MODUL SEJARAH KELAS XII Menggadapi Upaya Disintegrasi UPAYA BANGSA INDONESIA DALAM MENGATASI DISINTEGRASI BANGSA Perjuangan bangsa Indonesia mengatasi disintegrasi yang dilakukan Pemberontakan PKI 48 oleh sejumlah kelompok separatis merupakan babak paling DI/TII menentukan dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia kedepan. Pemberontakan APRA Hal tersebut karena bersinggungan dengan kedaulatan, baik dari segi Andi Azis politik maupun pemerintahan, bangsa Indonesia. Disintegrasi sendiri RMS adalah perpecahan hidup dalam masyarakat yang disebabkan karena PRRI/Permesta adanya pengaruh dari negara lain. Disintegrasi bangsa ini bisa G30S/PKI disebabkan pula pengaruh negaranya sendiri, seperti kekuarang terimaan terhadap perbedaan sehingga tidak munculnya sikap tolerasi. Dalam perjalanannya, bangsa Indonesia dihadapkan oleh sejumlah perlawanan sejumlah kelompok separatis yang mencoba membentuk pemerintahan sendiri hingga menyebarkan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
MODUL SEJARAH KELAS XII Pemberontakan Partai Komunis Indonesia Tahun 1948 (UPAYA MEWUJUDKAN REPUBLIK SOVYET DI INDONESIA) Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 dipicu oleh berbagai faktor. Mulai dari kegagalan Republik Indonesia dalam Perjanjian Renville, kepulangan Musso dari Moskow, kebijakan Reorganisasi dan Rasionalisasi (Rera) oleh Muhammad Hatta, hingga konflik yang ada di daerah. Perjanjian Renville yang menjadi tugas Perdana Menteri Amir Sjarifudin telah merugikan kedaulatan Indonesia. Wilayah Indonesia yang semula meliputi Pulau Jawa, Sumatera, Madura menjadi semakin sempit dengan mengacu pada garis demarkasi van Mook. Akibat dari kegagalan tersebut, Amir Sjarifudin kemudian dilengserkan sebagai Perdana Menteri dan memutuskan untuk menjadi oposisi dengan mendirikan Front Demokrasi Rakyat. Faktor selanjutnya adalah kepulangan Muso dari Moskow. Pada Mei 1948 Musso kembali ke Indonesia dari Moskow lalu menempati kembali posisi sebagai pemimpin Partai Komunis Indonesia. Muso merupakan seorang figur yang memiliki peran penting dalam peristiwa pemberontakan PKI Madiun 1948. Hal tersebut disebabkan oleh ambisi sekaligus obsesi Muso dalam mendirikan Republik Sovyet di Indonesia. Ambisi serta obsesi tersebut tentunya melanggas asas politik luar negeri yang dianut Indonesia (bebas aktif). PEMBERONTAKAN PKI 48 (Upaya Mewujudkan Republik Sovyet di Indonesia)
Pemberontakan PKI 48 Kebijakan pemerintah, yang dipelopori oleh Moh. Hatta, terkait Reorganisasi dan Rasionalisasi (Rera) yang bertujuan untuk melebur divisi-divisi dalam ketentaraan juga menjadi faktor pemicu pemberontakan PKI Madiun 1948. Kebijakan rasionalisasi ini menyebabkan sejumlah tentara yang dibebastugaskan selanjutnya bergabung dengan FDR dan melakukan pemberontakan terhadap pemerintah. Pemberontakan PKI Madiun dalam perjalannya telah banyak menelan sejumlah korban jiwa, mulai dari militer, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh PKI, hingga masyarakat umum. Untuk mengatasi berbagai gejolak yang mengakibatkan pertumpahan darah tersebut, pemerintah mengangkat Gatot Subroto sebagai Gubernur Militer Daerah Surakarta yang juga membawahi wilayah Semarang, Pati, Madiun. Gatot Subroto selanjutnya menginstruksikan untuk menghentikan tembakan-tembakan antar personil. Dalam upaya pemberantasan pemberontakan tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan maklumat tentang kondisi darurat negara serta menginstruksikan para pemberontak untuk mengehentikan perlawanan. Pada tanggal 30 September 1948, PKI berhasil ditumpas. Kota Madiun dan sekitarnya berhasil dibebaskan dari kekuasaan pemberontak. Muso sendiri akhirnya tertembak mati dalam sebuah pengepungan yang dilakukan oleh TNI pada 31 Oktober 1948 di Ponorogo. Amir Sjarifuddin beserta seluruh pengikutnya selanjutnya ditangkap di daerah Purwodadi pada tanggal 29 November 1948.
MODUL SEJARAH KELAS XII PEMBERONTAKAN DI/TII PEMBERONTAKAN DI/TII Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) Indonesia (DI/TII) Upaya Pemberontakan dengan didasarkan pada Radikalisme Agama Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia terjadi di sejumlah wilayah yang memiliki basis agama Islam yang besar. Pemberontakan DI/TII yang terjadi di Jawa Barat dipelopori oleh Kartosuwiryo. Pemberontakan tersebut dilatarbelakangi oleh kegagalan pemerintah dalam perjuangan diplomasi melalui perjanjian Renville. Kartosuwiryo, menyikapi dampak dari perjanjian Renville, memilih menolak untuk hijrah dan memutuskan untuk tetap bertahan di Jawa Barat. Akibatnya, bentrokan antara pasukan TNI dengan pasukan Kartosuwiryo tidak dapat dihindari. Pemberontaka DI/TII mampu ditumpas dengan berbagai upaya, mulai dari pendekatan pemerintah (dalam hal ini diwakili oleh M. Natsir) kepada Kartisuwiryo, Operasi Militer yang dinamai dengan Operasi Bharatayuda, hingga dukungan warga lokal dalam menumpas pemberontakan DI/TII. Pada tanggal 4 Juni 1962, Kartosuwiryo akhirnya dapat ditangkap dan dieksekusi mati di Kepulauan Seribu pada tanggal 5 September 1962. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dipelopori oleh Amir Fatah pada tanggal 23 Agustus 1949. Pemberontakan tersebut, hampir sama dengan yang terjadi di Jawa Barat, dilatarbelakangi oleh kekecewaan terhadap hasil dari perjanjian Renville. Gerakan serupa juga muncul di daerah Kebumen dengan nama Angkatan Umat Islam pimpinan Kyai Somolangu. Gerakan ini semakin kuat setelah Batalyon 423 dan 426 bergabung bersama mereka di Kudus dan Magelang. Upaya penumpasan pemberontakan DI/TII Jawa Tengah dilakukan melalui operasi militer oleh pasukan Banteng Raides di bawah komando Letnan Kolonel Sarbini, yang kemudian digantikan oleh Letnan Kolonel Bachrun.
PAsukan Militer ini melancarkan Operasi Guntur dan Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan berhasil menangkap Amir Fatah pada tanggal 22 dipelopori oleh Ibnu Hadjar. Ibnu Hadjar merupakan Desember 1950. Gerakan DI/TII di Jawa Tengah seorang mantan prajurit TNI yang memimpin selanjutnya berhasil ditumpas pada tahun 1954. Kesatuan Rakyat yang tertindas. Dalam Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan dipelopori perkembangannya, Ibnu Hadjar menyatakan sebagai oleh Kahar Muzakkar pada tahun 1949. bagian dari Negara Islam Indonesia Kartosuwiryo. Pemberontakan ini dilatarbelakangi oleh kekecewaan Upaya penyelesaian pembrontakan tersebut Kahar Muzakkar terhadap penolakan pemerintah RI dilakukan melalui operasi militer. Akhirnya pada untuk memasukkan seluruh anggota Kesatuan Gerilya tahun 1959 Ibnu Hadjar berhasil ditangkap dan pada Sulawesi Selatan (KGSS) ke dalam TNI. Alasan 22 Maret 1965 Ibnu Hadjar dieksekusi mati. pemerintah RI dalam penolakan tersebut karena anggota KGSS yang memenuhi syarat sebagai anggota Pemberontakan DI/TII di Aceh dipelopori Daud Korps Cadangan Nasional hanya sebagian. Beureuh pada tahun 1963. pemberontakan tersebut Pada tanggal 16 Agustus 1951, dipicu oleh penurunan status daerah istimewa Aceh pasca kembalinya Negara Kesatuan Republik Kahar Muzakkar yang kecewa dengan penolakan Indonesia. Upaya pemberantasan pemberontakan usulan tersebut, mengajak pengikutnya masuk hutan tersebut dilakukan melalui jalan damai. Pada 17 dengan membawa senjata. Kahar Muzakkar kemudian Desember 1962, akhirnya diadakan musyawarah mengubah nama pasukan KGSS menjadi DI/TII dan kerukunan rakyat Aceh. Secara bertahap, Gerakan bergabung dengan pasukan Kartosuwiryo. Hal DI/TII Aceh akhirnya dapat diselesaikan dan situasi tersebut selanjutnya menimbulkan reaksi dari TNI keamanan Aceh kembali pulih untuk segera menumpas gerakan tersebut. Akhirnya setelah melalui berbagai pengejaran, pada tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakkar tewas tertembak dalam sebuah operasi militer yang dilakukan oleh TNI. Pemberontakan DI/TII terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, antara lain: Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan
MODUL SEJARAH KELAS XII GERAKAN ANGKATAN PERANG RATU ADIL Upaya pemberontakan atas dasar impian dan kejayaan pada ramalan Jayabaya Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil berangkat dari sebuah ramalan Modul Sejarah kelas Jayabaya (salah satu raja Kerajaan Kediri yang terkenal akan ramalan- XII ramalannya di masa depan) tentang kedatangan Ratu Adil yang akan membawa bangsa Indonesia mencapai masa kejayaan. Kepercayaan GERAKAN APRA serta optimisme tersebut dimanfaatkan oleh Kapten Raymond Westerling untuk mengarahkan menjadi sebuah gerakan separatis. Hal tersebut dipicu oleh keinginan bangsa Belanda untuk tetap berdirinya Negara Pasundan dan menuntut APRA dijadikan sebagai tentara dari negara Pasundan. Pada tanggal 23 Januari 1950, APRA di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling melakukan penyerangan terhadap daerah-daerah vital di Bandung. Hal tersebut memicu reaksi dari pemerintah Indonesia. Upaya pemberantasan gerakan tersebut selanjutnya dilakukan melalui 2 cara, yakni jalur perdamaian dan operasi militer. Akhirnya pada operasi militer tanggal 4 April 1950, Sultan Hamid II dapat ditangkap dan Kapten Raymond Westerling melarikan diri ke luar negeri.
JULY 2020 | ISSUE NO. 21 PEMBERONTAKAN Pemberontakan Republik ANDI AZIZ DI Maluku Selatan (RMS) MAKASAR Pemberontakan Republik Maluku Pemberontakan Andi Aziz di Selatan dipicu oleh keinginan Makasar dipicu oleh muculnya untuk mempertahankan bentuk negara federal NIT. Gerakan RMS kekacauan-kekacauan di dipelopori oleh Dr. Christian wilayah Sulawesi Selatan akibat Robert Steven Soumokil. Gerakan RMS selanjutnya semakin bentrokan-bentrokan yang menunjukkan eksistensi setelah terjadi antara kelompok didukung oleh KNIL dan Partai Timur Besar Maluku. Upaya antifederal dan kelompok pemberantasan gerakan RMS profederal. Dalam dilakukan dengan jalan damai. Pemerintah RIS mengutus J. pemberontakan tersebut, Andi Leimenauntuk berunding Aziz bersama pasukannya dengan Soumokil melakukan penyerangan terhadap markas TNI di Maksar. Upaya pemberantasan pemberontakan Andi Aziz dilakukan melalui operasi militer yang dipimpin oleh Kolonel A. E. Kawilarang dan Mayor H. V. Worang.
MODUL SEJARAH KELAS XII PRRI/PERMESTA DI SUMATERA DAN SULAWESI this issue Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)/Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) dipicu oleh ketidakpuasan Pemberontakan sejumlah elit daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat yang dinilai PRRI/Permesta hanya menguntungkan kota-kota di Jawa. Gerakan PRRI/Permesta dimulai dan selanjutnya berkembang setelah dibentuknya Dewan Banteng (Sumatera Tengah di bawah pimpinan Kolonel Achmad Huesein, Dewan Gajah (Sumatera Utara) di bawah pimpinan Kolonel Maludin Simbolon, Dewan Garuda ( Sumatera Selatan) di bawah pimpinan Letkol Barlian Dewan Manguni (Sulawesi) di bawah pimpinan Letkol Ventje Sumual. Pemberontakan PRRI/Permesta telah memicu respon pemerintah untuk segera mengatasinya. Hal tersebut dilakukan dengan operasi militer yang dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani, Letkol Kaharudin Nasution, Brigjen Djatikusumo, serta Letkol Ibnu Sutowo. Setelah melalui sejumlah operasi militer, pada tahun 1961 gerakan Permesta mampu ditumpas oleh pemerintah Indonesia.
MODUL SEJARAH KELAS XI PEMBERONTAKAN Hal tersebut dilakukan dengan menculik dan membunuh GERAKAN 30 perwira-perwirai militer dari Angkatan Darat. Perwira-perwira yang menjadi korban dari penculikan serta pembunuhan antara SEPTEMBER PKI lain: Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal Soeprapto, (G30S/PKI) Mayor Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal M.T. Haryono, Letnan Satu Piere Tendean, Brigadir Jenderal D.I. Pandjaitan, dan Pemberontakan G30S/PKI Brigadir Jenderal Soetojo Siswomihardjo. merupakan upaya Pemberontakan G30S/PKI dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari pemberontakan yang isu dewan jenderal, ambisi kaligus obsesi PKI dalam dilakukan oleh Partai Komunis mensukseskan revolusi Indonesia, hingga adanya isu mengenai dokumen Gilchrist yang menunjukkan bukti kerjasama antara Indonesia yang kedua kali Angkatan Darat dengan Inggris. Upaya pemberontakan PKI, pasca kemerdekaan setelah menculik dan membunuh sejumlah perwira Angkatan Darat, dilanjutkan dengan penguasaan sejumlah tempat-tempat Indonesia. Pemberontakan pnting, seperti Radio Republik Indonesia hingga PN yang pertama telah dilakukan Telekomunikasi. PKI pada tahun 1948, Upaya penumpasan G30S/PKI selanjutnya segera diambil oleh sedangkan pemberontakan Panglima Kostrad, Mayor Jenderal Soeharto, dengan melakukan yang kedua dilakukan oleh operasi militer bersama dengan Resimen Para Komando PKI pada 30 September 1965 Angkatan Darat pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo. Pasca malam hari hingga 1 Oktober pemberontakan tersebut, tidak lama kemudian, sejumlah tokoh yang terlibat dalam aksi pemberontakan G30S/PKI ditangkap 1965 dinihari. untuk selanjutnya di eksekusi. Beberapa tokoh yang terlibat dalam pemberontakan G30S/PKI antara lain: D. N. Aidit, Letkol Untung, dan Sjam Kamaruzaman.
Search
Read the Text Version
- 1 - 9
Pages: