JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 37, NO. 2, DESEMBER 2010: 176 – 188 Konstruksi dan Identifikasi Properti Psikometris Instrumen Pengukuran Kebahagiaan Berbasis Pendekatan Indigenous Psychology: Studi Multitrait‐Multimethod Wahyu Jati Anggoro 1 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Wahyu Widhiarso 2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Abstract The aim of this study was to develop a scale of happiness based on indigenous psychology approach and identify it’s psychometric properties. The research was divided into three step of scenario: 1. happiness construct exploration based on indigenous psychology approach; 2. Develop the construct into a scale of happiness (Likert model); and 3. Identify it’s psychometric properties (reliability and validity). The psychometric properties analyses consist of internal consistency reliability (alpha‐Cronbach) and construct validity (convergent‐ discriminant). Multitrait‐multimethod matrix was used on the analysis in order to identify the convergent‐discriminant validity (including three comparative scales: Self‐Esteem Scale Rosenberg, Self‐Esteem Inventory Coopersmith, and PGC Morale Scale). The exploration result shows a unique indicators of happiness in the East native culture (N=604). The psychometric properties analysis show the alpha reliability α=0.895 and the validity was psychometrically accepted (N=111). The conclusion of this study: happiness is a unique construct that consist of strong contextual aspects and the measurement of a native happiness should used a scale of happiness that based on indigenous psychology approach. Further result will be discussed. Keywords: indigenous psychology approach, happiness scale, convergent‐discriminant validity, multirait‐multimethod matrix Kebahagiaan1 merupakan2 salah satu kebahagiaan. Salah satunya adalah konsep konstrak ukur dalam bidang psikologi. subjective well‐being (SWB) yang kemudian Berkembangnya bidang kajian positive banyak dipakai dikajian‐kajian kebahagia‐ psychology di era milenium baru, mendo‐ an individu (Diener 2008). Beberapa pene‐ rong munculnya berbagai macam publikasi liti psikologi cenderung menyamakan penelitian psikologi yang bertemakan istilah happiness (kebahagiaan dalam bahasa Inggris) dengan subjective well‐being 1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilaku‐ (Uchida, dkk., 2004; Lyubomirsky dkk., kan dengan menghubungi: wahyujatianggoro@ 2005; Boven, 2005; Pavot, 2008). Namun ada gmail.com juga yang berpendapat bahwa SWB meru‐ 2 Atau dengan menghubungi: [email protected] 176
KONSTRUKSI DAN IDENTIFIKASI PROPERTI PSIKOMETRIS pakan konsep lebih luas dan menyeluruh Namun berbagai penelitian mutakhir yang meliputi kebahagiaan itu sendiri. menyebutkan bahwa tidak semua teori‐ Pada penelitian ini istilah subjective well‐ teori psikologi relevan disuatu daerah. being dipahami memiliki kesamaan makna Beberapa penelitian menyebutkan bahwa dengan kebahagiaan. teori‐teori psikologi sebenarnya berkaitan dengan batasan budaya (culture‐bound), Pengertian kebahagiaan bukanlah sese‐ nilai‐nilai daerah (value‐laden) dan dengan derhana keterbalikan dari rasa sakit, kese‐ validitas yang terbatas (Enriquez, 1993; dihan, atau ketidaknyamanan (Caiccopo Kim & Berry, 1993; Koch & Leary, 1985; dkk., 1999). Seligman (2002), salah seorang Shweder, 1991, dalam Kim et al, 2006). pendiri aliran positive psychology, mendefi‐ Batasan‐batasan kontekstual inilah yang nisikan kebahagiaan sebagai muatan emosi membuat relevansi suatu teori psikologi dan aktivitas positif. Veenhoven (1995) tidak selalu kuat apabila diterapkan mendefinisikan kebahagiaan sebagai dera‐ didaerah atau konsteks budaya lain. jat sebutan terhadap kualitas hidup yang menyenangkan dari seseorang. Veenhoven Kim (2006) menyebutkan bahwa telah menambahkan bahwa kebahagiaan bisa banyak muncul kritikan dari para peneliti disebut sebagai kepuasan hidup (life psikologi (mayoritas dari Asia Timur) yang satisfaction). Definisi lain mengenai kebaha‐ belajar di Barat (Amerika Utara‐Eropa). giaan diungkapkan oleh Oishi dan Koo Ketika mereka kembali ke negara asalnya (2008), kebahagian adalah konstrak laten dan berusaha mengembangkan psikologi di yang secara umum diindikasikan terbaik negaranya, mereka menjumpai banyak melalui tingkat kepuasan hidup. Kebaha‐ sekali kesulitan dan mulai memperta‐ giaan juga didefinisikan sebagai keung‐ nyakan kembali validitas, universalitas, gulan afek positif pada afek negatif dan dan aplikabilitas dari teori‐teori psikologi. sebagai kepuasan hidup yang menyeluruh Para peneliti ini berkesimpulan bahwa (Argyle, Martin & Crossland, 1989). Diener setiap budaya harus dipahami dari bingkai (2000) mendefinisikan subjective well‐being acuannya sendiri, termasuk konteks eko‐ (SWB) adalah keseluruhan penilaian kogni‐ logi, sejarah, filosofi, dan agama yang ada tif mengenai kualitas kehidupan seseorang. (Kim et al, 2006). Kebahagiaan merupakan bahasan yang Indigenous psychology menawarkan sangat penting dan populer dibidang sebuah pendekatan baru dalam konteks psikologi dalam milenium baru ini (Pavot, konstruksi instrumen dan pengukuran 2008) sejalan dengan berkembangnya atribut‐atribut psikologi. Kim dan Berry bidang kajian positive psychology (Seligman, (1993) mendefinisikan indigenous psychology 2002). Telah banyak dikembangkan instru‐ sebagai kajian ilmiah mengenai perilaku men‐instrumen pengukuran psikologi yang dan mental manusia yang bersifat pribumi, mengukur konstrak kebahagiaan, seperti tidak dibawa dari daerah lain, dan didesain Oxford Happiness Inventory, Life Satisfaction untuk masyarakatnya sendiri. Pendekatan Scale, PGC Morale Scale, dan sebagainya. ini mendukung pembahasan mengenai Setiap alat ukur tersebut tentunya memiliki pengetahuan, keahlian, dan kepercayaan standar reliabilitas, validitas, dan objekti‐ yang dimiliki seseorang serta mengkajinya vitasnya masing‐masing. Umumnya instru‐ dalam bingkai konteksual yang ada. Teori, men pengukuran kebahagiaan yang telah konsep, dan metodenya dikembangkan ada dikembangkan berbasis pada pende‐ secara indigenous disesuaikan dengan katan general psychology. fenomena psikologi yang kontekstual. JURNAL PSIKOLOGI 177
ANGGORO & WIDHIARSO Tujuan utama dari pendekatan ini adalah ini adalah dengan melihat kelekatan diri untuk menciptakan ilmu pengetahuan atau individu dalam hubungan sosial. yang lebih teliti, sistematis, universal yang secara teoritis maupun empiris dapat Instrumen pengukuran berbasis pende‐ dibuktikan (Kim et al, 2006). katan indigenous psychology yang akan dikonstruksi pada penelitian ini adalah Budaya memiliki sumbangan tersen‐ skala kebahagiaan. Identifikasi properti diri terhadap pembentukan konsep psiko‐ psikometris meliputi: Estimasi Reliabilitas logis individu, seperti halnya konsep yang digunakan adalah reliabilitas konsis‐ kebahagiaan. Kim dan Park (2006) menye‐ tensi internal dengan teknik alpha‐cronbach; butkan bahwa budaya memiliki peranan dan Validasi skala menggunakan uji vali‐ yang sangat sentral dalam mempersepsi ditas konstrak (konvergen dan diskrimi‐ fenomena sosial. Budaya mempunyai peran nan), yakni memakai teknik matriks dasar seperti halnya fisiologi terkait dengan multitrait‐multimethod (MTMM). Analisis persepsi individu terhadap realitas. Budaya MTMM barangkali merupakan pengem‐ memuat simbol bahasa yang digunakan bangan metodologi yang paling penting untuk berkomunikasi dan memaknai suatu seputar analisis validitas konvergen dan realitas sosial, sedangkan fisiologi me‐ diskriminan pada pengukuran psikologi nyumbang panca indra sebagai alat untuk (Eid et al, 2008) yang diperkenalkan oleh mempersepsi realitas sosial tersebut. Oleh Campbel dan Fiske pada tahun 1959. karena itu, dapat dipahami apabila suatu Hingga saat ini analisis MTMM telah ter‐ nilai kebahagiaan individu pasti dipenga‐ bukti menjadi alat yang paling kuat untuk ruhi oleh konteks budaya yang berlaku. mendeteksi trait, metode, dan komponen error dalam pengukuran (Courvoisier, Uchida, dkk. (2004) dalam penelitian‐ dkk., 2008). nya mengenai konstruksi kultural keba‐ hagiaan, menemukan bahwa terdapat Hingga saat ini belum ada instrumen perbedaan makna kebahagiaan dikonteks pengukuran kebahagiaan berbasis pende‐ budaya Barat (individualistik) dan Timur katan indigenous psychology di Indonesia. (kolektivistik). Secara spesifik dikonteks Atas dasar argumentasi di atas, instrumen budaya Barat/Amerika Utara, kebahagian pengukuran psikologi berbasis pendekatan memiliki kecenderungan definisi terkait indigenous psychology perlu dikembangkan. dengan pencapaian prestasi pribadi Melalui pendekatan indigenous psychology (personal achievement). Pada konteks budaya diharapkan dapat menciptakan instrumen ini individu bertindak karena termotivasi pengukuran psikologi dengan dimensi atau untuk memaksimalkan pengalaman afek aspek‐aspek yang lebih kontekstual sehing‐ positif. Self‐esteem merupakan prediksi ter‐ ga dapat memotret suatu fenomena sosial baik bagi kebahagiaan. Hal ini berkebalikan berdasar pada bingkai‐bingkai kontekstual‐ dengan konteks budaya Asia Timur, dima‐ nya. na kebahagiaan memiliki kecenderungan definisi terkait dengan pencapaian hubung‐ Metode an interpersonal. Pada konteks budaya ini individu bertindak karena termotivasi Desain untuk mempertahankan keseimbangan antara afek positif dan negatif. Cara terbaik Penelitian ini terdiri dari tiga skenario, untuk memprediksi kebahagian dikonteks yaitu skenario: 1) eksplorasi konstrak psikologi kebahagiaan berbasis pendekatan 178 JURNAL PSIKOLOGI
KONSTRUKSI DAN IDENTIFIKASI PROPERTI PSIKOMETRIS indigenous psychology, 2) konstruksi skala Jawaban‐jawaban kualitatif subjek psikologi kebahagiaan, dan 3) identifikasi kemudian dikategorisasi berdasarkan kata properti psikometris. Tujuan penelitian kunci, similaritas respon dan maknanya. dibagi menjadi tiga skenario adalah untuk Kategorisasi dilakukan sebanyak tiga memudahkan proses konstruksi skala psi‐ tahap. Sebanyak 604 subjek yang memenu‐ kologi sekaligus melaporkan hasil peneli‐ hi persyaratan administrasi guna katego‐ tian dalam bentuk yang lebih sistematis. risasi. Berdasarkan hasil kategorisasi I, Metode analisis yang digunakan pada jawaban yang dapat dikategorisasi seba‐ skenario pertama adalah kualitatif, sedang‐ nyak 556 dari total 604 subjek. Deskripsi kan pada skenario kedua dan ketiga kategorisasi II dapat dilihat pada tabel 1 menggunkan metode kuantitatif. berikut. Responden Tabel 1 Jumlah Kategorisasi data 218 Subjek penelitian yang digunakan 91 dalam penelitian adalah masyarakat lokal Kategorisasi 70 yang memiliki nilai‐nilai kebahagiaan yang Rasa/ikatan kekeluargaan 68 kontekstual dengan budaya Timur. Pada Prestasi akademis 43 penelitian ini sub‐kultur pada masing‐ Relasi dengan orang lain 15 masing subjek tidak dikaji lebih lanjut. Pencapaian/ keinginan 12 Batasan konteks budaya dalam penelitian Kebutuhan spiritual 39 ini hanya mengacu pada tataran konteks Hobi/leisure 556 budaya Timur (Asia) dan Barat (Eropa‐ Kesejahteraan Amerika). Subjek penelitian yang dilibat‐ Lain‐lain kan dalam skenario pertama adalah masyarakat lokal yang terdiri dari tiga latar Total belakang pendidikan, SMA, S1, dan S2 (N=604). Subjek penelitian yang dilibatkan Hasil kategorisasi final eksplorasi dalam skenario kedua (N=90) dan ketiga konstrak kebahagiaan menemukan ada (N=111) adalah mahasiswa S1 Fakultas empat aspek utama sebagai penyusun Psikologi UGM. kebahagiaan masyarakat lokal, antara lain: Hasil a. Ikatan atau rasa kekeluargaan Skenario Pertama Ikatan atau rasa kekeluargaan tercer‐ min dari adanya dukungan materi dan non Skenario pertama adalah eksplorasi materi dari keluarga ketika menjalankan konstrak psikologi kebahagiaan berbasis aktivitas. Rasa kekeluargaan ini juga pendekatan indigenous psychology. Metode dikuatkan melalui adanya keharmonisan pengambilan data eksplorasi berupa meto‐ keluarga maupun saat‐saat berkumpulnya de survei menggunakan instrumen open‐ keluarga besar. ended questionaire dengan tema kebahagiaan yang didesain oleh Kim (2006). Aitem yang b. Prestasi atau pencapaian pribadi digunakan berbentuk pertanyaan terbuka, berbunyi: “Peristiwa yang paling membuatmu Prestasi merupakan pencapaian priba‐ bahagia?” di yang mencakup prestasi individu dibi‐ dang akademis dan non‐akademis. Penca‐ paian pribadi juga mencakup terpenuhinya atau sedang dalam proses memenuhi keinginan pribadi secara umum. Seperti JURNAL PSIKOLOGI 179
ANGGORO & WIDHIARSO cita‐cita, kesejahteraan atau kepuasaan 1) Ikatan atau rasa kekeluargaan terhadap kehidupan saat ini. 2) Prestasi atau pencapaian pribadi 3) Relasi sosial c. Relasi sosial 4) Kebutuhan spiritual Relasi sosial mengacu pada hubungan c. Penskalaan dan penulisan aitem antara individu dengan orang lain dilingkungan sosialnya. Relasi sosial yang Bentuk penskalaan yang digunakan baik juga ditandai dengan individu yang adalah model Likert atau summated ratings, mampu beradaptasi dilingkungan sosial, dengan lima pilihan jawaban (Sangat mampu menjalani aktivitas‐aktivitas sosial Sesuai, Sesuai, Netral, Tidak Sesuai, Sangat kemasyarakatan, mudah bersosialisasi, Tidak Sesuai). Metode pembobotan skor memiliki teman dekat, rasa kebersamaan, dilakukan secara langsung dengan konti‐ dan mendapat dukungan tertentu dari num 1‐5. Langkah selanjutnya adalah relasi sosialnya. menyusun blue‐print skala psikologi. Jum‐ lah aitem yang ditargetkan dalam kons‐ d. Kebutuhan spiritual truksi skala sebanyak 40 aitem, dengan perincian masing‐masing aspek sepuluh Kebutuhan spiritual mengacu pada aitem. Berikut Tabel 2 adalah blue‐print proses memenuhi atau telah terpenuhinya skala psikologi yang akan dikonstruksi. target individu dalam hal spiritual. Target spiritual mencakup aktivitas‐aktivitas yang Tabel 2 mencerminkan keyakinan terhadap agama. Blueprint Skenario Kedua No. Aspek Jumlah Bobot aitem (%) Skenario kedua meliputi konstruksi 1 Rasa/Ikatan instrumen pengukuran psikologi, berupa Kekeluargaan 10 25 skala kebahagiaan, yang berbasis pende‐ katan indigenous psychology. Berikut adalah 2 Kebutuhan Spiritual 10 25 hasil dari masing‐masing prosedur kons‐ truksi skala psikologi: 3 Prestasi/Pencapaian 10 25 Pribadi a. Identifikasi konstrak kebahagiaan 4 Relasi Sosial 10 25 Konstrak kebahagiaan yang digunakan adalah hasil temuan dari eksplorasi kons‐ Total 40 100 trak kebahagiaan pada skenario pertama. Pada penelitian ini, kebahagiaan didefini‐ Prosedur selanjutnya adalah penulisan sikan sebagai proses pemenuhan rasa/ aitem skala psikologi. Penulisan aitem ikatan keluarga, prestasi atau pencapaian mengacu pada aspek‐aspek dan operasio‐ pribadi, relasi sosial yang baik, serta nalisasi indikator perilaku hasil temuan tercukupinya kebutuhan spiritual individu eksplorasi pada skenario pertama. Aitem‐ yang didasarkan pada afek positif. aitem tersebut disusun sejumlah 60 butir, untuk mengantisipasi adanya over estimasi b. Operasionalisasi indikator perilaku dan aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah. Aspek‐aspek dan acuan operasionali‐ sasi indikator perilaku didasarkan pada d. Ujicoba skala temuan eksplorasi konstrak kebahagiaan dalam skenario pertama, antara lain: Hasil uji reliabilitas alpha‐cronbach pada skala ujicoba (N=90) dengan aitem berjum‐ 180 JURNAL PSIKOLOGI
KONSTRUKSI DAN IDENTIFIKASI PROPERTI PSIKOMETRIS lah 60 adalah α=0.923. Reliabilitas alat ukur berarti semakin tinggi skornya maka alat setelah disesuaikan dengan blueprint (40 ukur semakin reliabel. De Vaus (2004) aitem) menunjukkan skor α=0.931. Koefi‐ menyatakan suatu koefisien reliabilitas sien reliabilitas yang ditemukan dalam telah dianggap memuaskan apabila menca‐ proses ujicoba menandakan bahwa alat pai 0.70. Estimasi reliabilitas menghasilkan ukur yang dikonstruksi sudah dianggap skor alpha yang tinggi, α=0.90 (N=111). reliabel dan dapat dipercaya hasil pengu‐ Koefisien ini menandakan bahwa alat ukur kurannya. yang dikonstruksi memiliki reliabilitas yang memuaskan dan dapat dipercaya Skenario Ketiga hasil pengukurannya. Skenario ketiga adalah identifikasi pro‐ Uji Validitas perti psikometris skala kebahagiaan yang telah dikonstruksi. Identifikasi properti Uji validitas yang digunakan dalam psikometris meliputi uji reliabilitas konsis‐ penelitian adalah uji validitas konstrak, tensi internal dan uji validitas konstrak konvergen‐diskriminan. Matriks multitrait‐ (konvergen‐diskriminan). Subjek penelitian multimethod (MTMM) digunakan sebagai pada skenario ketiga sebanyak 111 maha‐ tools untuk menentukan sejauhmana validi‐ siswa S1 Fakultas Psikologi UGM, pengam‐ tas konvergen‐diskriminan pada alat ukur bilan data dilakukan secara purposive. yang diuji. Derajat validitas konvergen‐ diskriminan diidentifikasi dengan cara Alat ukur komparatif yang disertakan menkorelasikan masing‐masing hasil peng‐ pada pengujian validitas konvergen‐diskri‐ ukuran dari alat ukur tersebut yang kemu‐ minan melalui matriks MTMM antara lain: dian ditampilkan dalam matriks MTMM. Jenis korelasi yang digunakan adalah a. Skala Kebahagiaan Indigenous Indonesia korelasi sederhana Product‐moment Pearson. Trait: Kebahagiaan, Method: Likert lima Suryabarta (1998) menyatakan bahwa inter‐ pilihan jawaban. korelasi antara hasil pengukuran tersebut meliputi: sifat sama diukur dengan alat b. Subjective Well‐Being PGC Morale Scale yang sama (monotrait‐monomethod); sifat Trait: Kebahagiaan, Metode: Likert sama diukur dengan alat berbeda (mono‐ pilihan jawaban ya‐tidak trait‐heteromethod); sifat berbeda diukur dengan alat yang sama (heterotrait‐mono‐ c. Self‐esteem Scale Rosenberg method); dan sifat berbeda diukur dengan Trait: Self‐esteem, Metode: Likert lima alat berbeda (heterotrait‐heteromethod), lihat pilihan jawaban Tabel 3. d. Self‐esteem Inventory Coopersmith Berdasarkan matriks MTMM diatas Trait: Self‐esteem, Metode: Likert pilih‐ dapat disimpulkan bahwa semua alat ukur an jawaban ya‐tidak yang diuji memiliki hasil koefisien inter‐ korelasi yang sudah dianggap memuaskan, Estimasi Reliabilitas yaitu diatas 0.30 (Azwar, 2008). Semua korelasi signifikan pada taraf signifikansi Pendekatan estimasi reliabilitas yang 0,01. Identifikasi adanya validitas konver‐ digunakan dalam penelitian ini adalah gen‐diskriminan dilakukan dengan cara reliabilitas konsistensi internal dengan mengkomparasikan besarnya koefisien formulasi alpha‐cronbach. Reliabilitas konsis‐ korelasi antar alat ukur. Koefisien korelasi tensi internal dapat digunakan ketika alat ukur hanya disajikan sebanyak satu kali pada subjek penelitian. Koefisien reliabi‐ litas bergerak dari skor 0.00 – 1.00, yang JURNAL PSIKOLOGI 181
ANGGORO & WIDHIARSO Tabel 3 Matriks multitrait‐multimethod Lima Jawaban Ya‐Tidak Lima Jawaban Skala Kebahagiaan Indigenous SKI SeSR PGC SeIC Self‐esteem Scale Rosenberg 0.895 0.510 0.799 Ya‐Tidak PGC Morale Scale 0.435 0.692 0.824 Self‐esteem Inventory Coopersmith 0.461 0.737 0.763 0.838 Keterangan: Angka yang dicetak miring merupakan korelasi monotrait‐monomethod, yang diwakili oleh skor reliabilias alpha. Angka yang dicetak normal adalah korelasi heterotrait‐monomethod. Angka yang dicetak tebal adalah korelasi monotrait‐heteromethod. Angka yang bergaris bawah adalah korelasi heterotrait‐heteromethod. yang tinggi ditemukan pada korelasi antara Diskusi Self‐Esteem Scale Rosenberg dengan Self‐ Esteem Inventory Coopersmith (r=0.74). Hal Penelitian ini bertujuan untuk ini menunjukkan adanya validitas konver‐ mengembangkan instrumen pengukuran gen pada kedua alat ukur tersebut. kebahagiaan individu berbasis pendekatan indigenous psychology yang diharapkan Sedangkan koefisien korelasi yang dapat mengidentifikasi dinamika kebaha‐ cenderung setara ditemukan pada korelasi giaan individu yang kontekstual dengan antara Skala Kebahagiaan yang dikons‐ masyarakat Indonesia. Penelitian ini meng‐ truksi dengan Self‐Esteem Scale Rosenberg (r gabungkan analisis data kualitatif dan =0.51) dan Self‐Esteem Inventory Coopersmith kuantitatif yang secara sistematis dibagi (r=0.46). Hasil cenderung setara juga dite‐ menjadi tiga skenario penelitian, yaitu mukan pada korelasi antara PGC Morale skenario: 1) eksplorasi konstrak psikologi Scale dengan Self‐Esteem Scale Rosenberg (r = kebahagiaan berbasis pendekatan indige‐ 0.69) dan Self‐Esteem Inventory Coopersmith nous psychology, 2) konstruksi skala psiko‐ (r=0.76). logi kebahagiaan, dan 3) identifikasi pro‐ perti psikometris skala psikologi yang telah Koefisien korelasi yang cenderung disusun. Eksplorasi konstrak kebahagiaan rendah ditemukan pada korelasi antara merupakan skenario yang terpenting, Skala Kebahagiaan yang dikonstruksi karena dari eksplorasi inilah akan ditemu‐ dengan PGC Morale Scale (r=0.43). Apabila kan hasil orientasi kebahagiaan yang dibandingkan dengan koefisien korelasi melekat dimasyarakat lokal. monotrait lain (r=0.74), koefisien korelasi terbilang rendah dan cenderung mengarah Instrumen eksplorasi yang digunakan kesifat divergen. Hal ini justru berbeda pada skenario pertama adalah instrumen dengan asumsi validitas konvergen‐ survey dengan pertanyaan terbuka atau diskriminan, bahwa korelasi antara trait yang lebih dikenal dengan open‐ended yang sama akan cenderung memiliki questionaire. Open‐ended questionaire telah koefisien korelasi yang tinggi. banyak digunakan dalam berbagai pene‐ 182 JURNAL PSIKOLOGI
KONSTRUKSI DAN IDENTIFIKASI PROPERTI PSIKOMETRIS litian berbasis pendektatn indigenous validitas konvergen dan diskriminan pada psychology (Kim & Yamaguchi, 1995; Park, pengukuran psikologi (Eid et al, 2008). Kim & Tak, 2004; Kim & Park, 2005). Courvoisier, dkk. (2008) mengungkapkan bahwa hingga saat ini analisis MTMM telah Skenario pertama menemukan empat terbukti menjadi alat yang paling kuat aspek utama sebagai penyusun kebaha‐ untuk mendeteksi trait, metode, dan gaian di masyarakat lokal, yaitu: rasa komponen error dalam pengukuran. Oleh kekeluargaan, prestasi/pencapaian pribadi, sebab itu pendekatan MTMM dipandang relasi sosial, dan kebutuhan spiritual. Dari sebagai teknik yang paling kuat untuk keempat aspek ini kemudian dioperasio‐ menguji validitas alat ukur psikologi. nalisasikan menjadi indikator perilaku yang lebih konkret. Indikator‐indikator Hasil analisis MTMM menunjukkan perilaku ini kemudian dikembangkan adanya validitas konvergen dan diskrimi‐ menjadi aitem‐aitem pada skenario kedua, nan pada alat ukur yang dikomparasikan. konstruksi skala keabahagiaan. Validitas konvergen ditunjukkan dengan korelasi tinggi monotrait‐heteromethod antara Hasil ujicoba skala psikologi kebaha‐ Self‐Esteem Scale Rosenberg dengan Self‐ giaan yang dikonstruksi pada skenario Esteem Inventory Coopersmith (r=0.737). Koe‐ kedua, menunjukkan koefisien reliabilitas fisien korelasi ini terbilang tinggi apabila alpha yang sangat tinggi α=0.941 (N=90). De dibandingkan dengan koefisien korelasi Vaus (2002) mengungkapkan bahwa relia‐ alat ukur lain. Korelasi yang cenderung biltas alpha telah dianggap memuaskan bila menandakan sifat diskriminan ditunjukkan koefisiennya mencapai minimal 0.70. oleh korelasi heterotrait yang rendah antara Reliabilitas sendiri memiliki kata‐kata lain Skala Kebahagiaan yang dikonstruksi de‐ seperti keandalan, kemantapan, konsisten‐ ngan Self‐Esteem Scale Rosenberg (r=0.510) si, prediktabilitas, dan kejituan (Kerlinger, dan Self‐Esteem Inventory Coopersmith (r= 1995). Hasil ini menunjukkan bahwa skala 0.461). yang telah dikonstruksi cukup reliabel dan memiliki taraf kepercayan yang tinggi pada Koefisien korelasi antara Self‐Esteem hasil pengukurannya. Scale Rosenberg dengan Self‐Esteem Inventory Coopersmith (r=0.737) cenderung lebih tinggi Skenario ketiga adalah uji properti apabila dibandingkan dengan temuan pada psikometris, meliputi uji reliabilitas konsis‐ penelitian Demo (1985) yang menunjukkan tensi internal dan validitas konstrak (kon‐ koefisien sebesar 0.55 dan Byrne (1983) vergen‐diskriminan). Hasil uji reliabilitas yang menunjukkan koefisien antara 0.58 – alpha (N=111) menunjukkan skor yang 0.60 (Blascovich & Tomaka, 1991). Temuan tidak jauh berbeda dengan hasil ujicoba, α pada penelitian ini semakin menguatkan = 0.895. Hal ini menunjukkan bahwa skala asumsi validitas konvergen, dikarenakan yang telah dikonstruksi memiliki tingkat adanya kesamaan kawasan ukur self‐esteem reliabilitas yang memuaskan dan cende‐ pada alat ukur Self‐Esteem Scale Rosenberg rung stabil. dan Self‐Esteem Inventory Coopersmith. Validitas berarti mampu mengukur Temuan yang cukup unik adalah apa yang hendak diukur. Analisis validitas korelasi heterotrait, antara PGC Morale Scale konvergen‐diskriminan dilakukan meng‐ dengan Self‐Esteem Scale Rosenberg (r=0.692) gunakan teknik matriks multitrait‐multi‐ dan Self‐Esteem Inventory Coopersmith method (MTMM). Analisis MTMM barang‐ (r=0.763) yang menghasilkan skor korelasi kali merupakan pengembangan metodologi yang tinggi. Koefisien ini juga cenderung yang paling penting seputar analisis JURNAL PSIKOLOGI 183
ANGGORO & WIDHIARSO setara apabila dibandingkan dengan kore‐ Robinson, 1991) memiliki aspek antara lain lasi antara Self‐Esteem Scale Rosenberg agitasi (agitation), sikap kedewasaan (attitu‐ dengan Self‐Esteem Inventory Coopersmith (r de toward own aging), dan ketidakpusaan =0.737). Temuan ini bertolak belakang dari kesendirian (lonely dissatisfaction). Skala asumsi validitas diskriminan, bahwa kore‐ Kebahagiaan yang dikonstruksi memiliki lasi antara trait yang berbeda (heterotrait) aspek‐aspek yang diperoleh dari eksplorasi akan cenderung menghasilkan skor yang konstrak kebahagiaan dimasyarakat lokal rendah. Indonesia. Aspek‐aspek tersebut antara lain: rasa/ikatan keluarga, prestasi atau Uchida (2004) mengungkapkan bahwa pencapaian pribadi, relasi sosial yang baik, self‐esteem merupakan prediksi terbaik bagi serta kebutuhan spiritual individu. kebahagiaan dikonteks budaya Barat. Pernyataan ini juga dikuatkan oleh temuan Perbedaan varians aitem‐aitem pada Diener dan Diener (1995) bahwa selain self‐ Skala Kebahagiaan yang dikonstruksi esteem, individualisme juga merupakan dengan PGC Morale Scale sebenarnya dika‐ prediktor yang paling kuat untuk mempre‐ renakan perbedaan aspek‐aspek sebagai diksi kebahagiaan. Uchida (2004) kemudian operasionalisasi definisi atau batasan menyimpulkan bahwa kebahagiaan dikon‐ konstrak kebahagiaan yang diadopsi oleh teks Barat lebih mengacu pada personal masing‐masing alat ukur. Perbedaan aspek achievement yang terkait erat dengan tingkat akan tentunya berpengaruh pada penulisan self‐esteem individu. Hasil koefisien yang aitem‐aitem skala psikologi. Oleh karena tinggi pada korelasi skala self‐esteem de‐ itu, dapat disimpulkan bahwa rendahnya ngan PGC Morale Scale menguatkan asumsi korelasi antara Skala Kebahagiaan yang bahwa self‐esteem adalah prediktor kebaha‐ dikonstruksi dengan PGC Morale Scale (r= giaan (Uchida, 2004; Diener & Diener, 0.435) dikarenakan adanya perbedaan 1995). kawasan ukur konstrak kebahagiaan pada masing‐masing skala. Temuan unik berikutnya adalah hasil korelasi monotrait‐heteromethod yang rendah Berdasarkan analisis dan pembahasan antara Skala Kebahagiaan yang dikons‐ hasil penelitian, maka dapat diperoleh truksi dengan PGC Morale Scale (r=0.435). kesimpulan penelitian sebagai berikut: Koefisien ini paling rendah apabila diban‐ dingkan dengan skor interkorelasi lain. 1. Skala kebahagiaan yang dikonstruksi Temuan ini bertolak belakang dari asumsi berbasis pada pendekatan indigenous validitas konvergen, bahwa korelasi antara psychology dalam penelitian memiliki trait yang sama (monotrait) akan cenderung derajat reliabilitas konsistensi internal menghasilkan skor yang yang tinggi walau‐ dan validitas konstrak yang dapat pun diukur menggunakan metode yang diterima secara psikometris. berbeda (heteromethod). 2. Koefisien reliabilitas konsistensi internal Skor korelasi yang rendah pada yang tinggi pada skala kebahagiaan korelasi antara Skala Kebahagiaan yang yang dikonstruksi (α=0.895), menunjuk‐ dikonstruksi dengan PGC Morale Scale kan bahwa skala tersebut memiliki dikarenakan kedua skala ini mengukur reliabilitas yang memuaskan, cende‐ konstrak kebahagiaan dengan operasiona‐ rung stabil, dan memiliki tingkat keper‐ lisasi aspek yang berbeda. PGC Morale Scale cayaan tinggi pada hasil pengukuran‐ dikembangkan oleh Lawton untuk meng‐ nya. ukur subjective well‐being (Andrews & 184 JURNAL PSIKOLOGI
KONSTRUKSI DAN IDENTIFIKASI PROPERTI PSIKOMETRIS 3. Koefisien korelasi heterotrait antara skala Azwar, S. (2008c). Reliabilitas dan Validitas. dengan trait kebahagiaan (Skala Keba‐ Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hagiaan yang dikonstruksi dan PGC Morale Scale) dengan trait self‐esteem Azwar, S.(2008d). Sikap Manusia Teori dan (Self‐Esteem Scale Rosenberg, dan Self‐ Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Esteem Inventory Coopersmith) cenderung Pelajar memiliki koefisien korelasi yang konstan. Azwar, S. (2009). Metode Penelitian. Yogya‐ karta: Pustaka Pelajar. 4. Koefisien korelasi yang yang cenderung rendah pada korelasi monotrait‐hetero‐ Bandura, A. (1997). Self‐efficacy: The exercise method antara Skala Kebahagiaan yang of control. New York: Freeman dikonstruksi dengan PGC Morale Scale (r=0.43). Hal ini dikarenakan kedua Blascovich, J. & Tomaka, J. (1991). Measures skala mengukur konstrak kebahagiaan of Self‐esteem. Dalam Robinson J., dengan operasionalisasi aspek yang Shaver P. & Wrightsman L. Measures of berbeda sehingga terdapat adanya per‐ Personality and Social Psychological bedaan kawasan ukur konstrak kebaha‐ Attitudes. New York: Academic Press. giaan pada masing‐masing skala. Boven, V. L. (2005). Experientialism, Mate‐ 5. Kebahagiaan merupakan konstrak psi‐ rialism, and the Pursuit of Happiness. kologis yang memuat unsur kontekstual APA Review of General Psychology, Vol. yang kuat, sehingga pengukuran keba‐ 9, No. 2, 132–142. Washington: Educa‐ hagiaan pada sampel orang Indonesia tional Publishing Foundation. diharapkan menggunakan pengukuran yang berbasis pendekatan indigenous Cacioppo, J. T., Gardner, W. L., & Berntson, psychology. G. G. (1999). The affect system has parallel and integrative processing Kepustakaan components: Form follows function. Journal of Personality and Social Psycho‐ Aiken, L. (1997). Psychological and Educa‐ logy, 76, 839–855. tional Testing. California: Allyn & Bacon. Carmines, E. & Zeller, R. (1979). Reliability and Validity Assessment. Thousand Allen, M. & Yen, W, (1979). Intoduction to Oaks: Sage Publications. Measurement Theory. Monterrey: Brooks. Chaplin, J. (2006). Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan Kartini Kartono). Jakarta: Andrews F. & Robinson P. (1991). Measures Rajawali Press. of Subjective Well‐Being. Dalam Robinson J., Shaver P. & Wrightsman Courvoisier, D., Eid, M., Nussbeck, F., L. Measures of Personality and Social Geiser, C., Cole, D. (2008). Analyzing Psychological Attitudes. New York: the Convergent and Discriminant Vali‐ Academic Press. dity of States and Traits: Development and Applications of Multimethod Azwar, S. (2008a). Dasar‐Dasar Psikometri. Latent State‐Trait Models. APA, Journal Yogyakarta: Pustaka Pelajar. of Psychologucal Assesment, Vol. 20, No. 3, 270‐280. Azwar, S. (2008b). Penyusunan Skala Psiko‐ logi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Crocker, L. & Algina, J. (1986). Introduction to Classical and Modern Test Theory. Orlando: Holt, Rinehart and Winston, Inc. JURNAL PSIKOLOGI 185
ANGGORO & WIDHIARSO De Vaus, D. (2002). Analyzing Social Science tupang). Yogyakarta: Gadjah Mada Data. London: Sage Publications. University Press Diener, E. (1984). Subjective well‐being. Kim, U. & Berry, J. W. (1993). Indigenous Psychological Bulletin, 95, 542–575. psychologies: Experience and research in cultural context. Newbury Park, CA: Diener, E., & Diener, M. (1995). Cross‐ Sage Publication. cultural correlates of life satisfaction and self‐esteem. Journal of Personality Kim U. (1995). Individualism and Collec‐ and Social Psychology, 68, 653–663. tivism: A psychological, culural, and ecological analysis. Copenhagen: NIAS Diener, E., Suh, E. M., Lucas, R. E., & Smith, publications. H. L. (1999). Subjective well‐being: Three decades of progress. Psychological Kim, U. & Yamaguchi, S. (1995). Concep‐ Bulletin, 125, 276–302. tual and empirical analysis of amae: Exploration intoJapanese psycho‐social Diener, E. (2000). Subjective well‐being: The space. Proceedings of the 43rd Annual science of happiness and a proposal for Conference of the Japanese Group Dyna‐ a national index. American Psychologist mics Association, pp. 158–159. Tokyo: 55, pp. 34–43. Japanese Group Dynamics Association. Eid, M., Nussbeck, F., Geiser, C., Cole, D., Kim, U. (2000). Indigenous, Cultural, and Gollwitzer, M. (2008). Structural Equa‐ Cross Cultural Psychology: A Theo‐ tion Modeling of Multitrait–Multi‐ retical, Conceptual, and Epsitimological method Data: Different Models for Analysis. Asian Journal of Social Different Types of Methods. Journal of Psychology 3: 265‐287. Psychological Methods, vol. 13, No. 3, 320‐253. Kim, U. & Park, Y. (2005). Indigenous Psychology analysis of academic Ekman, P. (2007). Membaca Emosi Orang achievement in Korea: The Influence of (terjemahan A.Q. Shaleh). Yogyakarta: self‐efficacy, parents, and culture. Think. International Journal of Psychology, 40 (000), 1‐6. Furr, R. & Bacharach, V. (2008). Psycho‐ metrics: An Introduction. Los Angeles: Kim, U., Yang, K., Hwang, K. (2006). Sage Publication. Contributions to Indigenous and Cultural Psychology: Understanding People in Hadi, S. (2002). Metodologi Research jilid 2. Context. Dalam Kim, U., Yang, K., Yogyakarta: Andi Offset. Hwang, K., (Eds). Indigenous and Cultural Psychology: Understanding Hadi, S. (2004). Metodologi Research jilid 3. People in Context. New York: Springer. Yogyakarta: Andi Offset. Larsen, R. J. & Eid, M. (2008). Ed Deiner and Hofstede, G. (1980). Culture’s consequences: the Science of Subjective Well‐being. international differences in work related Dalam Eid M. & Larsen R. J. (Eds). The values. Beverly Hills: Sage Publication. Science of Subjective Well‐Being. New York: Guilford Press. Hofstede, G. (1991). Culture and organiza‐ tions: the software of mind. New York: Lu, L., & Shih, J. B. (1997b). Sources of McGraw Hill Book. happiness: A qualitative approach. The Journal of Social Psychology, 137, 181– Kerlinger, F. (1995). Asas‐asas Penelitian 187. Behavioral (terjemahan Landung R. Sima‐ 186 JURNAL PSIKOLOGI
KONSTRUKSI DAN IDENTIFIKASI PROPERTI PSIKOMETRIS Lu, L., Gilmour, R., & Kao, S. (2001). Pavot, W. (2008). The Assesment of Subjective Cultural Values and Happiness: an well‐Being. Dalam Eid M. & Larsen R. J. East‐West Dialogue, The Journal of Social The Science of Subjective Well‐Being. New Psychology, 141 (4), 477‐493. York: Guilford Press. Lyubomirsky, S., Sheldon K., & Schkade D. Poerwandari, K. (1998). Pendekatan Kualitatif (2005). Pursuing Happiness: The dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lem‐ Architecture of Sustainable Change. baga Pengembangan Sarana Pengukur‐ APA Review of General Psychology, Vol. an dan Pendidikan Psikologi, Fakultas 9, No. 2, 111–131. Washington: Educa‐ Psikologi Universitas Indonesia. tional Publishing Foundation Ray, W. & Ravizza, R. (1985). Methods Lyubomirsky, S., Tkach, C., & Dimatteo, R. Toward a Science of Behavior and Expe‐ (2006). What are the Differences rience. California: Wadsworth Publish‐ between Happiness and Self‐esteem? ing co. Social Indicators Research (2006) 78: 363– 404, Springer 2005, DOI 10.1007/s11205‐ Riduwan & Sunarto. (2009). Pengantar 005‐0213‐y. Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Michalos, A. (1991). Global Report on Student Bandung: Alfabeta. Well‐Being, Volume 1–4. New York: Springer‐Verlag. Seligman, M. (2002). Authentic happiness: Using the new positive psychology to Mishra, R.C. (2006). Indian Perspectives In realize your potential for lasting fulfill‐ Cognition. Dalam Kim, U., Yang, K., ment. New York: Free Press. Hwang, K., (Eds). Indigenous and Cultural Psychology: Understanding Shultz, K. & Whitney, D. (2005). Measure‐ People in Context. New York: Springer. ment in Action: Case Studies and Exercises. Thousands Oak: Sage Publi‐ Netemeyer, R., Bearden, W., Sharma, S. cations. (2003). Scalling Procedures: Issues and Applications. Thousand Oaks: Sage Strauss, A. & Corbin, J. (2007). Dasar‐dasar Publications. Penelitian Kualitatif (terjemahan M. Soddiq & Imam Muttaqin). Yogyakarta: Oishi S. & Koo M. (2008). Two New Pustaka Pelajar. Questions about Happiness. Dalam Eid M. & Larsen R. J., (Eds). The Science of Spector, P. E. (1992). Summated Ratings Scale Subjective Well‐Being. New York: Construction. New Burry Park: Sage Guilford Press. Publications. Park, Y. S., & Kim, U., (2004). Adolescent Suryabrata, S. (1998). Pengembangan Alat culture and parent‐child relationship in Ukur Psikologis. Jakarta: Direktorat Korea: Indigenous psychological analysis Jenderal Pendidikan Tinggi, Depart‐ (in Korean). Seoul: Kyoyook Kwahaksa. emen Pendidikan dan Kebudayaan. Park, Y. S., Kim, U., & Tak. S. Y. (2004). Suharso & Retnoningsih, A. (2005). Kamus Indigenous psychological analysis of Besar Bahasa Indonesia. Semarang: delinquency among Korean adoles‐ Widya Karya. cents: Comparison of adolescents under probation and high school students. Triandis, H.C. (1980). Handbook of cross‐ Korean Journal of Psychological and Social cultural psychology. Boston: Allyn & Issues, Special Issue, 10, 107–145. Bacon. JURNAL PSIKOLOGI 187
ANGGORO & WIDHIARSO Triandis, H.C. (1988). Collectivism and Veenhoven, R. (1995). The cross‐national Individualism: A reconceptualization of a pattern of happiness: Test of predic‐ basic concept in cross‐cultural psychology. tions implied in three theories of Dalam Verma, G. & Bagley, C (eds). happiness. Social Indicators Research, 43, Personality, attitudes, and cognitions (pp. 33–86. 60‐95). London: McMillan. Widhiarso, W. (2009). Koefisien reliabilitas Tukiran, Handyani, T., Hagul, P. (1989). pada pengukuran kepribadian yang Mengkode Data. Dalam Singarimbun, M. bersifat multidimensi. Jurnal Psiko‐ & Effendi, S (Eds). Metode Penelitian buana, vol. 1. No. 1, 39‐48. Survai. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Yamaguchi, S. & Ariizumi, Y. (2006). Close dan Sosial. Interpersonal Relationships among Japanese: Amae as Distinguished from Uchida, Y., Norasakkunkit, V., Kitayama, Attachment and Dependence. Dalam Kim, S., (2004). Cultural Constructions of U., Yang, K., Hwang, K., (Eds). Indi‐ Happiness: Theory and Empirical genous and Cultural Psychology: Evidence. Journal of Happiness Studies, 5: Understanding People in Context. New 223‐239. Netherlands: Kluwer Acade‐ York: Springer. mic. Yang, K. S. (2000). Monocultural and cross‐ Urbina, S. (2004). Essentials of Psychological cultural indigenous approaches: The Testing. New Jersey: John Willey & royal road to the development of Sons. balanced global psychology. Asian Journal of Social Psychology, 3, 241–263. Veenhoven, R. (1991). ‘Is happiness relative?’ Social Indicators Research 24, pp. 1–34 188 JURNAL PSIKOLOGI
Search
Read the Text Version
- 1 - 13
Pages: