NEWS LETTER Edisi Januari 2021 Simulasi Pelaksanaan Vaksinasi Covid19 di RSUP Persahabatan REDAKSI Jakarta, 13 Januari 2021, RSUP Persahabatan menggelar simulasi vaksinasi COVID- 19 pada Rabu (13/1). Simulasi ini untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan vaksinasi kepada calon penerima vaksin dan juga sebagai upaya untuk memastikan kesiapan tenaga medis agar vaksinasi ini berjalan sesuai protokol pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Redaktur Tata cara vaksinasi dimulai dari Pendaftaran, skrining, vaksinasi, observasi. Pendaftaran sudah dilakukan sebelumnya melalui website PeduliLindungi.id dr Masdelira Siregar, MH dengan mengisi data identitas diri, penyakit penyerta (komorbid), dan pemilihan Eryuniyanti, S.Sos lokasi serta waktu vaksinasi. Setelah mendaftar, peserta calon penerima vaksin akan menerima barcode serta nomor tiket vaksinasi yang ditunjukan kepada Editor & Grafis Layout petugas pendaftaran di Meja Satu. Ifa Nurul Utami,S.Sos Setelah menerima lembar skrining dari petugas pendaftaran, kemudian peserta melakukan skrining di Meja Dua. Peserta akan diperiksa suhu tubuh dan tekanan Fotografer darah lalu diberikan pertanyaan apakah memiliki gejala yang sama seperti COVID- 19 dan riwayat penyakit terdahulu oleh perawat. Fidhyantoro, S.Sos Zulfikar Amd Setelah memenuhi kriteria sebagai penerima vaksin maka dilanjutkan masuk ke ruang layanan vaksinasi. Setelah diberi vaksin selanjutnya menuju meja observasi Nanda Rica Iriani, Amd selama 30 menit untuk melihat apakah terjadi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Achmad Tanto Setiadi, S.Ikom (KIPI) atau tidak. Roro Rizqi Sriwulandari, S.Ikom Usai 30 menit menunggu, penerima vaksin bisa meninggalkan ruangan. Jika terjadi Novani Egi Pratomo, Amd gejala pada saat sampai di rumah atau beberapa hari setelah vaksin, segera Kritik dan Saran ditujukan ke : periksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Bagian HUKORMAS Penerima vaksin diminta kembali setelah dua minggu ke depan untuk vaksinasi RSUP Persahabatan Jl. Persahabatan Raya No. 1 yang kedua.(hukormas) 1 Rawamangun, Jakarta Timur 13230 Call Center - 4786 9945 Rsup Persahabatan rs_persahabatan rs_persahabatan RSUP Persahabatan Telp - (021) 4891708 ext 605 Fax. (021) 4751741 Email - [email protected] Website - www.rsuppersahabatan.co.id www.rsuppersahabatan.co.id
Artikel Kesehatan HIDUP BERKUALITAS DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) Oleh : dr. Triya Damayanti, SpP(K), PhD - KSM Paru RSUP Persahabatan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adalah suatu penyakit yang dapat dicegah dan diobati yang menjadi masalah utama pada kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Jumlah penderita PPOK di seluruh dunia mengalami peningkatan dari sekitar 227 juta kasus pada tahun 1990 menjadi 384 juta kasus pada tahun 2010 dengan prevalensi 11,7%, di mana prevalensi tertinggi terjadi di Amerika dan Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri diperkirakan terdapat 4,8 juta jiwa penderita PPOK dengan prevalensi lebih tinggi pada pria, dan akan semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia. Meningkatnya kejadian PPOK dihubungkan dengan meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor risiko, semakin banyaknya jumlah perokok khususnya pada kelompok usia muda, serta pencemaran udara di dalam ruangan, di luar ruangan, dan di tempat kerja. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) ditandai dengan adanya keterbatasan aliran udara yang persisten (terus-menerus) dan umumnya bersifat progresif. PPOK berhubungan dengan respons peradangan (inflamasi) kronik yang berlebihan pada saluran napas dan parenkim paru akibat gas atau partikel berbahaya. PPOK seringkali timbul pada usia pertengahan akibat merokok dalam waktu yang lama. Dampak PPOK pada setiap individu tergantung derajat keluhan khususnya sesak napas dan penurunan kapasitas latihan. Identifikasi faktor risiko merupakan langkah penting dalam pencegahan dan terapi PPOK. Faktor utama yang meningkatkan risiko terjadinya PPOK adalah pajanan asap rokok dalam jangka panjang, baik secara aktif maupun pasif. Selain pajanan asap rokok, faktor risiko PPOK lainnya adalah: • Polusi udara baik di dalam ruangan (asap rokok, asap dapur: kompor, kayu, arang, dll) maupun polusi di luar ruangan (gas buang kendaraan bermotor, debu jalanan) • Polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun). • Infeksi saluran napas bawah berulang berperan dalam terjadinya PPOK. Infeksi saluran napas berat pada saat anak akan menyebabkan penurunan fungsi paru dan meningkatkan gejala respirasi pada saat dewasa. • Faktor sosial ekonomi belum dapat dijelaskan secara pasti namun pajanan polusi di dalam dan luar ruangan, pemukiman padat, nutrisi yang buruk dan faktor lainnya yang berhubungan dengan status sosial ekonomi kemungkinan dapat menyebabkan peningkatan risiko PPOK. Gejala yang dapat ditemukan pada seseorang yang terdiagnosis PPOK dapat bervariasi, mulai dari derajat ringan sampai berat. Adapun gejala pada PPOK meliputi: 1. Sesak napas yang bersifat progresif (sesak bertambah berat seiring berjalannya waktu), menetap sepanjang hari, bertambah berat dengan aktivitas). Pasien mendeskripsikannya sebagai : “perlu usaha untuk bernapas”, berat, sukar bernapas, terengah- engah. 2. Batuk kronik berdahak, hilang timbul, dan mungkin tidak disertai berdahak. 3. Riwayat terpajan faktor risiko seperti asap rokok, debu, bahan kimia di tempat kerja, asap dapur, dll. Bila ditemukan gejala tersebut pada usia diatas 40 tahun maka dokter akan meminta pasien melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui fungsi paru yaitu dengan uji spirometri untuk memastikan pasien tersebut PPOK atau bukan. Uji spirometri ini untuk menilai fungsi paru pasien apakah sudah terdapat gangguan aliran udara dalam paru atau belum. Dokter dapat membantu pasien hidup berkualitas walaupun sudah terdiagnosis PPOK. Tidak saja obat-obatan yang diberikan kepada pasien PPOK namun juga edukasi dan rehabilitasi. Berikut ini adalah beberapa langkah penanganan PPOK yang dapat dilakukan: • Edukasi diberikan kepada pasien PPOK agar pasien tersebut mengenal penyakitnya, mengetahui obat-obatan yang diberikan dan cara penggunaannya, berhenti merokok, mencapai aktivitas optimal dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup. Kita tahu bahwa PPOK adalah penyakit kronik dan bertambah berat seiring perjalanan waktu (progresif), sehingga dengan edukasi diharapkan pasien dapat mengurangi kecemasan, mencegah kecepatan perburukan fungsi paru dan 2memberikan semangat hidup walaupun dengan keterbatasan aktivitas.
Lanjutan hal.2 Hidup Berkualitas Dengan PPOK • Berhenti merokok merupakan satu-satunya cara yang paling efektif dalam mengurangi risiko PPOK dan memperlambat perburukan kondisi penyakitnya. • Hal penting lainnya dalam penanganan PPOK adalah rehabilitasi paru. Tujuan dilakukannya rehabilitasi ini adalah untuk menurunkan gejala, meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualitas hidup pasien PPOK. • Program ini dapat dilakukan di dalam maupun di luar rumah sakit dibawah pengawasan dokter rehabilitasi medik. Komponen rehabilitasi ini meliputi latihan fisik, psikososial dan latihan pernapasan. Latihan ini meliputi latihan khusus pada otot pernapasan sehingga diharapkan kemampuan inspirasi (menghirup udara) dan ekspirasi (membuang napas) menjadi maksimal dan pada gilirannya dapat mengurangi sesak napas. Latihan fisik di rumah dapat dilakukan dengan latihan jalan, jogging, sepeda, latihan ekstremitas atas. • Program latihan dapat dilakukan setiap harinya 15-30 menit selama 4-7 hari per minggu. Teknik latihan pernapasan berupa pernapasan diafragma dan pursed lips breathing (buang napas secara perlahan sambil posisi bibir seperti bersiul, hitung dalam hati sampai 4 atau lebih, selalu buang napas lebih lama daripada saat menarik napas) berguna untuk memperbaiki ventilasi dan mensinkronkan kerja otot perut dan dinding dada sehingga diharapkan dapat memperbaiki kualitas hidup. • Penggunaan obat-obatan PPOK dengan tepat. Pasien PPOK oleh dokter diberikan obat-obatan dalam bentuk inhaler (handihaler, diskhaler, nebuhaler, turbuhaler atau breezhaler) sehingga obat dapat langsung menuju target yaitu organ paru dan dosis jauh lebih kecil dibandingkan dengan pemberian obat minum. Obat yang diberikan meliputi obat bronkodilator yang berfungsi membuka saluran napas sehingga bernapas menjadi lebih lega. Selain itu dapat diberikan juga oleh dokter obat kortikosteroid dalam bentuk inhaler yang berfungsi mengurangi inflamasi (peradangan) pada saluran napas serta mencegah terjadinya perburukan gejala (eksaserbasi) sesuai indikasi oleh dokter yang merawat. • Diet pada pasien PPOK penting dengan mengkonsumsi makanan sehat yang kaya akan sayuran dan buah-buahan. Pada beberapa pasien PPOK akan sangat membantu dengan pola makan porsi kecil beberapa kali dibandingkan langsung 3 kali makan dengan porsi besar. Dianjurkan juga untuk makan secara perlahan dan banyak minum air. • Pasien PPOK sering didapatkan kondisi malnutrisi sehingga kadar vitamin, mineral dan antioksidan dalam tubuh menurun sebagai akibat nutrisi yang kurang, kebiasaan merokok dan berat badan yang kurang. Defisiensi vitamin D ditemukan pada pasien PPOK karena asupan makanan yang tidak mencukupi dan juga kurangnya pajanan sinar matahari karena aktivitas luar rumah yang berkurang. Suplementasi vitamin D dapat mengurangi risiko perburukan gejala (eksaserbasi) pada pasien PPOK dengan defisiensi vitamin D. Suatu penelitian yang pernah dilakukan didapatkan data kadar vitamin antioksidan (vitamin A, C dan E), selenium, kalsium, klorida dan besi berhubungan dengan peningkatan nilai parameter fungsi paru. Sehingga suplementasi vitamin, mineral dan antioksidan dapat memberikan manfaat pada pasien PPOK. • Vaksin influenza dapat mengurangi komplikasi dan kematian pada pasien PPOK. Rekomendasi vaksin influenza adalah vaksin virus yang telah mati atau telah dilemahkan karena lebih efektif pada pasien PPOK usia lanjut dan diberikan satu kali setiap tahun. Untuk Indonesia tampaknya kurang efektif karena strain virus influenza sering berganti dalam kurun waktu cepat. Vaksin lainnya adalah vaksin pneumokokus polisakarida yang direkomendasikan untuk pasien usia 65 tahun keatas untuk mengurangi kejadian pneumonia (infeksi paru). • Keluhan sesak napas (gejala utama pada pasien PPOK) yang dialami oleh pasien PPOK dapat menyebabkan rasa cemas sehingga perlu diberikan edukasi dan pendekatan bagaimana mengenal rasa cemas dan cara mengatasinya selain dukungan keluarga sangat penting untuk memberikan dukungan kepada pasien. • World COPD Day atau peringatan Hari PPOK Sedunia diperingati setiap tahunnya yang jatuh pada bulan November. Pada peringatan Hari PPOK Sedunia kali ini mengangkat tema tentang hidup berkualitas pada pasien PPOK, dengan harapan bagi pasien yang telah terdiagnosis PPOK dapat tetap hidup dengan lebih baik dan berkualitas. • Penyakit PPOK bukan penyakit menular namun merupakan penyakit pada saluran napas yang kronik dan penyebab utamanya adalah akibat asap rokok. Oleh karena itu, agar dapat hidup secara berkualitas dan tidak jatuh ke kondisi yang lebih berat maka pasien PPOK diharapkan dapat berhenti merokok, melakukan latihan secara teratur, tidur yang cukup, berpikir positif, pola makan yang sehat dan gizi seimbang, patuh pada pengobatan yang diberikan, melakukan program rehabilitasi paru, hindari stress yang berlebihan menikmati hidup lebih baik, dan bahagia bersama keluarga. 3 Sumber: 1.Living well with COPD. American College of Chest Physicians and the Chest Foundation. 2012. 2.Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Diagnosis dan Penatalaksanaan. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2016 *Siaran Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan bersama narasumber dr. Triya Damayanti, Sp.P (K),Ph.D R
Testimoni Vaksin Covid-19 Roro Rizqi Sriwulandari W.P, S.IKom Staf Hukormas RSUP Persahabatan Selamat Pagi, Salam Persahabatan Saya mau sharing tentang pengalaman pertama kali divaksinasi COVID-19 di RSUP Persahabatan Sehari sebelum vaksinasi, saya sudah membayangkan rasa sakit ketika disuntik vaksin dengan jarum ukuran besar dan efek-efek setelahnya. Ketika hari vaksinasi tiba, dengan hati yang semakin berdegup kencang saya mendatangi tenda yg berada di depan Ruang Edelweis Gedung Griya Puspa untuk menunggu giliran dipanggil oleh security yg berjaga. Sebelum memasuki ruang Edelweis saya diarahkan untuk mencuci tangan & dicek suhu tubuh sesuai protokol kesehatan oleh security. Kemudian saya diarahkan untuk konfirmasi pendaftaran ke meja 1 untuk verifikasi data dgn menunjukan E-Tiket yg tertera pada website pedulilindungi.id & menunjukkan identitas diri berupa KTP. Setelah data cocok, selanjutnya saya diarahkan ke meja 2 untuk melakukan screening kesehatan dasar yaitu pemeriksaan tekanan darah, riwayat penyakit dan keluhan. Jika memenuhi persyaratan vaksinasi maka bisa dilanjutkan menuju meja 3 untuk divaksinasi oleh dokter. Karena tekanan darah saya normal & tidak ada keluhan apapun, maka saya diarahkan menuju meja 3 untuk divaksinasi. Saat itu, dokter Asni yang bertugas untuk menyuntikan vaksin ke tubuh saya. Ternyata rasanya tidak sesakit yg saya bayangkan sebelumnya. Ketika masuk obat juga tidak terasa nyeri. Setelah disuntik, petugas mempersilakan duduk di ruang tunggu untuk observasi selama 30 menit. Observasi ini bertujuan untuk memantau reaksi & efek samping terhadap tubuh kita yg disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Saat itu saya tidak merasakan reaksi & efek samping di tubuh saya jadi setelah 30 menit saya langsung melapor ke petugas & diarahkan ke meja 4 mengambil kartu vaksinasi. Beberapa jam setelah vaksinasi, saya baru merasakan pegal di area bekas suntikan & pusing namun tidak berlangsung lama. Hingga saat ini saya tidak merasakan lagi reaksi & efek samping terhadap tubuh saya. Begitulah sedikit sharing pengalaman pertama saya mendapatkan vaksinasi Covid-19. Semoga menjadi bagian dari ikhtiar mencegah penularan Covid-19 selain 3M. Yuk, sama – sama kita sukseskan vaksinasi. Publikasi Kesehatan 4
Search
Read the Text Version
- 1 - 4
Pages: