KAMPUNG SILAT BETAWI
SILAT ORANG BETAWI \"Reee...! Apa tidak bosan kamu setiap hari buat konten video dance terus?\", kata Beni berteriak dari luar pagar rumah Rere. \"Hehehe.. ini loh Ben, lagi viral videonya, jadi aku mau mencoba mengikuti gerakan dance ini. Eh, ada apa?, kamu tumben lewat depan rumahku. Yuk masuk!\", balas Rere dari halaman teras depan rumahnya. Beni menghampiri Rere di halaman rumahnya dan langsung menunjukkan selembar brosur yang dipegangnya sejak tadi, katanya, \"Ikut acara ini, yuk? aku dapat brosur ini dari pamanku dan beliau menyuruhku datang karena katanya akan ada banyak jagoan pesilat disana, aku mau ajak kamu juga\". 1
Rere tampak bingung dan langsung menolaknya, \"Festival Betawi Kampung Silat? Tidak mau ikut, ah... Sepertinya kurang menarik dan acaranya lebih cocok dengan anak laki-laki. Lebih menarik aku menonton dancer Korea saja\". Beni mencoba merayu Rere, \"Siapa bilang..? kamu kan belum pernah datang. Makanya, yuk kita datang. Kita ikut acaranya 30 menit saja dulu, kalau menurutmu tidak seru, kamu boleh pulang duluan deh, gimana?\". Rere pun akhirnya mengalah dan menyetujui ajakan Beni. 2
Tibalah hari dimana Beni dan Rere mendatangi Festival Budaya Kampung Silat Rawa Belong. Mereka langsung bertemu dengan seseorang. \"Eh.., Beni, ponakan aye, akhirnya nyampe juga\". kata orang tersebut dengan logat Betawinya. \"Iya, Cang. Aku sekalian ajak Rere. Kenalin Re, ini pamanku, Encang Egi\", kata Beni. Ternyata orang tersebut adalah paman Beni yang dipanggilnya Encang Egi. Rere memberikan salamnya, \"Halo, aku Rere temannya Beni. Salam kenal Paman Encang Egi\". \"Hahaha..!\", Beni langsung tertawa dengan cara Rere memanggil pamannya. \" Haha.. Encang itu artinya paman dalam bahasa Betawi, Re. Haha... Maaf aku lupa memberitahumu ya\". \"Panggil aje aye Cang Egi\", kata Encang Egi. Rere merasa sedikit malu karena hal ini adalah baru baginya. 3
Cang Egi mengajak Beni dan Rere menonton sajian utama festival yang sedang berlangsung yaitu pertunjukan silat. Beni berkata kepada Cang Egi, \"Wah rame sekali ya Cang. Banyak kelompok pesilat yang hadir\". Cang Egi membalas Beni, katanya\" Iya, acara ini emang wadah menunjukan kemampuan dari sanggar dan aliran silat mereka.\". Rere heran dan bertanya kepada Cang Egi, \"Mengapa bisa banyak aliran silatnya, Cang?\". Cang Egi menjawab pertanyaan Rere, \"Karena proses panjang penyerapan dari beragam budaya dan hasil kreatif orang Betawi sendiri. Nah, silat khas Betawi itu mempunyai yang jumlahnya sekitar 317 aliran\". Beni merasa kagum dengan banyaknya aliran silat yang dimiliki orang Betawi, \"Wahh.. beragam banget. Kasih tau dong beberapa alirannya, Cang\". 4
Cang Egi mencoba menjelaskannya kepada mereka, \"Aye coba kasih tau salah satu aliran silat Betawi, namanya aliran Silat Cingkrik yang berasal dari daerah ini yaitu Rawa Belong, Jakarta Barat. Aliran ini terkenal karena kisah pendekar Pitung yang konon menguasai aliran Cingkrik. Daerah Rawa Belong ini juga ikut terkenal karena Pitung belajar ilmu silatnya disini. Tahu cerita tentang Pitung,kan?\" Rere mencoba menjawab namun ragu, \"Ehm... nanti coba Rere cari tahu deh.\" \"Silat cingkrik punya ciri khas pada gerakannya yang mengandalkan kelenturan, kecepatan, dan kelincahan. Tekniknya tidak ada hitungan satu, dua, tiga seperti bela diri lain, tetapi hanya ada hitungan satu, lalu lawan sudah harus jatuh. Jurus Cingkrik itu seperti tarian tapi mematikan, lentur tapi memiliki kekuatan\", jelas Cang Egi untuk memberi gambaran aliran silat cingkrik. \"Apa itu seperti gerakan monyet yang lincah, ya?\", tanya Beni. 5
\"Bener, Ben. Sesuai namanya, orang Betawi menyebut nya jejingkrakan, yaitu gerakan monyet yang melompat lincah\", jawab Cang Egi. \"Wah, aku baru tahu Rawa Belong punya aliran silat terkenal, bangga sekali! Kalau dari daerah lain ada, Cang?\", kata Rere sambil terkagum-kagum. \"Tentu aja ada, dong! Aliran Silat Sabeni yang lahir dari daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat. Lalu, ada daerah kampung Dadap di Tangerang yang memiliki aliran Silat Beksi, serta banyak daerah lain di Jakarta dan sekitarnya dengan beragam aliran silat Betawi \", jelas Cang Egi. Cang Egi juga mengenalkan Silat Sabeni dengan ciri khasnya yaitu kecepatan gerakan tangan yang serentak dengan sapuan kaki untuk membanting. Serangan silat sabeni tidak dapat dipergunakan untuk tarian/ngibing seperti aliran silat Betawi Cingkrik dan Beksi, karena memiliki gerakan khas murni bela diri. 6
Silat Beksi juga ikut dijelaskan oleh Cang Egi. Silat beksi terkenal dengan gerakan hentakan kaki yang disebut gedig. Lalu, ada gerakan pukulan sikut dan pukulan posisi kepalan tangan yang terbalik. Diketahui ternyata, tidak ada tendangan yang diarahkan ke kepala pada jurus silat beksi. \"Apa tidak ada permusuhan kalau banyak ragam aliran seperti itu, Cang?\", tanya Beni. \"Keberagaman jangan dilihat sebagai suatu perbedaan yang menakutkan dan menimbulkan masalah. Justru kita harus tahu manfaat ada keberagaman karakteristik\" , kata Cang Egi menasehati. \"Wah, mau tau dong, apa manfaatnya, Cang?\", tanya Beni. \"Misalnya kita dapat saling belajar bersosialisasi, menambah kaya pengetahuan dan budaya lain, menciptakan ikon identitas diri, dapat saling melengkapi perbedaan satu sama lain, dan masih banyak lagi\", jawab Cak Egi. 7
\"Yaa, kita juga perlu tahu cara menghadapi keberagaman karakteristik, yaitu dengan sikap toleransi dan sikap cinta tanah air\", kata Rere menambahkan. Rere merasakan hal itu dari pertunjukan silat yang dilihatnya, tidak ada saling mencela maupun mengenjek kelompok yang satu dengan yang lain, malah mereka saling memberi apresiasi dan berjabat tangan dengan kelompok aliran silat lain seusai tampil. \"Benar, Encang setuju banget sama Rere. Festival budaya ini juga adalah salah satu bentuk cara menyatukan berbagai keberagaman. Nih, contohnya saat di festival ini, yang seneng liat jagoan Betawi bisa merapat ke silat Betawi sini, yang seneng liat pertunjukan lucu bisa nonton lenong Betawi, yang doyan makan bisa ke bagian kuliner khas Betawi. Lengkap kan!\", kata Cang Egi tersenyum lebar.[] 8
SI PITUNG Hati si Pitung geram sekali. Sore ini ia kembali melihat kesewenang-wenangan para centeng Babah Liem. Babah Liem atau Liem Tjeng adalah tuan tanah di daerah tempat tinggal si Pitung. Babah Liem menjadi tuan tanah dengan memberikan sejumlah uang pada pemerintah Belanda, Selain itu, ia juga bersedia membayar pajak yang tinggi pada pemerintah Belanda. Itulah sebabnya, Babah Liem mempekerjakan centeng- centengnya untuk merampas harta rakyat dan menarik pajak yang jumlahnya mencekik Ieher. Si Pitung bertekad, ia harus melawan para centeng Babah Liem. Untuk itu ia berguru pada Haji Naipin, seorang ulama terhormat dan terkenal berilmu tinggi. Haji Naipin berkenan untuk mendidik si Pitung karena beliau tahu wataknya. Ya, si Pitung memang terkenal rajin dan taat beragama. Tutur katanya sopan dan ia selalu patuh pada kedua orangtuanya, Pak Piun dan Bu Pinah. Beberapa bulan kemudian, si Pitung telah menguasai segala ilmu yang diajarkan oleh Haji Naipin. Haji Naipin berpesan, “Pitung, aku yakin kau 9
bukan orang yang sombong. Gunakan ilmumu untuk membela orang-orang yang tertindas. Jangan sekali-kali kau menggunakannya untuk menindas orang lain.” Si Pitung mencium tangan Haji Naipin lalu pamit. Ia akan berjuang melawan Babah Liem dan centeng-centengnya. “Lepaskan mereka!” teriak si Pitung ketika melihat centeng Babah Liem sedang memukuli seorang pria yang melawan mereka. “Hai Anak Muda, siapa kau berani menghentikan kami?” tanya salah satu centeng itu. “Kalian tak perlu tahu siapa aku, tapi aku tahu siapa kalian. Kalian adalah para pengecut yang bisanya hanya menindas orang yang lemah!” jawab si Pitung. Pemimpin centeng itu tersinggung mendengar perkataan si Pitung. Dia lalu memerintahkan anak buahnya untuk menyerang si Pitung. Namun semua centeng itu roboh terkena jurus-jurus si Pitung. Mereka bukanlah lawan yang seimbang baginya. Mereka Ian terbirit-birit, termasuk pemimpinnya. Sejak saat itu, si Pitung menjadi terkenal. Meskipun demikian ia tetaplah si Pitung yang rendah hati dan tidak sombong. 10
Si Pitung memutuskan untuk mengabdikan hidupnya bagi rakyat jelata. Dia bertekad untuk mengambil kembali hak yang sudah dicuri oleh tuan tanah dan mengembalikannya kepada rakyat. Dia mengajak beberapa temannya untuk bergabung dengannya. kelakuan Si Pitung tidak disukai oleh tuan tanah dan juga pemerintah Belanda. Mereka pun mengeluarkan perintah untuk menangkap Si Pitung. namun, Si Pitung amat cerdik. Dia selalu berpindah tempat sehingga pemerintah Belanda dan juga tuan tanah tidak bisa menangkapnya. karena kesal, pemerintah Belanda menggunakan cara licik. Mereka menangkap Pak Piun, ayah Si Pitung dan Haji Naipin. Salah satu pejabat pemerintah Belanda yang bernama Schout Heyne mengumumkan bahwa kedua orang tersebut akan dihukum mati jika si Pitung tak menyerah. Berita itu sampai juga ke telinga si Pitung. Ia tak ingin ayah dan gurunya menderita. Ia datang kepada Schout Heyne dan bersedia menyerahkan diri jika ayah dan gurunya dibebaskan. Schout Heyne menyetujui permintaan si Pitung. “Pitung, kau telah meresahkan banyak orang dengan kelakuanmu itu. Untuk itu, kau harus dihukum tembak,” kata Schout Heyne. 11
“Kau tidak keliru? Bukannya kau dan para tuan tanah itu yang meresahkan orang banyak? Aku tidak takut dengan ancamanmu,” jawab si Pitung. “Huh, sudah mau mati masih sombong juga. Pasukan, tembak dia!” perintah Schout Heyne pada pasukannya. Pak Piun dan Haji Naipin berteriak memprotes keputusan Schout Heyne. “Bukankah anakku sudah menyerahkan diri? Mengapa harus dihukum mati?” ratap Pak Piun. Namun Schout Heyne tak perduli, baginya si Pitung telah mengancam jabatannya. Suara rentetan peluru pun memecahkan kesunyian, tubuh si Pitung roboh bersimbah darah terkena peluru para prajurit Belanda. Meskipun ia telah tiada, si Pitung tetap dikenang sebagai pahlawan bagi rakyat jelata. 12
KAMU HARUS TAHU! Galeri Seni Budaya Silat di Kampung Rawa Belong, Jakarta Barat, merupakan festival seni pelestarian kebudayaan ilmu bela diri tradisional, pencak silat khas Betawi. Rawa Belong memiliki sejarah panjang tentang Silat Betawi. Sehingga, ada anggapan Rawa Belong menjadi tolak ukur ilmu bela diri silat. Pesilat yang hadir di festival ini berasal dari ratusan perguruan silat Betawi se-Jabodetabek. Festival ini juga dimeriahkan dengan pertujukan tari tradisional, lenong, makanan, dan musik khas Betawi. 13
DAFTAR PUSTAKA Amna, M. (2019, Maret 18). Mengenal Silat Cingkrik. https://www.beritajakarta.id/read/67250/mengenal-silat-cingkrik Hutasuhut, Y. (2019,Okt 12). Rawa Belong Banyak Lahirkan Aliran Silat Betawi. http://www.harnas.co/2019/10/12/rawa-belong-banyak-lahirkan-aliran-silat- betawi Sadeli, Rachmad. (2021, Feb 15). Ada 317 Aliran Silat Betawi di Jakarta dan Sekitarnya. https://gerbangjakarta.poskota.co.id/2021/02/15/ada-317-aliran-silat- betawi-di-jakarta-dan-sekitarnya Simanjuntak, T.PM. (2019, Desember 3). Eksistensi Silat Beksi Petukangan Terus Dipertahankan. https://www.beritajakarta.id/read/74935/eksistensi-silat-beksi- petukangan-terus-dipertahankan Simanjuntak, T.PM. (2020, April 15). Mengenal Jurus Kelabang Nyebrang Silat Sabeni Tanah Abang. https://www.beritajakarta.id/read/78666/mengenal-jurus-kelabang- nyebrang-silat-sabeni-tanah-abang Dongeng Cerita Rakyat. (2015). Cerita Rakyat Si Pitung dari Betawi. https://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-si-pitung-dari-betawi/ DAFTAR GAMBAR https://images.app.goo.gl/8PUsBsaUMeUDCqXh6 https://images.app.goo.gl/6bAUcbavCQLTJctj6 https://images.app.goo.gl/JvdHiReXUGTQFh6v9 https://images.app.goo.gl/3mbP9EeZzrBpdj3s8 https://images.app.goo.gl/6R13wQ3UjBTQY5WU7 https://images.app.goo.gl/WPGsE8wmKrxfwzmc7 https://images.app.goo.gl/CarT6h4PBXfvGcMQA https://images.app.goo.gl/PYraQ8Zn7KLUqXeK7 https://images.app.goo.gl/De8iUQfFNQRhJPfx8 https://images.app.goo.gl/tdXzfE7vVJxc86bE7 https://images.app.goo.gl/KHx8UyURL1pLuvZE6 https://images.app.goo.gl/tshHqeZ7QaVEnN8dA https://images.app.goo.gl/d9jVgWyy55DAhd9s6 https://images.app.goo.gl/cgJCA4dtCRTtgXDn6
Buku bacaan ini adalah buku yang memuat informasi mengenai kebudayaan Betawi, khususnya pada seni bela diri tradisional silat Betawi. Tidak banyak buku yang membahas mengenai silat Betawi. Maka, diharapkan buku bacaan ini mampu menumbuhkan minat baca anak dan mengenalkan kebudayaan yang ada di daerahnya. Isi buku terinspirasi dari daerah Rawa Belong yang memiliki cerita tentang jagoan silat dan memiliki festival kebudayaan silat di daerah tersebut.
Search
Read the Text Version
- 1 - 16
Pages: