Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore gambaran umum ki mhs

gambaran umum ki mhs

Published by fanyh955, 2020-06-28 22:38:38

Description: gambaran umum ki mhs

Search

Read the Text Version

1 GAMBARAN UMUM KARYA ILMIAH

A. Karakteristik Bahasa Indonesia ilmiah Sebagai bahasa yang digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempatnya, bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah, baik secara tertulis maupun secara lisan. Selanjutnya, bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik. Berikut karakteristik karya ilmiah a. Cendikia Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat Cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas, dua gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang mewadahinya. Perhatikan contoh kalimat cendekia di bawah ini! (1) (2) pemaparan paparan pembuatan buatan pembahasan bahasan pemerian perian Kata-kata pada contoh (1) menggambarkan suatu proses, sedangkan contoh (2) menggambarkan suatu hasil. Dalam pemakaian bahasa ilmiah, penggunaan kedua jenis bentukan kata tersebut perlu dilakukan secara cermat. Kalau paparan itu mengacu pada proses, kata-kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (1), tetapi kalau paparan itu mengacu pada hasil, kata·kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (2). (1) Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi bahwa korteks adalah pusat otak yang paling rumit. (2) Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi korteks adalah pusat otak yang paling rumit. Kecendekiaan juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat idiomatis. Pilihan kata maka dan bahwa pada contoh (3) termasuk mubazir. Oleh sebab itu, kata tersebut perlu dihilangkan sebagaimana contoh (4).

b. Lugas dan Jelas Sifat lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan bahasa Indonesia yang lugas akan menghindari kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu dihindari. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang. Perhatikan contoh kalimat lugas di bawah ini! (3) Para pendidik yang kadangkala atau bahkan sering kena getahnya oleh ulah sebagian, anak-anak mempunyai tugas yang tidak bisa dikatakan ringan. (4) Para pendidik yang kadang-kadang atau bahkan sering terkena akibat ulah sebagian anak-anak mempunyai tugas yang berat. Kalimat (5) bermakna tidak lugas. Hal itu tampak pada pilihan kata kena getahnya dan tidak bisa dikatakan ringan.Kedua ungkapan itu tidak mampu mengungkapkan gagasan secara lugas.Kedua ungkapan itu dapat diganti terkena akibat dan berat yang memiliki makna langsung, separti kalimat (6). c. Menghindari Kalimat Fragmentaris Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat fragmentaris. Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan. Perhatikan contoh kalimat fragmentaris di bawah ini! (1) Harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Fragmentaris) (2) Tugas tersebut harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Lengkap) d. Bertolak dari Gagasan Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari. Perhatikan contoh kalimat bertolak dari gagasan di bawah ini! (9) Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting. (10) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.

Contoh kalimat (9) beroriantasi pada penulis. Hal itu tampak pada pemilihan kata penulis (yang menjadi sentral) pada kalimat tersebut. Contoh (10) berorientasi pada gagasan dengan menyembunyikan kehadiran penulis. Untuk menghindari hadirnya pelaku dalam paparan, disarankan menggunakan kalimat pasif. Orientasi pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan juga perlu dihindari. Oleh sebab itu, paparan yang melibatkan pembaca dalam kalimat perlu dihindari. e. Formal Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran isi, dan tampilan esei formal. Perhatikan contoh di bawah ini! (11) Kata Formal (12) Kata Informal Berkata Bilang Membuat Bikin Hanya Cuma Memberi Kasi Bagi Buat Ketimbang Daripada f. Objektif Bahasa ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam panggunaan kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan. Perhatikan contoh kalimat objektif berikut ini ! (13) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti betapa besarnya peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut. (14) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti besarnya peranan oraug tua dalam pembentukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Hadirnya kata betapa dan kiranya pada contoh (13) menimbulkan sifat subjektif. Berbeda dengan contoh (14) yang tidak mengandung unsur subjektif.

g. Ringkas dan Padat Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi. Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah. Perhatikan contoh kalimat ringkas dan padat berikut ini ! (15) Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap warga negara Indonesia. (16) Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warg/a negara Indonesia. Contoh (15) berikut termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat, sedangkan contoh (16) adalah bahasa yang tidak ringkas. Hadirnya kata sebagaimana tersebut pada paparan dan kata dan dasar pegangan hidup dan kehidupan pada kalimat (16) tidak memberi tambahan makna yang berarti.Dengan demikian, hadirnya kata-kata tersebut mubazir. h. Konsisten Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu, apabila pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut. Perhatikan contoh kalimat konsisten berikut ini ! (17) Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan, semua kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagimuslim Bosnia. Bagi mereka yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan. (18) Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah disiapkan kendaraan yang eukup. Pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan semua kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Untuk mereka yang penting adalah peneabutan embargo persenjataan. Contoh (17) tidak konsisten dengan kaidah yang berlaku. Sementara itu, contoh yang konsisten adalah contoh (18).

B. Ciri dan Jenis Karya Ilmiah Dalam penulisan sebuah karya ilmiah akan terdapat pembaca akan bisa membedakan sebuah karya ilmiah dengan karya tulis biasa ,dengan cara memahami ciri-ciri dan jenis karya ilmiah. Berikut merupakan pembahasan mengenai ciri-ciri dan jenis karya ilmiah. a. Ciri Karya Ilmiah Salah satu komponen penting dalam suatu karya ilmiah adalah ciri-ciri. Ciri-ciri dalam karya ilmiah bertujuan agar pembaca dapat membedakan bahwa karya tersebut termasuk ke dalam karya ilmiah atau bukan.Suriasumantri (Pamungkas, 2012:53) membagi ciri- ciri karya ilmiah kedalam beberapa bagian, antara lain: a) Reproduktif. Artinya maksud yang ditulis oleh penulis dapat di terima dengan makna yang sama oleh pembaca. Penulisan karya ilmiah harus di susun agar pembaca dapat langsung memahami isi dari karya ilmiah tersebut. b) Tidak ambingu. Artinya tidak memunculkan makna ganda yang dapat membuat pembaca salah paham.sebuah karya ilmiah harus memberikan pemahaman secara detail dan di kemas dengan bahasa yang tidak membingungkan serta dapat di terima oleh pembacanya. c) Tidak emotif. Artinya, tidak melibatkan aspek perasaan penulis. Setiap pernyataan, atau ungkapan yang emosional (mengebu ngebu seperti orang berkampanye, perasa'an sedih seperti orang orang berkabung, perasa'an senang seperti orang yang mendapat hadiah dan perasa'an marah seperti orang bertengkar. d) Pengunaan bahasa bahasa baku dalam eja'an, kata, kalimat, dan paragraf. Hal ini bertjuan agar karya ilmiah tersebut mudah di pahami. penguna'an bahasa baku tersebut meliputi setiap aspek penulisanya. Mulai dari penulisan sumber, teori, hingga penulisan kesimpulan. Ketidakbakuan pada tulisan karya ilmiah hanya akan membuat pembacanya binggung dan maksudnya ingin di sampaikan dalam tulisan tidak di pahamu oleh pembaca. e) Pengunaan istilah keilmuan. Penguasa penulis dalam mengunakan istilah tertentu sesuai bidangnya akan menunjukkan kemampuan penulis dalam bidang bersangkutan. Hal itu menjadi tolak ukur mengenai seberapa ahli seorang peneliti atau penulis karya ilmiah pada bidang ke ilmuanya. f) Penguna'an istilah atau kata dalam karya ilmiah harus mempunyai satu arti, dan tidak ambigu. Karena bila kata atau istilah bersifat multifasir maka kebenaranya perlu di pertanyakan. Dengan kata lain tulisan harus bersifat denotatif. g) Penulisan harus Rasional serta menonjolkan runtutan pikiran yang di sampaikan dengan lancar dan cermat. Dengan demikian karya ilmiah dapat di pertangung jawabkan isi dan isu permasalahanya yang terkandung di dalam'nya. h) Bersifat kohensi antar kalimat di setiap paragraf serta bersifat korensi atar paragraf di setiap bab. Hal ini guna menyampaikan isi pikiran dengan tuntas dan tidak berbelit belit. i) To the pont Penulisan karya ilmiah ini memiliki alur maju dan lurus dalam sistem matikan penulisan nya, sehingga isi yang terkandung dapat langsung di bahas tuntas. j) Kalimatnya bersifat efektif. Dalam penulisan karya ilmiah tiap kalimat harus di tulis secara padat, jelas serta tidak bertele tele atau di panjang panjangkan. Dengan demikian karya ilmiah mampu tersampaikan kepada pembaca dengan tepat sasaran.

b. Jenis Karya Ilmiah Karya ilmiah merupakan sebuah karya yang ditulis dari berbagai penelitian, wawasan, dan pengetahuan baru. Karya ilmiah tidak semata-mata hanya dinikmati oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi, tetapi dapat dinikmati untuk kalangan (masyarakat umum). Sehingga karya ilmiah diklasifikasikan menjadi dua jenis. Menurut Miyanti (2014: 35) mengklasifikasikan jenis karya ilmiah dalam dua golongan besar, yaitu: karya ilmiah murni dan karya ilmiah popular. Karya ilmiah murni Karya ilmiah murni merupakan sebuah tulisan yang terdapat banyak manfaat. Karya ilmiah yang disajikan secara sistematis, terstruktur dan rinci dalam penyajiannya dan ditujukan kepada masyarakat khusus (profesional) yang memiliki sifat ilmiah tinggi. Seperti karya ilmiah berupa skripsi, tesis, disertasi, dan berbagai karya ilmiah yang ditujukan kepada orang yang bergelut pula dalam menulis karya ilmiah. Sehingga karya ilmiah yang ditulis dapat dijadikan sebagai sumber refernsi untuk para penulis yang akan datang. Setiap tulisan pasti memiliki tujuan, dan karya tulis ilmiah adalah tulisan yang ditujukan untuk orang-orang tertenntu. Menurut Miyanti (2014:35), karya ilmiah memiliki jangkauan pembaca yang terbatas pada kaum ilmuan atau akademisi. Hal ini dikarenakan sifat dari karya ilmiah murni yang berorientasi pada dunia akademis. Pembaca dari karya ilmiah murni ini merupakan mereka yang berada pada bidang yang sama dengan topik bahasan sebuah karya ilmiah. Dalam karya ilmiah murni, sistematika penulisan harus berurutan dan sistematis. Tulisan karya ilmiah disajikan secara sistematis, teoritis, dan bersifat. Setiap informasi yang terdapat dalam karya ilmiah murni, harus berlandaskan teori yang kuat. Penulisan bahasa juga sangat diperhatikan. Setiap kalimat harus dipilih dengan baik. Kajian yang dibahas di dalamnya meliputi hasil penelitian yang menggunakan beberapa variable untuk mendapatkan sebuah kesimpulan akhir (Miyanti, 2014:35-36). Contoh karya ilmiah murni adalah makalah, naskah publikasi, dan laporan akhir yang dibuat untuk tujuan akademis. Cara yang digunakan untuk mengetahui bahwa tulisan termasuk ke dalam karya ilmiah murni dengan mengetahui ciri-cirinya. Menurut Miyanti, (2014:26) ciri-ciri karya ilmiah murni yaitu: a) memuat permasalahan kehidupan yang akan dipecahkan dengan cara pengaplikasian metode ilmiah; b) isinya bersifat spesifik, berkesinambungan, koherensi, dan jujur; c) bahasa yang digunakan adalah kata baku. Melalui ciri-ciri tersebut akan lebih mudah dalam memilah atau menentukan tulisan sebagai karya ilmiah murni. Karya Ilmiah Populer Berbeda dengan karya ilmiah murni, karya ilmiah populer ditujukan kepada masyarakat umum (khalayak umum). Seperti halnya bahwa semua orang dapat berkarya melalui tulisan, salah satunya menulis karya ilmiah. Hal ini tentu tidak dilihat dari status sosial dan pendidikan. Semua masyarakat diperbolehkan membuat karya ilmiah. Biasanya karya ilmiah populer yang sering dijumpai berupa artikel-artikel ilmiah yang dapat diakses melalui internet, sehingga semua orang mudah untuk membaca demi kepentinggan iformasi ataupun sebagai wawasan.

Karya ilmiah popular memiliki target pembaca yang lebih luas. Miyanti (2014:36) menyebutkan bahwa karya ilmiah popular dapat dikonsumsi oleh masyarakat umum. Melalui tema-tema yang diangkat dari topik hangat yang sedangg terjadi di masyarakat, karya ilmiah popular terasa begitu dekat dengan realita masyarakat. Tema-tema yang ringan dan factual akan membat masyarakat luas mudah memahami isinya. Tema-tema yang sering diangat misalnya tentang kesehatan, kecantikan, politik, dll. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah popular juga lebih pada bahasa popular yang tidak terlalu mementingkan kebakuan. Meskipun masih tetap memperhatikan kaedah kebahasaan dan ejaan yang benar, bahasa karya ilmiah popular dibuat lebih komunikatis untuk membantu pemahaman masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang (Miyanti, 2014:36). Penyajian karya ilmiah popular terasa lebih santai dengan kalimat yang sering digunakan dalam bahasa sehari-hari tanpa adanya kata akademis yang membuat pembaca harus berfikir. Contoh karya ilmiah popular, antara lain: esai, tajuk rencana, opini, resensi buku, artikel, dan lain-lain. Karya ilmiah popuer pada dasarnya merupakan karya ilmiah yang menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat. Menurut Revolta (Sujarwo, 2006:6) karya ilmiah populer merupakan karangan yang mengandung unsur ilmiah, berdasarkan fakta, aktualisasinya tidak mengikat. Unsur yang ditekankan pada karya ilmiah ini bukan pada penggunaan bahasanya melainkan pada sisi ilmiahnya (menyajikan dan menerangkan fakta/informasi). Menurut Dalman (2016:155) karya ilmiah populer merupakan suatu karya yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang populer, sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca. Dapat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya karya ilmiah populer merupakan karya tulis yang berpegang pada standar ilmiah, tetapi ditampilkan dengan bahasa yang umum, sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam. Cara yang digunakan untuk mengetahui bahwa tulisan sebagai karya ilmiah populer adalah dengan mengenal ciri-cirinya. Menurut Miyanti (2014:37) ciri-ciri karya ilmiah popular, yaitu: a) tema yang diangkat berupa fakta objektif; b) mengutamakan pemahaman masyarakat awam; c) penulisan sistematis, namun tidak berdasarkan kaidah-kaidah yang mencakup bahasan bab per bab. Melalui ciri-ciri tersebut akan memudahkan pembaca untuk mengetahui dan membedakan karya ilmiah murni dan karya ilmiah populer. Pada penulisan karya ilmiah populer terdapat beberapa tahapan yang umum digunakan. Menurut Dalman (2016:163) secara umum ada empat proses menulis yang ditawarkan yakni, (1) tahap persiapan, (2) tahap inkubasi, (3) tahap iluminasi, dan (4) tahap verifikasi/evaluasi. a) Tahap Persiapan Tahap persiapan atau pra-penulisan adalah ketika penulis menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain untuk emmperkaya masukan kognitif yang akan diproses selanjutnya. b) Tahap Inkubasi Tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi yang dimilikinya sedemikian rupa, sehingga mengantarkannya pada ditemukannya pemecahan masaah atau jalan keluar yang dicarinya.

c) Tahap Iluminasi Tahap iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi atau insight. Iluminasi tidak mengenal tempat atau waktu. Jadi, sebaiknya ketika inspirasi tersebut datang, seorang penulis harus segera menuliskannya. d) Tahap Verifikasi/Evaluasi Tahap verifikasi adalah tahap ketika hasil dari iluminasi tersebut dibaca kembai, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada hal-hal yang perlu ditambahkan, ataupun beberapa pemilihan diksi yang harus diperbaiki. C. Langkah-langkah Penulisan Karya Ilmiah Secara garis besar, langkah kegiatan penulisan karya ilmiah dapat dibedakan menjadi 3 tahap, yaitu a. Perencanaan Kegiatan perencanaan meliputi pemilihan ide pokok atau topik membatasi topik yang telah dipilih, merumuskan tujuan, menyusun kerangka karya ilmiah, dan mengumpulkan dan memilih bahan penulisan. b. Penulisan Kegiatan penulisan berupa penguraian kerangka karya ilmiah menjadi paragraf-paragraf yang berisi kalimat-kalimat sebagai unit-unitnya. c. Penyempurnaan Kegiatan penyempurnaan dilakukan setelah kerangka karya ilmiah diuraikan menjadi paragraf dan kalimat dalam bentuk draft karya ilmiah. Selanjutnya draft ini diperbaiki (baik isi, bahasa, maupun formatnya) untuk menghasilkan karya ilmiah dalam bentuk akhir. Langkah-langkah penulisan yang dimaksud dapat divisualkan dalam bagan berikut ini. Langkah I Langkah II Langkah III PERENCANAAN PENULISAN PENYEMPURNAAN Penulisan Topik Pendahuluan Penyempurnaan Kerangka Teks Utama Isi Pengumpulan Bahan Penutup Bahasa Daftar Rujukan Teknik Penulisan Bagan 1: Langkah Kegiatan Penulisan Karya Ilmiah Langkah kegiatan penulisan karya ilmiah tersebut tidak bersifat linier murni, artinya, masih terdapat ketumpang-tindihan tahap kegiatan. Misalnya, kegiatan pengumpulan dan pemilihan bahan yang termasuk dalam tahap perencanaan, dapat juga dilakukan pada tahap penulisan atau bahkan dalam tahap revisi.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook