Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Asal Mula Danau Situ Bagendit (Jawa Barat)

Asal Mula Danau Situ Bagendit (Jawa Barat)

Published by Hars MA, 2021-09-15 17:37:43

Description: Cerita Rakyat Jawa Barat , kategori legenda yang mengandung pesan-pesan moral. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita rakyat ini adalah bahwa kekikiran dan keserakahan terhadap harta benda dapat menyebabkan seseorang celaka.

Sumber: https://www.popmama.com

Keywords: Cerita Rakyat,Cerita Legenda,Cerita Nusantara,Legenda Nusantara,Cerita Rakyat Indonesia

Search

Read the Text Version

Pada jaman dahulu kala di sebelah Utara kota Garut terdapat sebuah desa yang penduduknya kebanyakan bekerja sebagai petani. Tanah desa yang subur dan tidak kekurangan air sangatlah membantu petani untuk menghasilkan banyak padi dengan kualitas yang baik. Meskipun begitu para penduduk di sana masihlah hidup dalam kemiskinan. Ini disebabkan oleh kehadiran tengkulak pelit yang kaya raya. Ia bernama Nyai Endit. Nyai Endit merupakan seorang perempuan kaya yang tinggal di desa itu. Semenjak suaminya meninggal, ia memperoleh warisan berupa kekayaan yang berlimpah. Sayangnya, hal tersebut malah membuat Nyai Endit menjadi kikir dan congkak. Nyai Endit terbiasa menekan para petani yang tinggal di desa tersebut. Ia seringkali memaksa para petani untuk menjual padinya dengan harga murah. Dan ketika persediaan beras masyarakat habis, mereka harus membeli dari nyai Endit dengan harga yang melambung tinggi. Perbuatan Nyai Endit ini sangatlah merugikan masyarakat yang hidup di sana. Harta yang berlimpah hanya membuat Nyai Endit semakin pelit. Bukan hanya ia sering menekan warga desa, Nyai Endit bahkan tidak pernah mau membantu warga yang sedang kesulitan. Setiap kali warga datang meminta bantun, Nyai Endit menolaknya dengan angkuh. \"Ini semua kan harta milikku, untuk apa juga aku membagikannya pada warga? Mereka itu hanya bisanya meminta- minta saja. Seharusnya mereka bekerja lebih keras jika ingin kaya sepertiku,\" ungkap Nyai Endit Nyai Endit lebih senang menghabiskan hartanya untuk mengadakan pesta di desa tersebut.

Di tengah kemeriahan pesta, Nyai Endit terbiasa memamerkan harta kekayaannya pada rakyat setempat dengan sombong. Pesta yang dia adakan selalu saja mendatangkan perkara lebih besar bagi rakyat. Pesta Nyai Endit selalu membuat penduduk desa mulai kehabisan bahan makanan. Bahkan banyak yang sudah mulai menderita kelaparan. Sementara Nyai Endit selalu berpesta pora dengan makanan-makanan mewah di rumahnya. “Aduh, persediaan beras kita sudah menipis. Sebentar lagi kita terpaksa harus membeli beras ke Nyai Endit,\" kata seorang warga kepada tetangganya. \"Harganya kini lima kali lipat lebih mahal dibanding saat kita menjualnya dulu. Bagaimana ini?\" Balas warga lainnya. \"Padahal kita juga perlu membeli keperluan yang lain. Ya Tuhan, berilah kami keringanan atas beban yang kami pikul,” ungkap yang lain. Di suatu hari yang sangat terik Nyai Endit kembali mengadakan pesta yang amat besar. Hal ini membuat warga setempat merasa khawatir akan persediaan beras mereka yang akan habis dan terik matahari penanda musim kemarau telah tiba. Di tengah meriahnya pesta yang diadakan Nyai Endit, dari kejauhan datanglah seorang pengemis tua. Ia memakai pakaian compang-camping dan celana yang lusuh. Pengemis itu berjalan terbungkuk-bungkuk melewati rumah penduduk dengan tatapan iba dan menemui Nyai Endit di rumahnya. Tiba-tiba saja pengemis tua itu berkata, “Nyai, tolong beri hamba makanan sedikit saja, hamba lapar sudah beberapa hari belum makan.\"

Nyai Endit yang melihat pengemis itu merasa terganggu. Ia pun berusaha memanggil penjaga untuk mengusir pengemis itu dari rumahnya. “Pergilah kau dari rumahku, pengemis kotor! Tidak lihat ya kamu aku sedang berpesta? Kamu mengacaukan semua kegembiraanku dengan baumu itu,” teriak Nyai Endit dengan jengkel. Tidak lama para penjaga pun tiba dan memaksa pengemis tua itu untuk segera pergi. Pengemis itu pun pergi dengan perasaan sangat sedih. Hari pun berganti dan Nyai Endit masih merasa tidak nyaman atas kedatangan pengemis lusuh di pestanya kemarin. Ketika ia keluar dari rumah, ia pun menemukan sesuatu yang aneh. Di sebuah jalan di desa tersebut ditemukan sebuah tongkat yang tertancap di tanah. Tidak ada satupun warga yang mengetahui mengapa tongkat tersebut ada di sana. Lebih anehnya lagi tidak ada seorangpun yang berhasil mencabut tongkat tersebut, meskipun banyak warga yang telah mencoba menariknya beramai-ramai. Nyai Endit yang terlihat penasaran berusaha mendekati kerumunan warga yang tengah mencoba menarik tongkat tersebut. Tanpa diduga ternyata pengemis yang Nyai Endit usir sebelumnya kembali. Melihatnya Nyai Endit pun kembali merasa geram. Nyai Endit segera berkata, \"Rupanya kau kembali pengemis tua. Jangan-jangan tongkat aneh yang tertencap di tanah ini itu akibat ulahmu. Cabut dan segera pergi dari sini!\" Pengemis tua itu melihat Nyai Endit dan ia pun mengabulkan permintaannya. Sang pengemis tua segera mencabut tongkat tersebut. Warga pun terheran mengapa pengemis itu mampu melakukannya padahal tidak ada warga yang mampu. Setelah dicabut, tiba-tiba saja mengalirlah air dari tempat tersebut. Semakin lama air semakin deras dan tinggi, memenuhi tempat itu.

Karena takut tenggelam, para penduduk pun bergegas menyelamatkan diri mereka sendiri. Mereka mengungsi mencari tempat yang lebih aman. Berbeda dengan Nyai Endit yang engga melepas hartanya. Meskipun air semakin bertambah tinggi, Nyai Endit tetap beridam di rumahnya yang penuh dengan harta dan perhiasan. Hingga akhirnya ia pun tenggelam bersama rumah dan isinya. Tempat tersebut berubah menjadi sebuah danau yang kemudian dinamakan Situ Bagendit. Situ artinya danau dan Bagendit berasal dari nama Nyai Endit. Menurut cerita, konon orang-orang percaya mereka melihat lintah yang sebesar kasur di dasar danau. Katanya itu merupakan penjelmaan sosok Nyai Endit yang tidak berhasil kabur dari jebakan air. Cerita di atas termasuk kategori legenda yang mengandung pesan-pesan moral. Salah satu pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah bahwa kekikiran dan keserakahan terhadap harta benda dapat menyebabkan seseorang celaka. Sebagai manusia, kita perlu saling mengasihi, menghormati dan menolong sesama kita, khususnya mereka yang kesulitan. Sumber: https://www.popmama.com


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook