Baju Pramuka yang Malang 1 Oleh : Juni Kardi, M.Pd 2/28/2021
Sore itu jun menerima pemberian baju Pramuka dari tetangga. 2 Saking senangnya dengan baju tersebut jun langsung memakainya. Hingga senja, baju Pramuka itu masih tetap dipakai untuk pergi mengaji. Mengaji sebutan di kampung untuk kita anak-anak belajar membaca Al Qur'an. Al-Qur'an yang dimaksud adalah juz'amma. Sebuah metode pengenalan huruf Arab dengan sebutan metode hattaiya. Waktu belajar di surau tersebut adalah antara waktu magrib dan isya. Setelah shalat magrib berjamaah dilanjutkan dengan belajar bersama guru di kampung. Setelah shalat isya berjamaah anak-anak kampung tersebut pulang ke rumah masing- masing, begitu juga dengan Jun. Saat pulang teman-teman biasanya berlari ke rumah masing- masing. Berlari untuk dapat cepat sampai ke rumah karena perut sudah sangat lapar sekali. Maklum dari siang perut belum diisi apa-apa. Saat itu tidak ada jajan, tidak ada warung, yang kami tau hanya makan nasi. 2/28/2021
Setelah Sampai di rumah biasanya Jun makan malam 3 bersama keluarga, ayah, ibu kakak, Abang dan adik-adik. Berbeda dengan malam itu, sampai di rumah Jun This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY langsung tidur dengan baju pramuka yang dipakai. \"Jun... Makan...\" Suara ibu memanggil dari dapur. Jun tidak menghiraukan suara itu. Rasa kantuk Jun mengalahkan rasa laparnya. Malam itu Jun sangat capek karena bermain bersama teman- teman tadi siang. Maklum siangnya sibuk berbagai macam permainan. Mandi sambil bermain sembunyikan batu di dalam sungai, \"main Lala\" istilah permainan di kampung yaitu saling cari dan kejar-kejaran di dalam sungai. Sorenya Jun juga bermain benteng. Permainan yang terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama menjaga benteng sedangkan kelompok yang lain sembunyi dan merebut benteng. Karena lelah dan kecapean sehingga senja itu Jun tertidur pulas tanpa m2a/k28a/n20m21 alam.
Kampung Jun waktu itu belum ada penerangan lampu PLN. Penerangannya hanya berupa lampu \"palito\" sebutan lampu tempel di daerah Jun. Lampu tempel dengan bahan bakar minyak tanah. Ketika tidur lampu tidak dipasang banyak. Paling lampu yang di gunakan setiap kamar dan satu lampu penerangan di ruang tengah. Hal ini dilakukan untuk menghemat bahan bakar minyak. Ketika tengah malam sekitar jam 01.30 WIB Jun terbangun dari tidurnya. Saat bangun Jun merasa sangat lapar. Ia bangkit dari tempat tidur nya dan keluar dari kamar. Amak… makan… memanggil ibunya, ibunya sambil menyusuan adik kecilnya antara sadar dan tidak menyahut dengan sahutan huuu,,, tanpa sadar ibu tertidur lagi. Karena perut Jun sangat lapar, Jun langsung ke dapur sendirian. 2/28/2021 4
Penerangan menuju dapur, Jun membawa lampu tempel yang ada di ruang tengah. Jun berjalan gontai menuju dapur, karena penerangan kurang bagus, cahaya lampu tempel tersebut membuat mata Jun silau. Jun terus berjalan menuju meja tempat menyimpan nasi dan sambalnya yang ditutup songkok atau tudung saji. Sesampainya di meja Jun meletakkan lampu tempel tersebut di depannya. Jun membuka tudung saji dan mengambil piring. Pertama Jun mengambil nasi yang ada dalam periuk hitam. Periuk hitam karena proses menanak nasi menggunakan kayu bakar. Tidak ada megicom seperti saat ini. 2/28/2021 5
Posisi Jun mengambil nasi dalam periuk dalam keadaan berdiri supaya kelihatan. Lampu tempel diletakkan pas di bawah tangan. Ketika tangan kecil itu menyendok nasi dalam periuk tiba-tiba baju pramuka yang kebesaran bagi tubuh Jun itu menyapu api lampu tempel tersebut. Karena baju pramuka itu berbahan wol sehingga api cepat sekali memakan baju yang ada di tubuh Jun. 2/28/2021 \"Amak.... tolong....\" Amak.... Api...\" Teriak Jun di larut malam itu. Mendengar teriakkan itu Mak terbangun dan berlari ke sumber suara tersebut dan melihat api sudah besar di tubuh Jun. Melihat tubuh anaknya, sang ibu langsung menepis-nepis api tersebut dengan tangannya. \"Hus...hus ...hus...\" Sambil meniup dan menepis api yang membakar baju Jun. \"La Ilahailla Allah... La Ilahailla Allah... La Ilahailla Allah...\" Itulah suara yang keluar dari mulut sang ibu sambil berusaha memadamkan api di tubuh sang anak tersayang. 6
Beberapa saat setelah berusaha memadamkan api, akhirnya api 7 tersebut berhasil padam dari tubuh Jun. Ibu membopong sang anak ke ruang tengah. Jun dibaringkan untuk membuka baju pramuka dari sisa api. Sambil menangis dan berurai air mata Ibu memeriksa setiap sisi tubuh Jun. Mak mendapati bagian perut sebelah kanannya ada bekas baju yang terbakar menempel di kulit nya. Sambil berucap \"litak wang tonga malam yo nak... ngapo Ndak Wang jagong amak nak...\" (Lapar kamu tadi malam ya nak... Mengapa kamu tidak membangunkan ibu nak?) Ibu berusaha melepaskan sisa baju pramuka yang menempel di kulit Jun dengan pelan dan sangat hati-hati. Benar saja kain pramuka itu terlepas tapi ikut menempel di kulit perutnya sehingga kelihatan daging putih yang sudah terkelupas. Tangis Mak makin pecah malam itu ketika melihat luka bakar dibagian perut putra nya tersebut. 2/28/2021
Luka bakar di perut Jun sudah dibersihkan dari bekas baju yang 8 menempel serta tangis Jun sudah mulai reda. Mak baru sadar ternyata tangannya yang sudah keriput itu ikut melepuh karena menepis api ketika memadamkannya dari tubuh Jun. Mak pergi keluar rumah memeberi tahu tetangga sambil mencari obat. Tetangga di sekitar rumah kebetulan juga kerabat Mak. Tidak berapa lama tetangga disekitar rumah berdatangan ke rumah sambil membawa obat. Saat itu puskesmas sangat jauh dari kampung. Puskesmas hanya ada di ibu kota kecamatan. Jarak kampung ke puskesmas lebih kurang 12 km. Sementara kendaraan saat itu belum ada. Alat transportasi paling hanya ada sepeda, itu pun belum semua warga memilikinya. Masyarakat hanya menyediakan atau menyimpan obat-obatan tertentu dirumah. Oleh sebab itu masyarakat kebanyakan menggunakan obat tradisional sebagai solusi pengobatan. 2/28/2021
Tetangga yang datang malam itu sekaligus memabawa dan memberikan saran obat yang bagus menurut pengetahua mereka masing-masing. Saat itu yang Jun dengar dari warga yang datang berkata \"Iko ado topuong sulpa ancak tuok ubek luko, tabun di luko du muo\" (ini tepung sulpa bagus untuk obat luka, taburkan saja di bekas lukanya) Semenjak itu Jun masih terbaring di tempat tidur menunggu masa penyembuhan luka bakar yang ada di perutnya. Setiap hari warga kampung silih berganti datang ke rumah menjenguk. Tetangga yang datang membawa makanan dan obat- obatan sebagai buah tangan. Waktu itu ada yang membawa obat katanya \"tinta cina\" maka diolesi bekas luka bakar Jun dengan obat tersebut sehingga kelihatan luka bakar menjadi berwarna biru kehitam-hitaman. 2/28/2021 9
Begitulah seterusnya Jun di tempat tidur untuk pemulihan. Selama lebih kurang satu bulan Jun hanya bisa berbaring di tempat tidur. Masa kecilnya sudah berkurang untuk bermain dengan teman-teman sebayanya. Tapi apalah daya bekas luka bakar itu masih terasa sakit dan ngilu ketika bergerak. Jun hanya bisa menangis di tempat tidur menahan rasa sakitnya setiap hari. Bersambung… 10 2/28/2021
Bersambung… 11 2/28/2021
Search
Read the Text Version
- 1 - 11
Pages: