Modul Bahan Ajar Bidang Studi Bimbingan Konseling Strategi Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling Komprehensif
MODUL BAHAN AJAR STRATEGI MANAJEMEN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF Disusun oleh : Anindya Filia Salsabila (K3121013) Citra Hanum Rahmawati (K3121020) Eva Cantika Cahyaningtyas (K3121034) Hana Fitria Noor Baity (K3121042)
Modul Bahan Ajar Prakata Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan modul Strategi Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Para calon guru Bimbingan dan Konseling. Modul ini disusun guna memudahkan para calon guru BK dalam memahami strategi manajemen layanan bimbingan dan konseling. Modul ini juga dilengkapi dengan latihan soal untuk menguji pemahaman para calon guru BK terkait dengan materi yang terdapat pada modul. Dalam modul Strategi Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling ini akan dibahas tentang “Bagaimana strategi untuk layanan bimbingan dan konseling di sekolah”. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan modul ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyelesain modul ini, terutama dosen pengampu mata kuliah Manajemen bimbingan dan konseling ibu ma'rifatin indah khalili, M.Pd., dan ibu Ana Susanti, M.Pd, CEP, CHt. yang telah membimbing penyusun dalam pembuatan modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya para calon guru BK. Senin, 30 Mei 2022 Kelompok 7 ii
Modul Bahan Ajar Daftar Isi Prakata........................................................................................................................................ii Daftar Isi ...................................................................................................................................iii Daftar Gambar ..........................................................................................................................iv BAB I. Merencanakan Perjalanan Layanan Bimbingan dan Konseling ................................ 1 A. Tujuan Pembelajaran................................................................................................... 1 B. Petunjuk Belajar .......................................................................................................... 1 C. Peta Konsep................................................................................................................. 2 D. Deskripsi Materi.......................................................................................................... 3 E. Rangkuman................................................................................................................ 15 F. Daftar Pertayaan........................................................................................................ 16 BAB II. Mendesain dan Implementasi Program Bimbingan dan Konseling Sekolah ......... 17 A. Tujuan Pembelajaran................................................................................................. 17 B. Petunjuk Belajar ........................................................................................................ 17 C. Peta Konsep............................................................................................................... 18 D. Deskripsi Materi........................................................................................................ 19 E. Rangkuman................................................................................................................ 25 F. Daftar Pertayaan........................................................................................................ 25 BAB III. Evaluasi dan Mengembangkan Bimbingan Konseling Komprehensif ................. 26 A. Tujuan Pembelajaran................................................................................................. 26 B. Petunjuk Belajar ........................................................................................................ 26 C. Peta Konsep............................................................................................................... 27 D. Deskripsi Mate .......................................................................................................... 28 E. Rangkuman................................................................................................................ 43 F. Daftar Pertayaan........................................................................................................ 43 Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 44 iii
Modul Bahan Ajar Daftar Gambar Gambar 1. Peta Konsep Merencanakan Layanan BK............................................................... 2 Gambar 2. Peta Konsep Mendesaian dan Implementasi Program BK ................................... 18 Gambar 3. Peta Konsep Evaluasi dan Mengembangkan BK Komprehensif.......................... 27 iv
BAB I. Merencanakan Perjalanan Layanan Bimbingan dan Konseling A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari Kegiatan Pembelajaran 1, Calon Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor diharapkan menguasai bagaimana layanan Bimbingan dan Konseling Komprehensif. B. Petunjuk Belajar Modul ini disusun sebagai bahan pembelajaran para calon guru BK dan Dosen berfungsi sebagai fasilitator. Melalui modul ini diharapkan calon guru BK yang kompeten dalam Studi Manajemen Bimbingan dan Konseling. Oleh karena itu, diharapkan Para calon guru BK dapat berinteraksi dengan modul yang dipergunakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Bacalah modul ini secara berurutan 2. Pahami secara cermat mengenai deskripsi buku teks, tujuan pembelajaran, dan uraian materi. 3. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti/dipahami, mintalah petunjuk kepada Dosen. 4. Kerjakan setiap tugas sesuai dengan petunjuk yang ada. 5. Kerjakan soal yang ada pada setiap tes formatif 6. Tunjukkan hasil kerja anda pada Dosen. 7. Untuk lebih memperluas wawasan, pelajari referensi yang berhubungan dengan modul ini. Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari praktikum, perhatikanlah hal-hal berikut ini: 1. Perhatikan petunjuk praktikum. 2. Pahami setiap langkah kerja (prosedur praktikum) dengan baik. Bimbingan dan Konseling | 1
Modul Bahan Ajar C. Peta Konsep Gambar 1. Peta Konsep Merencanakan Layanan BK Bimbingan dan Konseling | 2
Modul Bahan Ajar D. Deskripsi Materi a. Sejarah program Bimbingan dan Konseling Komprehensif Bimbingan dan Konseling atau Guidance and Counseling telah dirintis di Indonesia sejak tahun 1960-an. Layanan BK secara resmi hadir dalam sistem pendidikan baru mulai pada tahun 1975, dengan dicantumkannya pelayanan tersebut pada kurikulum 1975. Pada ruang lingkup implementasinya mulai diperluas dan hadir untuk jenjang SD, SLTP, dan SLTA. Mulai berkembang kembali dengan adanya Surat Keputusan (SK) Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) No. 26 Tahun 1989 menyebutkan secara jelas bahwa jabatan guru BK dan guru berkedudukan seimbang dan sejajar. Dengan adanya Surat Keputusan tersebut, seorang guru selain memiliki tugas mengajar juga memiliki tugas pokok untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling. 1. Amerika Serikat Berkembangnya layanan bimbingan dan konseling di Indonesia adalah sebuah bentuk adopsi model yang sudah lama berkembang di Amerika Serikat. Pemahaman tentang bimbingan dan konseling sebagai suatu sistem dan kerangka kerja kelembagaan tidak dapat dilepaskan dari pandangan umum bahwa layanan BK merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Di Amerika Serikat, latar kelahiran BK di awal abad 20 bermula dari keprihatinan yang mendalam dari kalangan dunia pendidikan terhadap kekacauan perkembangan kepribadian generasi muda terutama kalangan pelajar di sekolah yang terkena dampak gelombang besar industrialisasi di kota-kota besar, seperti jumlah siswa drop-out meningkat (kaum muda lebih memilih bekerja ketimbang sekolah, sementara keterampilan kerja tidak memadai), pergeseran nilai dalam keluarga dan masyarakat, urbanisasi besar-besaran dari desa ke kota, dan problem- problem sosial yang lain (Gysbers & Henderson, 2006). Kenyataan tersebut akhirnya memicu tumbuhnya layanan bimbingan dan konseling sebagai suatu gerakan sosial yang selaras dengan gerakan kemajuan (progressive movement) yang berkembang dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat pada saat itu yang dipelopori oleh tokoh-tokoh pendidikan saat itu, seperti Frank Parsons, Charles Merrill, Meyer Bloomfield, Jesse B. Davis, Anna Reed, E. W. Weaver dan David Hill (Gysbers & Henderson, 2006; Gunawan, 2001). Para tokoh tersebut sama-sama Bimbingan dan Konseling | 3
Modul Bahan Ajar memandang secara kritis bahwa gelombang revolusi industri yang membawa dampak negatif bagi perkembangan generasi muda harus dicegah. Gerakan bimbingan yang muncul di AS dalam bentuk bimbingan pekerjaan (vocational guidance) tersebut membawa pengaruh besar terhadap banyak negara lainnya, seperti Filipina, Malaysia, India, dan Indonesia. Gunawan (2001, 22) berpendapat bahwa pada periode awal kemerdekaan masalah bimbingan pekerjaan baru diperhatikan oleh jawatan yang mengurus masalah tenaga kerja. Kegiatan bimbingan kemudian dikembangkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan dengan mengembangkan banyak kursus keterampilan bagi kaum muda. Baru pada tahun 1962, ada kebijakan SMA Gaya Baru yang mulai menggeser bimbingan pekerjaan ke arah bimbingan akademik. Secara formal, pemberlakuan kurikulum 1975 mengandung penegasan bahwa BK (saat itu disebut bimbingan dan penyuluhan) merupakan bagian integral dalam pendidikan di sekolah. Lahirnya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) tahun 1975 di Malang, Jawa Timur dan pergantian nama IPBI menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) tahun 2001 dengan kelengkapan divisi-divisi layanan di dalamnya semakin memperkokoh layanan BK dengan berbagai domain layanan yang semakin kompleks; pribadi, sosial, akademik, karir dan layanan pendukung lainnya. Sementara itu, inisiatif pengembangan model BKK tidak lepas dari pengaruh gelombang reformasi sekolah (school reform movement) yang terjadi di Amerika Serikat sekitar tahun 1980-an sampai dengan 1900-an (Brown & Trusty, 2005). Pada tahun 1983, Komisi Nasional Pendidikan di Amerika Serikat saat itu mempublikasikan rekomendasi yang membuat publik tersentak kaget; A Nation at Risk and The Imperative of Educational Reform (Negara dalam Bahaya; Pentingnya Reformasi Pendidikan). Beberapa komisioner pendidikan menjelaskan bahwa siswa-siswa di Amerika Serikat telah tertinggal jauh dari siswa-siswa yang ada di Eropa Barat dan negara-negara pasifik lainnya dalam hal prestasi akademik. Fenomena tersebut disebabkan oleh rendahnya standar akademik yang harus dicapai, sebagian besar guru tidak memiliki inspirasi, dan kurikulum yang tidak berkembang optimal (Brown & Trusty, 2005). Dalam hal moral, sekolah-sekolah menengah di Amerika Serikat berhadapan dengan tingginya kekerasan di kalangan pelajar, kenaikan rata-rata Bimbingan dan Konseling | 4
Modul Bahan Ajar kehamilan siswa di luar nikah, dan sebagainya. Inilah kenyataan yang terjadi di negeri yang dianggap sebagai kampiun dalam demokrasi dan pendidikan. Di tengah kecaman dunia internasional, terpilihnya George W. Bush pada tahun 2000 setidak-tidaknya memberi angin segar bagi masa depan reformasi pendidikan di Amerika Serikat. Di masa Bush, kongres AS telah mengamandemen Undang-Undang Pendidikan Dasar dan Menengah (Elementary and Secondary Act) dan melahirkan UU yang berpihak pada anak (No Child Left Behind Act). Sampai dengan diterbitkannya UU tersebut, Gysbers mengamati bahwa sebagian besar konselor sekolah di Amerika Serikat lebih banyak disibukkan oleh dan menghabiskan waktu untuk tugas dan kewajiban yang tidak profesional. Penelitian yang dilakukan oleh ASCA (American School Counselor Association) menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sekolah menghabiskan waktu antara 1 sampai 88% dari keseluruhan waktu bekerja hanya untuk kegiatan-kegiatan yang tidak profesional dan tidak ada kaitannya langsung dengan layanan bimbingan dan konseling (Brown & Trusty, 2005). Tugas-tugas yang tidak profesional tersebut menurut ASCA, seperti kegiatan pendaftaran dan mengatur penjadwalan siswa baru (registering and scheduling), menangani problem kedisiplinan siswa di sekolah, pengaturan berlebihan dalam hal seragam sekolah, mengerjakan tugas klerikal dan administratif, bahkan sampai dengan menggantikan tugas guru dalam mengajarkan mata pelajaran atau subjek tertentu di luar bidang layanan BK. Di tengah arus deras reformasi pendidikan, berbagai organisasi profesi bidang layanan BK yang ada di negeri Paman Sam tersebut memandang bahwa reformasi yang terjadi merupakan kesempatan emas untuk mereposisi program bimbingan dan konseling sebagai bagian penting dari misi pendidikan (sekolah) dalam mendukung pencapaian prestasi akademik dan fasilitasi tugas perkembangan siswa di berbagai aspek. Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil dari fenomena yang terjadi di Amerika Serikat tersebut, yaitu paradigma dan implementasi model BK merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dari gelombang reformasi sekolah yang terjadi saat itu. Bimbingan dan Konseling | 5
Modul Bahan Ajar 2. Indonesia Tidak sepenuhnya kita dapat membaca dan menganalisis sejarah bimbingan dan konseling yang ada di Indonesia. Mengapa demikian? Karena profesi bimbingan dan konseling kita sekarang ini belum memasuki fase historis, sebab kita sebagai pelaku sejarah masih mengalami proses untuk membangun visi dan aksi layanan bimbingan dan konseling yang kokoh di masa mendatang. Semangat reformasi dalam bidang pendidikan tersebut ditandai oleh keprihatinan yang mendalam seluruh pihak terhadap rendahnya indeks kualitas pembangunan sumber daya manusia yang dilansir oleh berbagai media pemeringkatan internasional, angka partisipasi pendidikan yang rendah, beberapa daerah seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat dan beberapa daerah lainnya bahkan diidentifikasi sebagai «kantong merah» buta aksara, kesenjangan sarana dan prasarana serta kualitas pendidikan di berbagai daerah di tanah air, dan sebagainya. Prof. Dedi Supriadi pernah mengatakan bahwa sejak Indonesia merdeka tahun 1945 dan bahkan sejak program-program Repelita dimulai tahun 1969/1970 tatkala pembangunan pendidikan mulai dilaksanakan dengan serius, baru 4-5 tahun terakhir ini sejak reformasi bergulir tahun 1998 merupakan periode yang paling padat perubahan. Belakangan mulai muncul label-label perubahan yang berseliweran tanpa terkendali; manajemen berbasis sekolah, peningkatan mutu berbasis sekolah, belajar berbasis komputer. Sepanjang tahun 2006 dan akhir 2009 ini, energi seluruh pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan terkuras habis dalam menghadapi proyek nasional dalam skala besar yang melibatkan berbagai kepentingan; Sertifikasi Guru dalam berbagai varian dan bentuk. Pertanyaan lebih lanjut, apakah perubahan- perubahan itu sudah dapat dianggap sebagai tonggak bersejarah telah terjadi reformasi pendidikan. b. Program Bimbingan dan Konseling yang Diorganisasikan Untuk merancang keputusan dasar yang kuat, merangkul program bimbingan dan konseling yang komprehensif dan bekerja dengan semua elemen, termasuk orang tua siswa dan masyarakat, dan staf sekolah untuk memberi manfaat bagi semua siswa. Landasan pengembangan program yang komprehensif sangat penting untuk memastikan bahwa Bimbingan dan Konseling | 6
Modul Bahan Ajar program bimbingan dan konseling sekolah yang komprehensif merupakan bagian integral dari program pendidikan secara keseluruhan untuk keberhasilan siswa. Mengidentifikasi dan menyadari kondisi ini sangat diperlukan dalam proses perubahan yang akan kita lakukan. Berikut beberapa kondisi umum dan syarat yang perlu kita pertimbangkan : 1. Perubahan adalah proses, tidak sekali jadi Terlalu sering, perubahan diperlakukan sebagai peristiwa yang bisa terjadi dalam waktu singkat, bahkan sekali melakukan langsung jadi. perubahan adalah proses, bukan peristiwa. Waktu yang cukup banyak harus disertakan ke dalam jadwal perubahan agar perubahan tersebut bisa berdampak pada perbaikan dan kesuksesan yang hendak dituju. 2. Pendekatan diagnostik untuk perubahan Connor, Lake, dan Stackman (2003) merekomendasikan pendekatan diagnostik digunakan dalam proses perubahan. Pendekatan mereka dimulai dengan merumuskan pernyataan masalah, (“Kita perlu memperbaiki cara kita mengatur dan mengimplementasikan kegiatan dan layanan bimbingan dan konseling di sekolah kita\"). Mereka kemudian merekomendasikan pengumpulan informasi tentang masalah, (“Bagaimana keadaan kita saat ini apakah sudah untuk memberikan kegiatan bimbingan dan konseling dan jasa?\"). Selanjutnya, mereka merekomendasikan untuk menganalisis informasi (\"Kami tidak menjangkau semua siswa dan orang tua mereka, kegiatan dan layanan kami adalah terputus K-12, dan kami tidak bertanggung jawab\"). Akhirnya, mereka merekomendasikan mengembangkan saran untuk tindakan di masa mendatang (“Kami perlu meningkatkan apa yang kami lakukan dengan mengadopsi dan menerapkan pedoman komprehensif yang akuntabel dan program konseling K-12” 3. Seberapa signifikan sebuah perubahan Waters, Marzano, dan McNulty (2003) menggunakan istilah orde pertama dan orde kedua untuk menggambarkan besarnya perubahan. Mereka mendefinisikan perubahan orde pertama sebagai perubahan yang sesuai dengan Bimbingan dan Konseling | 7
Modul Bahan Ajar nilai dan norma yang ada, menciptakan keuntungan bagi individu atau kelompok pemangku kepentingan dengan kepentingan yang sama, dapat diimplementasikan dengan pengetahuan dan sumber daya yang ada, dan di mana ada kesepakatan tentang perubahan apa yang diperlukan dan tentang bagaimana perubahan itu harus dilaksanakan dapat dianggap urutan pertama. Perubahan orde kedua, bagaimanapun, \"membutuhkan individu atau kelompok pemangku kepentingan untuk mempelajari pendekatan baru atau bahkan perubahan yang benar-benar bertentangan dengan nilai-nilai norma yang berlaku sebelumnya.Tantangan utama dalam fase perencanaan yang terorganisir adalah mendapatkan konsep program bimbingan dan konseling yang melekat di benak konselor sekolah, administrator, dan guru, beberapa di antaranya mungkin tidak mengerti apa itu program dan bagaimana hal itu dapat berkontribusi pada keberhasilan siswa. Selain hal hal di atas, untuk menarik perhatian audiens dan membuat konsep atau ide program tetap mereka ingat, kita perlu mengidentifikasi dan berbagi satu ide terpenting, inti dari pesan, yang kita ingin agar mereka ketahui dan pahami tentang pentingnya konsep atau ide tentang program bimbingan dan konseling. Selanjutnya, kita perlu menyediakan contoh konkret yang dapat dimengerti dan diingat tentang mengapa konsep program tersebut diperlukan untuk melayani kebutuhan semua siswa. c. Landasan Teori dan Struktur Secara teoritik berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat enam aspek yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan religius, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi, dan landasan pedagogis. Berikut rinciannya : 1. Landasan Religius Bimbingan dan konseling Islami merupakan bantuan kepada klien atau konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut. Bimbingan dan Konseling | 8
Modul Bahan Ajar 2. Landasan Psikologis Merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan 3. Landasan Sosial-Budaya Merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. 4. Landasan Ilmiah dan Teknologi Landasan ilmiah dan teknologi membicarakan sifat keilmuan bimbingan dan konseling. Sehingga bimbingan dan konseling diharapkan semakin kokoh. Dan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang berkembang pesat. 5. Landasan Pedagogis Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu: (a) pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling; dan (c) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan dari bimbingan dna konseling. Kemudian, struktur organisasi dibuat oleh koordinator BK yang terdiri dari kepala sekolah, pengawas diknas, komite sekolah kemudian tata usaha, koordinator bimbingan konseling, guru BK dan wali kelas. • Dalam organisasi akan terlihat kemana arah koordinasi kerja bimbingan konseling dan bagaimana pendelagasian tugas dalam menunjang keberhasilan konseling di sekolah. • Personel bimbingan konseling di sekolah mengupayakan terjadinya keberhasilan konseling di instansi pendidikan formal yang menaunginya. Adapun personel bimbingan konseling di sekolah terdiri dari : 1) Personal pada Kantor Dinas pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap penyelenggaraan bimbingan konseling di satuan pendidikan. Bimbingan dan Konseling | 9
Modul Bahan Ajar 2) Kepala sekolah. Kepala sekolah memimpin jalannya sebuah organisasi disekolah dan akan bertanggung jawab secara keseluruhan termasuk program bimbingan konseling oleh guru bimbingan konseling. 3) Wakil kepala sekolah. Wakil kepala sekolah bertugas membantu kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya. Terdapat beberapa wakil kepala sekolah baik bidang kesiswaan, bidang kurikulum, bidang sarana prasarana, dan bidang hubungan masyarakat dan sebagainya. Semua wakil kepala sekolah berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah tersebut. 4) Koordinator bimbingan konseling. Apabila koordinasi yang dilakukan berjalan dengan baik maka pelaksanaan bimbingan konseling akan efektif dan efisien. (Sukardi, 2002: 130). Koordinasi yang baik adalah apabila terjadinya komunikasi yang baik antara personel bimbingan konseling di sebuah sekolah. Koordinator bimbingan konseling sebagai penggerak dari terjadinya pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah. 5) Guru Bimbingan Konseling. Guru bimbingan konseling merupakan profesi yang sudah diakui keberadaannya di sekolah. Hal ini dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 74 tahun 2008 tentang Guru pada pasal 15 yang mengatakan, bahwa guru Bimbingan dan Konseling atau konselor adalah guru pemegang sertifikat pendidikan (Komalasari, dkk, 2011: 5). Oleh sebab itu, kehadiran guru bimbingan konseling ditengah personel bimbingan konseling lainnya memang membawa pencerahan pada pengembangan sikap dari siswa di sekolah tersebut. 6) Guru mata pelajaran.pelaksanaan bimbingan konseling bagi guru mata pelajaran tentu tidak sekomplek yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling. Guru mata pelajaran melaksanakan bimbingan konseling disaat jam pembelajaran berlangsung dan itu sudah terintegrasi antara bimbingan konseling dan penyampaian bahan materi pembelajarannya. Bimbingan dan Konseling | 10
Modul Bahan Ajar 7) Wali Kelas. Wali kelas memiliki peran yang juga besar dalam keberhasilan konseling. Wali kelas hendaknya bekerjasama dengan guru mata pelajaran dan guru bimbingan konseling dalam mensukseskan konseling bagi siswa (Atmaja, dkk, 2019). Wali kelas adalah guru yang paling memahami siswa-siswanya. 8) Karena wali kelas dianggap sebagai orangtua kedua bagi siswa di sekolah. Wali kelas harus memahami siapa saja siswanya dan apa yang bisa dilakukannya untuk mendekati siswanya. Maka wali kelas juga harus bisa memberikan sebuah bimbingan konseling ketika diajak berbicara oleh siswanya tersebut. Dan tentu saja ini harus terintegrasi dengan guru bimbingan konseling karena wali kelas harus mengetahui siswa dan seluk beluk siswanya. • Pada masing-masing personel bimbingan konseling di sekolah memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab masing masing yang terhubung langsung dengan organisasi pelayanan bimbingan konseling. • Program bimbingan konseling komprehensif memiliki kerangka kerja organisasi bahasa yang sama dengan konfigurasi spesifik dari kegiatan dan layanan bimbingan dan konseling yang terencana, berurutan, dan terkoordinasi berdasarkan kebutuhan dan sumber daya siswa, sekolah, dan masyarakat, yang dirancang untuk melayani semua siswa dan orang tua atau wali mereka di daerah sekolah setempat. d. Menilai Program Saat Ini Bagaimana menilai program saat ini merupakan proses untuk mendapatkan gambaran yang konkret dan terperinci mengenai program bimbingan dan konseling sekolah. Meluangkan waktu sangat penting dilakukan untuk memastikan mengenai pengumpulan data yang akurat karena data tersebut membantu staf bimbingan dan konseling dalam memahami desain program saat ini. Penilaian juga berguna dalam membantu pihak lain dalam memahami status program saat ini. Dalam proses persiapan dan perencanaan program ada beberapa hal yang perlu dibahas, yaitu : Bimbingan dan Konseling | 11
Modul Bahan Ajar 1. Mengarahkan cara untuk mempelajari cara pendekatan program saat ini, dari aspek kualitatif dan kuantitatif. 2. Menyarankan cara untuk mengumpulkan persepsi tentang program dari siswa, guru, administrator, orang tua, anggota masyarakat, dan konselor sekolah sendiri. 3. Menekankan pentingnya menarik semua data yang dikumpulkan dalam penilaian program. 4. Membahas penilaian program yang akan dilaksanakan. 5. Mempelajari siswa dan masyarakat sekolah untuk memahami tingkat populasi klien. 6. Menjelaskan cara untuk menilai sumber daya personel, keuangan, dan politik apa yang tersedia untuk program, serta bagaimana sumber daya ini digunakan dan mempersiapkan serta menyajikan laporan kepada orang-orang yang berkaitan dengan peningkatan program bimbingan dan konseling. 7. Mendorong kita untuk memperhatikan kenyataan dan masalah yang diajukan oleh keragaman populasi sekolah saat ini. Gagasan tentang bagaimana melakukan penilaian terhadap status siswa dan komunitas. Menurut Kaffenberger dan Young (2007) menggambarkan proses empat langkah, untuk mengumpulkan informasi yang berguna, antara lain: 1) Desain : Apa pertanyaan Anda? 2) Tanya : Bagaimana Anda akan menjawab pertanyaan Anda? 3) Track : Bagaimana Anda akan memahami data? 4) Umumkan : Bagaimana Anda akan menggunakan temuan Anda? • Hal- hal yang perlu dilakukan dalam asesmen program bimbingan dan konseling 1. Kumpulkan Informasi Status Siswa dan Komunitas 1) Siswa Mengumpulkan informasi tentang status siswa saat ini dapat dilakukan dengan cara menginformasikan pembuat keputusan program tentang seberapa baik siswa berprestasi di sekolah dan menyarankan apa yang mereka dapatkan agar dapat memajukan pengembangan pribadi, sosial, karir, dan pendidikan mereka yang sehat. Informasi pribadi siswa yang dibutuhkan yaitu informasi mengenai data demografi (misalnya, jangkauan dan proporsi etnis dan status sosial ekonomi). Informasi sosial Bimbingan dan Konseling | 12
Modul Bahan Ajar siswa yang dibutuhkan mencakup identifikasi subkultur pemuda yang ada di sekolah. Data pengembangan karir siswa yang dibutuhkan mencakup informasi tentang minat dan rencana karir siswa. Informasi pendidikan siswa yang dibutuhkan adalah pola nilai siswa, survei sikap sekolah, tes prestasi akademik; kegagalan kursus, tingkat promosi dan retensi, dan tingkat kelulusan. 2) Konteks Komunitas Sekolah Konteks lingkungan sekolah juga harus dipertimbangkan. Informasi yang relevan tentang sekolah meliputi; nilai-nilai profesional, keyakinan, misi, dan tujuan yang berlaku; dan rata-rata biaya pendidikan setiap siswa. e. Kompetensi Konselor Sekolah Kompetensi konselor merupakan kemampuan yang dimiliki oleh konselor yang mencakup kepribadian, sikap dan tingkah laku konselor yang ditunjukkan dalam setiap gerak-gerik sesuai dengan tuntutan profesi sebagai konselor. Jenis-jenis kompetensi konselor kompetensi konselor terdiri atas dua komponen yang berbeda namun terintegrasi dalam praksis sehingga tidak dapat dipisahkan yaitu kompetensi akademik dan kompetensi profesional. • Kompetensi Akademik yaitu seorang konselor yang utuh yang memperoleh Program S-1 Pendidikan Profesi Konselor. • Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang diterapkan dalam standar nasional, Dalam permendiknas No 27 tahun 2009 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dikuasai guru bimbingan dan konseling atau konselor mencakup 4 ranah kompetensi, yaitu : 1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk Bimbingan dan Konseling | 13
Modul Bahan Ajar mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya. Dalam kompetensi pedagogik sub kompetensi dan indikatornya (SKKI) sebagai berikut : 1) Seorang konselor harus menguasai teori dan praktis Bimbingan dan Konseling. 2) Memahami landasan keilmuan pendidikan (filsafat, psikologi, sosiologi, dan antropologi). 3) Memahami hubungan antar unsure-unsur pendidik (pendidik, peserta didik, tujuan pendidik, metode pendidik, dan lingkungan pendidik). 2. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Pada kompetensi kepribadian ini, sub kompetensi dan indikatornya (SKKI), adalah sebagai berikut : 1) Seorang konselor harus memiliki keimanan Dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2) Seorang konselor harus menghargai dan menjunjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan, individualis dan kebebasan memilih. 3) Seorang konselor harus menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat. 4) Menampilkan kinerja berkualitas tinggi. 3. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Pada kompetensi ini sub kompetensi dan indikatornya (SKKI) adalah sebagai berikut : 1) Memahami perbedaan budaya (usia, gender, ras, etnisitas, status sosial, dan ekonomi) dapat mempengaruhi individu dan kelompok. 2) Memahami dan menunjukkan sikap penerimaan terhadap perbedaan sudut pandang subjektif antara konselor dengan klien. 3) Peka, toleran dan responsif terhadap perbedaan budaya klien. 4. Kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi Bimbingan dan Konseling | 14
Modul Bahan Ajar Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan pendidik membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. 1) Menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling yang secara etik dapat dipertanggungjawabkan bagi semua klien 2) Berperilaku objektif terhadap pandangan, nilai-nilai, dan reaksi emosional klien yang berbeda dengan konselor 3) Memiliki inisiatif dan terlibat dalam pengembangan profesi dan pendidikan lanjut untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan profesional. • Kompetensi yang Pantas menjadi Leader PBK Memastikan kompetensi konselor sekolah merupakan tanggung jawab utama semua pimpinan staf program bimbingan dan konseling. Program yang dirancang terbaik tidak ada artinya di tangan staf yang tidak cukup kompeten. Rekrutmen pelamar yang memenuhi syarat menyediakan kumpulan bakat yang tersedia untuk mengisi pekerjaan yang tersedia. Selain membantu memilih orang terbaik untuk pekerjaan itu, pemimpin program memiliki tanggung jawab untuk berusaha mencocokkan bakat konselor baru dengan posisi yang akan menggunakan kemampuan mereka untuk keuntungan maksimal siswa dan program. Peran pemimpin program bimbingan dan konseling harus mencerminkan keberhasilan dan mendukung program di seluruh sistem dan upaya peningkatan kinerja staf konselor. Peran utama pemimpin sistem adalah untuk melatih dan mengawasi pemimpin staf. Pemimpin program BK memiliki peran sangat penting untuk memastikan kompetensi konselor sekolah. Seorang pemimpin program bimbingan dan konseling yang berhasil harus mempertahankan visi yang diperlukan untuk membantu program berhasil dalam misinya, harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip dasar profesi secara luas, harus tetap berhubungan dengan staf dan mereka yang dilayani program, harus mampu mengelola perubahan, dan harus memilih orang-orang yang kompeten sebagai bawahan, mempercayai mereka untuk menjalankan peran mereka dengan tepat. E. Rangkuman Bimbingan dan Konseling lahir di Indonesia pada tahun 1900-an dan mulai masuk di pendidikan Indonesia pada tahun 1975. Dengan hadirnya BK di Indonesia merupakan hasil Bimbingan dan Konseling | 15
Modul Bahan Ajar dari adaptasi layanan bimbingan dan konseling yang sudah lama berkembang di Amerika Serikat. Bimbingan dan konseling di Amerika Serikat dipelopori oleh tokoh-tokoh pendidikan saat itu, seperti Frank Parsons, Charles Merrill, Meyer Bloomfield, Jesse B. Davis, Anna Reed, E. W. Weaver dan David Hill. Bimbingan dan konseling memiliki landasan teori yang perlu dihadirkan dalam setiap pemberian layanan, yaitu; landasan religius, psikologis, sosial-budaya, ilmiah dan teknologi, dan pedagogis. Struktur personel yang dapat membantu dalam mencapai tujuan layanan. Konselor perlu menilai program saat ini yang sedang berlangsung agar mendapat gambaran tentang program tersebut, sehingga dapat membantu dalam memahami program tersebut. Di sisi lain konselor perlu mengembangkan atau menguasai kompetensi yang harus dikuasai oleh konselor atau guru BK. F. Daftar Pertayaan 1. Jelaskan alasan mengapa bimbingan dan konseling muncul! 2. Mengapa diperlukannya menilai program saat ini yang sedang berlangsung? 3. Jelaskan mengapa pada landasan psikologis konselor harus paham dan menguasai mengenai kajian psikologi! 4. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah? Serta jelaskan tugasnya ! 5. Sebutkan dan jelaskan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang konselor sekolah! Bimbingan dan Konseling | 16
Modul Bahan Ajar BAB II. Mendesain dan Implementasi Program Bimbingan dan Konseling Sekolah A. Tujuan Pembelajaran Bimbingan dan konseling merupakan ilmu terapan yang akan selalu mengalami perkembangan dalam mengikuti arus modernisasi akibat globalisasi. Dalam menyikapi hal tersebut, diharapkan guru BK mampu membuat program-program BK Komprehensif baru yang relevan dengan segala tantangan dan perubahan. Sebelum hal itu terwujud, pasti membutuhkan proses desain ulang serta rencana implementasi yang pas. B. Petunjuk Belajar Modul ini disusun sebagai bahan pembelajaran para calon guru BK dan Dosen berfungsi sebagai fasilitator. Melalui modul ini diharapkan calon guru BK yang kompeten dalam Studi Manajemen Bimbingan dan Konseling. Oleh karena itu, diharapkan Para calon guru BK dapat berinteraksi dengan modul yang dipergunakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Bacalah modul ini secara berurutan 2. Pahami secara cermat mengenai deskripsi buku teks, tujuan pembelajaran, dan uraian materi. 3. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti/dipahami, mintalah petunjuk kepada Dosen. 4. Kerjakan setiap tugas sesuai dengan petunjuk yang ada. 5. Kerjakan soal yang ada pada setiap tes formatif 6. Tunjukkan hasil kerja anda pada Dosen. 7. Untuk lebih memperluas wawasan, pelajari referensi yang berhubungan dengan modul ini. Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari praktikum, perhatikanlah hal-hal berikut ini: 1. Perhatikan petunjuk praktikum. 2. Pahami setiap langkah kerja (prosedur praktikum) dengan baik. Bimbingan dan Konseling | 17
Modul Bahan Ajar C. Peta Konsep Gambar 2. Peta Konsep Mendesaian dan Implementasi Program BK Bimbingan dan Konseling | 18
Modul Bahan Ajar D. Deskripsi Materi a. Mendesain Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif Program BK Komprehensif didesain melalui beberapa cara dan proses, diantaranya : 1. Menentukan struktur dasar program Menurut Schmidt (2008:90), prosedur dalam penyusunan program bimbingan dan konseling komprehensif adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penerapan (implementating, dan evaluasi (evaluation). Program BK komprehensif terdiri dari 4 elemen (isi, struktur organisasi, sumberdaya, dan pengembangan, pengelolaan, serta akuntabilitas. Landasan teoritis dari program BK komprehensif terdiri dari klarifikasi area konten program, komponen struktural, dan komponen program. 1) Area Konten Memilih area yang sesuai dengan dimensi perkembangan manusia. 2) Komponen Struktural Dapat memenuhi 4 definisi, dasar pemikiran, dan asumsi. 3) Komponen Program Kurikulum program, perencanaan siswa individu, layanan responsif, dan dukungan sistem. 2. Mengidentifikasi dan membuat daftar kompetensi siswa menurut bidang isi dan tingkat sekolah atau pengelompokan kelas Langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi area luas pertumbuhan dan perkembangan siswa yang sudah ditetapkan sebagai ruang lingkup program bimbingan dan konseling. 2) Tetapkan tujuan dan kompetensi untuk setiap domain dan untuk setiap pengelompok kelas atau titik akhir suatu tingkat sekolah. 3) Saat merencanakan dan mengimplementasikan program, setiap kegiatan program akan menargetkan tujuan yang membantu siswa membuat kemajuan menuju hasil yang diinginkan. 3. Menegaskan kembali dukungan dari kebijakan yang ada Bimbingan dan Konseling | 19
Modul Bahan Ajar Dalam merancang suatu program dibutuhkan dukungan dari beberapa pihak yang memiliki andil dalam menentukan suatu program bimbingan konseling. Dalam tahap ini diperlukan penegasan dukungan kebijakan karena orang-orang yang memiliki andil atau yang memiliki kebijakan inilah yang bisa memutuskan apakah program ini telah sesuai untuk para siswa atau belum. 4. Menetapkan prioritas penyampaian program (desain kualitatif) Prioritas-prioritas tersebut, diantaranya: 1) Prioritas kompetensi konselor sekolah 2) Prioritas untuk staff program BK lainnya 3) Prioritas orang tua 4) Prioritas klien yang akan dilayani 5) Prioritas kegiatan bimbingan untuk setiap komponen 5. Menetapkan parameter untuk alokasi sumber daya (desain kuantitatif) Dua faktor yang akan mempengaruhi desain program kuantitatif adalah keseimbangan program dan rasio konselor-siswa. Dalam pengaturan yang ideal, kebutuhan siswa dan masyarakat yang teridentifikasi akan membenarkan alokasi sumber daya yang cukup untuk menyediakan program yang lengkap dan komprehensif untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 6. Mencatat dan mendeskripsikan program Dengan desain program yang diinginkan telah ditetapkan, langkah terakhir yang harus dilakukan adalah menuliskan semua keputusan yang dibuat. Seperti halnya publikasi tertulis lainnya, dokumen itu harus menggambarkan keseluruhan yang kohesif, memiliki urutan yang logis, dan dapat dicatat dengan konsisten dan ringkas b. Merencanakan Transisi Pelaksanaan Program Langkah-langkah merencanakan merencanakan program 1. Menentukan perubahan yang diperlukan untuk menerapkan BK Komprehensif Bimbingan dan Konseling | 20
Modul Bahan Ajar a) Langkah ini adalah langkah dimana kita harus membandingkan program saat ini dengan yang diinginkan. Tujuannya untuk bisa mengidentifikasi tempat-tempat di mana program tersebut terdapat tumpang tindih/celah- celah yang harus diperbaiki. b) Contohnya menetapkan tujuan untuk perubahan: Meningkatkan waktu dalam kurikulum bimbingan dan layanan responsif serta mengurangi waktu untuk non-bimbingan. 2. Menetapkan tujuan perubahan Setelah memahami mengenai perbedaan antara program saat ini dengan program yang diinginkan, kita siap untuk bisa menarik kesimpulan. Kesimpulan dari studi Texas (Rylander, 2002) terdapat kontras desain program saat ini dan yang diinginkan : a) Meningkatkan waktu yang dihabiskan oleh konselor dalam kurikulum bimbingan, b) Meningkatkan waktu yang dihabiskan oleh konselor dalam layanan responsive, c) Mengurangi waktu yang dihabiskan konselor dalam kegiatan non- bimbingan. Daftar ini perlu dipresentasikan kepada pihak-pihak sekolah dan masyarakat untuk memungkinkan mereka bisa mengetahui masalah yang spresifik yang perlu ditangani. Dari sinilah kita perlu merekomendasikan untuk segera mengambil perubahan. 3. Mengidentifikasi cara membuat perubahan Direkomendasikan untuk melibatkan seluruh komponen dalam proses perubahan program ini dapat bertukar pikiran tentang cara-cara untuk bisa membuat perubahan dan mecapai tujuan dari perubahan tersebut. Dalam proses ini mereka bisa merasakan kelayakan perubahan dan menggerakan pemikiran mereka tentang bagaimana rekomendasi ini dapat dilakukan sesuai dengan Bimbingan dan Konseling | 21
Modul Bahan Ajar keinginan. Sebagian besar upaya perbaikan program memerlukan membuat tiga jenis perubahan dalam program bimbingan dan konseling sekolah : a) Perubahan sistemik : Perubahan besar yang mengakibatkan program dapat berubah b) Perubahan Inkremental (bertahap) : Langkah-langkah kecil dalam urutan perubahan.Ketika berhasil, masing-masing akan mengalami pergeseran program. Paling sering, mereka ditetapkan dalam konteks tujuan perubahan sistemik. c) Perubahan berkelanjutan : Perubahan ini paling berhasil ketika mereka menjadi bagian dari proses tertruktur tahunan. Perbaikan ini bisa mengubah program. 4. Mengembangkan rencana untuk mencapai program peningkatan Membuat daftar rencana mengenai hal-hal yang harus dipersiapkan dalam menerapkan perubahan nanti. Selain itu juga menguraikan rencana untuk pengembangan sumber daya. Contohnya mengidentifikasi yayasan program, konselor dan anggota staf lain melaksanakan program panduan, mengembangkan kurikulum yang akan diberikan kepada konseli, membuat sistem pengantaran, menerapkan proses pengembangan program serta evaluasi dan akuntabilitas mengenai program kepelatihan. Kemudian dapat dilanjutkan dengan menguraikan rencana induk. Rencana ini dimaksudkan untuk memberikan arahan terkait pekerjaan di tahap selanjutnya. 5. Memulai upaya peningkatan program a) Sebagai seorang pemimpin program bimbingan dan konseling harus siap membantu staf konseling ketika mereka menghadapi tantangan serta harus mampu memberdayakan mereka untuk mencapai perubahan yang diperlukan. Shilingford dan Lambie (2010) mengemukakan bahwa konselor sekolah yang menggunakan praktik cenderung menjadi pemimpin sekolah yang sukses: Bimbingan dan Konseling | 22
Modul Bahan Ajar 1) Mengambil tanggung jawab untuk kemajuan program, Meningkatkan visibilitas sendiri di sekolah, 2) Mengkomunikasikan visi tentang apa yang diwakili oleh program konseling sekolah yang efektif, 3) Kerjasama tim untuk meningkatkan pengembangan akademik, pribadi/sosial, dan karir siswa, 4) Memperjelas program sebagai profesional yang unik dengan pengetahuan dan keterampilan. b) Memahami seluruh desain dan deskripsi program yang diinginkan c) Memahami proses pengembangan program d) Memahami status program saat ini e) Menyiapkan hal untuk merangkum progres program saat ini c. Membuat Transisi Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif Dalam melakukan transisi program bimbingan dan konseling komprehensif perlu adanya pembuatan rencana kegiatan agar program baru tersebut dapat berjalan secara optimal, tahapan dalam pembuatan transisi antara lain : 1. Merencanakan, menghimpun serta mengembangkan sumber daya manusia, keuangan, dan sumber daya politik yang diperlukan untuk pelaksanaan program. 2. Fokus pada proyek khusus. 3. Memfasilitasi perubahan tingkat pembangunan 4. Melakukan kegiatan kemasyarakatan (sosialisasi). Pemanfaatan sumber daya secara efisien dalam pengembangan program BK dengan bantuan stakeholder bimbingan dan konseling sekolah, mengidentifikasi tugas utama yang perlu dilakukan, mengembangkan dan memberi perintah untuk melakukannya, dan mengidentifikasi orang-orang yang akan terlibat dalam mencapai tujuan. Rencana selanjutnya merupakan tindakan mencakup beberapa bagian antara lain sebagai berikut : 1. Identifikasi keperluan atau kebutuhan untuk tugas yang harus dilakukan Bimbingan dan Konseling | 23
Modul Bahan Ajar 2. Membuat skema urutan hal-hal yang harus dilakukan 3. Menentukan sumber daya manusia /Orang/pelaku yang akan melakukannya 4. Perkiraan waktu untuk mencapainya 5. Identifikasi produk akhir atau hasil. Beberapa rekomendasi berulang perlu mendapat perhatian agar program benar- benar berubah. Gagasan yang mungkin ingin dipertimbangkan oleh pemimpin program BK untuk peningkatan penggunaan sumber daya program BK sebagai rencana utama untuk perubahan yang diimplementasikan dengan harapan hasil yang optimal. • Menerapkan Rasio Konselor-Siswa yang Direkomendasikan Atas dasar rancangan untuk program yang diinginkan, rekomendasi telah ditetapkan untuk rasio konselor-siswa yang sesuai. Setelah niat itu ditetapkan dan beberapa upaya telah diterapkan ke arah itu, pembenaran untuk rasio yang lebih baik lebih kredibel. Seringkali, tujuan pertama adalah membuat rasio lebih merata di seluruh tingkat sekolah (yaitu, SD, SMP, SMA atau SMK). Rasio bimbingan dan konseling yang ideal dan untuk standar di Indonesia yakni 1:150 siswa, artinya setiap 1 konselor atau Guru BK mengampu 150 siswa. d. Mengelola Program Baru Program Bimbingan dan Konseling komprehensif dilaksanakan berdasarkan data yang telah dikumpulkan untuk menggambarkan program bimbingan dan konseling berdasarkan model. Selanjutnya menuju pada proses perbaikan program dengan merancang program khusus yang paling sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan dari sekolah masing-masing. Jenis program BK terdapat 5 macam yaitu : 1. Program tahunan 2. Program semesteran 3. Program bulanan 4. Program mingguan 5. Program harian Bimbingan dan Konseling | 24
Modul Bahan Ajar • Proses penyusunan program BK : 1. Mengkaji kebijakan dan produk hukum yang relevan. 2. Menganalisis harapan dan kondisi sekolah. 3. Menganalisis karakteristik dan kebutuhan siswa. 4. Menganalisis program, pelaksanaan, hasil, dukungan, serta faktor-faktor penghambat program sebelumnya. 5. Merumuskan tujuan program baik umum maupun khusus. 6. Merumuskan alternatif komponen dan isi kegiatan. 7. Menetapkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan program. 8. Merumuskan rencana evaluasi pelaksanaan dan keberhasilan program. • Optimalisasi program : 1. Menentukan → Mengidentifikasi. 2. Menegaskan kembali → Menetapkan prioritas. 3. Menetapkan parameter → Menempatkan. E. Rangkuman Kegiatan mendesain ulang program dilakukan sesuai kebutuhan akan program BK Komprehensif saat ini. Kegiatan tersebut dilakukan ketika program yang saat ini ada, belum atau tidak memenuhi tuntutan kegiatan bimbingan dan konseling di masa sekarang. Selain proses mendesain ulang program, mendesain proses transisi dan implementasi juga harus dilakukan dengan baik. Hal ini bertujuan agar program yang telah didesain bisa dilaksanakan dengan optimal di lapangan. F. Daftar Pertayaan 1. Bagaimana proses dalam mendesain program bimbingan dan konseling komprehensif? 2. Apa saja yang perlu diprioritaskan dalam mendesain program? 3. Sebutkan langkah-langkah dalam merencanakan transisi program! 4. Bagaimana rasio-konselor siswa yang direkomendasikan? Dan bagaimana jika sekolah tersebut kekurangan Guru BK? 5. Jenis program bimbingan dan konseling yaitu? Bimbingan dan Konseling | 25
Modul Bahan Ajar BAB III. Evaluasi dan Mengembangkan Bimbingan Konseling Komprehensif A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari Kegiatan pembelajaran ini, Calon Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor diharapkan mampu menilai serta meningkatkan program BK Komprehensif. B. Petunjuk Belajar Modul ini disusun sebagai bahan pembelajaran para calon guru BK dan Dosen berfungsi sebagai fasilitator. Melalui modul ini diharapkan calon guru BK yang kompeten dalam Studi Manajemen Bimbingan dan Konseling. Oleh karena itu, diharapkan Para calon guru BK dapat berinteraksi dengan modul yang dipergunakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Bacalah modul ini secara berurutan 2. Pahami secara cermat mengenai deskripsi buku teks, tujuan pembelajaran, dan uraian materi. 3. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti/dipahami, mintalah petunjuk kepada Dosen. 4. Kerjakan setiap tugas sesuai dengan petunjuk yang ada. 5. Kerjakan soal yang ada pada setiap tes formatif 6. Tunjukkan hasil kerja anda pada Dosen. 7. Untuk lebih memperluas wawasan, pelajari referensi yang berhubungan dengan modul ini. Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari praktikum, perhatikanlah hal-hal berikut ini: 1. Perhatikan petunjuk praktikum. 2. Pahami setiap langkah kerja (prosedur praktikum) dengan baik. Bimbingan dan Konseling | 26
Modul Bahan Ajar C. Peta Konsep Gambar 3. Peta Konsep Evaluasi dan Mengembangkan BK Komprehensif Bimbingan dan Konseling | 27
Modul Bahan Ajar D. Deskripsi Mate a. Evaluasi Kinerja, Program, dan Hasil Bimbingan dan Konseling Evaluasi merupakan sebuah proses dalam penentuan hasil capaian dalam sebuah kegiatan yang telah direncanakan untuk membantu mencapai tujuan tersebut. Menurut KBBI evaluasi adalah sebuah penilaian. Sehingga, dapat disimpulkan evaluasi merupakan sebuah proses dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu yang telah dilakukan, menggunakan acuan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. 1. Evaluasi Kinerja Konselor sekolah Evaluasi kinerja konselor dapat memberikan informasi mengenai kinerja seorang konselor dan untuk mengetahui apa saja kekurangan yang dimiliki oleh konselor tersebut. Maka dimaksudkan konselor dapat meningkatkan potensi yang dimilikinya dan profesionalitasnya dengan memperbaiki kekurangannya, sehingga evaluasi kinerja konselor dapat dikatakan sangat penting untuk dilakukan. Direkomendasikan untuk dilakukan pada setiap tahun, karena seorang konselor setiap tahun menghadapi berbagai macam konseli yang berbeda-beda. Dengan diadakannya evaluasi, maka konselor dapat memperbaiki dan meningkatkan layanan yang akan diberikannya. Demi mendukung layanan bimbingan dan konseling, diperlukan konselor yang profesional dan terlatih agar dapat memberikan layanan yang terbaik untuk konseling dan sesuai dengan kebutuhannya. Evaluasi kinerja konselor sekolah ini juga bertujuan untuk meningkatkan dampak program yang diberlakukan kepada konseli yang dilayani. Menurut Northside Independent School District, 1997, terdapat tiga aspek komponen evaluasi kinerja seorang konselor, yaitu: 1) Evaluasi diri 2) Evaluasi administrasi 3) Penilaian pencapaian tujuan Bimbingan dan Konseling | 28
Modul Bahan Ajar 2. Evaluasi diri dan evaluasi administrasi Sebagai seorang konselor perlu menguasai untuk mengevaluasi diri sendiri agar dapat memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang lebih baik. Terdapat enam proses pada evaluasi diri dan kinerja konselor, yaitu : 1) Pengumpulan data. Proses evaluasi yang dilakukan memerlukan data yang mendukung penilaian terhadap konselor. Data dikumpulkan sesuai dengan standar pelaksanaan program, standar profesi, hubungan interpersonal, kepuasan kerja, komitmen konselor terhadap pekerjaan dan profesi serta keprofesionalan konselor dalam melayani. Data ini disimpan sebagai catatan tentang pengawasan terhadap konselor dan data penting lainnya yang disimpan oleh staf program BK dan para pemimpin sekolah. 2) Analisis data proses analisis ini dilakukan oleh konselor sekolah dan evaluator administrasi dengan membandingkan data yang ada dengan ketentuan yang berlaku. Biasanya dimana dan bagaimana data ini dikumpulkan ditetapkan pada awal konferensi penentuan pekerjaan. 3) Pengisisian draft formulir evaluasi ini dilakukan oleh konselor sebagai evaluasi diri dan evaluor. Pada pendahuluan formulir evaluator membuat penilaian awal mengenai kualitas konselor. Formulir ini juga sebagai arsip administrasi. 4) Konferensi evaluasi. Proses ini adalah proses mendiskusikan isi dari formulir evaluasi dan data tentang konselor yang sudah ada. Pada proses ini didiskusikan tentang kelebihan dan kekurangan konselor agar dapat membantu konselor untuk memperbaiki kekurangannya dan meningkatkan kinerjanya guna menjalankan program dan menjadi lebih profesional. 5) Analisis konferensi pasca evaluasi. Evaluator mempertimbangkan hasil dengan menganalisis hasil konferensi evaluasi. Hasil disesuaikan data yang ada, dan jika diperlukan bisa menggunakan data tambahan yang relevan ataupun meminta saran dari pihak yang berwenang. 6) Pengisian formulir evaluasi. Hasil akhir dari evaluasi dituangkan dalam formulir yang telah disetujui oleh evaluator dan pihak yang bersangkutan. Pada Bimbingan dan Konseling | 29
Modul Bahan Ajar formulir ini bisa melampirkan pertanyaan tambahan yang telah disetujui kedua belah pihak. 7) Penilaian Pencapaian Tujuan. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan konselor. Penilaian ini juga berguna untuk mengetahui apakah program yang dilakukan sudah berjalan dengan baik atau belum dan mengetahui kesesuaian program dengan apa yang dibutuhkan. Dengan adanya penilaian ini konselor dapat memperbaiki diri serta memperbaiki programnya apabila masih belum berjalan dengan baik ataupun masih belum sesuai dengan yang dibutuhkan. 3. Evaluasi program konseling Komponen selanjutnya yaitu evaluasi program konseling. Menurut (Arikunto, 2004) Evaluasi program merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan suatu program. Evaluasi dilakukan secara sistematis, terencana, dan menggunakan prosedur yang telah teruji. Tidak hanya mengevaluasi program yang terencana, namun evaluasi program juga meliputi kegiatan yang bersifat spontan. Awal munculnya bimbingan dan konseling pada tahun 1900-an, tidak mudah bagi para konselor untuk memutuskan apakah suatu program atau layanan dikatakan berhasil. Hingga saat ini, penetapan berhasil tidaknya program masih menjadi persoalan yang belum terpecahkan secara tuntas, masih banyak yang menggunakan penilaian secara subjektif, namun terdapat ciri ciri program yang dapat menjadi patokan dalam mengevaluasi suatu program, yaitu antara lain : • Ciri Eksternal 1) Rasio jumlah konselor dengan klien yang memungkinkan konselor melaksanakan layanan dengan efektif. 2) SDM bimbingan konseling yang kompeten dan profesional 3) Sarana dan prasarana yang mendukung jalannya program 4) Pelayanan yang merata, tidak hanya kepada kalangan siswa tertentu saja 5) Memiliki rencana layanan yang tertulis • Ciri Internal Bimbingan dan Konseling | 30
Modul Bahan Ajar 1) Program BK disusun sesuai dengan kebutuhan dan tugas perkembangan siswa 2) Sifat program yang lebih menonjol ke preventif atau pencegahan 3) Program yang dilaksanakan teratur dan seimbang 4) Terdapat fleksibililitas Ketika terjadi perubahan yang tidak direncanakan 5) Staf BK memiliki semangat dan etos yang tinggi 6) Koordinator BK dapat mengkoordinir personel BK dengan baik • Metode Evaluasi Program Dibutuhkan metode yang tepat dalam melakukan evaluasi program, terdapat 4 jenis metode evaluasi program yaitu, survei, studi kasus, observasi, dan eksperimental. Setiap metode ini memiliki instrumennya masing-masing. Seperti metode studi kasus memerlukan format yang memuat aspek-aspek yang akan dipelajari tentang seorang atau sejumlah siswa, Metode Survei dapat dilakukan dengan lisan atau angket tertulis. Kemudian observasi membutuhkan daftar observasi, dan terakhir metode eksperimental membutuhkan daftar data yang memungkinkan perbandingan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Yang perlu diingat bahwa penggunaan 4 jenis metode tersebut harus sesuai dengan kebutuhan konseli atau objek yang akan di evaluasi. Data yang digunakan dalam evaluasi program adalah data yang dihasilkan dari instrumen evaluasi. Data dapat berupa skala angka untuk setiap standar kriteria. Salah satu data yang sering digunakan lainnya adalah data proses. Data proses menunjukkan aktivitas BK dan untuk siapa aktivitas tersebut. Contohnya 500 siswa kelas VII yang mengikuti sosialisasi Remaja Anti Narkoba. Data lainnya yang digunakan adalah data persepsi. Data ini memperlihatkan apa yang siswa, orang tua, guru, dan administrator pikirkan mengenai bimbingan konseling. Biasanya data ini didapat dari wawancara dan survey. Ketika 3 data ini dikombinasikan dengan tepat, maka akan terlihat keseluruhan program BK dari segala pandangan dan perspektif. 4. Evaluasi Hasil Konseling Bimbingan dan Konseling | 31
Modul Bahan Ajar Menurut Dimmitt (2010) pentingnya evaluasi hasil yaitu \"Konseling memperoleh nilai dan legitimasi ketika kami mengevaluasi program dan intervensi kami, menemukan bagaimana pekerjaan kami bermanfaat bagi siswa, mencari efektivitas dan efisiensi yang lebih besar, dan membagikan hasilnya dengan kolega dan komunitas kami\". Perlunya evaluasi hasil, sudah direncanakan sejak awal adanya bimbingan dan konseling di sekolah pada awal 1900-an. Pada tahun 1930, hasil yang diinginkan dari program bimbingan dan konseling telah diidentifikasi. Misalnya, Christy, Stewart, dan Rosecrance (1930), Hinderman (1930), dan Rosecrance (1930) mengidentifikasi hasil siswa berikut : 1) Lebih sedikit murid yang putus sekolah 2) Peningkatan standar beasiswa 3) Moral yang lebih baik dalam tubuh siswa 4) Kehidupan sekolah serba lebih baik 5) Lebih sedikit kegagalan siswa dan penarikan subjek 6) Orang-orang muda mendapat informasi yang lebih baik tentang masa depan 7) Penyesuaian lulusan yang memuaskan dengan kehidupan dan panggilan masyarakat dan ke perguruan tinggi atau universitas 8) Lebih sedikit kasus disipliner 9) Lebih sedikit ketidakhadiran 10) Pilihan mata pelajaran yang lebih cerdas 11) Kebiasaan belajar yang lebih baik Pada saat yang sama bahwa hasil siswa sedang diidentifikasi, diskusi juga berlangsung tentang masalah desain. Dalam dokumen penting tentang evaluasi yang muncul pada tahun 1940-an, Froehlich (1949) meninjau dan mengklasifikasikan 173 studi menurut desain evaluasi berikut : 1) Kriteria eksternal, metode apakah Anda melakukan ini? 2) Tindak lanjut, metode apa yang terjadi kemudian? 3) Pendapat klien, apa yang Anda pikirkan? \\ 4) Pendapat ahli, metode “Mohon Informasi”. 5) Teknik khusus, metode kecil-kecilan. Bimbingan dan Konseling | 32
Modul Bahan Ajar 6) Perubahan dalam kelompok, metode sebelum dan sesudah. 7) Perubahan antar kelompok, apa bedanya? Diskusi tentang perlunya menggunakan desain penelitian berbasis ilmiah untuk evaluasi hasil (Froehlich, 1949; Neidt, 1965; Travers, 1949) telah muncul dalam literatur selama bertahun-tahun. Diskusi semacam itu tidak hanya terjadi, tetapi sejumlah penelitian juga benar-benar dilakukan tentang dampak program bimbingan dan konseling terhadap perkembangan siswa dengan menggunakan metodologi kelompok eksperimen dan kontrol. Hasil apa yang kita miliki sejauh ini? Sejak tahun 1930-an, Kefauver dan Hand (1941), Rothney dan Roens (1950), Rothney (1958), dan Wellman dan Moore (1975) menggambarkan studi kelompok kontrol eksperimental yang menunjukkan bahwa program bimbingan dan konseling secara positif mempengaruhi akademik, karir, dan perkembangan pribadi-sosial anak-anak dan remaja. Pada dekade pertama abad ke-21, prestasi akademik siswa menjadi perhatian utama di sekolah dengan disahkannya Undang-Undang No Child Left Behind tahun 2001. Lapan, Gysbers, dan Petroski (2001) menemukan bahwa ketika guru kelas menilai program bimbingan yang sudah dilaksanakan di sekolah membuat 22.601 siswa kelas tujuh melaporkan bahwa mereka mendapatkan nilai yang lebih tinggi, sekolah lebih relevan bagi mereka, memiliki hubungan positif dengan guru, lebih puas dengan pendidikan mereka, dan mereka merasa lebih aman ketika berada di sekolah. Studi di seluruh negara bagian tentang dampak program bimbingan dan konseling yang komprehensif terus dilakukan, utamanya ada di 3 wilayah yaitu di Missouri, Utah, Washington. Lapan, Gysbers, dan Kayson (2006) menemukan bahwa ketika konselor sekolah di Missouri bekerja di sekolah- sekolah yang mempunyai program lebih lengkap, mereka bisa berkontribusi lebih baik untuk mendukung keberhasilan siswa terutama pada bidang akademik. Siswa bisa mendapatkan nilai yang lebih tinggi, tingkat kedisiplinan meningkat, dan berkurangnya siswa yang menerima skorsing di luar sekolah. Nelson, Fox, Haslam, dan Gardner (2007) memiliki empat temuan utama ketika melakukan studi besar program bimbingan dan konseling komprehensif di Utah yaitu : Bimbingan dan Konseling | 33
Modul Bahan Ajar 1) Bimbingan konseling yang komprehensif mendorong pemilihan kursus yang lebih terarah bagi siswa dan menghasilkan lebih banyak siswa mengambil kursus bahasa Inggris, sains, matematika, dan teknologi tingkat yang lebih tinggi. 2) Persentase siswa yang menggambarkan program studi mereka sendiri sebagai \"umum\" telah turun drastis dalam sembilan tahun antara evaluasi. 3) Siswa di sekolah bimbingan dan konseling komprehensif mencapai tingkat prestasi akademik yang lebih tinggi dan membuat keputusan yang lebih baik tentang pendidikan dan perencanaan karir. 4) Program bimbingan dan konseling yang komprehensif lebih efektif dilaksanakan dengan rasio konselor-siswa yang memadai di sekolah-sekolah Utah, baik perkotaan, pinggiran kota atau pedesaan. Sebuah penelitian singkat yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Evaluasi Hasil Konseling Sekolah mengenai dampak konseling sekolah pada hasil pendidikan siswa di sekolah menengah di Nebraska dan Utah (Carey & Harrington, 2010a, 2010b), menyoroti temuan berikut: • Konseling sekolah di sekolah menengah berkontribusi pada hasil akademik yang penting termasuk peningkatan tingkat kemahiran matematika, peningkatan tingkat kemahiran membaca, tingkat penangguhan dan disiplin yang lebih rendah, tingkat kehadiran yang meningkat, dan tingkat kelulusan yang lebih tinggi. • Menyelenggarakan program bimbingan konseling sekolah menurut Model Nasional ASCA berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. • Di Nebraska, rasio konselor-siswa yang lebih baik terkait dengan peningkatan tingkat kehadiran. Di Utah, rasio yang lebih menguntungkan terkait dengan peningkatan tingkat kehadiran dan penurunan tingkat insiden disiplin. • Baik hasil Nebraska dan Utah menunjukkan bahwa hasil yang berfokus pada pengembangan karir sangat penting dalam menghasilkan hasil akademik yang positif. Berdasarkan studi ini, Carey dan Harrington (2010a, 2010b) menyimpulkan bahwa jika sekolah menengah ingin meningkatkan hasil pendidikannya, pemimpin sekolah harus mempekerjakan konselor Bimbingan dan Konseling | 34
Modul Bahan Ajar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan siswa dan orang tua, mendukung konselor saat mereka membangun program yang terorganisir dengan baik yang melayani semua siswa, dan fokus pada penerapan intervensi yang lebih efektif dan penghentian intervensi yang tidak efektif. Hasil dari efektivitas program bimbingan dan konseling yang komprehensif dan pekerjaan konselor sekolah menunjukkan bahwa memiliki program bimbingan dan konseling komprehensif yang dilaksanakan sepenuhnya memberikan kontribusi yang kuat bagi prestasi akademik siswa serta pengembangan pribadi-sosial dan karir mereka. b. Proses Meningkatkan dan Mendesain Ulang Program 1. Menentukan Struktur Dasar Program Program bimbingan dan konseling yang komprehensif terdiri dari empat elemen: isi; struktur organisasi; sumber daya; dan pengembangan, pengelolaan, dan akuntabilitas. Ini difokuskan pada siswa dan perkembangan mereka. Landasan teoritis dari program bimbingan dan konseling yang komprehensif terdiri dari klasifikasi area konten program dan komponen struktural—definisi, alasan, dan asumsi. Ini mirip dengan kerangka simbolik Bolman dan Deal (2002). Komponen program-kurikulum bimbingan, perencanaan siswa individu, layanan responsif, dan dukungan sistem- menyediakan kerangka organisasi untuk kegiatan program bimbingan dan konseling, taman kanak-kanak hingga kelas 12. Mereka terdiri dari sistem pengiriman dan mirip dengan kerangka struktural Bolman dan Deal. Bagian ini secara singkat merangkum apa yang perlu dilakukan untuk memperjelas struktur organisasi program. 2. Mengidentifikasi dan membuat daftar kompetensi siswa menurut bidang isi dan tingkat sekolah atau pengelompokan kelas. Mengidentifikasi kompetensi yang berhubungan dengan dimensi perkembangan anak dan remaja yang telah dipilih. Pengetahuan apa yang akan diperoleh siswa, keterampilan apa yang akan dikembangkan siswa, dan sikap apa yang akan dibentuk siswa sebagai hasil keikutsertaannya dalam program bimbingan dan konseling. Bimbingan dan Konseling | 35
Modul Bahan Ajar a) Pertama-tama identifikasi area luas pertumbuhan dan perkembangan manusia yang sudah ditetapkan sebagai ruang lingkup program bimbingan dan konseling (dalam Bab 3, kami menyebut domain ini). b) Kedua, menetapkan tujuan dan kompetensi untuk setiap domain dan untuk setiap pengelompokan kelas atau titik akhir suatu tingkat sekolah, seperti pada akhir kelas enam untuk program bimbingan dan konseling SD, pada akhir kelas sembilan untuk menengah atau menengah pertama. program SMA, atau pada akhir kelas 12 untuk program SMA. c) Selanjutnya, saat merencanakan dan mengimplementasikan program. Setiap kegiatan program akan menargetkan tujuan yang membantu siswa membuat kemajuan menuju hasil yang diinginkan. Daftar kompetensi ini merupakan inti dari program bimbingan dan konseling yang komprehensif. 3. Menegaskan Kembali Dukungan Kebijakan Dalam merancang suatu program dibutuhkan dukungan dari beberapa pihak yang mempunyai andil dalam menentukan suatu program bimbingan konseling. Contohnya jika di sekolah ada Kepala sekolah dan anggota staf sekolah lainnya. dalam tahap ini diperlukan penegasan dukungan kebijakan karena orang orang yang memiliki andil atau yang memiliki kebijakan inilah yang bisa memutuskan apakah program ini sesuai untuk para siswa atau tidak. 4. Menetapkan Prioritas Penyampaian Program (Desain Kualitatif) Prioritas ditetapkan untuk penggunaan kompetensi konselor dan orang lain, untuk klien yang akan dilayani, untuk kompetensi siswa yang akan ditargetkan, dan untuk kegiatan yang akan disediakan. • Prioritas Kompetensi Konselor Sekolah Sertifikasi konselor menurut Dewan Akreditasi Konseling dan Program Pendidikan Terkait, 2009; Dewan Nasional untuk Konselor Bersertifikat,2004;Dewan Nasional untuk Standar Pengajaran Profesional, 2002) Bimbingan dan Konseling | 36
Modul Bahan Ajar mencakup pertumbuhan dan perkembangan manusia, dasar-dasar konseling sekolah,pengembangan kompetensi siswa, konteks sosial dan budaya dan kompetensi multikultural, teori dan teknik konseling, konsultasi dan kolaborasi dengan orang dewasa lain dalam kehidupan siswa, penilaian siswa, pengembangan program,orientasi profesional, advokasi untuk klien, kepemimpinan, penelitian dan evaluasi, sumber daya dan teknologi informasi, serta praktikum atau magang. Model Evaluasi Texas Untuk Konselor Sekolah Profesional (Texas Counseling Association, 2004)menggambarkan delapan domain yang menggambarkan tanggung jawab konselor sekolah:manajemen program, bimbingan, konseling, konsultasi, koordinasi,penilaian siswa, perilaku profesional, dan standar profesional.Setelah mendefinisikan dengan jelas apa yang harus dilakukan oleh konselor dan apa tanggung jawab generik mereka dalam program, prioritas untuk penggunaan kompetensi mereka sekarang dapat ditetapkan. Urutan peringkat berdasarkan peran adalah salah satu metode, tetapi menetapkan prioritas berdasarkan kompetensi memberikan lebih banyak arahan. Prioritas tertinggi diberikan kepada keterampilan yang hanya dimiliki oleh konselor sekolah: mengelola program bimbingan dan konseling dan menyediakan layanan konseling individu dan kelompok. Seorang konselor/pendidik konselor menurut Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Depdiknas, 2005a), dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Depdiknas, 2005b), memiliki empat kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran, yakni: kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial (Prayitno, 2009:59). Sehubungan dengan hal itu, kompetensi yang harus menjadi pegangan oleh konselor adalah Standar Kompetensi Konselor Indonesia (SKKI) dalam konteks PP 19/2005. • Prioritas untuk Staf Program Bimbingan dan Konseling Lainnya Pertimbangkan peran personel departemen bimbingan lainnya seperti pencatat, teknisi pusat karir, sekretaris konselor, pembantu kantor, dan fasilitator sebaya. Semua personel yangbekerja dalam program bimbingan dan konseling harus Bimbingan dan Konseling | 37
Modul Bahan Ajar memiliki peran yang ditentukan, termasuk guru yang bertindak sebagai penasihat atau yang mengajarkelas bimbingan atau psikologi dan sukarelawan masyarakat yang menambah staf bimbingan dalam kegiatan bimbingan tertentu. • Prioritas Orang Tua Standar Etika ASCA (2010) menyatakan bahwakonselor sekolah profesional “menghormati hak dan tanggung jawab orang tua/wali untuk anak-anak mereka dan berusaha untuk membangun hubungan kolaboratif yang sesuai dengan orang tua/wali untuk memfasilitasi perkembangan maksimal siswa” • Prioritas Klien yang Akan Dilayani Secara global, konselor sekolah bekerja dengan dua populasi dasar: siswa dan orang dewasa yang berhubungan dengan siswa. Dalam populasi siswa, ada sub kelompok siswa, dengan kebutuhan untuk intervensi pencegahan, perbaikan, atau krisis perkembangan. Setiap tingkat kelas mewakili subpopulasi perkembangan dan juga termasuk siswa dengan kebutuhan untuk pencegahan, perbaikan, atau intervensi krisis. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, sub kelompok (misalnya, kelompok ras dan etnis) siswa dapat mencakup siswa dari beberapa tingkat kelas. Sub kelompok siswa juga dapat jatuh di tempat yang berbeda pada kontinum kesehatan mental (penyakit mental). Dalam populasi orang dewasa, ada orang tua, orang dewasa terkait sekolah, dan orang dewasa berbasis komunitas yang bekerja dengan siswa. Populasi orang tua mencerminkan himpunan bagian siswa. Staf sekolah termasuk guru pendidikan reguler dan khusus, spesialis lain, konselor lain, dan administrator. Prioritas kompetensi siswa bidang dan keterampilan. Penting agar konselor dan konsumen program bimbingan dan konseling menetapkan prioritas kompetensi yang akan diperoleh siswa sebagai hasil partisipasi mereka dalam program bimbingan dan konseling. Konselor menerima tanggung jawab untuk membantu siswa dengan kebutuhan tingkat perkembangan, pencegahan, perbaikan, dan tingkat krisis. Dengan demikian, prioritas kompetensi mana yang akan dimasukkan dalam program pada waktu tertentu perlu ditetapkan. Bimbingan dan Konseling | 38
Modul Bahan Ajar Tujuan untuk pengembangan kompetensi siswa dapat dan harus diberi peringkat sesuai dengan kepentingannya secara keseluruhan untuk semua siswa. • Prioritas Kegiatan Bimbingan untuk Setiap Komponen Komponen Program sekarang perlu didefinisikan secara lebih rinci dengan menjelaskan penekanan utama dan kegiatan utama yang tercakup dalam masing- masing komponen. Setiap komponen program yang diinginkan harus dibuat daftar kegiatan yang dilakukan secara efektif dalam program saat ini dan mengidentifikasi dan membayangkan kegiatan baru yang dapat memenuhi tujuan program. 5. Menetapkan Parameter untuk Alokasi Sumber Daya (Desain Kuantitatif) Dua faktor yang mempengaruhi desain program kuantitatif adalah keseimbangan program dan rasio konselor-siswa. Dalam pengaturan yang ideal, kebutuhan siswa dan masyarakat yang teridentifikasi akan membenarkan alokasi sumber daya yang cukup untuk menyediakan program yang lengkap dan komprehensif untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun, dalam situasi nyata, tidak diragukan lagi ada lebih banyak kebutuhan dan hasil yang diinginkan daripada yang dapat dipenuhi oleh sekolah atau kabupaten, dengan alokasi sumber daya yang layak. Dalam analisis terakhir, program bimbingan dan konseling harus dirancang untuk menggunakan sumber daya yang tersedia, atau kampus atau daerah harus menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan program seperti yang dirancang. Harus membuat rekomendasi berdasarkan alokasi sumber daya saat ini dengan beberapa proyeksi atau permintaan untuk sumber daya yang diperluas. Staf konseling sekolah pertama-tama harus mengarahkan kembali sumber daya mereka saat ini dan bersiap untuk menggunakan sumber daya tambahan dengan tepat. Pada titik ini, perlu membuat keputusan alokasi sumber daya berdasarkan prioritas dan realitas sekolah. 6. Tulis dan Bagikan Deskripsi Program Dengan desain program yang diinginkan telah ditetapkan, langkah terakhir yang harus dilakukan adalah menuliskan semua keputusan yang dibuat. Seperti halnya publikasi tertulis lainnya, dokumen harus menggambarkan keseluruhan yang kohesif, Bimbingan dan Konseling | 39
Modul Bahan Ajar memiliki urutan yang logis, dan ditulis dengan gaya yang konsisten dan ringkas; dengan demikian. c. Implementasi Desain Program Baru Implementasi Program BK dapat dibagi dalam 3 tahap, yaitu sebagai berikut : 1. Persiapan Sebelum layanan diberikan, guru BK/Konselor diwajibkan membuat rencana pelaksanaan layanan (RPL). RPL dapat berupa satuan layanan (satlan) atau satuan pendukung (satkung). RPL sebagai acuan bagi guru BK/Konselor dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling. Dalam konsep perencanaan pembelajaran, ada 5 (lima) komponen yang harus dipenuhi, yaitu tujuan yang ingin dicapai, materi yang diberikan, kegiatan yang dilaksanakan, sumber bahan dan alat yang digunakan, serta instrumen penilaian yang digunakan. 2. Pelaksanaan Untuk dapat mencapai tujuan pelayanan bantuan tersebut, diperlukan suatu persiapan pelayanan bimbingan dan konseling yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaannya. Namun demikian, rencana kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin terlaksana dengan baik apabila tidak ditunjang oleh tenaga, prasarana, sarana dan perlengkapan yang memadai, serta kerjasama yang baik. 1) Tenaga Tenaga utama dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah Guru BK/Konselor yang merupakan tenaga profesional. Tenaga ini hendaknya memiliki modal personal dan modal profesional yang dapat diandalkan untuk tugas-tugas profesional bimbingan dan konseling itu. Profesionalisme Guru BK/Konselor akan terlihat unjuk kerjanya dalam melaksanakan tugas profesinya. Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terintegrasi dalam kegiatan pendidikan di sekolah. Bimbingan dan konseling sebagai bentuk layanan muncul dalam proses Bimbingan dan Konseling | 40
Modul Bahan Ajar pendidikan sebagai usaha intervensi dengan tujuan membantu individu agar dapat mencapai tujuan pendidikan, mampu menentukan pilihan, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, serta dalam hubungannya secara vertikal dengan Tuhan. Bimbingan dan konseling berupaya membawa peserta mencapai tingkat perkembangan yang lebih berarti baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Dengan dasar itu, orientasi bantuan layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada usaha membantu peserta didik disaat mengalami masalah saja, tetapi lebih berorientasi pada pencegahan, di samping mengambil peran aktif dalam segala tugas perkembangan siswa. 2) Prasarana dan Sarana Prasarana pokok yang diperlukan ialah ruang bimbingan dan konseling yang cukup memadai. Ruang dimaksud hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga para siswa yang berkunjung merasa senang dan nyaman, serta ruangan tersebut dapat digunakan untuk pelaksanaan berbagai jenis kegiatan layanan bimbingan dan konseling baik individu maupun kelompok sesuai dengan asas-asas dan kode etik bimbingan dan konseling. Sedangkan sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan bimbingan dan konseling adalah : a) Alat pengumpul data, baik tes maupun non tes b) Alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk himpunan data c) Kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket bimbingan, alat bantu bimbingan d) Perlengkapan administrasi, seperti alat tulis, format rencana kegiatan, serta blangko laporan kegiatan 3) Kerja Sama Pelayanan bimbingan dan konseling akan efektif apabila ada kerjasama di antara semua pihak yang berkepentingan dalam kesuksesan pelayanan bimbingan dan konseling. Kerjasama antara personil sekolah dengan guru BK/Konselor Bimbingan dan Konseling | 41
Modul Bahan Ajar terjalin sesuai dengan tugas dan peranan masing-masing dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Tanpa kerjasama antar personil itu, kegiatan bimbingan dan konseling akan banyak mengalami hambatan. Berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah tujuan, prinsip, azas, dan fungsi layanan BK. 3. Penilaian Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan. Penilaian kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program yang disusun. Penilaian bertujuan untuk mengetahui keberhasilan layanan yang dilakukan. Dengan penilaian ini dapat diketahui apakah layanan tersebut efektif dan membawa dampak positif terhadap siswa yang mendapatkan layanan. Secara khusus fokus penilaian diarahkan kepada berkembangnya : a) Pemahaman baru yang diperoleh melalui layanan, dalam kaitannya dengan masalah yang dibahas. b) Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan. c) Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya. Hasil penilaian proses digunakan untuk meningkatkan kualitas kegiatan bimbingan dan konseling secara menyeluruh, Laporan hasil penilaian dalam bentuk 'portofolio' dituangkan berbentuk profil laporan siswa berisi prestasi kegiatan akademik, psikologis, bakat dan minat siswa yang ditandatangani Guru BK/Konselor, koordinator dan kepala sekolah diketahui orang tua. Penilaian di tingkat sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah yang dibantu oleh pembimbing khusus dan personil Bimbingan dan Konseling | 42
Modul Bahan Ajar sekolah lainnya. Di samping itu penilaian kegiatan bimbingan dilakukan juga oleh pejabat yang berwenang (pengawas bimbingan dan konseling) dari instansi yang lebih tinggi (Departemen Pendidikan Nasional Kota atau kabupaten). Penilaian perlu diprogramkan secara sistematis dan terpadu. Kegiatan penilaian baik mengenai proses maupun hasil perlu dianalisis untuk kemudian dijadikan dasar dalam tindak lanjut untuk perbaikan dan pengembangan program layanan bimbingan. Dengan dilakukan penilaian secara komprehensif, jelas dan cermat maka diperoleh data atau informasi tentang proses dan hasil seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Data dan informasi ini dapat dijadikan bahan untuk pertanggungjawaban atau akuntabilitas pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. E. Rangkuman Kegiatan dalam mengevaluasi dan mengembangkan program bimbingan dan konseling yang komprehensif ini meliputi evaluasi kinerja, program dan hasil, kegiatan selanjutnya setelah melakukan evaluasi program ini adalah melakukan proses dalam meningkatkan program dan mendesain ulang program setelah dilakukannya beberapa tahapan tersebut, kemudian program yang telah di evaluasi dan di desain ulang ini akan diimplementasikan sebagai program baru yang kemudian akan dilakukan penilaian pada program baru tersebut. F. Daftar Pertayaan 1. Mengapa penting diperlukannya evaluasi kinerja, program, dan hasil bimbingan dan konseling? 2. Jelaskan mengenai ciri-ciri program yang dapat menjadi patokan dalam mengevaluasi program! 3. Sebut dan jelaskan metode yang dapat digunakan dalam mengevaluasi program! 4. Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan proses mendesain ulang? 5. Jelaskan pendapat anda bagaimana jika pada proses implementasi ternyata kerjasama personil sekolah dengan Guru BK/konselor dapat dikatakan kurang harmonis, apakah proses implementasi dapat berlangsung secara efektif ? Bimbingan dan Konseling | 43
Modul Bahan Ajar Daftar Pustaka Norman C. Gysbers & Patricia Henderson, Developing and Managing Your School Guidance and Counseling, American Counseling Association, 2012 Rahman, F. (n.d.). Modul Ajar Pengembangan dan Evaluasi Program BK. hlm 2-8. Erford, Bradley T. ed. 2004. Professional School Counseling, A Handbook of Theories, Program, and Practices. Texas: Pro-Ed. Myrick, R. D. 1993. Developmental Guidance and Counseling A Practical Approach. Second Edition. Minneapolis, MN: Educational Media Corporation. Sudrajat, A. (2013). Modul Diklat Peningkatan Kompetensi Guru BK/Konselor SMP/MTs. hlm 16-24. Program Bimbingan dan Konseling, JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa, vol. 1 No. 2 Agustus 2017. Bimbingan dan Konseling | 44
Modul Bahan Ajar Bidang Studi Bimbingan Konseling
Search
Read the Text Version
- 1 - 50
Pages: