BULETIN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA VOLUME 17, NO. 2, 2009: 90 – 97 ISSN: 0854‐7108 BELAJAR DARI BUKU INTRODUCTION TO EXPERIMENTAL METHOD KARANGAN JOHN C TOWNSEND Marnio Pudjono Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada E‐mail: [email protected] Semasa mahasiswa di tahun tujuh Bagian A (Part A) berjudul Teori Eksperi‐ puluh awal matakuliah psikologi eksperi‐ men (Theory of Experimentation) yang dibagi men diajarkan dengan memakai buku menjadi 4 bab (Chapter), yaitu bab 1 psiko‐ wajib karanganTownsend berjudul Intro‐ logi dan ilmu pengetahuan, bab 2 urutan duction to Experimental Method terbitan kausal dan makna penjelasan, bab 3 tahun 1953. Buku yang sama dipakai eksperimentasi armchair serta bab 4 mene‐ penulis ketika memberi matakuliah yang mukan dan menyederhanakan permasa‐ sama sekitar tahun delapan puluhan. lahan. Sementara itu Mayer & Hansen Setahun terakhir penulis terlibat mengajar membuka bukunya dengan bagian I matakuliah metode kuantitatif: eksperimen pengantar yang terdiri dari bab 1 psikologi (perubahan nama dari matakuliah psiko‐ eksperimen dan metode ilmiah, bab 2 etika logi eksperimen dalam kurikulum 2007) penelitian, bab 3 alternatif untuk ekspe‐ dengan memakai buku wajib Experimental rimen: rancangan noneksperimen, bab 4 Psychology edisi ketiga karangan Myers dan alternatif untuk eksperimen: rancangan Hansen terbitan tahun 2002. Pertama kali korelasional dan eksperimen‐kwasi, bab 5 menerima informasi bahwa buku wajib menyusun hipotesis. Bagian A yang terdiri yang dipakai tidak lagi buku yang sudah dari 4 bab buku Townsend pokok‐pokok berpuluh‐puluh tahun telah dipakai oleh isinya relatif sama dengan bagian I bab 1 beberapa generasi di Fakultas Psikologi buku Mayer & Hansen. UGM maka timbul sebersit perasaan Buku Townsend di Bagian A bab 1 gamang. Jangan‐jangan isinya jauh berbeda Psikologi dan ilmu pengetahuan menjelas‐ sehingga akan memerlukan penyesuaian kan perbedaan psikologi dan mistik. banyak. Akan tetapi setelah mulai mem‐ Manusia dalam upayanya memahami baca isi buku baru tersebut ternyata buku penyebab dari gejala diri maupun gejala lama Townsend tampak cukup membantu lingkungan seringkali mencari penyebab penyesuaian untuk memahami buku Myer eksternal. Misalnya terjadinya kilat di & Hansen. Mengapa demikian akan penulis langit disebabkan oleh dewa api. Namun uraikan berikut. demikian dengan perkembangan pengeta‐ huan, penjelasan yang bersifat mistis Bagian A atau bagian kesatu eksternal sebagai sebab gejala alam mulai Pertama, secara umum daftar isi kedua berkurang. Hubungan antara pengetahuan buku, yaitu Townsend (1953) dan Myers & ilmiah, permasalahan ilmiah dan penje‐ Hansen (2002) relatif hampir sama. Misal‐ lasan mistik dapat dilihat pada gambar 1 nya, Townsend membuka bukunya dengan dibawah. 90 BULETIN PSIKOLOGI
BELAJAR DARI BUKU INTRODUCTION TO EXPERIMENTAL METHOD III II I AREA OF VALIDATED HYPOTHESES SCIENTIFIC KNOWLEDGE AREA OF TESTABLE HYPOTHESES NOT YET VALIDATED SCINTIFIC PROBLEMS AREA OF NON TESTABLE HYPOTHESES (impossible to validate) MYSTICAL EXPLANATIONS Gambar 1. Hubungan antara pengetahuan ilmiah, permasalahan ilmiah dan penjelasan mistik (Townsend, 1953, hal 4). Gambar 1 menjelaskan bahwa ilmuwan praktis agar menghindari pemikiran yang hanya bertugas di daerah I dan II. Ilmuwan mendasarkan pada pendekatan akal‐sehat bertugas memperluas daerah I dan namun harus tetap pada pendekatan memperkecil daerah II serta samasekali ilmiah. tidak bekerja di daerah III. Psikologi dinilai sebagai ilmu pengetahuan oleh karena Pemikiran ilmiah dilandasi oleh dua penggunaan metode penyelidikan yang sistem logika yaitu (a) logika induktif dan sistematis. Psikologi dapat dibedakan (b) logika deduktif. Pemikiran induktif dengan akal‐sehat (common‐sense) meski‐ menggambarkan bahwa peneliti psikologi pun diakui metode ilmiah bermula dari memulai penyelidikan dengan mengamati akal‐sehat. Pemikir dengan akal sehat suatu peristiwa dari gejala yang akan cukup puas mendapatkan penjelasan yang diteliti. Peneliti mengukur dan mencatat memuaskan sesaat rasa ingin tahunya; gejala tersebut. Kemudian dengan mengka‐ sementara ilmuwan berusaha membuat ji sejumlah data konkrit yang dikum‐ sistematisasi fakta‐fakta sehingga mereka pulkan, peneliti menentukan ciri‐ciri gejala. memperoleh penjelasan diluar yang sudah Hasil kajian tersebut akan menghasilkan jelas. Orang awam hanya tertarik pada sebuah pernyataan/proposisi mengenai ciri‐ kejadian dan penjelasan hal‐hal yang tidak ciri kelompok dari sampel gejala yang telah biasa; ilmuwan mencoba menjelaskan baik dikumpulkan. Proses diatas disebut sistem hal‐hal biasa maupun luar biasa. Townsend induktif. Logika deduktif berawal dari (1953, hal. 8) mengingatkan kepada para sebuah pernyataan atau proposisi. Propo‐ kolega yang berkecimpung di lapangan sisi mendorong usaha untuk memperoleh kebenaran khusus dan konkrit lewat BULETIN PSIKOLOGI 91
PUDJONO sebuah proses penalaran. Kebenaran paling penting adalah verifikasi sedang konkrit ini disebut sebuah deduksi, sebuah yang paling sulit adalah generalisasi. inferensi yang diyakini bersifat valid dan konklusif. Deduksi selalu diawali oleh Townsend juga menguraikan perma‐ penalaran logis yang mendukung kesim‐ salahan khusus yang dihadapi penelitian pulan. Penelitian ilmiah berawal dari pro‐ psikologi. Pertama, penelitian di bidang ses induksi yang kemudian diikuti proses ilmu lain dapat menghadapi objek studi deduksi. Penelitian bermula dari penga‐ dengan kendali penuh, namun psikologi matan terhadap gejala dan berakhir dengan menghadapi perilaku yang bervariasi pembuktian bahwa bukti membenarkan sebagai objek studi. Ahli kimia atau fisika kesimpulan. dapat mengukur dan mengendalikan suhu dan tekanan udara konstan, psikolog tidak Jalur ilmiah dari induktif ke deduktif dapat melakukan hal itu sebab organisme melewati empat tahapan sebelum menemu‐ hidup memiliki akumulasi pengalaman kan fakta, yakni (a) observasi, (b) klasifi‐ berbeda. Manusia secara psikologis tidak kasi, (c) verifikasi, dan (d) generalisasi. dapat konstan. Kedua, ilmu‐ilmu lain Observasi menggambarkan bahwa peneliti menyelidiki sesuatu yang bersifat alamiah, senantiasa siaga mengamati serta mende‐ atau gambarannya adalah seorang manusia teksi adanya hubungan antara berbagai atau “mental” meneliti materi nonmental faktor di dalam bidang yang ditekuni. Jika atau materi fisik; sedangkan ilmuwan dia mencurigai adanya hubungan itu, maka psikologi gambarannya adalah seorang dia akan berusaha menjalani proses men‐ manusia atau “mental” meneliti manusia cari penjelasan mengapa ada hubungan atau “mental” orang lain. Hal ini akan tersebut. Klasifikasi menggambarkan pro‐ berakibat kemungkinan kesalahan mence‐ ses pemilihan kerangka untuk mengkaji mari penyelidikan. Kesalahan pertama data. Psikologi tentu akan punya cara disebabkan karena kita adalah manusia. mengkaji dan mengklasifikasi data diban‐ Misalnya, peneliti menyelidiki besi dan ding biokimia atau ahli endokrinologi. peneliti dapat membaca pengukuran Tahap pengklasifikasian meliputi tahap dengan tepat. Namun psikologi menye‐ dimana ilmuwan akan menerka penyebab lidiki sesuatu yang tak teramati (intangibles) adanya hubungan tadi. Terkaan itu dina‐ yang dikemas dalam perilaku. Kesalahan makan hipotesis. Verifikasi akan meliputi peneliti ilmu lain lebih sedikit daripada perancangan eksperimen untuk menguji psikologi. Kesalahan kedua bersumber dari validitas hipotesis yang diajukan. Tahapan instrumen pengukur dapat mengandung eksperimen akan meliputi pengendalian lebih sedikit atau banyak kesalahan dalam kondisi dimana gejala terjadi. Peneliti mengukur apa yang diukur. Psikolog membuat variasi hanya pada faktor atau mengamati, mengukur dan mencatat peri‐ faktor‐faktor yang pengaruhnya diukur laku juga dapat salah karena objek studinya pada kondisi lain. Generalisasi menggam‐ berubah lebih cepat dibanding sebuah besi. barkan bahwa sesudah menemukan bahwa Sepotong besi tidak akan menjadi lapar, faktor tertentu bertanggungjawab terhadap lelah, marah, senang, tersinggung, sakit, gejala yang diobservasi, maka peneliti ngantuk, bosan atau seribu hal lain membuat kesimpulan, prinsip, teori atau dibandingkan dengan yang dapat dialami hukum umum. Kemudian dilakukan manusia. Kejadian diatas dapat berpe‐ deduksi kepada peristiwa tertentu dari ngaruh pada perilaku seseorang sehingga gejala. Menurut Townsend tahap yang menimbulkan peluang kesalahan lebih 92 BULETIN PSIKOLOGI
BELAJAR DARI BUKU INTRODUCTION TO EXPERIMENTAL METHOD besar dalam observasi psikologi. Kesalahan ada untuk menimbulkan hasil atau efek observasi juga dapat disebabkan karena tertentu, namun tidak cukup dengan sendi‐ sifat pengamat. Ketika seorang pengamat rinya menghasilkan efek. Kondisi cukup mengobservasi perilaku orang lain maka dirumuskan sebagai sesuatu yang dengan sikap pengamat seperti bias, prasangka, sendirinya dapat menghasilkan terjadinya proyeksi dan sebagainya dapat menimbul‐ efek, namun tidak perlu ada untuk meng‐ kan kesalahan observasi. hasilkan efek tersebut. Misalnya, seorang anak diasuh dalam keluarga otoriter yang Bagian A bab 2 buku Townsend berisi tidak memberi kesempatan untuk meng‐ urutan kausal dan makna penjelasan. ekspresikan diri. Anak itu akan berkem‐ Bagaimana peneliti yakin bahwa sesuatu bang menjadi remaja yang tertekan. Tipe menyebabkan sesuatu yang lain merupa‐ pola asuh otoriter menjadi kondisi cukup kan pertanyaan vital bagi eksperimen. untuk menghasilkan remaja berkepribadian Hubungan sebab‐akibat disebut sebagai tertekan, namun sebenarnya kepribadian hubungan tidak bervariasi (invariant tertekan mungkin disebabkan variabel lain. relationship). Seribu kali kita melakukan Jadi sebab cukup belum tentu menjadi tindakan yang sama maka perubahan yang sebab. Untuk menentukan hubungan suatu sama juga terjadi. Hubungan antara sebab‐akibat maka harus terpenuhi kedua tindakan dengan hasil seperti itu dinama‐ kondisi tersebut, yakni baik kondisi kan hubungan tidak bervariasi (invariant penting dan cukup. relationship). Hubungan kausal berlandas‐ kan pada dua prinsip, yaitu (a) prinsip Urutan kausal berdasar atas beberapa determinisme. Peneliti harus percaya bah‐ asumsi, diantaranya adalah (a) sebab harus wa semua peristiwa punya sebab serta mendahului akibat, (b) harus ada hu‐ percaya bahwa peneliti mampu menemu‐ bungan antara sebab dengan akibat, (c) kan sebab tersebut. Peneliti psikologi kondisi yang selalu ada ketika hubungan percaya bahwa peristiwa psikologis punya kausal dibuat adalah keterdekatan (conti‐ sebab, jadi dia setuju terhadap determi‐ quity) yang berarti dua hal terjadi dengan nisme psikis, serta (b) prinsip penyebab keterdekatan waktu. Tiga asumsi dasar jamak yang menyatakan bahwa sebuah hubungan kausal tadi merupakan prinsip peristiwa disebabkan oleh banyak penye‐ Hume. bab. Prinsip banyak penyebab meliputi penjelasan konsep kondisi penting Bagian A bab 3 buku Townsend meng‐ (necessary condition) dan kondisi cukup kaji eksperimentasi armchair yang dirumus‐ (sufficient condition). Misalnya, sebuah kan sebagai kebiasaan mengganti ekspe‐ mobil diparkir di sebuah bukit curam dan rimen ilmiah dengan penalaran saja dalam seorang anak yang bermain didalam mobil usaha menemukan solusi terhadap perma‐ melepaskan rem tangan. Mobil meluncur salahan. Eksperimentasi armchair menggu‐ dan menabrak tiang listrik. Apakah nakan tiga metode berikut (a) metode pelepasan rem tangan menjadi penyebab otoritas, metode yang menentukan bahwa insiden itu? Orang lain mungkin akan sesuatu itu benar karena seseorang yang berkata bahwa seandainya roda depan memegang otoritas keilmuan menyatakan mobil dibelokan kearah pagar penyelamat sesuatu itu benar, (b) metode ketahanan, maka mobil itu tidak akan meluncur meski seseorang mempercayai sesuatu sebagai rem tangan dilepas. Kondisi penting adalah kebenaran karena orang itu sudah selalu sebuah peristiwa atau keadaan yang harus mempercayai hal itu, dan (c) metode intuisi dimana para pemikir cenderung menda‐ BULETIN PSIKOLOGI 93
PUDJONO sarkan kebenaran pernyataan/proposisi (c) alat dasar penelitian psikologi, serta (d) sebagai “self‐evident”. prinsip kausalitas (sebab‐akibat) dalam eksperimen. Myer & Hansen memang lebih Bagian A bab 4 buku Townsend berju‐ rinci menguraikan prinsip‐prinsip metode dul menemukan dan menyederhanakan ilmiah yang digolongkan kedalam tujuh permasalahan akan menguraikan bagai‐ ciri, yaitu: (a) memiliki mentalitas ilmiah mana proses mengembangkan rancangan yang berasumsi bahwa perilaku itu meng‐ penelitian. Permasalahan adalah sebuah ikuti aturan sehingga dapat diprediksi, (b) pertanyaan yang diajukan untuk dicari mengumpulkan data empiris dalam cara solusinya atau permasalahan ada karena yang sistematik dan teratur. Data empiris tidak tersedia jawaban untuk sejumlah adalah data yang dapat diobservasi dan pertanyaan. Townsend mengajukan bebe‐ dialami, (c) mencari prinsip‐prinsip umum. rapa sumber permasalahan penelitian Sesudah melakukan pengumpulan data psikologi, yaitu (a) penelitian orang lain, maka diajukan prinsip umum atau hukum terutama yang disarankan oleh instruktur atau teori yang menjelaskan data yang laboratorium psikologi, (b) abstrak laporan terkumpul, (d) pola berpikir yang baik. penelitian yang dipublikasikan di Psycho‐ Pola pikir yang baik mencakup pikiran logical Abstract, (c) mencermati sejarah yang terbuka terhadap gagasan baru, permasalahan dengan membaca buku teks mengikuti aturan logis, dan bersifat dan buku wajib yang membahas perma‐ parsimoni. Berpikir parsimoni menggam‐ salahan yang ingin diteliti. Daftar pustaka barkan berpikir yang sederhana, teliti dan buku‐buku tersebut seringkali akan jelas serta menghindari membuat asumsi‐ mengarahkan peneliti untuk mendapatkan asumsi yang tidak perlu untuk mendukung informasi penting yang dapat ditemukan di argumen, (e) melakukan koreksi‐diri. jurnal‐jurnal. Bab 4 ini juga menguraikan Ilmuwan modern menerima kesementaraan tahapan dalam mengembangkan rancangan kesimpulan sebab dengan informasi baru eksperimen, yakni (a) Apa permasalahan‐ kesimpulan dapat berubah. Perubahan nya, (b) Apa hipotesisnya, (c) apa variabel penjelasan atau teori ilmiah merupakan independennya, (d) Apa variabel depen‐ bagian penting kemajuan ilmu, (f) mempu‐ dennya, (e) Bagaimana cara mengukur blikasikan hasil penelitian. Ilmu pengeta‐ variabel dependen, (f) Kontrol apa yang huan modern menjadi kegiatan publik penting, (g) Prosedur apa yang akan diikuti dimana ilmuwan bertemu dalam seminar dalam melaksanakan eksperimen: Apa alat atau konggres ilmiah guna bertukar infor‐ yang dipakai, bagaimana urutan rencana masi mengenai hasil penelitian. Pertukaran pelaksanaan eksperimen sesungguhnya, informasi juga dapat mengambil bentuk bagaimana analisa hasil, (h) Dapatkah hasil penerbitan jurnal atau buletin ilmiah. eksperimen membuktikan atau tidak Pertukaran inforrmasiyang berkelanjutan membuktikan hipotesis? Apakah kesalahan merupakan sesuatu yang vital bagi proses telah dilakukan? ilmiah, dan (g) melakukan penelitian repli‐ kasi. Prosedur penelitian yang sama dapat Kajian Townsend di bagian A bab 1‐4 dilakukan lagi dengan hasil yang sama diatas relatif mirip dengan isi buku Myers akan menambah keyakinan terhadap & Hansen di bagian I bab 1 yang mengu‐ penelitian tersebut. raikan (a) mengapa psikologi bertumpu pada metode ilmiah dan bukan pada akal‐ Bagian pertama Buku Myer dan sehat (common‐sense) dalam menerangkan Hansen (2002) berbeda dengan bagian A perilaku, (b) prinsip‐prinsip metode ilmiah, 94 BULETIN PSIKOLOGI
BELAJAR DARI BUKU INTRODUCTION TO EXPERIMENTAL METHOD buku Townsend (1953) diantaranya karena hipotesis akan membuahkan penelitian telah memasukkan bahasan soal eksperi‐ baru. men kuasi dan etika penelitian di Bagian I bab 2. Hal ini cukup masuk akal oleh Bab 6 buku Townsend mengkaji karena etika penelitian baru muncul variabel independen dan variabel depen‐ sebagai topik yang harus dipertimbangkan den. Setiap hipotesis mengandung dua dalam rancangan penelitian di tahun variabel, yakni variabel independen dan 1960an sebagai reaksi atas penelitian variabel dependen. Sebuah variabel inde‐ eksperimen Stanley Milgram soal penden dalam eksperimen adalah faktor kepatuhan (obedience). Konsep mengenai yang dimanipulasi oleh peneliti dalam eksperimen kuasi juga baru dikembangkan upayanya untuk menentukan hubungan di tahun 1963 oleh Campbell dan Stanley dengan gejala yang diobservasi. Sebuah (Campbell & Stanley, 1963). variabel dependen adalah faktor yang muncul, tidak muncul atau bervariasi oleh Bagian B atau bagian kedua karena eksperimenter memberikan, meng‐ hilangkan atau membuat variasi variabel Bagian B buku Townsend menjelaskan independen. Townsend menambahkan soal merancang dan melaksanakan bahwa pada umumnya dalam eksperimen eksperimen. Kajian dimulai dengan bab 5 psikologi variabel independen adalah menyusun hipotesis (di buku Myers & variabel stimulus sedangkan variabel Hansen kajian ini dimasukkan pada bagian dependen adalah variabel respons. Kajian pertama bab 5). Hipotesis menurut mengenai variabel independen dan Townsend harus memenuhi beberapa dependen dapat ditemukan di bagian syarat, yaitu: (a) hipotesis harus merupa‐ kedua bab 6 buku Myer dan Hansen. kan sebuah jawaban yang tepat terhadap Variabel independen sebagai dimensi yang problem khusus yang membutuhkan secara sengaja dimanipulasi oleh peneliti jawaban, (b) hipotesis harus merupakan dapat digolongkan menjadi dua yaitu (a) sebuah jawaban yang sederhana terhadap variabel lingkungan, yaitu aspek ling‐ problem, (c) hipotesis harus dapat diuji, (d) kungan fisik yang dapat dikendalikan hipotesis harus dinyatakan sedemikian peneliti, misal ilmuniasi, tingkat kebi‐ rupa sehingga dapat ditolak. Uraian singan, dan (b) variabel tugas, yaitu aspek mengenai hipotesis oleh Myer dan Hansen tugas tertentu, misal tingkat kesulitan, cara tidak jauh berbeda dengan uraian buku penyajian. Sebuah eksperimen perlu Townsend. Ada lima karakteristik hipotesis memiliki sedikitnya dua kondisi perlakuan eksperimen, yakni hipotesis harus meru‐ atau dua nilai berbeda dari sebuah variabel pakan (a) pernyataan sintetis: sebuah independen. Masing‐masing kondisi perla‐ pernyataan yang dapat salah atau benar, (b) kuan disebut level dari variabel indepen‐ pernyataan yang dapat diuji: untuk dapat den. Jadi misalnya variabel independen/ diuji berarti harus ada cara memanipulasi perlakuannya adalah kebisingan, maka kondisi anteseden dan cara mengukur level variabel independen/kondisi perla‐ dampak perilaku, (c) pernyataan yang kuannya adalah 90 desibel/bising dan 10 dapat ditemukan kesalahannya oleh hasil desibel/tidak bising. Variabel dependen penelitian, (d) pernyataan yang bersifat adalah variabel yang diharapkan berubah parsimoni: semakin sederhana semakin akibat manipulasi variabel independen/ baik, dan (e) pernyataan yang bermanfaat: perlakuan. BULETIN PSIKOLOGI 95
PUDJONO Bab 7 mengkaji pengontrolan dalam Meskipun kelompok kontrol tidak dipakai eksperimen. Eksperimen di laboratorium namun variabel yang relevan tetaplah merupakan upaya menghasilkan gejala harus dikendalikan. dalam kondisi “pure” dengan cara meng‐ atur lingkungan laboratorium yang disebut Beberapa tehnik untuk menghilangkan “mengendalikan situasi atau mengen‐ variabel yang diketahui adalah (a) Metode dalikan eksperimen”. Sejumlah faktor yang penghilangan (method of removal) yaitu diketahui akan dapat dikendalikan. Dalam menghilangkan variabel dari situasi ekspe‐ setiap eksperimen peneliti berusaha rimen, (b) Metode membuat kondisi menghubungkan adanya variasi sebuah konstan (method of constancy condition), (c) variabel independen dengan perubahan metode skrining (method of screening them variabel dependen. Implikasinya adalah out) (d) metode konterbalans (counter‐ bahwa jika peneliti ingin menentukan balancing method), dan metode randomisasi dengan tepat pengaruh satu variabel sistematik (systematic randomization method). independen maka peneliti harus hanya punya satu variabel independen. Jika ada Metode yang ditulis Townsend diatas lebih dari satu variabel independen dan dikaji juga oleh buku Myers & Hansen variabel dependen berubah maka peneliti bahkan lebih rinci pada Bab 7: mengen‐ akan kesulitan menentukan mana yang dalikan variabel luar baik yang berupa berpengaruh. Untuk itu perlu mengenda‐ variabel fisik, variabel sosial, variabel likan faktor lain yang juga berpotensi kepribadian dan variabel konteks. Satu mengubah variabel dependen. Salah satu perbedaan mencolok adalah pada ran‐ prosedur mengendalikan adalah dengan cangan eksperimen beserta analisis statistik penggunaan kelompok kontrol. Kelompok sebab Buku Myer & Hansen menguraikan kontrol adalah kelompok yang tidak berbagai rancangan: rancangan antar‐ mendapatkan manipulasi variabel indepen‐ subjek (between‐subject design), rancangan den. Kelompok eksperimen dan kelompok sama‐subjek (within‐subject design), ran‐ kontrol sebelum pemberian variabel cangan jumlah sampel kecil (small N independen harus sama dalam kaitannya design), serta rancangan campuran (mixed dengan kepemilikan variabel yang relevan design) dan terdapat bab tersendiri dengan variabel dependen. Penyamaan mengenai analisis statistik; sementara itu kelompok eksperimen dan kelompok pada era penulisan buku Townsend di kontrol dapat ditempuh dalam dua cara tahun 1950an rancangan dan analisis yakni (a) tehnik kelompok‐cocok (matched‐ statistik yang rinci seperti diatas belum group technique) dan (b) tehnik kelompok dikembangkan secara intensif. random (randomized group technique). Townsend juga memberikan catatan bahwa Kesimpulan kelompok control tidak esensial jika mela‐ kukan eksperimen yang memberikan ber‐ Perkuliahan psikologi eksperimen bagai intensitas dari variabel independen. dewasa ini memang telah berubah dari Dalam kasus ini, peneliti tertarik pada pengenalan terhadap berbagai bidang konkomitans variasi antara variabel inde‐ psikologi yang menggunakan metode penden dan variabel dependen bukan eksperimen (psikofisika, psikologi fisiologi, antara ada dan absennya/tidak adanya psikologi belajar dan sebagainya) menjadi variabel independen dikaitkan dengan semata metode eksperimen: cara membuat adanya perubahan variabel dependen. eksperimen dalam psikologi beserta analisis statistik. Akan tetapi pola berfikir 96 BULETIN PSIKOLOGI
BELAJAR DARI BUKU INTRODUCTION TO EXPERIMENTAL METHOD dasar dari buku klasik lama (buku Designs for Research. Rand McNally & Townsend) masih cukup memadai untuk Co: Chicago. menyesuaikan diri dengan buku‐buku mutakhir metode eksperimen psikologi. Myers, A., & Hansen, C. H. (2002). Expe‐ Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. rimental Psychology, 5th Edition. Wads‐ worth: Pacific Grove, CA. Daftar Pustaka Townsend, J. C. (1953). Introduction to Campbell, D. T., & Stanley,J. C. (1963). Experimental Psychology: For Psychology Experimental and Quasi‐Experimental and the Social Sciences. International Student Edition. McGraw‐Hill Book Company, Inc.: New York. BULETIN PSIKOLOGI 97
Search
Read the Text Version
- 1 - 8
Pages: