pISSN 2685-0761 eISSN 2685-0850 JURNAL INOVASI PEMBELAJARAN KIMIA (Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia) https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jipk email: [email protected] Masuk : 6 Juli 2021 Revisi Diterima : 4 Oktober 2021 Diterbitkan Halaman : 19 Oktober 2021 : 30 Oktober 2021 : 123 – 135 Pengembangan Uji Instrumen Tiga Tingkat Dengan CRI Untuk Mendeteksi Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Reaksi Redoks Fatayatul Hasniyah1*, Zainuddin Muchtar1 1Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Negeri Medan, Medan *Alamat Korespondensi: [email protected] Abstract: Research has been carried out to develop a Three Tier Instrument Test with Certainty of Response Index (CRI) with the aims to find out (1) analysis of teaching learning chemistry, (2) the eligibility categories in terms of expert validation, (3) the percentage of misconceptions in each sub-concepts of redox reaction, and (4) the causes of students’ misconceptions about redox reaction material. The instrument is prepared with 10 items validated contains each sub-concepts. Research results show that: (1) teaching learning chemistry using curriculum 2013, various student textbooks and methods so research develop many aspects of question instruments that needed in research by interviewing the teacher of each schools, (2) the test instrument has very decent criteria with the assessment of material, language, and construction aspect, (3) the lowest percentages of students’ misconception in redox reaction’s sub-concept is oxidizing and reducing agent in reaction (54.09%) and the highest percentages is in sub-concept of autoredox concept (69.98%) with all categories of misconceptions are enough, (4) the causes of students’ misconceptions in learning redox reaction found in the material, learning source, teachers aspect. It because students were taught by different teacher, different method, and different source in learning redox reaction. Keywords: Misconceptions, Three-Tier Instrument Test, Certainty Response Index (CRI), Redox Reaction PENDAHULUAN sekolah dan sebagian besar kurikulum harus bertujuan untuk mencapai tujuan ini. Selain Kimia merupakan salah satu mata itu, prinsip-prinsip psikologi perlu pelajaran IPA yang mempelajari banyak menawarkan fenomena agar siswa dapat konsep-konsep abstrak dan beberapa mengamati sendiri. Berdasarkan pengamatan diantaranya mencoba menjelaskan fenomena tersebut, mereka akan menemukan kimia dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan penjelasan awal dan akan mengembangkan utama pelajaran kimia adalah untuk struktur kognitif mereka. Berdasarkan Hazari memperkenalkan siswa dengan fenomena (2019), pengalaman memulai pembelajaran sehari-hari dan membantu mereka untuk dalam kimia, calon guru seringkali tidak jelas memahami apa yang terjadi di alam: semua penyampaiannya tentang prakonsepsi atau pedoman untuk pendidikan kimia, buku dapat membuat miskonsepsi mereka sendiri. 123
Fatayatul Hasniyah dan Zainuddin Muchtar Jurnal Inovasi Pembelajaran Kimia (Journal Of Innovation in Chemistry Education) Volume 3, Nomor 2, Oktober 2021 Pengembangan Uji Instrumen Tiga Tingkat Dengan CRI Untuk Mendeteksi Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Reaksi Redoks Menurut pendekatan pembelajaran ini, siswa dkk., 2019 membahas miskonsepsi terbesar menghasilkan makna mereka sendiri pada sub indikator aplikasi dan persamaan berdasarkan latar belakang, sikap, reaksi redoks sebesar 46,89%. Masykuri kemampuan, pengalaman, dll., sebelum, dkk., 2019 hanya membahas miskonsepsi selama, dan setelah pengajaran. pada sub indikator konsep redoks berdasarkan serah terima oksigen, kenaikan Reaksi redoks adalah materi kimia dan penurunan bilangan oksidasi, dan konsep yang mempelajari tentang zat pereduksi (zat reduktor dan oksidator. Nurrohmah dkk., yang melepaskan atau menyumbangkan 2018 membahas dan mendapatkan elektron, atau mengalami oksidasi; yang miskonsepsi siswa yang menggunakan sistem bilangan oksidasinya meningkat) dan zat CBT dengan software RDT pada materi pengoksidasi (zat yang memperoleh atau reaksi redoks. Nurlela dkk., 2017 membahas menerima elektron atau mengalami reduksi; miskonsepsi menggunakan instrument tes atau yang bilangan oksidasinya menurun) dua tingkat dengan Certain Response Index (NARICT, 2010). Seperti dalam sejarah (CRI) atau tingkat kepercayaan siswa perkembangan konsep redoks, definisi terhadap jawaban. transfer oksigen dalam topik awal berubah menjadi transfer elektron dalam topik Berdasarkan uraian tersebut, maka lanjutan setelah subjek struktur atom dibahas. Konsep pokok materi redoks mengalami peneliti perlu melakukan penelitian yang perubahan makna hingga empat kali, yaitu redoks berdasarkan transfer oksigen, redoks bertujuan untuk mengidentifikasi berdasarkan transfer hidrogen, redoks berdasarkan transfer elektron, dan redoks miskonsepsi siswa dengan menggunakan berdasarkan perubahan bilangan oksidasi. Perubahan makna konsep dan penyelesaian pilihan ganda tiga tingkat pada materi konsep soal redoks yang membutuhkan banyak tahapan membuat siswa kesulitan redoks di kelas X. Peneliti juga menentukan menyelesaikan soal reaksi redoks (Anshori, dkk., 2016). hasil kategori kelayakan instrumen tes objektif dan penyebab miskonsepsi untuk mendeteksi miskonsepsi reaksi redoks kelas X berdasarkan instrumen tes objektif pilihan ganda tiga tingkat dengan Certainty of Response Index (CRI). Banyak penelitian pengembangan KAJIAN LITERATUR tentang instrumen yang digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Ada tiga cara Konsep dan Prakonsepsi untuk mendeteksi miskonsepsi: (1) pilihan ganda dasar; (2) pilihan ganda dua tingkat Sebelum siswa mempelajari konsep dan; (3) pilihan ganda tiga tingkat (Masykuri kimia, mereka membawa suatu konsep yang dkk., 2019). Salah satu teknik yang dapat disebut prakonsepsi. Biasanya siswa punya digunakan untuk mengidentifikasi letak persepsi sendiri sebelum menerima miskonsepsi siswa adalah instrumen pilihan pembelajaran, ketika berinteraksi dengan ganda tiga tingkat. Teknik pilihan ganda tiga lingkungan, mereka membawa banyak tingkat (three-tier) merupakan gabungan dari pengalaman atau ide yang sudah ada teknik two-tier dan teknik Certainty of sebelumnya (Pinker, 2003). Ide-ide ini Response Index (CRI) yang mengukur disebut pengetahuan awal, prasangka atau tingkat kepercayaan siswa terhadap jawaban konsep alternatif yang akan menjadi mereka pada dua tier pertama. membangun pengetahuan mereka selanjutnya (Gani dkk., 2017). Konsep adopsi dan Beberapa penelitian sebelumnya pengembangan otonom tidak selalu sama untuk mengetahui miskonsepsi reaksi redoks dengan konsep sebenarnya yang diajukan telah dilakukan oleh Wulandari dkk., 2019; oleh ahli kimia (Dhindsa & Treaguest, 2009). Masykuri dkk., 2019; Nurrohmah dkk., 2018; Ketika mereka mengikuti proses dan Nurlela dkk., 2017 dengan metode dan pembelajaran dan menerima konsep baru, hasil yang berbeda satu sama lain. Wulandari mereka akan berusaha menyelaraskan konsep 124
Fatayatul Hasniyah dan Zainuddin Muchtar Jurnal Inovasi Pembelajaran Kimia (Journal Of Innovation in Chemistry Education) Volume 3, Nomor 2, Oktober 2021 Pengembangan Uji Instrumen Tiga Tingkat Dengan CRI Untuk Mendeteksi Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Reaksi Redoks baru dengan konsep yang sudah ada. Dalam Penyebab Miskonsepsi proses penyesuaian ini, beberapa kemungkinan dapat terjadi, antara lain: 1. Buku/bahan referensi 1. Guru salah menyampaikan konsep, tetapi Buku ini mungkin tidak memiliki cukup referensi atau bukti. Buku dapat memuat siswa merekonstruksi konsep dengan konten yang ambigu, bahasa yang benar; meragukan, tidak memiliki contoh yang 2. Guru menyampaikan konsep dengan lengkap atau memadai untuk memahami benar, tetapi siswa tidak merekonstruksi konten atau konsep tertentu. konsep yang benar. Struktur sebenarnya adalah konsep yang salah; 2. Bahasa guru 3. Guru menyampaikan konsep dengan Bahasa adalah alat komunikasi yang benar, sedangkan siswa merekonstruksi ampuh. Bahasa komunikatif guru dapat konsep yang salah. mempengaruhi miskonsepsi dalam pembelajaran siswa dan konsep ilmiah Dalam kasus pertama (1) dan kedua (2), baru dapat muncul. miskonsepsi disebabkan oleh pihak sekolah dan siswa itu sendiri. Jika guru tidak segera 3. Keluarga menemukannya, maka miskonsepsi akan Temperamen ilmiah anggota keluarga berlanjut dan berakibat fatal karena akan terutama yang berusia lanjut juga akan menimbulkan pemahaman yang salah mempengaruhi pemahaman siswa terhadap keseluruhan konsep kimia. Di terhadap konsep-konsep ilmiah. Peran dalam situasi ketiga (3), siswa sudah yang diberikan kepada anggota keluarga memiliki ide-ide konstruktivis, dan mereka dapat menghambat pemikiran ilmiah dan diharapkan terjadi dalam studi mereka pembentukan konsep. (Salirawati, 2017). 4. Kelompok sebaya Miskonsepsi Kelompok sebaya lebih berpengaruh dalam bentuk pembelajaran informal Miskonsepsi adalah ide yang dibentuk oleh siswa, terutama teman sebaya di sekolah, siswa berdasarkan pengalaman yang tidak seperti pemikiran abstrak, aturan, nilai, sesuai dengan konsep ilmiah. Adanya dan komitmen siswa. miskonsepsi ini akan mempengaruhi perkembangan pemahaman siswa dan 5. Keyakinan budaya menghambat proses belajar siswa selanjutnya Latar belakang pribadi keluarga, karena miskonsepsi akan menimbulkan keyakinan dan agama, komunitas, pengetahuan baru yang dimiliki siswa yang upacara, tradisi, masyarakat tempat tidak dapat dikaitkan dengan pengetahuan siswa tinggal juga penting dalam kognitif, sehingga pemahaman konsep siswa pembentukan konsep ilmiah siswa. menjadi lemah. Miskonsepsi siswa dapat disebabkan oleh berbagai faktor internal dan 6. Media eksternal. Faktor internal yang Media adalah alat yang paling ampuh mempengaruhi terbentuknya miskonsepsi untuk membentuk atau mengembangkan siswa antara lain prasangka, pemikiran cara berpikir pribadi. Saluran televise asosiatif, pemikiran humanistik, intuisi yang sebagai salah satu contoh media yang salah, perkembangan tahap kognitif, menyebarkan keyakinan yang salah penalaran yang tidak lengkap/salah, ataupun tidak memiliki dasar ilmiah kemampuan, dan minat belajar, sedangkan dapat menyebabkan siswa salah paham. faktor eksternal meliputi pengalaman sehari- hari, guru, buku ajar, dan penggunaan bahasa 7. Keyakinan pribadi siswa (Siswaningsih dkk., 2020). Salah satu sumber miskonsepsi siswa seperti keyakinan pribadi siswa tentang sekolah, media, masyarakat, orang tua, diskusi kelompok sebaya, pengalaman, dll. juga mendukung terciptanya miskonsepsi (Patil dkk., 2019). 125
Fatayatul Hasniyah dan Zainuddin Muchtar Jurnal Inovasi Pembelajaran Kimia (Journal Of Innovation in Chemistry Education) Volume 3, Nomor 2, Oktober 2021 Pengembangan Uji Instrumen Tiga Tingkat Dengan CRI Untuk Mendeteksi Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Reaksi Redoks Identifikasi Miskonsepsi Daftar konsep adalah desain instrumen 1. Tes asosiasi kata yang digunakan untuk menguji pilihan Asosiasi kata adalah salah satu metode ganda penelitian tingkat pemahaman tertua dalam studi struktur kognitif dan konsep siswa. Menurut konsep kunci telah banyak digunakan. subjek, setiap pertanyaan atau item memiliki jawaban yang benar dan 2. Tes pilihan ganda jawaban yang salah. Penggunaan daftar Soal pilihan ganda sangat berguna untuk konsep yang paling umum adalah untuk penilaian langsung dan dapat diterapkan mendiagnosis miskonsepsi pengganti. pada sejumlah besar siswa, dan telah 7. Tes diagnostik online digunakan untuk menentukan konsep Ini adalah desain sederhana untuk siswa. diagnosis miskonsepsi siswa berbasis komputer. Tes konsep pra-tetap dapat 3. Tes diagnostik dua tingkat dan tiga menunjukkan di mana siswa tingkat mendapatkan kesalahan pada tautan, Tes pilihan ganda dua tingkat digunakan strategi, atau pengetahuan. sebagai alat diagnostik, di mana tingkat 8. Kuesioner terbuka pertama mencakup pertanyaan konten Kuesioner terbuka memberikan waktu pilihan ganda dan tingkat kedua untuk berpikir dan menjelaskan ide-ide mencakup rangkaian alasan pilihan siswa sendiri, tetapi secara umum, sulit ganda untuk jawaban siswa tingkat untuk mengevaluasi hasilnya (Patil dkk., pertama. Tingkat ketiga digunakan untuk 2019). memastikan keyakinan siswa memilih jawaban yang benar. 4. Gambar METODE Sacit Kose (2008) menggunakan gambar Metode Penelitian sebagai alat untuk mengetahui miskonsepsi siswa sekolah menengah Penelitian ini dilakukan di empat tentang biologi. Dalam hal ini, jika anak SMA sebagai populasi sampel, yaitu SMA menggambar binatang yang terangsang, Dharmawangsa Medan, SMA Negeri 1 guru dapat bertanya kepada mereka Percut Sei Tuan, MAN 1 Medan, dan MAS mengapa dia melukisnya. PAB 2 Helvetia pada semester genap tahun 5. Teks perubahan konsep pelajaran 2020/2021. Sampel siswa dipilih Pada awalnya, siswa akan salah paham hanya satu kelas di setiap sekolah. Produk tentang subjek, dan kemudian mereka yang dikembangkan dalam penelitian ini menjelaskan secara ilmiah mengapa adalah instrumen tes objektif berbasis pilihan pemahaman ini salah. Dalam teks ganda tiga tingkat untuk mengidentifikasi perubahan konsep, siswa diberi miskonsepsi siswa pada materi reaksi redoks pertanyaan langkah demi langkah untuk menggunakan metode Research and mengaktifkan pemahaman mereka Development (R&D) dengan model ADDIE. tentang subjek. Prosedur pengembangan digambarkan dalam 6. Daftar konsep bagan yang dijelaskan pada Gambar 1: Analisis kebutuhan (guru) Analisis Analisis instrumen pendeteksi Identifikasi konsep miskonsepsi Menyusun kisi-kisi soal Desain Konstruksi soal Validasi oleh dosen Perkembangan Validasi oleh siswa kelas XI Implementasi Uji coba soal pada siswa kelas X HEavsailludaastia Gambar 1. Prosedur Penelitian 126
Fatayatul Hasniyah dan Zainuddin Muchtar Jurnal Inovasi Pembelajaran Kimia (Journal Of Innovation in Chemistry Education) Volume 3, Nomor 2, Oktober 2021 Pengembangan Uji Instrumen Tiga Tingkat Dengan CRI Untuk Mendeteksi Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Reaksi Redoks Instrumen Penelitian mengelompokkan data berdasarkan kemampuan dan pemahaman siswa, Untuk instrumen penelitian, peneliti kemudian merekapitulasi siswa yang membuat 4 (empat) instrumen untuk mendapatkan jawaban benar/Scientifically mendukung data. Instrumen penelitian adalah Correct (SC), sebagian benar/Partically alat yang digunakan peneliti untuk Correct (PC), miskonsepsi/Specific mengumpulkan data penelitian agar peneliti Misconception (SM), dan tidak mengerti/No dapat bekerja dengan mudah dan Understanding (NU) berdasarkan Nurlela mendapatkan hasil yang lebih baik (Yuberti (2017) sebagai berikut: & Siregar, 2017). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Tabel 1. Format Persentase Miskonsepsi 1. Wawancara Sub-Konsep Persentase NU Wawancara dilakukan kepada guru-guru SC PC SM sebelum melakukan penelitian guna mengetahui kegiatan belajar mengajar Untuk metode perhitungan persentase pada masing-masing sekolah. miskonsepsi berdasarkan Mahardika (2014) sebagai berikut: 2. Kuesioner Validasi Uji validitas instrumen oleh dosen ������ = ������ ������ 100% sebelum melakukan penelitian kepada ������ siswa (sampel). Setelah divalidasi, instrumen tes digunakan pada siswa Informasi: kelas XI untuk mengetahui uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya P = Persentase miskonsepsi diskriminasi, dan distruktor oleh siswa yang telah mempelajari reaksi redoks di F = Frekuensi yang dicari persentasenya kelas. N = Banyaknya siswa 3. Uji Instrumen Tiga Tingkat dengan Indeks Kepastian Respon (CRI) Instrumen ini digunakan untuk Sampel siswa akan dikelompokkan ke dalam empat kategori berbeda yang membantu mengetahui hasil persentase miskonsepsi untuk mengklasifikasikan penjelasan yang dapat diterima dan tidak dapat diterima yang dilakukan siswa. Instrumen secara ilmiah, dan kemudian dikelompokkan menurut kriteria berikut: diberikan setelah pembelajaran materi reaksi redoks oleh guru. Instrumen tes hanya mengukur aspek kognitif siswa yang meliputi C1 (pengetahuan), C2 Tabel 2. Pengelompokan Analisis Data (pemahaman), C3 (aplikasi), dan C4 Sedangkan kriteria penilaian tingkat (analisis) dalam pembelajaran materi Level 1 Level 2 Level 3 (CRI) Keterangan Benar Benar Yakin reaksi redoks. Benar Salah Yakin Benar (SC) Miskonsepsi 4. Kuisioner Siswa Salah Benar Yakin (SM) Miskonsepsi Untuk mendeteksi penyebab Salah Salah Yakin (SM) Miskonsepsi miskonsepsi siswa, kuesioner diberikan Benar Benar Tidak Yakin (SM) Sebagian Benar setelah dilakukan pengerjaan tes Benar Salah Tidak Yakin (PC) Sebagian Benar instrument soal tiga tingkat. Salah Benar Tidak Yakin (PC) Sebagian Benar Analisis Penilaian Butir Soal Untuk Salah Salah Tidak Yakin (PC) Mengukur Miskonsepsi Siswa Tidak Mengerti (NU) Analisis data miskonsepsi digunakan untuk mendapatkan gambaran miskonsepsi 127 siswa dalam pembelajaran reaksi redoks dan
Fatayatul Hasniyah dan Zainuddin Muchtar Jurnal Inovasi Pembelajaran Kimia (Journal Of Innovation in Chemistry Education) Volume 3, Nomor 2, Oktober 2021 Pengembangan Uji Instrumen Tiga Tingkat Dengan CRI Untuk Mendeteksi Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Reaksi Redoks kepercayaan diri siswa dalam menjawab tes berbasis pilihan ganda tiga tingkat untuk atau CRI (Certainty of Response Index) mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada disertai dengan soal tes objektif, yaitu materi reaksi redoks menggunakan metode sebagai berikut: Research and Development dengan model ADDIE. Hasil dari setiap tahapan Tabel 3. Pengelompokan Analisis Data CRI dijelaskan sebagai berikut: 1. Analisis CRI Kriteria Tingkat Percaya Diri Tahap awal dalam penelitian ini adalah 0 Hanya menebak Tidak Yakin analisis proses pembelajaran kimia di 1 Sangat tidak percaya diri kelas X masing-masing sekolah. Hasil 2 Tidak percaya diri Yakin analisis proses pembelajaran terangkum 3 Percaya diri dalam hasil angket wawancara dengan 4 Sangat percaya diri guru sebagai berikut: kebutuhan 5 Benar-benar percaya diri kurikulum, buku ajar siswa, dan metode pengajaran. Langkah selanjutnya adalah 2. Desain Tahap kedua dalam penelitian ini adalah menginterpretasikan persentase miskonsepsi merancang dan menyusun kisi-kisi soal melalui Uji Instrumen Tiga Tingkat seperti pada tabel 4. dengan Indeks Kepastian Respons (CRI) materi reaksi redoks berdasarkan Tabel 4. Kriteria Persentase Miskonsepsi kebutuhan silabus dan kurikulum. Kemudian dilajutkan menyusun soal Nilai P Informasi berdasarkan kisi-kisi soal. Soal Rendah dikerjakan dengan 30 (tiga puluh) butir 0% ≥ 30% Sedang soal sebelum divalidasi. Data yang 31% ≥ 60% Tinggi diperoleh diuraikan sebagai berikut: 61% ≥ 100% indikator, kisi-kisi soal, instruksi kerja soal, Tes Instrumen Tiga Tingkat dengan Analisis Penilaian Kuesioner Respon Indeks Kepastian Respon (CRI), Siswa pedoman penilaian, dan angket penyebab miskonsepsi siswa. Angket respon siswa digunakan untuk 3. Perkembangan mengetahui penyebab miskonsepsi siswa Tahap ketiga dalam penelitian ini adalah pada materi reaksi redoks setelah siswa pengembangan validasi produk melakukan Instrumen Tiga Tingkat dengan instrumen tes oleh ahli materi, isi, dan Indeks Kepastian Respon (CRI). Rekapitulasi bahasa dari dosen yang ahli di angket respon siswa berdasarkan Skala bidangnya, kemudian hasil validasi Guttman sebagai berikut: tersebut diujicobakan pada siswa kelas XI yang telah mempelajari reaksi redoks Tabel 5. Format Persentase Kuesioner Respon Siswa pada semester sebelumnya untuk menentukan validitas, reliabilitas, tingkat Aspek Sub- Persentase kesukaran, daya pembeda, dan Konsep Ya Tidak pengecoh. 4. Implementasi Masing-masing aspek angket dianalisis untuk Tahap keempat dalam penelitian ini mengetahui rata-rata indikator penyebab adalah implementasi yang dilakukan miskonsepsi siswa dengan rumus yang sama untuk mengukur miskonsepsi pada siswa dengan metode perhitungan persentase kelas X. Tahap implementasi produk miskonsepsi. instrumen tes objektif untuk mendeteksi HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah instrumen tes objektif 128
Fatayatul Hasniyah dan Zainuddin Muchtar Jurnal Inovasi Pembelajaran Kimia (Journal Of Innovation in Chemistry Education) Volume 3, Nomor 2, Oktober 2021 Pengembangan Uji Instrumen Tiga Tingkat Dengan CRI Untuk Mendeteksi Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Reaksi Redoks miskonsepsi siswa pada materi reaksi 3. Uji Tingkat Kesulitan redoks dilakukan secara dalam jaringan Uji tingkat kesulitas memenuhi syarat melalui google form dan luar jika 0.20 > P ≥ 0.80. Dalam uji ini, jaringan/tatap muka dengan durasi waktu diperoleh 19 (sembilan belas) butir soal pengerjaan soal selama 45 menit. Produk memenuhi kriteria tingkat kesukaran akhir diujicobakan kepada siswa dengan butir soal yaitu kriteria baik. 10 (sepuluh) butir soal setelah divalidasi. 5. Evaluasi 4. Uji Daya Pembeda Langkah terakhir dari penelitian ini Uji daya pembeda memenuhi syarat jika adalah melakukan dan mengevaluasi 0.20 > P ≥ 0.80. Dalam uji ini, analisis data untuk mengetahui nilai diperoleh 19 (sembilan belas) butir soal respon siswa terhadap seluruh instrumen memenuhi kriteria daya pembeda butir yang dikembangkan. Pada tahap ini juga soal yaitu kriteria baik. dilakukan penilaian terhadap hasil angket penyebab miskonsepsi siswa 5. Pengecoh dalam pembelajaran reaksi redoks di Hasil terbaik dari pengecoh ketika kelasnya masing-masing. minimal 5% siswa telah memilih opsi pengecoh, BA ≤ BB, dan tidak lebih dari Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian 5% siswa tidak menjawab soal. Terdapat Dalam hasil uji instrumen 30 (tiga 15 (lima belas) pertanyaan yang memenuhi syarat dan dapat digunakan puluh) soal sebelum validasi didapatkan rata- untuk instrumen penelitian. Diantara 15 rata kelayakan materi 100% dan bernilai (lima belas) item pertanyaan, peneliti valid, rata-rata kelayakan konstruksi 91,66% menggunakan 10 (sepuluh) item dan bernilai valid, serta rata-rata kelayakan pertanyaan untuk melakukan penelitian bahasa yang digunakan adalah 100% dan untuk mendapatkan hasil miskonsepsi bernilai valid. Kesimpulan dari validasi siswa tentang materi reaksi redoks dosen terhadap Uji Instrumen Tiga Tingkat dengan sampel penelitian hanya satu dengan Indeks Kepastian Respon (CRI) pada ruang kelas X di setiap sekolah di SMA materi redoks adalah layak digunakan dengan Dharmawangsa Medan, SMA Negeri 1 revisi jika ada soal yang dianggap tidak Percut Sei Tuan, MAN 1 Medan, dan sesuai. Hasil validasi dosen ini dilanjutkan MAS PAB 2 Helvetia dan aktif pada sebagai acuan dalam proses validasi soal oleh Tahun Pelajaran 2020/2021. Adapun siswa kelas XI di MAN 1 Medan. pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah: 1. Uji Validitas Tabel 6. Item Pertanyaan dalam Penelitian Butir soal dinyatakan valid jika rxy hitung > rxy tabel (0,334). Dalam uji Hasil Penelitian Identifikasi Miskonsepsi validitas, diperoleh 20 (dua puluh) dari Penelitian ini menggunakan 30 (tiga puluh) butir soal memenuhi kriteria valid. Sub-Konsep Nomor Pertanyaan Total 2. Uji Reliabilitas dan Tingkat Kognitif Item Jika instrumen tersebut sesuai dengan Reaksi redoks C1 C2 C3 C4 2 item hasil pengukuran, maka instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel, berdasarkan 10, 2 item sehingga dapat dipercaya. Butir soal 11 dikatakan reliabel jika rxy hitung > rxy perubahan 2 item tabel (0,334). Pada penelitian ini rxy 15 16 hitung = 0,891, sehingga dapat bilangan oksidasi 2 item disimpulkan bahwa butir soal instrumen 18 19 reliabel dengan interpretasi uji Bilangan oksidasi 2 item reliabilitas tinggi. 23 24 unsur dalam 129 26 30 senyawa atau ion Bilangan oksidasi unsur dalam ion poliatomik Oksidator dan reduktor dalam reaksi Konsep autoredoks
Fatayatul Hasniyah dan Zainuddin Muchtar Jurnal Inovasi Pembelajaran Kimia (Journal Of Innovation in Chemistry Education) Volume 3, Nomor 2, Oktober 2021 Pengembangan Uji Instrumen Tiga Tingkat Dengan CRI Untuk Mendeteksi Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Reaksi Redoks instrumen tes dengan jumlah 10 (sepuluh) Reaksi reduksi terjadi pada atom ������������ dalam soal yang meliputi 5 (lima) sub-konsep ������������������������3 menjadi ������������������ karena bilangan oksidasi pembelajaran pada materi Reaksi Redoks. atom ������������ dalam ������������������������3 adalah +5 dan Pemahaman siswa dibagi menjadi empat bilangan oksidasi atom ������������ dalam ������������������ kategori yang berbeda untuk mengetahui adalah -1 sehingga terjadi reaksi reduksi kemampuan masing-masing siswa. Kategori (bilangan oksidasi menurun). Namun, tersebut terdiri dari Benar (SC), Benar 56,96% siswa mengalami miskonsepsi Sebagian (PC), Miskonsepsi (SM), dan Tidak dengan anggapan bahwa reaksi reduksi Memahami (NU). Berdasarkan hasil terjadi pada atom ������ dalam ������������������������3 menjadi keseluruhan jawaban tes siswa menunjukkan ������2 karena bilangan oksidasi atom ������ dalam bahwa terdapat beberapa siswa yang ������������������������3 adalah +3 dan bilangan oksidasi ������ mengalami miskonsepsi pada setiap butir dalam ������2 adalah +2. Siswa masih belum soal. Persentase miskonsepsi yang dialami mampu membedakan definisi oksidasi dan siswa berbeda-beda pada setiap item dan sub- reduksi berdasarkan perubahan bilangan konsep. Hasil pemahaman siswa pada setiap oksidasi. Pertanyaan dan jawaban soal nomor butir soal berdasarkan tes dapat dilihat pada 1 adalah sebagai berikut: Tabel 7. 01. Pada reaksi pemanasan ������������������������3 terjadi: Tabel 7. Persentase Miskonsepsi Siswa 2 ������������������������3 (s) → 2 ������������������ (s) + 3 ������2 (g) Sub-Konsep Nomor Rata-rata Pertanyaan Miskonsepsi Reaksi reduksi terjadi pada .. Reaksi redoks 1 54,36% A. Atom ������������ pada ������������������������3 menjadi ������������������ ** berdasarkan 2 B. Atom ������������ pada ������������������ menjadi ������������������������3 65,18% C. Atom ������ pada ������������������������3 menjadi ������������������ perubahan bilangan 3 D. Atom ������ pada ������������������������3 menjadi ������2 4 60,56% E. Atom ������ pada ������������������������3 menjadi ������������������ oksidasi 5 54,09% Alasan: Bilangan oksidasi 6 69,98% A. Bilangan oksidasi atom ������ pada unsur dalam senyawa 7 ������������������������3 adalah +1 dan pada ������������������ 8 adalah +1 sehingga tidak terjadi atau ion 9 perubahan bilangan oksidasi 10 Bilangan oksidasi B. Bilangan oksidasi atom ������ pada ������������������������3 adalah +3 dan pada ������2 adalah unsur dalam ion +2 sehingga terjadi peristiwa reduksi poliatomik C. Bilangan oksidasi atom ������ pada ������������������������3 adalah -6 dan pada ������2 adalah Oksidator dan 0 sehingga terjadi peristiwa reduksi reduktor dalam reaksi D. Bilangan oksidasi atom ������������ pada ������������������������3 adalah +1 dan pada ������������������ Konsep autoredoks adalah +1 sehingga tidak terjadi perubahan bilangan oksidasi Analisis miskonsepsi siswa pada masing- masing sub-konsep materi reaksi redoks akan E. Bilangan oksidasi atom ������������ pada dibahas sebagai berikut: ������������������������3 adalah +5 dan pada ������������������ adalah -1 sehingga terjadi peristiwa Reaksi Redoks Berdasarkan reduksi ** Perubahan Bilangan Oksidasi Rata-rata persentase miskonsepsi pada sub-konsep ini adalah 54,36% yang termasuk kriteria miskonsepsi sedang. Miskonsepsi siswa yang ditemukan pada sub- konsep ini diperoleh dari jawaban butir soal nomor 1 dan 2. Miskonsepsi pertama yang dialami siswa dalam menentukan reaksi reduksi di bawah ini: 2 ������������������������3 (s) → 2 ������������������ (s) + 3 ������2 (g) 130
Fatayatul Hasniyah dan Zainuddin Muchtar Jurnal Inovasi Pembelajaran Kimia (Journal Of Innovation in Chemistry Education) Volume 3, Nomor 2, Oktober 2021 Pengembangan Uji Instrumen Tiga Tingkat Dengan CRI Untuk Mendeteksi Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Reaksi Redoks Tingkat Keyakinan: siswa tentang ketepatan jawaban yang 1 2 3456 ditanyakan. Hanya Sangat Tidak Percaya Sangat Mutlak Selain itu, siswa juga mengalami menebak tidak percaya diri percaya percaya diri diri diri miskonsepsi pada penentuan rumus atom percaya diri karbon dan bilangan oksidasi karbon pada kalsium karbonat (������������������������3). Atom karbon ** jawaban yang benar memiliki rumus ������ dengan bilangan oksidasi ������ = +4. Namun siswa mengalami Miskonsepsi kedua yang dialami siswa dalam menentukan perubahan bilangan miskonsepsi dalam menentukan rumus atom oksidasi sebanyak enam satuan. Pada pilihan jawaban dari (A) sampai (E), komponen yang karbon, siswa menjawab bahwa rumus atom mengalami perubahan bilangan oksidasi karbon adalah ������������, seharusnya rumus atom sebanyak enam satuan adalah ������������������3−(aq) → ������������ untuk atom kalsium. ������������−(aq) karena bilangan oksidasi atom ������������ dari +5 menjadi -1 sehingga dapat dikatakan Bilangan Oksidasi Unsur dalam Ion mengalami perubahan bilangan oksidasi sebesar enam satuan. Tetapi, 51,77% siswa Poliatomik mengalami miskonsepsi dengan anggapan bahwa jawaban benar ialah ������������42−(aq) → ������������2 Rata-rata persentase miskonsepsi (aq) karena atom ������ pada ������������42− (aq) memiliki bilangan oksidasi = +6. Siswa berasumsi pada sub-konsep ini adalah 60,56% yang bahwa pilihan jawaban mana yang memiliki bilangan oksidasi sebanyak enam satuan, termasuk kriteria miskonsepsi sedang. sedangkan pertanyaannya adalah pilihan jawaban mana yang memiliki perubahan Miskonsepsi siswa yang ditemukan pada sub- bilangan oksidasi sebanyak enam satuan. konsep ini diperoleh dari jawaban butir soal nomor 5 dan 6. Miskonsepsi pertama yang dialami siswa dalam menentukan ion poliatomik yang memiliki bilangan oksidasi +5 pada logam transisinya antara opsi jawaban (A) sampai (E). Jawaban yang benar adalah ion poliatomik yang memiliki bilangan oksidasi atom ������������ = +5 adalah ������������������43− karena bilangan oksidasi ion/senyawa poliatomik = jumlah Bilangan Oksidasi Unsur dalam muatan ion/senyawa yang dimilikinya Senyawa Atau Ion tersebut. Tetapi, 65,83% siswa mengalami Rata-rata persentase miskonsepsi miskonsepsi dengan anggapan bahwa pada sub-konsep ini adalah 65,18% yang bilangan oksidasi ion/senyawa poliatomik termasuk kriteria miskonsepsi tinggi. selalu bertanda positif/negatif. Itulah salah Miskonsepsi siswa yang ditemukan pada sub- satu penyebab miskonsepsi siswa tentang konsep ini diperoleh dari jawaban butir soal ketepatan jawaban yang ditanyakan. nomor 3 dan 4. Miskonsepsi lain yang ditemukan Miskonsepsi pertama yang dialami dalam menentukan bilangan oksidasi pada siswa dalam menentukan bilangan oksidasi logam transisi yang dicetak tebal pada ������ = −3 antara pilihan jawaban (A) sampai senyawa poliatomik yang terdapat pada (E). Pada pilihan jawabannya, jawaban yang benar adalah ������������3 karena atom ������ memiliki pilihan jawaban (A) sampai (E). Ion bilangan oksidasi −3 dan atom ������ memiliki bilangan oksidasi +1. Namun 60,08% siswa poliatomik adalah: ������������4+, ������������42−, ������������������4−, ������������3+ mengalami miskonsepsi dengan anggapan Jawaban yang benar adalah atom ������ pada bahwa alasan atom ������ memiliki bilangan ������������������p4a+dame������m������4il2i−ki oksidasi −3 karena memang semua atom ������ bilangan oksidasi −3, atom mempunyai bilangan oksidasi −3. Hal ini memiliki bilangan oksidasi ������������������4− memiliki kurang tepat dan menimbulkan miskonsepsi +6, atom ������������ pada bilangan oksidasi +7, dan ion ������������3+ memiliki bilangan oksidasi +3 karena bilangan oksidasi ion/senyawa poliatomik = jumlah 131
Fatayatul Hasniyah dan Zainuddin Muchtar Jurnal Inovasi Pembelajaran Kimia (Journal Of Innovation in Chemistry Education) Volume 3, Nomor 2, Oktober 2021 Pengembangan Uji Instrumen Tiga Tingkat Dengan CRI Untuk Mendeteksi Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Reaksi Redoks muatan ion/senyawa yang dimilikinya ditunjukkan oleh ion ������������2+ karena ion ������������2+ mengalami oksidasi dengan ion ������������3+ dengan tersebut. Tetapi, 55,29% siswa memiliki perubahan bilangan oksidasi dari +2 menjadi +3 dengan alasan jawaban yang benar adalah miskonsepsi dengan anggapan bahwa ion reduktor adalah zat yang mengalami ������������4+ memiliki bilangan oksidasi −4, atom oksidasi. Pada butir soal ini, terjadi ������ pada ������������42− memiliki miskonsepsi sebesar 61,16% untuk +8, atom ������������ pada bilangan oksidasi menentukan contoh senyawa yang bertindak ������������������4− memiliki sebagai oksidator dan reduktor. bilangan oksidasi +8, dan ion ������������3+ memiliki Konsep Reaksi Autoredoks bilangan oksidasi +3 yang menunjukkan Rata-rata persentase miskonsepsi bahwa siswa belum dapat menentukan pada sub-konsep ini adalah 69,98% yang termasuk kriteria miskonsepsi tinggi. bilangan oksidasi dari ion dan senyawa Miskonsepsi siswa yang ditemukan pada sub- konsep ini diperoleh dari jawaban butir soal poliatomik. nomor 9 dan 10. Oksidator dan reduktor dalam reaksi Konsep reaksi autoredoks adalah Rata-rata persentase miskonsepsi bagian dari reaksi redoks di mana satu zat bertindak sebagai agen pereduksi dan pada sub-konsep ini adalah 54,09% yang pengoksidasi secara bersamaan. Pada soal ini termasuk kriteria miskonsepsi sedang. terdapat 74,47% siswa mengalami Miskonsepsi siswa yang ditemukan pada sub- miskonsepsi dengan anggapan bahwa konsep konsep ini diperoleh dari jawaban butir soal autoredoks adalah reaksi redoks di mana satu nomor 7 dan 8. zat bertindak sebagai hasil dari reaksi reduksi dan oksidasi secara bersamaan. Miskonsepsi Miskonsepsi pertama yang dialami pada soal ini merupakan miskonsepsi siswa dalam menentukan oksidator dari tertinggi pada instrumen soal yang telah reaksi di bawah ini: dibuat. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum mampu mendefinisikan konsep reaksi ������������������2 + 4������������������ → ������������������������2 + 2������2������ + ������������2 autoredoks. Pertanyaan dan jawabannya disajikan di bawah ini: Oksidator dalam reaksi tersebut ditunjukkan oleh senyawa ������������������2 karena atom ������������ pada 09. Apa yang dimaksud dengan reaksi ������������������2 yang memiliki bilangan oksidasi +4 autoredoks? mengalami reduksi dengan atom ������������ pada ������������������������ yang memiliki bilangan oksidasi +2, A. Reaksi redoks yang satu zatnya sedangkan reduktor ditunjukkan oleh bertindak sebagai pereduksi dan senyawa ������������������ karena atom ������������ pada ������������������ pengoksidasi secara bersamaan** mengalami oksidasi dengan atom ������������ pada ������������2 dengan perubahan bilangan oksidasi dari -1 B. Reaksi redoks yang satu zatnya menjadi 0. Namun, 47,01% siswa mengalami bertindak sebagai hasil reaksi reduksi miskonsepsi dengan menganggap bahwa dan oksidasi secara bersamaan oksidator adalah senyawa ������������������ . Siswa masih belum mampu membedakan antara oksidator C. Ukuran kemampuan suatu atom unsur dan reduktor dalam reaksi redoks. untuk melepaskan atau menerima elektron dalam pembentukan senyawa Begitu juga dengan soal miskonsepsi berikutnya, siswa harus menentukan D. Zat di dalam reaksi redoks yang oksidator dan reduktor dalam senyawa menyebabkan zat lain mengalami poliatomik sebagai berikut: oksidasi ������������2������72− + 6 ������������2+ + 14 ������+ → E. Zat di dalam reaksi redoks yang 2 ������������3+ + 6 ������������3+ + 7 ������2������ menyebabkan zat lain mengalami reduksi Oksidator dalam reaksi tersebut ditunjukkan oleh senyawa ������������2������72− karena atom ������������ pada ������������2������72− mengalami reduksi dengan ion ������������3+ dengan perubahan bilangan oksidasi dari +6 menjadi +3, sedangkan reduktor 132
Fatayatul Hasniyah dan Zainuddin Muchtar Jurnal Inovasi Pembelajaran Kimia (Journal Of Innovation in Chemistry Education) Volume 3, Nomor 2, Oktober 2021 Pengembangan Uji Instrumen Tiga Tingkat Dengan CRI Untuk Mendeteksi Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Reaksi Redoks Alasan: menjawab dengan benar belum tentu tidak memahami konsep. Berdasarkan analisis A. Konsep reaksi redoks sama dengan validator, instrumen penelitian ini masih reaksi autoredoks memiliki kelemahan pada kalimat dan pilihan jawaban, selain itu terdapat siswa yang B. Konsep reaksi redoks berbeda dengan bingung saat mengisi jawaban pada tingkat reaksi autoredoks** kepercayaan diri dalam menjawab pertanyaan, maka penelitian ini disarankan C. Semua reaksi bisa membentuk reaksi untuk dikembangkan dengan menggunakan autoredoks Tes Instrumen Empat Tingkat dan perlu diketahui alasan jawaban yang mereka pilih D. Reaksi autoredoks disebut juga dengan apakah benar atau salah. reaksi konproporsionasi Siswa mengerjakan angket penyebab E. Contoh reaksi autoredoks adalah miskonsepsi dalam pembelajaran reaksi 2������2������ + ������������2 → 3������ + 2������2������ redoks setelah mereka menjawab soal-soal Tes Instrumen Tiga Tingkat dengan Indeks Tingkat Keyakinan: Kepastian Respon (CRI). Hasil angket penyebab miskonsepsi siswa dalam 1 2 3456 pembelajaran reaksi redoks didapatkan persentase penyebab miskonsepsi tertinggi Hanya Sangat Tidak Percaya Sangat Mutlak terdapat pada aspek materi, kemudian aspek menebak tidak percaya diri percaya percaya sumber belajar, dan aspek guru. Agar diri diri diri penyebab miskonsepsi siswa yang bersumber percaya dari Patil dkk. (2019) dapat dibuktikan, diri bahwa penyebab miskonsepsi juga disebabkan dari buku/bahan referensi, bahasa ** jawaban yang benar guru, keluarga, kelompok sebaya siswa, keyakinan budaya, media, dan keyakinan Miskonsepsi lain ditemukan pada pribadi siswa karena siswa diajar oleh guru yang berbeda, metode yang berbeda, dan penentuan zat klorin yang bertindak sebagai sumber belajar yang berbeda dalam mempelajari reaksi redoks di sekolah reduktor dan oksidator secara bersamaan masing-masing. dalam reaksi autoredoks di bawah ini: KESIMPULAN ������������2 (g) + 2 ������������������ (aq) → Berdasarkan hasil penelitian yang telah ������������������ (aq) + ������������������������ (aq) + ������2������ (l) dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: Senyawa ������������2 bertindak sebagai reduktor dan oksidator secara bersamaan. Senyawa Analisis dari proses belajar mengajar ������������2 mengalami reduksi dengan atom ������ pada kimia di sekolah menggunakan kurikulum ������������������ dengan perubahan bilangan oksidasi dari 2013 sebagai pedoman belajar mengajar, 0 menjadi -1 dan senyawa ������������2 juga berbagai buku ajar dan metode pengajaran, mengalami oksidasi dengan atom ������������ pada sehingga peneliti mengembangkan indikator, dengan ������������������������ dengan perubahan bilangan kisi-kisi pertanyaan, instruksi kerja soal, Tes Instrumen Tiga Tingkat dengan Indeks oksidasi dari 0 menjadi +1. Tetapi, 65,50% Kepastian Respons (CRI), kunci jawaban, pedoman penilaian, dan angket penyebab siswa mengalami miskonsepsi bahwa atom miskonsepsi siswa pada penelitian. Data diperoleh dari wawancara dengan guru di kalium, oksigen, dan halogen tidak masing-masing sekolah. mengalami oksidasi atau reduksi, padahal semua senyawa berperan dalam reaksi autoredoks. Hal ini merupakan salah satu hal yang menimbulkan miskonsepsi siswa tentang ketepatan jawaban yang ditanyakan. Penyebab Miskonsepsi Siswa Dalam tes objektif Uji Instrumen Tiga Tingkat, siswa yang mampu menjawab dengan benar belum tentu memahami konsep, begitu pula siswa yang tidak dapat 133
Fatayatul Hasniyah dan Zainuddin Muchtar Jurnal Inovasi Pembelajaran Kimia (Journal Of Innovation in Chemistry Education) Volume 3, Nomor 2, Oktober 2021 Pengembangan Uji Instrumen Tiga Tingkat Dengan CRI Untuk Mendeteksi Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Reaksi Redoks Terdapat 15 (lima belas) soal dari 30 Conceptual Understanding of (tiga puluh) soal yang telah memenuhi syarat Bruneian Tertiary Students: Chemical dengan nilai baik sebagai hasil dari kategori Bonding and Structure. Brunei kelayakan instrumen tes objektif untuk International Journal of Science & mendeteksi miskonsepsi dengan Uji Mathematic Education. 1(1) : 33 – 51 Instrumen Tiga Tingkat dengan Indeks Kepastian Respon (CRI). Soal-soal tersebut Gani, A., Safitri, R., & Mahyana, M. (2017). memuat 5 (lima) sub-konsep dalam reaksi Improving the visual-spatial redoks. intelligence and results of learning of juniour high school students’ with Persentase miskonsepsi siswa pada multiple intelligences-based students materi reaksi redoks dengan sub-konsep worksheet learning on lens materials. reaksi redoks berdasarkan perubahan Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, bilangan oksidasi (54,36%), dalam sub- 6(1), 16–22. https://doi.org/10.15294 konsep bilangan oksidasi unsur dalam suatu /jpii.v6i1.9594 senyawa atau ion (65,18%), dalam sub- konsep bilangan oksidasi unsur dalam ion Hazari, A. (2009). Misconceptions in poliatomik (60,56%), dalam sub-konsep Chemistry. In Misconceptions in oksidator dan reduktor dalam reaksi Chemistry.https://doi.org/10.1007/978 (54,09%), dan miskonsepsi dalam sub- -3-540-70989-3 konsep reaksi autoredoks (69,98%) dengan rasio persentase miskonsepsi keseluruhan Mahardika, R. (2014). Identifikasi adalah sedang. Artinya, Uji Instrumen Tiga Miskonsepsi Siswa Menggunakan Tingkat dengan Indeks Kepastian Respon Certainty of Response Index (CRI) (CRI) pada ini memenuhi syarat untuk dan Wawancara Diagnosis pada mengetahui miskonsepsi siswa di berbagai Konsep Sel. Jakarta: Universitas sekolah terpilih di Sumatera Utara. Islam Negeri Syarif Hidayatullah Penyebab miskonsepsi siswa dalam Masykuri, M., Afifa, F. N., & Ashadi. pembelajaran reaksi redoks berasal dari (2019). Students’ misconceptions on aspek materi, guru, dan sumber belajar. Hal basic concept of redox reaction. AIP tersebut dikarenakan siswa mendapat Conference Proceedings, 2194 pengajaran oleh guru, metode, dan sumber (December 2019). https://doi.org/10. belajar yang berbeda dalam pengajaran 1063/1.5139794 konsep reaksi redoks. National Research Institute for Chemical DAFTAR PUSTAKA Technology, (2010). Training Manual for Secondary School Chemistry Anshory, A.F., Muntholib&Kusumaningrum, Teachers and Technologists Zaria. Author I.K. (2016). Identifikasi kesulitan Nurlela, Mawardi, & Kurniati, T. (2017). siswa dalam menyelesaikan soal-soal Kajian Miskonsepsi Siswa Melalui Tes Multiple Choice Menggunakan reaksi redoks berdasarkan Certainty Of Response Index (Cri) Pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi perubahan bilangan oksidasi Kelas X MIPA SMAN 1 Pontianak. Ar Razi Jurnal Ilmiah. 5(2), 225 - menggunakan analisis langkah 238 penyelesaian soal. Prosiding Seminar Nurrohmah, E.S., Susilaningsih, E., & Nuswowati, M. (2018). Instrument Nasional Kimia dan Pembelajarannya (p. 119 – 122). Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang Dhindsa, H.S. & Treagust, D.F. (2009). 134
Fatayatul Hasniyah dan Zainuddin Muchtar Jurnal Inovasi Pembelajaran Kimia (Journal Of Innovation in Chemistry Education) Volume 3, Nomor 2, Oktober 2021 Pengembangan Uji Instrumen Tiga Tingkat Dengan CRI Untuk Mendeteksi Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Reaksi Redoks Design Diagnostic Test Three-Tier Multiple Choice Redox Material with Redox Diagnostic Test Software (RDT). Journal of Innovative Science Education, 7(2), 190 – 199 Salirawati, D. 2010. Pengembangan Model Instrumen Pendeteksi Miskonsepsi Kimia Pada Peserta Didik SMA. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta Siswaningsih, W., Nahadi, N., & Chandratika, V. (2020). Profile of Misconception in Senior High School Students on the Concept of Acid-Base Strength. https://doi.org/10.4108/eai. 12-10-2019.2296380 Patil, S. J., Chavan, R. L., & Khandagale, V. S. (2019). Identification of Misconceptions in Science: Tools, Techniques & Skills for Teachers. Aarhat Multidisciplinary International Education Research Journal (AMIERJ), 8(2), 466–472 Pinker, S. (2003). The blank state: Modern Denial of Human Nature. New York: Harper Yuberti dan Antomi Siregar. 2017. Pengantar Metodolologi Penelitian Pendidikan Matematika Dan Sains, Bandar Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja Wulandari, P. I., Mulyani, B., & Utami, B. (2019). Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Three-Tier Multiple Choice pada Materi Konsep Redoks Kelas X MIPA SMA Batik 1 Surakarta. Jurnal Pendidikan Kimia, 8(2), 207.https://doi.org/10.20961/ jpkim.v8i2.26766 135
Search
Read the Text Version
- 1 - 13
Pages: