12. CAPPADOCIA – ANATOLIAN PLATEAU Sebuah Catatan Geowisata Oleh: Isdjulaedi Bakri Indonesia masuk kedalam sepuluh besar negara yang wajib dikunjungi versi Lonely Planet's Best in Travel 2019. Tahun 2017 Pariwisata merupakan penyumbang devisa negara terbesar ke dua mengalahkan sektor migas yang menempati urutan ke tiga (itupun tanpa menghitung importnya). Bahkan di tahun 2018 dan 2019 pariwisata menempati urutan pertama penyumbang devisa terbesar. Obyek wisata alam seperti gunung berapi, laut dan pantai pulau karang, gua-gua kapur, karst topografi dll. yang khas unik jarang dijumpai di negara-negara lain merupakan salah satu potensi andalan kita. Itu semua tidak lepas dari peristiwa-peristiwa geologi dalam pembentukannya. Geowisata merupakan peluang baru yang perlu kita gali dan promosikan secara intensif. Kenapa? Karena begitu obyek geowisata alam ini di buka, industri pariwisata lain seperti sejarah, budaya, kerajinan, kuliner, hotel dll. juga akan ikut berkembang. Memang sih.. dibutuhkan jiwa geopreneur untuk pengembangannya. Pada bulan April 2013, penulis pernah menyusuri desa-desa pelosok di Turkey, tepatnya di Cappadocia yang juga merupakan andalan wisata alam mereka dengan dipandu oleh pemandu wisata seorang ahli geologi wanita yang tidak muda lagi. Beliau pensiunan pegawai pemerintah. Penjelasannya sangat gamblang dengan narasi yang apik gampang dicerna bahkan oleh siapapun tanpa harus mengerti geologi. Cappadocia, orang Turkey menyebutnya Kappadokya merupakan wilayah yang sangat menakjubkan baik secara Geologi, Arkeologi maupun Sejarah. Terletak di Central Anatolia, Turkey. Wilayah ini bisa dicapai sekitar 1.5 jam penerbangan plus 1 jam perjalanan darat atau 7 jam dengan menumpang bus dari Istanbul. Berikut ini merupakan catatan perjalanan geowisata ke Cappadocia yang merupakan bagian dari Anatolian Plateau di Turkey itu dan tentu saja lengkap dengan cerita obyek-obyek ikutan yang menarik tentang arkeologi, sejarah, kuliner, teknologi primitif serta kebijakan energinya. Mudah2an cukup inspiratif dan berguna bagi pengembangan pariwisata khususnya geowisata di Indonesia. Geologi Secara geologi Cappadocia merupakan endapan material vulkanik yang tebal hasil letusan-letusan gunung berapi sejak 14 juta tahun yang lalu (periode Neogene-Quartenary pada skala waktu geologi) sampai 2.5 juta - 10 ribu tahun yang lalu (Pleistocene pada skala waktu geologi) yang membentuk Anatolian Plateau. Plateau atau dataran luas yang letaknya ditengah pertemuan lempeng-lempeng tektonik benua Eurasia, Arabia, Africa dan Eugia ini kemudian mengalami gerusan atau tererosi baik oleh
air permukan, sungai, salju yang mencair maupun angin yang akhirnya membentuk morfologi yang unik berupa bukit-bukit kecil berbentuk kerucut-kerucut atau tugu-tugu dengan tudung dibagian atas seperti kepala jamur. (Foto 1-4&5) Plateau ini terkurung oleh adanya dua deretan pegunungan yaitu pegunungan Pontic disebelah Utara sepanjang pantai Laut Hitam (Black Sea) dan deretan pegunungan Taurus disebelah Selatan sepanjang pantai Laut Tengah (Mediterranian) yang bertemu menyatu di ujung Timurnya dimana terdapat gunung Ararat yang merupakan puncak tertinggi di Turkey. Ada dua buah gunungapi purba yang sudah tidak aktif lagi yaitu gunung Ercyses dan gunung Hasan yang endapan material vulkaniknya membentuk morfologi pemandangan alam yang spektakuler tersebut. Selain tufa piroklastik yang diendapkan dari udara karena letusan gunungapi, material vulkanik tersebut juga diendapkan di danau-danau sebagai lapisan vulkanik klastik (Foto: 1-2), juga lava basalt yang lebih masif. Lava basalt inilah yang membentuk tudung- tudung bukit jamur (Foto: 1-3) itu. Dalam geologi bukit-bukit jamur ini disebut pinnacles. Di Indonesia walaupun tidak begitu luas, bukit- bukit jamur akibat erosi ini juga ada, yaitu di Daerah Gresik Jawa Timur. Sisa-sisa tudung kepala jamur lava basalt ini terbentuk karena mempunyai kekerasan/kepadatan yang berbeda dengan lapisan tufa dibawahnya. Bukit jamur bisa juga terbentuk karena perbedaan komposisi mineral atau dulunya merupakan koloni karang laut (reef). Arkeologi dan Sejarah Selain secara geologi, Cappadocia juga luar biasa menakjubkan dari segi arkeologi dan sejarah. Karena kondisi geomorfologi berupa bukit-bukit yang berbentuk kerucut atau tugu yang unik itu barangkali yang telah menginspirasi peradaban manusia untuk membangun gua-gua bawah tanah tempat hunian yang terus berkembang menjadi kota bawah tanah (underground city) yang paling tidak terdiri dari 7 tingkat kebawah.
Underground city di wilayah ini diperkirakan dibangun pertamakali pada abad 8-7 sebelum masehi yang kemudian berkembang pesat pada abad 5-10 masehi karena dipergunakan sebagai tempat persembunyian umat kristiani dari kejaran pasukan Romawi (Greek) pada zaman bizantium. Karena itulah di tempat ini banyak di temukan gereja (chappels) berupa gua-gua yang jumlahnya sekitar 2500 bahkan ada semacam dorm atau asrama untuk biarawati dan biarawan. (Foto 2-1) Underground city cukup untuk menampung 20.000 penduduk dilengkapi dengan gudang- gudang penyimpanan stock makanan dan minuman serta dapur-dapur lengkap dengan alat penumbuk bumbu atau biji2an. Beberapa chambers atau ruang-ruang tempat hunian, dilengkapi dengan pintu bulat berlubang yang selain berfungsi sebagai pegangan penutup/pembuka juga untuk mengintip siapa yang diluar demi keamanan. Selain itu juga ada balconi teras untuk santai menghirup udara segar. Antara kelompok hunian semacam desa yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh terowongan yang totalnya sepanjang tidak kurang dari 8 km. Underground city juga dibangun secara bertingkat. Paling tidak telah ditemukan 7 tingkat kebawah, tapi yang dibuka untuk wisata umum hanya 2 tingkat dilengkapi dengan banyak shafts atau terowongan vertikal sebagai ventilasi udara segar yang panjangnya mencapai 55m. Tingkat paling bawah menyentuh permukaan air tanah sebagai penopang kehidupan. Karena hampir segala kebutuhan dasar kehidupan manusia tercukupi seperti makanan, air, udara, temperatur didalam tetap terjaga antara 13-22 derajat celsius baik dimusim panas maupun dingin yang diluar bersalju, sampai kebutuhan kultural religius juga terpenuhi maka tempat hunian ini bisa bertahan berabad-abad. (Foto 2-5) Bahkan sampai sekarang banyak dibangun Cave Hotel, hotel-hotel yang berupa gua-gua dalam tanah seperti tempat penulis menginap selama disana.
Selain itu ada dua bangunan megah bersejarah yaitu Hagia Shopia dan Blue Mosque. Kedua bangunan ini terletak di Istanbul (dulu Constantinople) yang merupakan magnet utama (disamping banyak obyek-obyek menarik lainya tentunya) yang menyedot lebih dari 31 juta wisatawan asing selama tahun 2012 dan mendatangkan income tidak kurang dari USD 23.5 milyar. Sementara Indonesia pada tahun yang sama hanya mampu menarik sekitar 8 juta wisatawan asing yang mendatangkan devisa sekitar USD 9.1 milyar. Hagia Shopia, orang Turkey menyebut Aya Sofia pada awalnya adalah gereja orthodox bergaya arsitektur bizantium yang dibangun pada tahun 532 masehi dan terus berfungsi sebagai gereja sampai ketika Turkey dibawah Sultan Mehmet ll (Ottoman Empire) pada tahun 1453 dirubah menjadi masjid dengan menambahkan 4 menara, mihrab (tempat imam yang menghadap Qibla) mimbar, menutupi (tidak merusak) ornamen-ornamen gerejanya dan menganti dengan kaligrafi yang islami. Sampai akhirnya dijadikan museum pada tahun 1935 oleh pemerintah Republik Turkey. (Foto 2-3) Tidak jauh dari Hagia Sophia pada tahun 1609 - 1616 ketika Turkey dibawah pemerintahan Sultan Ahmet l dibangun sebuah masjid yang sangat megah dengan arsitektur yang mirip dengan Aya Sofia. Namanya sebetulnya adalah Sultan Ahmet Cami (Mosque) tapi lebih populer dengan sebutan Blue Mosque karena interiornya didominasi oleh ornamen-ornamen keramik berwarna biru yang indah menakjubkan. (Foto 2-4) Mesjid ini dibangun terintegrasi dengan madrasah serta kios-kios sebagai pusat kegiatan ekonomi. Didalam komplek masjid juga terdapat sebuah lapangan yang dikelilingi oleh arcade. Dipintu masuk ke lapangan ini digantung melintang sebuah rantai besi dengan maksud agar raja yang naik kuda akan menunduk hormat, kalau tidak kepalanya akan terbentur rantai itu. Pada tahun 2006 Paus Benedict XVI mengunjungi masjid ini dan sempat mengheningkan cipta bertelanjang kaki disamping mufti Istanbul Mustafa Cagrici dan imam Masjid Sultan Ahmet, Emrullah Hatipoglu. Ini adalah peristiwa ke dua sepanjang sejarah seorang Paus mengunjungi tempat ibadah umat Islam. Pertanian
Tingkat kehidupan para petani di Cappadocia dan sekitarnya umumnya sangat makmur. Keadaan yang jauh sekali berbeda dengan petani kita yang identik dengan kemiskinan. Ini tercermin dari kondisi perumahan didesa-desa mereka yang lebih besar dan lebih bagus dari rata-rara perumahan real estate di Indonesia (Foto: 3-1). Nampaknya sistem pertanian mereka terintegrasi dengan industri kerajinan dan pariwisata yang semua saling mendukung dalam satu wilayah sehingga mata rantai tata niaga lebih pendek. Sebagai produsen, petani punya posisi tawar yang lebih kuat dari pada pedagang atau tengkulak. Di Indonesia kondisinya terbalik. Selain bertani sayur dan buah mereka juga melakukan pekerjaan lain termasuk berternak lebah madu dan ulat sutera untuk industri karpet dan kerajinan keramik yang sangat indah dan mahal nilai jualnya (Foto 3-3,4&5) Yang tak kalah menarik adalah keramah tamahan mereka, sangat bersahabat (Foto 3-2). Sifat yang telah lama pudar dari bangsaku yang dulu juga terkenal sangat ramah dan bersahabat, tapi kini sudah berubah cenderung jadi beringas. Kuliner Turkey Turkey adalah negara tiga wajah, sebelah Eropa, sebelah lain Asia yang teraduk dengan warna Timur Tengah. Keadaan ini justru melahirkan keunikan budaya yang bersinergi saling menguatkan termasuk kulinernya yang kaya akan cita rasa. Cita rasa eksotik sensasional yang bisa memanjakan baik lidah Asia, Eropa maupun Timur Tengah. “Simit”, yaitu roti bulat berbentuk cincin besar yang di balut padat oleh biji wijen/sesame (Foto 4-1) adalah menu tradisional untuk sarapan pagi. Simit biasanya dimakan dengan keju dan salad tomat, sayuran yang disiram minyak zaitun olive oil. Dimakan rotinya thok juga enak. Setelah sarapan simit makan siang nasi dengan lauk “testi kebabi” yaitu ayam atau daging sapi berkuah nyemeg (jadi gak ada hubungannya dengan babi lho ya) yang dicampur sayuran tomat, wortel, bawang putih, kacang kapri dan bumbu2 lain kemudian dimasak dalam kuali gerabah tertutup di seal rapat-rapat pakai adonan tepung roti. Biasanya disajikan dengan memecah kualinya setelah matang… “hmmm..uenake pol rek “(Foto 4-2).
Ada makanan yang saya suka sekali disebut “midye dolma” yaitu sejenis kerang hijau yang dikukus bersama nasi berbumbu yang dimasukkan kedalam shell, cara makannya dengan membuka shell nya dan yang sebelah untuk menyendok setelah dikecerin sedikit lemon.. “wuuihh..gurih” (Foto 4-3). Apa lagi kalau disantap sambil menyeruput “Elma Cayi” atau apple tea, yaitu “teh” yang dibuat dari rajangan/cincangan buah apel (Foto 4-4). Adalagi makanan cemilan sejenis ting-ting kacang almond, chickpeas dll. yang di ikat dengan perekat gula atau madu tapi rasanya tidak terlalu manis, disajikan sangat menarik dan mengundang selera (Foto 4-5). Tentu saja makanan khas Turkey “doner kebab”, irisan daging ayam atau kambing yang di grill dengan diputar (doner) dicampur sayur-sayuran, kentang, acar dengan dressing mayonnaise dan tomato ketchup yang digulung dengan roti pipih (pita bread) bisa dinikmati baik untuk sarapan, makan siang ataupun makan malam (Foto 4-6). Bertahan Dengan Teknologi Primitif Beberapa waktu yang lalu disebuah group email kami pernah berdiskusi tentang kecanggihan microwave sebagai kotak masak ajaib yang membuat kagum banyak orang karena kepraktisannya, walaupun dibalik itu terjadi proses yang panjang dan rumit memerlukan banyak sumberdaya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.. Dalam diskusi tersebut penulis mencoba membandingkannya dengan cara orang \"ndeso\" memasak makanan lezat belut bakar sambal terasi nasi liwet yang dianggap \"primitif\" tapi ternyata lebih arif dan bersahabat dengan alam dan lingkungan walaupun tujuan akhirnya sama yaitu mengisi perut. Ketika menyusuri jalan-jalan padesaan sentra-sentra pertanian di Goreme dan Urgup Turkey, lagi-lagi penulis melihat manusia moderen yang tetap setia memanfaatkan teknologi primitif yang hemat energi dan bersahabat dengan alam dan lingkungan karena tidak polutif. Pada tebing-tebing kaki perbukitan tufa banyak terlihat bunker-bunker. Awalnya saya mengira itu adalah bunker militer atau bunker perlindungan dari serangan udara ketika zaman perang. Ternyata saya salah. Itu adalah \"cool storage\" tanpa mesin pendingin milik para petani disana. Itu adalah \"cave storage\" atau gua yang berfungsi sebagai gudang penyimpanan hasil pertanian. Suhu didalamnya tetap bertahan antara 7-10 derajat celcius sepanjang tahun walaupun diluar bisa mencapai 40 derajat pada waktu panas dan bersalju ketika musim dingin. Cara \"primitif\" yang
sudah dipraktekkan sejak nenek moyang mereka tinggal didalam gua-gua kota bawah tanah lebih dari seribu tahun yang lalu. Bukan saja gua yang berfungsi sebagai lumbung pangan, bahkan restoran-restoran dan hotel-hotel yang dibangun didalam gua-gua (cave resto dan cave hotel (Foto 5-2&3) sampai sekarang masih merupakan fasilitas pariwisata unik warisan peradaban primitif yang banyak mendatangkan manfaat dan duwit yang tidak sedikit. Kebijakan Energi Penemuan cadangan gas yang lumayan besar di Turkey yang diumumkan 21 Augustus 2020 yang lalu menarik memang, tapi sebetulnya cara pengelolaan energinya yang lebih menarik. Turkey sendiri sebenarnya punya migas yang terutama dihasilkan dari lapangan Selmo, Mola dan Arpartepe. Tapi total produksinya hanya sekitar 5% dari kebutuhan, yang 95% harus diimport. Proven oil reserve atau cadangan minyak terbukti nya tahun 2016 sekitar 312 juta barrels terutama dari Hakkari Basin. Harga BBM nya termasuk sangat mahal. Turkey memberlakukan pajak konsumsi BBM yang tinggi. Strategi ini dilakukan agar masyarakat tidak boros energi selain agar energi baru terbarukan bisa cepat berkembang dan ini memang bukan omong kosong belaka. Hydropower atau Pembangkit Listrik Tenaga Air yang terpasang saat ini di Turkey mencapai 15.1 GW atau sekitar 41% dari perkiraan potensinya sebesar 35 GW. Targetnya seluruh potensi ini bisa dimanfaatkan pada tahun 2023. Bandingkan dengan Indonesia yang baru mampu memanfaatkan sekitar 6% atau 3.529 GW dari potensinya sebesar 70 GW. Wind energy atau Pembangkit Listrik Tenaga Bayu juga berkembang pesat, terutama di wilayah selatan. Akhir tahun 2009 baru terpasang 801 MW telah menjadi 2041 MW pada pertengahan 2012 dan targetnya 5000 MW di tahun 2015. Diharapkan tahun 2023 bisa mencapai 20 GW. Begitu juga Solar Energy atau Energi Matahari, nampak semua rumah-rumah petani di wilayah padesaan telah terpasang photovoltaic cell panels atau panel pembangkit listrik tenaga matahari di atapnya. Walaupun harga BBM mahal pemerintahnya juga konsekwen menyediakan transportasi umum yang murah, nyaman, cepat dan aman seperti tram listrik dan busway (Foto 6-2&3). Yang menarik untuk menghemat energi diantaranya pemerintah juga membatasi pembangunan mall- mall besar yang cenderung boros energi dan membina pasar-pasar tradisional yang selain hemat energi juga malah atraktif bagi wisatawan dan menghasilkan devisa (Foto 6-4). Selain tentu saja mereka masih memanfaatkan teknologi primitif yang sederhana tapi sangat bermanfaat dan sangat hemat energi seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
RETURN TO DAFTAR ISI
13. CERITA RINGAN DAN AGAK NORAK MUNGKIN? CERITA TAS KRESEK Oleh: Habash Semimbar Waktu aku kuliah di Colorado, bawa istri dan 2 anak balita. Liburan semester pertama kami. gunakan untuk berlibur ke Orlando, Florida. Karena sudah kebayang setelah semester kedua pasti sudah sibuk dengan ngerjain thesis. Jadi liburan semester pertama ini dimanfaatkan jalan2 sama teman2 yang assignment di Dallas. Berhubung perjalanannya jauh banget, naik mobil supaya bisa lihat Countryside, kami spent 2 mingguan sampai balik ke Colorado lagi. Akhirnya kami enggak bawa koper karena bagasi sedan Chevrolet Corsica kecil, tetapi pakaian dimasukkan ke tas kresek, supaya bisa diselip-selipkan sampai kepojok-pojok bagasi. Satu tas kresek isinya pakaian untuk sehari, sehingga 2 minggu bawa 15 tas kresek. Pakaian kotor dimasukkan Kembali kedalam tas kresek, rupanya di Amerika dimana-mana banyak Coin-Laundry, jadi bisa nyuci langsung dikeringkan, sehingga seharusnya enggak perlu bawa 15 tas kresek. Dari Colorado, kami mampir ke Dallas, karena teman2 banyak yang sedang assignment di Kantor Pusat Caltex di Dallas. Dari Dallas, baru kami Convoy sampai 8 mobil ke Orlando, ke Disney World. Di Dallas-lah kami ditanya kawan2 koq enggak bawa koper?? Terbongkarlah rahasia kami kalau pakaiannya masuk Tas Kresek. Mula2-nya kami diledekkin, begitu setiap nginep di hotel kami enggak repot naik turunin Koper, barulah temen2 menyadari ke-praktis-an kami. Akhirnya temen2 pada ikut2-an deh kalau pergi jauh jalan darat, mereka juga pake tas Kresek. ������������������������������. Begitu ceritanya Tas Kresek yang berjasa... Sekian dulu.... Habash Semimbar, ex Badge #17375 Masa kerja CPI 25 January 1983 - 30 June 2009. Lanjut ke Petronas Kuala Lumpur 1 July 2009 - 30 June 2012, Balik ke CPI 1 September 2012 - 1 Januari 2016, Sumber Geotehnik 1 Agustus 2016 - 31 Oktober 2016, PT SAM dan PT PGE 1 Oktober 2017 - sekarang. Masuk kerja di Development Geology of Exploration Division Rumbai dan Duri s/d 1995. QI Coord. - sampai 1997. Technology Liaison Representative di Houston sampai akhir 1999. Kembali ke Duri sampai 2007, PED Director di Rumbai dan pensiun tahun 2009 (1 year earlier).
RETURN TO DAFTAR ISI
14. CERITA-CERITA LUCU SEPUTAR COMBUS Oleh: Mirza Afridi Tulisan ini berkisah seputaran cerita2 lucu yang terjadi pada pegawai yang combus (Company Business/Business Trip) ke Jakarta sesuai yang dikisahkan si pelaku dan/atau yang menjadi bahan gurauan di messhall ataupun di kantor saat kita berkumpul. Tentu saja nama tersangka tidak dituliskan disini.. bagaimana dengan penulis sendiri, apakah ada di salah satu cerita ini? Silahkan tebak.. 1. Just Coffee Please.. Ini kisah seorang teman yang baru pertama kali ditugaskan ke Jakarta dan menginap di hotel bintang lima di jalan Thamrin yang menjadi favorit pegawai Caltex Sumatra karena dekat dengan kantor Kebon Sirih. Jadi setelah kawan ini cek in di hotel sore hari maka esok paginya dia turun ke lobi untuk sarapan tapi rupanya dia bukan ke restoran tapi ke lounge di loby. Setelah duduk datanglah waitress menanyakan mau pesan apa sambil bawa buku menu. Ok mbak saya lihat menunya dulu ya.. kata kawan ini. Begitu dia buka buku menu diabkomen dlm hati.. huiik mahal2 banget yah. Akhirnya dia lihat harga secangkir kopi yang affordable meskipun masih mahal juga krn harga hotel bintang lima. Tak lama waitress datang lagi menanyakan.. mau pesan apa pak? Dia jawab: Just coffee please.. pake susu pak? Tanya si waitress. Ga usah mbak.. jawab si pegawai. Akhirnya datang lah secangkir kopi pesanannya. Dia minum dan nikmati pelan2 kopi harga bintang lima tersebut. Kemudian berangkat lah dia ke kantor. Besoknya.. just coffe.. Besoknya lagi .. just coffe juga.. sorenya dia pulang ke Rumbai. Besoknya dia cerita pengalaman itu di kantor dan meledaklah tawa teman2 dan bbrp senior di kantor itu.. rupanya gara2 salah tujuan tempat sarapan, akhirnya dia cuma minum kopi tiap pagi atau mungkin juga karena dia memang ga ngerti kalau makan paginya gratis.. he he.. 2. Kartu Akses Elektronik Ini juga cerita seorang pegawai baru yang pertama kali ditugaskan ke Jakarta dan menginap di hotel bintang 5. Setelah mendarat di bandara Halim dengan menggunakan co-plane si pegawai kemudian memesan taxi dengan tujuan hotel tertentu yang berbintang 5. Setelah sampai hotel dia cek in dan kemudian diantar ke kamarnya oleh seorang bellboy. Setelah sampai dikamarnya si bellboy membukakan pintu dan meletakkan barang bawaan si pegawai tadi di kamarnya kemudian minta ijin meninggalkan kamar tsb. Tinggallah si pegawai baru tersebut mencoba menyalakan lampu kamar dan tv.. setelah beberap kali ceklak ceklek saklar lampu dan remote tv tetapi tidak ada satupun yang mau hidup atau menyala.. bingunglah si pegawai ini.. gimana caranya nyalain lampu ya? Akhirnya dia telp resepsionis dan minta dibantu untuk menyalakan lampu. Tak lama datanglah bellboy sambil menanyakan.. ada yang bisa dibantu pak? Si pegawai
menjawab, ini lho mas knapa lampu2 nya ga ada yang mau nyala ya? Ooh sebentar pak...lalu dia lihat sesuatu ke dekat pintu masuk kemudian dia tanya làgi.. em maaf pak kartu aksesnya ada dimana? Itu dimeja deket tv, kata si pegawai. Saya ambil ya pak. kata si bellboy sambil berjalan mengambil kartu akses tersebut dan memasukkannya ke sebuah kotak kecil dekat pintu masuk, setelah itu dia tekan beberapa saklar lampu... dan... menyalalah beberapa lampu di kamar tersebut. Sudah nyala ya pak kata si bellboy .. mungkin tadi bapak kelupaan belum insert kartu aksesnya kesini pak.. sambil menunjuk kotak kecil dekat pintu masuk yang dia lihat tadi.. o iya mungkin ya mas soalnya sy tadi buru2 mau mandi, kilah si pegawai. Setelah si bellboy keluar kamar, si pegawai tepok jidatnya sambil nyengir2 sendiri dan ngomel.. ah dasar ndeso.. bener2 kaya kabayan saba kota.. !! 3. Kisah Pepperoni yang enak Kalo ini cerita seorang pegawai combus dengan atasannya ke Jakarta. Pagi hari mereka sarapan di resto hotel tersebut dan keliatan si pegawai sedang menikmati sarapan irisan daging tipis diatas nasi gorengnya.. si bos nanya... hei kamu tau apa itu yang kamu makan? Iya mas enak nih dagingnya buat lauk nasi goreng sambil dia lanjut melahap makanan itu. Si manajer penasaran, dia nanya lagi.. bener kamu tau apa yang kamu makan itu? Iya mas tenang aja.. ini enak koq. Akhirnya karena ga tahan lagi si manajer ngomong.. bro (kalo istilah jaman sekarang) itu namanya peperoni bahannya daging bxxx..!! Ah yang bener mas, kata si pegawai. Ya udah kalo ga percaya.. kata si senior. Akhirnya si pegawai ngomong sambil menghentikan makannya.. yaah mas mestinya ngomongnya entar aja nunggu saya abisin dulu makanannya ha haa.. Ooo dasar lu..!! Kata si bos sambil senyum2. 4. Diteriakin Maliing.. Maliing.. Ada dua teman dekat di kantor kebetulan combus bareng ke Jakarta dan saat itu perusahaan sementara sedang menempati gedung ATADI di depan hotel Sari Paciffic. Sore hari sèlesai meeting pulanglah mereka berdua ke hotel. Sampai di pinggir jalan Thamrin mereka berbincang sebentar.. kata yang satu \"mlayu nyabrang ae tah... mumpung kendaraane wayahe sepi\". Kata kawannya \" gak popo tah?\" Maksudnya\" kita lari nyebrang aja yuk.. mumpung kendaraan lagi sepi..\" kata kawannya \" emang ga papa?\" Karena dari ATADI Plaza ke Sari Pacific memang tinggal nyebrang jalan saja. Padahal seharusnya mereka nyebrang jalan di zebra cross di perempatan Sarinah Jl Thamrin. Rupanya karena mereka berdua tampak siap2 mau berlari menyebrang jalan hal itu memancing perhatian polisi yang berjaga di pos perempatan Sarinah Jl Thamrin yang lalu menyeru kepada mereka berdua dengan menggunakan pelantang suara agar tidak menyeberang jalan.. \"jangan nyebrang.. jangan nyebrang!!\". Tapi saat itu bersamaan pula dengan 2 orang itu mulai start lari nyebrang. Begitu mendengar suara polisi melarang nyebrang.. makin kencanglah mereka berlari menyebrang jalan \"ayo cepat lari.. langsung masuk hotel\". Karena polisi melihat mereka makin kencang berlari menyebrang jalan.. berteriaklah polisi di pos itu.. \"maliing maliing..\" makin kencanglah mereka berdua berlari melintas taman pembatas jalan dan nyebrang jalan yang melintas di depan hotel SPP. Sesampai di tepi jalan satunya mereka terus berlari menaiki tangga menuju halaman hotel.
Kemudian berjalan agak cepat memasuki lobi hotel dan duduk disana sambil terengah-engah dan tertawa tawa berdua mengingat kekonyolan yang baru saja mereka lakukan. Kata yang satu.. \"Jangkrik.. koen iku pancen nuakal koq..sampek ndredeg aku dibengoki maling ambek polisi.. yang punya ide lari nyebrang jalan cuman ketawa \"ha ha haa.. wes pokoke wes slamet sampe hotel..\" terjemahan bebasnya kira begini.. \"kamu tuh emang nakal yah bikin orang gemeteran diteriakin maling sama polisi\". Ha ha ha.. sudahlah yang penting sudah selamat sampe hotel.. Wes ah ayo istirahat dulu nanti habis magrib kita makan sate kambing di pojokan jalan Sabang.. Mirza Afridi, ex Badge #19955 Masa kerja 14 April 1992 - 30 Maret 2017 Masuk kerja di bagian Personnel Relations - Rumbai, PT Caltex Pacific Indonesia sebagai Analyst Compensation & Benefit. Tahun 1997 menjadi TM HR Minas.SBU. Tahun 2000 ditugaskan sebagai HR Specialist People Development di Rumbai. Tahun.2004 sebagai HR Reps di HR Operations Rumbai. Tahun 2006 penugasan ke San Ramon dan Houston. Tahun 2007 sebagai HRBP di Dumai. Tahun 2010 HRBP di Duri. Tahun 2012 transfer ke IDD Project di Jakarta. Tahun 2014 sebagai HRIR Specialist di HR Jakarta dan pensiun dini melalui program Divestasi Geothermal tahun 2017. Post CPI Retirement: 1. 2017, Team Manager HR Operations Star Energy Geothermal 2. 2018, Team Manager HR Strategic Star Energy Geothermal 3. 2019, pensiun dr Star Energy Geothermal 3. 2019 - now, konsultan HR pada LSP PIB (Lembaga Sertifikasi Profesi - Penyuluh Integritas Bangsa) dan Centrois (Governance Risk Compliance Consultant) RETURN TO DAFTAR ISI
15. Dari RUMBAI ke MINAS terus ke JAKARTA gagal ke DURI Idham Lubis AKU KOSONGKAN GATE VALVE DAN CHECK VALVE UKURAN 4” DARI WAREHOUSE CPI Idham Lubis Tulisan 1 Pada awal tahun 1980, aku dipindahkan ke bahagian konstruksi di CRG Minas, sebelum nya aku bekerja di bahagian perencanaan (design) di General Engineering di bahagian Mechanical Engineering di Rumbai. Mendengar dipindahkan ke CRG Minas, aku senang sekali, bekerja di Proyek terbesar di CPI dimasa itu, proyek Minas Cosolidated Gathering Station, membangun 6 Gathering Station yang besar menggantikan ratusan Gathering station mini. Dalam hati berkata, CPI tau apa yang aku inginkan, aku paling senang nyetir dan ngebut, walaupun tidak sehebat ngebutnya Tengku Dahlan dan pak Rasfuldi ..... zhuuusss .... Lagi pula sudah lebih 4 tahun di General Engineering .... cukuplah, udah tau aku men design peralatan peralatan minyak tu .... kalau lama lama di General Engineering takut kepala tu jadi botak .... coba liat aja ... berpikir dari pagi sampai sore .... panas kepala tu .... kepala panas bisa membuat jidat membesar. Selama bekerja di CRG Minas, aku tetap tinggal di DBQ Rumbai, sarapan di mess Rumbai langsung nyetir ke Minas, tak sampai 30 menit, jalan minyak yang berkelok kelok, hanya berjarak 25 km, dengan mobil kebanggaan CPI, Holden Belmon, mesin inline 3300 cc, 6 silinder, transmisi otomatis dengan 3 percepatan. Semasa itu diluar CPI belum ada mobil otomatis. Betul betul pekerjaan yang cocok untukku, kebanyakan aku berkantor di mobil, setiap hari mobilku menghabiskan premium 50 liter. Setelah 6 bulan bekerja di CRG Minas, aku mendapat laporan hampir 50% gate vale dan check valve ukuran 4” yang di copot dari Gathering station mini tidak bisa dipakai atau sudah rusak. Semula direncanakan gate valve dan check valve dari Gathering Station mini itu akan di pakai kembali. Aku laporkan hal ini ke project engineer nya pak Sulistijo (alm) di General Engineering Rumbai dan katanya akan di order secepatnya penggantinya. Pendek cerita, memerlukan waktu untuk meng order valve tersebut, lagi pula stock valve di Singapura terbatas, kata orang Amoseas di Singapore.
Di kegelisahan, aku diskusi dengan pak Sulistijo, bisa terlambat proyek kita pak, kata ku. Dia berkata, laporkan aja apa adanya, katakan valve dari Gathering Station mini banyak yang rusak. Waduuh .... gimana ini .... bisa2 tertunda ke emcepe .... bisa bisa dianggap boss aku tidak mampu, padahal baru kali ini aku mengerjakan proyek, proyek besar raksaa lagi .... padahal begitu pindah ke CRG sudah dikasi aku level 10. Lagi pula bukan soal level aja .... tapi nama bisa rusak kalau proyek delay. Didalam kegelisahan dan ketakutan itu, kubuka terminal computer untuk melihat di warehouse mana ada gate valve dan check valve ukuran 4”, aku lihat banyak di warehouse Duri dan ada Dumai dan juga di Rumbai. Setelah melihat stok valve 4” di komputer, kuperintahkan material CRG untuk dikeluarkan dan simpan di Warehouse CRG Minas. Dengan tanda tangan saktiku, semua gate valve dan check valve ukuran 4” termasuk kepunyaan proyek proyek lain aku keluarkan dari warehouse .... sampai habis kosong. Tidak sampai disitu saja, aku cek ke material control Rumbai kapan gate valve dan check valve ukuran 4” akan tiba di pelabuhan Dumai atau Rumbai dari Singapore. Begitu tau tanggal kapal akan berlabuh di Dumai atau Rumbai, ku perintahkan material CRG untuk valve itu di costum clearence di pelabuhan dan langsung dibawa valve nya ke CRG Minas. Akibatnya gate valve dan check valve ukuran 4” habis, kosong di semua warehouse CPI. Mereka di proyek lain tau juga aku yang mengeluarkannya .... kemudian banyak surat datang ke kantor ku untuk meminjam gate atau check valve ukuran 4”. Surat yang datang meminta valve tersebut aku cop/stempel besar “NO WAY”. Boss besar CRG Duri pak SH Hutabarat datang ke Minas dari Duri dan bertemu aku, dia bilang jangan proyek besar mematikan proyek proyek kecil ...... proyek proyek kecil harus jalan .... dan ku bilang iya pak.
Tapi anehnya boss besar di Rumbai pak Ray Sheppard diam aja ketika ketemu aku .... dia hanya menanya kemajuan proyek. Saya minta maaf pak SH Hutabarat, permintaan bapak waktu itu tidak aku ikuti, kerena aku takut proyek Minas itu delay. Dan juga aku minta maaf kepada senior senior ku, terutama pak Mulyono Wiranto dan teman teman lainnya, yang semasa itu mau meminjam valve ukuran 4” tapi tidak aku kasi .... maaf sekali lagi. Syukur Alhamdulillah, proyek Minas Consolidated Gathering Station dimasa aku semuanya in time. Di bulan Desember 1981, setelah genap 2 tahun aku di CRG Minas, aku menerima undangan dinner di Rumbai dari EDAC Grantees, yang artinya aku terpilih mendapat training ke USA untuk tahun 1982. Pada bulan Januari 1982, aku berangkat training ke Tulsa dan New Orleans. Terima kasih yaaa Allah ... hanya sembah sujud yang dapat kulakukan. CALON ISTERIKU TUGAS DI JAKARTA Idham Lubis Tulisan 2 Sebelum menikah calon isteri ku memberi syarat, yaitu dia tidak bisa tinggal di Riau, syarat ini aku setujui aja, tanpa berpikir panjang, yang artinya aku mesti pindah kerja di perusahaan minyak lain di Jakarta. Di bulan Januari 1982, aku training EDAC ke Tulsa dan New Orlean dan isteriku ikut. Sepulangnya dari training ini, aku betul betul bingung memilih resign dari CPI atau aku di Riau dan isteriku di Jakarta.
Sebetulnya berat juga aku meninggalkan CPI, perusahaan raksasa internasional yang megah .... perusahaan yang begitu mewah dan whuaah .... perusahaan yang telah memberikan Grant ketika aku kuliah, perusahaan yang telah mendidikku di bidang design dan konstruksi peralatan perminyakan, perusahaan yang telah mengirimku training ke USA. Digaji sambil bekerja dan belajar .... dimanjakan .... begitulah kerja di CPI .... makan di mess seperti makan di hotel berbintang 5 .... cuti ke Singapore .... setiap tahun berkali kali short training ke Singapore atau Jakarta .... tinggal di hotel bintang 5 dan training panjang ke Amerika .... tak pernah ku bayangkan sebelum aku bekerja di CPI .... bisa nyetir mobil dan naik pesawat aja aku alami selama aku bekerja di CPI .... dapat jodoh aja kerena aku di CPI. Jadi sebetulnya berat sekali aku untuk meninggalkan CPI .... berat sekali .... meninggalkan perusahaan yang telah merubah nasibku .... yang telah memenuhi hobby ku, makan enak dan nyetir. Di awal 1983, tiba tiba saja kubuat surat resign. Aku buat draft nya dan temanku se DBQ, Irzawandi Djanis (auditor) mengalih bahasakan ke bahasa Inggris, kerena auditor itu bahasanya jelas dan indah. Surat itu ku tujukan ke pak Ray Shepard, Manager Engineering. Akupun bersiap2 menyerahkan pekerjaan .... menunggu penggantiku di CRG Minas. Project Minas Consolidated Gathering Station itupun sudah hampir selesai tinggal inventory nya aja. Dua hari kemudian setelah surat ku kirim, aku di telpon pak Shepard untuk datang ke kantornya. Di kantornya, aku ditanyainya kenapa mau resign. Aku jelaskan, isteri ku seorang dokter, bekerja di Jakarta .... dan mau sekolah lagi. Pendek cerita, akhirnya pak Shepard berkata, kamu sabar saja tunggu aja 1 atau 2 tahun, akan kita selesaikan .... itu yang ku tangkap . Kemudian aku kembali ke Minas sambil bingung, apa maksudnya .... 1 atau 2 tahun .... koq payah banget .... biasanya orang yang mau keluar dari CPI itu di jorokin .... dianggap penghianat. Seminggu kemudian aku temui pak R Parapat, Head Mechanical Engineer. Aku ceritakan apa yang aku tangkap dari pembicaraanku dengan pak Shepard. Ku bilang ke pak Parapat, aku sudah diinterview perusahaan minyak di Jakarta, .... mungkin kaget juga dia mendengar ini. Pak Parapat berjanji ketemu pak Shepard untuk membicarakannya. Beberapa hari kemudian aku disuruh datang lagi ke kantor pak Shepard. Disini baru jelas .... rupanya di Jakarta 1 atau 2 tahun lagi akan dibentuk Div. Logistic & Procurement dan aku ditunjuk sebagai Chief Inspector nya. Dan kata pak Shepard, dia sudah bicara dengan pak Sundramurti dan katanya pak Sundramurti setuju aku pindah duluan ke Jakarta, walaupun Div. Logistic & Procurement belum terbentuk dan disuruhnya aku ketemu Pak Sundramurti.
Akhirnya aku ketemu pak Sundramurti di kantornya. Pak Sundramurti waktu itu adalah bossnya Logistic CPI di Rumbai. Selama di Rumbai, aku tau pak Sundramurti, tapi dia gak tau aku, kerena aku belum pernah ngomong dengan dia. Pak Sundramurti serius menginterview aku, menanya kerjaanku mendetail .... ku jawab dengan santai, dan kujelaskan pekerjaanku selama aku di Engineering dan di CRG .... kalau di tanya soal pekerjaanku, hidup badanku .... nampaknya beliau sangat berkesan dengan penjelasanku. Akhirnya dia bertanya kapan kau mau pindah ke Jakarta .... aku tanya balik, apa udah ada kerjaan di Jakarta pak .... katanya lagi .... banyak kerjaan untuk kau. Akhirnya aku bersiap siap untuk pindah dan bekerja di kantor CPI Jakarta, yang seumur umur tak pernah kubayangkan .... engineer bisa kerja di kantor pusat CPI jakarta, engineer biasanya tempatnya di hutan. Aku yakin ini semua kerena kehendak Allah SWT .... apakah inilah takdirku .... takdir harus tetap di CPI ..... Allah yang tau. PINDAH KE KANTOR CPI JAKARTA Idham Lubis Tulisan 3 Waktu yang di tunggu tunggu datang juga, antara percaya dan tak percaya, ada engineer project kerja di kantor pusat CPI di Jakarta. Aku berangkat pindah ke kantor CPI Jakarta pada awal tahun 1983 dari CRG Minas. Di hari pertama kerja di kantor pusat CPI Jakarta, di Jalan Kebon Sirih. Aku datang dengan pakaian orang lapangan yang bagus yang kubeli selama training di Amerika. Baju bercorak kotak kotak, celana Levis dengan ikat pingga besar yang kepalanya/buckle nya bergambar drilling rig, sepatu safety shoes red wing yang mahal, kayak cowboy .... memang begitulah gaya pakaianku di Rumbai / Minas dan juga selama training di Amerika. Setibanya di kantor CPI Jakarta, aku bengong juga, kucari lift, dan masuk ke lift. Di lift, orang orang yang berpakain rapi dan berdasi itu matanya semua melihat aku. Tapi kerena aku memakai badge CPI, mungkin mereka tau juga aku orang lapangan. Akhirnya sampailah aku ke kantornya Pak JP Rijken untuk melapor, begitu ketemu, Pak Rijken ikut ikut bengong juga dia, kerena selama di Rumbai pun, dia gak kenal aku, sedangkan aku tau dia dan kenal sama anak anak nya. Setelah ku sebut namaku, baru dia senyum, artinya Pak Sundramurti telah memberi tau bahwa aku akan datang ke Jakarta. Pak JP Rijken adalah Supt Purchasing Jakarta, yang kemudian diperbesar menjadi Dept Purchasing & Traffic .
Begitu aku duduk di depannya, langsung aku di nasehati. Nasehat pertama adalah jangan bilang hallo kalau menerima telepon, harus sebutkan nama duluan, seperti good morning, Idham Lubis speaking. Nasihat kedua, jangan pakai celana jean ke kantor pusat Jakarta .... padahal kebanyakan celanaku jean, jean Levis lagi. Selama beberapa hari, aku belum punya kerjaan, dalam keadaan yang masih bengong itu kudatangi orang orang yang aku kenal selama di Rumbai, pertama tama mbak Isye dan Erna di Personnel Jakarta. Beberapa hari kemudian, pak Sundramurti datang ke kantor CPI Jakarta. Tugas yang diberikan oleh pak Sundramurti (VP Logistic & Procurement) adalah mencari pegawai baru untuk mengisi struktur organisasi Dept. Purchasing & Traffic Jakarta yang baru, kira2 60 posisi. Mulailah aku sibuk. Jadi aku minta surat surat lamaran kerja yang dikirimkan pencari kerja ke Personnel CPI. Kemudian di kirim mbak Isye ber box box surat lamaran itu ke kantorku. Ya seharian kerjaku memilih - milih surat lamaran itu. Setelah dapat yang bagus dan cocok dengan posisii di organisasi chart aku pilih dan interview. Kemudian terakhir di interview pak JP Rijken dan pak Sundramurti. Pada tahun 1985, terbentuklah Logistic & Procurement CPI dan jabatan aku adalah Chief Inspector and Vendor Suveryor. Sekali lagi aku bersyukur dan bersujud. Di Minas aku berputar putar di hutan, sekarang aku akan berkeliling mendatangi pabrikator yang membuat equipment yang dipesan CPI. Ku pikir pikir, memang CPI ini tau apa kesukaan ku. Bahagian Inspection di Div. Logistic & Procurement Jakarta itu bertanggung jawab terhadap kualitas dari barang barang yang di beli CPI. Kalau barang itu dibuat di Fabrikator seperti pressure vessel atau Steam Generator, Inspection CPI itu mengikuti pembuatannya dari melihat sertifikat barang barangnya seperti pelat baja nya. Juga kabel kabel listrik, pipa - pipa dan lain sebagainya. Jadi di bahagian Inspection CPI itu ada mechanical engineer, electrical engineer. Kami juga punya beberapa welding inspector di Jakarta dan Batam, yang kami kontrak dari Inspection Company yang ada di Jakarta. Kami juga diperbantukan seorang senior inspector dari Caltex London, namanya Mr. Mcintosh. Pak Mcintosh ini Lebih 30 tahun menjadi inspector di proyek proyek milik Caltex London, seperti proyek Caltex di Afrika Selatan, Australia dlsb. Isterinya berasal dari Australia. Pak Mcintosh ini tidak pernah minum air putih, setiap minum yang diminumnya pasti bir, sepanjang hari. Katanya air putih itu sangat korosif, merusak perut.
Purchase Order pertama Steam Generator untuk Area 1 DSF dikeluarkan tahun 1985 ke PT Babcock & Wilcock di Batam, sejumlah ± 50 Steam Generator. Babcok & Wilcok ini perusahaan Amerika, adalah spesialis pembuatan boiler, dia juga yang membuat steam Generator untuk Bakersfield, CA, USA. Mulailah aku sibuk ke Batam, yang bertanggung jawab atas QC Steam Generator tersebut. Dalam seminggu atau dua minggu bisa 3 atau 4 hari aku di Batam. Kerena Steam Boiler ini memakai standard ASME section VIII Div.1, sibuk juga aku mempelajari ASME tu, untung ada advisor ku, Mr, Mcintosh, senior inspector dari Caltex London. Begitulah pekerjaanku, engineering inspector, sampai ASME Section VIII itu aku kuasai, dan selama aku menjadi Chief Inspector ada lebih 500 Steam Boiler yang selesai untuk DSF Duri. Sampai sampai aku diundang untuk memberi presentasi di Safety Management of Boilers and Presure Vessels. Tak pernah aku tau, kalau pegawai tugas ke kantor CPI Jakarta dianggap Company business. Tinggal aja aku di tempat mertua. Ku sangka perdiem allowance dan hotel itu hanya untuk training. Begitu aku dipindahkan ke Kantor CPI Jakarta, dikasi tau aku dapat perdiem allowance. Hampir dua tahun aku dapat perdiem allowance, dan setelah itu aku dapat perdiem perdiem terus kalau aku tugas ke Batam. Pada akhir tahun 1984, aku mendapat bantuan perumahan atau HOP. Kali ini aku betul betul kaget, gimana gak kaget, HOP itu sebesar 66 X bulan gaji atau dimasa itu kira kira 70 juta rupiah. Dengan uang sebesar ini dimasa itu, dapat membeli rumah dimana aja. Disamping itu dikasi CPI pula uang membeli mobil, lengkaplah sudah .... disamping itu bahagian Inspection dikasi mobil dinas, 1 mobil Corona dan 2 mobil Corolla, .... Cuma tak enaknya pakai supir.
Ketika aku baru pindah ke Jakarta, pada tahun 1983 kubeli rumah di Taman Bona Indah berukuran 114/80 m2, dengan menjual tanahku di Blok F Cinere, yang kubeli ketika aku di DBQ Rumbai. Pada tahun 1986, setelah aku mendapat rumah HOP, kubeli lagi rumah di Taman Bona Indah berukuran 144 / 85 m2. Rumah ini di tahun tahun itu seharga sebuah mobil Corolla lebih dikit. Dari kedua rumah itu, sekarang ini, aku mendapat pasive income sebesar 120 juta rupiah setahun. Setelah 5 tahun aku dipindahkan ke kantor CPI Jakarta, dimana 3 tahun sebagai Chief Inspector, di akhir tahun 1987, aku mendapat lagi surat undangan dinner dari EDAC Grantees, ini artinya,
akau terpilih lagi untuk ke-2 kalinya training ke USA. Kali ini aku betul betul kaget, gak percaya, betul betul surprise .... kenapa CPI begitu baiknya padaku. Pertengahan 1988, berangkatlah aku ke Amerika beserta keluargaku. Tempat training ku itu namanya Hobart Inspection School di Troy, Ohio. Kota kecil ini dihuni pekerja pekerja perusahaan Hobart Welder, sepertinya Troy ini kota kepunyaan perusahaan Hobart. Hobart adalah perusahaan terkenal di bidang pengelasan dan peralatan pengelasan. Lokasi Troy itu di negara bahagian Ohio, terletak di utara Dayton, kira kira ½ jam naik mobil. Dayton adalah kota dimana Wright Bersaudara membuat dan menerbangkan pesawatnya. Lapangan tempat mereka menerbangkan pesawat itu menjadi musium pesawat terbang, luas sekali dan mengagumkan. Sedangkan Niagara Falls terletak di utaranya kira kira 6 jam naik mobil. Tiga kali kami ke Niagara falls selama kami tinggal di Troy, Ohio. Berangkat tengah hari Jumat setelah habis sekolah, hari Jumat habis sekolahnya jam 12.00 siang. Selama libur sekolah dua minggu, aku didaftarkan EDAC untuk mengikuti kursus di AMA (American Management Association), O’Hare, Chicago. Sepulang dari Chicago ada libur 4 hari, kami pergi ke Washingtons DC. Mengunjungi monumen monumen dan gedung putih, juga taman pahlawan Amerika, Arlington, melihat makam John F Keneddy dan Ted Kennedy. Dan juga mengunjungi bekas rumah Jacqueline Kennedy sewaktu dia jadi wartawan. Puas rasanya naik mobil di highway Amerika itu, nyetir adalah hobby ku .... Sewaktu training EDAC yang pertama tahun 1982, aku naik pesawat ke Washington DC. Di tahun 1989, setelah aku kembali dari EDAC Training, terjadilah reorganisasi besar besaran di Div. Logistic & Procurement. Pak Sundramurti pensiun dan digantikan pak Rudy Lonan. Aku akan dipindahkan ke bahagian Commissioning DSF di Duri. Kata pak Rudy Lonan aku akan diletakan di posisi terbaik di Commissioning DSF Duri. Mendengar aku akan dipindahkan ke Duri, langsung aku ke kantorku dan duduk didepan komputerku. Kubuatlah surat lamaran kerja ke tiga perusahaan minyak yang ada di Jakarta, yaitu Gulf Resourses (semula namanya Asamera, tahun 1995 namanya ditukar, disamakan dengan nama pemiliknya), Arco dan Hafco. Hari Senin berikutnya kuantar sendiri surat lamaran itu, datang aku ke kantor perusahaan minyak itu dan surat lamaran itu kuberikan ke teman teman yang dulu di CPI, untuk disampaikan ke HRD. Di Gulf Resources kuberikan surat lamaran itu ke Pak M Asikin, electrical engineer, juga pernah tinggal di DBQ. Di Arco, kuberikan ke pak Heru Pramono, geologist, juga pernah di DBQ. Di Hafco kuberikan ke pak Ernes (lupa aku nama lengkapnya), dulu orang Petrosea di CRG Minas. Hari Senin ku masukan lamaran itu, hari Selasa aku di telpon ke rumah untuk interview hari Rabu di kantor Gulf Resourses. Hari Rabu aku datang dan di interview oleh Chief Facities dan Manager Proyek. Semuanya bule, padahal di Asamera, semasa itu proyeknya kecil kecil, kayak Gathering station mini di Minas, cuma pakai separator kerena banyak gas nya. Di interview verbal itu aku di terima, ditanyanya gajiku di CPI, ditawarkannya aku level 14, ku bilang menurut peraturan aja,
kerena aku gak suka minta minta soal pangkat atau naik gaji. Dalam 2 tahun kemudian, levelku naik menjadi 16, untuk perbandingan, VP di Gulf Resources levelnya 17. Gulf resources tidak mempunyai VP Project. Minggu berikutnya datang surat dari Arco, meminta aku datang ke kantornya untuk di interview. Kemudian aku datang, aku lupa harinya. Kantor Arco itu memang mewah, megah dan besar sekali. Disinipun, di proyeknya banyak bulenya, tapi proyeknya besar dan banyak. Mula mula aku di interview manager proyeknya, dan aku dibawa keliling di kantor proyek, di setiap pojok kantor proyek Arco tu ada maket production platfom yang sudah jadi, kata nya lagi dalam 5 tahun kedepan Arco akan membuat belasan Production Platform, kagum juga aku melihat platfom yang gede itu. Kemudian di antarnya aku ke kantor VP Project. Di kantor VP Project ini hampir 2 jam aku diinterviewnya, ditanyanya tentang proyek yang telah ku kerjakan di CPI, dari Minas consolidated Project sampai inspection steam generator DSF. Kujelaskanla semuanya, kalau ditanya tentang proyek atau inspection, hidup rasanya badanku, lagi pula bule kan suka mendengar. Dan dibacanya juga cv ku, tau dia aku baru pulang training dari Hobart Inspection School. Pertanyaan terakhir dari VP Project ini yang tak pernah kulupakan adalah, kapan kau paling susah membuat keputusan. Secara reflek ku jawab, sekarang ini, membuat keputusan mau keluar dari CPI. Ditanya lagi, kenapa. Kujelaskan, dari aku mendapat grant dari CPI semasa kuliah, dididiknya aku di bidang engineering, konstruksi dan inspection, dikirimnya aku training di Amerika, sampai sampai kujelaskan dapat isteripun aku di CPI. Lama diam membisu pak VP Project ini mendengar jawabanku. Kemudian dia keluar, disuruhnya aku nunggu di kantornya. Gak lama kemudian, dia masuk lagi dan diajaknya aku keluar, rupanya untuk ketemu VP HRD Arco dikantornya. Pak VP HRD ini pun banyak bertanya tentang diriku, dan di akhir interviewnya, dia berkata, setahun kamu kerja di sini, kau akan mendapat HOP dan assignment 2 tahun di Arco Amerika. Hatiku berkata .... alamak .... kata orang Medan. Dua minggu kemudian datang surat dari Hafco untuk interview, tapi aku tidak datang. Setelah di interview Gulf Resources dan Arco, kemudian aku disuruh medical check. Medical check Gulf Resources biasa biasa saja. Tapi medical check Arco, medical check offshore, minta ampun, dijungkir balik, kutil pun diperiksa. Menunggu screening Pertamina, aku harus memutuskan memilh Gulf Resources atau Arco. Susah aku memutuskannya, walaupun dengan sholat tahajud. Gulf Resources di onshore, tapi perusahaan kecil. Arco perusahaan gede tapi di offshore. Di hari Sabtu, sepulangnya isteriku mengaji, langsung dia berkata, kata pak ustads tadi, kalau anak gadis dipinang beberapa orang, pilihlah orang yang pertama meminangnya. Maksud isteriku, pilihlah perusahaan yang menerimaku yang pertama. Akhirnya kupilih Gulf resources. Aku yakin, ini pilihan Allah SWT. Semula produksinya 40.000 BOPD, kemudian membangun proyek Corridor Block Gas Project, yang men expor 300MM gas ke
DSF Duri. Diperusahaan ini aku mendapat share (saham), aku dapat tugas ke Yokohama untuk engineering Coridor Block Gas Project. Tahun 1997, aku naik haji, sepulang haji aku melapor ke pak Supramu Santosa (VP Admin) dan dikatakannya aku mendapat HOP (bantuan perumahan) dari Gulf Resources. Sebelumnya HOP itu tidak ada di Gulf Resources. Uang HOP itu sebesar Rp.150 juta, ditransfer langung ke rekeningku. Kalau kubelikan rumah ditahun itu di Sektor 9, Bintaro Jaya, dapat satu rumah ukuran Lt/Lb. 144/85 m2. Kerena aku sibuk di pekerjaan proyek, kubelikan dollar uang itu. Harga dollar sepulang aku naik haji tahun 1997, ± Rp. 2.500 per dollar. Jadi aku dapat dollar ± 60.000 dollar. Uang dollar itu kusimpan di safety box bank BDN (sekarang namanya Bank Mandiri) di Manggala Wanabakti. Di safety box ukuran menegah itu, penuh uang dollarku, bersama dollar yang kudapat selama bertugas di Yokohama. Tak lama kemudian terjadi krismon. Ditahun 1998, 1 dollar itu nilainya menjadi lebih Rp. 10 ribu, artinya dengan uang HOP yang aku tukarkan ke dollar itu, di tahun 1998 dapat membeli 4 rumah, dulunya hanya bisa membeli 1 rumah, padahal harga rumah juga turun di tahun ini. Disinilah aku mulai mengumpul rumah kontrakan. Dengan adanya uang kontrakan itu, tak perlu lagi aku mengemis pekerjaan seperti bapak ku dulu ketika pensiun dan bebas aku mentraktir teman temanku kalau ketemu. Rupanya ... air Ciliwung tidak mengizinkanku meninggalkan Jakarta untuk pindah ke Duri. TIDAK BERANI KETEMU PAK SUNDRAMURTI Idham Lubis Tulisan 4 Selama di Rumbai, pak Sundramurti adalah Supt. Logistic sebelum menjadi VP Procurement & Logistic di Jakarta. Anehnya, selama di Rumbai aku tau beliau tapi aku belum pernah ngobrol dengan beliau.
Pak Sundramurti lah yang menyetujui aku pindah ke CPI Jakarta pada tahun 1983, dua tahun sebelum terbentuknya Div. Procurement & Logistic pada tahun 1985. Akhir tahun 1989, pak Sundramurti pensiun dari CPI dan mendirikan perusahaan pemasangan pipa dibawah laut yang berkantor di gedung perkantoran Benhill. Pada hari aku menyerahkan surat resign aku pada CPI, setibanya di rumah ada pesan dari telpon rumah supaya menghubungi pak Sundramurti, tak tau aku dari mana Pak Sundramurti mengetahui aku resign dihari itu. Aku telpon pak Sundramurti, dia mengatakan supaya besok pagi aku datang kekantornya di gedung perkantoran Benhill. Pada esok harinya, dipagi hari aku datang kekantor pak Sundramurti. Dikantor itu aku pertama kali disambut Bill Albert, teman seangkatan Eddy Meisyal masuk Procurement CPI, yang juga sudah resign dari CPI. Kemudian aku ketemu pak Sundramurti dan beliau menceritakan tentang kegiatan perusahaannya. Ringkas cerita, pak Sundramurti mengajak aku bekerja di perusahaannya. Tapi aku tidak memberi keputusan. Kata2 terakhirnya pada pertemuan itu, sebelum aku pulang, yang tak mungkin aku lupakan adalah: Kalau kau di perusahaan minyak .... ya kau gitu2 aja .... ditambahkannya lagi: berapa lama lagilah saya duduk dikursi ini. Ya Allah .... aku mengecewakan pak Sundramurti, orang yang begitu baiknya padaku. Aku tidak sanggup untuk mengatakan tidak pada pak Sundramurti .... kerena hormatku pada nya. Selama di CPI, dia sangat percaya pada aku .... dan aku mengerjakan semua pekerjaan yang dimintanya dengan sebaik baiknya. Akibatnya aku tidak berani ketemu dia bertahun tahun. Setelah sekian tahun, aku ketemu pak Sundramurti dihajatan anaknya Muslim Harahap di masjid Pondok Indah .... begitu ketemu aku peluk pak Sundramurti. Bukan aku tidak mau bekerja di perusahaan pak Sundramurti .... tapi aku rasa belum mampu bekerja di perusahaan yang sangat sibuk itu. Maaf pak Sundramurti .... budi baik bapak tak bisa ku balas .... tak bisa ku lupakan. Aku hanya bisa berdoa supaya pak Sundramurti diberi kesehatan dan kebahagiaan.
Pada telkon terakhir pada bulan November 2019 yang lewat, pak Sundra mengundang aku untuk datang ke kantornya sehabis Covid 19 .... mudah mudahan dia mau aku traktir makan mie Aceh di Benhil. Penutup: Sesungguhnya tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua yang terjadi di alam ini sudah ditentukan Allah. Setiap manusia sudah punya track / rel nya masing masing, kemana akan perginya. Setiap manusia sudah ditentukan rezekinya, tidak bisa dikurangi atau ditambah. Setiap manusia sudah ada takdirnya. Idham Lubis, ex Badge #14453 Masa kerja di Caltex Pacific Indonesia (CPI) 1975 - 1990. Masuk kerja di bahagian General Engineering Rumbai, sebagai Mechanical Engineer. Tahun 1980 pindah ke CRG Minas sebagai Coordinator proyek Minas Consolidated Project. Tahun 1983 pindah ke bahagian Inspection di Logistic & Procurement Jakarta. Tahun 1990 resign dan pindah ke Gulf Resources. Di Gulf Resources kerja di beberapa proyek. Proyek terbesar yaitu Corridor Block Gas Project, meng expor gas ke DSF Duri sebesar 300MM per hari. Pensiun dari Gulf Resourses tahun 2007. RETURN TO DAFTAR ISI
16. DUBIC Charity Ride Oleh: Sadono Sabtu pagi itu suasana masih gelap, langit cerah terlihat beberapa bintang bertaburan. Semua pesepeda (rider) berkumpul di depan Wisma Bekasap. Udara terasa dingin menaungi para peserta yang sedang melakukan tahap persiapan terakhir. Hari itu Duri Bicycle Club (DUBIC) menyelenggarakan event Charity Ride Duri – Minas yang diselenggarakan pada tanggal 4 April 2009 tersebut. Setelah beberapa kali acara ini berlangsung, akhirnya saya mengikuti acara Charity Ride ini. Perasaan dan suasana hati berdebar-debar, jarak bersepeda Duri – Minas yang tertulis 100 KM tentunya akan menguras fisik dan mental agar bisa sampai di Minas. Jumlah peserta lebih kurang ada 30 orang, semua saling kenal satu sama lain, suasana meriah. Sebagain besar route perjalanan adalah off-road, hanya ada sepotong ruas di daerah Kandis yang harus melalui jalan raya Duri – Pekanbaru, mulai dari desa Pinggir sampai Kandis, karena ada sungai yang tidak bisa ditembus. Acara tahunan Charity ride ini senantiasa menarik perhatian, baik pesepeda ataupun para sponsor perseorangan. Pesepeda mempersiapkan fisik & mental dan tentunya sepeda harus dalam kondisi prima. Route ini adalah off-road sehingga menggunakan sepeda jenis MTB (Mountain Bike). Persiapan fisik umumnya dilakukan jauh hari, umumnya dilakukan pada hari akhir pekan dengan melakukan trip simulasi di sekitar Duri. Saya juga melakukan extra latihan fisik dengan berlari di komplek perumahan CPI Duri. Karena bertempat tinggal di komplek Sibayak #56, route Sibayak – Kerinci loop sering saya lakukan karena jarak yang cukup ideal untuk melakukan short run di pagi hari. Sepeda juga harus dipersiapkan dengan melakukan service agar kondisi prima untuk melakukan perjalan jarak jauh. Sepeda yang saya pakai adalah MTB Giant type NSR yang cukup populer pada waktu itu. Peran sponsor perseorangan menjadi penting, karena sumbangan teman – teman kerja menambah semangat dalam tahap persiapan dan dalam menempuh perjalanan. Umumnya sponsor menerapkan sumbangan secara flat rate, namun ada juga yang memilih per km ride. Daftar pesepeda dan sponsor di letakkan di internal Dropbox folder untuk memudahkan sponsorship dan meledakkan semangat peserta Charity Ride ini. Hasil sumbangan diserahkan ke kelompok warga yang bergerak dalam pembinaan atau pemberdayaan masyarakat di sekitar daerah operasi CPI. Target saya dalam event Charity Ride adalah sampai di Minas dengan selamat. Strategi harus tepat untuk mencapai tujuan tsb. Tidak boleh berlebihan dalam genjot sepeda, karena khawatir bisa kehabisan tenaga di tengah perjalanan, namun juga tidak boleh terlalu santai. Idealnya kita bersepeda dalam kelompok kecil , dengan bergabung dengan teman yang “pace”nya setara untuk kenyamanan, keamanan dan antisipasi apabila ada masalah2 diperjalanan (ban bocor, kaki kraam, sepeda rusak dll). Cukup banyak referensi untuk menempuh bersepeda jarak jauh, seperti olah fisik, carbo load, jenis asupan snack & minuman yang cocok selama perjalanan. Tepat jam 6:00 pagi, perjalanan dimulai dari Wisma Bekasap kemudian melewati komplek Talang dan dilanjutkan melalui Lagoon (Municipal water treatment). Baru keluar dari area komplek CPI
Duri, sudah ada drama kecil, ban sepeda teman tiba-tiba bocor sehingga menyita perhatian dan kesediaan pesepeda lain untuk membantu ganti ban yang bocor. Pada umumnya pesepeda sudah mempersiapkan semua perlengkapan untuk hadapi masalah2 yang mungkin muncul, seperti ban bocor, rantai putus dsb, dengan menyediakan perlengkapan / tools, pompa, ban ban serep, chain lock dll. Kejadian ban bocor di tahap awal perjalanan ini, membuat lebih waspada dan perhitungkan spot-spot jalan yang akan dilalui. Panitia Charity Ride senantiasa terorganisasi dalam penyelengaraan event ini. Staging station yang menyediakan asupan minuman, buah, snack ringan itu berlokasi di sebuah rumah makan di daerah Kandis. Dari station ini, pesepeda kembali masuk area off-road ke arah Minas. Panitia juga menyediakan beberapa kelompok Sweeper berupa mobil jenis station wagon & pick-up, juga ada beberapa Sweeper yang menggunakan motor trail yang akan berperan apabila jalan tidak bisa dilewati oleh mobil. Lepas dari Kandis perjalanan dilanjutkan melalui hamparan kebun kelapa sawit. Setelah beberapa lama perjalanan, jalanan yang dilalui mulai mengecil sehingga hanya sweeper motor trail yang bisa masuk untuk koordinasi dan memberikan bantuan apabila diperlukan. Kemudian sampai pada suatu lokasi yang tidak bisa dilalui baik oleh motor trail dan juga sepeda! Pada lokasi tersebut berupa parit gajah yang memanjang seperti sebuah sungai kering, lebar lebih kurang 10 meter dan parit gajah tersebut cukup dalam. Sepeda harus di turunkan dan dinaikkan bersama- sama dan estafet untuk melewati parit gajah tersebut. Perjalanan dilanjutkan kembali selepas dari parit gajah dan kembali masuk hamparan kebun kelapa sawit yang amat luas, rindang namun sepi menuju arah Minas. Keluar dari area kebun kelapa sawit, baru teraso bahwa cuaca sangat panas terik, langit biru jernih nyaris tanpa awan, suhu sekitar 35°C, tidak ada angin bertiup, kondisi jalan kerikil lepas dan suasana sangat lenggang. Saya cukup lama sendirian dalam kondisi ini dan nyaris tersesat. Godaan sweeper terasa amat sangat besar, nyaris meluluhkan hati! Ditengah perjalanan sudah berlangsung 6 jam, tenaga sudah banyak tercurah, sepeda tidak bisa kompromi hadapi medan perjalanan. Saya percaya bahwa jenis sepeda MTB apapun merknya dan jenisnya, sistem suspension sudah tidak berpengaruh di medan yang ganas ini. Hanya semangat, harapan dan doa yang bisa menterjemahkan tekad untuk tidak menyerah dan terus mengayuh sampai akhir tujuan. Mobil sweeper lalu lalang seolah menawarkan jalan pintas bagi para pesepeda yang sedang berjuang melawan keganasan track berkerikil lepas ini. Cukup dengan melambaikan tangan ke sweeper, kita bisa masuk mobil dingin ber-AC, full music, full cold drink dan sepeda akan dinaikkan ke mobil pick-up. Pada saat itu, komposisi rombongan sudah berubah total dibandingkan pada saat berangkat. Ada sebagian yang sudah melaju ke depan, sebagian tercecer atau “tidak tahan” godaan mobil sweeper. Beberapa teman juga mengalami mechanical failure karena berbagai penyebab. Tidak terasa semua persiapan fisik & mental yang sudah dilalui sebulan terakhir, dorongan semangat sponsor untuk membantu masyarakat sekitar operasi CPI dan doa keluarga terasa terbayar begitu masuk area Minas camp. Mata terasa basah, bersyukur begitu sampai di Golden Barrel Club – Minas, setelah menempuh perjalanan selama 8 jam dari Duri dengan selamat.
Sadono, Ex Badge #20029 Service date: 1992 sd 2018 (Pendi) SY: 25 tahun Marvelous experiences: DSF Project, Heavy Oil Operations & Maintenance, Steam Generation, Operations Engineering, Lean Sigma Deployment Champion, IDD Operations, Enviromental Remediation & Land Operations. Current: O&G Facility Consultant RETURN TO DAFTAR ISI
17. EPISOD EPISOD (The Episodes of My Life) Oleh: Hanafi Kadir* Pengantar: Setiap orang punya kisah-kisah pengalaman hidup sendiri, yang ekslusif, unik dan indah untuk dikenang atau diceritakan kembali. Namun tidak semua orang mampu menyampaikan kisah-kisah yang bisa jadi sekedar mengingat masa lalu atau, lebih baik lagi, bisa dicermati dan diambil manfaatnya bagi yang mendengarkan/membacanya itu. Kisah-kisah berikut ini berupa hal-hal biasa saja. Saya coba tuliskan untuk mengingat masa lalu itu sendiri serta melatih kemampuan menulis. Tulisan-tulisan ini baru saya saja yang menikmati, belum pernah dipublikasikan, bahkan kepada anggota keluarga sendiri. Bukan apa- apa, tapi karena belum rampung. Masih puluhan episod-episod berbeda masa dan tempat yang baru berwujud judul kejadian saja. Dulu (2002) saya bersemangat sekali. So, terima kasih, “HPC Menulis”. Mudah- mudahan kehadirian kegiatan ini memotivasi saya untuk menyelesaikannya dan berlatih menulis lagi. Selanjutnya, tulisan-tulisan pendek yang lebih merupakan kumpulan anekdot ini akan saya beri nomor untuk mengingat kronologinya. 1. Masuk Lubang Perlindungan (Sungaibatang, 1956-62) Aku lahir di Padangpanjang, tahun 1956. Itu pasti hanya 'konon' dan... aku tentu percaya cerita orang tuaku. Namun, tak satupun yang membekas di otakku tentang kota kelahiran ini. Sungaibatang, Maninjau, adalah alam ciptaan-Nya yg pertama mengisi ruang-ruang di otak kecilku. Peristiwa pertama yang masih kuingat adalah tentang lubang di bawah rumah. Lubang itu berbentuk persegi panjang, ukuran kira-kira 1 x 3 meter dan kedalaman 1 meter pula atau mungkin lebih. Lubang tersebut tepat berada di bawah lantai ruang tengah rumah kami. Dengan membuka satu penutup papan di lantai, kita sudah sampai ke dalam lubang. Yang masih kuingat juga, aku pernah satu kali berada dalam lubang itu. Ketika itu terdengar bunyi pesawat terbang menggemuruh di angkasa. Tiba-tiba saja kami sekeluarga sudah berlompatan ke dalam lubang. Gelap, dan hanya ada bunyi nafas. Masih samar-samar kuingat, kelihatannya kejadian ini sudah rutin dilakukan. Seperti kawanan ayam yang melihat seekor elang berputar-putar di udara, kami bersembunyi karena takut disemba alang. (Kosa-kata yg kuingat belakangan, dan mungkin berhubungan dengan lubang ini, a.l : tantara pusek, jaman bagolak, ijok, Simbolon, basoka dan geren). Dari percakapan di antara kakak-kakak dan orang tua kudengar bahwa Boy tertinggal di kamar, tidak ikut ke dalam lubang. Agaknya mereka khawatir kena peluru nyasar. Kata Papa: “Biarkan saja, dia itu dijaga malaikat.” Boy adalah adikku satu-satunya dan masih dalam ayunan.
Berarti, peristiwa ini terjadi sekitar akhir tahun 1959 karena Boy lahir 23 Oktober tahun itu. Dan… berarti pula umurku waktu itu baru tiga tahun setengah. (26/10/02) 2. Dua 'Tentara' Berseragam (Sungaibatang, 1956-62) Mungkin banyak kejadian pasca peristiwa pemberontakan PRRI – singkatan ini pun kukenal lama setelah kejadian. Namun yang berkesan dalam memoriku adalah seragam hijau kedua orang yang datang ke rumah kami. Rasanya mereka berdua sering datang ke rumah, berseragam tentara. Rasanya keduanya cukup akrab dengan keluarga kami. Karena rumah kami berada di depan pasar dan pintu utamanya persis membuat jalan lurus menuju gerbang pasar, Pakan Rabaa, Sungaibatang. Siapapun yang akan menuju rumah kami, dari kejauhan pasti sudah kelihatan sosoknya. Ketika kedua orang itu datang ke rumah, aku sedang duduk di depan pintu. Mereka makin mendekat dan, makin dekat, dan mungkin terlebih dahulu menyapa beberapa dari keluarga kami -- aku tak ingat, dan mengeluarkan sakauik kacang goreng dari saku celananya. Dengan kedua tangannya, yang satu -- putih dan agak jangkung, meletakkan kacang tadi di samping aku duduk. Saku celana di samping paha kiri itu saya anggap aneh untuk celana seragam tentara saat itu. Belakangan baru aku tahu bahwa meraka adalah Mak Ijam, salah seorang adik sepupu ibuku dan, yang memberi kacang, Rustam Effendi. Yang satu ini bukan termasuk kerabat. Mereka berdua adalah anggota OPS (mungkin: Operasi Pertahanan Sipil) semacam hansip untuk pengamanan pasca perang. (26/10/02) 3. Bang Ijun Jatuh dari Tangga (Sungaibatang, 1956-62) Namanya Zulfikri, abangku nomor dua. Tapi mana ada orang di kampung kami yang terbiasa dengan lafal “Z”, kecuali kalau mengaji. Maka jadilah “Jun”, ketimbang “Zul”. Buat kami, Ijun lebih akrab untuk panggilan keluarga. Nah, tidak banyak yang kuingat tentang cerita yang satu ini. Maklum, di usia sekitar 4 – 5 tahun, belum banyak yang lengket di memori otakku, katanya. Yang jelas, Bang Ijun tiba tiba saja sudah berada di ujung bawah tangga kayu rumah kami, setelah terlebih dahulu menarik tanganku untuk turun. Aku masih di atas tangga ketika ia terhenyak di lantai satu. Rasanya ia baru saja dimarahi karena kami bergelut di lantai dua dengan Ek dan ia dimarahi Papa atau siapa (aku tak ingat) karena gurauannya keterlaluan dan membuyarkan konsentrasi orang-orang dewasa yang sedang berbincang-bincang di ruang lantai dua itu. Ketika ia mengomel dan mengajakku turun itulah kecelakaan yang menggelikan itu terjadi. Bang Ijun tidak menangis ketika menggelinding ataupun setelah mendarat di lantai bawah. Takut ikut-ikutan dimarahi, terpaksa aku harus menahan geli, menutup bibir rapat- rapat. (26/10/02) 4. Bang Ijun dan Gerobak Sorong (Sungaibatang, 1956-62)
Orang ramai di dalam rumah. Di tengah ruangan ada sebuah meja, atau … hanya di lantai -- tak begitu kuingat, sebagai sebuah center-piece. Di situ tergeletak Bang Ijun, dikerumuni oleh orang-orang itu tadi. Salah satu dari mereka adalah mantri yang akan ‘menangani’ Bang Ijun. Selanjutnya aku tidak ingat lagi. Ada apa gerangan? Betul-betul aku tak tahu. Hanya saja sesudah peristiwa itu aku hubungkan dengan cerita bahwa Bang Ijun tergilas gerobak sorong dan menyebabkan luka robek melintang di dada kirinya. Namanya Bang Ijun. Anak gaul yang dikenal baik di lingkungan anak-anak sebaya, dan agak lasak. Konon di hari Rabu itu ia sedang main dorong-dorongan gerobak yang diparkir menunggu pekan usai, Pakan Rabaa (Pasar Rabu). Mungkin ketika tiba giliran Bang Ijun yang naik, dia tidak kebagian tempat di kenderaan beroda tiga yang terbuka itu. Terpeleset, jatuh dan tergilas roda kayu yang dilapisi karet ban bekas. Dengan beberapa orang di atas gerobak, tentu beban itu tak cukup kuat ditahan oleh kulit dada Bang Ijun. Begitu cerita yang kudengar dari Abangku yang lain, Iqbal. Tak kuperhatikan bagaimana Bang Ijun dijahit. Dan entah bagaimana sistem sterilisasi peralatannya untuk mencegah infeksi. Entah betul entah tidak; rasanya ada timah, ada asap, ada peralatan putih-putih dan… ada jeritan Bang Ijun. Peristiwa pahit itu pasti tidak indah untuk dikenang. Tapi tidak demikian halnya bagi Surya. Sebaya Bang Ijun yang bisu sejak lahir itu, setelah peristiwa gerobak tersebut, menjadi lebih mudah untuk mengidentifikasi Bang Ijun. Cukup dengan membelintangkan jari telunjuk kanannya di dada kirinya, kami sudah tahu bahwa Ia sedang mencari atau berbicara tentang Bang Ijun, sohibnya itu. (27/10/02) 5. Piring Terbang (Sungaibatang, 1956-62) Tiba-tiba kami dikejutkan dengan piring kaca yang terbang melenting mengenai tiang tempat tidur dan menyambar sikuku. Malam itu kami bertiga di tempat tidur, bergelut heboh sejadi-jadinya sampai tempat tidur berantakan dan centang-perenang. Namun tidak itu yang membuat Papa yang kami kenal sangat penyabar melayangkan piring itu tadi. Papa sedang santap malam di meja makan membelakangi kami, sekitar lima meter dari tempat kami bergumul. Mungkin Papa tidak melihat bagaimana seprei kusut berantakan dan bantal beterbangan serta kapas berhamburan seperti ayam jago sedang berlaga. Tapi menurutku suara kami yang gaduh dan sudah beberapa kali diingatkan untuk tidak berisik itu yang membuat beliau gusar. Apalagi yang merasa kecil sesekali berteriak minta tolong kalau sudah tak tahan dengan gelitikan dari yang lebih kuat dan besar. Suara peringatan Papa sirna tertelan oleh gaduh dan ributnya suara kami. Namun, piring melayang itu betul-betul tak kami sangka sama sekali. Itu bukanlah Papa yang kami kenal. Atau ... mungkinkah Papa sedang punya masalah? Pertanyaan itu tak pernah terjawab. Sampai kini dan kapanpun. Papa telah lama meninggalkan kami. (27/10/02) 6. Pertama Mengenal Es (Sungaibatang, 1956-62)
Rumah Tek Ana persis di belakang rumah kami. Hanya diantarai oleh parak (kebun kecil) kelapa dan ubi parancih (singkong) saja. Tangga masuk rumah berupa tangga semen tiga tingkat yang dapat dinaiki dari tiga penjuru; begitu kebanyakan tangga rumah di kampung kami. Di beton licin dan dingin itulah aku duduk-duduk menyaksikan orang-orang lalu-lalang di depan rumah. Agak ramai dari hari biasa. Memang hari itu hari Rabu, hari pekan untuk kampung kami. Yang dari ateh (arah timur) membawa barang hasil parak dan kebun, sedangkan yang dari baruah (arah barat), pasar, membawa barang belanjaan untuk satu minggu, termasuk ikan laut yang dibawa jauh dari Pariaman. Tiba-tiba ada seorang dewasa – mungkin anak Tek Ana, aku tak ingat – baru datang dari baruah dan mengeluarkan sesuatu dari mulutnya. Benda itu seperti kaca yang tak beraturan bulatnya. Ia ulurkan benda itu ke tanganku. Dengan penuh minat kupegang dan kuberikan lagi karena perasaan dingin yang belum pernah kualami sepanjang hayat di kandung badan; walau usia belum setahun jagung. Selanjutnya aku diberi tahu bahwa “batu es” itu, ya itu namanya (dan begitu umumnya orang Minang menyebutnya), diambilnya dari tong pendingin ikan laut dari Pariaman. Mana aku tahu, ke pasar pun aku belum pernah dan tak boleh, karena usiaku. Sesaat benda itu telah sirna karena berulang kali aku pegang dan lepaskan. Yang tinggal hanya genangan air yang membasahi tangga dingin rumah Tek Ana. Saat itu tak kan pernah kulupa karena di situlah aku pertama kali mengenal “benda ruang angkasa” yang aneh itu. Sekarang, minum air es sudah menjadi kebiasaanku setiap kali makan, walau hujan dan dan sedang flu sekalipun. (27/10/02) 7. Hari Pertama di Sekolah (Sungaibatang, 1956-62) Guru Buyung dan Sekolah Rakyat Sungai Batang. Itulah orang pertama yang kukenal sebagai guru dengan sekolahnya. Melewati pematang sawah, sesekali melompati parit kecil, kami sampai di sekolah yang hanya berjarak dua ratusan meter dari belakang rumah. Sekolah Rakyat Sungai Batang, Maninjau, dengan teras yang agak ketinggian untuk melawan genangan hujan, serta lapangan upacara yang luas untuk ukuran badanku waktu itu. Ketika pertama kali aku menginjakkan kaki di Sekolah Rakyat itu, beribu angan dan kecemasan datang silih berganti. Hari pertama, pagi itu, orang masih mondar-mandir di sekolah. Anak-anak lain, termasuk abang-abangku kelihatannya ceria. Hanya aku saja yang cemas. Rupanya akan ada upacara memasuki tahun ajaran baru. Aku selalu saja mengekor Bang Ijun yang kelas enam ke mana ia pergi. Aku diberi tahu di mana letak kelas satu. Kudengar lagi bahwa Bang Ijun diminta untuk berbicara di podium mewakili murid-murid. Menurut hematku aku juga akan disuruh. Cemas bukan kepalang. Sambil menggigil dan jantung berdegup, kutanya Bang Ijun. Masih kuingat bagaimana Bang Ijun meyakinkanku bahwa aku tak akan disuruh bicara. Upacara itu sendiri berlangsung di dalam lokal yang dibuka dinding-dindingnya. Lainnya aku tak ingat lagi sampai aku masuk ke kelas yang ditunjukkan tadi. Kelas satu dengan Guru Buyung. Ruang kelas itu berwarna putih warna cat kapur dengan tulang-tulang kayu menonjol di antara dindingnya yang semi permanen. Bagian atasnya ada ventilasi sekitar 40 cm dari kawat yang sama untuk tulang penguat dinding. Di dinding sebelah kanan tergantung tulisan “B = babi”
di atas kertas gambar yang bagian bawah dan atasnya diberi les kayu, serta gambar binatang berhidung datar itu. Guru Buyung mulai mengajar dan aku tak ingat apa-apa, sungguh, kecuali lokasi SD Sungai Batang dengan beberapa pojok bangunan dan halaman saja. Aku sekolah di situ cuma satu minggu karena setelah itu kami pindah ke Padang. SD Sungai Batang dan Guru Buyung, bagaimanapun, tak kan pernah hilang dari ingatan. (26/10/02) 8. Rumah Kontrakan Pertama Uni Nah (Koto Marapak, Padang, 1961) Pertama menginjakkan kaki di kota Padang, aku menginap di rumah kontrakan Uni Hasnah di Koto Marapak, dekat pinggir laut, pantai Padang. Papa dan Amak masih di Sungai Batang. Aku hanya diajak jalan-jalan ke Padang. Uni Nah, demikian kami memanggilnya, pengantin baru yang kawin dengan Bang Djama’an, ketika itu telah punya Desi, putri pertama mereka yang masih di ayunan. Aku adalah satu-satunya adik ipar dan orang lain di rumah berdinding tadir itu selain mereka bertiga. Rumah satu kamar itu agak jauh dari jalan raya Padang-Bukittinggi, namun terlihat dengan jelas dari jalan tersebut; dari arah Kuburan Belanda yang sekarang telah menjadi Terminal Bus Lintas Andalas. Aku belum sekolah saat itu. Jadi baru sekitar lima tahunan. Aku ingat Taci yang ramah, orang tua gemuk beruban yang menyewakan rumah. Aku ingat wajah anak lelakinya, tapi lupa namanya. Ada juga tetangga dokter yang kulupa juga namanya. Maklum anak umur lima tahun. Ada kamar mandi sederhana berpintu seng yang terpisah agak jauh dari rumah. Ada pasir yang sudah mulai kehitamhitaman pasir laut dan selokan dangkal yang penuh dengan jentik- jentik dan berudu. ‘Daerah jajahanku’ tidak begitu jauh. Hanya jalan seputar setengah lingkaran sampai di mesjid Koto Marapak dan kembali lagi ke rumah. Begitu setiap hari. Selanjutnya, aku sering frustrasi setiap kali disuruh mengasuh Desi yang lahir Desember 1961. Aku hanya merasa lega kalau Desi sudah berhasil kutidurkan di beranda kecil di mana aku tidur dengan bunyi ayunan yang mengernyit karena kurang minyak itu. Namun aku kesal kalau Desi telah menguras habis waktu bermainku dan tidak mau tertidur, walau sudah lebih setengah jam digoyang-goyang. “Ndak amuah nyo lalok do, Uni Nah,” demikian kata-kataku yang selalu diingat Uni Nah. 9. Gara-gara menyepak bola pecah (Terandan, Padang, 1963-64) Aku tidak suka main bola dan masih baru dalam lingkungan anak-anak sebaya di sekitar tempat kami tinggal. Ada beberapa orang yang sudah kukenal di antara anak-anak kampung itu. Dulu masih kuingat nama mereka satu-dua orang, tapi sekarang tidak lagi. Yang penting, kenal saja tiga atau empat orang dari mereka, sudah sama dengan mengenal seluruhnya, karena mereka adalah jagoan-jagoannya. Suatu sore mereka sedang bermain bola karet getah di lapangan halaman salah satu rumah, tempat biasa mereka bermain bola. Aku baru saja datang ke tengah kerumunan itu ketika secara tiba-tiba aku diberi kehormatan untuk menyepak bola ke arah gawang. Sedikit sungkan, akhirnya kusepak juga bola itu walau tak tahu kenapa harus aku. Bola terbuat dari karet getah
lateks dan diisi sabut kelapa itu akhirnya menggelinding ke gawang yang terbuat dari tumpukan baju dan tarompa mereka. Dan itulah awal bencana dan celaka itu buatku. Secepat bola melesat ke arah gawang, secepat itu pula mereka bersorak gembira dan ... nakal. “Ha, ha ..., sekarang wa-ang telah ikut memperlebar robek bola itu. Karenanya, wa-ang harus ikut iyuran untuk beli bola baru,” kata si .. ah aku lupa namanya. Aku betul-betul merasa tertipu oleh para calon mafioso-mafioso cilik itu. (29/10/06) 10. BA 95 ZP dan Durian (Padang Baru Timur, Padang, 1967-84) Sepeda motor jenis bebek itu bernomor polisi BA 95 ZP, dan… itu sangat dikenal oleh teman-teman dekatku di kampus. Motor merah marun yang ramping itu begitu dekat dengan citraku sebagai ketua Senat Mahasiswa (semacam BEM sekarang). Penyambung kakiku itu sangt fungisonal, tidak saja untukku pribadi tapi juga bagi kerabat-kerabat dekat tadi. “Honda Senat”, demikian mereka memanggilnya walau tak seperserpun uang kas Senat untuk membelinya. Termasuk bagi Respriadi dan Ismier dua yang paling dekat denganku di antara ratusan teman lain. Ingat: “honda” adalah kata generik untuk sepeda motor, karena merek itulah yang populer di Padang waktu itu. Res, Is dan aku merupakan tiga serangkai yang sudah lengket satu sama lain. Tak heran kalau aku begitu santai membuka tudung saji di rumah Res, Ismier tiduran di kamarku hanya sepengetahuan kakakku atau juga Res yang membawa sepeda motor tanpa setahuku. Begitu akrab di antara kami sehingga keluarga pun sudah menganggp kami bertiga sebagai anak-anak mereka. Satu saat aku kehilangan honda BM 95 ZP ku ketika bangun dari tidur sekitar pukul 11 malam; padahal tadi ada dua orang biang melek itu ada di sekitarku. Maklum ketika itu tak ada HP seperti sekarang. Pesan kepada anggota keluargaku pun tak ada. Akhirnya aku terpaksa hanya menunggu dan menunggu sampai sekitar pukul 01.00 dinihari ketika terdengar dari kejauhan bunyi honda 70 cc memecah keheningan malam di depan teras rumah kami. Ketika kuberondong Ismier dan Res dengan pertanyaan mereka ke mana dan kenapa tak memberi berita dan sebagainya, mereka dengan santai menjawab: ‘kami cari durian.’ Dan, katanya lagi, “kalau tak percaya, ciumlah bau stangnya itu. Sengaja kami lumuri sedikit durian sebagai bukti,” katanya lebih santai lagi. Saat perasaan kesal, ditipu dan dirugikan karena tak dibakali durian terlihat jelas di wajahku, di sela keramangan malam yang semakin dingin, mereka malah terkekeh-kekeh, sadis. (29/10/06) 11. Saat Indra Meninggal (Padang Baru Timur, Padang, 1967-84) Ketika di rumah baru itu orang ramai berdatangan, saya baru sadar bahwa mereka sedang kemalangan. Salah seorang penghuninya meninggal dunia. Belum banyak yang saya tahu mengenai tetangga baru ini selain anak-anak gadis mereka yang tiga orang, manis-manis, dan sering mondar mandir dengan Honda bebek. Yang satu agak kribo, satunya lagi mancung, menurut saya seperti bintang Sherly Malinton dan satu lagi, yang paling manis dan tacelak
menurutku, berambut panjang sebahu. Hanya itu, karena mereka memang belum lama tinggal di sana. Sore itu, di antara kerumunan pelayat, secara kebetulan saya berpapasan dengan rombongan dari IKIP Padang, di mana aku mengajar sebagai dosen-tidak-tetap. Di antara mereka ada dosen senior: Pak Anas Syafei, Pak Zubir Gani dan Erfan Rivai. Yang terakhir ini satu tingkat di atas saya dan ketika tamat segera begagbung sebagai karyawan di rektorat. Karuan saja saya jadi salah tingkah dan tanpa terasa saya sudah duduk di permadani di depan pintu di samping Erfan. Karena saya dianggap lebih tahu, Erfan banyak bertanya tentang hubungan yang meninggal (belakangan saya tahu bernama Indra, anak Pak Zubir) dengan keluarga ini. Terutama ketika Erfan melihat si rambut panjang sebahu berkelebat di depan kami menuju dapur dan menanyakan itu siapa. Dengan agak malu saya berterus terang bahwa saya tak banyak tahu dan ini adalah pertama kali saya menginjakkan kaki di rumah itu. Kenapa? Tanya Erfan agak bingung. “Bapaknya galak,” pintas saya sambil berbisik. Saya perjelas lagi bahwa karena Bapaknya yang angker, kami di sini agak takut mendekati anak-anak gadis yang sudah membuat suasana Padangbaru makin berseri dan semakin heboh hari-hari itu. Para pemuda yang semula kompak jadi ‘terbelah’, berusaha berebut pengaruh. Kini, setelah 18 tahun berlalu, singkat cerita, gadis berambut panjang sebahu itu telah punya tiga anak yang tumbuh remaja dan aku adalah bapak dari mereka bertiga. (26/10/02) Masa kerja: 30 Agustus 1984 – 29 Februari 2012 Bergabung dengan Caltex di Rumbai sebagai PR Specialist, Bagian Hubungan Masyarakat (PR), di Rumbai dengan tugas pertama dan utama menulis berita dan artikel untuk terbitan berkala Perusahaan (CPI Daily News, Karyawan Minyak, Warta Caltex, dll). Sepanjang karir tetap di Divisi Public Affairs dan di Rumbai dengan variasi tugas mencakup antara lain sebagai Team Manager Data Management & Supports (1999), Team Manager Community Development (2002) dan terakhir sebagai Manager Communications & Media Relations (2005) sampai pensiun. RETURN TO DAFTAR ISI
18. ETOS KERJA DARI KECIL Oleh: Widi Hartono Ayah yang berprofesi sebagai guru SMP, bisa dibayangkan bagaimana cara gali tutup lobang agar dapur tetap mengepul. Jualan kayubakar, pepaya, ubi jalar harus kami jalani, sekedar utk ditukar dengan sayuran, tahu dan tempe. Alhamdulillah, akhirnya kami ber 7 bisa jadi sarjana. Saya sendiri begitu selesai S1 sempat kerja selama 1tahun di Batutegi Damsite, Lampung Selatan. Baru mulai Sep.'80 Alhamdulillah dapat bergabung di Exploration CPI. Rupanya etos kerja sejak kecil, merupakan bekal yang tidak ternilai untuk bekerja sebagai wellsite geologist di CPI. Panggilan kerja bisa pagi, siang, bahkan tengah mlm harus dijalani. Kerja sendirian baik sebagai sopir di jalan berminyak, montir kalau ban kempes dan engineer begitu sampai di lokasi pemboran, merupakan tantangan kerja yang harus dijalani. Alhamdulillah, saya sekeluarga bisa bertahan 24th di CPI. Suka duka dalam bekerja dan menimba ilmu di CPI University, merupakan kenangsn manis yang tidak terlupakan. Terima kasih ya Allah atas hidayah, kesempatan dan rejeki yang Engkau limpahkan kepada kami sekeuarga. Widi Hartono - ex Badge: #15712. - Masa kerja: 8 Sep. 1980 - 4 Mar. 2004. - Masuk kerja di bagian Dev. Geology, Exploration Rumbai, PT Caltex Pacific Indonesia sebagai Wellsite Geologist. - Tahun 1994 pindah ke tim Reservoir Characterization di Minas sebagai Sr. Geologist, - Th.2004 ikut program VRP. RETURN TO DAFTAR ISI
19. ETOS KERJA H. Zul hak Assalamu'laikum warah matullahi wabarakatuh. Mungkin tulisan saya alfaqir ini tak berujung dan berpangkal... tapi kepingin ikut nimbrung juga tentang etos kerja. Saya berasal dari keluarga susah....nyaris miskin, ibu yang tidak tamat SR memberikan cemeti you earn your living kamu boleh jadi petani seumur-umur atau kuli angkut dipasar! Sekolah harus dengan sungguh-sungguh supaya nasibmu berubah. Ayah pegawai negri latar belakang setara SLTP. Kondisi ini memacu kami empat adik beradik terpacu untuk bisa lebih dari ayah dan ibu, ada waktu bermain tapi tidak berleha-leha, bermain yang menghasilkan ini didikan etos kerja cara anak kampung tahun 1960-an, berternak itik, ayam ,kambing untuk ukuran anak sampai akil baligh. Mengapa bergembala..? Karena para Nabi dan Rasul pun didikannya bergembala ...kambing. Nabi Musa orang sangat kuat, batu yang menutup mata air yang digulingkan 10 org penggembala supaya putri-putri Nabi Syuaib tidak bisa dapat air untuk kambing mereka ... dengan mudah disingkirkan Nabi Musa. Tidak cukup hanya pamer kekuatan Nabi Musa diuji 8 tahun menggembala ternak kambing Nabi Syuaib untuk menunjukkan etos kerjanya dan dapat mempersunting putri Nabi Syuaib. Jika anda pernah mengunjungi Wadi Musa di Jordania maka Tour Guide anda akan menceritakan kisah ini. Kenapa menggembala kambing bisa relevan dengan etos kerja...? Karena anda akan berurusan dengan makhluk yang susah diatur, anda harus pandai mengatur waktu dan tenaga. Alhamdulillah keinginan yang kuat untuk merubah nasib itu mengantar alfaqir ke Duri ....sebagai pencari kerja ditempat yang serba asing. Didepan sebuah gudang bersar tertulis masuk pekerja yang selamat, lainnya minggir.... wah kejam keras betul, sesudah diterima sebagai kontraktor tahulah alfaqir rupanya itu Production Tool House .... yang berada dipinggir jalan jika kami menunggu oplet Raptaruli atau Masihaposan. Beruntung masuk kelingkungan yang beretos kerja tinggi alfaqir terasa sampai ketelaga yang diingini secara terstruktur kita dididik dilingkungan yang mengutamakan etos kerja. Apa yang setengah abad lalu alfaqir jalani tentu tidak lagi aplicable untuk putera dan puteri alfaqir yang lahir era tahun 1980-an, mereka tidak bisa membayangkan susahnya menggembala kambing....karena lahir dan besar di Camp PT CPI semua serba ada.
Musuh utama etos kerja diantaranya complacent ... cepat merasa puas, real world ditunjukkan kepada mereka bagaimana pekerja Drilling Rig dan Well Service bekerja ... ada sumur dalam Camp (7E-47) bisa ditonton langsung anak dari komplek Elang ... katanya sumurnya miring kok rig nya ndak miring pa..? Ada keingin tahuan,....dibawa ikut On-Call....line patrolling, perbaiki kawat putus...dikerubuti nyamuk. Alfaqir showing them the hard way of earning your living. Kalian harus bisa lebih baik dengan kerja keras dan pendidikan lebih tinggi. Alhamdulillah do'a kami dikabulkan. Lingkungan kehidupan anak-anak di PT CPI juga mendidik etos kerja dari dini dengan recognition dari pencapaian prestasi , beasiswa dll. Dari dua cerita tak berujung itu apakah alfaqir bisa memberikan gambaran buat cucu-cucu yang lahir sebagai anak-anak melinial yang saat ini di SD dan SMP wallahu'alam bishshawab. Wassalam Zulhaq RETURN TO DAFTAR ISI
20. G O L F Oleh: Anton Wahjosoedibjo Mana ada mantan karyawan staf PT Caltex Pacific Indonesia atau PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang tidak tahu permainan olahraga golf. Di setiap distrik operasi CPI di Riau, ada lapangan golf 18 lubang, yang dibangun dan dipelihara oleh CPI untuk dipakai oleh para karyawannya berekreasi sambil berolahraga. Bebas bayar, kecuali bayar caddy dan punya peralatan dan bola golf sendiri. Namun setelah bekerja di CPI selama 16 tahun, baru saya mulai tertarik ke permainan golf. Awalnya sesudah saya bertugas di Minas, dimana rumah saya terletak di pinggir lapangan golf. Pada awalnya saya tidak tertarik untuk bermain golf. Waktu yang tidak memungkinkan. Biasanya saya selesai bekerja sekitar jam lima sore, hari sudah menjelang gelap. Hari Sabtu, saya tugas mengantar istri belanja, hari Minggu mengajak keluarga berekreasi atau piknik. Sewaktu saya masih bujangan, saya lebih suka main poker dan gaple atau sport lain seperti pingpong dan tenis. Saya meluangkan waktu saya untuk mengajar di Universitas Riau, Fakultas Ilmu Pasti dan Alam yang saya ikut mendirikannya atau berburu atau mengarungi Sungai Siak. Menjelang akhir tugas saya di New York 1978, saya diberitahu bahwa sepulangnya dari New York, saya akan ditempatkan di Minas. Rumah di Minas dipinggir lapangan golf. Maka saya beli perlatan golf lengkap selagi di New York. Setibanya di Minas, saya mulai berlatih sendiri. Di depan rumah ada green. Sore-sore sepulang kerja saya bisa Latihan pitching atau putting. Dan sekali-sekali ikut main golf, meskipun skor saya untuk satu putaran sembilan lubang, masih diatas 60-65. Suatu hari saya ditilpun Frank Robin, Managing Director waktu itu: “Hey Anton, are you playing golf?”. Saya jawab bahwa saya baru mulai. “Nggak apa,” sahutnya dalam Bahasa Inggris, “saya akan undang kamu ke Board of Commissioners meeting di Surabaya. Bawa golf stikmu. Kita akan main disana”. Itulah pertama kali saya terjun kedalam turnamen golf. Saya dimasukkan dalam satu tim empat sekawan bersama Pak Del Juzar (alm), Pak Sugianto (alm), mertuanya Pak Humayunbosha, Komisaris Utama Asuransi Bumiputera waktu itu, dan kalau tidak salah Pak Huzeif Abubakar (alm). Kami bermain di Lapangan Golf Yani, yang kalau musim kemarau fairway- nya suka merekah. Saya dapat juara kedua, dari bawah, dengan gross skor 124. Sekembali saya dari Surabaya, saya mulai lebih sering main golf, setidaknya sebulan dua - tiga kali di Minas. Ada kalanya ikut turnamen di distrik Rumbai, Duri dan Dumai. Saya masuk grup “C” dengan handicap 26-30. Skor masih diatas 55 untuk satu putaran sembilan lubang. Masalah yang saya hadapi ternyata banyak, antara lain: a). Suka ingin melihat bola yang baru dipukul ke arah mana, daripada konsentasi ke bola yang akan dipukul; b). Posisi kaki kiri terlalu kedepan atau kebelakang, tidak sesuai dengan letak bola, di tanah datar, menanjak atau
menurun: c).Pukulan kurang lecutan (power), sehingga sering bolanya tidak mengudara jauh; d). Dalam putting sering salah membaca kemiringan green dan arah tumbuhnya rumput; e). Kata orang golf club-nya kepanjangan. Pernah waktu ikut turnamen di Lapangan Golf Pertamina Dumai, saya bermain bersama Kepala Refinery Dumai. Di lubang pertama saya harus memukul bola dari tee-box pertama melewati kolam yang luas. Empat kali berturut-turut bola masuk kolam. Sebelum pukulan kelima, Kepala Pertamina Refinery Dumai tersebut memberi saran: “Pak Anton, fokus saja ke bola yang di tee, dan beri lecutan pukulannya”, katanya. ”Jangan seperti Janoko”, hardiknya. Betul juga, akhirnya pada pukulan kelima, bola saya dapat melewati kolam. Sejak itu pukulan saya bisa lebih jauh, asal ingat tidak “look-up”. Di turnamen-turnamen berikutnya, skor saya mulai sering dibawah 100, bahkan sekitar 90 untuk dua round, 18 lubang. Saya mulai sering menang dalam turnamen di grup C, namun belum pernah menjadi pemukul bola yang paling jauh, tetapi memukul bola “closest to the pin” di par 3, pernah beberapa kali. Setelah saya pindah ke Rumbai, makin banyak waktu untuk bisa main golf, namun saya tidak teratur main karena waktu juga. Frank Robin menyarankan, kalau mau main golf lebih baik, biasakan seminggu sekali sehabis jam kerja main golf. Maka saya tetapkan, setiap hari Selasa, ada atau tidak ada pekerjaan, saya meninggalkan kantor jam 15:30. Cepat-cepat ganti pakaian dan main golf sembilan lubang, dengan siapa saja yang bisa ditemui di lubang pertama atau lubang ke sepuluh di lapangan golf Rumbai. Biasanya sehabis golf istirahat dulu di “hole19” atau club house. Saya suka minum jus tomat, dicampur seven-up, 50%-50%. Tidak beralkohol dan segar. Tetapi suatu ketika saya keracunan jus tomat yang kelihatannya sudah lama disimpan di lemari es. Sampai dirumah, perut saya kembung, makin lama makin besar dan tidak bisa buang angin. Akhirnya saya dijemput ambulan dari ruamh sakit, perut dipompa dan semua cairan dan udara keluar. Sejak itu saya kapok minum jus tomat kalengan. Selama enam tahun di Rumbai, saya pernah bermain golf di luar komplek Caltex. Pertama di Lirik, ikut undangan golf persahabatan dengan Pertamina Lisirk. Kedua di Jambi sambil ikut Espy Price inspeksi rig yang tenggelam “dimakan bumi”. Saya waktu itu sedang ditugaskan di Production & Drilling. Di lokasi rig yang tenggelam, hanya kelihatan kolam seluas 100 m2dengan air warna hijau pekat; puncak rig tidak nampak lagi. Siangnya saya dan Espy main golf dengan Kepala Pertamina Jambi dan staf. Sesudah bermain golf sembilan lubang, Espy pulang ke Rumbai dengan helicopter. Saya tinggal bersama WL Tobing dan gengnya. Malamnya sehabis makan malam bersama pejabat Pertamina setempat, kami berburu Durian Jambi. Tahun 1987 saya ditugaskan ke kantor Chevron USA di San Francisco dan di Lapangan Minyak dengan injeksi uap di Bakersfield (Texaco). Kesempatan saya beli peralatan golf baru yang lebih baik. Saya pilih wood dari Callaway, Iron dari Taylor Made. Dan saya beli juga tambahan club kepala lebar dari Taylor Made XR, tambahan Callaway Elly Wood #11 serta chipper. Saya sempat sekali main di San Ramon dan dua kali di Bakersfield. Oh ya, pernah juga bermain golf dengan Ted Jones di La Habra.
Sekembali saya dari penugasan di Chevron USA dan Texaco USA, dan setelah selesai dengan peresmian Duri Steamflood oleh President Soeharto, saya dipindah ke Jakarta. Selama delapan tahun di kantor Jakarta, saya lebih sering main golf daripada waktu di Sumatra. Hampir tiap Sabtu ada saja yang mengajak main dan ikut turnamen. Saya ikut turnamen antar explorationist, antar human resources, antar pengapalan, antar logistic dan lain-lain. Sebulan sekali ada golf antar karyawan CPI. Juga antar asosiasi, American Chamber of Commerce, turnamen IPA atau memenuhi undangan para asosiasi suppliers ke Pertamina BPPAKA dan Kontraktor PSC. Paling sering dapat give-away payung golf, topi golf, sarung tangan golf, golf bag, dan bola golf. Saya tinggal beli tee saja. Maka pertanyaan yang sering saya dengar sehabis pemain memukul bola di tee box adalah “Ma tee den”. Bukan berarti “matilah aku” karena pukulannya bagus, tetapi “Mane tee aden”, karena hanya tee satu-satunya yang harus dibeli pemain. Golf menjadi sarana “networking” yang efektif. Kami bisa bicarakan tentang proses bisnis, kontrak, proposal ke Pertamina BPPAKA atau PLN atau Kementerian ESDM dan saling tukar informasi antar Kontraktor Kontrak Kerjasama (K3S). Golf melatih kami kejujuran, konsentrasi, inovasi. Sambil bermain golf, kami juga sering berkelakar, tak habis-habisnya “jokes” keluar. Di salah satu turnamen antar explorationist di lapangan golf Ancol saya membuat kejutan, termasuk kejutan terhadap diri sendiri. Untuk pertama kali saya membuat pukulan di bawah 40 (38) untuk sembilan lubang pertama, sembilan lubang berikutnay 44. Dengan handicap 23, berarti saya membuat net 59 Ini gara-gara Elly Wood #11 untuk jarak-jarak 120-130 meter, yang sangat akurat. Pernah di par empat, pukulan pertama masuk kolam, pukulan kedua masuk green, berarti 3 pukulan masuk green, ditambah satu put, menjadi par. Untung saya bermain dengan Purnomo Prijosusilo (alm). Ada saksi bahwa handicap saya 23. Saya menerima trophy best net overall dengan iringan “woooo”. Sering diantara pemain golf satu flight (satu team empat orang) ada taruhan, tidak banyak paling Rp 25 – 50 ribu per point. Umumnya yang di satu lubang membuat par sendiri dapat tiga poit, yang lain akan membayar masing-masing Rp 25 – 50 ribu kepada pemenang. Kalau ada dua atau lebih yang membuat par di satu lubang yang sama, maka dianggap tidak ada yang menang. Kalau birdie (satu pukulan dibawah par), taruhannya dua kali lipat. Saya sering diberi voor, untuk lubang par lima. Kalau ada yang membuat par dan saya membuat boogie (satu pukulan diatas par), dianggap impas. Tetapi kalau saya sendiri membuat boogie di lubang par lima tersebut saya tidak mendapat apa-apa. Yang paling sadis adalah taruhan “Sadam”. Pemain yang satu-satunya memukul par, dapat dari tiga pemain lainnya Rp 150.000. Yang paling kalah membayar semua pemain yang main lebih baik, total harus bayar Rp 150,000. Taruhan ini bisa lebih besar, kadang ada yang pakai dollar. Kami pernah ditraktir durian sekenyangnya oleh seorang pemenang yang mendapat jutan rupiah di Bali Nirwana. Selama di Jakarta kami sering ikut bermain golf sambil rapat kerja dengan Pertamina BPPAKA diperbagai tempat atau mengikuti konperensi di: Bogor, Bali, Bandung, Surabaya, Solo, Jogjakarta, Semaring, Batam, Medan, sampai ke Singapura, Manila, Pattaya, Penang, Taipei. Mengikuti golf bersama CPI Board of Commissioner meetings di Bali, Bukittinggi, Bontang dan Makasar.
Setelah pensiun, Pak Darwin Chaidi, Rafael Warsita, Tengku Dahlan, Adiputra (alm) dan Widiharta membuat BMC++ golf club. BMC adalah singkatan dari Bekas Mandor Caltex. Plus -plus karena diikuti oleh pemain dari luar lingkungan Caltex. Kami bermain sebulan sekali di Lapangan Golf yang murah-murah, seperti di Senayan Depan, Pondok Cabe atau Cilangkap. Masing-masing pemain bayar untuk pemenang net. Sesudah golf, kita makan-makan di warung-warung yang terkenal enak masakannya (saya lupa nama-namanya). Pemenang yang bayar, sering-sering nombok. Dua tahun terakhir, BMC++ menyelenggarakan turnamen tahunan dengan piala bergilir. Baru dua kali diselenggarakan, saya memenangkan piala bergilir tersebut kali terachir. Sesudah itu BMC++ bubar, karena biaya golf semakin meningkat diatas kemampuan para pensiunan. Saya tetap bermain golf sampai usia 75 tahun. Perlengkapan golf akhirnya saya “let-go” awal tahun 2021, seluruhnya, murah-meriah. Sudah pay-off dengan banyaknya trophy dan hadiah, lucky-draw dan give-a-way yang saya terima. Saya pernah mendapat hadiah TV layar besar, sepeda lipat, hand-phone, blender dan sebagainya. Saya hanya menahan sekitar 60 bola golf kenang-kenganan, dengan logo perusahaan atau perkumpulan. Suatu saat saya akan cuci bersih bola-bola tersebut dan saya pajang pada suatu panel dengan pigura, bersama trophy yang pernah saya peroleh. Anton S. Wahjosoedibjo, No. Pegawai CPI: 11704 Masa Kerja CPI: 3 Des 1962 - 31 Mei 1998. Masuk kerja 3 Des 1962 sebagai Asst. Supervisor Instrument Shop, Construction & Maintance Dept., Rumbai. Menjadi Supt. Power Gen. & Transm. Dept., Duri (1972-1975), District Supt. Minas (1978-1980); Div Manager Employee Relations, Rumbai (1980-1983); VP Production Support Operations, Rumbai (1983-1986); VP Production & Drilling Rumbai (1986-1990); Senior VP Jakarta (1990-1993); Senior VP & Deputy Managing Director (1993-1997). Diangkat sebagai Assistant to the President & Chairman of the Managing Board of CPI (1997-1998). Penugasan di luar negeri pada Amoseas Petroleum Ltd. sebagai Production Consultant (1976-1978) dan pada Chevron USA, San Fransisco, dan Texaco Exploration and Production Inc., Bakersfield Division (1987-1989). Pada tahun 1998-2001 diangkat sebagai Executive Advisor Amoseas Indonesia. Pernah menjabat sebagai Komisaris Independen dan Ketua Komite Audit PT Indika Energy Tbk (2008-2015). Mendirikan PT Pranata Energi Nusantara bersama mantan CPI eksekutip pada tahun 2002 hingga sekarang: sebagai Executive
Director (2002-2004), Presiden Director (2004-2020), dan Komisaris dan Executive Advisor (2020- sekarang). Anton adalah adalah Sarjana Elektro ITB ( 1962); Uni-versity of Pennsylvania. Philadelphia, PA (1966); dan penerima Petroleum Professional Diploma dari Intern’l Petroleum Institute, Tulsa, Oklahoma (1976). Anton ikut membangun MKI dan MASKEEI dan aktit dalam organisasi METI dan API. Saat ini Anton menjadi snggota Dewan Pakar MKI dan API, dan anggota Dewan Pembina METI dan MASKEEI. Anton diangkat sebagai Anggota Kehormatan MKI pada 2015 RETURN TO DAFTAR ISI
21. GAGAL MASUK CALTEX, JADI MAHASISWA UGM, AKHIRNYA JADI PEGAWAI CALTEX JUGA Oleh: Ahmiyul Rauf Begitulah ringkasan ceritanya. Lembar pertama foto kopi ijazah SMA saya adalah untuk melamar di Caltex pada akhir tahun 1974. Saya dapat kabar dari beberapa orang alumni SMAN 1 Pekanbaru yang telah lebih dulu diterima di Caltex, bahwa mereka mendapatkan program training khusus, bahkan sebagian bisa training ke luar negeri. Siapa yang tidak tertarik. Tetapi nasib sedang tidak berpihak. Caltex tidak menjanjikan saya akan mendapatkan panggilan dalam waktu dekat. Jadi saya disarankan menunggu saja. Putus harapan masuk Caltex memperkuat keinginan saya mendaftarkan kuliah ke UGM, seperti yang sudah lama dibincangkan ditengah keluarga. Setelah semua dipersiapkan sayapun dilepas berangkat sendirian dengan iringan doa ayah-bunda. Alhamdulillaah saya diterima di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geologi pada awal Januari 1975. Kesibukan di Kampus membuat saya fokus dengan agenda perkuliahan. Demikian fokusnya saya, sehingga boleh dikatakan saya tidak tertarik untuk kegiatan lain-lain, termasuk berwisata di berbagai objek wisata, yang memang Yogyalah tempatnya. Hasil kerja keras tersebut, alhamdulillaah, saya mendapatkan Beasiswa Supersemar mulai pada semester ke-lima. Memasuki beberapa semester akhir barulah kita mulai berfikir lagi tentang Caltex, bukan untuk menjadi karyawan, akan tetapi menentukan pilihan perusahaan untuk tempat kerja praktek lapangan. Kita berbincang sesama mahasiswa, terutama beberapa mahasiswa senior yang baru pulang dari program praktek lapangan di berbagai perusahaan minyak. Diantara mereka ada juga beberapa mahasiswa senior yang sudah bekerja sebagai karyawan kontrak paruh waktu, sambil menyelesaikan tugas akhir penyusunan skripsi. Bersumber dari pengalaman merekalah kemudian timbul minat untuk menjajaki peluang bekerja nanti setelah tamat, yaitu pada berbagai perusahaan minyak, seperti Shell, Exxon, Mobil, dan lain-lain, termasuk Caltex. Obrolan tentang hebatnya bekerja di dunia perminyakan diperkaya pula oleh beberapa orang yang sudah lulus menjelang wisuda, yang berkisah tentang pengalaman mereka melamar pekerjaan. Intinya mahasiswa Jurusan Teknik Geologi pada waktu itu seolah bebas memilih perusahaan yang dia suka, dan bisa melamar disana-sini walaupun belum resmi menamatkan pelajaran. Termasuk pengalaman salah seorang teman yang barusan pulang dari Rumbai untuk menjalani serial testing interview pada pertengahan tahun 1980. Dia secara khusus bercerita kepada saya. Ceritanya tentu sangat menarik hati, dan saya menunggu giliran tim rekrutmen dari Caltex yang akan datang lagi sesuai dengan penuturannya. Menariknya lagi pengalaman dia
pulang-pergi ke Riau dengan menumpang pesawat Caltex. Tentunya saya sangat pengin, bisa pulang kampung gratis. Apalagi belum pernah selama ini saya merasakan seperti apa enaknya naik pesawat. Tim rekrutmen Caltex memang datang lagi ke Yogya, dengan tujuan mencari calon karyawan dari kalangan mahasiswa semester akhir. Pengumunannya tertempel di buletin dinding kampus. Para peminat dipersilahkan mendaftar di kantor tata usaha. Sekitar 30 orang yang mendaftar sebagai calon karyawan dipanggil untuk testing tahap pertama di Hotel Ambarukmo Yogya. Yang dinyatakan lulus akan di test interview di Rumbai. Saya termasuk salah seorang yang lulus. Alhamdulillaah. Datanglah waktunya kita diundang berkunjung ke Kantor Operasi Caltex di Rumbai. Bertiga kami dari Yogya berangkat ke Jakarta menginap dulu di Hotel Indonesia, karena mesti menunggu penerbangan pagi besoknya. Rupanya di Jakarta sudah menunggu pula empat orang calon karyawan lulusan ITB, yang akan berangkat bersama-sama besok pagi. Itulah pertama kali saya naik pesawat. Alhamdulillaah. Gembiranya bukan main. Bisa pulang kampung gratis naik pesawat. Selama lima di Rumbai kami bertujuh orang dipergilirkan dari satu staf profesional Exploraion Caltex, ke staf berikutnya. Benar-benar proses seleksi yang ketat. Banyak pertanyaan yang diajukan, baik yang bersifat teknikal, maupun yang nonteknikal. Salah satu yang saya ingat adalah pertanyaan tentang motivasi masuk Caltex. Saya agak menyesal menjawabnya, karena jawaban saya mungkin dianggap sombong. Waktu itu saya jawab bahwa saya masuk Caltex bukan karena gajinya tinggi, karena gaji yang lebih besar mungkin bisa saya dapat di perusahaan lain. Akan tetapi saya suka dengan pekerjaan di Caltex karena saya bisa dekat dangan karib kerabat saya, terutama orang tua saya. Lepas dari kegiatan interview kami di jadwal pulang lagi naik pesawat Caltex. Yang enam orang lainnya dijadwal pulang hari yang sama, sementara saya minta dijadwal belakangngan saja, karena saya mau pulang kampung dulu ke Taluk Kuantan. Benar-benar dapat kesempatan pulang kampung gratis. Hasil proses interview yang barusan berlalu, insya Allaah sudah tercatat di luh- mahfuz.... Saya datang lagi ke Kampus telah ditunggu oleh staf tatausaha, yang menyimpan surat dari Caltex, telah sampai beberapa hari sebelumnya, tertuju kepada saya. Dengan tenang saya buka setelah membaca bismillaah. Alhamdulillaah, saya termasuk salah seorang yang diterima, dengan syarat harus melapor segera ke Caltex nanti setelah lulus dan diwisuda. Serasa ingin cepat selesai dan segera memulai bekerja di Caltex. Beberapa kali dosen pembimbing skripsi saya mengatakan bahwa pihak Caltex bertanya-tanya kapan saya dijadwal selesai dan lulus. Sudah tentu jawabannya tidak bisa saya tetapkan. Belakangan saya berfikir tentang beratnya beban yang terpikul pada pundak dosen pembimbing saya, karena cepat atau lambatnya tergantung beliau yang sedang memeriksa skiripsi saya. Akhirnya saya di wisuda pada akhir April 1981. Dokumen tanda lulus saya segera kirimkan ke Rumbai pada kesempatan pertama. Beberapa hari ditunggu tidak ada balasan, sementara saya mesti pulang ke Riau bersama orangtua saya yang hadir pada waktu wisuda saya. Saya putuskan
pulang dengan pesawat umum, tidak mesti menunggu jadwal pesawat Caltex. Sampai di Pekanbaru saya segera melapor ke kantor Caltex. Mereka kaget juga, sekali ada calon karyawan belum dipanggil sudah melapor. Ketika mereka bersiap hendak memproses keperluan adminstrasi saya, termasuk urusan agar supaya saya segera memulai bekerja, saya minta waktu untuk pulang kampung dulu, istirahat dan kumpul-kumpul dengan kerabat dekat di Taluk Kuantan. Bukannya ingin segera bekerja dan menerima gaji besar dari Caltex. Akhirnya saya mendapatkan nomor badge 16207, dan mulai bekerja di Caltex mulai hari Senin, tanggal 11 Mai 1981. Alhamdulillaah. RETURN TO DAFTAR ISI
22. GELEGARMU MENUNTUN PERJALANAN HIDUPKU Oleh: Isdjulaedi Bakri Indonesia dikenal sebagai negara dengan jumlah gunungapi terbanyak di dunia. Wilayahnya termasuk didalam rangkaian Cincin Api Pasifik atau \"Pacific Ring of Fire\". Deretan gunungapi berbaris rapi melingkar, mulai dari ujung paling Barat di Aceh, menyusuri bagian Barat Sumatera, Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, kemudian berbelok ke Utara kearah Sulawesi dan Maluku. Jumlah korban jiwa akibat bencana yang ditimbulkannyapun juga menduduki peringkat pertama. Sebagai anak yang dibesarkan di kota Blitar yang terletak dilereng Gunung Kelud, ketika saya masih duduk di bangku kelas 5 Sekolah Rakyat (SR) yang sekarang disebut Sekolah Dasar (SD), saya pernah mengalami sendiri betapa dahsyatnya letusan gunungapi itu. Malam itu, tanggal 26 April 1966 sekitar pukul 20.30, saya tersentak kaget terbangun mendengar suara menggelegar mengguncang bumi. Tidak lama kemudian disusul suara riuh bunyi kentongan tanda bahaya bertubi tubi berbaur dengan suara teriakan \"lahar!, lahar!, lahar! ...\" disertai jeritan kepanikan penduduk yang berhamburan keluar rumah. Bumi terasa bergoyang berayun sangat memusingkan, bahkan banyak yang jatuh terduduk. Diluar gelap gulita, pandangan sangat terbatas tertutup pekatnya hujan pasir dan abu. Terdengar gemeletak patahnya dahan pepohonan yang tak kuat menahan beratnya beban pasir dan abu yang mengguyur. Gelegar guntur dan kilatan \"tathit\" badai petir menyambar tak henti2nya membuat hati ini sangat miris. Betapa kecil dan tak berdayanya manusia ini. Betapa besar dan Maha Kuasanya Allah s.w.t. Sambil menggendong adik perempuan saya yang paling kecil, ibu menggandeng saya ditangan kanan dan adik saya yang laki di tangan kirinya diikuti kakak perempuan saya berlari mengikuti arus penduduk yang memadati jalan ditengah guyuran hujan pasir dan abu. Dengan wajah dan rambut penuh guyuran debu, kami terus berlari sambil menangis ketakutan mengikuti arus penduduk yang mengungsi menuju desa Bendogerit yang relatif lebih tinggi. Akhirnya kami menginap di pendopo rumah ibu Wardoyo kakak bung Karno yang dijadikan tempat pengungsian.
Foto 1: Saya paling kanan dan teman-teman ketika tahun 1972 pertama kali mendaki Gn. Kelud Waktu itu bapak saya yang bekerja sebagai kondektur kereta api sedang bertugas ke Semarang. Terbayang betapa cemasnya beliau memikirkan bagaimana nasib seluruh anggota keluarga ketika mendengar berita meletusnya Gunung Kelud. Saat itu juga bapak bergegas pulang ke Blitar. Namun apa daya, jalan kendaraan maupun jalan kereta api terputus hancur oleh aliran lahar panas di daerah Pasirharjo, Talun yang berjarak sekitar 15 km disebelah Timur kota Blitar. Setelah banjir lahar mereda dua hari kemudian barulah kami seluruh keluarga bisa berkumpul kembali. Esok harinya setelah ketika hujan abu mereda kami melihat pemandangan yang sangat memilukan. Atap-atap rumah, jalan, pepohonan semua tanpa kecuali putih tertutup pasir dan abu. Jurang kali Lahar yang dalamnya lebih dari 25 m dengan lebar sekitar 100 m penuh membludak dialiri lahar panas yang masih membara. Diatas batang-batang rumpun bambu yang meranggas tersangkut bergelantungan beberapa mayat yang hangus terbungkus lumpur panas. Tidak kurang dari 250 jiwa melayang terpanggang panasnya lahar. Berbeda dengan Sinabung dan Merapi yang eruptif, letusan Kelud bersifat eksplosif lebih dahsyat karena tekanan magmanya lebih kuat. Pengalaman masa kecil yang menggores ingatan inilah yang mendorong dan menggelitik keingintahuan saya tentang gunung berapi. Kenapa gunung Kelud bisa meletus, apa gunung berapi itu dan kenapa bisa memuntahkan lava panas yang membara?
Karena itulah sejak usia remaja SMA sampai mahasiswa saya senang sekali mendaki gunung mencari jawaban. Kelud, Kawi, Arjuna, Welirang, Bromo, Semeru, Lawu, Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing semua sudah saya daki tidak hanya sekali. (Foto 1) Keingin-tahuan yang menggores pikiran ini jugalah yang menggiring saya untuk mendalami bidang studi ilmu geologi yang selanjutnya menuntun perjalanan karir dan hidup saya. Ada yang menarik dibalik letusan Gunung Kelud ini. Sebelumnya sampai tahun 1919, letusan Gunung Kelud selalu eksplosif dahsyat karena material vulkanik tercampur air danau kawah yang volumenya hampir 80 juta meter kubik, sehingga terbentuk banjir aliran lahar panas membara menghancurkan segala yang dilandanya. Lebih dari 5000 jiwa melayang terpanggang panasnya lava. Setelah itu sebagai usaha antisipasi, Belanda membangun terowongan-terowongan yang menembus bibir kawah untuk mengurangi volume air danau kawah. Usaha ini nampaknya cukup berhasil. Banyak mengurangi volume air danau kawah. Sehingga ketika terjadi letusan tahun 1951 tidak banyak menimbulkan kerusakan dan korban jiwa karena banjir lahar panas tidak terjadi. Rupanya letusan 1951 yang hanya memuntahkan material vulkanik padat ini mengakibatkan pendalaman dasar kawah, sehingga danau kawah terbentuk lagi. Itulah barangkali yang menyebabkan letusan tahun 1966 yang saya alami itu kembali dahsyat memuntahkan lahar panas. Tahun 2007 terjadi peningkatan aktifitas magma yang diiringi gempa tremor serta isyarat alam yang menunjukkan akan terjadinya letusan. Alam akan memberikan isyarat. Jika suatu gunung berapi termasuk Gunung Kelud akan meletus, biasanya selalu ditandai dengan banyaknya binatang-binatang liar penghuni hutan belantara di sekitar puncak gunung yang keluar dari sarangnya.. Binatang-binatang seperti ular, babi hutan, musang, bahkan harimau, beramai-ramai pada turun ke desa-desa dilereng gunung. Bahkan ribuan cacingpun kadang keluar dari dalam tanah. Ini semua merupakan tanda-tanda adanya perubahan yang luar biasa di alam, seperti cuaca/iklim, gempa atau aktifitas gunung berapi. Bisa jadi mereka punya insting akan adanya perubahan atau bahaya. Namun kala itu tidak terjadi letusan karena sudah kehabisan tenaga untuk mengangkat “lava plug “ atau sumbat lava yang sudah mulai muncul kepermukaan kawah di dasar danau. Ini berakibat mengeringnya air danau dan terbentuknya kubah lava yang kemudian disebut Anak Kelud. (Foto 2) Tahun 2014 kembali terjadi letusan eksplosif yang dahsyat, abunya hampir menutupi seluruh pulau jawa. Suara gelegarnya dilaporkan terdengar hingga kota Surabaya, Solo, Yogyakarta yang berjarak sekitar 200 km dari pusat letusan. (Foto 3)
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125