jalar orange menurut Haryoto, 2018 pada tikus jantan adalah 300 mg/KgBB. Dosis untuk tikus 200 gram 200 x 300 mg = 60 mg/tikus 200 gram 1000 Konversi dosis tikus 200 gram ke mencit 20 gram = 0,14 Dosis ekstrak untuk mencit 60 mg x 0,14 = 8,4 mg/mencit 20 gram Jika berat mencit 40 gram, maka ekstrak yang dibutuhkan= 2 x 8,4 mg = 16,8 mg Untuk 5 kali pengulangan, dan 11 hari perlakuan, maka dibutuhkan ekstrak sebanyak: 16,8 x 5 x 11 = 924 mg. Maksimal gevage = 0,5 ml Pelarut yang digunakan 924 mg dilarutkan dalam 10 ml aquades, maka 1 ml mengandung 924 =92,4 mg/ml. 10 Dosis pemberian ekstrak = 16,8 = 0,1818 ml 92,4 Tabel 5. Dosis ekstrak daun ubi jalar yang akan digevage mencit Berat Gevage Berat Gevage Berat Gevage mencit (g) (ml) mencit (g) (ml) mencit (g) (ml) 34 0,155 20 0,091 27 0,123 35 0,159 21 0,095 28 0,127 36 0,164 22 0,1 29 0,132 37 0,168 23 0,105 30 0,136 38 0,173 24 0,109 31 0,141 39 0,177 25 0,114 32 0,145 40 0,182 26 0,118 33 0,15 5. Perhitungan Dosis 1 Nanopartikel trimiristin ekstrak daun ubi jalar Dosis 1 Nanopartikel trimiristin daun ubi jalar 30

Dosis untuk tikus 200 gram 200 x 300 mg = 60 mg/tikus 200 gram 1000 Konversi dosis tikus 200 gram ke mencit 20 gram = 0,14 Dosis 1 nanopartikel untuk mencit 60 mg x 0,14 = 8,4 mg/mencit 20 gram Jika berat mencit 40 gram, maka nanopartikel yang dibutuhkan = 2 x 8,4 mg = 16,8 mg Untuk 5 kali pengulangan, dan 11 hari perlakuan, maka dibutuhkan nanopartikel sebanyak: 16,8 x 5 x 11 = 924 mg. Maksimal gevage = 0,5 ml Pelarut yang digunakan 924 mg dilarutkan dalam 10 ml aquades, maka 1 ml mengandung 924 =92,4 mg/ml. 10 Dosis pemberian ekstrak = 16,8 = 0,1818 ml 92,4 Tabel 6. Dosis1 nanopartikel yang akan di gevage ke mencit Berat Gevage Berat Gevage Berat Gevage mencit (g) (ml) mencit (g) (ml) mencit (g) (ml) 34 0,155 20 0,091 27 0,123 35 0,159 21 0,095 28 0,127 36 0,164 22 0,1 29 0,132 37 0,168 23 0,105 30 0,136 38 0,173 24 0,109 31 0,141 39 0,177 25 0,114 32 0,145 40 0,182 26 0,118 33 0,15 6. Perhitungan Dosis 2 Nanopartikel trimiristin ekstrak daun ubi jalar Dosis 2 Nanopartikel trimiristin ekstrak daun ubi jalar Dosis untuk tikus 200 gram 200 x 300 mg = 60 mg/tikus 200 gram 1000 Konversi dosis tikus 200 gram ke mencit 20 gram = 0,14 Dosis 2 nanopartikel untuk mencit 31

60 mg x 0,14 = 8,4 mg/mencit 20 gram Jika berat mencit 40 gram, maka nanopartikel yang dibutuhkan = 1 ������ 2 x 8,4 mg = 2 8,4 mg Untuk 5 kali pengulangan, dan 11 hari perlakuan, maka dibutuhkan nanopartikel sebanyak: 8,4 x 5 x 11 = 462 mg. Maksimal gevage = 0,5 ml Pelarut yang digunakan 462 mg dilarutkan dalam 10 ml aquades, maka 1 ml mengandung 462 =46,2 mg/ml. 10 Dosis pemberian nanopartikel= 16,8 = 0,36 ml 46,2 Tabel 7. Dosis 2 nanopartikel yang akan digevage ke mencit Berat Gevage Berat Gevage Berat Gevage mencit (ml) mencit (g) (ml) (g) mencit (g) (ml) 0,061 20 0,045 27 0,064 34 0,077 21 0,048 28 0,066 35 0,08 22 0,05 29 0,068 36 0,082 23 0,052 30 0,07 37 0,084 24 0,055 31 0,073 38 0,086 25 0,057 32 0,075 39 0,089 26 0,059 33 40 0,091 7. Perhitungan Dosis 3 Nanopartikel trimiristin ekstrak daun ubi jalar Dosis 3 Nanopartikel trimiristin daun ubi jalar Dosis untuk tikus 200 gram 200 x 300 mg = 60 mg/tikus 200 gram 1000 Konversi dosis tikus 200 gram ke mencit 20 gram = 0,14 Dosis 3 nanopartikel untuk mencit 60 mg x 0,14 = 8,4 mg/mencit 20 gram Jika berat mencit 40 gram, maka nanopartikel yang dibutuhkan = 1 ������ 2 x 8,4 mg = 4 4,2 mg 32

Untuk 5 kali pengulangan, dan 11 hari perlakuan, maka dibutuhkan nanopartikel sebanyak: 4, 2 x 5 x 11 = 231 mg. Maksimal gevage = 0, 5 ml Pelarut yang digunakan 231 mg dilarutkan dalam 5 ml aquades, maka 1 ml mengandung 231 =46, 2 mg/ml. 5 Dosis pemberian nanopartikel = 16,8 = 0, 36 ml 46,2 Tabel 8. Dosis 3 nanopartikel yang akan digevage ke mencit Berat Gevage Berat Gevage Berat Gevage mencit (g) (ml) mencit (g) (ml) mencit (g) (ml) 20 0,023 27 0,031 34 0,039 21 0,024 28 0,032 35 0,04 22 0,025 29 0,033 36 0,041 23 0,026 30 0,034 37 0,042 24 0,027 31 0,035 38 0,043 25 0,028 32 0,036 39 0,044 26 0,03 33 0,038 40 0,045 DISKUSIKAN DENGAN TEMANMU Pada suatu penelitian, menggunakan hewan uji tikus jantan, dengan dosis efektif ekstrak suatu tanaman obat 200 mg/KgBB. Tentukan : 1. Jumlah (gram ekstrak yang dibutuhkan) 2. Berapa air yang digunakan untuk pelarut (dengan pertimbangan, maksimal isi lambung mencit 0,5 ml) 3. Tabel berat badan mencit dan jumlah dosis yang di gevage ke mencit h. Uji praklinik pada hewan uji (mencit/mus musculus) Langkah-langkah uji praklinik pada mencit dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Mencit diadaptasikan dengan lingkungannya selama 1 minggu 2. Mencit ditimbang pada hari ke delapan yang dianggap sebagai H0 penelitian, lalu mencit dipuasakan selama 8 jam 3. Hari pertama (H1) penelitian, berat badan mencit ditimbang 33

4. Gula darah puasa (GDP) mencit di cek dengan menggunakan glukometer 5. Data awal Gula darah mencit dicatat sebagai data penelitian 6. Mencit diinjeksi dengan aloksan sesuai dengan berat badan mencit 7. Hari ke dua (H2) berat badan mencit ditimbang kembali 8. Mencit diinjeksi aloksan sesuai dengan berat badannya 9. Hari ketiga (H3) berat badan mencit kembali ditimbang 10. Penginjeksian dosis aloksan dilakukan, yang kemudian mencit dipuasakan selama 8 jam 11. Hari ke empat (H4) GDP dicek kembali, jika GDP ≥ 126 mencit dapat digunakan untuk perlakuanpemberian obat 12. Jika GDP belum ≥ 126, mencit tetap diinjeksi aloksan sampai hari ke tujuh 13. Hari kedelapan (H8), mencit yang sdh dipuasakan selama 8 jam, GDP dicek kembali, jika GDP ≥ 126 mencit dapat digunakan untuk perlakuan selanjutnya 14. Hari ke Sembilan (H9),hari ke sepuluh (H10), hari kesebelas (H11), hari ke dua belas (H12), hari ketiga belas (H13), hari keempat belas (H14) mencit diberi perlakuan obat dengan dosis sesuai berat badan mencit dengan menggunakan gevage. 15. Mencit berjumlah 35 ekor dibagi menjadi 7 kelompok pemberian perlakuan obat yaitu P0, P1, P2, P3, P4, P5, dan P6. 16. Masing masing kelompok P0 di gevage Aquades, P1 di gevage glibenklamid, P2 di gevage trimiristin, P3 di gevage ekstrak daun ubi jalar, P4 di gevage nanopartikel dosis 1, P5 di gevage nanopartikel dosis 2, P6 di gevage nanopartikel dosis 3 17. Hari ke lima belas (H15) GDP dicek untuk mengetahui GDP mencit diakhir i. Grafik Kadar Gula darah mencit (Mus musculus) setelah uji praklinik Penurunan Kadar Gula darah mencit (Mus musculus) dapat dilihat pada grafik 34

berikut: Penurunan Kadar Gula Darah Mus musculus 200 174,8 179 171,2 163,8 150 137,8 135,8 142,4 961,602,8 117,8 115,2 100 84 83 89,8 88,8 94 92,4 96,2 74,8 67,4 50 50 0 P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 GDP sebelum Aloksan GDP sesudah Aloksan GDP sesudah perlakuan Keterangan : P0 = Pemberian perlakuan Aquades (control negative) P1 = Pemberian perlakuan glibenklamid (control positif) P2 = Pemberian perlakuan trimiristin P3 = Pemberian perlakuan ekstrak daun ubi jalar P4 = Pemberian perlakuan nanopartikel dosis 1 P5 = Pemberian perlakuan nanopartikel dosis 2 P6 = Pemberian perlakuan nanopartikel dosis 3 j. Persentase penurunan kadar gula darah mencit Tabel 9. Tabel persentase penurunan kadar gula darah mencit Perlakuan Kadar Glukosa Kadar Selisih kadar Persentase Darah sebelum Glukosa glukosa darah Penurunan P0 perlakuan Darah (mg/dL) sebelum (%) P1 sesudah dan sesudah P2 96,6 perlakuan perlakuan -6,42% P3 174,8 102,8 -6,2 32,61% P4 137,8 -29,90% P5 135,8 117,8 57 34,61% P6 171,2 70,79% 142,4 179 -41,2 47,47% 163,8 29,67% 88,8 47 50 121,2 74,8 67,6 115,2 48,6 Keterangan : P0 = Pemberian perlakuan Aquades (control negative) P1 = Pemberian perlakuan glibenklamid (control positif) 35

P2 = Pemberian perlakuan trimiristin P3 = Pemberian perlakuan ekstrak daun ubi jalar P4 = Pemberian perlakuan nanopartikel dosis 1 P5 = Pemberian perlakuan nanopartikel dosis 2 P6 = Pemberian perlakuan nanopartikel dosis 3 DISKUSIKAN DENGAN TEMANMU 1. Manfaat daun ubi jalar 2. Apa yang dapat anda lakukan untuk pelestarian tanaman obat Setelah memahami dan mengerjakan seluruh tugas e-modul, kerjakan tugas akhir berikut! TUGAS AKHIR Buatlah bersama teman kelompokmu Rancangan penelitian nanopartikel tanaman obat (tanaman yang dibuat rancangan adalah tanaman yang sering digunakan sebagai obat herbal di lingkungan tempat tinggalmu)! 36

Dosis GLOSARIUM Sistem dispersi merupakan kadar dari sesuatu (kimiawi, fisik, Evavorasi biologis) yang dapat mempengaruhi Ekstrak suatu organisme secara biologis; makin besar Farmakologi kadarnya, makin besar pula dosisnya Fosfolipid merupakan salah satu campuran antara zat terlarut dan pelarut Filtrat proses perubahan molekul di dalam keadaan cair Herbal (contohnya air) dengan spontan menjadi gas Hidrofilik (contohnya uap air) zat yang dihasilkan dari ekstraksi bahan Khasiat mentah secara kimiawi Lipofil ilmu yang mempelajari obat-obatan dan pengaruhnya pada makhluk hidup Lipid merupakan golongan senyawa lipid yang mengandung gugus ester fosfat dan merupakan Residu bagian dari membran sel makhluk hidup; bersama Surfaktan dengan protein, glikolipid dan kolesterol filtrat adalah zat yg bisa larut / bisa melewati penyaringan tanaman atau tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau nilai lebih dalam pengobatan menurut etimologinya terdiri atas dua kata yaitu hidro (air) dan filik (suka) sehingga dapat diartikan bahwa hidrofilik merupakan suatu senyawa yang dapat berikatan dengan air. faedah (kegunaan) yang bersifat khas; kekuatan (kegunaan, faedah) yang istimewa (tentang obat, azimat, dan sebagainya) memiliki acuan pada suatu kemampuan senyawa kimia untuk larut kedalam lemak, minyak, lipid, maupun pelarut non-polar seperti heksana atau toluena kelompok molekul alami yang meliputi lemak, lilin, sterol, vitamin yang larut dalam lemak (seperti vitamin A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, trigliserida, fosfolipid, dan lain-lain segala sesuatu yang tertinggal, tersisa atau berperan sebagai kontaminan dalam suatu proses kimia tertentu senyawa yang menurunkan tegangan permukaan (atau tegangan antar muka) antara dua 37

Soxletasi cairan, antara gas dan cairan, atau antara cairan dan Toksisitas zat padat. suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan penyarian berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap organisme 38

DAFTAR PUSTAKA Abe, A.C., Albertsson, R., Duncan, K. 2008. Advances in Polymer Science Anonim, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas terbatas, Direktorat Bina Farmasis Komunitas dan Klinik Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI. Ersity Press, Yogyakarta. Asriyanti vidia, et al. 2014. Uji efek hipoglikemik ekstrak etanol daun ubi jalar (ipomoea batatas) terhadap kadar glukosa darah pada tikus putih (rattus norvegicus) jantan galur wistar yang diinduksi aloksan. Universitas tanjung pura Bioactive Drugs. Biological and Pharmaceutical Bulletin, 29 Djamal, rusdi.1990. Kimia Bahan Alam.Universitas Andalas: Padang Etzler, 2014.The AAPS Journal: 6 (3) Articles 20. Gibson, C.S. 1956. Essential Principles of Organic Chemistry. London: University of The Cambridge Press. Hilman. 1964. Prospek dan Strategi Pengembangan Pala. Lampung: Citra Aditya Bakti. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan: Padmawinata, K dan Soediro, I. Institut Teknologi Bandung, Bandung Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Hadyana, Pudjaatmaka, A. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka Ijaola TO, Osunkiyesi AA, Taiwo AA, Oseni OA dan Ajayi JORT. Antidiabetic Effect of Ipomoea batatas in Normal and Alloxan-Induced Diabetic Rats, 2014; 7 (5), 16–25. Islam S. Nutritional and Medicinal Qualities of Sweetpotato Tops and Leaves, University of Arkansas, USA, 2014. Kusumawati, D. 2004., Bersahabat dengan Hewan Uji, Gadjah Mada Univ Lenny, S. 2006. Senyawa flavonoida, fenilpropanoida dan alkaloida. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan. Li FLQ, Gao D, dan Peng Y. The optimal extraction parameters and antidiabetic activity of flavonoids from Ipomoea batatas leaf, Afr. J. Tradit. Complement. Altern. Med., 2009; 6, 195–202. 39

Marliana, E. 2007. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dari Batang Spatholobus ferrugineus (Zol & Moritz Benth yang berfungsi sebagai antioksidan. Jurnal penelitian MIPA, 1 (1): 23-29 Mukherjee, et al .2009. Solid Lipid Nanoparticles: A Modern Formulation Approach in Drug Delivery System. Indian J of Pharm Scie. Vol 71(4): 394-358 26. Olowu AO, Adeneye AA, dan Adeyemi OO, Hypoglycemic effect of the aqueous leaf and stem extract of Ipomoea batatas L. in normal and Hypoglycaemic effect of Ipomoea batatas aqueous leaf and stem extract in normal and streptozotocin-induced hyperglycaemic rats, Journal of Natural Pharmaceuticals, 2011; 2 (2), 56–61. Patel M. 2012. Development, Characterization and Evaluation of Solid lipid Nanoparticles as a potential Anticancer Drug Delivery System [Desertasi]. Unites States: Pharmaceutical Sciences, University of Toledo. Qingzhi LI, Aihua Y, Houli L Rawat, M.D., Singh, and S. Saraf. 2006. Nanocarriers: Promising Vehicle for Springer-Verlag Berlin Heidelberg, 220 Reis, Catarina Pinto; Ronald J.Neufeld; Antonio J.Rebeiro; Francisco Veiga. Nanoencapsulation I. Methods for Preparation of Drug-Loaded Polymeric Nanoparticles. Nanomedicine: Nanotechnology, Biology, and Medicine 2 (2006): h. 8-21. Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar, Budidaya Dan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius Sastrapradja, Setijati dkk. 1977. Umbi-umbian. Bogor: Balai Pustaka Siregar, P. H. 2005. Isolasi senyawa alkaloid dari ekstrak methanol dai tumbuhan jambu keeling. Sci, 2(9): 82-84 Sukandar, Dede, (2007), Isolasi dan Penentukan senyawa kimia minyak atsiri tumbuhan pandan wangi (P. amaryllifolius Roxb). Prosiding Seminar BKS MIPA, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 42: 53 Subroto, M.A. dan H. Saputro. 2006. Gempur penyakit dengan sarang semut. Penerbit Swadaya, Jakarta. Winarno. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Wilcox, C.F. 1995. Experimental Organic Chemistry, 2nd edition. New Jersey: Prentice Hall 40


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook