AbRaEhMAN SINGADIWANGSA Riwayat dan Silsilah Keluarga AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 1 Riwayat & Silsilah Keluarga
Foto : Istimewa Istilah Silsilah Keluarga Dalam Bahasa Sunda Keturunan ke-1 : Anak Keturunan ke-2 : Incu Keturunan ke-3 : Buyut Keturunan ke-4 : Bao Keturunan ke-5 ; Canggah Keturunan ke-6 : Canggah wareng Keturunan ke-7 : Udeg-udeg Keturunan ke-8 : Gantungsiwur Keturunan ke-9 : Gerpak Keturunan ke-10 : Tambakgaleng Keturunan ke-11 : Dengdeng Keturunan ke-12 : Jumbleng Keturunan ke-13 : Amleng Sumber : Danadibrata, R.A. (2006). Kamus Basa Sunda 2 AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga
AbRaEhMAN SINGADIWANGSA Riwayat & Silsilah Keluarga dari, oleh & untuk AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 3 Riwayat & Silsilah Keluarga
AbRahEMAN SINGADIWANGSA Riwayat dan Silsilah Keluarga Cover : Rintik Hujan di Jalan Setapak Menuju Pancalang Lokasi : Desa Pancalang Abah REMAN SINGADIWANGSA Riwayat & Silsilah Keluarga Penulis : Kompilasi berbagai sumber Keluarga Inti Reman Singadiwangsa Editor : Jay Desprindo, HFBZ Periset Foto & Naskah : Tim Keluarga Inti Singadiwangsa & Desprindo Cetakan Pertama : Juni 2022, untuk kalangan Keluarga Reman Singadiwangsa Penerbit : Keluarga Besar Abah Reman Singadiwangsa Desain Visual : HFBZ Koordinator : Rifa Rufiadi (Cucu Abah Soekarya), Iing S. Irmandani (Cucu Abah Sura), Nandi R (Cucu Abah Adisuyawan). Penasihat : H. Ishak Natawidjaja bin Idris Natawidjaja, berserta para Kasepuhan keluarga besar Reman Singadiwangsa 4 AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga
d dDAFTAR ISI Pih7atur 11 Berawal dari Pancalang 23 Reman Singadiwansa 35 Abah Bardja 38 Abah Sura 44 Abah Iskam Partaatmaja 56 Abah Sukarya 70 Abah Djahar 78 Abah Adisuyawan 86 Ma Kanaan 104 Album Silaturahmi Keluarga Besar Abah Reman Singadiwangsa AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 5 Riwayat & Silsilah Keluarga
Artefak Keluarga. Salah satu peninggalan yang masih terawat, beberapa furnitur antik di tempat tinggal Ma Naong, di desa Pancalang. 6 AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga
d dPihatur Bismillahirrahmanirrahim Assalamuaikum Wr. Wb. Salam sejahtera ka parawargi sadayana keturunan ABAH REMAN SINGADIWANGSA dimanapun sekarang berada. Mugi sarehat wal'afiat pinuh barokah, tetap semangat. Amin yarobbal alamin. Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, buku silsilah keturuan ABAH REMAN SINGADIWANGSA dari mulai generasi pertama yaitu ABAH REMAN SINGADIWANGSA sampai dengan generasi ke enam, contohnya; 1. ABAH REMAN SINGADIWANGSA generasi pertama 2. Putra nya HJ. KANAAN BINTI REMAN SINGADIWANGSA generasi kedua 3. Putra nya HJ. INDANGKARSA NATAWIDJAJA BIN H. IDRIS NATAWIDJAJA generasi ke tiga 4. Putri nya INEU NUR’ILLAH BINTI INDANGKARSA NATAWIDJAJA generasi ke empat 5. Putri nya ADLINA NUR UTAMI BINTI SALIM AZWAR generasi ke lima 6. Putri nya LAVANYA MANDALAWANGI LAKSANA BINTI ADAM DWICITA LAKSANA generasi ke enam Telah siap diedarkan ke seluruh generasi. Shalawat serta salam, semoga tetap dicurahkan kepada junjungan nabi kita NABI MUHAMMAD SAW beserta keluarga, sahabatnya dan umatnya yang setia sampai akhir jaman. Amin yarobbal alamain. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 7 Riwayat & Silsilah Keluarga
Terima kasih kepada seluruh pengurus yang telah bekerja keras untuk menyusun silsilah keturunan ABAH REMAN SINGADIWANGSA, walaupun masih ada kekurangan. Terima kasih kepada seluruh anggota keluarga yang telah membantu memberikan informasi dan alamat dari masing masing generasi dimana tempat tinggal mereka dan mengirimkannya kepada pengurus. Buku silisah keturunan ABAH REMAN SINGADIWANGSA merupakan referensi bagi generasi yang akan datang untuk mengetahui dan mengingat KARUHUN sehingga bisa menjaga nama baik keluarga masing masing. Kerukunan ABAH REMAN SINGADIWANGSA mulai dicetuskan oleh orang tua dulu yaitu oleh ABAH H. ADISUYAWAN BINTI REMAN SINGADIWANGSA, HJ. KANAAN BINTI REMAN SINGADIWANGSA dan H. YOESOEF ROEHILMAN BINTI ISKAM PARTAATMADJA yang beralamat di DESA PANCALANG dengan susunan organisasi masih memakai tulisan tangan. Mulai tahun 1970 sampai tahun 1980 dan berhenti beberapa tahun lamanya. Melihat kerukunan ini berhenti dan melihat bagaimana orang tua jaman dahulu sangat menjunjung tinggi silaturahim, maka H. ISHAK NATAWIDJAJA tergerak hatinya untuk menghidupkan kembali kerukunan ABAH REMAN SINGADIWANGSA oleh karena itu pada tahun 2011 H. ISHAK NATAWIDJAJA meminta restu kepada Uwa H. ENDON HARJA SUPRIATNA dan diantar oleh H. IING SUKIM IRMANDANI Pada tahun 2012, H. ISHAK NATAWIDJAJA menjadi bidan untuk menghidupkan kembali kerukunan ABAH REMAN SINGADIWANGSA Di Sukabumi, Di Situgunung. 8 AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga
Pada tahun 2013 lahir kembali kerukunan ABAH REMAN SINGADIWANGSA di Desa Pancalang tempat kelahirannya yang menjadi sponsorH.JKANAANBINTIREMANSINGADIWANGSA. Setiap tahun dilanjutkan pertemuan naik ke atas ke ABAH H. ADISUJAWAN bin REMAN SINGADIWANGSA, ke ABAH HARDJA SUPRIATNA bin REMAN SINGADIWANGSA, ABAH SUKARJA bin REMAN SINGADIWANGSA ke ABAH ISKAM PARTAATMADJA bin REMAN SINGADIWANGSA, ke ABAH SURA bin REMAN SINGADIWANGSA dan sekarang ABAH BIRDJA bin REMAN SINGADIWANGSA. Sebetulnya masih ada satu orang lagi anak yang paling tua yaitu ABAH MUHARA BIN REMAN SINGADIWANGSA yang meninggal pada waktu masih kecil sedangkan umur dan sakit nya tidak diketahui. Kerukunan ini oleh orang tua dahulu benar benar dijaga bertujuan untuk menjaga silaturahim walaupun pada waktu itu tidak ada WA atau HP tidak ada kendaraan hanya dengan modal jalan kaki untuk saling memberikan informasi, saling memberikan nasihat dan saling memberikan petunjuk dengan berdasarkan Silih asah Silih asih Silih asuh Demikian kata pengantar ini. Semoga ada manfaatnya. Terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb. H. ISHAK NATAWIDJAJA BIN IDRIS NATAWIDJAJA AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 9 Riwayat & Silsilah Keluarga
10 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
Berawal dari Pancalang Desa Pancalang, nama yang tak asing bagi masyarakat Kuningan. Pancalang, selain nama desa dan juga adalah kecamatan. Sejatinya sebuah desa, sejak dulu Pancalang merupakan desa yang asri, hijau dengan berbagai pohon dan tanaman, dengan penduduk yang ramah Sawah merupakan pemandangan yang selalu hadir di depan mata, seolah tak bertepi. Sawah-sawah ini akan lebih memanjakan mata saat padi meninggi dengan warna hijaunya. Sebuah pemandangan yang menyejukan mata. Lihat, ujung daun pada yang meruncing bergoyang tertiup semilir angin musim kemarau. Sawah itu digarap oleh pemiliknya sendiri. Tanaman palawija, seperti kacang-kasangan, umbi-umbian, dan berbagai macam tanaman untuk kebutuhan sehari-hari juga menjadi ciri khas di sini. Sementara itu, sebagian besar penduduk juga memilihara kambing, ayam, atau kerbau di pinggir rumah atau bawah rumah yang berbentuk panggung. Semua untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Inilah desa yang akan selalu membuat jatuh hati, siapapun yang pernah hidup dan tinggal di Pancalang. Di tahun 1900-an atau awal abad 20 hingga tahun 1960-an, Pancalang yang masih asri dan mempesona disertai dengan kehidupan masyarakat yang kental dengan kearifan lokal AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 11 Riwayat & Silsilah Keluarga
foto : istimewa Sejarah Pancalang. Dari sumber lain, mengatakan nama Pancalang berasal dari kata panca yaitu lima dan lang yaitu burung elang. konon dulunya desa ini banyak sekali burung elang yang berputar dan hinggap di pepohonannya. dari kejadian tersebut maka kata pancalang di ambil oleh para sesepuh untuk nama desa ini. terasa di sini. Guyub dan saling tolong menolong merupakan ciri lain dari Pancalang. Kehidupan yang sederhana namun penuh keindahan. Dari informasi yang diperoleh dikutip dari “Asal Usul Desa Pancalang”, konon dari seorang laki-laki bernama Ki Gedeng Panderesan dari Cirebon yang gemar mancing ikan. Suatu waktu ia berangkat memancing ke daerah pegunungan, Ki Gedeng Panderesan merasa heran karena tidak pernah mendapatakan ikan satupun. Seekor kepiting 12 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
yang nyangkut di mata pancingnya. Orang Cirebon menyebut Yuyu. Sedangkan orang sunda mengenal binatang seperti itu dengan sebutan Keuyeup. Oleh karena waktu sudah beranjak sore beliau merasa cape dan menyesal, maka berkatalah bahwa besok di sini akan ada desa dan sungai Cikeuyeup . Kuningan merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di selatan Cirebon. Kabupaten ini terletak di bawah kaki Gunung Ciremai. Berdasarkan bukti-bukti peninggalan sejarah di Kuningan yang telah ditemukan dapatlah dipahami bahwa Kuningan ini dahulunya merupakan daerah yang telah lama dihuni oleh manusia, bahkan sejak jaman Pra Sejarah. Akan tetapi nama Kuningan baru dimunculkan dan kemudian dijadikan sebagai nama Kabupaten ini baru terjadi Pada Abad ke 15 Masehi. Sambil menuju kayu besar beliau akan berteduh, gagang pancing yang dibawanya dilempar dan berbunyi keropyak kemudian batang pancing tersebut diambil dan ditancapkan. Alat pancing ini hingga sekarang masih ada. Cikeuyeup yang masih berupa hutan alang-alang juga kedatangan orang lain, selain Ki Gedeng Panderesan. Mereka adalah Buyut Gebang Karanancang, Buyut Cikaso, Buyut Sengkala, dan Buyut Kajoran. Kelima orang itu akan berusaha bercocok tanam membasmi hutan alang-alang untuk dijadikan sawah ladang. Tanah yang subur membuat hasil yang diperoleh melimpah. Sangat memuaskan kelima orang tersebut. Keberhasilan ini membuat kelima orang tersebut memutuskan bermukim di Cikeuyeup. Hasil tani ini dibawa ke Cirebon untk dijual. Pulang ke Cikeuyeup mereka juga membawa teman-teman untuk bermukim dan menggarap AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 13 Riwayat & Silsilah Keluarga
tanah di sini. Sebagai orang yang pertama menggarap daerah ini, kelima orang tersebut kemudian berunding membagi tanah menjadi lima bagian. Menurut keputusan mufakat, tanah tersebut dibagi lima dan masing-,masing diketuai oleh sebagi berikut; Sebelah selatan namanya blok Sinjuran digarap oleh Buyut Cikaso, Buyut Kajoran, dan Buyut Sangkanerang. Sebelah barat namanya blok Cibebek digarap oleh Buyut Gebang Karancang, Buyut Nagasari, Buyut Wasala Wasalu, dan Buyut Sonja. Sementara itu, blok tengah digarap oleh Buyut Wangsa Yuda, Sanghiang Pakrok, Pangeran Mandala Giri. Blok karapyak digarap oleh Ki Gedeng Panderesan, Nyi Sarining Kuning, Pangeran Saradan, serta Buyut Jagabayan. Terakhir, blok tangkolo diurus oleh Buyut Sangkala, Pangeran Naga Karung, dan Nyi Gedeng Yuyu. Ternyata semakin lama, daerah ini makin menarik orang untuk datang. Para pendatang menetap di Cikeuyeup hingga beranak pinak. Untuk mempersatukan masyarakat yang ada, Buyut Gebang Karancang memiliki gagasan untuk agar dibentuk satu desa beserta kepemimpinannya. Kelima orang ini kemudian bermusyawarah dan muncul nama Pancalang. Semua sepakat menggunakan nama ini. Nama Pancalang dipakai dari lima pemimpin yang merupakan generasi pertama datang ke sini. Nama ini diambil dari panca (lima) dan lang yang memiliki padanan katan “hutan” alang-alang, sumber lain mengatakan kata lang diambil dari kata elang, konon dulunya desa ini banyak sekali burung elang yang berputar dan hinggap di pepohonannya. Pimpinan Pancalang pertama adalah Ki Gedeng Panderesan yang menetap di Blok Karapyak (Cikeyeup) dan menjadi pusat desat Pancalang. 14 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
foto : rekayasa digital Daya Tarik Pancalang Desa Pancalang yang asri dan mempesona karena kesuburan dan pemandangan alamnya menjadi tujuan mereka. Berdasarkan cerita dari sesepuh yang masih ada, kelompok pemuda etnis Tionghoa sudah masuk ke Kuningan termasuk ke Pancalang. Mereka menggunakan jalur Cirebon. Bahkan para pendatang dari China atau Tiongkok di Pancalang ini membentuk komunitas setelah memiliki anak cucu. Artinya mereka sudah berada di Pancalang dan sekitarnya dalam beberapa genarasi. Namun sebagaimana umumnya pendatang, mereka berupaya mempertahankan hidup dengan berdagang. Masuk akal bila mereka ingin berniaga di sini. Mereka datang ke Cirebon melalui pelabuhan yang sudah dikenal sebagai pintu mmasuk ke Cirebon. Mereka datang berombongan. Rombongan besar ini ingin mengadu nasib di tanah impian yang baru. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 15 Riwayat & Silsilah Keluarga
foto : istimewa Perkampungan Tionghoa di Kota Cirebon di awal tahun 1900an. Wilayah Cirebon, (Foto: Leiden University Libraries) berdasarkan sejumlah catatan sejarah, sejak dulu sudah lama dikenal oleh masyarakat di daratan Tionghoa. Karena itu, tidak mengherankan jika banyak masyarakat Tionghoa yang rela jauh-jauh datang ke Cirebon, kemudian memilih untuk menetap. Sebagai orang baru, berniaga merupakan pilihan yang paling masuk akal. Namun, ada informasi lain, bahwa sebagian dari mereka juga mencoba bercocok tanam di daerah baru yang dikenal subur. Komunitas Cina ini yang sebagian melakukan usaha dagang di tempat yang mayoritas penduduk bercocok tanam dan berternak. Mereka berdiam diri dengan berkelompok di salah satu dusun bernama Pacinan (disebut Pacinan karena tempat bermukim di dusun ini banyak komunitas pendatang China. Pacinan asal kata dari Pe Cina'an. Sekedar informasi, Cirebon dan Tiongkok memiliki hubungan yang erat. Ada cerita dan sejarah yang panjang. Selain karena Ong Tien, putri dari Dinasti Ming yang merupakan istri Sunan Gunung Jati, menurut naskah Purwaka Caruban Nagari, warga Tionghoa di Cirebon ada sekitar 200 tahun sebelum Kesultanan Cirebon berdiri. Hubungan keraton-keraton Cirebon dengan komunitas Tionghoa sudah terjalin lama. Bahkan, keberadaan warga Tionghoa di Cirebon sudah ada sejak sekitar tahun 1415 M sebelum kerajaan Cirebon berdiri pada sekitar tahun 1500 M. 16 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
Komunitas Tionghoa atau Cina kemudian beranak pinak di Cirebon dan sekitarnya. Ada yang ke Majalengka, ada yang ke Indramayu dan ke berbagai wilayah lain. Ada yang kemudian bermukim dan menjadi penduduk Kuningan (yang sekarang menjadi Kabupaten Kuningan), Pancalang adalah salah satu daerah yang dituju. Mereka mencari penghidupan di sini, khususnya berdagang. “Kalau orang Cina dulu larinya ke kampung karena ingin usaha kacang tanah. Nguasai kacang tanah, lantas di jual jadi minyak suuk atau minyak kacang tanah,” kata Abah Indang putra dari Ma Naong (bungsu putri Abah Reman dan Mak Nurani). Salah seorang diantara rombongan pendatang itu adalah Buyut Seblong yang merupakan leluhur Keluarga Reman Singadiwangsa memiliki keturunan tujuh orang anak diantaranya : 1. Ki Beng 2. Sengki 3. Katlo 4. Ngabei 5. Kiat 6. Anyoh 7. Banjir Putra ke lima dari Buyut Seblong yaitu Kiat merupakan kakek dari Tang sui yang datang ke Pancalang, pemuda Cina muda dengan perawakan seperti orang-orang Cina pada umumnya, berkulit kuning langsat dengan mata sipit. Berbeda dengan kebanyakan rekan-rekannya, Tan Sui bisa melebur dengan penduduk pribumi. Bergaul dengan penduduk asli tentu saja memberikan keuntungan bagi dirinya. Selain makin banyak teman, juga saat memutuskan untuk berkeluarga. Bila sebagian besar rekan di komunitasnya memilih nikah dengan etnis yang sama, Tan Sui berbeda. Dia mantap memilih kembang Desa Pancalang sebagai istri yang akan diajak mengarungi bahtera rumah tangga. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 17 Riwayat & Silsilah Keluarga
Singkat cerita Tan Sui menikah denga gadis pujaannya. Kedua Silsilah pasang suami istri ini, menurut informasi yang diperoleh (saksi sejarah), Keturunan menyambung hidup dengan berusaha membuat tahu. Sebuah pabrik tahu Leluhur Keluarga rumahan berdiri di Pancalang kala itu. Peninggalan kegiatan pembuatan Singadiwangsa tahu bisa dilihat dengan batu bekas yang ditemukan di dusun Pacinan berdasarkan ikhtiar desa Pancalang. “Cetakannya ada yang dibawa ke musieum Kuningan,” penelusuran data kata Abah Indang. keluarga Sebagaimana kita ketahui, teknologi pembuatan tahu berasal dari Cina. Dan, wilayah Cirebon hingga Majalengka dan Kuningan banyak produk makanan yang dikenal sebagai khas Cina. Sebut saja kecap yang banyak di Majalengka. Meskipun pada masa sekarang tahu lebih banyak berkembang di Sumedang yang terkenal dengan tahu Sumedang atau tahu Bungkeng. Bahan baku tahu yang berasal dari kedele. 18 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
Selama berkeluarga Tan Sui dan istri memiliki tiga orang anak: 1. Angkur 2. Reman Singadiwangsa 3. Wira Satu hal yang patut dicontoh dari Tan Sui adalah mampu melebur dengan pribumi. Orang asing yang datang dari negeri jauh namun dengan penuh kesadaran bisa menanggalkan sebagian identitas yang melekat. Tidak ekslusif dalam bergaul dengan lingkungan barunya. Tan Sui secara sepenuh hati memiliki jati diri Sunda dan itu terlihat oleh masyarakat. Bahkan, Tan Sui sendiri memiliki nama lokal (nama Sunda), namun seperti diungkapkan oelh Abah Endon, nama itu hampir tak ada yang mengingatnya. Nama baru itu yang sering disebut di masyarakat. “Waktu itu Tan Sui tidak mau disebut Tan Sui, tapi saya hormati keputusan orangtua kita,” jelas Abah Endon. Meski saat ini masih didjajah oleh Belanda dan Indonesia belum lahir, sikap Tan Sui ini boleh dikatakan sebagai perwujudan akan kecintaan terhadap bangsa. Bukti lain adalah nama anak-anaknya tidak ada yang menggunakan nama Cina, melainkan lokal Pasundan. Di kompleks 19 pekuburan keluarga Singadiwangsa, di Cibebek, dusun Pacinan desa Pancalang.terdapat gundukan tanah yang menyerupai kuburan, yang menurut riwayat adalah salahsatu kuburan orang china, diamana saat itu Desa Pancalang banyak ditinggali orang-orang China pendatang. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga
Istilah Silsilah Keluarga Dalam Basa Sunda Keturunan ke-1 : Anak Keturunan ke-2 : Incu Keturunan ke-3 : Buyut Keturunan ke-4 : Bao Keturunan ke-5 ; Canggah Keturunan ke-6 : Canggah wareng Keturunan ke-7 : Udeg-udeg Keturunan ke-8 : Gantungsiwur Keturunan ke-9 : Gerpak Keturunan ke-10 : Tambakgaleng Keturunan ke-11 : Dengdeng Keturunan ke-12 : Jumbleng Keturunan ke-13 : Amleng Sumber : Danadibrata, R.A. (2006). Kamus Basa Sunda 20 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
Bukti Peninggalan Orang China. Berupa batu untuk meneumbuk kedelai untuk pembuatan tahu yang ditemukan di dusun Pacinan desa Pancalang. “Cetakannya ada yang dibawa ke musieum Kuningan,” kata Abah Indang. . Lokasi artefak: 21 di pekarangan rumah Abah Iskam, di dusun Pacinan desa Pancalang. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga
1 Abah Birdja - Ibu Maja Abah Birdja - Ibu Mina 2 1. Burhana 1. Uha Kastuha 2.Hanipan 2. Imi Arimi 3. Enoh Ro’enah 1. Barniah (1923-2016) 2.Juntahar (1925-1980) 3 3.Sokarsa > - Iing S Irmandani (1951) - Indra Abdul Manan (1961) - Asep Abdul Kadir - Nurmaya (1959) - Abdul Hamam (Dudung) - Komalasari (1951) - Sri Lindawatiwati - Endang Sri Hati (Neneng) - Santoso - Nur’Aini 1. Drs. H. Yusuf Rochilman (alm) 6. H. Enung Nurmas (alm) 8. Tatat SPd. (alm) 4 2. Iing Ismail (alm) 7. Ooh 9. Hj. Iyus Rusmiati 3. Siti Aisiah 8. Hasan 4. H. Ilmo Ilmara 9. Husen 5. Hj. Anna Antiana (alm) 10.H. Dadang Nurmada (alm) 1. Entin Tisnasari (1930-1993) > - Ivan Firman 2. Oekan Moediarta (1932-2010) > - Rina Ruchiani Moediarta 5 - Rani Rahmani Moediarta - Rifa Rufadi - Uswatun Hasanah Moediarta - Aflaha Tinufus Moediarta - Fachri Fajar Muharrom 6 1. Eha (Suhaeni) 3. Unis Dantes 2. H. Endon Sukendar Hardja- 4. H. Ero Daniswara supriatna) 5. Ujet Toariat 6. Drs. H. Udin Tindarana Abah Adi - Ibu Iju : Abah Adi - Ibu Inah : 1. Djudju Djurasa 1. Uka Rasuka 7. Upo Upayana 7 2. Iwang Suwarsa (Alm) 8. Anam 3. Cokaswara 9. Ayat SPd. 4. Aat Rucita SH. 5. Hj. Nani Sumarni SPd. 6. Oca SE 1. H. Indang Karsa Natawidjaja (1937) 7. Hj. Elin Sukarintji Natawidjaja (1948) 2. Ilah Natawidjaja (1939-1939) 8. H. Jaja Nurjasa Natawidjaja (1950-2006) 3. Didi Waredi Natawidjaja (1943) 9. Hj. Ipah Natawidjaja S.SPd. (1952) 8 4. Ir. H. Ishak Natawidjaja (1943) 10. Indarana Natawidjaja (1959) 5. Nurmala Natawidjaja (1945) 11. Indarasa Natawidjaja 6. Hadiman Natawidjaja 12. H. Nana Ruhajana SE. 22 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
Reman Singadiwangsa (1890-1954) Sebagaimana seorang anak yang lahir di desa, Reman kecil akrab dengan suasana desa yang tenteram dan menyejukkan. Lingkungan yang bersih masih didominasi oleh pesawahan dan ladang palawija, seperti kacang-kacangan. Abah Reman pada usia mudanya adalah seorang ada yang menyebut sebagai seorang pejuang kemerdekaan seperti halnya para pemuda lain yg sama sama ikut berjuang melawan penjajah. Abah Reman, sebutan akrab untuk Reman, diperkirakan lahir sekitar tahun 1890-an, antara 1893 ke atas dengan asumsi anak pertama beliau lahir pada tahun 1905/1907). Abah Reman menikah dengan gadis asli Desa Pancalang dari Dusun Gibuk yang bernama Maharani atau ada yang menyebut Nuraeni dengan panggilan sehari-hari Rani. Abah Reman muda dikenal karena keberanian dan ketegasan beliau dalam bergaul dan bermasyarakat, tidak heran jika beliau dijadikan aparat desa pada waktu itu dengan menjadi seorang “pulisi desa”. Sebagian lain ada yang menyebut sebagai “mangku bumi”. Selama menjadi aparat desa, Abah Reman dikenal dengan ketegasan dan keberanian dalam menjalankan tugas sebagai abdi masyarakat. Tidak heran Abah Reman diberi gelar oleh masyarakat desa dengan gelar Singadiwangsa, sebuah gelar bagi aparat yang jujur dan AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 23 Riwayat & Silsilah Keluarga
berani, serta tegas juga berwibawa. Sejak itu Abah Reman dikenal dengan nama Reman Singadiwangsa. Menurut Abah Indang, pada saat itu aparat desa mendapat tempat terhormat di masyarakat. “Abah Reman itu (sebagai aparat saat ini) disanjung-sanjung oleh masyarakat,” tegasnya. Abah Indang bertemu dengan Abah Reman (kakeknya) saat di Pakain & Ikat SMP. “Sejak ketemu dengan Abah Reman sudah dalam kondisi sakit,” Kepala: Contoh kata Abah Indang. Informasi yang diperoleh Abah Indang sebenarnya Ilustrasi ikat tidak banyak. Namun, melihat kondisi Abah Reman yang sakit, berbaring kepala dan di dipan, Abah Indang yang masih kuat ingatannya memperhatikan pakaian orang kakeknya merupakan orang yang tabah. Nini atau Ma’ Rani lah yang Sunda jaman banyak merawat saat Abah Reman yang lumpuh hingga akhir hayatnya baheula di tahun 1954. (Th 1920) Saat menjadi perangkat desa, Abah Reman sering terlihat pakai iket Sunda di kepalanya. Tentu aksesoris ini menambah kesan gagah bagi Abah Reman. Ada yang menilai Abah Reman orangnya kuat secara fisik. Setelah tak aktif di desa Abah Reman sering terlihat membuat atap rumah yang dibuat dari daun kawung. Dari sisi kekayaan Abah Reman tak punya banyak tanah. Menurut Abah Indang, sebagai perangkat desa Abah Reman mendapat bagian tanah seperti yang diperoleh kuwu (kepala desa). Di sekitar rumah yang ditempati Abah Reman ada balong atau kolam ikan. Juga punya kambing piaraan dan ayam. Hewan peliharaan ini memang lazim ada di desa-desa termasuk di Pancalang. Hasilnya untuk dimakan sendiri atau dibarter dengan tetangga yang membutuhkan. foto : istimewa 24 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
PULISI DESA: Sekedar contoh gambaran pulisi desa saat menangkap pencuri di jaman Kolonial foto : istimewa Abah Reman dimata cucu-cucunya adalah orang yang mampu “memenej” keluarga. Termasuk mendorong anak-anak untuk sekolah. “Anak-anak Abah Reman nyakola,” kata Abah Endon. Bukti kepiawaian Abah Reman dalam memenej keluarga seperti; Abah Birdja di arahkan untuk bertani (bercocok tanam) hasil palawija/ hasil bumi dijual untuk memutar roda ekonominya, Abah Poeloeng Soera sukses menjadi perangkat desa Raksabumi, Abah Iskam dikenal sebagai tokoh masyarakat dan dipercaya menjadi Kepala Desa (Kuwu), yang dijalaninya hingga akhir hayatnya selama 22 tahun, Abah Soekarya menjadi guru/pendidik, Abah Djahar Hardjasoeita jadi seorang guru, Abah Tanggal Adisoeyawan menjadi seorang guru dan berwasanan, Mih Kanaan disekolahkan atas dorongan Abah Soekarya ke Cilimus Koopschool (SKP). Keluarga Abah Reman juga guyub hingga sekarang. Abah Reman dikenal sebagai orang yang suka bersilaturahim. Selain menyekolahkan anak-anaknya, keluarga Abah Reman dan juga istri termasuk yang akur, tak pernah terdengar mereka bertengkar. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 25 Riwayat & Silsilah Keluarga
Abah Reman dan Mak Rani memiliki delapan anak Foto : Istimewa terdiri dari tujuh putra dan seorang putri. Putra pertama beliau yaitu Abah Muhara meninggal pada usia IKAT KEPALA remaja (belum sempat berumah tangga) dan anak beliau yg SUNDA hidup adalah enam putra dan satu putri, berikut putra- Rekaan Baheula putrinya: (Buhun), yang merupakan 1. Abah Muhara tradisi pakaian 2. Abah Birdja sehari-hari, selain 3. Abah Poeloeng Sura kepercayaan 4. Abah Iskam Partaatmadja melindungi dari 5. Abah Soekarja roh-roh jahat juga 6. Abah Djahar Hardjasoeita berfungsi praktis 7. Abah Adisoeyawan utuk pembungkus, 8. Mih Kana'an (Ma Naong) selimut, bantalan untuk mengangkut Memang informasi mengenai Abah Reman tidak terlalu banyak beban di kepala untuk dijadikan sebagai bahan tulisan. Namun, bagaimanapun bagi dsb. keturunan Abah reman ada kebanggaan tersendiri dengan apa yang telah Foto : Istimewa RUMAH ADAT SUNDA: Pada umumnya terbuat dari kayu atau bambu, dan biasa mempunyai kolong yang digunakan untuk menyimpan peralatan bertani dan sebagai kandang binatang ternak. Rumah adat sunda mempunyai nama, sesuat dengan dengan bentuk atap rumahnya all: - Susuhunan Jolopong - Tagong Anjing - Badak Heuay - Perahu Kemureb -Jubleg Nangkub - Buka Pangpok 26 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
MACAM JENIS IKET ORANG SUNDA 2013. Di zaman dahulu ikaet dulu di kampung-kampung adat IKET ATAU TOTOPONG (Sunda) adalah juga mencerminkan kelas dalam sunda, dipakai sehari-hari. penutup kepala dari kain, yang masyarakat, sekarang iket sebagai 2. Iket Rekaan Kiwari, hasil dari merupakan kelengkapan se hari-hari pria aksesoris yang khas pakaian kreasi saat ini sesuai imajinasi, akil balig Sunda jaman baheula (sampai Sunda. tetapi tetap berpegang pada tahun 1900), dimana saat diharuskan Ada tiga jenis iket dalam Sunda : pakem iket buhun. memakainya untuk melindungi dari 1. Iket Rekaan Baheula, 3. Iket Praktis, adalah iket tinggal roh jahat dan populer kembali tahun merupakan tradisi sudah ada sejak pakai, tidak perlu mengikat lagi. IKET SUNDA IKET SUNDA BARANGBANG MAUNG SEMPLAK LEMPANG (Iket Baheula) (Iket Kiwari) IKET SUNDA IKET SUNDA JULANG NGAPAK PAREKOS (Iket Baheula) JENGKOL (Iket Baheula) IKET SUNDA IKET SUNDA KUDA NGENCAR PAREKOS (Iket Baheula) NANGKA (Iket Baheula) IKET SUNDA IKET SUNDA https://baraya-pasundan.blogspot.com/2014/06/iket-sunda-dan-jenis-jenisnya.html MAKUTA PRAKTIS WANGSA PAREKOS (Iket Praktis (Iket Praktis tinggal pake) tinggal pake) AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 27 Riwayat & Silsilah Keluarga
diraih olehnya. Seperti pengakuan masyarakat kepada beliau sehingga penyematan nama Singadiwangsa pada nama. Sementara itu dokumentasi foto Abah Reman dan Mak Rani juga tak pernah ditemukan. Sosok fisik yang dikemukakan oleh Abah Indang dan Abah Endon selaku cucu yang pernah ketemu beliau merupakan informasi yang sangat berharga. Juga dari Ibu Lasminah yang merupakan keturunan Abah Angkur, kakak Abah Reman Singadiwangsa. Tepatnya cucu dari Abah Angkur. Abah Reman meninggal pada tahun 1954 namun karena tahun kelahirannya yang tidak diketahui, tak diketahui persis pada usia berapa beliau wafat. Abah Reman dimakamkan di Desa Pancalang dan makamnya ada didaerah Karedok dusun Gibuk. Dan saudara keturunan beliau yang sudah wafat juga sebagian dimakamkan di daerah Cibebek (dusun Pacinan) dengan bukti adanya makam Cina disana. ARTEFAK PENINGGALAN KELUARGA REMAN SINGADIWANGSA. Salah satu rumah peninggalan Keluarga Reman Singadiwangsa di Pancalang yang sampai saat ini masih terawat. foto : Dok. keluarga AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga 28
Foto : Dok. Keluarga Singadiwangsa Dari kiri ke kanan : 29 1. Ibu Djui istri Abah Djahar (putra ke 6, Reman Singadiwangsa) 2. Ibu Kamsiah istri Abah Iskam Partaatmadja (putra ke 4, Reman Singadiwangsa) 3. Ibu Edod istri Abah Sukarja (putra ke 5, Reman Singadiwangsa) 4. Ibu Hj. Kanaan binti Reman Singadiwangsa istri Abah H. Idris Natawidjaja. Bertemu dan bersilaturahmi dalam acara keluarga ...... pada tahun .......... AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga
Foto : Dok. Keluarga ARTEFAK : Kediaman Hj. Kanaan tempo dulu, masih terawat. 30 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
foto : Dok. keluarga ARTEFAK KELUARGA : Abah Indang bin H. Idris, putra ke empat saat diwawancara. foto : Dok. keluarga ARTEFAK KELUARGA : Interior Rumah Peninggalan di Pancalang. 31 AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga
Foto-foto : HFBZ IBU LASMINAH yang merupakan keturunan Abah Angkur, kakak Abah Reman Singadiwangsa. Tepatnya cucu dari Abah Angkur, yang sampai sekarang masih hidup dan tinggal di Desa Pancalang. Di usia yang sudah uzur tapi beliau masih fasih berbicara, penglihatannya masih tajam, hanya sedikit pendengarannya saja yang agak berkurang, sehingga kita harus agak kenceng bicara dengan beliau. IBU LASMINAH saat diwawancara sebagai narasumber saksi hidup tentang sosok Abah Reman Singadiwangsa, di apit oleh sebelah kiri; Iing Sukim Irmandani (Cucu Abah Sura), Nandi R (Cucu Abah Adisuyawan) dan Rifa Rufiadi (Cucu Abah Sukarya) Foto-foto : HFBZ AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga 32
Foto : Dok. HFBZMakam Keluarga Singadiwangsa di daerah Cibebek (dusun Pacinan) Desa Pancalang. Makam Mak NURAINI istri dari Abah Reman Singadiwangsa, wafat 23-7-11956 Makam Abah REMAN SINGADIWANGSA wafat 7-6-1954 AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 33 Riwayat & Silsilah Keluarga
www.ancestry.com user name : pancalang password : pancalang1708 34 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
Abah Reman Singadiwangsa & Anak Keturunannya Klik ! Informasi lengkap silsilah Keluarga Abah Reman Singadiwangsa www.ancestry.com user name : pancalang password : pancalang1708 AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 35 Riwayat & Silsilah Keluarga
pReapinbbdntedaaadRsuBnihdhnoSaddaeaSasabmeiMindlasnasekdmdianawmapaaiMkotknnadnlaaabaadadskai,inaasnaaiInapadwloaairdns,manalhakdiatidahrynirnarhemuaiiadaacnIihdsbsrlurmnrap(uaaibpabkbcnihpcmaaunmaeraaaaHidlhtlhn-Hspyauraaaa.aaaaiednl.ansksaAirtmRnaAaiaauhauhdtgabnnmddiipnaeiludjyearruiseiytrgurhaaisralgtubanihuautiaueaieaaybgaarhunmnybrkdadneaudyntapsaayiwhseanlaangaawnkhdtaainybtgtkniaraihpanrgi(eianaangnnbsaitgabbbienudnrgaedyaneeneinmaaisaaalttsltmtbblresIrpAnnpmuinaeeibenibaifdpaeayalgrupeenbaTaraahnaannugntleduaaWshiBidhp.rsoarieinjeabrimluieSdilhHeudaaKyamsjhugdJaaDaiuoca,besmsnaSyaikatbeaananJuk.lbsksnDaabhmsaegehjhaguaHaeaasyannpg.skadhsskridaobinajdnsatiakaetabihuiuigknaahttsknabdacaeaaKaalualgyinitarIacmtnnetnhu,TiardKInhpdagnAbimaayeThafieipagmngaaermnriduhlpdrngbgdlsaaauedaieKaayneribunbrpsausah/imrJlpue,)ns.Kaaac,SnBdba,ipnekt.oyaadeaeJcySlaaPakhunleap.brenaaoepdkaetbPkeidlsshiabaenanaoaaiaaenrmddkdlswpd-rhIgTuaaainuaau,nedairwdgdnhpsmniAeihigaiakdanaardarnea-haaniiisnasb-.)n,, 36 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
Abah Birdja - (anak ke-2) Merupakan putra kedua dari pasangan keluarga Reman Singadiwangsa dan Rani Nuraini, dimana anak pertama Muhara telah lebih dulu meninggal dunia, tidak ada ada yang mengetahui percis penyakit dan tahun wafatnya. Dari pernikahannya yang pertama dengan seorang perempuan bernama Uwa Mina, Abah Birdja di karunia tiga orang anak (satu laki- laki dan dua perempuan) all : 1. Kastuha (Uha), 2. Arimi (Imi) dan 3. Roenah (Enoh). Putra ke tiga Roenah meninggal dunia saat masih kecil, sedangkan Kastuha dan Arimi hidup sampai berumah tangga, tapi sayang mereka tidak mengenal sosok ayahnya dengan dekat karena sudah ditinggal ayahnya saat mereka masih anak-anak. Dari Pernikahannya dengan istri ke dua Uwa Maya, Abah Birdja dikarunia dua anak laki-laki yaitu : 1. Burhan 2. Kaniban Sayang keduanya meninggal dunia saat masih kecil. Kemudia pernikahan ke tiga Abah Birdja dengan Uwa Sami tidak dikaruniai anak. Abah Birdja itu semasa hidupnya adalah bertani dan kemudian hasil nya berupa hasil palawija/hasil bumi dijual untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya. Hal ini diketahui lewat ceritra di antara keluarganya bahwa saat Abah Birdja meninggal dunia, beliau meninggalkan 40 buah karung goni yang berisi hasil bumi yang beliau simpan untuk persediaan kebutuhan hidup keluarganya, yang kemudian oleh isterinya diserahkan kepada Abah Reman Singadiwangsa. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 37 Riwayat & Silsilah Keluarga
dRmadareaninbnibdmpatdsaoMheaeubhudamnaaSalRsdAMisdnwsekabaaapBaaidaamnandinaBSehaiddtslairdlgiSMeiaiIrkiauokaluanamskaaarnabirpanaaiakianncanunhantkrdandh,awhdyeRsadnaasisndaniiaahmrioagadrranabidal(daadmbhumhdranbIauoannepiliaeuecSsnndpnbptchpyualamiuHeabaawabraaatikpirantmnaa.iuirnasaae,hyhlaAandudaapHpr-ahahanuyderaakma.jbsaatsayeundinikhriaAraansingpgiSihbgpiutAdaaardabledeaiDuyrirnireawnlurihasitsaaarthunnsaaawlubpdiimnaneaiynyaneyuedtaeakaakaasalguyninnshanwaatiapgdissbgatirtaaanIm(ruieegananabuunnyddnbAantnbgefreanebaednamenptbgala.anrhigasblerhnpeHdaadaieienirmSnanieprihansKolluakNuasTd,nbjkaeebuayiaianiahbJjacamuadkrbunnSyyeimes.nuhagiaMaag,pDbdP.J,aacsguesKpbuaaaHrsaaiaunsuseasalnkkaasidtnoejtpahtargaaaanbaakaaIna.da,nnrwbhmknibghsiltAeygtehaa-aamTKg3raadabitdrhharAIedaerieunaTSibebpauarlfnmsagn,ieaapnnhJ)aimgaBks,panabSlrmKinouoeuykeiahpralylealsasaaack,edtb.aSerad.nauJatdhhnaePnedbmhidknadkpeiiaaadoadiubabTssaluiserdeaapinknreamrawgiaeIan-hnna,nnpaeagAddshagir-.aria-nibs,), 38 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
Abah Sura - anak ke-3) Abah Sura adalah anak ketiga dari uyut Reman Singadiawangsa. Abah Sura terlahir dengan nama Pulung bin Reman Singadiawangsa. Karena menjadi pejabat desa/pamong desa sebagai raksa bumi, (pengawas pengairan desa) jadilah nama Sura melekat padanya sehingga lebih populer dipanggil Abah Sura. Abah Sura pertama menikah dengan seorang gadis dari Desa Silebu yang bernama Suamah bin Arwan. Dari pernikahan pertamanya, lahirlah seorang anak perempuan yang bernama Barniah binti Sura. Di pernikahan keduanya, Abah Sura mempersunting Nyai Mursita, seorang gadis dari desa Pancalang, anak sulung dari orang tua yang namanya tidak diketahui tetapi sering dipanggil Bapak dan Ibu Mursita (diambil dari nama anak sulungnya). Dari pernikahan kedua, Abah Sura dikaruniai dua orang anak yang diberi nama Juntahar dan Sukarsa. Anak pertama dari pernikahan pertama Abah Sura, Barniah, menikah dengan Ahid bin H Soleh dari Randobawa dan dikaruniai lima orang anak yaitu, Rokayah, Sahlan, Sabiah, Juhriyah, dan Adnan. Abah Sukarsa bin Sura 39 bersama Sepupu Oekan Moediarta bin Sukarya, dalam silaturahmi keluarga, sekitar tahun 1988-1990 AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga
Anak kedua Abah Sura, Juntahar, menikah dengan gadis Pancalang yang masih saudara sepupu bernama Komari. Mereka dikaruniai empat orang anak, yaitu Ijah Hadijah, Jaja, Juju, dan Maman Anak ketiga Abah Sura, Sokarsa dikaruniai sepuluh orang anak dari dua kali pernikahannya. Dari pernikahan pertamanya dengan Dasti binti Jaya Munhali memiliki satu anak yang bernama Iing S Irmandani. Dari pernikahan keduanya dengan Murhiyah dikaruniai sembilan anak yaitu Dulhanum (dudung), Endang Srihati Ningsih (Neneng), Komalasari, Nurmaya, Indra, Ohan Nurhaini, Cecep Abdulkadir, Insantoso, Lindawati (linda) Foto : Istimewa Dusun Jaray, Kecamatan Jaray, Kabupaten Lahat, tempat terakhir Abah Sura wafat. Pada tahun 1964, Abah Sura pergi ke Sumatra Selatan tepatnya di Dusun Jaray, Kecamatan Jaray, Kabupaten Lahat. Di sana beliau menikah dengan seorang janda dari Desa Jaray tetapi tidak dikaruniai keturunan. Akhirnya Abah Sura tutup usia di Desa Jaray, Lahat, Sumatra Selatan 40 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
Barniah Randonawa Putri ke-1 Abah Sura Binti Reman Singadiwangsa Wa Barniah Suami Wa Randonawa, Barniah putri pertama dengan Abah Sura putranya Elon dengan Suaimah umur 4 tahun bin Arwan Om Elon (kiri) dan Adiknya sblh Cucu-cucu Barniyah lengkap. kanan Adnan saat menghadiri resepsi pernikahan. AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga 41
Iing S. Irmandani Satu-satunya putra Abah Sukarsa bin Reman Singadiwangsa dengan Dasti binti Jaya Munhali. Mih Kanaan bersama Neneng Salminah, istri pertama Iing Sukim Irmandani bin Sukarsa dan putranya. Acara khitanan putra Tresna Auliafatra di Lampung Halal Bihalal di Majalengka tahun 2013 Acara pernikahan putri ke dua Abah Oekan Moediarta bin Iing Sukim Irmandani bin Soekarsa Sukarya, Rani Rahmani, di Majalengka tahun 1986. bersama adik nomer tiga Dudung bin Soekarsa. 42 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
Acara Tepang Sono Keluarga besar Abah Singadiwangsa di Bogor, tahun 2016 Keluarga Besar Abah Sura di acara Tepang Sono Keluarga Abah Singadiwangsa di Situ 43 Balong Dalem, Kuningan Tahun 2017 AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA Riwayat & Silsilah Keluarga
pReandndbaibdipatnsSdaohaieuebhMkamnamSaRsdsaadwseaaapBannaiamnndn,adesaddtliddaliiMiaiIkrokaalaasaahaaabpraniakininnaninntkrdadh,cwhdymaunaasisadaiipmroaadrranaMbudl(aamumhralbIauHdannpliaeecsnkaap.ptchylaminiHaAbKaabraaakianatga.iduitrnasamhuhlAiandudaae-sarhansyderaakmruujsaisayeuniaanihyaraasndgphgakibgiutaaiardwablheaiuysnieabnlirihasitaaarretrhunaawlpdiiinanbaynanbyuedAtaekeaasaeguymnibnnrshanaatlagdaassbgairetahanIim(ruipegnannbaunnydbaItnabgdefsanueaenaepktbglea.nSrhmasbalerdpeHdaaiiDenmirimanieprhaesollkauasTdn,nbsaaebuiainihbejJjamuaaskbunSyyekmenuihdagaagpDikbd.JaiacsgtesbuaaaaHsaiauKnsasaanlnkkaadnoejeahtragaanbaakahpInaad,nnrbhmniibgnhsaitAydgtehaaamlTKgurKadabitdrhaprIaedeaerieunTiebpaucarlfnmsgSn,iaapn.nJ)aimgayeBs,panPablarmKkinoeuykeiaahpaoylealdsasasalck,editb.Seraad.nauJaatddhwnaePnedbmhhiudknakpeiiaaanadoaddubabhTssailuiiseradeaaapinknreamrawngiaeIan-hnna,nnpaeagAddshagir-.aria-nibs,), 44 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
Abah Iskam Partaatmaja - 1907 (anak ke-4) Abah Iskam merupakan putra ke empat dari Abah Reman Singadiwangsa. Lahir di Kuningan pada tahun 1907. Seperti anak-anak lainnya di desa Pancalanag, Iskam kecil menikmati kehidupan pedesaan yang asri. Tanah subur dengan sawah ladang yang selalu dinanti bila panen tiba. Di sini Iskam kecil menghabiskan Peninggalan rumah Abah Iskam, di dusun Tepat di samping halaman Pacinan desa Pancalang. rumah, ada batu penumbuk kedelai utuk pembuatan tahu, peninggalan dulu. kehidupan sehari-hari hingga dewasa. Menikah dengan Mak Kamsiah dan dikaruniai anak yang banyak, yaitu 17 orang. Namun, takdir Allah mengharuskan delapan anaknya meninggal dunia di saat masih kecil atau sudah menjelang dewasa. Sementara yang ada delapan orang anak, lima laki-laki dan empat perempuan. Selama hidup di Pancalang, Abah Iskam dikenal sebagai tokoh masyarakat dan dipercaya menjadi Kepala Desa (Kuwu) keenam. Bahkan menjadi kuwu ini dijalani hingga akhir hayatnya, selama 22 tahun dari tahun 1932 hingga 1953. Selama menjabat sebagai Kuwu Pancalang, Abah Iskam dikenal AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 45 Riwayat & Silsilah Keluarga
sebagai orang yang rendah hati, memperhatikan rakyat, terutama yang kesulitan. Menurut salah seorang cucu Abah Iskam, selama menjadi kuwu, ia hanya mengambil tanah bengkok seperlunya. Tanah bengkok biasanya berupa sawah atau ladang yang menjadi hak bagi kuwu, sebagian diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Menjalani amanah sebagai kuwu selama 22 tahun tak membuat Abah Iskam memanfaatkan untuk mengumpulkan tanah yang luas. Contoh lain bagaimana Abah Iskam, saat menjadi kuwu, memiliki sifat pemaaf bahkan kepada pencuri sekalipun. Dikisahkan ada pencuri beras yang tertangkap di salah satu rumah di Pancalang. Melihat pencuri yang terpaksa mengambil beras ini, Abah Iskam tidak menangkap, malah diberi lagi untuk dibawa dan dimasak bersama keluarganya. Kelebihan lain dari Abah Iskam adalah sering melakukan itikaf di masjid Gunung Jati, Cirebon. Dari Pancalang ke masjid di Cirebon itu bukan jarak yang pendek. Untuk ukuran waktu itu bisa dalam hitungan jam menuju masjid. Tentu saja transportasi yang digunakan hanya delman. Sisi spiritual inilah yang menjadi dasar bagi Abah Iskam menjalani kehidupan, termasuk saat menjadi kuwu di sana. Apalagi dalam keseharianya Foto : Istimewa MASJID AGUNG CIREBON ATAU MASJID SUNAN GUNUNG JATI Salah satu masjid tertua di Indonesia ini berada di Kota Cirebon, atau tepatnya di sebelah barat alun-alun Sangkalabuwana, Kota Cirebon. Masjid Agung Sang Cipta Rasa menjadi salah satu saksi bisu perjuangan Wali Sanga dalam menyebarkan Islam di Tanah Jawa. Masjid ini dibangun pada 1498 Masehi oleh Wali Sanga atas prakarsa Sunan Gunung Jati pada tahun 1480. Sunan Kalijaga memimpin pembangunan masjid dengan bantuan arsitek Raden Sepat (dari Majapahit) sebagai arsitek dan 200 orang pembantunya (tukang) yang didatangkan dari Demak. 46 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
Abah Iskam juga memiliki kebiasaan melakukan tahajud atau sholat malam. Ibadah ini dilakukan sebelum atau setelah berkeliling kampung, semacam ronda sekarang. Salah seorang anaknya sering menemani saat Abah Iskam berkeliling kampung atau Desa Pancalang. Tentu saja saat itu tak ada protokoler yang menemani seperti sekarang. Sebagai ayah yang bertanggung jawab, Abah Iskam sangat memperhatikan pendidikan anak-anak, bahkan keponakannya. Seperti salah seorang anaknya yang belajar di Yogya, ia rutin mengirim beras hasil panen untuk kepada anak-anak dan ponakan yang sedang belajar/menuntut ilmu di luar kota (seperti Jogja) selalu membawa/mengirimkan beras hasil panen sawah Foto : Istimewa Sebagai ilustrasi, suasana Jalur lama kuningan- cirebon tahun 1920. Untuk menuju Masjid Gunung Jati Cirebon Abah Iskam menempuh jarak yang cukup lumayan, bisa jadi beliau menggunakan Delman sebagai kendaraan yang memungkinkan saat itu. Kereta Pos Foto : Istimewa Majalengka-Kadipaten Jaman Belanda tahun 1900-1915, menggunakan delman. Delman merupakan kendaraan andalan saat itu Dari asal muasal delman, ternyata nama delman ini berasal dari nama seseorang, Gansis. Dia adalah seorang insinyur pada masa Hindia Belanda yang merancang alat transportasi ini, namanya adalah Charles Theodoree Deleeman AbahR E M A N S I N G A D I WA N G SA 47 Riwayat & Silsilah Keluarga
untuk makan selama menuntut ilmu di luar kota. Karena kejujuran dalam menjalankan amanah, ada orang-orang yang tak menyukai Abah Iskam. Beberapa kali diancam akan dianiaya oleh penjajah Belanda waku itu, bahkan sampai dilindas oleh tank baja. Namaun Allah SWt masih menjaga dan menyelamatkan hamba-Nya. Sebelum wafat, Abah Iskam didatangi oleh borek yang datang dari Cirebon Girang. Konon peluru untuk menghabisi Abah Iskam terbuat dari emas. Abah Iskam ditarik keluar rumah oleh segerombolan orang lalu ditembak di jalan. Sempat dibawa ke rumah sakit tetapi karena pengalami pendarahan dan kehabisan darah Abah Iskam menghembuskan nafas terakhir menemui sang Maha Pencipta, Allah Subhanawata’ala. Sebagai catatan, borek itu tentara gerombolan perampok yang selalu menyiksa orang saat melakukan penjarahan. Setiap ada laki-laki yang menjadi korban akan disiksa atau dibunuh, atau jadi orang suruhan untuk membawa barang hasil rampasan. Menurut cerita pernah kejadian dalam sebuah perampokan ada 17 orang yang dibunuh, sebagian orang lagi ada yang bersembunyi di gorong-gorong atau dimana aja untuk menyelamatkan diri. SEBAGAI ILUSTRASI GEROMBOLAN PERAMPOK/BANDIT YANG TERTANGKAP & DI TAHAN DI PENJARA KOLONIAL PADA 1910-AN. Sasaran perampokan terbagi dua, yaitu barang dan manusia. Antara lain gudang, kebun, barak, bedeng, pengusaha perkebunan, kepala desa, orang eropah dan Tionghoa. Para perampok bertindak brutal terhadap korbannya, kejam dan menyiksa tak kenal batas kemaanusiaan. sumber : https://www.geheugenvannederland.nl 48 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
SEJARAH SINGKAT MASJID AGUNG Foto-foto : Istimewa SUNAN GUNUNG DJATI CIREBON Arsitektur Masjid Masjid Agung Gunung Jati Cirebon Masjid Agung Cirebon atau Masjid Sunan Interior Masjid Agung Gunung Jati yang juga dikenal dengan Cirebon Jati Cirebon nama Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Nama Sang Cipta Rasa merupa- kan pengejawantahan dari rasa dan kepercayaan, dibangun pada 1480, oleh Wali Songo atas prakarsa Sunan Gunung Jati semasa menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Pembangunannya dipimpin oleh Sunan Kalijaga dengan arsitek Raden Sepat (dari Majapahit) bersama dengan 200 orang pembantunya (Demak), dikerjakan dalam wkatu sehari jadi, dan subuhnya sudah dipakai sholat berjamaah. Interior Masjid Masjid ini terdiri atas dua ruangan, yaitu beranda dan ruangan utama. Untuk menuju ruangan utama, terdapat sembilan pintu. Jumlah ini melambangkan Wali Songo. Sedangkan, arsitekturnya memadukan gaya Demak, Majapahit, dan Cirebon. Terdapat tiang penyangga Masjid terdapat 30 tiang berbentuk bulat dengan diameter 40 cm yang berdiri di atas umpak-umpak. Beberapa bagian dinding masjid dihias dengan lubang angin berbentuk belah ketupat bergigi serta pilaster berhias motif teratai dan sulur-sulur pada bagian atas dan bawahnya. Serambi Masjid Sumur air di dalam Masjid Agung disebut mirip Zam-zam Pada bagian serambi masjid terdapat satu bagian yang paling sakral adalah sumur yang sekaligus jadi tempat berwudhu. Sumur ini terletak di beranda bagian utara Masjid Agung Cirebon. Namanya adalah Banyu Cis Sang Cipta Rasa. Bentuknya memang tak seperti sumur, melainkan dua buah kolam yang masing- masing berbentuk bulat. Dulu, dua kolam ini merupakan tempat wudhu para Wali Songo termasuk Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati. Air dari sumur ini konon sama murninya dengan air zam-zam dari Arab Saudi. Air dari sumur ini diyakini berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, serta memelihara kesehatan. Tak heran sumur ini dikeramatkan oleh warga Cirebon, terdapat pagar pendek yang mengelilingi dua kolam tersebut AbahAbahR E M A N S I N GRAEDMI WA NA NSGI SNAG A D I W A N G S A 49 Riwayat & Silsilah Keluarga
Keturunan Abah Iskam : Dari Pasangan Abah Iskam dan Ibu Kamsiah beliau dikaruniai Sembilan putra dan putri, sbb : 1. Drs. H. YUSUF ROCHILMAN ( alm ) 2. ISMAIL ( alm) 3. SITI ASIAH 4. H. ILMO ILMARA 5. Hj. ANNA ANTIANA ( alm ) 6. Drs. H. ENOENG NOERMAS ( alm) 7. Drs. H. DADANG NURMADA ( alm) 8. TATAT RUSTATI ( alm ) 9. Hj. YUS RUSMIATI Pasangan Drs. H. Yusuf Rochilman dengan Daniswara (kel Pasar Rebo) dikaruniai putra dan putri berjumlah Tujuh orang all: 1.Yudanegara (alm) 2. Yufiani 3. Dede Yudhiaty 4. Cecep Yudharko 5. Euis Yumirawaty 6. Asep Yudadarma 7. Muhammad Pasangan Siti Asiah dengan Koesnadi Koeswantoro dikaruniai putra dan putri berjumlah Lima orang all: 1. Leo Bawono 2. Subur Wiryanto ( alm ) 3. Dewi Handayani, S.Pd 4. Ria Puriwati 5. Retno Wulandari ri 50 AbahR E M A N S I N G A D I W A N G S A Riwayat & Silsilah Keluarga
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118