PERPISAHAN SEBUAH SEKRUP.... Renville Almatsier Ada sebuah larik dari legenda Tom Dooley yang selalu saya ingat, “When the sun rises tomorrow Tom Dooley must hang...”. Hari ini, saya terpaksa melantunkan adaptasinya meski tidak setragis itu. “When the sun rises tomorrow, Chevron must go...”. Ya, hari ini tanggal 8 Agustus 2021, sesuai berakhirnya perjanjian kontrak Production Sharing dengan pemerintah, perusahaan migas Chevron harus angkat kaki dari bumi Indonesia. Besok tak ada lagi Chevron di negeri ini. Buat Indonesia, Chevron yang doeloe lebih dikenal dengan nama Caltex, tentu mempunyai arti khusus. Betapa tidak, perusahaan yang beberapa kali berganti nama ini, selama 97 tahun terus mencari hingga kemudian memproduksi minyak mentah. Dari sumur-sumur minyaknya, tercurah limpahan sumber daya energi yang kemudian menjadi andalan penghasil devisa negara. Apalagi buat saya yang cuma “sekrup”. Page 1 of 3
Ketika pamit dari tempat kerja sebelumnya, saya ingat kata-kata senior saya Fikri Jufri. Meski merelakan kepergian saya, ia memberi komentar, \"Ngapain ente mau kerja di Caltex, cuma jadi sekrup....\" Ia yang sangat faham liku-liku bisnis migas, melihat Caltex, sebuah perusahaan multinasional, ‘bak mesin raksasa yang sudah mapan. Caltex memang raksasa, apalagi waktu itu baru saja mencapai puncak produksi 1 juta barrel sehari. Baginya tak masuk akal, seorang wartawan mau bekerja pada industri yang sarat teknologi. Sementara saya yang menggunakan kacamata lebih sempit, hanya bermimpi ingin membangun keluarga. Begitulah saya bergabung dengan PT Caltex Pacific Indonesia. Melangkah penuh harapan dengan mengorbankan banyak hal, termasuk ambisi-ambisi pribadi. Yang terpenting, calon teman hidup sangat mendukung. Ternyata Caltex memang memberikan atau memfasilitasi saya dengan kondisi yang menyenangkan untuk hidup berkeluarga. Belum genap tiga tahun bekerja, saya telah memiliki rumah sendiri, rumah untuk masa tua. Tiga putra saya dibesarkan di lingkungan camp di Rumbai dalam suasana kehidupan dekat dengan alam yang amat kami nikmati. Kami bisa masuk hutan atau berenang di sungai. Berbaur dalam komunitas multi ras, memberi pengalaman khas tidak saja bagi saya, tetapi juga bagi anak-anak yang memang ternyata sangat merasakan manfaatnya dalam pejalanan hidup mereka kemudian. Itulah target terpenting, membangun keluarga, membesarkan, mendidik anak dan mengantar mereka mencapai cita-cita guna memasuki kehidupan masing-masing. Pengalaman ini sangat menyenangkan bagi seluruh anggota keluarga yang hari ini pun ikut merasa kehilangan icon kenangan masa kecil mereka yang indah. Bagi saya sendiri, bekerja di Caltex bagai masuk ke \"universitas kehidupan\" yang memberi banyak hikmah. Dari budaya atau kultur perusahaan serta sistem kerjanya, saya belajar disiplin. Yang sangat terkesan adalah sistem kontrolnya mengajar kita jauh dari godaan korupsi. Saya bersyukur mendapat pengalaman dalam pengembangan diri, yang dinilai sesuai kinerja, sebagai profesional dengan etos kerja penuh kekeluargaan dan toleransi. Kecuali menjalin network dengan berbagai pihak, termasuk banyak pejabat, melalui tugas-tugas kerja saya mengenal pelosok tanah air, berkeliling memberi dukungan bagi pelestarian berbagai aset budaya, penelitian universitas, pengembangan lembaga kesehatan dan lain-lain. Melalui kesempatan itu saya berkenalan dengan saudara-saudara sebangsa dan makin mengasah kepekaan perlunya hidup gotong- royong penuh toleransi. Saya menjalin persahabatan dengan Richard Hopper, salah seorang penemu lapangan minyak raksasa Minas yang kemudian mempercayakan penerbitan bukunya. Saya sendiri beberapa kali mengikuti pendidikan, antara lain untuk meningkatkan kemampuan menulis dengan duduk di bangku New York University. Dan kemudian mempraktikkannya ketika bekerja di dua perusahaan induk Socal dan Texaco Page 2 of 3
serta berkesempatan bertugas di Capitol Hills. Saya terlibat pembangunan proyek Duri Steamflood dan pemasangan jaringan pipa beraliran listrik terpanjang, masing-masing yang terbesar dan terpanjang di dunia saat itu. Namun saya yang dari atas helikopter acap kali menyaksikan pekatnya belantara pedalaman Riau, juga menjadi saksi hilangnya hutan-hutan tropis yang beralih fungsi menjadi penunjang lain bagi pembangunan. Tak terasa 28 tahun saya bisa bertahan. Saya memasuki masa pensiun dengan \"bersih\", dan dengan hati lega serta bangga. Hari ini, di usia senja, saya mengilas-balik semua yang saya dapat dan lalui bersama Caltex. Saya yakin Chevron atau Caltex akan dikenang oleh kami sekeluarga dan juga oleh ribuan mantan karyawan beserta keluarga mereka yang pernah satu kereta, di pelosok dunia manapun mereka berada. Kami bersyukur pada Allah swt. Itulah pengalaman panjang sebuah “sekrup”... Tangerang Selatan, 8 Agustus 2021 Page 3 of 3
Search
Read the Text Version
- 1 - 3
Pages: