Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore literasi sains reproduksi

literasi sains reproduksi

Published by Auliya Sagiarsih, 2023-08-11 01:55:09

Description: literasi sains reproduksi

Keywords: literasi,sains,reproduksi,smp kelas 9,kurikulum 2013

Search

Read the Text Version

Hari Kependudukan Dunia 2021: Literasi Kesehatan Reproduksi untuk Cegah Stunting Sudah setahun lebih, dunia berjibaku dengan penanganan pandemi COVID-19, termasuk di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi pandemi tersebut, di antaranya dengan menerbitkan dan mengimplementasikan berbagai kebijakan. Dalam pernyataan yang disampaikan Presiden Joko Widodo, prioritas pemerintah dalam penanganan pandemi ini sangatlah jelas, yakni keselamatan dan kesehatan masyarakat. Data WHO menyebut, sejak awal pandemi hingga Juli ini, COVID-19 telah menjangkiti lebih dari 183 juta orang dan merenggut 3,99 juta nyawa di seluruh dunia. Tren kasus positif terus meningkat di hampir semua negara. Bahkan, beberapa negara harus bertarung menghadapi gelombang kedua, salah satunya Indonesia. Indikasi positif COVID-19 di negeri ini terus meningkat, hingga mencapai 2,3 juta kasus. Baru- baru ini, persentase angka kematian akibat COVID-19 juga mengalami peningkatan, yakni pada 3 persen. Pandemi tak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga mempengaruhi masyarakat dan perekonomian. Sama seperti yang dialami Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kelangsungan program BKKBN yang harusnya berjalan optimal tahun ini harus mengulur waktu dan dibatalkan. Walaupun demikian, demi memenuhi tanggung jawabnya, BKKBN tetap berusaha menyelenggarakan program pembangunan keluarga, kependudukan, hingga keluarga berencana (Program Bangga Kencana). Program ini menyoroti beberapa hal penting, antara lain: 1. Menurunnya pelayanan KB pada fasilitas kesehatan, mengingat dari sisi supply pelayanan, fokus tenaga kesehatan pada penanganan COVID-19, sedangkan dari sisi demand atau permintaan dari masyarakat adalah perhitungan urgensi untuk mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan KB menurun. 2. Menurunnya kesertaan ber-KB pada masyarakat, terutama pada kelompok rentan (daerah kumuh, glacitas, masyarakat pra-sejahtera) yang menjadi penerima manfaat utama dari pelayanan yang diselenggarakan oleh BKKBN bersama dengan Kementerian Kesehatan. 3. Terganggunya rantai pasok alat dan obat kontrasepsi akibat terganggunya mobilitas petugas di lapangan. 4. Penurunan kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (balita dan anak, remaja, serta lanjut usia) serta kegiatan lain yang berbasis kelompok kegiatan di masyarakat akibat keterbatasan mobilitas masyarakat sekaligus penerapan physical dan social distancing. Momen pandemi merupakan waktu yang tepat bagi pemerintah untuk kembali mengevaluasi berbagai kebijakan yang selama ini telah dilaksanakan. Agar lebih efektif, kebijakan yang diambil haruslah berbasis bukti. Utamanya pada kebijakan terkait pemenuhan hak kesehatan reproduksi, di antaranya akses layanan kesehatan bagi ibu hamil. Jika hak tersebut tidak dipenuhi, maka akan dapat berdampak pada kehamilannya, dan kemudian dapat menyebabkan anak yang dilahirkannya kelak menjadi kurang gizi kronis alias stunting.

Melihat fenomena yang terjadi di masyarakat, tentu saja hal ini harus diantisipasi sedini mungkin. Upaya pencegahan stunting harus dimulai dari hulu dengan memberi konseling pra nikah, mencegah terjadinya stunting dengan memberi pemahaman tentang kesehatan alat reproduksi. Selain itu, perlu ada pula program perencanaan kehamilan yang menjaga jarak kehamilan, meningkatkan kualitas perawatan anak, dan perencanaan pra nikah. Dalam perencanaan pra nikah, perlu ada edukasi tentang kesehatan reproduksi yang transparan guna mempersiapkan kehamilan yang sehat. Pendekatan tersebut perlu dilakukan sejak dini, termasuk persiapan psikologi dan ekonomi. Tak ada yang tabu, ini genting dan perlu dilakukan sesegera mungkin. Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin, dalam pidatonya pada Peringatan HARGANAS ke-28, 29 Juni lalu, berharap pelayanan gizi dan kesehatan untuk anak dan ibu hamil tidak terhenti selama pandemi COVID-19. Hal ini bertujuan untuk pengendalian dan percepatan penurunan prevalensi stunting. Di sisi lain, pandemi COVID-19 berhasil menyingkap kelemahan sistem perawatan kesehatan secara global, yang mana telah menyebabkan kesenjangan dan menjadi tantangan serius dalam penyediaan layanan kesehatan seksual dan reproduksi bagi perempuan atau anak perempuan. Oleh karena itu, pada Hari Kependudukan Dunia (World Population Day) 2021 ini, peningkatan kesadaran perlu dilakukan sebagai bentuk perlindungan hak dan kepastian atas diterimanya pelayanan kesehatan seksual, kesehatan reproduksi, dan otonomi tubuh. Untuk itu, United Nations Population Fund (UNFPA) Indonesia dan BKKBN akan menyelenggarakan kampanye dan perayaan daring untuk memperingati Hari Kependudukan Dunia 2021 dengan tema “Pemenuhan Hak Kesehatan Reproduksi untuk Percepatan Penurunan Stunting”. Lewat acara ini, BKKBN berharap upaya sosialisasi tentang penyediaan akses kesehatan reproduksi bagi ibu, serta peningkatan kesadaran masyarakat tentang dampak pandemi COVID-19 terhadap kehamilan dan stunting dapat semakin digaungkan. Sumber: https://kumparan.com/kumparannews/hari-kependudukan-dunia-2021-literasi- kesehatan-reproduksi-untuk-cegah-stunting-1w740xX7jmg/full Jawablah pertanyaan berikut! 1. Apa yang dimaksud dengan stunting? 2. Apa saja langkah yang diterapkan oleh pemerintah dalam mengatasi stunting berdasarkan artikel diatas?

WHO: Lebih Dari Satu Juta Orang Terkena Penyakit Menular Seksual Setiap Harinya Menurut data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada lebih dari satu juta orang yang terkena penyakit menular seksual setiap harinya. Dilansir dari voaindonesia.com, laporan WHO menyatakan bahwa satu dari 25 orang di dunia pasti mengidap penyakit menular seksual. Meliputi infeksi klamidia, gonore atau kencing nanah, trikomoniasis, dan sifilis. Beberapa orang bahkan mengidap lebih dari satu penyakit menular tersebut. Pada 2016, masih menurut WHO, muncul lebih dari 376 juta kasus baru penyakit menular seksual (PMS) di kalangan laki-laki dan perempuan berusia 15-49 tahun. Jika dirinci lebih lanjut, hasilnya menunjukkan 127 juta kasus klamidia, 87 juta gonore, 6 juta sifilis, dan 156 juta trikomoniasis. PMS sendiri menular melalui hubungan seks tanpa alat kontrasepsi. Dalam beberapa kasus, penyakit itu juga ditularkan dari ibu ke anaknya semasa kehamilan. Selain itu, sifilis dapat ditularkan melalui kontak dengan darah yang sudah terinfeksi PMS. Jika tidak segera diatasi, PMS bisa menyebabkan kemandulan, kehamilan ektopik, serta kematian bayi. Diketahui bahwa sifilis telah menyebabkan lebih dari 200 ribu kematian bayi setiap tahunnya. Penyakit menular seksual juga dapat meningkatkan risiko HIV. Sumber: https://nationalgeographic.grid.id/read/131750912/who-lebih-dari-satu-juta-orang- terkena-penyakit-menular-seksual-setiap-harinya Jawablah pertanyaan berikut! 1. Sebutkan penyakit menular seksual berdasarkan artikel diatas! 2. Apa saja penyebab orang terkena penyakit menular seksual berdasarkan teks diatas? 3. Sebutkan pendapatmu cara mencegah agar tidak terkena penyakit menular seksual !


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook