Serpihan Kisah di Sekolah Merah Jambu Peristiwa kehidupan layaknya kembang api yang setiap serpihannya menghasilkan lima serpih-serpih yang lebih kecil. Jika satu kembang api meledak maka rentetan ledakan lainnya akan terdengar lima kali. #1 Airmata Nisa Aku baru saja hendak membuka halaman pertama buku bercover cerah di sebuah meja panjang putih ketika gadis manis berkulit sawo matang itu mendekat duduk bersimpuh tepat di hadapanku. “Bu ….”. Kalimatnya terhenti dengan suara sesak tertahan. Aku tak langsung menjawab,memberinya ruang untuk menarik napas lebih dalam. “Bu, apa boleh saya cerita?” Kepalanya mendongak dan menatapku meminta persetujuan dari balik kacamata yang telah berembun. Aku tersenyum mengangguk. Nisa nama gadis muda yang masih sangat belia dan masih duduk di kelas level akhir tingkat sekolah menengah pertama saat itu adalah tipe anak yang satu waktu tampil sebagai anak yang ceria namun di waktu yang lain tampil sebagai sosok yang sangat pendiam. Sedari awal berjumpa, kehangatan gadis manis ini sudah terasa. Kemuraman pun tak jarang terpahat di wajahnya. Jelas dia sedang menanggung sebuah rasa sedih yang cukup mendalam. “Nisa kenapa nak?” Tanyaku sambil membenahi rambut-rambut halus yang meyeruak ke luar jilbabnya.
“Nangis kah nak?” “Iyya bu.” Jawabnya dengan suara sedikit bergetar. “Cerita saja nak!” Nisa melempar pandangan ke arahku dan kata demi kata dia rangkai menyimpul kisahnya yang terpendam membebani jiwanya. Gestur wajah yang berubah-ubah mewakilkan emosi dan suasana hatinya,kadang cemberut, datar, dan tersenyum. “Tidak mauja, tidak kuterimai.” Tetiba nada suaranya meninggi. Pecahlah tangisnya yang tertahan dari tadi. Airmata luruh tanpa aba-aba. Kedua tangannnya menangkup wajahnya namun suara menyedihkan itu terdengar jelas bagi siapa pun yag berada di sekitarnya. Mungkin ini adalah klimaks dari kisah yang ia lafalkan. Nisa berdalih semenjak papa mamanya memutuskan cerai, kedua orangtuanya sibuk dengan keluarga barunya masing-masing. Sekarang ia bukan prioritas orangtuanya bahkan cenderung terlupakan. Hatiku teriris menyaksikan kepiluan seorang anak yang haus kasih sayang dan perhatian berlimpah dari orang terdekatnya terutama dari manusia bernama orangtua. Dua orang manusia yang paling sering menjadi penentu jalan hidup seorang manusia titipan Tuhan kepada mereka, entah diinginkan atau pun tak diinginkan, baik sengaja maupun tak sengaja. Airmata nisa ini tak sekali ini saja membasahi kedua pipi bulatnya. Dalam beberapa pertemuan kami, air bening itu sering menjadi pemandangan yang tak asing. “Mamaku sudah tidak sayang mi, adek baru jaki nasayang. Bukanma saya siapa-siapanya sekarang.” Katanya suatu kali. “Papaku susah sekali dihubungi, tidak maumi kapang naangkat teleponku.” Nisa marah meradang menceritaknnya meski kemudian tampak rapuh. “Bu, rinduji itu mamaku sama papaku sama saya?”. Tanyanya dengan nada terluka. Meski tak selalu memberi jawaban namun selalu kusiapkan pendengaran menampung semua diksi dukanya dan genggaman hangat sebanyak yang ia inginkan karena saya tahu Nisa sedang tak mencari jawaban tapi hanya mencari figur yang mampu menetralkan fluktuasi amarahnya ke titik nol, lagi dan lagi agar ia mampu menjalani hari-harinya secara normal seperti teman-temannya yang lain.
Nisa adalah salah satu anak dari banyaknya anak yang menjadi objek penderita keluarga broken home. Dia merasa gamang dan merasa ditinggalkan oleh orang yang dicintainya, seperti lapar yang tak pernah merasakan kenyang jika makanan jiwa yang diinginkannya bukan dari sosok yang diharapkan. Di usia tanggungnya saat ini perpisahan orangtua menjadi hal berat dalam hidupnya. Ia belum siap dan belum mau menerima kenyataan yang terjadi. Saat ini, mencari sosok nyaman untuk menumpahkan keluh kesahnya adalah kebutuhan untuknya. Luapan perasaan yang bisa Nisa bagi kepada beberapa gurunya yang ia anggap cukup dekat dengannya. Sungguh seorang guru adalah wujud lain bahkan bayangan dari orangtua. Bukan hanya memberi pengetahuan tentang ilmu tertentu tetapi menjadi wadah dan tujuan anak-anak bergelar murid mengisahkan dan mengeskpresikan semua rasa mereka. Bukan hanya dialog bahasa dengan bahasa verbal tetapi dengan bahasa tubuh, jiwa dan batin yang mendalam. Setiap kata yang terlontar dari seorang guru untuk muridnya seharusnya adalah lebih dari kalimat-kalimat yang sekadar nasihat yang tanpa doa dan harapan kebaikannya. Guru sendiri bukan hanya guru yang secara profesi yang mengajar di kelas-kelas tetapi guru sesungguhnya adalah setiap orang yang dapat mengajarkan ilmu dan hikmah. Sama halnya dengan di Sekolah Putri Darul Istiqamah, guru itu semua civitas yang ada mulai dari jajaran dewan pembina, direktur, guru kelas, ummi asrama, staf, cleaning service, tim dapur, hingga security. Semua pihak bertanggung jawab menunjukkan kebaikan dengan kasih sayang kepada para santri. Cinta yang jujur bukan hanya didapatkan dari orang-orang sedarah atau karena hubungan romansa pernikahan melainkan dari siapa saja atas dasar keimanan dan kemanusiaan. Airmata Nisa layaknya serpihan kembang api yang ledakannya bukan hanya sekali jika tak mendapatkan muara yang tepat tetapi akan meledak berkali-kali menghancurkan sang pemilik airmata. Sabarkan hatimu wahai Nisa. Mama papamu lebih baik dari persangkaanmu bahkan seribu kali lebih baik. Doa-doa orangtuamu selalu memelukmu meski dari jarak yang terbentang. Meski dengan segala celah, tak akan luntur kasih mereka untukmu karena tak ada kewajiban menyempurnakan cinta kepada manusia kecuali kepada selain Sang Khalik. Tugasmu hanya menyayangi dan berbakti. Serahkan urusanmu kepada Tuhan, biar Tuhan
yang menyelesaikan urusanmu. Contohlah Uwais Al-Qarni yang seorang sahabat Nabi yang namanya tidak terkenal di bumi namun terkenal di Langit karena baktinya kepada ibunya, dengarkanlah kisah Nabi Ismail yang bahkan meminta ayahnya Nabi Ibrahim untuk segera menyembelihnya sebagai bentuk ketaatan kepada perintah Allah sebagaimana Allah mengabadikan firmannya dalam quran. َو َو ﱠﺻ ْﻴ َﻨﺎ ا ْ ِﻹ ْﻧ َﺴﺎ َن ﺑِ َﻮاﻟِ َﺪ ْﻳ ِﻪ َﺣ َﻤﻠَ ْﺘ ُﻪ أُ ﱡﻣ ُﻪ َو ْﻫ ًﻨﺎ َﻋ َ ٰﲆ َو ْﻫ ٍﻦ َو ِﻓ َﺼﺎﻟُ ُﻪ ِﻓﻲ َﻋﺎ َﻣ ْﻴ ِﻦ أَ ِن ا ْﺷﻜُ ْﺮ ﻟِﻲ َوﻟِ َﻮاﻟِ َﺪ ْﻳ َﻚ ِإﻟَ ﱠﻲ ا ْﻟ َﻤ ِﺼﻴﺮ Artinya: \"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.\" (QS Lukman : 14)
Search
Read the Text Version
- 1 - 5
Pages: