KISI-KISI SOAL UP PPG DALJAB TAHUN 2022: BIDANG PEDAGOGIK di LPTK UIN SALATIGA NO INDKATOR ESENSIAL TARGET JAWABAN MODUL/ KB 75 Disajikan data dan informasi tentang usia A. KISI-KISI SOAL MODUL PROFESIONAL (1-72) peserta didik kelas antara 7-17 tahun, Beberapa konsep tentang kemampuan kognitif anak yang terkait perkembangan proses kognitifnya, seperti: PERKEMB. mahasiswa dapat menentukan persepsi, memori dan atensi. PESERTA model/pendekatan/strategi pembelajaran 1. Persepsi DIDIK/ KB-3 berdasarkan teori perkembangan intelektual peserta didik Istilah persepsi berasal dari Bahasa Inggris “perception”, yang diambil dari Bahasa latin “perception”, yang berarti menerima atau mengambil. Dalam kamus Inggris Indonesia kata perception diartikan dengan “penglihatan” atau “tanggapan” (Echols & Shadily, 1997). Menurut Leavitt, (1978), perception dalam artian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas, perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.Chaplin (2002) mengartikan persepsi sebagai “Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera”. 2. Memori (Ingatan) Memori adalah system kognitif manusia yang mempunyai fungsi menyimpan informasi atau pengetahuan.
76 Disajikan studi kasus terkait dengan tindak Suharna (2005) menyatakan bahwa: “Ingatan atau memori menunjukkan pada proses penyimpanan atau PERKEMB. tawuran pelajar, mahasiswa dapat pemeliharaan informasi sepanjang waktu (maintaining information over time)”. PESERTA menganalisis perilaku menyimpang DIDIK/ KB-4 peserta didik berdasarkan teori 3. Atensi (Perhatian ) perkembangan moral. Atensi merupakan sebuah konsep multi-dimensional yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan ciri-ciri PERKEMB. dan cara-cara merespons dalam system kognitif (Parkin, 2000). Menurut Chaplin (2000), atensi adalah PESERTA 77 Disajikan studi kasus/data atau informasi konsentrasi terhadap aktivitas mental. Sedangkan Margaret W. Matlin (1994), menggunakan istilah atensi untuk DIDIK/ KB-2 terkait dengan kehidupan peserta didik di merujuk pada konsentrasi terhadap suatu tugas mental, dimana individu mencoba untuk meniadakan stimulus lingkun dan sekolah/masyarakat, lain yang menanggapi. TEORI mahasiswa dapat menganalisis perilaku BLJR DAN peserta didik berdasarkan teori Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa PEMBLJRN/ perkembangan emosional yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan KB-1 tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. 78 Diberikan deskripsi tentang gaya belajar Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara, teman sebaya TEORI siswa (tanpa menyebut nama gaya belajar) atau guru), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku BLJR DAN dalam pembelajaran, mahasiswa dapat mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan. PEMBLJRN/ menentukan jenis teori belajar KB-2 behavioristik dalam pembelajaran. Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri individu. Emosi dapat berupa perasaan senang atau tidak TEORI senang, perasaan baik atau buruk. Dalam World Book Dictionary (1994), emosi didefinisikan sebagai “berbagai 79 Diberikan deskripsi tentang gaya belajar perasaan yang kuat”. Perasaan benci, takut, marah, cinta, senang, dan kesedihan. Macam-macam perasaan siswa (tanpa menyebut nama gaya belajar) tersebut adalah gambaran dari emosi. Goleman (1995) menyatakan bahwa “emosi merujuk pada suatu dalam pembelajaran, mahasiswa dapat perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serangkaian kecenderungan menentukan jenis teori belajar kognitif untuk bertindak. dalam pembelajaran. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi 80 Diberikan deskripsi tentang gaya belajar antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, siswa belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat dan gurunya sudah mengajarkan dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. proses belajar dari pandangan konstruktivistik, dan dari aspek-aspek si-belajar, peranan guru, sarana
siswa (tanpa menyebut nama gaya belajar) belajar, dan evaluasi belajar. Proses belajar konstruktivistik. Secara konseptual, proses belajar jika BLJR DAN dalam pembelajaran, mahasiswa dapat dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar PEMBLJRN/ menentukan jenis teori belajar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses KB-3 konstruktivistik dalam pembelajaran. asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih TEORI 81 Diberikan deskripsi tentang gaya belajar dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. BLJR DAN siswa (tanpa menyebut nama gaya belajar) PEMBLJRN/ dalam pembelajaran, mahasiswa dapat Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan KB-4 menentukan jenis teori belajar humanistik manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang dalam pembelajaran. kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik Internet sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak 82 Diberikan deskripsi tentang gaya belajar berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang KURIKLM siswa (tanpa menyebut nama gaya belajar) proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pengertian DAN dalam pembelajaran, mahasiswa dapat belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa STRATEGI menentukan jenis teori belajar sosial adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya. PEMBLJRN/ dalam pembelajaran. KB-3 Kolb membagi tahapan belajar humanistik menjadi 4 yaitu: 83 Diberikan kasus tentang pembelajaran, mahasiswa dapat menilai konstruksi IPK 1. Tahap pengalaman kongkrit dalam RPP yang berorientasi pada 2. Tahap pengamatan aktif dan reflektif pengembangan kemampuan berpikir 3. Tahap konseptualisasi kritis, kreatif, inovatif, dan kemampuan 4. Tahap eksperimentasi aktif kolaboratif Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Teori belajar sosial dikenalkan oleh Albert Bandura, yang mana konsep dari teori ini menekankan pada komponen kognitifdari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Menurut Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan (mencontoh model). Teori belajar sosial menekankan observational learning sebagai proses pembelajaran, yang mana bentuk pembelajarannya adalah seseorang mempelajari perilaku dengan mengamati secara sistematis imbalan dan hukuman yang diberikan kepada orang lain. Dalam implementasinya, guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, antara lain Discovery Learning, Inquiry, Contextual, Project Based Learning, dan Problem Based Learning. 1. Discovery Learning Model pembelajaran Discovery Learning mengarahkan siswa untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005: 43).
Penemuan konsep terjadi bila data dari guru tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi dalam bentuk proses (never ending process). Dengan penggunaan model pembelajaran discovery learning siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruksi) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. 2. Project Based Learning Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning atau PjBL)) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/ kegiatan sebagai inti pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. 3. Problem Based Learning Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Problem Based Learning (PBL) menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. 4. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi konstruktivistik. Filosofi ini berasumsi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. 5. Pembelajaran Inkuiri
84 Disajikan informasi tentang kegiatan Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh KURIKLM pembelajaran SKI, mahasiswa dapat kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, DAN menentukan Model/Pendekatan/Strategi kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. STRATEGI pembelajaran untuk pengembangan PEMBLJRN/ kemampuan berpikir kritis Dalam implementasinya, guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, antara lain Discovery KB-3 Learning, Inquiry, Contextual, Project Based Learning, dan Problem Based Learning. 1. Discovery Learning Model pembelajaran Discovery Learning mengarahkan siswa untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005: 43). Penemuan konsep terjadi bila data dari guru tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi dalam bentuk proses (never ending process). Dengan penggunaan model pembelajaran discovery learning siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruksi) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. 2. Project Based Learning Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning atau PjBL)) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/ kegiatan sebagai inti pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. 3. Problem Based Learning Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Problem Based Learning (PBL) menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari
85 Disajikan informasi tentang kegiatan konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. KURIKLM pembelajaran SKI, mahasiswa dapat DAN menentukan Model/Pendekatan/Strategi 4. Pembelajaran Kontekstual STRATEGI pembelajaran untuk pengembangan PEMBLJRN/ kemampuan berpikirkreatif Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang KB-3 didasarkan pada filosofi konstruktivistik. Filosofi ini berasumsi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. 5. Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Dalam implementasinya, guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, antara lain Discovery Learning, Inquiry, Contextual, Project Based Learning, dan Problem Based Learning. 1. Discovery Learning Model pembelajaran Discovery Learning mengarahkan siswa untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005: 43). Penemuan konsep terjadi bila data dari guru tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi dalam bentuk proses (never ending process). Dengan penggunaan model pembelajaran discovery learning siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruksi) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. 2. Project Based Learning Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning atau PjBL)) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/ kegiatan sebagai inti pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan
86 Disajikan informasi tentang kegiatan melakukan eksperimen secara kolaboratif. KURIKLM pembelajaran, mahasiswa dapat DAN menentukan Model/Pendekatan/Strategi 3. Problem Based Learning STRATEGI pembelajaran untuk untuk pengembangan PEMBLJRN/ kemampuan berpikir inovatif Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan sebuah model pembelajaran yang KB-3 menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Problem Based Learning (PBL) menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. 4. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi konstruktivistik. Filosofi ini berasumsi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. 5. Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Dalam implementasinya, guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, antara lain Discovery Learning, Inquiry, Contextual, Project Based Learning, dan Problem Based Learning. 1. Discovery Learning Model pembelajaran Discovery Learning mengarahkan siswa untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005: 43). Penemuan konsep terjadi bila data dari guru tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi dalam bentuk proses (never ending process). Dengan penggunaan model pembelajaran discovery learning siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruksi) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu
87 Disajikan kasus pembelajaran, mahasiswa bentuk akhir. KURIKLM 2. Project Based Learning Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning atau PjBL)) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/ kegiatan sebagai inti pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. 3. Problem Based Learning Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Problem Based Learning (PBL) menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. 4. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi konstruktivistik. Filosofi ini berasumsi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. 5. Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Technological, Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) adalah sebuah konsep integrasi dari tiga
dapat menilai pelaksanaan pembelajaran unsur yang berbeda; teknologi, pedagogi, dan konten pengetahuan. DAN tersebut apakah telah berorientasi pada STRATEGI pendekatan TPACK Implementasi TPACK di dikdasmen bisa dilakukan dengan dua cara; di ruang kelas dengan PEMBLJRN/ menggunakan teknologi sebagai bagian dari pembelajaran dan di ruang global sebagai aplikasi dari KB-4 88 Disajikan data dan informasi tentang implementasi teknologi data. kemajuan teknologi, mahasiswa dapat ABAD 21/ menentukan karakteristik guru abad 21 1. Implementasi TPACK di ruang kelas memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. CAI sebagai contoh yang KB-1 paling mudah dan CBI adalah contoh yang paling sulit. Implementasi CAI adalah pembelajaran yang 89 Disajikan beberapa contoh materi pokok dibantu dengan komputer dan sepertinya ini sudah banyak dilakukan oleh banyak guru di Indonesia. dan bahan ajar, mahasiswa dapat Penggunaan Word Processor, atau menggunakan aplikasi Microsoft office, Microsoft Power Point, Microsoft menyusun materi ajar berdasarkan Excel adalah beberapa contoh yang digunakan dalam CAI. Alat yang mungkin sering digunakan adalah struktur pengetahuan faktual, konseptual, komputer dan projector. Kemampuan menguasai aplikasi ini relatif mudah dan cepat untuk dipelajari. prosedural, dan metakognitif 2. Implementasi TPACK yang agak rumit dan membutuhkan kemampuan komputer lebih adalah menggunakan 90 Disajikan narasi terkait dengan CBI. Sesuai dengan namanya computer-based, maka pembelajaran ini berbasis komputer. Semua pembelajaran dan tuntutan keterampilan dilakukan dengan komputer. CBI sebagai sebuah model pembelajaran bisa menggunakan banyak hal global sebagai dasar dalam pembuatan dalam komputer, baik belajar dengan menggunakan aplikasi atau belajar dengan seluruh prosesnya RPP, mahasiswa mampu merumuskan menggunakan komputer. Komputer adalah alat utama dan pertama dalam belajar. langkah-langkah penentuan pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai dengan Guru harus memiliki ketrampilan yang mencakup: (1) Keterampilan Berpikir Kritis; (2) Kemampuan tuntutan K13 dan perkembangan abad 21 Menyelesaikan Masalah; (3) Komunikasi dan Kolaborasi; (4) Kreativitas dan Inovasi; (5) Literasi Media Informasi, Komunikasi, dan Teknologi. 91 Disajikan narasi terkait dengan Analisisnya dilakukan setelah soalnya ada, Okeee. .... saya sudah pusing 7 keliling bongkar balik modul pembelajaran dan tuntutan keterampilan tapi tidak ketemu-ketemu, hehehe.... global sebagai dasar dalam pembuatan RPP, mahasiswa mampu merumuskan Pendekatan yang sesusi dengan kurikulum 2013 dan Abad 21 adalah: ABAD 21/ langkah-langkah penentuan pstrategi 1. Pembelajaran holistilk KB-2 pembelajaran yang tepat sesuai dengan 2. Kontektual 3. futuristik Ada empat fase proses adopsi dan adaptasi guru dalam pemebelajaran abad 21 diantaranya: (1) ABAD 21/ berkecimpung (dabbling),(2) melakukan hal-hal lama dengan cara lama (old things in old ways), (3) melakukan KB-4 hal-hal lama dengan cara-cara baru (old things in new ways) dan (4) melakukan hal-hal baru dengan cara-cara baru (doing new things in new ways) (Smaldino, S. E., dkk, 2015: 12).
tuntutan K13 dan perkembangan abad 21 Haryono (2017: 431-432) mengemukakan bahwa guna mewujudkan model pembelajaran yang relevan dan kondusif untuk menyiapkan siswa menjadi warga negara masyarakat gobal yang melek informasi dan 92 Disajikan satu contoh RPP yang komplit, pengetahuan abad 21, maka diperlukan strategi pembelajaran sebagai berikut. mahasiswa mampu menentukan sumber belajar konvensional dan berbasis IT yang a. Fokus pembelajaran pada praktik belajar lebih dalam (deeper learning) dan belajar kemitraan baru. relevan dengan rumusan KI KD dan IPK b. Strategi pembelajaran mengaplikasikan strategi pedagogi yang mendukung praktik deeper learning dan 93 Disajikan model pembelajaran, peserta kemitraan baru. mampu menentukan model yang paling tepat c. Pembelajaran langsung ke arah model pembelajaran penemuan (inquiry based model). d. Pemanfaatan teknologi diarahkan pada upaya membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan teknologis sebagai bagian dari kompetensi abad 21. e. Pendidikan informal dan belajar pengalaman berperan penting dalam mengembangkan kompetensi peserta didik. f. Assesmen dilakukan dengan pendekatan pedagogik transformatif. g. Dukungan infrastruktur pembelajaran berperan penting dalam pencapaian kompetensi abad 21. Jawab setelah lihat soalnya, Okeee, ..... saya sudah pusing 7 keliling bongkar balik modul tapi tidak ketemu-ketemu, hehehe.... Dalam implementasinya, guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, antara lain Discovery Learning, Inquiry, Contextual, Project Based Learning, dan Problem Based Learning. 1. Discovery Learning Model pembelajaran Discovery Learning mengarahkan siswa untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005: 43). Penemuan konsep terjadi bila data dari guru tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi dalam bentuk proses (never ending process). Dengan penggunaan model pembelajaran discovery learning siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruksi) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. 2. Project Based Learning Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning atau PjBL)) adalah model pembelajaran yang
94 Diuraikan ciri-ciri pembelajaran holistik, menggunakan proyek/ kegiatan sebagai inti pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk ABAD 21/ peserta didik mampu menganalisis digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan KB-2 pembelajaran holistik memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. 3. Problem Based Learning Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Problem Based Learning (PBL) menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. 4. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi konstruktivistik. Filosofi ini berasumsi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. 5. Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Menurut Rubiyanto (2010:42-43) terdapat sembilan ciri pembelajaran holistikyaitu: a. Pembelajaran diarahkan agar siswa menyadari akan keunikan dirinya dengan segala potensinya. Mereka harus diajak untuk berhubungan dengan dirinya yang paling dalam (innerself), sehingga memahami eksistensi, otoritas, tapi sekaligus bergantung sepenuhnya kepada pencipta-Nya.
95 Disajikan konsep pembelajaran b. Pembelajaran tidak hanya mengembangkan cara berpikir analitis/linier tapi juga intuitif. ABAD 21/ kontekstual dan futuristik, peserta didik KB-2 mampu membedakan konsep keduanya c. Pembelajaran berkewajiban menumbuh-kembangkan potensi kecerdasan jamak (multiple intelligences). 96 Disajikan RPP yang memanfaatkan d. Pembelajaran berkewajiban menyadarkan siswa tentang keterkaitannya dengan komunitasnya, sehingga teknologi dan media informasi abad 21, mereka tak boleh mengabaikan tradisi, budaya, kerjasama, hubungan manusiawi, serta pemenuhan kebutuhan peserta mampu menemukan RPP yang yang tepat guna. paling tepat e. Pembelajaran berkewajiban mengajak siswa untuk menyadari hubungannya dengan bumi dan \"masyarakat\" 97 Disajikan narasi pembelajaran, mahasiswa non manusia seperti hewan, tumbuhan, dan benda benda tak bernyawa (air, udara, tanah) sehingga mereka emiliki kesadaran ekologis f. Kurikulum berkewajiban memperhatikan hubungan antara berbagai pokok bahasan dalam tingkatan trans- disipliner, sehingga hal itu akan lebih memberi makna kepada siswa. g. Pembelajaran berkewajiban menghantarkan siswa untuk menyeimbangkan antara belajar individual dengan kelompok (kooperatif, kolaboratif, antara isi dengan proses, antara pengetahuan dengan imajinasi, antara rasional dengan intuisi, antara kuantitatif dengan kualitatif. h. Pembelajaran adalah sesuatu yang tumbuh, menemukan, dan memperluas cakrawala. i. Pembelajaran adalah sebuah proses kreatif dan artistik. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar.Sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan komponen utama pembelajaran yakni : konstruktivisme (constructivism), menyelidiki (inquiry), pemodelan (modeling), dan penilaian autentik (authentic assessment). Masa depan ditentukan oleh pengetahuan sehingga dunia bergabung dan berpijak kepada pengetahuan. Pengetahuan menjadi modal paling berharga dan paling dibutuhkan. Tanpa modal pengetahuan orang (bahkan bangsa dan negara) akan dipinggirkan dan ditinggalkan, sebaliknya dengan modal pengetahuan yang baik orang, bangsa dan negara dapat menjadi pemenang dalam berbagai aktivitas kehidupan. Dan modal pengetahuan yang dibutuhkan dan yang cocok pada masa depan dapat diketahui dengan melihat kecenderungan-kecenderungan perubahan pengetahuan yang mengarah ke masa depan. Jawab setelah lihat soalnya, Okeee, ..... saya sudah pusing 7 keliling bongkar balik modul tapi tidak ketemu-ketemu, hehehe.... Menurut Permendikbud 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran saintifik terdiri atas lima
dapat menentukan unsur-unsur pengalaman belajar pokok yaitu: KURIKLM pembelajaran berdasarkan saintifik 1. mengamati DAN 2. menanya STRATEGI 98 Disajikan deskripsi pembelajaran, 3. mengumpulkan informasi/ eksperimen PEMBLJRN/ mahasiswa dapat menentukan teknik guru 4. mengasoiasikan KB-4 dalam menstimulasi siswa untuk bertanya 5. mengkomunikasikan dalam pembelajaran berdasarkan Komponen penting dalam mengajar dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah: ABAD 21/ pendekatan saintifik 1. menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan. KB-1 2. Meningkatkan keterampilan mengamati . 99 Diberikan contoh-contoh aktifitas guru di 3. Melakukan analisis, dan dalam kelas dalam pembelajaran, 4. Berkomunikasi mahasiswa mampu mengidentifikasi langkah yang tepat dalam pengembangan Jawab setelah lihat soalnya, Okeee, .....saya sudah pusing 7 keliling bongkar balik modul tapi tidak kemampuan penalaran siswa. ketemu-ketemu, hehehe.... 100 Diberikan contoh-contoh aktifitas guru di TPACK penting untuk menjadi sebuah kerangka kerja bagi pendidik, peneliti, dalam upaya untuk dalam kelas dalam pembelajaran, mengemas dan mengembangkan model pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran melalui proses yang mahasiswa mampu mengidentifikasi lebih baik. Kemampuan teknologi, pedagogi, dan konten/ materi pengetahuan, memang seharusnya terkumpul langkah yang tepat dalam penerapan TPAC dalam diri seorang guru, sebagaimana gagasan Mishra dan Koehler (2006) tentang TPACK. Namun sepertinya pada pembelajaran ada yang kurang lengkap dari gagasan tersebut, yaitu kepribadian yang santun (good personality) yang harus dimiliki seorang guru. 101 Diberikan contoh-contoh aktifitas guru di dalam kelas dalam pembelajaran, Kenakalan peserta didik, pergaulan bebas, hingga kasus kriminal yang dilakukan oleh peserta didik, mahasiswa mampu mengidentifikasi sudah mirip deret hitung yang setiap tahunnya mengalami peningkatan dengan pesat. Oleh karenanya langkah yang tepat dalam penerapan diperlukan kesadaran kolektif guru dalam mencermati masalah serius ini. Dampak kemajuan teknologi informasi, pengaruh lingkungan tempat tinggal atau latar belakang keluarga, diyakini sebagai instrument yang paling bertanggungjawab terhadap merosotnya moral di kalangan pelajar. Implementasi kurikulum nasional (K-13) yang telah banyak diterapkan oleh satuan pendidikan, dari tingkat SD hingga SMA, memberikan amanat yang besar dalam membentuk sikap dan karakter peserta didik untuk menjadi insan berakhlak mulia. Pembentukan sikap tidak hanya tanggungjawab guru-guru agama ataupun guru- guru budi pekerti. Nilai-nilai sikap perlu terintegrasi pada semua mata pelajaran. Guru memerlukan pengetahuan akademik dan terapan, dapat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, kreatif dan adaptif, serta mampu mentrasformasikan semua aspek tersebut ke dalam keterampilan yang berharga. Guru harus memiliki ketrampilan yang mencakup: (1) Keterampilan Berpikir Kritis; (2) Kemampuan Menyelesaikan Masalah; (3) Komunikasi dan Kolaborasi; (4) Kreativitas dan Inovasi; (5)
pembelajaran untuk mencapai abad 21 Literasi Media Informasi, Komunikasi, dan Teknologi. EVALUASI 102 Disajikan deskripsi tentang konsep dasar PEMBELAJ/ Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu KB-1 pengukuran, mahasiswa dapat mengambil kriteria tertentu. Adanya kegiatan mempertimbangkan suatu keadaan atau gejala dengan menggunakan kesimpulan tentang pengertian, ciri, patokan-patokan tertentu seperti baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh pada penilaian tujuan, dan manfaat penilaian dimaksudkan agar hasil pengukuran itu mempunyai arti atau makna, atau dapat diartikan penilaian adalah pembelajaran proses memberikan atau menentukan bentuk kualitatif kepada atribut atau karakteristik seseorang, kelompok atau obyek berdasarkan suatu kriteria tertentu dalam rangka menafsirkan hasil pengukuran sehingga sehingga 103 Disajikan deskripsi tentang konsep dasar tampak jelas posisi atau keadaannya. Dalam proses pembelajaran nilai adalah angka atau huruf yang pengukuran, mahasiswa dapat mengambil melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukan oleh siswa terhadap kesimpulan tentang pengertian, ciri, materi atau bahan yang di teskan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. tujuan, dan manfaat evaluasi pembelajaran Adapun tujuan sebuah evaluasi adalah: (1) Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan, sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau kemajuan yang dialami siswa setelah mengikuti pembelajaran dalam waktu tertentu; (2) Untuk mengetahui tingkat efektifitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu; (3) Memotivasi siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya; dan (4) Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidak berhasilan peserta didik. Evaluasi berfungsi untuk memenuhi kebutuhan psikologis, didaktik dan administratif sebagai bahan laporan mengenai perkembangan dan kemajuan peserta didik dalam bentuk rapor yang disampaikan kepada orang tua atau wali dari peserta didik. Selain itu evaluasi berfungsi juga untuk mengukur kemajuan perkembangan siswa dan menunjang penyusunan rencana pembelajaran berikutnya serta memperbaiki pembelajaran yang ada. Evaluasi pembelajaran adalah kegiatan atau proses untuk menentukan sampai sejauh mana kegiatan EVALUASI pembelajaran telah mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan atau dapat diartikan pula sebagai suatu PEMBELAJ/ tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari hal-hal yang berkaiatan dengan kegiatan pembelajaran, KB-1 dan yang berakhir dengan pengambilan keputusan. Tujuan Evaluasi 1. Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan, sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau kemajuan yang dialami siswa setelah mengikuti pembelajaran dalam waktu tertentu. 2. Untuk mengetahui tingkat efektifitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. 3. Memotivasi siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya. 4. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidak berhasilan peserta didik.
Dalam pelaksanaan evaluasi harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. 2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan 3. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. 4. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. 5. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. 6. Valid, berarti penilaian harus mampu mengukur kompetensi hasil belajar sesuai dengan indikator yang sudah ditetapkan sehingga penilaian tersebut tepat sasaran. 7. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 8. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. 9. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru. Selain berfungsi untuk mengukur kemajuan perkembangan siswa dan menunjang penyusunan rencana pembelajaran berikutnya serta memperbaiki pembelajaran yang ada, evaluasi berfungsi pula untuk memenuhi kebutuhan psikologis, didaktik dan administratif. 104 Disajikan data hasil belajar siswa, Berdasarkan prinsip holistik atau menyeluruh dalam evaluasi, maka obyek hasil belajar meliputi tiga EVALUASI mahasiswa dapat menentukan ranah, yaitu: (1) Ranah kognitif, yang mencakup kegiatan mental atau otak berupa pengetahuan, hafalan, PEMBELAJ/ keterhubungan antara objek dan teknik ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, penghargaan, dan kreatif; (2) Ranah afektif, yaitu KB-1 evaluasi pembelajaran internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai 105 Disajikan contoh-contoh soal, mahasiswa dan menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu: kemauan dapat menentukan katagori karakteristik menerima, menanggapi atau menjawab, menilai, organisasi, dan menghayati; (3) Ranah Psikomotorik, yaitu soal HOTS ranah yang berkaitan dengan psikologi peserta didik yang meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbiasa, gerakan komlek, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. 106 Disajikan soal untuk mengukur ranah kognitif, mahasiswa dapat menganalisis Adapun karakteristik soal-soal HOTS adalah: (1) Mengukur kemampuan tingkat tinggi; (2) Berbasis EVALUASI soal tersebut berdasarkan standar HOTS masalah kontekstual; (3) Bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan HOTS; (4) Proses penilaiannya PEMBELAJ/ dapat pula terintegrasi dengan proses pembelajaran dan bersifat on going; (5) Menggunakan bentuk soal yang KB-2 beragam. EVALUASI Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir PEMBELAJ/ tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), KB-2 atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).
107 Disajikan data soal yang sudah Analisis butir soal yaitu menganalisis butir dari taraf sukar, daya beda, fungsi distractor. Bila dilakukan EVALUASI diujicobakan, mahasiswa dapat analisis butir soal maka akan menghasilkan butir-butir soal yang berkualitas sehingga dapat dihindari PEMBELAJ/ menganalisis butir soal untuk menentukan ketidakwajaran sekor yaitu apabila sekor testee (siswa) berbeda dengan sekor wajar baginya. Testee yang KB-3 tingkat validitas dan reliabilitas soal seharusnya memperoleh sekor yang tinggi ternyata memperoleh sekor yang rendah. Dan sebaliknya testee yang seharusnya memperoleh sekor rendah ternyata memperoleh sekor tinggi. Ada dua jenis analisis butir soal, yaitu: (1) Analisis butir soal secara kualitatif; dan (2) Ananlisi butir soal secara empirik. Setelah dilakukan analisis butir soal secara kualitatif selanjutnya dilakukan proses uji coba instrumen ke lapangan, yang kemudian dianalisis taraf sukar, daya beda dan fungsi distraktor. Untuk lebih jelasnya akan di jelaskan sebagai berikut: (1) Bentuk soal obyektif, yang di dalamnya terdapat: tingkat kesukaran, daya pembeda, dan fungsi distaktor; (2) Bentuk soal uraian yang di dalamnya terdapat tingkat kesukaran soal, daya beda; (3) Analisis peringkat soal, yakni validitas dan reliabilitas instrumen. Validitas suatu instrumen didalamnya mempermasalahkan apakah tes atau instrumen tersebut benar- benar mengukur apa yang hendak diukur. Penganalisisan tes hasil belajar dapat dilakukan melalui validitas rasional dan validitas emprik. Validitas rasional diperoleh atas dasar hasil pemikiran, atau berdasarkan hasil pemikiran yang logis. Apabila secara rasional setelah dianalisis bahwa tes hasil belajar tersebut secara rasional memang benar-benar telah dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk dapat mengetahui bahwa instrumen alat ukur tersebut sudah memiliki validitas rasional atau belum maka dapat dilakukan melalui validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi untuk mengetahui sejauh mana suatu tes mampu mengukur tingkat penguasaan terhadap isi atau materi tertentu sesuai dengan tujuan pengajaran atau sejauh mana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proposional perilaku sampel yang dikenaites tersebut, maksudnya tes dapat representatif mewakili keseluruhan materi yang diujikan atau materi yang seharusnya dikuasai secara proposioanal. Validitas Konstruk adalah untuk mengetahui sejauh mana butir-butir instrumen mampu mengukur apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual. Validitas konstruk didalamnya mengukur variabel-variabel konsep dan perumusan konstruk dimulai berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melalui proses analisis. Validitas Empiris adalah validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria, dapat dicontohkan adalah validitas butir yang didalanya berusaha untuk menganalisis apakah ada kesesuaian antara sekor butir dengan sekor total instrumen berarti yang dijadikan kriteria adalah instrumen itu sendiri. Sedangkan kriteria eksternal yaitu hasil ukur instrumen atau tes lain di luar instrumen yang menjadi kriteria, contoh validitas ramalan (predictive validity) dan validitas bandingan (concurrent validity). Validitas prediktif yang dijadikan kriteria standar adalah prestasi belajar siswa yang akan datang, karena validitas prediktif bermaksud melihat bagaimana suatu tes dapat dapat memprediksi atau memperkirakan perilaku siswa pada masa yang akan datang, contoh dikorelasikan tes ujian masuk dengan prestasi belajar siswa di masa atau waktu berikutnya. Uji validitas ramalan dapat menggunakan teknik analisis korelasional Product Moment dari Karl Pearson. Validitas konkuren ialah jika kriteria standarnya adalah sama sama saat atau saat ini, dan bukan masa yang akan datang, contoh tes hasil formatif 1 dikorelasikan dengan tes hasil
108 Disajikan data hasil tes, mahasiswa formatif 2 (yang dijadikan kriteria atau standarnya). Uji validitas konkuren dapat menggunakan teknik analisis EVALUASI mampu menyimpulkan teknik pengolahan korelasional Product Moment dari Karl Pearson. PEMBELAJ/ hasil tes menggunakan standar tertentu KB-3 Validitas butir adalah validitas internal dan yang dijadikan kriteria sekor total di dalam instrumen. Sehingga 109 Disajikan data hasil tes, mahasiswa dapat dapat dimengerti eratnya hubungan antara butir item dengan tes hasil belajar sebagai suatu totalitas. Sebutir EVALUASI mengkatagorisasikan jenis penilaian item dikatakan memiliki validitas tinggi jika telah memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan sekor PEMBELAJ/ kinerja totalnya atau ada korelasi positif yang signifikant antara sekor item dengan sekor totalnya. Sedangkan uji KB-3 reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana tingkat kepercayaan atau konsistennya dalam mengukur 110 Disajikan materi tentang Program sehinnga dapat ditentukan apakah tes hasil belajar yg disusun telah memiliki daya keajegan atau kepercayaan yang EVALUASI remedial, mahasiswa dapat menganalisis tinggi, sehingga instrumen (tes hasil belajar) yang disusun dapat dikatakan adalah reliabel yang mempunyai PEMBELAJ/ konsep Program remedial untuk tingkat konsisten hasil ukur atau dapat mengukur keadaan yang sebenaranya dari keadaan siswa atau subyek KB-4 menentukan kuantitas dan kualitas suatu yang diukur. Dan dalam menghitung reliabilitas antara lain dapat menggunakan rumus Alpha Cronbach untuk objek dalam pembelajaran tes uraian sedangkan untuk tes obyektif menggunakan rumus Kuder Richardson. Dan tingkat reliabilaitas yang diterima apabila ≥ 0,70. A. Pengolahan Hasil Penilaian Tes Hasil Belajar 1. Pengolahan hasil penilaian tes tertulis Hasil penilaian tes tertulis adalah skor yang diperoleh peserta didik dari hasil tes yang diikuti peserta didik, apakah itu pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, jawaban singkat, uraian. Teknik pemberian skor untuk tes tersebut adalah: (1) Tes bentuk pilihan ganda yang cara penskorannya ada dua yaitu: pertama tanpa menerapkan sistem denda, dan yang kedua adalah dengan menerapkan sistem denda; (2) Tes bentuk jawaban singkat dan menjodohkan; (3) Tes obyektif bentuk matching, fiil in, dan completion, perhitungan skor akhirnya pada umumnya tidak memperhitungkan sistem denda; (4) Tes uraian, yang umumnya menggunakan sistem bobot yang diberikan untuk setiap butir soal atas adasar tingkat kesukarannya, atau atas dasar banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban. Pengolahan hasil penilaian unjuk kerja Berdasarkan hasil penilaian unjuk kerja siswa maka diperoleh data atau sekor yang menunjukan kemampuan siswa dalam mencapai kompetensi yang menunutut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti praktik sholat, praktik membaca al-Qur’an, praktik berwudhu, dan lain-lain. Pengolahan jenis ini awalnya menilai menggunakan huruf sesuai dengan aspek yang dinilai, yang selanjutnya diberikan bobot masing-masing dimulai dari urutan tertinggi sampai urutan penskoran terendah. Pelaksanaan Program Remedial Pelaksanaan pembelajaran remedial dilakukan di luar jam pelajaran, agar hak peserta didik yang sudah tuntas untuk mengikuti pembelajaran tidak terganggu. Pemberian bimbingan dapat dilakukan melalui tugas- tugas latihan secara khusus dengan memanfaatkan tutor sebaya baik secara individu maupun kelompok.
111 Disajikan materi tentang Program Pembelajaran remedial dapat dilakukan sebelum semester berakhir atau batas akhir pemasukan nilai ke dalam buku EVALUASI Pengayaan, mahasiswa dapat menganalisis rapor. Program remedial dapat dilaksanakan melalui bimbingan secara perorangan bila ada beberapa peserta PEMBELAJ/ konsep Pengolahan hasil penilaian didik yang mengalami kesulitan yang berbeda-beda sehingga memerlukan bimbingan secara individual. Pemberian KB-4 Program Pengayaan unjuk kerja untuk bimbingan secara kelompok bila terdapat beberapa peserta didik mengalami kesulitan yang sama. Pengambilan menentukan kuantitas dan kualitas suatu peserta didik tertentu cara ini dilaksanakan dengan jalan mengambil beberapa peserta didik yang objek dalam pembelajaran membutuhkan remedial, dari kelas reguler ke kelas remedial. NO INDKATOR ESENSIAL Ada beberapa langkah sistematis dalam mengidentifikasi kelebihan kemampuan siswa dan memberikan 112 Disajikan deskripsi tentang konsep dasar treatment pembelajaran pengayaan adalah sebagai berikut: PTK, mahasiswa dapat mengambil (1) Belajar kelompok, yang dilaksanakan dengan cara: sekelompok peserta didik yang mempunyai minat kesimpulan tentang pengertian, ciri, tertentu diberi tugas untuk memecahkan permasalahan, membaca di perpustakaan terkait dengan KD yang tujuan, dan manfaat PTK dipelajari pada jam pelajaran sekolah atau di luar jam pelajaran sekolah. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik berupa pemecahan masalah nyata. Dapat pula secara kelompok peserta didik dapat diminta untuk menyelesaikan sebuah proyek atau penelitian ilmiah; (2) Belajar mandiri, yakni secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang diminati, menjadi tutor sebaya bagi teman yang membutuhkan dan pengembangan latihan yaitu dengan mengembangkan latihan praktis yang dapat dilaksanakan oleh teman-temannya yang membutuhkan dalam bentuk latihan. Kegiatan pemecahan masalah nyata, tugas proyek, ataupun penelitian ilmiah juga dapat dilakukan oleh peserta didik secara mandiri jika kegiatan tersebut diminati secara individu; (3) Pembelajaran berbasis tema, yaitu pembelajaran terpadu yang memadukan kurikulum di bawah tema besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara berbagai disiplin ilmu. Melalui pembelajaran tematik dapat mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep- konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya; dan (4) Pemadatan kurikulum, yaitu pemberian materi kepada peserta didik yaitu terhadap kompetensi materi MODUL/ yang belum diketahui oleh peserta didik. KB TARGET JAWABAN PTK/ KB-1 C. KISI-KISI SOAL MODUL PTK (111-120) Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi tentang Penelitian Tindakan kelas (PTK): 1. Penelitian untuk mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek dalam rangka memperbaiki/mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. (Kemmis, 1983) 2. Bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan sosial serta pemahaman mengenai praktik dan
situasi tempat dilakukannya. (Taggart, 1988) 3. Bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melakasanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang dilakukan. (Proyek PGSM Diknas, 1999) Ada tiga perinsip dasar yang menjadi ciri PTK, yaitu: 1) adanya pratisipasi dari peneliti dalam suatu program kegiatan; 2) adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan melalui penelitian tindakan; dan 3) adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan. Menurut Kunandar (200; 2008) tujuan PTK, antara lain: a. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru. 113 Disajikan deskripsi tentang permasalahan b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus mengingat masyarakat PTK/ KB-1 berkembang secara cepat. c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran. d. Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya. e. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi belajar siswa. f. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan. g. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas Tumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan secara berkesinambungan memberi manfaat pada munculnya inovasi pendidikan, karena para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa professional secara mandiri. Sikap mandiri tersebut akan memicu lahirnya “percaya diri” untuk mencoba hal-hal yang baru yang diduga dapat menuju perbaikan sistem pembelajaran. Sikap ingin selalu mencoba akan memicu peningkatan kinerja dan profesionalisme seorang guru secara berkesinambungan. Perencanaan selalu mengacu kepada tindakan apa yang dilakukan, dengan mempertimbangkan keadaan
pembelajaran, mahasiswa dapat dan suasana obyektif dan subyektif. Dalam perencanaan tersebut, perlu dipertimbangkan tindakan khusus apa PTK/ KB-1 menentukan rumusan masalah PTK yang dilakukan, apa tujuannya. Mengenai apa, siapa melakukan, bagaimana melakukan, dan apa hasil yang PTK/ KB-1 diharapkan. Setelah pertimbangan itu dilakukan, maka selanjutnya disusun gagasan-gagasan dalam bentuk 114 Disajikan deskripsi tentang masalah rencana yang dirinci. Kemudian gagasan-gagasan itu diperhalus, hal-hal yang tidak penting dihilangkan, pembelajaran, mahasiswa dapat pusatkan perhatian pada hal yang paling penting dan bermanfaat bagi upaya perbaikan yang dipikirkan. menentukan tindakan solusi yang sesuai Sebaliknya perencanaan tersebut didiskusikan dengan guru yang lain untuk memperoleh masukan. dalam PTK Jika perencanan yang telah dirumuskan sebelumnya merupakan perencanaan yang cukup matang, maka 115 Disajikan deskripsi tetang kegiatan PTK, proses tindakan semata-mata merupakan pelaksanaan perencanaan itu. Namun, kenyataan dalam praktik tidak mahasiswa mampu mengidentifikasi sesederhana yang dipikirkan. Oleh sebab itu, pelaksanaan tindakan boleh jadi berubah atau dimodifikasi sesuai langkah-langkah PTK yang sistematik dengan keperluan di lapangan. Tetapi jangan sampai modifikasi yang dilakukan terlalu jauh menyimpang. Jika perencanaan yang telah dirumuskan tidak dilaksanakan, maka guru hendaknya merumuskan perencanaan 116 Disajikan deskripsi tentang alur kembali sesuai dengan fakta baru yang diperoleh. penyusunan proposal PTK, mahasiswa dapat menetukan langkah-langkah Langkah-langkah dalam Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas penyusunan proposal PTK 1. Identifikasi dan perumusan masalah penelitian tindakan kelas harus terlihat bahwa masalah diidentifikasi secara kolaborasi 2. Susunan organisasi tim penelitian tindakan kelas adalah anggota penuh tim penelitian termasuk didalamnya kolaborator. 3. Implementasi tindakan intervensi, peneliti bertindak sebagai aktor utama dan kolaborator terlibat dalam pengumpulan data untuk cross checking, dan bersama-sama melakukan refleksi sebelum dan sesudah pembelajaran. 4. Laporan hasil penelitian, secara formal guru yang berperan sebagai mitra tim peneliti (kolaborator) sekaligus tim dalam penyusunan laporan. Substansi secara umum, sistematika proposal penelitian tindakan kelas terdiri dari komponen-komponen PTK/ KB-2 berikut: (1) judul, (2) latar belakang masalah, (3) identifikasi masalah, (4) pembatasan dan perumusan masalah, (5) cara pemecahan masalah, ( 6) tujuan tindakan, (7) manfaat tindakan, (8) krangka konseptual dan hipotesis tindakan, (9) metode penelitian. Metode penelitian mencakup unsur-unsur: (a) subjek dan objek penelitian, (b) rancangan penelitian, yang mencakup: perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan ulang, dst, (c) instrumen penelitian dan
117 Disajikan deskripsi tentang kasus teknik pengumpulan data, (d) analisis data dan kriteria keberhasilan. PTK/ KB-2 pembelajaran sebagai data dan informasi, Langkah-langkah praktis tindakan diuraikan berdasarkan pertanyaan-pertanyan sebagai berikut. Apa yang mahasiswa dapat menetukan teknik pengumpulan data yang tepat dalam PTK pertama kali dilakukan? Kapan dilakukan? Bagaimana melakukannya? Siapa yang mengambil data? Data apa yang diperlukan? dst. Pada saat pelaksanaan ini, guru benar-benar harus memahami siswanya jangan sampai 118 Disajikan deskripsi tentang data dan ada yang menjadi obyek tindakan. Kelas diciptakan sebagai komunitas belajar bukan laboratorium tindakan. informasi pembelajaran, mahasiswa dapat Membagi kelas menjadi kelompok kontrol dan treatment harus dihindarkan karena model penelitian ini bukan mengidentifikasi teknik pengolahan dan penelitian eksperimen. analisis data Untuk memperoleh data yang lebih obyektif, guru dapat menggunakan alat-alat optik atau elektronik, seperti kamera, perekam video, atau perekam suara. Pada setiap kali akan mengakhiri penggalan kegiatan, lakukanlah evaluasi terhadap hal-hal yang telah direncanakan. Jika observasi berfungsi untuk mengenali kualitas proses tindakan, maka evaluasi berperanan untuk mendeskripsikan hasil tindakan yang secara optimis telah Data yang telah dikumpulkan harus dianalisis. Analisis hanya bersifat kualitatif. Jika ada data kuantitatif, PTK/ KB-2 analisisnya paling banyak menggunakan statistik deskriptif dengan penyimpulan lebih mendasarkan diri pada nilai rata-rata dan simpangan baku amatan atau persentase amatan. Hasil analisis data kualitatif dikonsultasikan dengan makna kualitatif yang mencerminkan struktur dasar terhadap jawaban masalah penelitian. Misalnya, bagaimana metode demontrasi dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar? Hasil analisis data hendaknya dikonsultasikan dengan makna demonstrasi secara aktual, bukan pikiran guru atau pengamat lainnya. Hasil analisis kuantitaif, selanjutnya dikonsultasikan pada pedoman konversi. Dalam PTK biasanya digunakan pedoman konversi nilai absolut skala lima. Misalnya, data hasil belajar, pedoman konversinya adalah sebagai berikut. 119 Disajikan deskripsi tentang konsep dasar Sebagai kriteria keberhasilan, peneliti dapat menetapkan nilai rata-rata minimal 55,0 atau 70,0 tergantung PTK/ KB-3 KTI, mahasiswa dapat mengambil rasional yang dijadikan dasar atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru. Di samping kesimpulan tentang pengertian, ciri, itu, kriteria ketuntasan belajar juga dapat dijadikan kriteria keberhasilan. Misalnya, ketuntasan individual adalah tujuan, dan manfaat KTI nilai 7,5 pada skala 11 dan ketuntasan klasikal 85%, dan seterusnya. Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang disusun berdasarkan fakta atau analisa, disajikan dengan menggunakan bahasa baku dan memberikan informasi yang bersifat obyektif dan rasional. Oleh karena itu, meskipun dimungkinkan sebuah karya ilmiah bersifat spekulatif dan tentatif, namun dia didasarkan atas fakta- fakta atau rujukan-rujukan yang valid dan argumentasi yang logis. Di samping itu, karya tulis ilmiah juga
120 Disajikan deskripsi tentang ragam KTI, disajikan dengan metode penulisan yang disusun sedemikian rupa untuk memastikan otentisitas karya penulis. PTK/ KB-3 mahasiswa mampu menentukan ragam bentuk KTI Untuk memahami lebih mendalam tentang karya tulis ilmiah, setidaknya kita perlu memahami karakteristik penulisannya. Dengan memahami hal ini, dapat memberikan bekal bagi kita untuk dapat membedakannya dengan karya tulis lainnya, diantaranya adalah: 1. Karya ilmiah adalah tulisan yang disusun secara sistemaits, logis dan rasional yang didukung oleh fakta, yaitu berupa fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dengan mengikuti metodologi penulisan ilmiah yang benar. 2. Karya ilmiah menerapkan teori-teori yang dilandasi oleh hasil pengamatan, penelitian dan/atau pemikiran yang mendalam. 3. Karya ilmiah dapat merekomendasikan pemecahan masalah dengan berbagai cara atau metode sesuai dengan masalah yang menjadi pokok bahasan penelitian, biasanya menggunakan deduksi atau induksi. Ada beberapa ragam KTI antara lain: 1. Makalah 2. Artikel jurnal ilmiah 3. Buku akademik 4. Review buku atau artikel 5. Laporan penelitian (skripsi, tesis, disertasi, PTK, dan penelitian sejenis) Selamat Berjuang, dan Sermoga Lulus Dengan Hasil Yang Memuaskan
Search
Read the Text Version
- 1 - 22
Pages: