SILAHKAN MENYUSUN SUATU RANCANGAN PENELITIAN MENGGUNAKAN BAHAN DASAR INFORMASI INI. TELAH DISEDIAKAN BEBERAPA BAHAN YANG BISA DIPAKAI SEBAGAI SUMBER INFORMASI UTAMA. SILAHKAN MENAMBAHKAN SENDIRI INFORMASI LAIN YANG RELEVAN SEBAGAI TAMBAHAN.
KASUS 1 (Contoh) Latar Belakang Masalah Keputusan moral menurut dasar teori berpotensi besar untuk dipengaruhi oleh emosi. Beberapa penelitian mensoroti bahwa efek dari muatan emosi tertentu dapat memberi efek pada keputusan yang akan diambil. Sebagaimana emosi bekerja, emosi jijik adalah emosi dasar survival, dalam artian emosi ini mencegah kita untuk bertindak lebih jauh, menolak sesuatu di lingkungan dan mencegah kita untuk terkontaminasi benda asing (respon muntah dll). Disgust sangat mendominasi ketika kita melihat darah berceceran atau kejahatan seksual, dimana itu menstimulus kondisi moral kita. Beberapa fenomena dalam pengambilan keputusan yang menyangkut moral dilemma terkadang melibatkan situasi yang memancing emosi jijik, misalnya kasus pembunuhan, perkosaan, dll. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian untuk melihat efek dari emosi disgust/jijik pada keputusan moral dengan skenario moral dilemma. Intervensi Intervensi bisa memakai stimulus yang dapat memicu munculnya emosi jijik. Bisa berbentuk teks narasi atau image/gambar.
KASUS 2 (kelompok bernomor ganjil) Latar Belakang Masalah Ingatan jangka pendek (short term memory/STM) memiliki peran besar bagi proses berpikir manusia, khususnya terkait fungsi pengolahan informasi, baik itu pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Fungsi STM yang tidak berfungsi optimal akan menghambat seseorang dalam kecepatan mengambil tindakan. Fungsi STM yang tidak optimal pada freshgraduate S1 bisa berdampak pada kinerja yang tidak optimal ketika bekerja. Salah satu faktor yang disebut memiliki peran besar dalam meningkatnya STM adalah stress. Stressor yang tidak bisa dikelola dengan optimal, khususnya dikaitkan problem focused coping yang tidak berjalan optimal, mendorong STM turut terpengaruh menjadi tidak berfungsi tidak optimal. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian untuk melihat efek dari problem focused coping pada ingatan jangka pendek (short term memory) pada freshgraduate S1. Intervensi Intervensi bisa memakai stimulus yang dapat memicu munculnya problem focused coping. Bisa berbentuk teks narasi atau image/gambar. Pengukuran Pengukuran diarahkan menggunakan tes kognitif SPMT (Scenery Picture Memory Test), yaitu tes yang melihat kapasitas memori visual seperti memori jangka pendek.
KASUS 3 (kelompok bernomor genap) Latar Belakang Masalah Tingkat kewaspadaan (vigilance) memiliki peran besar bagi pekerja, khususnya terkait pekerjaan yang membutuhkan kewaspadaan tinggi seperti operator forklift. Fungsi kewaspadaan pada pekerja tersebut yang tidak berfungsi optimal akan menghambat seseorang dalam kecepatan mengantisipasi kondisi kebahayaan (hazardous condition) di tempat kerjanya. Fungsi vigilance yang tidak optimal pada pekerja sejenis misalnya sopir terbukti bisa berdampak pada kinerja yang tidak optimal ketika bekerja, akibat lemahnya perhatian pada kondisi kebahayaan tersebut. Salah satu faktor yang disebut memiliki peran besar dalam menurunnya tingkat kewaspadaan adalah distraksi visual (gangguan visual). Hadirnya pengalih perhatian secara visual tersebut apabila tidak bisa dikelola dengan optimal, mendorong tingkat kewaspadaan turut terpengaruh menjadi tidak berfungsi tidak optimal. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian untuk melihat efek dari pengelolaan distraksi visual kepada Tingkat kewaspadaan (vigilance) pada operator forklift Intervensi Intervensi bisa memakai jenis perlakuan kondisi yang dapat memicu meningkatnya konsentrasi, yang relevan sebagai representasi perlakuan untuk menurun distraksi visual. Bisa berbentuk musik atau visual (misal gambar/warna/video). Pengukuran Pengukuran diarahkan menggunakan Software Psychomotor Vigilance Test (PVT), yaitu salah satu software yang berfokus pada pengukuran kemampuan untuk mempertahankan perhatian dan merespon sinyal yang didapat secara tepat dan cepat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Memori dan Cara Kerjanya Memori (daya ingat) merupakan kemampuan individu untuk menyimpan informasi, informasi tersebut dapat dipanggil kembali untuk dapat dipergunakan beberapa waktu kemudian.6,7 Memori merupakan unsur inti dari perkembangan kognitif, sebab segala bentuk belajar dari individu melibatkan memori. Memori pada suatu individu dimungkinkan untuk dapat menyimpan informasi yang ia terima sepanjang waktu, sehingga tanpa memori, individu mustahil dapat merefleksikan pribadinya sendiri, karena pemahaman diri sangat tergantung pada suatu kesadaran yang berkesinambungan dan terintegrasi antara semua bagian otak, hal itu hanya dapat terlaksana dengan adanya memori.8,6 Proses ingat dan lupa (remembering and forgetting) saling berkesinambungan dengan proses belajar dan mengingat (learning and memory). Orang yang dapat mengingat dengan baik umumnya mempunyai kemampuan belajar yang baik pula.9 Memori merupakan bagian dari fungsi kognitif. Fungsi kognitif meliputi beberapa fungsi antara lain7: 1. Fungsi reseptif, yang melibatkan kemampuan untuk mendapatkan Informasi. 2. Fungsi memori dan belajar, di mana informasi yang didapat, disimpan dan dapat dipanggil kembali. 7
8 3. Fungsi berpikir, yaitu cara mengorganisasi dan mereorganisasi informasi. 4. Fungsi ekspresif, yaitu informasi yang diperoleh kemudian di informasikan dan digunakan. Dalam behaviour neurology, ilmu hubungan antara struktur otak dan perilaku manusia terdapat konsep lain yang mencakup lima domain kognitif yaitu: 1. Attention (perhatian) 2. Language (bahasa) 3. Memory (daya ingat) 4. Visuospatial (pengenalan ruang) 5. Executive function (fungsi eksekutif: fungsi perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan) Terdapat tiga perbedaan tentang memori, yang pertama mengenai tahapan memori: encoding, storage dan memori. Perbedaan kedua adalah tentang perbedaan penyimpanan memori dalam periode jangka pendek atau jangka panjang. Perbedaan yang ketiga adalah tentang perbedaan antara memori yang dipergunakan untuk menyimpan berbagai informasi (Contoh: satu sistem untuk fakta dan yang lain untuk skills). Ketiga hal tersebut akan dijabarkan dibawah ini. Seseorang yang ingin mengingat informasi yang diterimanya harus melalui tiga tahap proses mengingat, yaitu : 1. Belajar (learning) sebagai tahap pertama proses mengingat berupa encoding, penyandian atau mencatat informasi.
9 2. Retensi (retention) sebagai tahap kedua proses mengingat untuk menyimpan informasi (storage) yang telah diperoleh. 3. Retrival (retrieval) sebagai tahap ketiga proses mengingat untuk mencari kembali informasi yang telah disimpan (decoding). Hipokampus dan perihal cortex mempunyai peran penting dalam proses pengingatan informasi yang telah disimpan.10 Secara psikologis model penyimpanan memori berkaitan dengan rentang waktu memori yang dapat dipertahankan dan terbagi dalam 3 golongan 7 : 1. Memori sensori (sensory memory) 2. Memori jangka pendek (short term memory, STM) 3. Memori jangka panjang (long term memory, LTM) Tiga tahapan memori yaitu pertama disaat merubah fisik input (contoh: gelombang suara atau gelombang cahaya) menjadi suatu jenis kode atau representasi yang bisa diterima oleh memori dan ditempatkan ke memori. Tahapan kedua adalah ketika informasi tersebut disimpan ke memori yaitu tahap penyimpanan. Tahap yang terakhir adalah ketika informasi tersebut dapat teringat kembali, tahap tersebut disebut dengan mendapatkan kembali (retrieval). Pada penelitian terdapat penemuan bahwa ketika disaat merubah input fisik menjadi jenis kode,bagian otak yang paling aktif adalah hemisfer kiri, sedangkan tahap pengambilan kembali suatu informasi yang disimpan (retrieval), bagian otak yang paling aktif adalah hemisfer kanan11 .
10 Terdapat tiga tahapan memori yang beroperasi secara berbeda pada situasi tertentu. Proses memori mengalami perbedaan tergantung situasi yang dibutuhkan yaitu dalam penyimpanan material 1. Untuk kurang dari sedetik 2. Untuk beberapa detik 3. Untuk jangka waktu yang lama yaitu dari menit ke tahun. Terdapat teori Atkinson-Shiffrin yaitu perbedaan yang mendasar terhadap koresponden memori terhadap interval waktu yaitu: 1. Informasi yang didapat akan disimpan dalam penyimpanan sensor, yang mempunyai karakteristik yang pertama adalah penyimpanan sensor yang mempunyai kapasitas besar dan transient, yang berarti disimpan ke dalam bentuk sensori visual dan juga ke sensori auditorik. Dan yang terakhir informasi disimpan di memori jangka pendek. 2. Memori jangka pendek mempunyai karakteristik sebagai berikut 1) Bisa diidentifikasi sebagai kesadaran (consciousness); informasi pada memori jangka pendek adalah informasi yang disadari. 2) Informasi pada memori jangka pendek cepat di akses, sehingga menjadi dasar dalam mengambil keputusan atau melakukan kegiatan yang cepat. 3) Memori jangka pendek hilang dalam waktu 20 detik. 4) Kehilangan informasi dapat dicegah jika ada pengulangan.12 5) Informasi yang jika diulang akan menjadi memori jangka panjang. 2.1.1. Bagian Otak yang berfungsi untuk pembentukan memori Area utama pada otak yang penting untuk terbentuknya memori adalah:
11 1) Temporal 2) Diencephalon 3) Mamilarry bodies 4) Sistem limbik Neurotransmiter utama yang penting untuk menyampaikan impuls memori adalah : 1) Asetilkolin: Nucleus basalis of Mynert 2) Glutamat: NMDA (N-methyl-D-aspartatate) receptor 2.1.1.1. Korteks Serebri Bagian dari Serebri yang berfungsi adalah lapisan neuron yang melapisi serebri. Tipe struktur histologi neuron pada permukaan serebri adalah: 13 1) Granuler (Stelatta) Berfungsi untuk mentransmisikan sinyal untuk jarak pendek. Area sensorik pada Serebri banyak terdiri dari granuler. 2) Fusiform Berfungsi sebagai output, atau hubungan dengan area serebri lain dikarenakan jaras yang panjang. 3) Pyramidal Berfungsi mirip seperti fusiform, yaitu sebagai output yang berhubungan dengan area serebri lain. Untuk mengolah suatu informasi menjadi suatu memori, serebri melakukan suatu integrasi antara area korteks. Daerah sensori primer meliputi sensasi spesifik seperti visual, auditorik, dan somatik. Untuk daerah sensori
12 sekunder berfungsi sebagai pengolah data atau sebagai interpretasi yang didapat dari sensori primer. 2.1.1.2. Area Asosiasi Area asosiasi merupakan area yang menerima dan menganalisa sinyal secara berulang dari kumpulan area motorik, sensorik dan juga subkoteks. Area asosiasi yang penting adalah : 1. Area asosiasi parieto-occipitotemporal 1) Analisis koordinasi spasial pada tubuh 2) Area komprehensi bahasa 3) Area untuk proses bahasa visual 4) Area untuk penamaan obyek 2. Area asosiasi prefrontal Yaitu untuk mengolah informasi dan mengerjakan gerakan motorik kompleks. Area korteks prefrontal meneriman informasi pre-analisis, terutama dari koordinasi spasial yang penting untuk gerakan efektif. Area ini juga penting sebagai tempat untuk mengelaborasi kumpulan pikiran yang baru masuk ke serebri yang nantinya akan menjadi memori jangka pendek. 3. Area asosiasi limbik Yaitu area yang penting untuk tingkah laku, emosi dan motivasi.
13 2.1.2. Memori seacara Fisiologi dan Biokimia Secara fisiologi, memori disimpan di otak dengan megubah sensitisasi dari transmisi antarsinaps neuron sehingga menghasilkan aktivitas neural. Transmisi yang terfasilitasi ini dinamakan Memory traces. Transmisi ini penting karena jika berhasil di-establish, traces ini bisa diaktifkan oleh otak yang memproduksi memori. Eksperimen pada binatang menunjukkan bahwa memory traces bisa berubah karena pengaktifan yang berulang.14 Memori terbagi menjadi postif dan negatif, walaupun banyak orang berpikir bahwa memori merupakan kumpulan dari informasi yang didapat sebelumnya, namun memori juga banyak dari negatif memori yaitu ketika otak menolak untuk menerima informasi. Penolakan informasi terjadi karena inhibisi dari jalan sinaps karena penerimaan informasi yang berlebihan. Memori positif ketika informasi yang didapatkan tersimpan di memory traces. Sudah terdapat penelitian mekanisme molekular pada memori tetapi khususnya pada memori Intermediate yang bisa menjadi dasar cara kerja memori pada umumnya yaitu:13 1. Stimulasi pada terminal presinaps, yang pada saat bersamaan membuat terminal sensori terstimulasi sehingga membuat serotonin keluar. 2. Serotonin berkerja pada reseptor serotonin pada membran terminal, reseptor akan mengaktivasi enzim adenyl cyclase pada membran. Pada akhirnya adenyl cyclase membentuk cAMP yang juga ada pada terminal sinaps sensorik.
14 3. cAMP akan mengaktivasikan protein kinase yang menyebabkan fosforilasi pada protein yang merupakan bagian dari potassium channel pada membran sinaps terminal sensori, hal ini menyebabkan hambatan pada K+. 4. Kekurangan konduksi pada potassium menyebabkan aksi potensial dengan durasi panjang di sinaps terminal sensori karena pengeluran potassium penting untuk pemulihan aksi potensial. 5. Durasi aksi potensial yang yang lama menyebabkan aktivasi kanal kalsium yang lama, sehingga kalsium dapat masuk ke sinaps sensori terminal. Ion kalsium menyebabkan peningkatan pelepasan transmiter sehingga memfasilitasi peningkatan sensitivitas eksitatori pada terminal sensorik dan membentuk memory trace . Memori secara biokimia seperti diatas, didapatkan pada penelitian pada siput laut Aplysia, yang menunjukkan pengaruh stimulus yang ringan dan kuat akan mempengaruhi pembentukan memori yang bertahan pada beberapa menit atau jam.15
15 Gambar 1. Perubahan biomolekuler pada siput laut, Aplysia yang menunjukkan pembentukan memori jangka panjang dan memori jangka pendek. Sumber: Paul Greengard16 2.1.3. Memori jangka pendek Memori jangka pendek atau yang sekarang disebut dengan memori kerja (working memory) menurut Atkinson dan Shiffrin adalah informasi yang akan di transfer dari memori sensorik ke penyimpanan memori selanjutnya. Seperti yang sudah dijelaskan ,memori mempunyai tiga tahapan yaitu encoding, storage dan retrieval.7 1. Encoding Untuk menulis informasi dalam kode lalu disimpan ke memori kerja, individu akan selektif dengan apa yang ingin diingat. Jika individu tersebut tidak memperhatikan informasi terebut maka informasi tidak dapat diingat kembali bukan karena kegagalan fungsi memori tapi karena atensi individu tersebut. 1) Phonological coding
16 Ketika informasi di bentuk menjadi suatu kode, kode terebut akan masuk dalam bentuk kode tertentu. Bentuk phonological sendiri berarti bentuk suara/nama informasi tersebut. 2) Visual coding Ketika informasi dibentuk menjadi suatu kode, dan kode itu dalam bentuk gambar. Sering disebut dengan memori fotografis. Konsep memori jangka pendek adalah satu sistem untuk menyimpan data dan menyimpan data tersebut dalam bentuk akustik (phonological loop). Informasi tersebut bisa hilang atau bisa tersimpan tergantung pengulangannya. Bentuk sistemyang lain yaitu visual-spasial sketchpad yaitu seperti ingatan fotografis yang mengingat bentuk dari informasi tersebut. 2. Storage Hal yang khas pada memori jangka pendek adalah kapasitasnya yang terbatas. Untuk bentuk akustik, kapasitas terbatas hingga 7±2 item. Beberapa orang bisa menyimpan hingga 5 samapai 9 item, tetapi memang janggal untuk menyebutkan angka pasti untuk kapasitas memori jangka pendek namun hal itu dipengaruhi oleh memori jangka panjang. Memori sendiri mempunyai kapasitas terbanyak yang disebut sebagai Memory span. Memori jangka pendek merupakan penyimpanan sementara peristiwa atau item yang diterima dalam waktu sekejap, yakni kurang dari beberapa menit, biasanya malah lebih pendek (beberapa detik). Memori jangka pendek tidak permanen, penyimpanannya akan terhapus dalam waktu pendek, kecuali kalau diupayakan secara khusus, seperti diulang terus menerus.7
17 3. Retrieval Penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak item yang disimpan, semakin lama data yang disimpan untuk diingat kembali. Memori jangka pendek dicirakan oleh ingatan mengenai 5 sampai 10 item (7±2 item) selama beberapa detik sampai beberapa menit. Dalam kepustakaan lain disebutkan bahwa memori jangka pendek menyimpan informasi selama 15 hingga 30 detik, dengan asumsi tidak ada latihan atau pengulangan. Memori jangka pendek menyimpan informasi selama 15 hinga 30 detik, dengan asumsi tidak ada latihan atau pengulangan. Memori jangka pendek selain memiliki dua fungsi penting yaitu menyimpan material yang diperlukan untuk periode waktu yang pendek dan berperan sebagai ruang kerja untuk perhitungan mental, kemungkinan fungsi lain adalah bahwa memori jangka pendek merupakan stasiun perhentian ke memori jangka panjang. Artinya, informasi mungkin berada di memori jangka pendek sementara ia sedang disandikan menjadi memori jangka panjang. Salah satu teori yang membahas transfer dari memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang dinamakan dual memory model. Model ini berpendat bahwa jika informasi memasuki memori jangka pendek, ia dapat dipertahankan dengan pengulangan atau hilang karena penggeseran atau peluruhan.17 2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Memori Jangka Pendek 2.2.1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas memori. Hal ini dibuktikan bahwa hasil penelitian antara umur 20-70 menunjukkan
18 penurunan angka pada kapasitas memori. Plastisitas otak juga berpengaruh seiring dengan bertambahnya umur.18,19 2.2.2. Genetik Varian genetik berpengaruh dalam kemampuan intelektual dan juga mempengaruhi kognitif manusia salah satunya adalah memori. Tabel 1 menunjukkan beberapa penyakit genetik yang mempengaruhi kognitif sehingga menyebabkan suatu gangguan. Terdapat penelitian pada National institutes of Health (NIH) bahwa pasien dengan gen “met” BDNF mempunyai nilai yang lebih buruk pada tes memori episodik. “met” BDNF merupakan sekuens asam amino metionin pada lokasi di mana umumnya merupakan lokasi valine pada manusia. Hal ini menunjukkan bahwa gen sangat berpengaruh terutama pada bidang biomolekuler. Tabel 2. Penyakit genetik yang mempengaruhi kognitif. Sumber: Puji Leksono Putranto6 Kategori Penyakit Abnormalitas Lokasi Produk gen Fungsi Demensia Huntington Gen tunggal 4p Huntington Tidak diketahui Alzheimer Gen tunggal 21q Protein prekursor Komponen amiloid amiloid Alzheimer Gen tunggal 14q Presenilin 1 App trafficking Alzheimer Pick Gen tunggal 1q Presenilin 2 App trafficking MR non spesifik XLMR Mutasi gen 17q Tau Protein XLMR XLMR tunggal mikrotubulus Gen tunggal Xq GD II Sinyal Rho GTPase Gen tunggal Xq PAK 3 Sinyal Rho GTPase Gen tunggal Xq Oligophrenin Sinyal Rho GTPase
19 Kategori Penyakit Abnormalitas Lokasi Produk gen Fungsi XLMR Gen tunggal Xq FMR 2 Tidak diketahui FMR 1 Tidak diketahui MR sindromik Fragile X Mutasi gen Xq CBP Koaktivator (mutasi dalam tunggal transkripsi gen tunggal) MR sindromik Rubenstein- Mutasi gen 16p tunggal (anesomi Taybi segmental) XLMR= X-linked mental retardation 2.2.3. Nutrisi Nutrisi merupakan sumber energi dasar tubuh yang perlu dicukupi agar dapat melakukan aktivitas secara optimum. Diperkirakan 10% dari total seng berada di otak dan berada pada neuron di hipokampus yaitu menempati lumen vesikel sinaps berisi glutamat, sehingga telah diteliti bahwa defisiensi seng akan menyebabkan gangguan penghantaran impus sehingga terjadi gangguan memori. Anemia merupakan contoh defisiensi besi yang dapat menyebabkan menurunnya kemampuan belajar dan meningkatkan risiko infeksi.20,21 Penelitian juga menunjukkan bahwa Hb mempengaruhi performa tes kognitif pada anak. 22 2.2.4. Hormon Hormon dapat mempengaruhi kognitif terutama memori, menurut penelitian , hormon seperti estrogen pada wanita menopause dapat mempengaruhi kognisi. Hormon kortikosteroid seperti hormon adrenal juga mempengaruhi
20 plastisitas hipokampus yang akan mempengaruhi memori, hormon tiroid, T3 dan T4 mempengaruhi tingkah laku, intelejensi dan perkembangan neuron. Kekurangan asupan iodine saat kehamilan dan perkembangan janin dapat menyebabkan retardasi mental dan kreatinisme dan dapat mempengaruhi perkembangan kognitif hingga dewasa. Penelitian juga menunjukkan bahwa Sodium-potassium adenosine 5'-triphosphatase (Na+,K+-ATPase) mungkin mempunyai peran pada pembentukan memori.23,24,25,26 2.2.5. Stimulasi Stimulasi akan mempengaruhi fungsi kognitif atau meningkatkan potensi yang ada pada manusia, sehingga pada masa perkembangan duperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna yang juga penting untuk perkembangan memori. Dengan stimulasi maka akan terbentuk koneksi yang membuar korteks lebih tebal serta peningkatan volum sel. Pada penelitian tikus juga menunjukkan bahwa stimulasi yang diberikan pada umur berapapun dapat secara bermakna memperbaiki fungsi memori pada saat tua nanti pun.27,28 2.2.6. Infeksi Infeksi dapat mempengaruhi memori akibat dari kehilangan nutrisi, imunitas tubuh tang menurun sehingga mengganggu performa kognitif sehingga tubuh akan menjadi leamah dan apatis akan penerimaan stimulasi. Sama seperti nutrisi, Hb dan defisiensi besi pun dapat diakibatkan karena infeksi.20
21 2.2.7. Brain Injury Trauma pada kepala , penyakit cerebrovaskuler, infeksi sistem saraf pusat, gangguan metabolik, alkohol, dan intoksikasi logam dapat menyebabkan kerusakan otak terutama kognitif. 2.2.8. Stress Stress mempengaruhi memori jangka pendek pada remaja. Namun penelitian menunjukkan bahwa pada lanjut usia, stress tidak begitu signifikan dalam mempengaruhi memori. Situasi stress merupakan situasi yang dirasakan sebagai sesuatu yang mengancam kesehatan fisik atau pskiloginya, sehingga situasi stress dapat mengakibatkan gangguan kognitif, sulit berkonsentrasi dan mengorganisasi pikiran secara logis. Pada penelitian bintang ditemukan bahwa stress berulang dapat menyebabkan atrofi dendrit, menekan neurogenesis hippokampus dan menganggu spatial learning dan memori. 29,30,31 2.2.9. Epilepsi Epilepsi merupakan salah satu penyakit yang dapat menganggu memori. Hal ini akibat beberapa faktor yaitu tumor, aktivitas elektrik otak yang tidak semestinya dan bangkitan kejang sehingga dapat mempengaruhi atensi serta kecepatan otak dalam menerima informasi. 2.2.10. Pengolahan Informasi 1) Jenis informasi Otak akan memilih memori positif atau memori negatif. Memori yang positif akan tersimpan dan selanjutnya diolah menjadi memori intermidiate, sedangkan memori negatif ketika otak menolak untuk menerima informasi
22 tersebut. Tiga faktor yang memberi label bahwa memori tersebut positif dan negatif adalah: 1) Informasi untuk keselamatan hidup Informasi yang penting untung keselamatn hidup dan akan segera disimpan di memori jangka panjang sehingga daya ingat akan sangat tinggi. 2) Informasi yang membangkitkan emosi Informasi yang mempunyai muatan emosi semakin kuat maka kemungkinan terekam di memori akan semakin tinggi. 3) Informasi yang masuk akal dan mempunyai arti Informasi yang mempunyai relevansi dengan pengalaman personal atau pengalaman sebelumnya.32 2) Penggunaan teknik memori Teknik memori merupakan teknik memasukan informasi ke dalam otak yang sesuai cara kerja otak. Hal yang disukai otak adalah: ekstrim berlebihan, penuh warna, multi sensori, humor, melibatkan emosi, irama/musik, tindakan aktif, gambar tiga dimensi, menggunakan asosiasi, imajinasi, simbol, nomor/urutan dan seksual. 3) Perhatian, Fokus dan Konsentrasi Banyak penelitian dan buku mengungkapkan bahwa atensi, fokus dan konsentrasi merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dari memori. Agar suatu informasi dapat diterima oleh manusia maka manusia tersebut harus sadar/ atensi terhadap informasi yang akan diterimanya. Untuk memeriksa kapasitas perhatian
23 maka digunakan picture completion test yang termasuk dalam WISC-R dan picture search test untuk mengukur kapasitas perhatian yang terfokus.10 2.2.11. Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan faktor yang berpengaruh akibat dari perbedaan hormon pada jenis kelamin. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingkah laku dan penelitian terkini menemukan bahwa calcium/calmodulin kinase mempunyai fungsi spesifik pada tikus jantan dalam fungsinya sebagi pembentukan memori pada hipokampus.33 2.3. Pengaruh Olahraga Aerob terhadap Otak Aktivitas fisik aerob merupakan aktivitas fisik yang mempunyai 4 dasar komponen: 1. Tipe Aktivitas Fisik Contoh jenis aktivitas fisik aerob adalah: 1) Jogging 2) Lari 3) Bersepeda 4) Berenang 5) Senam aerob 6) Mendayung 2. Durasi dari aktivitas fisik Durasi pada aktivitas fisik aerob adalah durasi yang pendek, durasi yang lama dengan intensitas tinggi atau intensitas rendah tetapi frekuensi dan intensitas latihan tercapai. Minimal durasi latihan yang harus dicapai
24 adalah 20-30 menit persesi. Rata-rata aktivitas aerob adalah hingga 60 menit.34 3. Frekuensi aktivitas fisik Frekuensi latihan yang ideal adalah satu minggu dengan tiga kali latihan. Dan latihan dapat menunjukkan suatu efek jika sudah rutin melakukan latihan minimal 2 bulan.34 4. Intensitas dari aktivitas fisik Intensitas aktivitas fisik aerob yaitu di antara 65-85% dari denyut jantung maksimal. Denyut jantung maksimal didapatkan dari rumus : 220-Usia.35 Aktivitas fisik aerob merupakan stimulus yang kuat untuk meningkatkan perubahan struktur pada otak yaitu pada korteks, sinaps dan densitas otak, kompleksitas dendrit, jumlah dan ukuran glia, vaskuler dan neurogenesis. Banyak penelitian menyatakan bahwa latihan aerob mempengaruhi struktur otak. 14,1,28,36 Berikut struktur otak yang mengalami perubahan akibat stimulus: aktivitas aerob diawali dengan metabolisme anaerob lalu dengan durasi serebelum dan korteks motorik. Pada percobaan dengan tikus, terdapat peningkatan sinaps sel purkinye dan vaskularisasi setelah 30 hari tikus melakukan aktivitas aerob.13 1) Hipokampus Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik aerob mempunyai peranan penting dalam peningkatan volum hipokampus dan hipokampus sendiri penting pada pengolahan informasi untuk memori. 36
25 2) Gray Matter Perubahan struktur pada gray matter mengalami perubahan namun tidak spesifik pada sel tertentu. Perubahan tersebut pada kisaran 1- 8%, namun susah untuk diketahui bagian sel manakah dari gray matter yang mengalami peningkatan volume. 37 3) Vaskularisasi Terdapat angiogenesis sebagai respon tubuh dari latihan yang rutin dan juga peningkatan jumlah kapiler dan densitas kapiler. Reaksi biokimia dari BDNF dan VEGF merupakan komponen yang penting pada hubungan dengan neuron lain dan angiogenesis. 22,1,38. Gambar 2. Pengaruh waktu dan komponen-komponen yang berbeda berkaitan dengan lingkungan terhadap struktur otak. Sumber: Black J.27 Brain-derived neutrophic factor (BDNF) merupakan faktor neutrofik yang ditemukan di otak dan di perifer seperti retina, motor neuron, ginjal, prostat dan lain-lain yang mempunyai aktivitas pada neuron-neuron pada sistem saraf pusat dan perifer untuk membantu survival neuron dan meningkatkan pertumbuhan dan
26 diferensiasi neuron dan sinaps baru. BDNF merupakan neutropin yang membantu stimulasi dan mengontrol neurogensis paling aktif pada hipokampus. 39 Lari akan menstimulasi peningkatan reseptor BDNF, sinapsin I, growth- associated protein 43 (GAP-43) serta cyclic AMP response element-binding protein (CREB). Sinapsin I merupakan fosfoprotein spesifik terminal saraf dan berperan dalam pengeluaran neurotransmitter, pemanjangan akson dan pemeliharaan kontak sinaptik. BDNF sendiri akan mempengaruhi pembentukan fosforilasi sinapsin I. GAP-43 punya peran penting dalam pertumbuhan akson. CREB merupakan regulator penting yang diinduksi oleh BDNF dengan cara difosforilasi oleh BDNF pada regulasi transkripsi.39 Studi pada tikus ditemukan bahwa regulasi yang paling terlihat meningkat akibat aktivitas fisik adalah fosfoprotein terminal saraf (synapsin I, synaptotagmin and syntaxin); signal transduction pathways (Ca2+/calmodulin-dependent protein kinase II, CaM-KII; mitogen-activated/extracellular signal-regulated protein kinase, MAP-K/ERK I dan II; protein kinase C, PKC-delta) atau pengatur regulasi transkripsi (cyclic AMP response element binding protein, CREB). BDNF merupakan faktor yang konsisten meningkat selama olahraga sehingga mempengaruhi seluruh regulasi yang dipengaruhi oleh BDNF tersebut.39 2.3.1. Metabolisme Aerob Metabolisme aerob yaitu penggunaan oksigen untuk mendapatkan energi untuk performa pada aktivitas ketahanan (endurance activity). Metabolisme aerob sendiri adalah penggunaan oksigen untuk metabolisme makanan. Produk dari metabolisme aerob sendiri adalah energi, CO2, dan H2O. Energi digunakan untuk
27 mendukung fungsi kerja tubuh, CO2 ditransportasikan oleh pembuluh darah, masuk ke paru. Karena produk metabolisme aerob bisa langsung digunakan atau dibuang maka metabolisme aerob digunakan saat istirahat atau aktivitas fisik dengan durasi yang panjang dengan intensitas rendah. ATP merupakan salah satu bentuk energi yang penting yang dihasilkan oleh metabolisme aerob maupun anaerob. 40,41 Produksi ATP pada metabolisme aerob penting untuk aktivitas ketahanan karena kemampuannya untuk memproduksi jumlah ATP yang banyak tanpa membuat produk yang membuat otot lemah (contoh: asam laktat). Produksi ATP pada aerob mempunyai 2 sistem utama yaitu Siklus krebs dan ETC.40 Dari hasil ATP diatas, Otak akan menggunakan 25% dari total glukosa pada tubuh sebagai sumber energi dan otak tidak dapat menyimpan energi dan hanya didapatkan pada sirkulasi. Metabolisme protein, karbohidrat, lemak diubah menjadi energi atau glukosa yang nantinya akan digunakan oleh otak untuk melakukan fungsinya. 2.3.2. Adaptasi Tubuh pada Olahraga Aerob Adaptasi tubuh akibat olahraga aerob rutin dapat mempengaruhi aktivitas enzim dan juga availabilitas dari suatu substrat. Kenaikan aktivitas enzim pada siklus krebs dan ETC dapat meningkatkan produksi ATP yang disebabkanpada peningkatan ukuran atau jumlah mitokondria menyebabkan peningkatan enzim aerob.
28 Aktifitas fisik aerob yang meningkatkan jumlah dan volum mitokondria menyebabkan peningkatan konsentrasi enzim. Sehingga untuk meningkatkan suplai O2 dan glukosa darah untuk metabolisme aerob dan pengeluaran CO2, pasokan darah sangat diperlukan. Akibat dari olahraga yang rutin, terjadi peningkatan Cardiac output, atau jumlah darah yang dipompa oleh jantung permenit meningkat. Suplai darah juga akan meningkat karena peningkatan kapiler darah pada otot, sehingga otot yang mengandung myoglobin kapasitas oksigennya meningkat. Cerebral blood flow (CBF) juga merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia. Hal yang mempengaruhi peningkatan CBF adalah peningkatan metabolisme yang dipengaruhi oleh kandungan CO2 yang mempengaruhi diameter pembuluh darah karena perubahan pH. Mekanoreseptor pada otot juga menginisiasi peningkatan CBF tergantung onset dari latihan yang biasanya pada saat hiperventilasi, pembuluh darah akan vasokonstriksi. Peran tekanan pembuluh arteri penting pada peningkatan CBF, namun pada akut hipotensi saat melakukan olahraga dengan intensitas tinggi, autoregulasi pada otak dapat tidak berfungsi sehingga memungkinkan untuk cardiac output berperan sama pentingnya terhadap CBF. Pada kesimpulannya, CBF dipengaruhi oleh sistem multifaktor yang beroperasi agar jaringan otak tidak mengalami kerusakan saat melakukan aktivitas fisik.42 Penelitan juga dilakukan pada tikus yang dipaparkan oleh olahraga lari selama 3-7 hari, dan pada spinal lumbalis dan otot soleus di lihat apakah ada perubahan BDNF, yang memberikan sinyal pada trkB (reseptor transduksi).
29 Ditemukan bahwa olahraga meningkatkan ekspresi BDNF dan reseptornya, synapsin I (mRNA dan protein fosforilasi, growth-associated protein (GAP-43) mRNA), dan cyclic AMP response element-binding (CREB) mRNA yang terletak pada spinal lumbalis. Synapsin I, merupakan mediator agar BDNF dapat mengeluarkan neurotransmiter. Kadar CREB mRNA akan meningkat sama dengan kadar BDNF mRNA. Hasil dari penelitian ini adalah aktivitas neuromuskular penting untuk menjaga kadar normal BDNF dan neuroplastisitas.43,44 2.4. SPMT (Scenery Picture Memory Test) Pada pemeriksaan memori jangka pendek, SPMT merupakan salah satu bentuk tes kognitif yang digunakan untuk deteksi dini pasien Alzheimer. SPMT merupakan tes yang melihat kapasitas memori visual seperti memori jangka pendek. Cara melakukan penelitian ini adalah dengan memberikan gambar ruangan yang terdiri dari 23 obyek yang sering digunakan dan memberikan instruksi untuk mengingat obyeknya selama 1 menit. Setelah 1 menit, dilakukan tes forward digit span untuk mengecoh individu hingga 7 digit dan setelah melakukan tes forward digit span, individu diminta untuk menyebutkan obyek yang tadi dilihat. Penguji akan mencatat berapa obyek yang disebutkan dengan benar. Pada penelitian sebelumnya diambil angka normal untuk memori yang baik adalah dapat menyebutkan minimal 12 obyek agar dapat dikategorikan memori yang baik.45
30 Gambar 3. Contoh gambar yang digunakan pada SPMT. Sumber: Takechi45
PENGARUH MONOTON, KUALITAS TIDUR, PSIKOFISIOLOGI, DISTRAKSI, DAN KELELAHAN KERJA TERHADAP TINGKAT KEWASPADAAN Wiwik Budiawan*), Heru Prastawa, Aldisa Kusumaningsari, Diana Novita Sari Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang Abstrak Manusia sebagai subyek yang memiliki keterbatasan dalam kerja, sehingga menyebabkan terjadinya kesalahan. Kesalahan manusia yang dilakukan mengakibatkan menurunnya tingkat kewaspadaan masinis dan asisten masinis dalam menjalankan tugas. Tingkat kewaspadaan dipengaruhi oleh 5 faktor yaitu keadaan monoton, kualitas tidur, keadaan psikofisiologi, distraksi dan kelelahan kerja. Metode untuk mengukur 5 faktor yaitu kuisioner mononton, kuisioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), kuisioner General Job Stress dan kuisioner FAS. Sedangkan untuk menguji tingkat kewaspadaan menggunakan Software Psychomotor Vigilance Test (PVT). Responden yang dipilih adalah masinis dan asisten masinis, karena jenis pekerjaan tersebut sangat membutuhkan tingkat kewaspadaan yang tinggi. Hasil pengukuran kemudian dianalisa menggunakan uji regresi linear majemuk. Dalam penelitian ini menghasilkan keadaan monoton, kualitas tidur, keadaan psikofisiologi, distraksi dan kelelahan kerja berpengaruh secara simultan terhadap tingkat kewaspadaan. Hal ini dibuktikan dengan ketika sebelum jam dinas, hasil uji F-hitung keadaan monoton, kualitas tidur, keadaan psikofisiologi adalah sebesar 0,876, sedangkan untuk variabel distraksi dan Kelelahan Kerja (FAS) terhadap tingkat kewaspadaan memiliki nilai 2,371. pada saat sesudah bekerja variabel distraksi dan kelelahan kerja (FAS) terhadap tingkat kewaspadaan memiliki nilai F-hitung 2,953,dan nilai 0,544 untuk keadaan monoton, kualitas tidur, keadaan psikofisiologi. Faktor yang memiliki pengaruh terbesar terhadap tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas yaitu faktor kualitas tidur, sedangkan untuk sesudah jam dinas adalah faktor kelelahan kerja. Kata Kunci: keadaan monoton; kualitas tidur; keadaan psikofisiologi; distraksi; kelelahan kerja Abstract Human beings as subjects who have limitations in work, thus causing the error. Human error committed resulted in a decreased level of alertness machinist and assistant machinist in the line of duty. Alert level is influenced by five factors: the state of monotony, quality of sleep, psychophysiology state, distraction and fatigue. Methods to measure five factors: mononton questionnaire, a questionnaire Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire General Job Stress and FAS questionnaire. Meanwhile, to test the level of vigilance using Software Psychomotor Vigilance Test (PVT). Respondents were selected is machinist and assistant machinist, because the type of work desperately need a high level of vigilance. The measurement results were analyzed using linear regression test compound. In this study produce state of monotony, quality of sleep, psychophysiology state, distraction and fatigue influential work simultaneously on the level of alertness. This is evidenced by when before official hours, the test results F-count state of monotony, quality of sleep, psychophysiology state is 0.876, while for the variable distraction and fatigue Work of the level of alertness has a value of 2.371. during and after work variable distraction and fatigue on the level of vigilance has 2,953 F-count value, and the value of 0,544 for the state of monotony, quality of sleep, psychophysiology circumstances. The factor that has the greatest influence on the level of vigilance before official hours of sleep is the quality factor, whereas for after hours services is a factor of fatigue. Keywords: state monotone; quality; state of psychophysiology; distraction; fatigue work ------------------------------------------------------------- 37 *) Penulis Korespondensi. email: [email protected] Jurnal Teknik Industri, Vol. XI, No. 1, Januari 2016
Pendahuluan kualitas tidur responden yang hanya memiliki waktu Pada era globalisasi saat ini kebutuhan manusia tidur kurang dari 8 jam per hari. akan alat transportasi sangatlah tinggi, karena Berdasarkan hasil wawancara dengan Hartawan memiliki kegunaan sebagai sarana penunjang (Asisten Manager Perjalanan Kereta Api) kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan menyatakan bahwa, menurut peraturan perketaapian pribadi individu masing – masing. Terdapat 3 jenis tentang jam kerja masinis, masinis tidak boleh alat transportasi yang ada yaitu transportasi darat, bekerja lebih dari 4 jam dan memiliki waktu istirahat transportasi laut, dan transportasi udara. Pada selama 8 jam per hari. Karena pekerjaan yang transportasi darat dibedakan menjadi dua kategori dilakukan memiliki resiko dan tanggung jawab sangat yaitu transportasi kendaraan pribadi dan tranportasi besar. Salah satunya adalah masinis dengan jurusan kendaraan umum. Salah satu alat transportasi darat Semarang – Tegal memiliki jam kerja lebih dari 4 kategori umum yang ada di Indonesia adalah kereta jam dalam sekali perjalanan. Masinis tersebut yang dikelola oleh pemerintah, perusahaan yang mengemudikan kereta Kaligung Mas dengan jurusan menaungi kereta api di Indonesia yaitu PT. Kereta Semarang – Tegal dan Tegal – Semarang. Api Indonesia atau disingkat sebagai PT. KAI. PT. Sedangkan masinis dan asisten masinis hanya Kereta Api Indonesia merupakan jasa alat memiliki waktu ± 45 menit untuk memindahkan transportasi yang memiliki ciri khas melayani lokomotif. dengan adanya keterbatasan waktu penumpang dalam jumlah yang cukup banyak dan tersebut maka sedikit kemungkinan untuk istirahat mengangkut barang secara masal dengan tingkat dengan kuantitas yang mencukupi. Masinis dan pencemaran udara rendah serta waktu tempuh yang asisten masinis memiki job desk yang sama dalam cukup efisien dibandingkan dengan alat transportasi mengemudikan kereta yang mebedakan diantara darat lainnya (UU Perkeretapian No.13 Tahun 1992). keduanya hanyalah tanggung jawab dan jabatan. Mengutip dari Beritatrans, menurut direktur lalu Perjalanan yang dilalui masinis adalah jalan lintas angkutan kereta api Kemenhub Waryawan lurus kosong tanpa ada hambatan atau terkesan menyatakan bahwa pada 2006 – 2013 kecelakaan perjalanan monoton, yang dapat mengakibatkan kereta api mengalami penurunan. Pada tahun 2006 kewaspadaan pengemudi menurun, dan berdampak terjadi kecelakaan mencapai 92 orang, tahun 2007 pada timbulnya rasa mengantuk secara tiba – tiba. sebanyak 139 orang meninggal, dan pada tahun 2008 Berdasarkan dari hasil kusioner pendahuluan mencapai 126 orang. Selanjutnya pada tahun 2009 sebanyak 72% responden menyatakan bahwa waktu sebanyak 69 orang, tahun 2010 mencapai 42 orang, tidur hanya 6 – 7 jam perhari, pernah mengalami rasa sedangkan pada tahun 2011 dan 2012 mencapai 33 kantuk sebanyak 1 – 2 kali, merasakan ngantuk orang dan 31 orang. Pada tahun 2013 kecelakaan ketika 3 jam perjalanan, kewaspadaan menurun yang meningkat menjadi 39 orang. Dilihat berdasarkan disebabkan oleh rasa kantuk, perjalanan yang dilalui sumber data kecelakaan dari pusat pengendali kereta sangatlah monoton. Kantuk merupakan faktor resiko DAOP IV, pada tahun 2013 terdapat kecelakaan terbesar dalam cidera yang serius dan kematian pada antara KA Kaligung Mas yang ditabrak oleh pick up. kejadian kecelakaan ketika mengemudi (Kaida.dkk, Menurut Waryawan (2013) ada beberapa faktor yang 2007). menjadi penyebab kecelakaan, antara lain: faktor sarana (28%), prasarana (15%), SDM operator Dengan adanya keterbatasan mengenai jam (28%), alam (21%), dan faktor eksternal (8%) kerja dan lama waktu istirahat, maka dilakukan usaha (beritatrans, 2013). Ternyata faktor SDM dan sarana untuk meminimasi terjadinya kecelakaan dengan cara menempati posisi teratas yaitu sebesar 28 %. mengidentifikasi tingkat kesigapan masinis dan Berbagai upaya telah dilakukan oleh PT. KAI dengan asisten masinis sebelum bekerja. Selanjutnya akan mengeluarkan sertifikat kelayakan guna meminimasi diperoleh parameter – parameter yang menyebabkan terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh SDM. kurang sigapnya masinis dalam sebelum melakukan pekerjaan. Mengutip pada Insetif ristek (2014) PT. Pada transportasi darat di jalan terbuka/open KAI belum memiliki teknologi yang dapat memantau road, Desai & Haque (2006) berpendapat bahwa tingkat kelelahan (termasuk beban kerja, kantuk, kecelakaan terjadi akibat dari penurunan tinkgat stress, dan lain - lain) para personil kereta api kewaspadaan. Tingkat kewaspadaan dipengaruhi oleh (masinis dan asisten masinis) maupun awak darat beberapa faktor yaitu keadaan monoton, tingkat (pengatur jalan kereta api, pusat pengendali, pengatur kantuk, kelelahan (fatigue), distrkasi atau selingan jalan dan lintasan). Oleh karena itu diperlukannya dan keadaan psikofisiologi (keadaan dari dalam diri satu teknik agar masinis dan asisten masinis selalu manusia dimana menghasilkan reaksi emosional waspada dalam menjalankan tugas, diperlukan tes mulai dari kegembiraan sampai pada emosi yang tingkat kewaspadaan terlebih dahulu kepada seluruh dapat mengakibatkan konflik). Pada variabel tingkat masinis dan asisten masinis. Hal ini bertujuan untuk kantuk terdapat 3 variabel indikator, yaitu ritme menghindarkan rasa kantuk dan teralihkan sirkadian, kualitas tidur dan waktu tidur. Dalam perhatiannya ketika sedang berada di perjalanan penelitian ini menggunakan variabel indikator (Rubio, 2004). kualitas tidur, mengingat pentingnya pengukuran Dari kelima faktor yaitu keadaan monoton, Jurnal Teknik Industri, Vol. XI, No. 1, Januari 2016 tingkat kantuk, keadaan psikofisiologi, distraksi dan 38
kelelahan kerja mempengaruhi kemampuan kognitif kecepatan tanpa harus mengendalikan kereta api pengemudi. Kemampuan kognitif pada manusia untuk berbelok dan hal inilah yang menyebabkan adalah kewaspadaan, yang mengacu kepada tingginya tingkat monoton yang dialami. kemampuan seseorang untuk mempertahankan perhatian, dan tetap siaga selama periode waktu yang Pengambilan data keadaan monoton dilakukan lama, serta bersifat kritis terhadap banyak aktivitas dengan pengisian kuisioner monoton. Dimana dan pekerjaan. Kewaspadaan merupakan tolak ukur responden diminta untuk mengisi kuiisoner mengenai untuk menentukan kesiapan masinis dan asisten keadaan yang dirasakan selama perjalan dinas masinis dalam melakukan pekerjaan dalam kondisi responden. Dalam kuisioner terdapat 19 pertanyaan yang optimal (Lulu,2005). mengenai situasi perjalanan dinas di setiap titik yang di sesuaikan dengan tabel O – 100. Kuisioner Metode monoton ini terdiri dari 5 skala likert yaitu : 1=sangat Pemilihan responden dalam penelitian ini dipilih bervariasi, 2=bervariasi, 3=tidak monoton maupun bervariasi (biasa saja), 4=monoton, 5=sangat berdasarkan jam kerja yang lebih dari 4 jam dan monoton. Responden mengisi kuisioner monoton hanya memiliki waktu istirahat kurang dari 8 jam. pada saat sesudah jam dinas. Diisyaratkan dari syarat tersebut maka didapatkan responden sebanyak 25 orang terdiri dari masinis dan Kualitas Tidur asisten masinis KA Kaligung Mas jurusan Semarang Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang – Tegal dan Tegal – Semarang. terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak Identifikasi variabel yang mempengaruhi memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang masinis dan asisten masinis dalam mengemudikan dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar kereta api merupakan suatu langkah untuk mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mengantisipasi terjadinya kecelakaan. Menurut Desai mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala & Haque (2006) kecelakaan terjadi sebagai akibat dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). dari menurunnya tingkat kewaspadaan. Variabel yang Variabel ini memiliki pengaruh terhadap tingkat mempengaruhi tingkat kewaspadaan yaitu keadaan kewaspadaan, sebab responden hanya memiliki monoton, tingkat kantuk, psikofisiologi, distraksi dan waktu tidur 4 – 6 jam setiap harinya dan jadwal kelelahan kerja. Pada variabel tingkat kantuk terdapat pekerjaan yang tidak menentu mengakibatkan 3 variabel indikator, yaitu ritme sirkadian, kualitas kurangnya waktu tidur. Waktu tidur kurang dari 8 tidur dan waktu tidur. Dalam penelitian ini jam mengakibatkan kondisi fisik responden kurang menggunakan variabel indikator kualitas tidur, berenergi dan kurang bersemangat. mengingat pentingnya pengukuran kualitas tidur responden yang hanya memiliki waktu tidur kurang Untuk itu diperlukan pengujian mengenai dari 8 jam per hari. kualitas tidur yang dirasakan masinis pada saat sebelum jam dinas yang bertujuan untuk mengetahui Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang kondisi kualitas tidur yang dialami responden. digunakan, yaitu variabel indepenen dan dependen. Pengambilan data kualitas tidur menggunakan Variabel independen yang digunakan merupakan kusioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). hasil dari penelitian sebelumnya yang menyatakan Kusioner PSQI terdiri dari 10 pertanyaan mengenai bahwa variabel-variabel tersebut dapat menyebabkan jam tidur, lama waktu tidur, kebiasaan yang menurunnya kewaspadaan yang dapat mengakibatkan dilakukan sebelum tidur dan ketika terbangun, dan kecelakaan (keadaan monoton, kualitas tidur, tingkat kualitas tidur. kantuk, keadaan psikofisiologi). Sedangkan variabel dependen yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat Keadaan Psikofisiologi adanya variabel independen Variabel keadaan psikofisiologi merupakan Dalam pengambilan data dilakukan pada variabel yang menilai mengenai kondisi fisiologi dan sebelum jam dinas dan sesudah jam dinas responden. psikologi responden. Kondisi fisiologi yaitu Untuk sebelum jam dinas, pengambilan data kualitas mengenai penggunaan obat – obatan dan alkohol, tidur dan tingkat kewaspadaan dilakukan di ruang mengenai kesehatan, dan konsumsi rokok. Sedangkan Unit Kesehatan. Sedangkan untuk pengambilan data kondisi psikologi merupakan penilaian terhadap keadaan monoton, keadaan psikofisiologi dan tingkat individu masing – masing, rekan kerja, dan kewaspadaan dilakukan di ruang Unit Pelaksanaan permasalahan dalam pekerjaan. Teknik (UPT) crew Stasiun Poncol. Pengambilan data mengenai keadaan Keadaan Monoton psikofisiologi responden dilakukan pada sesudah jam Menurut McBain (1970), situasi dikatakan kerja dengan membagikan kuisioner General Job Stress. Kuisioner General Job Stress yang digunakan monoton ketika rangsangan tetap tidak berubah atau terdiri dari 10 poin yaitu : 1=tentang pekerjaan, berubah dalam cara yang dapat diperkirakan. 2=perselisihan pada pekerjaan, 3=pekerjaan dimasa Variabel monoton sangat mempengaruhi keadaan depan, 4=rentang kendali, 5=persyaratan kerja, tingkat kewaspadaan responden. Hal ini disebabkan 6=beban kerja dan tanggung jawab, 7=perasaan oleh pekerjaan responden hanya mengatur tingkat tentang diri sendiri, 8=kesehatan umum, 9=informasi Jurnal Teknik Industri, Vol. XI, No. 1, Januari 2016 39
kesehatan lainnya, dan 10=masalah ditempat kerja. Tingkat Kewaspadaan Dorian,dkk (2007) mengemukakan bahwa Kuisioner ini menggunakan 5 skala likert sebagai skala pengukurannya. vigilance atau tingkat kewaspadaan merupakan derajat kesiapan seseorang dalam memberikan Kelelahan kerja tanggapan terhadap suatu hal. Dalam penelitian ini Kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis tingkat kewaspadaan sangat diperlukan oleh responden dalam menjalankan pekerjaan. Dalam stres yang banyak dialami oleh orang-orang yang mengemudikan kereta responden membutuhkan bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan pelayanan tingkat kewaspadaan yang tinggi. Sehingga terhadap manusia lainnya seperti perawat diperlukan pengukuran tingkat kewaspadaan untuk kesehatan, transportasi, kepolisian, dan sebagainya mengetahui seberapa besar kesigapan responden (Schuler, 1999). Indikator yang digunakan untuk dalam menjalankan tugasnya. Pengukuran tingkat menentukan tingkat kelelahan kerja adalah skor hasil kewaspdaan dilakukan dua kali, yaitu pada sebelum kuisioner Fatigue Assessment Scale (FAS) atau skala jam dinas dan sesudah jam dinas. Hal ini bertujuan penurunan kelelahan, dimana terdapat 10 item untuk mengetahui kondisi tingkat kewaspadan yang dimana 5 pernyataan merefleksikan kelelahan fisik dimiliki responden pada saat sebelum jam dinas dan dan 5 pernyataan selanjutnya merefleksikan sesudah jam dinas. kelelahan mental. Pernyataan bersifat subjektif Indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat dengan 5 skala Likert sebagai pengukurannya. Selain kewaspadaan adalah skor hasil PVT, yang menggunakan kuisioner FAS, digunakan pula merupakan software pengukuran kecepatan reaksi, software Stroop Test dengan skor maksimal 20 dimana semakin tinggi skor yang dihasilkan, maka (kuisioner FAS ada di lampiran) tingkat kewaspadaan semakin menurun, begitu pula sebaliknya Distraksi (Gangguan) Distraksi adalah segala sesuatu yang Tahapan pengolahan data dilakukan melalui tiga tahapan uji, yaitu: Uji Validitas dan reliabilitas, Uji mengalihkan perhatian pengemudi dari tugas utama Asumsi Klasik Regresi, dan Uji regresi berganda. untuk navigasi kendaraan dan menanggapi peristiwa Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan penting. Untuk kata lain, distraksi adalah segala bahwa variabel yang diukur memang benar – benar sesuatu yang mempengaruhi mata saat di jalan atau variabel yang hendak diteliti oleh peneliti (Cooper gangguan visual, pikiran atau gangguan kognitif, dan dan Schindler, dalam Zulganef, 2006). Sedangkan handsoff roda atau gangguan manual (NHTSA, reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan bahwa 2011). Indikator dalam mengukur gangguan adalah alat ukur yang digunakan dalam penelitian menggunakan kuisioner General Job Stress dimana keperilakukan mempunyai keandalan sebagai alat terdiri dari 13 poin pertanyaan. Dalam pengukuran ukur, diantaranya diukur melalui konsistensi hasil distraksi masinis kuisioner General Job Stress yang pengukuran dari waktu ke waktu jika fenomena yang digunakan yaitu hanya poin 2, 4, 9, 10, 11, 12, dan 13 diukur tidak berubah (Harrison, dalam Zulganef, dengan menggunakan 4 skala Likert sebagai 2006). pengukurnya. Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat Tabel 1. Poin Pertanyaan Kuisioner Gener apakah model regresi yang telah terbentuk lolos dari beberapa tahap untuk dilakukannya pengujian regresi Poin Kategori selanjutnya. Uji asumsi klasik yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah uji multikolinearitas, uji 1 Physical Environment heterokesdastisitas, uji normalitas dan uji linearitas. 2 Role Conflict 3 Role Ambiguity Setelah melakukan pengolahan data, dilakukan 4 Interpersonal Conflict analisis uji asumsi klasik,analisis hasil regresi 5 Job future ambiguity berganda untuk faktor-faktor yang berpengaruh 6 Job control terhadap tingkat kewaspadaan masinis, analisis 7 Perceived employment oportunities penentuan variabel yang berpengaruh secara 8 Quantitative workload signifikan terhadap tingkat kewaspadaan, analisis 9 Variance in workload aktivitas yang mempunyai potensi terbesar 10 Responsibility for people berdasarkan faktor penyebab dalam mengakibatkan 11 Utilization of abilities human error. 12 Cognitive demand 13 Shiftwork Jurnal Teknik Industri, Vol. XI, No. 1, Januari 2016 40
Hasil Dan Diskusi Keadaan Psikofisiologi Dari Gambar 1.c dapat dilihat bahwa sebanyak Keadaan Monoton Sebanyak 25 responden memiliki rata – rata 25 responden memiliki nilai rata – rata 23,32. Keadaan psikofisiologi berpengaruh secara individu nilai sebesar 35,2 (Gambar 1.a). Hal ini menunjukkan terhadap tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas bahwa responden mengalami monoton ketika dalam sebesar -0,707 dan signifikansi sebesar 0,488 perjalanan dinas. Keadaan monoton memiliki sedangkan untuk sesudah jam dinas memiliki nilai pengaruh secara individual terhadap tingkat sebesar 0,934 dan signifikansi sebesar 0,362. kewaspadaan sebelum jam dinas sebesar -0,613 dan signifikansi sebesar 0,547 sedangkan untuk sesudah Distraksi jam dinas sebesar 0,006 dan signifikansi sebesar Dari Gambar 1.d dapat dilihat bahwa sebanyak 0,995. 25 responden memiliki nilai rata – rata 15,73. Kualitas Tidur Distraksi berpengaruh secara individu terhadap Dari Gambar 1.b dapat dilihat bahwa 25 tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas sebesar - 0,216 dan signifikansi sebesar 0,831 sedangkan untuk responden memiliki score rata –rata sebesar 13,8. Hal sesudah jam dinas memiliki nilai sebesar -2,015 dan ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki signifikansi sebesar 0,058. nilai dibawah 13,8 memiliki kualitas tidur yang tidak baik. Kualitas tidur berpengaruh secara individual Kelelahan Kerja (FAS) terhadap tingkat kewaspadaan sebelum jam dinas Pengolahan data kelelahan kerja dilihat dari sebesar 1,172 dan signifikansi sebesar 0,256 sedangkan untuk sesudah jam dinas memiliki nilai - score kuisioner FAS yang dihasilkan. Dari Gambar 0,694 dan signifikansi sebesar 0,496. Variabel 1.e dapat dilihat bahwa sebanyak 25 responden kualitas tidur merupakan variabel yang paling memiliki nilai rata – rata 15,73. Kelelahan kerja berpengaruh terhadap tingkat kewaspadaan sebelum berpengaruh secara individu terhadap tingkat jam dinas dengan memiliki nilai standar koefisien kewaspadaan sebelum jam dinas sebesar -0,725 dan sebesar 0,271. signifikansi sebesar 0,477 sedangkan untuk sesudah jam dinas memiliki nilai sebesar 1,237 dan signifikansi sebesar 0,231. (a). Data Keadaan Monoton (b). Data Kualitas Tidur (c). Data Keadaan Psikofisiologis (d). Data Distraksi Jurnal Teknik Industri, Vol. XI, No. 1, Januari 2016 41
(e). Data Kelelahan Kerja Gambar 1. Data Hasil Pengukuran Tingkat Kewaspadaan Pada gambar 2 nilai rata – rata dari 25 Software ini digunakan untuk mengukur tingkat responden sebesar 389,16 untuk sebelum jam dinas dan 379,84 untuk sesudah jam dinas. Terjadi kewaspadaan yang dialami oleh responden. Tampilan penurunan waktu reaksi sebesar 10 msec antara software PVT dapat dilihat pada Gambar 3.5. PVT, sebelum jam dinas dengan sesudah jam dinas. Hal ini merupakan salah satu software yang berfokus pada meunjukkan bahwa responden mengalami pengukuran kemampuan untuk mempertahankan peningkatan kewaspadaan disaat sesudah jam dinas. perhatian dan merespon sinyal yang didapat secara Sebagian besar dari responden mengalami penurunan tepat dan cepat (Dorrian. dkk, 2005). Reliabilitas dan tingkat kewaspadaan karena memiliki score tingkat validitas dari software tersebut juga sudah terbukti kewaspadaan diatas rata – rata. Semakin tinggi nilai melalui penelitian Dorrian, dkk (2005), yaitu sebagai yang dimiliki diatas nilai rata – rata maka semakin berikut: rendah tingkat kewaspadaan yang dimiliki. a. Reliabilitas Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini Keandalan statistik telah dihitung untuk PVT menunjukkan adanya pengaruh keadaan monoton, menggunakan data dari 9 subjek. Pengujian tingkat kantuk, keadaan psikofisiologi terhadap berulang diperoleh menggunakan rata-rata tingkat kewaspadaan. kinerja harian selama 5 hari eksperimental berturut – turut. Intraclass Correlation Kesimpulan Coefficients (ICC) mengukur proporsi dari Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan variansi yang dijelaskan antara kesalahan pada between – subject dengan kesalahan pada within dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dari – subject. ICC menunjukkan keandalan pengukuran keadaan monoton, kualitas tidur, keadaan maksimal untuk jumlah penyimpangan PVT psikofisiologi, distraksi dan kelelahan kerja masinis (ICC = 0.888, p < 0.0001) dan waktu respon dan asisten masinis kereta Kaligung Mas berpengaruh rata– rata (ICC = 0.826, p < 0.0001), yang signifikan secara partial terhadap tingkat kewaspadaan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap menunjukkan pada kriteria “hampir sempurna” variabel bebas memiliki pengaruh secara individual untuk pengukuran menggunakan PVT. terhadap tingkat kewaspadaan masinis dan asisten b. Validitas masinis. PVT mempunyai 3 jenis validitas yang memenuhi kriteria untuk pengujian pengaruh Selain itu, dari hasil pengolahan data diketahui kecepatan reaksi dari pengaruh lama jam tidur bahwa setiap variabel memiliki besar pengaruh yang yang berkurang karena lamanya aktivitas yang bervariasi. Berdasarkan uji t, sebelum bekerja, dilakukan dalam sehari, yaitu validitas variabel Independen yang berpengaruh paling besar konfergen, dimana PVT sensitif terhadap adalah kualitas tidur, yaitu sebanyak 27,1%. berbagai variasi lama waktu tidur yang Sedangkan ketika sesudah bekerja, variabel bekurang, validitas ekologi, dimana PVT independen yang paling berpengaruh adalah sensitif terhadap kinerja yang digunakan dalam kelelahan kerja sebanyak 25,5%. Nilai tersebut dilihat aktivitas sehari – hari, serta validitas teoritis, dari nilai standardization coefficient (Beta) terbesar dimana PVT menunjukkan perubahan yang diantara variabel independen lain. Untuk sisanya konsisten seiring dengan teori fungsi tidur. merupakan faktor – faktor yang lain. Jurnal Teknik Industri, Vol. XI, No. 1, Januari 2016 42
Gambar 2. Data Tingkat Kewaspadaan Sebelum dan Sesudah Dinas Daftar Pustaka Dorrian, Jillian., Rogers, Naomi L., Dinges, David F. Desai, A. V., M. A. Haque. (2006). Vigilance (2005). Psychomotor vigilance performance: Monitoring for Operator Safety: A simulation Study on Highway Driving. Journal of Safety Neurocognitive assay sensitive to sleep loss, Research. Dorrian, J., Roach, Gregory.D., Fletcher, A., University of Pennsylvania School of Medicine, Dawson, D., (2007). Simulated train driving: Fatigue, self awareness and cognitive Philadelphia, Pennsylvania, U.S.A disengagement. Applied Ergonomics . Hidayat, Aziz., Alimul. (2006). Pengantar Ilmu Dorrian, J., Roach, Gregory.D., Fletcher, A., Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Kaida, K., Åkerstedt, T., Kecklund, G., Nilsson, J. P., Dawson, D., (2007). Simulated train driving: and Axelsson, J. (2007). Use Of Subjective And Physiological Indicators Of Sleepiness To Fatigue, self awareness and cognitive Predict Performance During A Vigilance Task. Industrial Health. disengagement. Applied Ergonomics Lulu, Satwika. (2005). Analisis Perbedaan Tingkat Kewaspadan Pada operator Inspeksi Pria dan Fernandez, Alvaro. (2006). Stroop Test: great Brain Wanita Dalam Konteks Kemampuan Kognitif Menggunakan Metode Quasa. Tugas Sarjana. Treaser. Diunduh pada tanggal 26 Mei 2014 Jurusan Teknik Industri. Institut Teknologi Bandung dari McBain,W. (1970). Arousal, Monotony, and Accidents in Line Driving. Jurnal Application http://www.sharpbrains.com/blog/2006/10/05/br Psychology. Rubio, Susana; Díaz, Eva; Martín, Jesús; Puente, José ain-exercise-the-stroop-test/. M. (2004). Evaluation os Subjective Mental Workload: A comparison of SWAT, NASA – Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariat TLX, and Workload Profile Methods. Applied dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Psychology : An Internal Review. ____.2014.http://beritatrans.com/2014/03/20/hanggor Badan Penerbit Universitas Diponegoro. o-28-kecelakaan-ka-karena-faktor-sdm-operato/ Greenberg, Jerrold. S. 2002. Comprehensive Stress diakses pada tanggal 14 April 2014. diakses pada tanggal 7 April 2014. Management. 7th ed. Mc Grew-Hill Inc. New De Vries, Jolanda., Michielsen, Helen J, Van Heck, Guus L. (2003). Assessment Of Fatigue Among York. Working People: a Comparison of Six Questionaires. Occup Environ Med, 60, (Suppl Hurts, K., Angell, L.S., and Perez, M.A., \"The II):110-115. De Vries, Jolanda, Michielsen, Helen J, Van Heck, Distracted Driver,\" Reviews of Human Factors Guus L., Van de Vijver, Fons J.R., Sijtsma, Klaas. (2004). Examination of the and Ergonomics 7(1):3-57. Dimensionality of Fatigue: The Construction of The Fatigue Assessment Scale (FAS). European Mackworth, J. F. (1970). Vigilance and Attention. Journal of Psychological Assessment, Vol 20, Issue 1, pp. 29-48. Baltimore: Penguin. NHTSA, \"Distraction.\" http://www.nhtsa.gov/Research/Human+Factors /Distraction Nurd, Denny. (2011). Artikel: Uji Asumsi Klasik Regresi Linier. Diunduh: 4 April 2014 dari http://statsdata.blogspot.com/2011/12/uji- asumsi-klasik-regresi-linier.html Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta Api hubdat.dephub.go.id/keputusan- dirjen/tahun-2005/440.../download Setyadharma, Andryan. (2010). Uji Asumsi Klasik Dengan SPSS 16.0. Universitas Negeri Semarang. Treat, J. R., Tumbas, N. S., McDonald, S. T., Shinar, D., Hume, R. D., Mayer, R. E., et al. (1979). Tri-level study of the causes of traffic accidents: Final report.Institute for Research in Public Safety, Indiana University, Volume I: Causal factor tabulations and assessments, DOT HS- 805085. Jurnal Teknik Industri, Vol. XI, No. 1, Januari 2016 43
Young, K., Regan, M., & Hammer, M. (2003). ______http://perkeretaapian.dephub.go.id/index.php? Driverdistraction: A review of the literature option=com_content&view=article&id=61&Ite (Report No. 206). Victoria, Australia: Monash mid=62&ffe5d588932e0dd5fc957eca7f6225ad= University Accident Research Centre. Retrieved f12e20efb1d9675047c41d1c57afd366 diakses August 26, 2009, pada tanggal 7 April 2014. ______http://kemhubri.dephub.go.id/perundangan/im ages/stories/doc/uu/uu_no_23_tahun_2007.pdf diakses pada tanggal 7 April 2014. Jurnal Teknik Industri, Vol. XI, No. 1, Januari 2016 44
Search
Read the Text Version
- 1 - 36
Pages: