Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore BUMDes Berkemajuan Pemberdayaan Potensi Kearifan Lokal Berbasis Khas Perempuan

BUMDes Berkemajuan Pemberdayaan Potensi Kearifan Lokal Berbasis Khas Perempuan

Published by UMG Press | Universitas Muhammadiyah Gresik, 2022-06-27 13:53:11

Description: BUMDes Berkemajuan Pemberdayaan Potensi Kearifan Lokal Berbasis Khas Perempuan

Search

Read the Text Version

melampaui jumlah pengeluaran. BUMDes Podho Joyo membuat analisis keuangan bahwa unit usaha simpan pinjam lebih memberi banyak pemasukan daripada sisi perdagangan. Kemungkinan di tahun-tahun selanjutnya, BUMDes mempertimbangkan akan membuka unit usaha baru setelah perincian struktur biaya telah terhitung dan menemukan nilai selisih kas untuk selanjutnya dilakukan investasi kembali pada unit bisnis baru. Lembaga juga memperhitungkan pengeluaran atas dana sosial untuk membantu kepentingan masyarakat. 9. Aliran Pendapatan Jumlah aset dan pemasukan yang diterima BUMDes akan menunjukkan seberapa besar aliran pendapatan bagi lembaga. Modal awal diterima oleh BUMDes mengalami perputaran dana untuk dikembangkan dalam unit - unit bisnis yang mampu memberi keuntungan. Seluruh biaya pengeluaran diperhitungkan agar dapat menentukan seberapa besar keuntungan untuk pengembangan program investasi bisnis selanjutnya. BUMDes Podho Joyo memiliki beberapa unit usaha, di mana masing-masing unit usaha menghasilkan pendapatan. Manajemen usaha disebut layak jika aliran pendapatan berada pada posisi seimbang. Pemasukan terbesar sebagai aliran pendapatan tertinggi diperoleh BUMDes Podho Joyo dari unit usaha simpan pinjam. Jumlah nasabah terus meningkat dari tahun ke tahun dengan menyediakan jasa keuangan seperti: simpanan, pinjaman, dan deposito dengan segmen nasabah yang berbeda - beda. Aliran Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 41

pendapatan dari unit usaha perdagangan mengalami perputaran yang stabil dengan pemasukan dari hasil penjualan kebutuhan barang. Pendapatan sewa diperoleh dari pembayaran stan lahan pasar desa. Berikut pula pembayaran ongkos pengangkutan sampah rumah tangga. BUMDes juga mendapat penambahan pendapatan dari usaha jasa pembayaran dan penjualan pupuk kimia. Keseluruhan unit usaha sebagai pemasukan aliran pendapatan setidaknya telah mampu meningkatkan nilai total aset BUMDes Podho Joyo mencapai kurang lebih Rp 5 Milyar sampai tahun 2020 berjalan. Setelah menguraikan sembilan komponen model bisnis kanvas pada BUMDes, dan diikuti oleh penjelasan melalui ulasan terhadap praktik riil atas implementasi kondisi di lapangan BUMDes Podho Joyo, maka telaah berikutnya adalah bagaimana menemukan strategi jitu agar dapat mengembangkan bisnis BUMDes lebih pesat lagi atau menciptakan terobosan baru semacam pergerakan menuju perubahan bagi manajemen usaha lembaga, sehingga Ketika strategi pemasaran telah ditentukan, maka proses selanjutnya adalah bagaimana mengembangkan keunggulan bersaing dari sekian bisnis BUMDes yang telah berjalan. Berikut ini pada Gambar 9. adalah memetakan alur ringkasan model bisnis kanvas: 42 ~ BUMDes Berkemajuan

Mitra Aktivitas Proposisi Hubungan Segmen Nilai Pelanggan Pelanggan Kunci Kunci • Layanan • Pengelola • Keper- • Melayani • Akademi • Pelatihan personal setiap si • Pembi- cayaan • Masya- segmen • Kualitas masya- • Perangk naan rakat desa rakat di at Desa • Jaringan produk setempat dalam dan • Kerja • Mitra luar Desa • UKM Eksternal Sukorejo • Bank sama tanpa Mitra Saluran klasifikasi • Mitra • Komu- rentang eks- Sumber usia ternal daya nitas Desa Kunci • Potensi • Pegawai SDM desa • Media • Kearifan sosial lokal • Swadaya warga Struktur Biaya Aliran Pendapatan • Pengeluaran • Penjualan produk barang mitra UKM operasional • Pengelolaan aset lembaga • Penerimaan atas jasa • Beban biaya • Pengelolaan keuangan • Dana sosial • Beban gaji Gambar 10. Model Bisnis Kanvas BUMDes Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 43

BUMDes mampu memberi kemanfaatan bagi desa secara komprehensif. Identifikasi awal terobosan BUMDes adalah bagaimana lembaga mampu mengembangkan pemasaran atas produk yang ditawarkan, karena keberhasilan pemasaran akan meningkatkan pendapatan dan investasi lanjutan. Pemasaran produk BUMDes memerlukan pertimbangan terhadap analisis potensi pasar, yaitu menunjukkan bahwa produk - produk desa yang akan diluncurkan di pasaran sebelumnya telah melalui proses riset pasar untuk ditetapkan oleh lembaga sebagai produk unggulan desa. BUMDes Podho Joyo melakukan kegiatan pemasaran melalui beberapa program acara pertemuan dengan warga Desa Sukorejo atau pada event antar desa yang diadakan oleh Kecamatan Sidayu. Produk unggulan yang dimiliki oleh BUMDes Podho Joyo adalah bidang kuliner, yaitu mendasarkan pada jenis usaha rumahan penduduk Desa Sukorejo. Harga produk BUMDes adalah kompetitif dengan penilaian bahwa harga telah menyesuaikan standar harga secara umum bagi masyarakat desa.[] 44 ~ BUMDes Berkemajuan

BAB 4. KREATIF DAN INOVATIF KELOLA SAMPAH DESA A. Produktif dan Kompetitif Berbahan Sampah Ulasan tentang bagaimana memberdayakan potensi desa berbahan sampah, tepatnya bagi Desa Sukorejo adalah topik tertentu yang akan diuraikan secara khusus pada bab ini mengingat adanya situasi bahwa unit bisnis terkait sampah masih memiliki alternatif kemungkinan untuk dikembangkan sebagai peluang bisnis yang potensial. Di sisi lain, permasalahan pengelolaan sampah desa juga belum menemukan solusi akan dampak atas penumpukan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Pemerintah Desa Sukorejo bersama Direktur BUMDes Podho Joyo menyanggupi dan memfasilitasi atas tawaran kerja sama dengan tim akademisi perguruan tinggi dari Universitas Muhammadiyah Gresik untuk bermitra dalam penyelenggaraan kegiatan pelatihan kewirausahaan berbahan sampah. Adapun tujuan dilaksanakannya sosialisasi dan edukasi pengetahuan kewirausahaan berbahan sampah adalah memaksimalkan potensi Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 45

desa demi meningkatkan kesejahteraan penduduk desa dan juga mengatasi permasalahan risiko penumpukan sampah. Di masa pandemi, BUMDes Podho Joyo mengarahkan program pengembangan untuk kemajuan lembaga kepada penyelesaian atas isu lingkungan dan isu bisnis, sehingga usulan perencanaan unit bisnis dihubungkan dengan kedua isu tersebut dan berarti bahwa BUMDes secara kelembagaan akan menjalankan perannya secara simultan antara peran sebagai lembaga sosial dan lembaga ekonomi. Dukungan stakeholder BUMDes dalam mendayagunakan potensi dan menangkap peluang bisnis berbahan sampah sangat dibutuhkan, karena bisnis berbahan sampah dengan melibatkan masyarakat desa membutuhkan pembiasaan atau pembentukan perilaku atas sikap “sadar dan peduli sampah”. Sementara lain, situasi di masyarakat budaya pemilahan sampah dengan prinsip 3R (Reuse, Reduce, Recycle) belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, pelatihan kewirausahaan kepada tim pengelola bank sampah desa sangat membantu dalam mengedukasi pengetahuan atas pengelolaan sampah. Kegiatan sosialisasi keterampilan mengelola sampah desa sebagian besar diikuti oleh para perempuan desa, sebagaimana pengelola BUMDes Podho Joyo hampir keseluruhan adalah ibu rumah tangga yang memiliki profesi sampingan sebagai pengusaha di bidang ekonomi kreatif. Pengelolaan potensi desa berbahan sampah diawali dengan pola perilaku pemilahan sampah dari masyarakat desa, yaitu 46 ~ BUMDes Berkemajuan

memisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik. Temuan di lapangan pada penduduk Desa Sukorejo budaya pemilahan sampah desa belum sepenuhnya dilakukan oleh warga desa. Adapun kebiasaan bagi warga desa yang telah melakukan pemilahan sampah untuk bahan anorganik, maka tindak lanjut proses pengumpulan sampah adalah penjualan kepada pembeli sampah keliling untuk ditukar dengan sejumlah uang. Berlaku sama bagi perlakuan sampah pasar Desa Sukorejo selama ini juga hanya pengumpulan untuk pengangkutan tanpa pemilahan jenis sampah. Dengan demikian, peluang bisnis dari potensi desa berbahan sampah belum dapat memberi penghasilan secara optimal. Kewirausahaan adalah kunci mengelola sampah menjadi bernilai, yaitu mendayagunakan kreativitas dan inovasi menjadikan sampah sebagai produk unggulan sampah. Pelatihan kewirausahaan dan keterampilan berbahan sampah pada Desa Sukorejo diikuti oleh pengelola BUMDes Podho Joyo dan ibu - ibu dari tim lingkungan yang merupakan perwakilan desa sebagai penggerak bank sampah di wilayah desa. Peserta pelatihan akan dibekali pengetahuan serta keterampilan mengubah sampah menjadi output bermanfaat, sehingga peserta dapat memahami dan menyadari sampah dan mampu menangkap peluang bisnis dari sampah. Agar program bisnis berbahan sampah dapat terealisasi secara berkelanjutan, maka pengelola BUMDes selayaknya mampu menjadi panutan untuk menginisiasi bagaimana mendayagunakan sampah pasar desa di bawah pengawasan BUMDes. Praktik di lapangan membuktikan bahwa perubahan sedikit demi sedikit dalam membudayakan “sadar sampah” oleh penduduk Desa Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 47

Sukorejo mulai terjadi perubahan. Setidaknya prinsip 3R di lingkungan rumah tangga dijalankan oleh warga desa. Gambar 11. Bantuan Pemberian Tempah Sampah Desa BUMDes Podho Joyo Desa Sukorejo bekerja sama dengan dosen Universitas Muhammadiyah Gresik untuk mendukung pengembangan kewirausahaan berbahan sampah. Pendanaan mengelola sampah dibiayai oleh pemerintah melalui dana hibah DRPM. Tampak pada Gambar 10. menunjukkan penyerahan simbolis atas pemberian tempah sampah berbahan ban bekas kepada Direktur BUMDes Podho Joyo Desa, yaitu Yogik Sugianto, S.E ., M.M. Diharapkan melalui bantuan tempat sampah, masyarakat Desa Sukorejo memiliki kemauan untuk membudayakan pilah sampah rumah tangga. Bantuan pada desa dari anggaran hibah DRPM juga diberikan dalam bentuk 48 ~ BUMDes Berkemajuan

perlengkapan dan bahan untuk mengelola sampah anorganik, seperti tampak pada Gambar 11. yang menampilkan penyerahan simbolis mesin jahit kepada kepala Desa Sukorejo, Husnul Huda. Gambar 12. Bantuan Pemberian Mesin Jahit Sampah dibedakan menjadi sampai terurai oleh mikroorganisme (organik) dan sampah tidak terurai oleh mikroorganisme/ utuh (anorganik) dipisahkan pada wadah berbeda. Kreativitas dan inovasi masyarakat desa distimulasi melalui pelatihan keterampilan mengolah sampah organik menjadi kompos sebagai bahan pupuk nonkimia, serta pengemulsi (starter) kompos untuk mempercepat kesuburan tanah. Pemanfaatan terhadap potensi sampah bagi masyarakat desa difasilitasi oleh BUMDes Podho Joyo melalui pelatihan pengetahuan dengan diajarkan bagaimana mengubah sampah anorganik sebagai produk kerajinan yang bernilai seni, seperti vas bunga, botol celengan, Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 49

dompet dan seni kreatif lainnya. Pembinaan pengetahuan kewirausahaan dan keterampilan berbahan sampah tidak hanya melibatkan dukungan kerja sama antara tim akademi atau dosen, tetapi ada peran serta pihak eksternal desa, seperti kelompok komunitas dengan orientasi pada lingkungan dan unit bisnis, yaitu asosiasi bank sampah dan UKM yang dilibatkan dalam berbagi ilmu, keterampilan, dan motivasi untuk mendayagunakan potensi sampah. Kolaborasi akademisi, pemerintah, pengusaha dan didukung sikap aktif masyarakat desa dengan modal kreativitas dan inovasi sebagai kunci kewirausahaan desa, maka makin mempermudah realisasi bisnis berbahan sampah. Sebelum menguraikan bagaimana peluang bisnis sampah mampu menciptakan prospek bisnis baru yang menguntungkan bagi BUMDes, maka pada halaman ini secara khusus dideskripsikan metode mengelola sampah. Berikut ini adalah salah satu cara yang diajarkan oleh pemateri dari asosiasi bank sampah “ASBAG: Asosiasi Bank Sampah Gresik” pada saat pelatihan mengelola sampah menjadi kompos dengan sistem “Takakura (menimbun sampah memakai wadah)”, yaitu tahapan proses, meliputi: 1. Menyiapkan keranjang plastik atau kaleng/ tong bekas yang telah diberi lubang untuk sirkulasi udara. 2. Menyediakan bantalan sekam yang telah dibasahi (lembap) dari bahan kain bekas, yaitu memasukkan sekam basah pada kain bekas yang dijahit menyerupai bantal. 50 ~ BUMDes Berkemajuan

3. Membuat cacahan kecil atas material sampah sisa dapur rumah tangga (tangkai atau bonggol sayur, dan kulit buah) atau daun tanaman rumah. Pencacahan dilakukan untuk mempercepat proses penguraian kompos. 4. Demi mempercepat proses pengomposan, maka dapat dilakukan penambahan sejumlah tanah dan pupuk kompos yang sudah jadi untuk menstimulasi percepatan pembusukan (opsional). Fungsi tanah sebagai mikroba aktif alami dalam meningkatkan proses pembusukan. 5. Menutup timbunan sampah dengan bantalan kompos sekam. 6. Agar proses pengomposan terjadi lebih cepat, maka ditambahkan larutan air mol atau pengemulsi (starter kompos). 7. Menyimpan dan membiarkan material kompos selama 1 bulan dengan sesekali melakukan pengadukan pada material. 8. Pengecekan atas kompos dilakukan satu minggu setelah pembuatan. Bila kompos terasa hangat atau panas, maka proses pengomposan dianggap berhasil, akan tetapi bila kondisi tidak seperti tersebut, maka bisa ditambahkan material bahan kompos, seperti daun atau sisa sampah rumah tangga dan tanah. 9. Selama kurang lebih dua minggu kemudian wadah kompos dibuka kembali untuk dilakukan pengadukan agar proses Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 51

pengomposan merata. Bila terdapat bau membusuk, maka dapat ditambahkan daun kering untuk mengurangi bau. 10. Dalam waktu sebulan, kompos telah jadi dan dapat diaplikasikan pada media tanah untuk menyuburkan tanaman. Pelatihan keterampilan pengelolaan sampah anorganik lainnya yang diajarkan pada perwakilan tim lingkungan Desa Sukorejo adalah pembuatan air mol (starter kompos) dengan proses, meliputi: 1. Menyiapkan botol plastik air mineral bekas beserta tutupnya (sampah anorganik). 2. Menyediakan air mentah atau air perasan beras atau air kelapa sebanyak 10 liter, serta membuat larutan gula (1/4 kilogram atau 2,5 ons gula ditambahkan sebanyak 1 liter air mentah ) atau bisa juga digunakan bahan lainnya, seperti tetes tebu sebanyak 250 CC. Bila menggunakan air dari bahan campuran air kelapa dengan air perasan beras, maka digunakan perbandingan sebanyak 1:2. Sedemikian juga bila membuat air mol dengan campuran bahan EM4, maka digunakan sebanyak 250 cc. 3. Mengumpulkan material cacahan dari sisa potongan buah atau sayur yang tidak digunakan sebanyak 3 kilogram. Material cacahan bisa juga dipakai dari bahan bonggol pisang, serai atau bahan sampah basah lainnya, seperti tapai. Pencacahan dilakukan untuk mempercepat proses penguraian air mol. 52 ~ BUMDes Berkemajuan

4. Memasukkan campuran air, larutan gula dan material cacahan pada wadah yang telah disiapkan, berikan ruang udara seluas kurang lebih 10 persen dari media yang tersedia. 5. Menutup kembali wadah dan membiarkannya selama 7 hingga 10 hari sampai air mol siap untuk dipanen dan diaplikasikan pada tanaman dengan cara mengaplikasikan air mol pada tanaman adalah dengan menyemprotkan air mol pada tanaman. 6. Penggunaan khusus air mol pada tanaman hidroponik, maka dapat ditambahkan unsur pupuk NPK. Demi mengefektifkan keberhasilan program keterampilan mengelola sampah organik, maka pengelola BUMDes Podho Joyo membentuk kelompok untuk merealisasi kemampuan peserta terhadap keterampilan kompos. Selain itu program pendampingan untuk memantau sejauh mana praktik pengomposan dilakukan, maka dilakukan tindakan monitoring. Masyarakat umumnya memiliki antusiasme untuk mempraktikkan keterampilan membuat kompos. Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 53

Gambar 13. Pendampingan Keterampilan Kewirausahaan Kreativitas berupa pelatihan keterampilan mengelola sampah anorganik yang diberikan kepada perempuan Desa Sukorejo oleh pemateri dari salah satu UKM bidang seni kreatif adalah pembuatan celengan, serta dompet kain. Pada Gambar 12. terlihat contoh produk yang dibuat warga desa setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan. Produk berbahan kain perca dibuat oleh perempuan desa untuk menciptakan masker. Pembuatan celengan dilatihkan kepada warga desa dengan menggunakan bahan botol bekas air mineral. Dompet kain dibuat dengan memanfaatkan kain bekas. Sementara lain, pemateri dari perguruan tinggi yaitu dosen mengajarkan pelatihan pembuatan vas bunga dari bahan karton bekas. Selain itu, dosen juga menginisiasi tim pengelola BUMDes Podho Joyo untuk mendayagunakan botol-botol bekas air mineral sebagai pot tanaman gantung. Terlihat pada Gambar 13. bahwa 54 ~ BUMDes Berkemajuan

warga memanfaatkan penggunaan mesin jahit dana hibah DRPM untuk berkreasi wirausaha dengan membuat masker dari kain sisa. Gambar 14. Produk Desa Berbahan Kain Bekas Implementasi praktik hasil pelatihan keterampilan diaplikasikan masyarakat Desa Sukorejo dengan inovasi yang berbeda - beda, seperti pembuatan starter (pengemulsi) kompos dengan bahan air kedelai, pembuatan kain bekas menjadi tas, masker hidung, serta pembuatan botol bekas plastik menjadi kreasi vas, dan pot gantung. Stimulus kolaborasi akademisi, pemerintah, pengusaha setidaknya telah mampu mengintervensi pembentukan budaya warga untuk menyadari dan peduli terhadap potensi sampah. Era digital saat ini jalan kreativitas dan inovasi mendayagunakan sampah semakin terbuka dengan ketersediaan informasi dan pengetahuan melalui jaringan internet di wilayah desa. Peran Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 55

perguruan tinggi sangat mendukung dalam proses menginisiasi warga untuk kreatif dan inovatif mengelola potensi desa berbahan sampah. Berikut ini adalah beberapa bahan dan petunjuk untuk mendayagunakan sampah anorganik dengan menyesuaikan salah satu prinsip 3R sampah (Recycle) atau mendaur ulang sampah menjadi bernilai dengan dasar pandangan kewirausahaan, meliputi: 1. Bahan Anorganik a. Botol bekas air mineral tidak terpakai b. Koran bekas c. Karton bekas d. Sisa kain bekas: katun atau goni 2. Bahan Pelengkap : Inovasi a. Cat Pewarna b. Perekat: lem, lakban, glue gun c. Benang d. Paku e. Tali : goni, kawat, tampar f. Aksesoris: manik, pita, busa, resleting, flanel, bisban 3. Peralatan a. Alat tulis: pena atau pensil b. Alat pemotong: gunting/ cutter/ pisau c. Alat tembak lem d. Mesin Jahit 56 ~ BUMDes Berkemajuan

e. Mesin Bor f. Alat pemanas: solder listrik g. Kuas h. Jarum 4. Aplikasi a. Pembuatan Celengan Botol dan Kain (https://hot.liputan6.com/read/4290143/cara-membuat- celengan-dari-botol-bekas-air-mineral-ikuti-4-langkah-mudah- berikut) • Mendayagunakan bekas botol air mineral tidak terpakai yang telah dibersihkan sebelumnya dan melakukan proses pengeleman agar penggunaan fungsi celengan dapat tertutup. • Pembuatan lubang celengan dengan alat pemotong. • Penyelesaian produk (finishing) dapat digunakan cat semprot, tempelan kain bekas atau aksesoris lain (manik-manik, pita, flanel) pada material botol. Bila menginginkan penggunaan cat cair, maka pengecatan dilakukan sebelum pemrosesan pembuatan celengan dilakukan. b. Pembuatan Dompet Kain (https://indorsie.com/cara-membuat-dompet-dari-kain- perca/) Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 57

• Menciptakan bentuk pola dompet dengan meng- gunakan alat tulis dan menggambarkannya pada kertas koran bekas lalu menggunting pola. • Menempelkan kertas pola pada kain dengan bantuan jarum • Menggunting kain menyesuaikan dengan pola dompet. • Menjahit dompet kain. • Menambahkan aksesoris pada dompet, seperti busa, pita, bisban. c. Pembuatan Vas Bunga Karton (https://hiperficie.blogspot.com/2017/08/cara-gampang- menciptakan-vas-bunga.html) • Menggunakan alat tulis untuk membuat pola pada karton. • Memotong karton dengan gunting sesuai pola vas. • Menempelkan tiap karton dengan perekat, seperti: lakban. • Menghias vas sesuai inovasi pekerja: merekatkan tali goni atau mengecat vas. d. Pembuatan Pot Gantung Bunga Botol (https://www.kompasiana.com/ahmadimam/564d53d9c5afb d0e056e595a/membuat-pot-gantung-dari-botol-plastik-bekas) 58 ~ BUMDes Berkemajuan

Gambar 15. Kegiatan Lingkungan BUMDes Podho Joyo Terlihat bahwa pegawai BUMDes Podho Joyo ikut terlibat dalam pemanfaatan barang bekas dan mendayagunakan untuk kegiatan lingkungan di sekitar kantor BUMDes. • Menyiapkan bekas botol air mineral tidak terpakai dan melubanginya dengan solder listrik untuk kebutuhan sirkulasi penyiraman air saat diisi dengan tanaman. • Memosisikan botol mendatar untuk memotong botol dengan pisau/ cutter sebesar telapak tangan dengan tujuan pengisian tanah untuk tanaman. • Mewarnai botol dengan cat agar memberikan kesan bahwa produk menarik. • Menyelipkan dan menyimpul kawat atau tali pada kedua ujung botol untuk dipakai saat menggantung pot botol. Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 59

• Mengisi dengan tanaman, tanah, sedikit air. • Menggantungkan pot pada dinding yang sebelumnya telah terpasang paku dengan mesin bor. Gambar 16. Pelatihan Keterampilan BUMDes Podho Joyo Pelatihan keterampilan kewirausahaan (creativepreneurship) tampak pada ilustrasi Gambar 15. dilakukan oleh tim dosen kewirausahaan Universitas Muhammadiyah Gresik. B. Women’s Trashpreneur Sebagai Peluang Bisnis Perempuan Menciptakan peluang bisnis baru dari sumber daya berbahan sampah desa membutuhkan perencanaan matang, karena membutuhkan riset untuk mencapai penetrasi pasar, sementara pengemasan dan perijinan produk baru belum diluncurkan. Bisnis 60 ~ BUMDes Berkemajuan

berbahan sampah adalah potensial bila dikerjakan oleh perempuan di Desa Sukorejo, dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Perempuan adalah kaum yang erat terkait sampah 2. Wanita lebih memiliki ketelatenan dalam memilah dan mengumpulkan sampah. 3. Bisnis berbahan sampah dapat menjadi bisnis sampingan, seperti halnya bidang kuliner yang digeluti oleh warga. Sembari terbentuknya penguatan konsep manajemen bank sampah di desa, maka perancangan konsep bisnis baru dengan potensi desa berbahan sampah dapat dilakukan. Konsep model bisnis “Women’s Trashpreneur” dapat menjadi alternatif membuka konsep bisnis baru dalam bidang ekonomi kreatif dengan material mentah adalah sampah rumah tangga. Trashpreneur adalah model bisnis baru yang mendayagunakan sampah dengan mendasarkan pandangan trash yang berarti sampah. Pelekatan kata women pada trashpreneur dimaksudkan sebagai perilaku berbisnis wanita untuk menambah nilai sampah menjadi produk bermanfaat dan bernilai seni. Model bisnis Trashpreneur ada ide pemikiran baru atas model kewirausahaan berbasis sampah yang diciptakan oleh penulis untuk merealisasikan konsep bisnis berbasis kewirausahaan atas sampah rumah tangga. Istilah trashpreneur hanya merupakan istilah baru untuk memudahkan pemahaman konsep bisnis dengan sumber daya sampah sebagai modal. Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 61

Women’s Trashpreneur adalah keberlanjutan ide dari gagasan baru atas beragam kegiatan sosial yang sebelumnya pernah dilakukan oleh tim lingkungan dari komunitas “ASBAG: Asosiasi Bank Sampah Gresik” untuk menghimpun dan mendayagunakan potensi sampah, di mana pengelolanya sebagian besar adalah wanita. Gambar 16. Model Bisnis Women’s Trashpreneur Konsep bisnis berbasis sampah yang dijelaskan menurut konsep Women’s Trashpreneur meliputi lima inti pandangan atas 62 ~ BUMDes Berkemajuan

pengusaha wanita berbasis sampah, yaitu: karakter personal, pola pikir manusia, bahan, strategi bisnis, dan produk. Berikut ini dapat pada Gambar 16. dapat dijelaskan tentang identitas atas konsep model bisnis Women’s Trashpreneur sebagaimana menguraikan tentang karakter pengelola bisnis berbahan sampah terutama adalah bisnis yang dikelola oleh perempuan. Karakter pengusaha pada Women’s Trashpreneur, mencirikan hal-hal berikut ini: a. Bersikap kreatif untuk membangun ide dan merancang konsep bisnis baru dengan membuat produk unggulan. b. Berinovasi untuk memodifikasi ide untuk tujuan bisnis. c. Selalu berupaya menciptakan tindakan baru yang berkontribusi pada dunia wirausaha. d. Membuat keunikan atas ide dan memperbanyak kontribusi pada lingkungan sekitar. e. Mendiferensiasi diri dengan meningkatkan kompetensi. Pola pemikiran Women’s Trashpreneur adalah pribadi yang memiliki semangat, motivasi, konsisten dan ketekunan untuk fokus menjalankan bisnis berbasis sampah untuk menyelamatkan bumi. Mengingat trashpreneur mulanya diinisiasi sebagai kegiatan sosial, maka strategi bisnis yang digunakan adalah kemitraan, komunitas, kepercayaan dan sosial, sehingga dalam pemasaran produk menyelipkan unsur kegiatan sosial. Bentuk luaran produk atas bisnis trashpreneur, meliputi: pupuk, kompos, biogas, suvenir, kerajinan, wadah. Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 63

Pada masa pandemi virus Corona, implementasi atas konsep bisnis Trashpreneur dapat efektif diterapkan, yaitu dengan pemikiran bahwa membantu mendukung penyelesaian atas isu kesehatan, lingkungan dan ekonomi yang membutuhkan solusi di tengah situasi fluktuatif pada masyarakat. Meskipun kondisi di Desa Sukorejo tidak berdampak sebegitu pesat atas pengaruh pandemi dibandingkan dampak isu di perkotaan. Pandangan model bisnis Trashpreneur adalah perancangan ide yang masih akan dilakukan uji coba pada Desa Sukorejo untuk mengetahui seberapa besar kontribusi konsep bisnis berbahan sampah mampu meningkatkan kesejahteraan melalui implementasinya dalam bisnis dengan mengolaborasikan peran wanita desa dan BUMDes Podho Joyo. Praktik Trashpreneur oleh wanita desa dengan berkolaborasi bersama BUMDes dimaksudkan untuk menangkap peluang bisnis baru dengan potensi desa dari sampah. Tujuan awal dilakukan kerja sama adalah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa melalui peningkatan pendapatan. Konsep bisnis Trashpreneur tidak hanya menyinergikan peran wanita dan lembaga, tetapi juga mengolaborasikan masyarakat desa terhadap peran UMKM dan Asosiasi Bank Sampah. Ilustrasi mengenai konsep bisnis Trashpreneur membagi fokus pembahasan pada dua sisi peran, yaitu peran personil masyarakat, khusus kaum perempuan, dan juga peran lembaga, dalam hal ini adalah BUMDes. Masyarakat membentuk perilaku budaya memilah dan menghimpun sampah (Trashpreneur), sementara BUMDes mempersiapkan lembaga 64 ~ BUMDes Berkemajuan

untuk menyiapkan manajemen bank sampah. Deskripsi sinergi kedua peran dapat dijelaskan dari Gambar 17. berikut ini: Gambar 18. Implementasi Women’s Trashpreneur Kaum perempuan bermitra dengan UKM, sedangkan lembaga bermitra dengan komunitas ASBAG. Pengelolaan sampah dengan prinsip 3R tetap diterapkan kedua pihak, di mana masyarakat memfokuskan pada sampah rumah tangga, sementara lembaga mengurusi sampah pasar desa dan instansi. Masyarakat desa Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 65

mengubah nilai sampah, baik organik dan anorganik menjadi produk. Lembaga menukar sampah sebagai material mentah menjadi uang atau barang dengan sistem barter pada ASBAG, atau dapat menukar pada masyarakat desa. Peran masyarakat terhadap nilai sampah adalah menjalankan peran bisnis sebagai input, sedangkan lembaga menetapkan diri sebagai output dalam bisnis yang bersiap menampung hasil input dari masyarakat desa. Hasil akhir kedua pihak adalah nilai tambah, baik berupa nilai ekstrinsik (value) bagi masyarakat, maupun nilai intrinsik (income) bagi lembaga. Nilai tambah bagi masyarakat akan dikembangkan dalam proses bisnis yang memberi kesempatan baru bagi investor, sedangkan bagi lembaga, nilai tambah akan digunakan untuk proses investasi untuk pembangunan BUMDes berkemajuan atau kemungkinan pembukaan unit bisnis baru bagi lembaga.[] 66 ~ BUMDes Berkemajuan

BAB 5. PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KHAS DESA A. Entrepreneurship Berbasis Kearifan Lokal Desa Kewirausahaan (Entrepreneurship) di masa mendatang berevolusi untuk beradaptasi dengan dinamika negeri. Berarti bahwa kewirausahaan bukan saja sebagai semangat atau motivasi mencapai prestasi, melainkan sebuah paradigma yang patut mengiringi semua ranah kehidupan. Paradigma kewirausahaan menyiratkan makna bahwa kepemilikan mental personal menghadapi tantangan, yaitu bagaimana pribadi cakap pada berbagai situasi persoalan untuk mengatasi problematika dengan solusi inovatif, kompetitif dan memberdayakan. Bila dikaitkan dengan teori motivasi Maslow menunjukkan bahwa piramida puncak kebutuhan manusia adalah aktualisasi diri, maka pemenuhan atas aktualisasi diri membutuhkan nilai-nilai kewirausahaan. Sedemikian juga, mencapai kesuksesan kewirausahaan adalah terdapat faktor keberhasilan dalam membina tim, yaitu mencakup pemberdayaan masyarakat. Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 67

Mencapai sebuah kesuksesan akan bergumul dengan masalah dan tantangan, akan tetapi paradigma kewirausahaan akan menyadarkan dan mengajarkan bagaimana individu dan kelompok memiliki kemampuan beradaptasi dan bertahan atau mungkin keluar saat menyikapi keadaan. Kewirausahaan dapat dimulai dari hal terkecil sampai pada akhirnya membentuk suatu perilaku terus- menerus dan berkelanjutan hingga menjadi peradaban manusia yang mulia. Penajaman kewirausahaan yang akan diuraikan pada bab ini adalah memfokuskan bagaimana kewirausahaan pada bidang ekonomi, terkhusus pada ranah dunia usaha, yaitu uraian tentang pelaku usaha desa, baik UKM dan BUMDes memberdayakan ekonomi desa melalui kewirausahaan lokal. Dalam rangka menjelaskan kewirausahaan berbasis kearifan lokal, maka demi mempermudah pemahaman peran kewirausahaan digunakanlah beberapa kasus permasalahan pelaku UKM di wilayah Desa Sukorejo, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik. Telaah prinsip kewirausahaan pada ekonomi desa adalah mencakup tentang memahami proses tindakan atau aksi kewirausahaan di wilayah desa, meliputi beberapa cara dari menggali dan mendayagunakan potensi desa sampai memberdayakan komunitas penduduk asli desa agar mau dan mampu secara bersama- sama memajukan kesejahteraan desa. Kemampuan entrepreneur sejati untuk beradaptasi dengan lingkungan usaha adalah sikap pengusaha fleksibel dalam mengubah haluan bisnis jika menemui kondisi bahwa pasar mulai jenuh. Kearifan lokal menjadi keunggulan bagi ekosistem bisnis di lingkungan desa. Paradigma kewirausahaan akan menempatkan 68 ~ BUMDes Berkemajuan

atmosfer daya juang dan ketahanan terhadap persaingan di tingkat global. Respons pelaku bisnis bergerak cepat agar tidak mati terhadap perkembangan kemajuan jaman karena perubahanlah nantinya akan kekal. Dunia sedang terus mengalami masa revolusi industri dan menegaskan bahwa negara memasuki era disrupsi saat ini, apalagi meski berjuang di tengah masa pandemi, sehingga peran entrepreneur diperlukan sebagai aktor membantu kestabilan perekonomian, tidak terkecuali baik ekonomi perkotaan maupun lokal desa. Kewirausahaan lokal sudah tidak lagi mendahulukan passion sebagai landasan penentu pembukaan ide bisnis baru, melainkan pada apa yang kini menjadi pemenuhan kebutuhan pasar di wilayah desa. Kebutuhan penduduk desa adalah peluang bagi pengelola UKM desa untuk dikelola sebesar kemakmuran masyarakat desa. Indikator keberhasilan kewirausahaan desa tercapai bila terwujud kemandirian desa, yaitu kemampuan pemerintah desa membiayai operasional dan infrastruktur desa. Selama ini, realitas di Indonesia, terutama UKM lokal belum banyak mengalami kenaikan kelas, yaitu UKM memasuki pasar internasional melalui go export, karena posisi UKM go publik saja belum tercapai. Pada situasi pandemi sekalipun, tidak serta UKM dapat beralih pada metode bisnis go online, karena pasar UKM masih di tingkat lokal. Kondisi demikian terjadi sebagai akibat kelemahan sumber daya manusia belum mampu mengimbangi percepatan perubahan lingkungan bisnis. Studi tentang kearifan lokal desa seperti dideskripsikan buku ini pada sampel Desa Sukorejo, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 69

Gresik adalah seutas miniatur bentuk kearifan lokal dalam cakupan ranah bisnis ekonomi kreatif dengan potensi pengolahan produk keunggulan desa dari hasil pertanian menegaskan bahwa kewirausahaan berbasis kearifan lokal menegaskan bahwa kearifan lokal sangat terkait dengan keunggulan kompetitif desa. Pencapaian keberhasilan keunggulan kompetitif secara berkelanjutan dipengaruhi oleh kemampuan kolaborasi peran stakeholder dalam ekosistem kewirausahaan lokal. Pemerintah desa berperan menciptakan kebijakan untuk mendorong kemajuan desa dengan bekerja sama bersama BUMDes, sedangkan lembaga mengembangkan ide sebagai solusi permasalahan desa melalui program yang melibatkan masyarakat desa. Dengan demikian, sasaran mencapai target atas hasil yang ingin dicapai oleh desa dapat terpenuhi dan memberi kemanfaatan seluruh pihak. Keunggulan kompetitif lokal menunjukkan potensi sumber daya desa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif memiliki kelebihan dan keunikan yang tidak dimiliki oleh kompetitor (desa) lainnya. Dalam mencapai keunggulan kompetitif suatu bisnis terdapat proses eksplorasi atas kompetensi inti lokal, yaitu menggali apa saja kemampuan desa, terutama sumber daya yang dapat dipertimbangkan sebagai kekuatan untuk menopang selama operasional usaha berjalan. Gabungan beberapa UKM pada satu desa membentuk sekelompok unit usaha menjadi satu industri utama milik desa sesuai fokus bidang usaha yang digeluti. Peran ekosistem kewirausahaan dalam mendukung keberhasilan kewirausahaan lokal adalah menyediakan jaringan institusi untuk 70 ~ BUMDes Berkemajuan

memperluas pasar produk domestik lokal, sehingga kewira- usahaan berbasis kearifan lokal mampu membangkitkan semangat berwirausaha para UKM lokal. Kewirausahaan berbasis kearifan lokal secara umum membawa pengaruh terhadap citra budaya atas kekhasan lokal masyarakat desa satu dengan desa lainnya akan berbeda. Kewirausahaan lokal bukan lagi sebuah tren kekinian pada era ekonomi digital saat ini, melainkan adalah kebutuhan bagi desa mandiri, karena perubahan dunia disadari atau tidak terdapat pergeseran tata kelola dari pemerintah di desa yang mengikuti kabupaten/kota menjadi pemerintah masyarakat. Peran desa untuk pembangunan juga mengalami perubahan dari sebelumnya hanya obyek, sedangkan sekarang adalah subyek pembangunan, yaitu masyarakat desa dapat menyelenggarakan pemberdayaan dan emansipasi, sehingga paradigma desa beralih tidak lagi sebagai implementasi dari proyek dari pusat. Kewirausahaan lokal menjadi faktor dominan dalam kemajuan desa, karena sampai saat sistem pemerintahan desentralisasi belum maksimal mampu menyejahterakan sebagian besar masyarakat, khususnya bagi desa. Sudah saatnya desa bukan lagi sebagai obyek dari proyek ter pusat, melainkan dapat mandiri membangun wilayah. Salah satu upaya membangkitkan kewira- usahaan lokal dengan merevitalisasi peran BUMDes baik sebagai lembaga sosial maupun komersial. Masih terdapat banyak BUMDes di Indonesia belum mengoptimalkan kinerja lembaga. Kelompok pemuda usia produktif di desa masih penasaran berburu pekerjaan di kota, sehingga kurang mengeksplorasi potensi desa. Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 71

Sementara BUMDes dan UKM di desa dapat menawarkan peluang pekerjaan. Situasi pandemi mau atau tidak memaksa masyarakat produktif di masa pandemi, apalagi pembatasan jarak menciptakan kondisi untuk berkumpul. Prinsip implementasi kewirausahaan lokal sebagai sendi mewujudkan kemandirian daerah, seperti membentuk desa berdaya melalui kolaborasi penduduk dengan pemerintah desa dengan pendekatan berbasis kekuatan, yaitu mengandalkan kekuatan atas seluruh potensi sumber daya milik desa, berikut juga aset yang dimiliki. BUMDes Podho Joyo tergolong dalam tipologi desa swasembada, tetapi masih menjunjung kearifan lokal sebagai kekhasan desa. Swasembada desa merupakan unsur desa maju dan modern, tetapi adaptif terhadap perubahan lingkungan (Eko, Khasanah, Widuri, Handayani, & Handayani, 2014). BUMDes tidak hanya mewakili kepentingan pemerintah desa, tetapi juga mendukung kesejahteraan masyarakat. Arena pembelajaran masyarakat desa, meliputi: manajerial, maupun kewirausahaan lokal dapat diwadahi oleh BUMDes. Menciptakan BUMDes berkemajuan adalah tanggung jawab bersama stakeholder untuk bersama-sama melakukan transformasi BUMDes. Sikap optimisme tinggi terhadap proses transformasi adalah sebuah kekuatan bagi BUMDes untuk meyakini keberhasilan lembaga. Pembinaan atas transformasi BUMDes, meliputi kegiatan: pengembangan kapasitas, pelatihan, asistensi teknis, dan juga pendampingan. 72 ~ BUMDes Berkemajuan

B. Alternatif Pengembangan Kewirausahaan Lokal Mendefinisikan kewirausahaan lokal berarti memunculkan alternatif peluang bisnis baru yang memungkinkan untuk diciptakan pada desa melalui suatu lini unit usaha BUMDes. Menstimulus minat masyarakat desa untuk bergabung sebagai investor bisnis lokal tidak melulu menawarkan konsep bisnis dalam wujud sajian bisnis komersial, tetapi terdapat pilihan bentuk sajian bisnis sosial pada BUMDes. Menjalankan bisnis sosial pada desa adalah sisi lain kewirausahaan sosial (sociopreneur) pada BUMDes, yaitu alih-alih mendapatkan keuntungan atas transaksi perdagangan produk atau jasa desa, namun juga terdapat unsur bagi hasil atas profit bisnis untuk pembiayaan kebutuhan masyarakat desa. Salah satu bentuk sosiopreneur yang dapat diilustrasikan adalah usulan berupa inovasi bisnis baru, seperti yang telah diulas pada model bisnis trashpreneur. Demi menarik antusiasme investor terhadap model bisnis sosiopreneur, dibutuhkan sosialisasi sekaligus promosi agar mampu meyakinkan publik untuk bergabung dalam mendukung pengembangannya. Sosiopreneur sebagai alternatif model bisnis bagi desa mengusung prinsip sosial dalam operasional usaha, yaitu membangun komitmen bisnis dengan memperhatikan dampak sosial lingkungan. Bisnis komersial sangat memungkinkan jika penciptaan bisnis akan menyerap prinsip kapitalis, sementara sosiopreneur lebih fleksibel dalam menyesuaikan dengan prinsip sosialis. Penerapan metode bisnis sosiopreneur relatif menggunakan sistem pemberdayaan masyarakat dengan dasar asumsi bahwa bisnis dibangun atas modal sosial, meliputi: Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 73

kebersamaan, kepercayaan, solidaritas, kerja sama dan tidak semata menonjolkan kapitalisasi unsur finansial, tetapi lebih pada konsep bagi hasil atas keuntungan dan prinsip kepercayaan. Alternatif kewirausahaan lokal berbasis sosiopreneur juga merefleksikan bagaimana proposisi nilai sebagai daya tarik mempertahankan kepercayaan stakeholder. BUMDes sebagai lembaga ekonomi desa sangat memungkinkan untuk meng- aplikasikan konsep bisnis sosiopreneur tersebut sebagai implementasi atas alternatif pengembangan usahanya. Wujud nyata sosiopreneur yang selama ini pernah dilakukan oleh BUMDes “Podhojoyo” adalah melakukan inovasi sosial melalui aktivitas kunci, seperti: penyediaan pelatihan kewirausahaan, baik pengetahuan maupun keterampilan serta pembinaan kewirausahaan secara konsisten, sehingga mampu membentuk sentra UKM dari beberapa masyarakat Desa Sukorejo, seperti usaha kuliner yang saling berkesinambungan, sehingga dapat memberi manfaat terhadap masyarakat dan juga BUMDes melalui kerja sama usaha oleh kedua belah pihak tersebut. Keberhasilan sosiopreneur sebagai bentuk wirausaha sosial didukung oleh interaksi pemangku kepentingan menciptakan sinergi mutualisme (Sukmayeti & Utami, 2018). Keanekaragaman pada jenis unit usaha pada konsep sosiopreneur tidak jauh berbeda dari konsep entrepreneur komersial umumnya, karena tingkat perbedaan bukan pada jenis usaha melainkan pada sistem dan paradigma bagaimana implementasi bisnis dijalankan. Penciptaan unit usaha baru di desa sebagai alternatif membuka luas kesempatan kerja mengarahkan kewirausahaan 74 ~ BUMDes Berkemajuan

lokal agar dapat menumbuhkembangkan kemunculan banyak UKM di lingkungan desa, sehingga akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Profesionalisme atas sistem dan manajemen usaha dapat mendukung kemajuan desa, selain itu kesadaran masyarakat untuk menempatkan UKM sebagai poros aktivitas ekonomi dengan cara pembelian produk lokal. Alternatif usaha baru diharapkan dapat memperkuat bisnis inti yang sudah terbangun sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis bisnis pada BUMDes Podho Joyo Desa Sukorejo membuktikan bahwa terdapat dukungan publik bagi keberlanjutan UKM desa, yaitu dimulai dari produksi sampai konsumsi produk lokal oleh masyarakat desa. Ketersediaan operasional pasar desa sebagai wadah atau sarana implementasi kegiatan ekonomi menjadi semakin efektif. Gambar 19. Keterlibatan Peran dalam Sociopreneur Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 75

Tampak pada Gambar 18. terdapat keterlibatan semua pihak, baik internal maupun eksternal untuk mengawali dalam mendukung sociopreneur dengan bisnis berbahan sampah Keputusan tentang kapan alternatif pengembangan usaha lokal akan dilaksanakan adalah bergantung pada kesiapan pelaku usaha desa untuk beradaptasi dengan perubahan. Keberhasilan alternatif bisnis desa bukan terletak pada seberapa cemerlang ide usaha dirancang, akan tetapi seberapa cepat bisnis diaplikasikan. Pelaku usaha mau tidak mau mampu berusaha untuk menangkap peluang bisnis. Kemenangan bisnis diperoleh bukan pada kelemahan. tetapi ketertinggalan oleh pesaing. Selama ini, Kelemahan bisnis di Indonesia bukan pada kualitas produk, melainkan kelemahan pada pemasaran. UKM di tingkat lokal mendapati kesulitan menemukan siapakah pasar produk lokal mereka, sehingga dibutuhkan jaringan dan koneksi sebagai fasilitator untuk menghubungkan antara permintaan dan penawaran pasar sampai pada harga keseimbangan. Membangun alternatif usaha lebih mudah daripada mempertahankan keberlanjutan usaha. Pelaku usaha hanya mampu mengantisipasi situasi, tetapi belum tentu dapat mengestimasi kemungkinan risiko bisnis ke depan. Seperti situasi pandemi saat ini dengan banyak keterbatasan, pelaku usaha semestinya mampu mengubah bentuk, metode, sistem atas produk dan bisa untuk menyesuaikan dengan keinginan pasar. Alternatif ide bisnis bahkan sering kali muncul dan terealisasi pada momentum yang tidak terduga untuk direncanakan secara matang pada awal penciptaan usaha baru. Kewirausahaan lokal 76 ~ BUMDes Berkemajuan

menitikberatkan bagaimana alternatif bisnis mampu memberi nilai pada konsumen, serta mampu bertahan dalam situasi ekonomi apa pun. Kekhasan produk lokal suatu daerah sebenarnya justru menandakan bahwa prinsip kewirausahaan lokal diimplementasikan. BUMDes Podho Joyo Desa Sukorejo menginisiasi ide bisnis baru melalui program kerja lembaga untuk membangun bisnis berbahan sampah seiring dengan isu lingkungan, kesehatan dan bisnis pada masa pandemi. Kemajuan membangun bisnis pada BUMDes sekaligus mengangkat potensi UKM desa untuk tumbuh. Meskipun bukan merupakan bisnis inti dari lembaga ekonomi desa, tetapi bisnis berbahan sampah yang akan dibangun adalah salah satu bentuk kewirausahaan lokal berbasis sociopreneur dengan dasar pertimbangan ide untuk menemukan solusi mengatasi permasalahan sampah pada desa. Pada Gambar 13. menjelaskan bahwa sebelum usulan unit bisnis berbahan sampah diberdayakan pada masyarakat Desa Sukorejo, maka Pemimpin BUMDes mengadakan pembinaan dan pendampingan mengelola sampah, baik secara organik maupun anorganik. tampak pada gambar tersebut adalah pelatihan membuat starter (pengemulsi) kompos berbahan sampah dari buah dan sayur. Sociopreneur sebagai alternatif peluang usaha desa dalam pengembangannya tetap membutuhkan strategi untuk memperoleh pasar, yaitu bagaimana mempertahankan kepercayaan investor untuk mendukung keberlanjutan bisnis. Mengingat sociopreneur menitikberatkan pada nilai sosial, maka bentuk penguatan terhadap pola bisnis yang dijalankan adalah Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 77

menekankan pada penyadaran pelaku usaha terhadap komitmen untuk bersedia loyal dalam menekuni bisnis tersebut. Gambar 19. di bawah ini menunjukkan kegiatan pelatihan keterampilan mengelola sampah organik. Kegiatan pelatihan keterampilan melibatkan perempuan Desa Sukorejo dan juga pegawai atau pengelola BUMDes Podho Joyo. Gambar 20. Pelatihan Mengelola Sampah Organik Berdasarkan hasil diskusi dengan pemimpin BUMDes Podho Joyo Desa Sukorejo memperoleh temuan bahwa membangun alternatif usaha berbahan sampah membutuhkan perancangan konsep bisnis yang matang, karena masih terdapat kendala, baik sumber daya manusia maupun modal. Studi kelayakan terhadap usaha baru secara bertahap dilakukan, karena sociopreneur merupakan bisnis sosial yang melibatkan masyarakat. Lokasi usaha pada bisnis berbahan sampah di tingkat desa menjadi bahan 78 ~ BUMDes Berkemajuan

pertimbangan, karena potensi usaha yang dikelola merupakan material buangan atau limbah. Pemenuhan kebutuhan modal bagi bisnis berbahan sampah terutama yang dibutuhkan adalah penyediaan peralatan pendukung pengelolaan sampah. Sementara waktu sampai saat ini penyusunan ide bisnis berbahan sampah-sampah pada tahap pengajuan proposal. Gambar 21. Kolaborasi BUMDes dan “ASBAG” Menindaklanjuti usulan proposal pengelolaan bisnis berbahan sampah, pengelola BUMDes seperti tampak pada Gambar 20. melakukan studi banding pada komunitas pengelola bank sampah Kabupaten Gresik yang telah berhasil mengomersialkan produk berbahan sampah dan telah sukses menggiatkan peran perempuan dalam mengelola sampah rumah tangga menjadi produk bernilai tambah. Pengembangan usaha sociopreneur Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 79

sangat memungkinkan untuk mendapatkan dukungan pendanaan oleh pihak eksternal desa, misalkan melalui dana sosial perusahaan dengan analisis situasi memfokuskan pada konsentrasi perusahaan terhadap kepedulian lingkungan. Operasionalisasi bisnis sampah yang melibatkan masyarakat juga memungkinkan mengajak peran serta komunitas lingkungan Kabupaten Gresik, yaitu Asosiasi Bank Sampah. Dengan demikian, kolaborasi stakeholder internal dan komunitas eksternal akan memberi kebermanfaatan negeri.[] 80 ~ BUMDes Berkemajuan

Lampiran: AGENDA KEGIATAN PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN KEWIRAUSAHAAN Tujuan Materi Indikator Keberhasilan 1. Peserta • Deskripsi memahami kepakaran ilmu • Berperan aktif konsep dasar dan dan partisipatif pengetahuan khas pengetahuan menyikapi dan keterampilan kegiatan umum • Aplikasi praktis pelatihan. keterampilan 2. Peserta buatan tangan • Responsif mempraktikkan (handmade) terhadap apa yang diajarkan penyampaian oleh pemateri • Analisis antara materi pelatihan pengetahuan 3. Peserta memberi dengan • Menemu kenali komentar dan terapan masalah dan masukan atas solusi dari materi paparan materi • Alternatif dalam pelatihan media 1. Peserta pembelajaran • Kolaboratif tim menangkap praktis antara peserta referensi alternatif pelatihan kepakaran dalam • Pengembangan materi pelatihan keterampilan • Kreativitas praktis lanjutan tindakan dalam 2. Peserta pelaksanaan menginterpretasi • Sinkronisasi terapan maksud dan pengetahuan tujuan pelatihan dan terapan • Rancangan ide inovatif 3. Peserta membangun • Sensitif dan ikatan antara tim adaptif atas peserta pelatihan situasional Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 81

1. Peserta mampu • Keberwujudan • Sinergisitas menciptakan bentuk karya antara peserta karya riil dari materi dan masyarakat keterampilan 2. Peserta • Pengambilan meningkatkan nilai • Pembuatan keputusan tambah atas karya aneka ragam secara tepat pengembangan 3. Peserta karya baru • Kesejahteraan mengembangkan segala bidang potensi secara • Diseminasi atas berkelanjutan cipta karya • Peningkatan hasil secara 4. Peserta produktif terukur memanfaatkan peluang atas potensi yang dimiliki 82 ~ BUMDes Berkemajuan

DAFTAR PUSTAKA Bunsaman, S. M., & Taftazani, B. M. (2018). Peranan Perempuan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga (Studi Tentang Peranan Petugas K3l Perempuan Universitas Padjadjaran Jatinangor. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 5(2), 146-157. Dikti, D. (2013). Modul Pembelajaran Kewirausahaan. Jakarta: KEMDIKBUD. Eko, S., Khasanah, T. I., Widuri, D., Handayani, S., & Handayani, N. (2014). Desa Membangun Indonesia. FPPD. Yogyakarta. Hendratni, T. W., & Ermalina, E. (2013). Womenpreneur, peranan dan kendalanya dalam kegiatan dunia usaha. Liquidity, 2(2), 170-178. Kusuma, G. H., & Purnamasari, N. (2016). BUMDes: Kewirausahaan Sosial yang Berkelanjutan (Analisis Potensi dan Permasalahan yang dihadapi Badan Usaha Milik Desa di Desa Ponjong, Desa Bleberan, dan Desa Sumbermulyo). Penabulu Foundation. Mahamood, M. (2019). Creativepreneur In The Context Of Arts And Cultural Management. Paper presented at the International Conference of One Asia Community. Purnomo, R. A. (2016). Ekonomi Kreatif Pilar Pembangunan Indonesia: Ziyad Visi Media. Sukasmanto. (2014). Seri Buku Pintar BUM Desa : Rancang Bangun Bisnis dan Pengelolaan BUM Desa. Yogyakarta: : Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD). Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 83

Sukmayeti, E., & Utami, V. Y. (2018). Governansi Publik Model Co- Production Oleh Aktor Socio-Preneur (Kasus Desa Setanggor Dan Kawis Krisant). JIP (Jurnal Ilmu Pemerintahan): Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah, 3(2), 12-135. Suryoputro, S. (2007). Buku panduan pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya. 84 ~ BUMDes Berkemajuan

BIODATA PENULIS Vembri Aulia Rahmi, Lahir di Gresik. Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan diperoleh penulis dari Universitas Airlangga pada Tahun 2005. Menuntaskan program Magister Manajemen (M.M) dari Universitas Muhammadiyah Malang pada Tahun 2013. Aktif sebagai Dosen Kewirausahaan sejak tahun 2017 hingga saat ini. Konsentrasi pada penelitian dan pengembangan kewirausahaan masyarakat dan fokus mengajar pada mata kuliah bisnis dan wirausaha. Muhammad Zainuddin Fathoni, S.T., M.MT. Lahir di Gresik, menempuh Pendidikan Sarjana (S.T.) di Universitas Wijaya Putra Surabaya Program Studi Teknik Industri lulus pada tahun 2007. Selanjutnya menempuh Program Pasca Sarjana (M.MT.) di Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Bidang Keilmuan Manajemen Industri lulus pada tahun 2017. Riwayat mengajar, mata kuliah Manajemen Proyek dan Perancangan Sistem Manufaktur. Hadi Ismanto. Lahir Gresik. Menyelesaikan Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada Universitas Muham- madiyah Gresik Tahun 2007 dan mendapat Gelar Magister Manajemen (M.M) pada Tahun 2016 dari Vembri Aulia Rahmi, dkk. ~ 85

Universitas 17 Agustus Surabaya. Bergabung sebagai Dosen Kewirausahaan sejak Tahun 2018. Berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan Desa Banyu Tengah, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik sejak Tahun 2014. Selain fokus mengajar mata kuliah “Entrepreneur Project” juga pegiat bidang usaha pengembangan warung kopi. 86 ~ BUMDes Berkemajuan



Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Hibah Pengabdian Masyarakat Ristekdikti 2020 Kerjasama Antara: Universitas Muhammadiyah Gresik dan BUMDesa “Podho Joyo” Desa Sukorejo Sidayu Gresik Materi pada buku dibuat mencakup uraian atas konsep keilmuan bidang kewirausahaan, keterampilan dan lingkungan dengan berbasis pada kearifan lokal desa. Adapun tujuan dan maksud buku dibuat adalah untuk memberikan panduan praktis, terutama wanita sebagai penggerak tim pelaksana program-program kewirausahaan desa, di mana kewirausahaan desa diharapkan menjadi tiang penyangga dalam mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa di segala bidang kehidupan. NONFIKSI - EKONOMI communica on www.buku.caremedia.web.id @CaremediaCommunication


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook