Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Buku Referensi Utama PSP

Buku Referensi Utama PSP

Published by R Landung Nugraha, 2021-02-10 06:45:02

Description: 2014 Pengukuran Psikologis-unlocked

Search

Read the Text Version

Jawaban yang benar adalah “c. ikan”. Hubungan persamaannya adalah keanggotaan dalam suatu golongan binatang. Merpati adalah anggota golongan burung, maka gurami juga harus ditempatkan dalam golongan yang memiliki hubungan analog dengan hubungan antara merpati dan burung, yaitu ikan. Contoh 2 25 berbanding 10 seperti 53 berbanding … a. 2 b. 8 c. 31 d. 15 e. 24 Jawaban yang benar adalah “d. 15”. Hubungan persamaannya adalah bahwa 10 merupakan hasil perkalian antara 2 dan 5 yang membentuk bilangan “25”, maka jawaban yang benar adalah hasil perkalian antara 5 dan 3 yang membentuk bilangan “53”, yaitu 15. b. Item Odd-Man-Out atau Pilih Satu yang Beda Item ini berupa daftar serangkaian objek, kata, bentuk, bilangan atau apa pun yang berhasil dirumuskan oleh penyusun tes. Tugas testi adalah “mengeluarkan” dalam arti menemukan salah satu dari antara rangkaian objek, kata, bentuk, bilangan, atau apa pun itu yang berbeda atau tidak sesuai dengan lainnya dalam rangkaian. Agar mampu menemukan yang berbeda atau yang tidak sesuai tersebut, testi harus mampu mempersepsikan hubungan atau benang merah antar objek atau apa pun itu yang menjadi dasar kesamaan dan perbedaannya. Beberapa contoh item hasil adaptasi contoh-contoh item yang dikemukakan oleh Kline (1986) adalah sebagai berikut: Contoh 1 Sapi, kerbau, kuda, anjing, ular 220

Jawaban yang benar, yaitu nama binatang yang harus dikeluarkan karena tidak sesuai dengan empat lainnya, adalah “ular”. Empat binatang lainnya memiliki kesamaan sebagai jenis binatang menyusui dan berkaki empat pula, sedangkan ular bukan termasuk keduanya. Contoh 2 24, 63, 10, 48, 35 Jawaban yang benar, yaitu bilangan yang harus dikeluarkan karena tidak sesuai dengan empat lainnya, adalah “10”. Empat bilangan lainnya memiliki kesamaan yaitu berupa kuadrat bilangan tertentu dikurangi 1, seperti 24 = 52 – 1, 63 = 82 – 1, 48 = 72 – 1, dan 35 = 62 – 1, sedangkan 10 bukan seperti itu. c. Sequences atau Deret Item ini berupa sekuensi atau deret atau rangkaian yang belum selesai yang terdiri dari objek, kata, bilangan, atau apa pun yang berhasil dirumuskan oleh penyusun tes. Tugas testi adalah menemukan objek, kata, bilangan atau apa pun yang terakhir untuk melengkapi deret atau rangkaian tersebut. Agar mampu menemukan jawaban yang diminta, testi harus mampu menangkap hubungan atau benang merah yang mendasari rangkaian objek, kata, bilangan atau apa pun itu. Beberapa contoh item hasil adaptasi contoh-contoh item yang dikemukakan oleh Kline (1986) adalah sebagai berikut: Contoh 1 12, 15, 17, 20, 22 … Jawaban yang benar adalah “25”. Deret bilangan tersebut meningkat dengan selisih 3 dan 2 secara bergantian: dari 12 ke 15 meningkat 3, dari 15 ke 17 meningkat 2, dari 27 ke 20 meningkat 3, dari 20 ke 22 meningkat 2, maka dari 22 harus meningkat 3 menjadi 25. 221

Contoh 2 Sangat tidak setuju, Tidak setuju, Ragu-ragu, Setuju… Jawaban yang benar adalah “Sangat setuju”. Deret atau rangkaian tersebut merupakan kontinum agreement atau kesetujuan mulai dari “Sangat tidak setuju” sampai dengan “Sangat Setuju” sebagaimana lazim dipakai dalam skala Likert. Ada sejumlah kemungkinan variasi baik untuk format item analogi, odd-man-out, maupun sekuensi atau deret, namun kiranya akan terlalu makan waktu dan energi jika kita bahas di sini. Sebaiknya hal itu diuraikan dalam buku lain yang secara khusus membahas seluk-beluk penyusunan tes inteligensi umum. Selain itu, langkah ketiga berupa analisis item kita tunda dulu pembahasannya sampai kita membahas dua langkah pertama yang sama dalam penyusunan tes jenis developed abilities yang lain, yaitu achievement tests atau tes prestasi. B. Penyusunan Achievement Tests Achievement tests atau attainment tests (Kline, 1986) atau tes prestasi atau tes hasil belajar termasuk ke dalam kategori developed abilities dengan latar belakang pengalaman yang spesifik atau sempit sebagai faktor pembentuknya. Seperti sudah disinggung, kategori tes yang oleh Kline (1986) disebut “more simple” atau lebih sederhana khususnya jika dibandingkan dengan tes inteligensi ini, mencakup : (1) tes prestasi yang berorientasi pada mata pelajaran tertentu, lazimnya berupa jenis-jenis tes prestasi mata pelajaran untuk jenjang sekolah tertentu yang dibuat oleh guru sendiri, misal tes Matematika semester 1 kelas V SD; (2) tes prestasi yang berorientasi luas, lazimnya berupa tes prestasi baku tentang bidang studi tertentu yang disusun oleh pakar bidang studi bekerja sama dengan pakar psikometri, misal tes Matematika untuk SMA. 222

Kline (1986) menyatakan, penentu kualitas tes prestasi terletak pada content atau isinya. Terkait form atau formatnya, yang penting format item yang dipilih sungguh-sungguh menjamin objektivitas dalam penskorannya. Di sisi lain juga sudah disinggung bahwa dibandingkan dengan bakat atau inteligensi yang merupakan konstruk teoretis, content domain atau ranah isi tes prestasi lazim dipandang sudah jelas yaitu tercakup dalam silabus mata pelajaran beserta buku teks atau buku ajar yang dipakai dalam aktivitas pembelajarannya. Yang lebih penting untuk dicermati adalah behavioral domain-nya, dalam arti pada bentuk-bentuk tingkah laku atau pada tingkat- tingkat proses berpikir mana penguasaan atas berbagai komponen content atau materi pelajaran tersebut akan diukur. Dalam praksis penyusunan tes prestasi atau hasil belajar berbagai mata pelajaran di sekolah, agar mampu mengidentifikasikan content domain dan behavioral domain sebagai indikator penguasaan berbagai kompetensi atau kemampuan yang diajarkan dalam berbagai mata pelajaran di sekolah orang lazim menggunakan taxonomy of instructional objectives atau taksonomi tujuan pengajaran sebagai dasar dalam menyusun tabel spesifikasinya. Pembahasan lebih lanjut akan berfokus pada penyusunan tes prestasi mata pelajaran dalam konteks pendidikan sekolah dan secara lebih spesifik lagi kita hanya akan berfokus pada tes prestasi mata pelajaran buatan guru. 1. Mendefinisikan Tes Tes prestasi dalam lingkungan pendidikan sekolah hampir selalu dimaknai sebagai pengukuran hasil kegiatan pembelajaran dalam suatu mata pelajaran tertentu dan yang disusun sendiri oleh guru pengampu mata pelajaran yang bersangkutan. Ini pulalah yang akan menjadi fokus pembahasan kita di bagian ini. Dengan kata lain dan secara khusus dalam konteks pembahasan kita sekarang, tes prestasi di sekolah selalu didefinisikan oleh mata pelajaran tertentu yang diselenggarakan dalam satuan waktu tertentu, pada tingkat kelas tertentu, pada jenjang pendidikan tertentu, seperti misalnya tes 223

prestasi Matematika semester gasal kelas V Sekolah Dasar. Bahkan masih ada satu pembatas penting lain, yaitu yang disusun sendiri oleh guru (teacher made achievement test). Salah satu kelaziman lain dalam penyusunan tes prestasi mata pelajaran yang disusun sendiri oleh guru adalah pemanfaatan taksonomi tujuan pengajaran tertentu dalam menyusun tabel spesifikasi tes. Sebagaimana sudah kita bahas di Bab 5 ada beberapa versi taksonomi tujuan pengajaran untuk tiga ranah kemampuan, yaitu ranah kognitif atau pengetahuan dan ketrampilan berpikir, ranah afektif atau pembentukan sikap, dan ranah psikomotor atau pembentukan aneka ketrampilan motorik yang bersifat spesifik. Kesamaan yang mempersatukan semua jenis taksonomi tujuan pengajaran adalah bahwa masing-masing taksonomi sekaligus mendefinisikan “both the specific content on which items should focus and the nature of the tasks the examinees should be able to perform” (Crocker & Algina, 2008; h. 68). Artinya, setiap taksonomi tujuan pengajaran atau pembelajaran senantiasa mendefinisikan dengan jelas baik content atau materi berupa pengetahuan yang harus dikuasai maupun jenis tugas dalam arti taraf proses berpikir yang dituntut untuk menyatakan penguasaan atas materi yang dimaksud. Dalam bahasa para penyusun taksonomi, taksonomi tujuan pengajaran senantiasa mencakup aspek kata benda yang mengacu pada materi dan aspek kata kerja yang mengacu pada tingkat proses berpikir yang perlu dilibatkan dalam mengolah materi yang bersangkutan sebagai wujud kompetensi tertentu yang diperoleh sebagai hasil kegiatan pembelajaran. Sumber penting dalam mendefinisikan tes dalam arti menentukan ranah isi dan perilakunya untuk kategori tes hasil belajar adalah silabus mata pelajaran dan buku teks atau buku ajar yang menyertainya. Silabus dan buku teks atau buku ajar semacam itu akan memberikan informasi minimal tentang hal-hal sebagai berikut: (a) nama mata pelajaran, (b) semester, (c) tingkat kelas pada jenjang pendidikan sekolah tertentu, dan (d) jenis-jenis kompetensi 224

terkait dengan content atau materi tertentu yang dijadikan tujuan pembelajaran. Rumusan kompetensi lazimnya mencakup content domain atau ranah materi mata pelajaran dan behavioral domain atau ranah perilaku sebagai bentuk perwujudan kompetensi atas materi tertentu. Ranah materi pelajaran lazim bisa diidentifikasikan dengan mengikuti pembagian komponen-komponen materi dalam silabus dan buku teks atau buku ajar. Ranah perilaku terkait masing-masing materi lazim bisa diidentifikasikan dengan mengikuti salah satu atau gabungan beberapa taksonomi tujuan pengajaran. Kedua kategori ranah tersebut selanjutnya dipakai sebagai dasar dalam menyusun tabel spesifikasi. Tabel spesifikasi sendiri pada dasarnya merupakan sebuah matriks dua dimensi (Crocker & Algina, 2008). Dimensi pertama lazim memuat ranah materi dan ditempatkan pada sisi horisontal, sedangkan dimensi kedua lazim memuat ranah perilaku dan ditempatkan pada sisi vertikal. Interseksi atau perpotongan antara kedua dimensi tersebut akan membentuk sel-sel untuk mengidentifikasikan atau menentukan jumlah item. Jumlah item dalam masing-masing sel mencerminkan bobot yang diberikan oleh penyusun tes terhadap materi dan bentuk tingkah laku yang diharapkan mencerminkan tingkat penguasaan tertentu atas materi yang bersangkutan. Prinsip umum yang berlaku, pemberian bobot yang makin tinggi terhadap materi tertentu pada tingkat proses berpikir tertentu perlu dinyatakan dalam persentase jumlah item yang makin tinggi pula. Sebaliknya, pemberian bobot yang makin rendah atau kurang terhadap materi tertentu pada tingkat proses berpikir tertentu perlu dinyatakan dalam persentase jumlah item yang makin kurang pula, bahkan nol. Sebagaimana tersirat, bobot-bobot tersebut perlu dinyatakan dalam persentase. Jumlah keseluruhan bobot-bobot ini harus sama dengan 100%. Contoh tabel spesifikasi Tes Hasil Belajar Mata kuliah Psikologi Kepribadian 1 bagi mahasiswa Program S1 Psikologi disajikan pada Tabel 10.1. 225
















Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook