Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Si Muncit

Si Muncit

Published by Yos Putra Kurniawan, 2021-07-29 21:02:23

Description: Si Muncit

Search

Read the Text Version

mengalami kesulitan yang luar biasa dan Ananda sudah tidak sanggup lagi untuk keluar dari kesulitan itu, jangan lupa mintalah pertolongan kepada Allah Swt. supaya dimudahkan dalam segala urusan. Kemudian, jangan lupa ikhtiar dengan memanggill nama si Muncit sebanyak tiga kali. Insyaallah pertolongan dari Allah akan datang kepadamu, Ananda,” kata kepala desa kepada si Bungsu. “Kalau Ananda sudah memanggilnya, apa yang akan terjadi Ayahanda?” tanya si Bungsu kepada ayahandanya. “Nanti Ananda akan tahu sendiri. Ingat, apa pun yang akan engkau temui setelah menyebut nama itu, engkau jangan takut karena melalui dialah Allah Swt. menolongmu untuk keluar dari kesulitan yang sedang engkau hadapi,” kata ayahanda kepada anaknya. “Baiklah, Ayahanda. Besok pagi-pagi sekali Ananda akan berangkat. Ananda mohon doa restu Ayahanda. Semoga bisa lancar dalam menjalankan tugas yang Ayahanda berikan kepadaku,” kata si Bungsu. Di dalam kamar, si Bungsu tidak bisa tidur. Ia membayangkan hal yang akan menimpa dirinya. Tugas ini ia lakukan karena rasa sayang dan bakti kepada 41

orang tua dan masyarakat desa. Ia membulatkan tekad untuk menghadapi semua risiko yang akan dihadapinya dalam perjalanannya nanti. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali si Bungsu, anak kepala desa, berangkat menuju desa seberang tanpa ditemani oleh siapa pun. Bukit ia lalui, sungai ia seberangi, dan hutan demi hutan ia lalui. Perjalanan ini sebenarnya sangat berat untuk anak seumuran si Bungsu. Akan tetapi, karena rasa cinta dan sayangnya kepada ayahandanya dan juga rasa baktinya kepada masyarakat, pekerjaan yang berat ini tidak ia rasakan. Semua kesulitan berhasil ia lalui dan hadapi. Hingga pada suatu hari, sampailah ia di hutan yang sangat lebat. Karena begitu lebatnya daun-daun dari pepohonan raksasa, sedikit sekali sinar matahari yang berhasil menembus hutan itu. Dengan rasa ragu-ragu dan takut yang luar biasa, si Bungsu mulai memasuki hutan itu. Di tengah hutan ia mulai tersesat. Ia sudah tidak tahu jalan yang harus ia lalui untuk menuju dan sampai di desa seberang. Sudah hampir satu minggu ia berputar-putar di tempat itu. Bekal sudah mulai menipis, tenaga sudah mulai kritis dan hampir habis. Keputusasaan sudah mulai menggelayuti 42

perasaannya. Ketakutan mulai membayangi dirinya. Dalam keadaan yang tidak berdaya itu, si Bungsu teringat pesan ayahandanya. Awalnya Bungsu sedikit ragu, akan tetapi keraguan ia hilangkan dari pikirannya. Bungsu pun mulai berdoa dengan khusuk memohon pertolongan kepada Allah Swt. agar dirinya bisa keluar dari masalah yang sedang ia hadapi. Selesai berdoa, bungsu berikhtiar dengan memanggil nama si Muncit sesuai pesan ayahnya. “Muncit … Muncit … Muncit,” panggil si Bungsu dengan rasa was-was dan hati berdebar-debar menunggu yang akan terjadi di hadapannya nanti. Setelah beberapa saat lamanya menunggu, tidak terjadi apa-apa. “Mengapa tidak terjadi apa-apa? Mengapa yang diceritakan ayahanda tidak terjadi atau karena aku kurang yakin? Demi ayahanda dan demi masyarakat desa, aku harus mencobanya lagi,” kata anak kepala desa. Dengan penuh keyakinan dan diiringi doa kepada Allah Swt., si Bungsu anak kepala desa itu kembali memanggil si Muncit sebanyak tiga kali untuk yang kedua kalinya. 43

“Muncit … Muncit … Muncit.” Tidak berapa lama, tiba-tiba suasana sekitar jadi terang-benderang. Angin berhembus sangat kencang. Kemudian, muncul asap putih tebal yang lama-kelamaan menipis. Samar-samar berdiri tegak di hadapan si Bungsu seekor harimau putih bersih mengilat sebesar sapi dewasa. Si bungsu sangat ketakutan. Tiba-tiba, ia ingat pesan ayahandanya sehingga rasa takut itu lama- kelamaan sirna. “Ada apa kiranya Tuanku memanggil hamba. Apa yang bisa hamba bantu, Tuanku yang budiman?” “Be … be … begini, wahai Harimau! Aku tersesat dan tidak tahu arah yang harus dituju untuk bisa sampai di desa seberang guna menjemput tabib yang konon, kata ayahandaku, bisa menyembuhkan wabah penyakit yang sedang menyerang desaku. Sudah satu minggu aku tersesat di hutan ini, sedangkan ayah dan saudara- saudaraku sangat berharap aku dapat membawa tabib itu ke desaku. Bisakah engkau menunjukkan kepadaku jalan ke desa seberang agar aku bisa meminta tolong kepada tabib tersebut?” 44

“Baiklah, Tuanku, Anak Muda yang budiman. Hamba akan menolong Tuanku yang budiman menyelesaikan tugas yang mulia ini.” “Lalu, bagaimana caranya?” tanya si Bungsu. “Tuanku cukup mengikuti ranting-ranting yang hamba patahkan untuk petunjuk. Insyaallah, Tuanku yang budiman akan sampai ke tujuan,” kata si Muncit. “Terima kasih, Muncit!” Dengan tidak membuang waktu si Bungsu menuruti petunjuk si Muncit tadi. Anak kepala desa itu berjalan mengikuti tanda ranting yang telah dipatahkan oleh Muncit. Dengan perasaan capai dan lelah, sampai juga anak kepala desa itu di desa seberang, tempat tabib yang disebutkan ayahandanya. Si Bungsu mencari tabib itu dan bertemulah ia dengan tabib yang dimaksud. Anak kepala desa itu mengutarakan tujuan kedatangannya kepada sang tabib. “Maaf sebelumnya, Tuan Tabib. Kedatangan saya ke tempat Tabib mengganggu dan merepotkan Tuan Tabib. Saya datang ke mari karena diperintahkan oleh ayahanda saya. Ada hal yang sangat penting dan sangat mendesak yang perlu Tuan Tabib ketahui,” kata si Bungsu. 45

“Maaf sebelumnya, Anak Muda yang budiman. Anak ini siapa, dari mana asalnya, dan ada kepentingan apa kiranya sehingga bersusah payah menemui saya?” tanya tabib sakti itu. “Oh, ya, Ki Tabib. Saya minta maaf karena sejak tadi belum memperkenalkan diri. Saya ini adalah si Bungsu, anak kepala desa seberang desa ini. Adapun maksud kedatangan saya ke sini, ke kediaman Tuan Tabib, adalah atas perintah ayahanda saya. Beliau memerintahkan saya untuk meminta tolong kepada Tuan Tabib agar Tuan sudi datang ke desa kami untuk mengobati ayahanda, saudara-saudara saya, dan masyarakat desa saya. Itulah maksud kedatangan saya, Tuan,” cerita si Bungsu kepada tabib sakti itu. “Oh, begitu. Berarti di desa Anak Muda saat ini masyarakatnya sedang dilanda musibah? Kalau begitu saya tidak boleh terlalu lama di sini. Kita harus segera ke desamu, Anak Muda. Mereka semua harus segera ditolong. Kalau begitu, mari, Anak Muda, kita jangan berlama-lama. Bila terlambat sedikit saja bisa berbahaya,” kata tabib. 46

Setelah mendengarkan penjelasan si Bungsu, tabib itu sangat terenyuh hatinya dan terharu dengan keberanian si Bungsu. Dengan tidak membuang waktu terlalu lama, tabib sakti itu dan si Bungsu berangkat ke tempat ayahanda si Bungsu. Dalam perjalanan pulang kembali ke desa, si Bungsu merasakan bahwa perjalanannya sangat berbeda dengan ketika dirinya datang ke desa tabib sakti itu. Saat dirinya datang ke desa tabib sakti itu, ia merasakan tempatnya begitu jauh dan sulit dijangkau. Jalan berliku-liku melalui hutan yang sangat lebat mengakibatkan dirinya tersesat dan memakan waktu yang lama. Akan tetapi, saat pulang keadaannya sangat berbeda. Jarak terasa begitu pendek dan waktu tempuh sangat cepat dan mereka tidak tersesat. Si Bungsu pun berpikir dan berkata dalam hati. “Apakah karena kebodohanku atau karena kesaktian tabib ini sehingga perjalanan pulang ke desa lebih cepat? Ah, terserah sajalah. Yang penting, kewajiban untuk menemui tabib ini sudah aku jalankan.” 47

Setelah perjalanan yang tidak begitu lama, kedua orang itu, Tabib sakti dan si Bungsu, sampailah di desa yang warganya sedang dilanda musibah. Kepala desa menyambut kedatangan mereka dengan senang. “Assalamualaikum …,” kata tabib memberi salam kepada kepala desa. “Wa alaikum salam …,” balas kepala desa itu kepada tabib sakti. Kepala desa mempersilakan tabib sakti itu masuk dan mempersilakannya duduk. Tidak lama menunggu, kepala desa itu pun menceritakan ihwal dirinya menyuruh si Bungsu, anaknya, untuk menemui tabib sakti itu. Tabib itu pun mendengarkan dengan saksama. “Tuan Tabib, maksud saya menyuruh anak saya yang bungsu untuk menemui Tuan Tabib adalah untuk meminta tolong kepada Tuan Tabib. Sudilah kiranya Tuan menolong saya, saudara-saudara saya, dan seluruh warga agar selamat dari wabah penyakit yang sedang melanda desa kami,” kepala desa menjelaskan kepada tabib. “Iya, Tuanku. Saya sudah mendengar cerita itu dari si Bungsu, anak Tuanku,” kata tabib sakti itu. 48

“Kalau begitu, mari segera kita laksanakan pengobatannya, Tuan Tabib!” kata kepala desa. “Iya, Tuanku,” kata tabib itu. Tabib sakti segera mempersiapkan segala keperluan untuk pengobatan penyakit kepala desa dan saudara- saudaranya. Tabib sakti itu duduk bersila sembari berdoa memohon pertolongan kepada Allah Swt.. Setelah selesai berdoa, Tabib segera meramu berbagai macam jenis ramuan obat. Setelah selesai diramu, obat tersebut diberikan kepada kepala desa untuk dibagikan kepada seluruh warga desa itu. 49

Alhamdulillah atas izin dan kuasa Allah, melalui pertolongan tangan dan keahlian tabib itu wabah penyakit di desa itu dapat disingkirkan. Warga desa yang telah terbebas dari wabah penyakit bergembira dan bersyukur atas pertolongan Tuhan Yang Mahakuasa melalui tabib desa seberang yang mengusir wabah penyakit dari desa mereka. Warga desa merayakannya dengan syukuran atau selamatan yang diiringi dengan zikir dan pembacaan doa kepada Allah Swt.. Belajar dari pengalaman peristiwa itu, rakyat desa lebih tekun beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt., Tuhan pencipta alam. Kehidupan warga di daerah Ujan Mas yang beberapa waktu lalu sempat terganggu keamanannya, sempat terganggu dengan musibah wabah penyakit, kini kembali normal seperti biasa. Rakyat yang biasa bekerja di ladang kembali ke ladang. Mereka yang di sawah kembali ke sawah dan mereka yang berdagang kembali berdagang. Kehidupan mereka kembali seperti biasa, seperti ketika mereka belum terkena musibah. 50

BIODATA PENULIS Nama Lengkap : Basuki Sarwo Edi, S.Pd. Telepon Kantor/Ponsel : (0711) 7539500/081368368556 Pos-el : [email protected] Akun Facebook : Bagus Arhasta Alamat kantor : Jalan Seniman Amri Yahya Kompleks Taman Budaya Sriwijaya, Jakabaring, Seberang Ulu 1 Palembang, Sumatra Selatan. Bidang Keahlian : Sastra Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir): 1. 2003--2016: Peneliti Sastra Balai Bahasa Provinsi Sumatra Selatan 2. 2013--2016: Satuan Pengawas Internal 3. 2001--2016: Staf Pengajar SMK Negeri 4 Palembang 51

Riwayat Pendidikan Tinggi: S-1 IKIP Muhammadiyah Purworejo Jawa Tengah Informasi Lain: Lahir di Kebumen, 29 April 1969. Menikah dan dikaruniai satu anak. Saat ini menetap di Palembang. Aktif di organisasi dan berprofesi guru. Beberapa kali menjadi narasumber di berbagai seminar, baik pada tingkat regional maupun nasional. 52

BIODATA PENYUNTING Nama : Wenny Oktavia Pos-el : [email protected] Bidang Keahlian : Penyuntingan Riwayat Pekerjaan: Tenaga fungsional umum Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2001—sekarang) Riwayat Pendidikan: 1. S-1 Sarjana sastra dari Universitas Negeri Jember (1993—2001) 2. S-2 TESOL and FLT dari University of Canberra (2008—2009) Informasi Lain: Lahir di Padang pada tanggal 7 Oktober 1974. Aktif dalam berbagai kegiatan dan aktivitas kebahasaan, di antaranya, penyuntingan bahasa, penyuluhan bahasa, dan pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Ia telah menyunting naskah dinas di beberapa instansi, seperti Mahkamah Konstitusi dan Kementerian Luar Negeri. 53

BIODATA ILUSTRATOR I Nama : Noviyanti Wijaya Pos-el : [email protected] Bidang Keahlian : Ilustrator Riwayat Pendidikan: Universitas Bina Nusantara Jurusan Desain Komunikasi Visual Judul Buku dan Tahun Terbitan 1. Ondel-Ondel dalam buku Aku Cinta Budaya Indonesia, 2015, BIP gramedia 2. Big Bible, Little Me, 2015, icharacter 3. God Talks With Me About Comforts, 2014, icharacter 4. Proverbs for Kids, 2014, icharacter BIODATA ILUSTRATOR II Nama : Venny Kristel Chandra Pos-el : [email protected] Bidang Keahlian : Ilustrator Riwayat Pendidikan: Universitas Bina Nusantara Jurusan Desain Komunikasi Visual Judul Buku dan Tahun Terbitan: 1. 3 Little Dragon, 2014 2. Learning Old English, 2014 3. How to Learn Potty Training, 2015 4. Sofie and Bicycle, 2015 54

55

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook