Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore TEASER_Merayakan Kekudusan Keluarga RSZ

TEASER_Merayakan Kekudusan Keluarga RSZ

Published by Scripture Union Indonesia, 2023-08-03 07:59:59

Description: TEASER_Merayakan Kekudusan Keluarga RSZ

Search

Read the Text Version

MERAYAKAN KEKUDUSAN KELUARGA

MERAYAKAN KEKUDUSAN KELUARGA Tim Penulis Scripture Union Indonesia

Merayakan Kekudusan Keluarga 2023, Scripture Union Indonesia Eunike Trikayasuddhi, Kristi, Agung Jatmiko, Selly Miarani, Sri Handoko, Aksi Bali, Natanael Sih Pujiyono, Inawaty Teddy, Sandy Liwan, Jan Calvin Pindo, Pangulu Maju Sipahutar, Addi S. Patriabara, Yogi Mandagi, Marlina, Setiyadi Z. R., Mulyo Kadarmanto, Murtini Hehanussa, Christiono Riyadi, Yoel M. Indrasmoro, Kus Apriyanto, Rigop Darmiko, Purwoko, Kristiani Tarigan, Agus Yusak Penyunting Penyelia: Yoel M. Indrasmoro Penyunting: Petra Agung Haryono Korektor: Priscilia Felita Wiriadi Desain Sampul dan Isi: Hari Pamuji Diterbitkan oleh: Scripture Union Indonesia Jl. Pintu Air no. 7 Blok C-4, Jakarta 10710 Telp 021-3442461/62 http://www.su-indonesia.org Email: [email protected] FB: Scripture Union Indonesia IG: scriptureunion_id Youtube: Scripture Union Indonesia ISBN 000-000-0000-00-0 Cetakan pertama, 2023 Kutipan ayat di dalam buku ini diambil dari ALKITAB Terjemahan Baru Edisi Kedua (TB2) © LAI 2023. Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang menerbitkan ulang, memperbanyak, dan menyebarluaskan seluruh atau sebagian dari isi buku ini dengan cara dan bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit!

Daftar Isi 1. Anakku Karunia Tuhan 9 2. Sama-sama Anak 11 3. Anak karena Janji 13 4. Selamatkan Anak! 15 5. Seperti Anak Kecil 17 6. Anak Tuhan di Rumah Tuhan 19 7. Kehidupan Anak-anak Allah 21 Baca Gali Alkitab Keluarga 1 23 8. Toxic Friend 25 9. Salah Pergaulan 27 10. Celaka karena Salah Pergaulan 29 11. Pertolongan Tuhan 31 12. Menjaga Pergaulan 33 13. Bijaksanalah dalam Bergaul! 35 14. Bergaul dengan Allah 37 Baca Gali Alkitab Keluarga 2 39 15. Salah Mencintai 41 16. Kembali Mencinta 43 17. Cinta yang Aktif 45 18. Kepada yang Tercinta 47 19. Mahadaya Cinta 49 20. Medan Cinta Ilahi 51 21. Merayakan Cinta Tuhan 53

Baca Gali Alkitab Keluarga 3 55 22. Dimulai dari Keluarga 57 23. Hidup dalam Didikan Keluarga 59 24. Kehidupan Keluarga 61 25. Kekudusan Keluarga 63 26. Berkat Allah melalui Keluarga 65 27. Warisan Terbaik 67 28. Warisan yang Paling Berharga 69 Baca Gali Alkitab Keluarga 4 71 29. Berdamai dengan Masa Lalu 73 30. Bijaksana Menggunakan Waktu 75 31. Anugerah Terbesar 77 Sisipan: Menghormati Orang Tua 79 6

Pesan Redaksi Merayakan kekudusan keluarga biasa dilakukan oleh keluarga-keluarga untuk mengenang penyertaan Allah di dalam kehidupan keluarga mereka. Beratnya tantangan hidup yang dihadapi oleh setiap keluarga memang memerlukan kehadiran Allah, bahkan memerlukan uluran tangan Allah sendiri. Tak pelak, oleh karena dimampukan untuk menghadapi tantangan hidup mereka, banyak keluarga perlu merayakan dengan penuh ungkapan syukur bahwa Allah berkenan hadir di dalam hidup mereka dan memberikan pertolongan. Walau demikian, ada alasan yang lebih mendasar bagi setiap keluarga untuk merayakan kekudusan keluarga. Pertama, keluarga kita adalah anugerah Allah. Kedua, keluarga merupakan sarana yang diberkati Allah untuk menguduskan kehidupan kita. Dari perspektif anugerah dan kekudusan inilah kita merayakan kekudusan keluarga. Dengan demikian, perlu bagi kita untuk melihat dengan jelas anugerah yang telah Allah berikan di dalam keluarga kita. Maksudnya, begitu banyak berkat kita terima melalui keluarga kita. Terlebih lagi, berkat itu juga diterima oleh orang yang tidak memiliki keluarga sebab akan ada orang lain yang akan berbagi dan merengkuhnya sebagai keluarga. Itulah sifat kasih, yaitu Allah sendiri, yang terus kita rasakan di dalam hidup ini melalui keluarga kita. Jelas, melalui keluarga, Allah membentuk diri kita sebagai pribadi yang utuh, sebagai manusia yang dicinta dan mencinta. Selain itu, perlu bagi kita untuk melihat dengan jelas kekudusan Allah yang nyata di dalam keluarga kita. Maka dari itu, cara terbaik untuk melihat kekudusan sebuah keluarga adalah dengan melihat keluarga kudus yang

tertulis di dalam Alkitab, yang terdiri dari Yusuf, Maria, dan Yesus. Ayah, Ibu, dan Anak. Di manakah letak kekudusan keluarga itu? Apakah keluarga itu kudus oleh karena Yesus? Tentu saja bukan karena adanya Yesus di dalam keluarga itu, maka keluarga itu disebut kudus. Memang, Yesus adalah kudus, namun keluarga itu disebut kudus karena baik Ayah, Ibu, dan Anak melakukan kehendak Allah. Dengan demikian, melakukan kehendak Allah menjadi tolok ukur kekudusan bagi setiap keluarga. Kiranya ini menjadi cerminan setiap keluarga yang penuh kasih bahwa baik ayah, ibu, maupun anak dengan taat melakukan kehendak Allah, sebagaimana tertulis dalam 1 Yohanes 5:2, demikian: ”Dengan inilah kita ketahui bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya.” Kiranya buku yang diterbitkan secara khusus bagi keluarga-keluarga Kristen ini dapat menolong setiap anggota keluarga yang membacanya untuk menjalani kehidupan bersama keluarganya dengan penuh iman. Buku ini disusun dengan memperhatikan pendidikan berdasarkan pola asuh dalam ruang lingkup keluarga. Selamat membaca dan semoga buku ini bermanfaat. Salam segar, kuat, dan sigap di dalam firman Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. Penyunting 8

Anakku Karunia Tuhan Markus 9:14-29 Salah satu dari orang banyak menjawab, ”Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertak dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat” (Mrk. 9:17-18). Apa yang disampaikan oleh laki-laki tersebut sesungguhnya tidak menjawab pertanyaan Yesus (16); dan memang bukan kepentingan laki-laki tersebut untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi antara beberapa ahli Taurat dan para murid Yesus. Kepentingannya adalah mencari kesembuhan bagi anak laki- lakinya yang sejak kecil dirasuk roh bisu dan kejang-kejang (bdk. Mat. 17:15, tertulis anak tersebut menderita sakit ayan). Dapat kita bayangkan betapa beratnya menjadi orang tua yang tiap hari menyaksikan penderitaan anak yang dikasihinya. Ayah si anak laki-laki menuturkan bahwa kondisi ini dialami anaknya 9

sejak masa kecil (21). Bukan tidak mungkin ayah anak laki-laki ini pernah melewati masa putus asa dan bangkit silih berganti. Namun, kecintaan ayah kepada anaknya dan kesadaran bahwa anak adalah karunia bagi hidupnya membuat ia tidak henti mencari jalan keluar. Ia tidak ingin seperti para ahli Taurat yang terus bersoal jawab tentang mengapa murid Yesus tidak mampu menyembuhkan anaknya. Yang ia mau adalah terus mencari Tuhan untuk kesembuhan. Hidup bersama seorang anak dengan kebutuhan khusus sebagaimana dialami seorang ayah dalam teks bacaan Alkitab ini terus mengajarkan kepada kita untuk mencari Tuhan setiap saat, untuk mencari kekuatan sampai pada batas akhir kekuatan kita. Memang tidak jarang keraguan datang kembali. Akan tetapi, dengan menyadari bahwa apa yang ada pada anak adalah karunia dari Tuhan sendiri, maka kita tetap mencoba melakukan apa yang harus dilakukan, melakukan lagi hal-hal yang sama, seperti yang pernah kita lakukan setiap harinya. Memasuki bulan keluarga, kita diajak untuk mensyukuri segala karunia yang telah Allah berikan kepada keluarga kita. Sebagai orang tua yang baik, kita harus bisa mengasihi anak yang telah Tuhan karuniakan kepada kita dan memberikan kasih yang cukup kepada anak kita. Dengan demikian, anak kita pun merasa nyaman dan dapat bertumbuh dalam lingkungan yang sungguh-sungguh mau menerima keberadaannya dengan baik. [Eunike Trikayasuddhi] 10

Sama-sama Anak Galatia 3:15-29 Dalam panti asuhan, anak-anak yang tinggal berasal dari beragam latar belakang dan daerah. Mereka semua memiliki karakter, sifat, serta temperamen yang unik dan berbeda. Sementara itu, para pengasuh panti juga mempunyai kehidupan sendiri. Mereka juga memiliki keluarga dan anak. Jadi, sembari merawat anak-anak panti, pengasuh pun tetap memiliki tugas mengasuh anak kandungnya sendiri. Dalam kondisi demikian, seorang pengasuh panti asuhan akan selalu berusaha memperlakukan semua anak, baik anak panti maupun anak kandungnya, dengan setara tanpa pembedaan. Perbedaan bangsa telah membuat jemaat di Galatia gamang karena mereka disibukkan dengan berbagai perbedaan. Rasul Paulus mengingatkan bahwa saat percaya kepada Kristus, mereka juga adalah keturunan Abraham. Mereka telah sama- sama diterima sebagai anak-anak Allah sehingga perbedaan apa pun seharusnya tidak lagi menjadi pemisah di antara mereka. Mereka adalah satu, yaitu anak-anak Allah (26). 11

Pada masa kini, di Indonesia terdapat banyak gereja. Ada yang berdasarkan suku dan ada pula yang berdasarkan wilayah geografis. Antargereja kerap terjadi persaingan karena merasa sebagai yang lebih baik. Bahkan, tak jarang juga gereja saling berebut warga jemaat. Kiranya hal semacam itu makin berkurang, bahkan hilang sama sekali. Sebab, sekalipun gerejanya berbeda-beda, harus disadari bahwa kita semua adalah anak Allah. Sebagai sesama anak-anak Allah, semua orang percaya seharusnya saling menghormati dan berkolaborasi. Apalagi, kita sama-sama berada di Indonesia. Itu berarti kita menghadapi pergumulan dalam konteks yang sama sehingga sebagai saudara sebangsa, kita pun harus mencari solusi bersama. Karena itu, seharusnya tak ada lagi gereja A atau gereja B. Sebaliknya, kita harus berperan aktif dalam kehidupan bersama sebagai rakyat bangsa Indonesia. Kita, orang percaya, adalah sama-sama anak Allah yang berkarya dalam ruang yang sama, yaitu Indonesia. Dalam bulan keluarga ini, penting bagi kita untuk memberikan edukasi yang baik di dalam keluarga kita masing-masing, tentang peran dan ruang berkarya orang percaya di Indonesia. Orang percaya dari berbagai denominasi di Indonesia dapat bekerja sama dalam menjawab tantangan bergereja di Indonesia. Kerja sama tersebut dapat terwujud apabila anak-anak sudah diajarkan untuk bekerja sama dengan baik sejak usia dini. Sebagai sama-sama anak Allah, mari kita belajar untuk bekerja sama dengan baik. [Kristi] 12

Anak karena Janji Galatia 4:21-31 Hidup berdasarkan keinginan sendiri hasilnya akan berbeda dibandingkan dengan hidup berdasarkan pada kehendak Tuhan. Kehendak sendiri biasanya mementingkan hasrat sesaat dan kepentingan pribadi. Sebaliknya, kehendak Tuhan memandu kita kepada hal-hal yang bertujuan untuk memuliakan nama-Nya. Rasul Paulus menggunakan kisah Hagar dan Sara sebagai perumpamaan. Anak dari Hagar diperoleh dalam kedagingan karena keinginan manusia untuk memiliki keturunan. Sementara itu, anak dari Sara didapatkan semata-mata karena janji, karena semula Sara mandul (23). Dengan perumpamaan itu, Rasul Paulus membandingkan antara orang-orang yang memperhambakan diri di bawah hukum dengan orang yang merdeka karena iman kepada Tuhan. Rasul Paulus mengingatkan bahwa orang percaya adalah anak-anak perjanjian, bukan lagi anak-anak kedagingan. Oleh karena itu, orang-orang percaya tidak sepantasnya bertindak menuruti hawa nafsu 13

kedagingannya seperti seorang hamba yang tidak merdeka. Kehidupan orang Kristen seharusnya dijalani seperti halnya ”anak karena janji”. Kita hadir di dunia ini bukan karena keinginan manusia atau karena kedagingan, melainkan karena kehendak Tuhan. Karena itu, kehidupan orang Kristen pun harus mencerminkan kehendak Tuhan, bukan malah membelenggu diri pada berbagai perhambaan, seperti tunduk pada aturan yang kaku, menghamba pada uang, takut pada kekuasaan, atau hal lain. Orang Kristen harus siap hidup merdeka seturut kehendak Tuhan sehingga bisa hidup seperti Ishak yang menjadi alat Tuhan untuk memberkati banyak orang. Sering kali persoalan di dalam keluarga terjadi karena janji Allah tidak dipegang teguh oleh setiap anggota keluarga. Tiap-tiap anggota keluarga mencari solusi lain di luar Allah sehingga pertumbuhan imannya menjadi terhambat. Itulah keadaan keluarga-keluarga Kristen pada masa kini. Dengan keadaan demikian, adalah hal yang baik apabila kita mau memahami bahwa segala sesuatu yang dilakukan dan segala pengalaman yang dijumpai harus kita hayati sebagai cara Tuhan menunjukkan karya-Nya di dalam dunia. Dengan demikian, sebagai anak-anak yang lahir karena janji, marilah kita hidup sebagai orang- orang merdeka yang tidak dikuasai oleh berbagai nafsu duniawi! Mari kita sadari predikat kita sebagai anak-anak perjanjian sehingga kita bisa menghidupinya dalam kehendak Allah. [Kristi] 14

Selamatkan Anak! Matius 2:16-18 Ketika terjadi konflik orang dewasa, baik itu konflik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang dewasa lainnya, tidak jarang secara sengaja atau tidak sengaja anak-anak ditarik dengan paksa untuk masuk ke dalam pusaran konflik tersebut. Sebagai subjek yang paling lemah, tentu mereka akan selalu menjadi korban. Inilah yang dilakukan oleh Herodes pada masa itu. Sebagai seorang raja yang berkuasa atas bangsanya, juga terhadap bangsa-bangsa koloninya, ia seharusnya bertindak sebagai pelindung. Kenyataannya, karena konflik kepentingan yang terjadi di dalam dirinya, ia malah bertindak sebaliknya. Herodes takut atas kelahiran Yesus yang dinubuatkan akan menjadi raja (2, 6). Ia takut kalau kekuasaannya kelak akan diambil alih oleh Yesus. Oleh karena itu, setelah merasa tertipu oleh orang-orang Majus, dengan membabi buta karena dikuasai oleh amarah, ia mengeluarkan perintah untuk membunuh semua anak yang berusia 15

dua tahun atau kurang dari itu (16). Peristiwa pembantaian anak-anak itu menggenapi nubuat Nabi Yeremia. Perintah itu menyisakan duka yang amat dalam bagi penduduk Betlehem. Mereka kehilangan anak-anak sekaligus juga kehilangan satu generasi karena kemarahan dari seorang raja lalim yang sangat berambisi akan kekuasaan. Kasus-kasus kekerasan terhadap anak-anak yang kerap terjadi di mana-mana menunjukkan bahwa orang dewasa telah gagal melindungi mereka. Kegagalan itu bukan hanya terjadi karena keterlibatan secara langsung, tetapi juga karena ketidakpedulian terhadap keadaan anak-anak. Allah mengasihi manusia, termasuk anak- anak dan bayi. Sudah saatnya kita merealisasikan karya keselamatan Tuhan Yesus kepada mereka secara konkret. Tugas kita adalah memastikan bahwa mereka bertumbuh di dalam lingkungan yang aman dan berkembang dengan gembira sebagai manusia yang utuh. Itulah cara kita untuk menyelamatkan kehidupan mereka. Kehadiran orang tua penting dalam proses tumbuh kembang anak. Orang tua bisa memberikan pengasuhan, penerimaan, penghargaan, pengakuan, dan pengarahan. Anak pun dapat membangun kepercayaan diri dan kepercayaan terhadap orang lain melalui hubungan dengan orang tuanya. Dengan itu, anak-anak menghidupi nilai kristiani dalam hidup bergereja dan bermasyarakat. [Agung Jatmiko] 16

Seperti Anak Kecil Lukas 18:15-17 Setiap orang tua berkeinginan agar anak-anak mereka diberkati oleh Yesus. Inilah alasan orang- orang, dalam nas ini, untuk datang membawa anak-anak kepada Yesus (15). Menurut sebagian orang, anak-anak tersebut masih menyusu dan belum bisa berjalan. Artinya, mereka masih bergantung penuh pada orang tuanya. Namun, murid-murid Yesus malah memarahi orang-orang itu. Mungkin, mereka mengira kalau anak-anak itu akan mengganggu Yesus, atau mungkin karena mereka menganggap anak-anak tidak pantas untuk datang kepada Yesus. Apa pun alasannya, Yesus keberatan dengan anggapan bahwa anak-anak tidak penting. Ia justru memanggil dan meminta para murid untuk tidak menghalangi anak-anak itu datang kepada-Nya (16). Yesus menyambut siapa pun yang datang kepada-Nya tanpa peduli akan usia. Ketika anak-anak datang kepada Yesus, mereka datang dengan kesederhanaan, keriangan, dan ketulusan; dan aspek yang paling penting 17

adalah mereka percaya tanpa rasa takut. Anak- anak itu yakin bahwa Yesus akan menerima dan memperlakukan mereka dengan baik. Yesus menginginkan supaya kita pun bersikap seperti anak kecil itu dalam menyambut Kerajaan Allah. Jika tidak bersikap seperti itu, kita malah tidak akan masuk ke sana (17). Sebagai orang tua, banyak di antara kita yang mungkin mempunyai banyak pertimbangan dan pertanyaan tentang Kerajaan Allah. Sikap yang demikian tampaknya seperti sikap orang Farisi yang mempertanyakan bilamana Kerajaan Allah akan datang (lih. Luk. 17:20). Orang Farisi bertanya demikian karena menggunakan penilaiannya sendiri dan cenderung menghakimi hal-hal yang sulit dicerna dengan akal sehat. Yesus menjungkirbalikkan pandangan orang Farisi tersebut. Jika ingin masuk ke dalam Kerajaan Allah, Ia justru menuntut kita untuk menjadi seperti anak kecil. Sebab, hanya mereka yang percaya tanpa rasa takutlah yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sudahkah kita, sebagai orang tua, memberikan teladan kepada anak-anak kita untuk memiliki sikap yang demikian? Sikap seperti anak kecil yang percaya sepenuhnya tanpa rasa takut perlu dimiliki oleh setiap anggota keluarga supaya setiap keluarga bisa menemukan kedamaian di dalam kasih Allah. Di dalam kasih Allah, setiap anggota keluarga dapat membangun masa depannya dengan saling mengasihi dan percaya. [Selly Miarani] 18

Anak Tuhan di Rumah Tuhan Lukas 2:41-52 Yesus berusia dua belas tahun. Penganut Yahudi menyebut anak seusia itu sebagai Anak Taurat. Sesuai ketentuan, Yesus harus ikut dengan Yusuf dan Maria ke Bait Allah sekali setahun. Inilah kali pertama Yesus datang ke Bait Allah. Akhirnya, segala perayaan hari raya itu selesai. Yusuf dan Maria pun kembali ke Nazaret di Galilea. Dalam perjalanan pulang itu, mereka sadar bahwa Yesus tidak ada bersama mereka. Setelah lelah mencari, mereka pun memutuskan untuk kembali ke Yerusalem. Mereka berharap agar mereka menemukan-Nya di sana. Tiga hari kemudian, mereka menemukan-Nya sedang berada di tengah para alim ulama (46). Yesus terlihat sedang berdiskusi dengan mereka. Setelah apa yang terjadi, orang tua-Nya menegur Dia dan mereka mengajak-Nya pulang kembali ke Nazaret. Namun, Yesus memberikan jawaban menarik, ”Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (49). Mereka bingung 19

dengan jawaban itu. Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi manusia. Dia tinggal di antara kita untuk melaksanakan kehendak Bapa di surga. Itulah sebabnya kita menyebut-Nya sebagai Anak Allah. Sebagai Anak Allah, Yesus harus berada di rumah Tuhan, yaitu Bait Allah di Yerusalem. Itulah maksud dari jawaban Yesus. Jawaban Yesus memiliki makna rohani yang sangat penting. Yesus harus selalu berada di dalam hadirat Bapa-Nya. Setiap langkah dan pelayanan- Nya harus seturut dengan kehendak Bapa-Nya. Inilah keharusan seorang Anak Tuhan. Hal itu juga berlaku bagi setiap anggota keluarga kita. Setiap kita wajib berada di rumah Tuhan. Artinya, kita harus selalu hidup di dalam hadirat Tuhan dengan menaati perintah-Nya. Yesus, sebagai anak yang berusia dua belas tahun, sudah memahami mana yang baik dan benar bagi diri-Nya. Dari kisah anak Tuhan di Rumah Tuhan ini, kita diajak untuk berefleksi mengenai pendidikan anak-anak kita pada masa kini. Pendidikan perilaku anak semestinya memampukan anak untuk dapat membedakan mana yang baik atau buruk, benar atau salah, terpuji atau terkutuk. Melalui perilaku di dalam hidup keseharian, Roh Tuhan yang bekerja di dalam diri kita menjadi nyata bagi orang lain dan status sebagai anak-anak Tuhan bisa dipertanggungjawabkan. Kiranya setiap anggota keluarga kita selalu hidup mencerminkan hadirat Allah. [Sri Handoko] 20

Kehidupan Anak-anak Allah 1 Yohanes 2:28–3:10 Banyak orang yang ingin dan bahkan bangga menjadi anak-anak Allah. Hal itu tidaklah salah karena di dalam Alkitab memang tertulis bahwa setiap orang yang menerima dan percaya kepada Kristus diberi kuasa menjadi anak-anak Allah (lih. Yoh. 1:12). Pertanyaannya adalah apakah kita tahu bagaimana seharusnya cara hidup yang benar sebagai anak-anak Allah? Apakah kita sudah hidup selayaknya sebagai anak-anak Allah? Salah satu bukti yang dapat terlihat dari seorang anak Allah adalah ia tinggal di dalam Kristus (2:28), memiliki kelakuan atau cara hidup yang benar (2:29), hidup suci, dan tidak berbuat dosa (3:3-6). Banyak orang yang melakukan perbuatan baik, tetapi tidak memiliki iman. Sebaliknya, sebagian yang lain mengaku beriman, tetapi tidak menghasilkan perbuatan baik. Firman Allah hari ini menunjukkan bahwa kealpaan, salah satunya antara iman dan perbuatan baik, menjadikan diri kita malu pada saat menyambut kedatangan Kristus untuk yang 21

kedua kalinya. Iman yang sejati akan selalu menghasilkan perbuatan baik. Setiap orang yang memiliki iman dan konsisten melakukan kebenaran adalah anak-anak Allah yang sejati. Hidup sebagai anak-anak Allah tentu saja tidak mudah. Ketika kita sungguh-sungguh menjalani hidup sebagai anak-anak Allah kita akan mengalami penolakan dari dunia. Kita bisa terasing dari dunia dengan cara hidupnya yang berbeda. Kita mungkin akan dianggap sebagai orang- orang aneh karena tidak turut melakukan kejahatan dan perbuatan-perbuatan amoral. Kita dianggap aneh dan bodoh karena bagi mereka perbuatan-perbuatan dosa dianggap normal saja. Oleh karena itu, menjalani hidup sebagai anak- anak Allah di tengah dunia yang bengkok ini memerlukan komitmen, kegigihan, dan bahkan pengorbanan. Marilah kita bersyukur karena kita diberi hak istimewa menjadi anak-anak Allah melalui Yesus Kristus. Wujud nyata dari rasa syukur kita menjadi anak-anak Allah adalah dengan menghidupi cara hidup anak-anak Allah. Karena itu, pikirkanlah perbuatan baik dan benar yang ingin kita lakukan sebagai anak-anak Allah. Kita bisa terlibat aktif dalam mewartakan kebenaran, mengenalkan hikmat dan pengetahuan, dan menunjukkan jalan kehidupan yang menuju kepada Juru Selamat. Ingat! Kehidupan anak-anak Allah memiliki sumbernya, yaitu firman Tuhan. [Aksi Bali] 22

Baca Gali Alkitab Keluarga 1 1 Yohanes 2:28–3:10 Sebagai orang percaya, kita menyandang status sebagai anak-anak Allah. Status itu merupakan anugerah oleh karena kita percaya penuh kepada Yesus Kristus, Juru Selamat manusia. Melalui Kristus, kita telah menerima kasih Allah. Kini, kita tinggal di dalam Kristus dan menaruh harapan di dalam Kristus untuk melakukan kehendak Allah. Itulah proses pemurnian diri yang biasa kita sebut ”menjadi serupa dengan Kristus”. Jelas anak-anak Allah adalah jati diri orang percaya. Dengan demikian, penting bagi kita semua untuk membangun kesadaran sebagai anak-anak Allah sebelum membangun keluarga. Setelah berkeluarga, berproseslah bersama keluarga untuk tinggal di dalam Kristus. Apa saja yang Anda baca? 1. Mengapa kita perlu tinggal di dalam Kristus? (2:28-29) 2. Apa saja yang tertulis perihal anak-anak Allah? (3:1-2) 3. Bagaimana cara kita menyucikan diri dan tidak melakukan perbuatan dosa lagi? (3:3-7) 4. Apa yang membedakan antara anak-anak Allah dengan anak-anak Iblis? (3:8-10) 23

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? 1. Mengapa seluruh anggota keluarga perlu tinggal di dalam Kristus? 2. Apa saja yang perlu dilakukan supaya seluruh anggota keluarga tidak jatuh ke dalam dosa? 3. Bagaimana cara Anda menegur anggota keluarga yang melakukan kesalahan? 4. Apa yang Anda dapatkan jika seluruh anggota keluarga Anda mau tinggal di dalam Kristus? 5. Siapa teladan yang memperlihatkan perilaku seturut kehendak Tuhan bagi keluarga Anda? Apa respons Anda? 1. Apa yang akan Anda lakukan jika kehidupan keluarga Anda penuh berkat dan anugerah? 2. Adakah pergumulan yang sedang Anda hadapi untuk didoakan hari ini? 3. Adakah kesalahan yang Anda lakukan hari ini yang perlu Anda akui di hadapan Tuhan? 4. Apa yang ingin Anda lakukan untuk memperbaiki kesalahan Anda? Pokok Doa: Mari berdoa bagi pendidikan iman bagi anak di dalam keluarga yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan sukacita. 24


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook