Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Zaenal_Abidin dkk Pengangkutan Ikan Nila Hidup Ukuran Konsumsi

Zaenal_Abidin dkk Pengangkutan Ikan Nila Hidup Ukuran Konsumsi

Published by sainal.abidin, 2017-04-14 12:32:07

Description: Zaenal_Abidin dkk Pengangkutan Ikan Nila Hidup Ukuran Konsumsi

Keywords: ikan konsumsi,pengangkutan hidup

Search

Read the Text Version

Jurnal Abdi Insani Unram. Volume 2. Nomor 2. September 2015. Hal. 81-87 PENGANGKUTAN HIDUP IKAN NILA UKURAN KONSUMSI Zaenal Abidin, Bagus Dwi Hari Setyono, Ayu Adhita Damayanti, Nurliah Buhari Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Mataram Jalan Majapahit 62 Mataram 83125, Nusa Tenggara Barat Korespondensi : [email protected] ABSTRAK Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memperkenalkan sistem pengangkutan hidup ikan nila ukuran konsumsi pada anggota kelompok Mina Karya di Dusun Ranjok, Desa Dopang, Kabupaten Lombok Barat. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode pertemuan diskusi yang terarah, demonstrasi cara dan hasil, serta praktek secara langsung oleh kelompok sasaran. Sebelum teknologi pengangkutan tersebut diperkenalkan ke Mitra, Tim Pengabdian melakukan uji coba terhadap teknologi yang akan diperkenalkan. Hasil ujicoba menunjukkan bahwa teknologi yang paling direkomendasikan untuk digunakan adalah pengangkutan sistem semi basah dengan lama waktu pengangkutan 1 jam. Selama melakukan diskusi, kelompok sasaran dapat mengetahui teori yang berhubungan dengan perbandingan antara transportasi sistem semi basah, sistem kering dan sistem semi basah. Demonstrasi teknik pengangkutan sistem semi basah yang dilakukan dapat ditiru dan diaplikasikan dengan mudah oleh Mitra. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan kelompok sasaran untuk mengangkut ikan dengan sistem semi basah selama maksimal 60 menit dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 98 hingga 99 % setelah ikan dipelihara selama 5 hari. Kata Kunci : ikan nila, pengangkutan sistem semi basah, tingkat kelangsungan hidup PENDAHULUAN Kelompok Mina Karya adalah kelompok masyarakat yang melakukan usaha pemeliharaan ikan nila yang terdiri dari usaha pemancingan dan pembesaran ikan. Anggota yang melakukan usaha pemancingan membutuhkan ikan yang berukuran konsumsi yaitu minimal > 180 gram per ekor. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dari anggota lainnya yang memiliki usaha pembesaran atau dapat didatangkan dari daerah lain.

Selama ini sistem pengangkutan ikan yang diterapkan adalah menggunakan sistembasah dimana ikan ditampung dalam wadah gentong. Sistem basah telah terbukti dapatmenghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Namun sistem ini memilikikekurangan yaitu jumlah ikan yang dapat diangkut lebih sedikit karena membutuhkan ruangyang luas dengan berat yang tidak ringan. Penggunaan mobil sebagai alat angkutmembutuhkan biaya yang lebih besar dan tidak efisien apalagi jika jumlah ikan yangdiangkut sedikit yaitu dibawah 100 kg. Pengangkutan sistem basah juga dapat dilakukandengan menggunakan motor namun jumlah ikan yang dapat diangkut hanya berkisar 10-20kg dengan waktu tempuh berkisar 1 jam. Tidak semua kolam pemancingan ataupun kolamtempat asal ikan memiliki akses jalan yang dapat dilalui oleh mobil, sehingga jikapengangkutan menggunakan mobil, maka gentong yang berisi ikan harus diangkat darikolam menuju ke mobil atau diturunkan dari mobil dan kemudian diangkat ke kolam. Pengangkutan sistem semi basah adalah pengangkutan hidup ikan dengan media airyang sedikit yaitu setinggi lebar ikan, sedangkan pengangkutan sistem kering adalahmengangkut ikan tanpa media air. Pengangkutan dengan sistem semi basah dan keringmemberikan keuntungan yaitu dapat mengurangi volume dan berat wadah angkut. Prosespengangkutan ikan semi basah dan kering memerlukan kegiatan pemingsanan ikan terlebihdahulu untuk mengurangi stress, mengurangi kecepatan metabolisme, dan konsumsioksigen. Metode pemingsanan dapat dilakukan dengan penggunaan zat anestesi. Salah satubahan anestesi yang dapat digunakan adalah minyak cengkeh (Hamackova dkk., 2006).Penggunaan minyak cengkeh sebagai zat anestesi dipilih karena harganya yang murah dandiproduksi secara lokal serta tidak memiliki efek samping (Cristina dan Burhanuddin, 1995). Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk memperkenalkan pengangkutanhidup ikan nila ukuran konsumsi sistem semi basah dan kering pada anggota kelompok Mina

Karya di Dusun Ranjok, Desa Dopang, Kabupaten Lombok Barat. Melalui aplikasipengangkutan sistem kering, maka diharapkan Mitra dapat mengangkut ikan lebih efisienyaitu dengan menggunakan sepeda motor namun dengan kapasitas angkut yang besar danmenghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. METODE KEGIATAN Kegiatan dilakukan pada tanggal 15 sampai 25 Agustus 2015 di Dusun Ranjok, DesaDopang, Kabupaten Lombok Barat. Tempat pelatihan dan praktek dilakukan di kolam milikanggota kelompok tani Mina Karya di Dusun Ranjok, Desa Dopang, Kabupaten LombokBarat. Sebelum kegiatan penyuluhan dilakukan, Tim Pengabdian melakukan ujicoba teknikpengangkutan ikan yang akan diterapkan. Hasil dari ujicba tersebut selanjutnya dijadikanacuan dalam pembuatan modul untuk mendukung kegiatan pengabdian ini. Kegiatanpelatihan dilakukan dengan menggunakan metode pertemuan diskusi yang terarah dandilengkapi dengan modul, demonstrasi cara dan hasil, serta praktek langsung oleh kelompoksasaran. Materi dalam pertemuan diskusi yang diberikan adalah mengenai peralatan danbahan yang digunakan, teknik pembiusan, teknik pengemasan ikan, teknik pengangkutanikan, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengangkutan ikan.Demonstrasi cara dan hasil diperagakan oleh Tim Pengabdian. Demonstrasi dilakukan dikolam dan kemudian diangkut menggunakan sepeda motor selama 1 jam, dan kemudianditebar kembali ke kolam. Ikan selanjutnya dipelihara selama 5 hari untuk diketahui tingkatkelangsungan hidupnya. Praktek oleh kelompok sasaran dilakukan dibawah pengawasan TimPengabdian. Jumlah ikan yang mati selama pengangkutan dan jumlah ikan yang mati setelah

pemeliharaan selama 5 hari dicatat untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengangkutanyang telah dilakukan. Data yang diperoleh dianalis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASANUji coba sistem pengangkutanHasil uji coba pengangkutan ikan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :Tabel 1. Tingkat Kelangsungan Hidup Sistem Lama Kelangsu- Berat ikan Tumpuk- Keterangan Pengang- waktu ngan hidup dalam an ikan (menit) wadah Penangan pasca pengangkutan yang tidak kutan (%) (kg) (cm) optimal. Kematian paling tinggi terjadi 30 pada saat pemeliharaanKering 60 100 3 4Kering 27 3 4 Kematian terjadi pada saat pengangkutan berlangsungKering 60 99 3 4 Pemanenan ikan yang terlalu kasar,Kering 60 78 3 4 kematian terjadi selama pemeliharaanKering 120 27 3 4Semi basah 30 100 3 4Semi basah 55 55 8 10Semi basah 55 60 3 – 3.5 4Semi basah 60 97- 99 3 – 3,5 4Semi basah 60 97 5 5-6Semi basah 75 96 4 – 4,5Semi basah 120 97 3-3,5 4 3 Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilanpengangkutan ikan hidup adalah sistem pengangkutan, lama waktu pengangkutan,ketebalan tumpukan ikan, dan teknik penanganan sebelum dan setelah ikan dipanen. Sistem pengangkutan kering menghasilkan hasil yang sangat berbeda pada setiap kalipengangkutan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pengangkutan sistem semibasah dan kering menghasilkan tingkat kelangsungan hidup 100 % selama pengangkutan(kecuali pada pengangkutan dengan tumpukan 10 cm). Kematian mulai terjadi pada saatikan dipulihkan atau selama pemeliharaan berlangsung. Penelitian Nani (2015)

menunjukkan bahwa ikan tidak mengalami kematian setelah diangkut dengan sistem basahdan kering selama 2 jam, namun mulai mengalami kematian pada hari pertama setelahpemulihan dalam wadah pemeliharaan. Hal ini menunjukkan bahwa ikan yang diangkutdengan sistem kering mengalami stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem basahmeskipun masing-masing dapat bertahan hidup selama satu jam bahkan 2 jam dalampengangkutan. Menurut Humairani (2012) bahwa pada penggunaan minyak cengkehdengan dosis yang lebih rendah yaitu 0,012 g per liter selama pengangkutan dapatmenyebabkan abnormalitas pada insang, namun tidak menyebabkan kematian pada ikannila. Oleh karena itu kondisi air selama pemulihan harus diupayakan seoptimal mungkinagar sistem imun ikan dapat bekerja untuk mencegah infeksi yang dapat memperburukkondisi kesehatan ikan. Lama waktu pengangkutan berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup. Semakinlama waktu pengangkutan, maka tingkat kelangsungan hidup cenderung lebih rendah.Meskipun demikian pengangkutan sistem semi basah masih menghasilkan tingkatkelangsungan hidup yang tinggi yaitu 97 % setelah 2 jam pengangkutan. Tumpukan ikan yang paling optimal adalah 4 cm yaitu rata-rata 2 ekor ikan ukuran 165sampai 180 gram yang saling tumpuk, atau 1,5 ekor ikan ukuran 180 sampai 250 gram yangsaling tumpuk dalam wadah 40 X 35 x 9 cm dengan berat total ikan dalam wadah adalah 3sampai 3,3 kg. Ketebalan ikan lebih dari 4 cm menyebabkan resiko kematian yangcenderung tinggi. Teknik penanganan sebelum diangkut dapat menyebabkan ikan terluka dan stress. Carapenanganan ikan yang kurang tepat dapat menyebabkan terjadinya kematian yang tinggi.Penangkapan ikan menggunakan serok dengan mata jaring yang halus menyebabkan ikanakan bercampur dan tertutup oleh lumpur yang ikut terbawa dalam serok, hal ini diperparah

jika kolam memiliki lapisan lumpur yang tebal. Ikan yang telah tertangkap dan kemudianditampung dalam wadah yang sempit menyebabkan ikan akan berdesak-desakan yangmenyebabkan luka dan kekurangan oksigen sebelum ikan tersebut dibius. Penggunaanlarutan pembius yang berulang-ulang menyebabkan konsentrasi larutan pembius menurunsehingga ikan tidak dapat terbius dengan sempurna, dan kemudian dapat pulih selamapengangkutan sebelum mencapai tempat penampungan. Tempat pemulihan ikan yangsempit, serta kepadatan yang tinggi menyebabkan tekanan terhadap ikan semakin tinggi,sehingga ikan-ikan yang mengalami luka tidak dapat sembuh dan justru semakin parah. Olehkarena itu tempat pemulihan harus dipersiapkan dengan kondisi air yang optimal dan diisidengan ikan pada kepadatan yang optimal. Faktor lain yang dapat menentukan keberhasilan pengangkutan ikan hidup adalahkualitas ikan itu sendiri. Kondisi ikan yang lemah atau tidak sehat, meskipun telahditampung dan diangkut dengan kepadatan yang rendah tetap memiliki tingkat kematianyang tinggi (Berka 1986). Berdasarkan hasil uji tersebut diatas selanjutnya dilakukan penyusunan materi yangakan disampaikan dan dipraktekkan oleh kelompok sasaran.Pelaksanaan pelatihan Kegiatan penyuluhan diikuti oleh enam orang anggota kelompok tani Mina karya.Penyuluhan yang berupa diskusi yang terarah dilengkapi dengan modul (Gambar 1). Modulyang disediakan berjudul “Teknik Pengangkutan Ikan Hidup”. Sistem pengangkutan yangditerapkan adalah sistem semi basah selama maksimal 1 jam.

ab bcGambar 1. Kegiatan Penyuluhan (a. Diskusi; b. Demonstrasi, dan; C.Modul) Bahan pembius yang digunakan adalah minyak cengkeh cap gajah dengan komposisi100% minyak cengkeh. Dosis minyak cengkeh yang digunakan dalam pembiusan adalah0.1 ml per liter air, sedangkan untuk air yang akan digunakan selama pengangkutandigunakan dosis 0.05 ml/liter. Dosis optimal penggunaan minyak cengkeh bervariasi antara0.05 sampai 0.1 g per liter (Javahery dkk., 2012). Volume minyak cengkeh diukur denganmenggunakan jarum suntik volume 1 ml. Peralatan yang dibutuhkan adalah ember bulat dengan ketinggian 20 cm denganvolume 10 liter sebagai wadah pembius. Ember yang berbentuk bulat dapat meminimalisirterjadinya tabrakan ikan pada dinding wadah (Gambar 2). Seser ukuran 40 x 20 cmdigunakan untuk menangkap ikan. Kapasitas seser tidak melebihi 2 kg setiap kali serok untukmenghindar saling bertumpuknya ikan dalam seser. Ikan ukuran 150 sampai 250 gra per ekor yang telah ditangkap selanjutnya diserok dandimasukkan ke dalam larutan pembius 0.1 ml per liter dengan hati-hati. Ikan yang sudahterbius akan terbalik dan kemudian akan berhenti bergerak. Menurut Hamackova dkk.(2006) bahwa pada saat ikan dipaparkan dengan larutan pembius pergerakan ikan akanmeningkat kemudian menjadi kurang aktif, dan mulai miring, selanjutnya berhenti bernapasdan kemudian mulai terbalik serta tidak bergerak lagi. Ikan yang telah tenang kemudiandimasukkan dalam sterofoam/wadah pengangkut yang telah diisi air dengan dosis 0.05 mlper liter (Gambar 2). Sterofoam kemudian ditutup rapat untuk mencegah agar air tidak

mudah tumpah. Setiap sterofoam dapat diisi maksimal 3,5 kg ikan nila ukuran konsumsiatau dengan ketinggian tumpukan ikan maksimal 4 cm. Tumpukan ikan yang melebihi batastersebut memiliki resiko yang tinggi untuk mati. Gambar 2. Pembiusan dan Pengemasan Ikan Proses pengangkutan harus dilakukan sesingkat mungkin, oleh karena itu persiapansemua bahan dan peralatan harus dilakukan dengan baik, agar tidak menghambat prosespengangkutan. Sebelum melakukan pengangkutan, waktu tempuh harus diketahui dengantepat dengan kecepatan rata-rata 40 sampai 50 km/jam, dan telah mempertimbangkankemungkinan terjadinya kemacetan lalulintas. Sebaiknya pengangkutan dilakukan pada pagiatau sore hari untuk menghindari panas matahari (Gambar 3). Gambar 3. Pengangkutan Menggunakan Sepeda Motor Setelah ikan sampai di tempat tujuan, ikan dimasukkan ke dalam kolam dengan hati-hati (Gambar 4a). Ikan yang telah masuk ke dalam air membutuhkan waktu untuk sadar.Beberapa ekor ikan mungkin akan sadar setelah lebih dari 10 meskipun demikian waktusadar yang normal adalah 3 menit setelah ikan berada dalam air. Menurut Javahery dkk.,(2012) bahwa waktu pemulihan akan lebih cepat pada dosis yang rendah dan waktu

pemulihan akan lebih lama pada dosis yang tinggi. Apabila terdapat ikan yang berenangdengan posisi miring setelah satu jam pemulihan maka sebaiknya ikan tersebut diambilkarena kemungkinan hidupnya sangat kecil (Gambar 4b). Gambar 4. Kegiatan Pemulihan (a. Penebaran; b. Ikan yang belum pulih)Evaluasi kegiatan Kegiatan praktek secara langsung yang dilakukan oleh Mitra dengan mengangkut ikandari Praya dan Aik Bukak Lombok Tengah menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yangtinggi yaitu berkisar 94 sampai 98%. Hal ini menunjukkan bahwa Mitra telah mengetahuiteknik pengangkutan ikan yang baik. Diharapkan dengan semakin seringnya melakukankegiatan pengangkutan ini maka keterampilan Mitra akan semakin meningkat sehinggatingkat kelangsungan hidup yang diperoleh dapat menjadi lebih baik. Hasil evaluasi terhadap kegiatan pengangkutan menunjukkan bahwa kapasitas angkutikan masih sangat rendah yaitu 9 kg dibandingkan dengan sistem pengangkutan basahdengan menggunakan sepeda motor yaitu 10-20 kg. Oleh karena itu perlu dilakukanperubahan desain wadah pengangkut dan alat tambahan sehingga dapat mengangkutjumlah ikan yang lebih banyak. Desain wadah yang dimaksud adalah tinggi wadahpengangkut yaitu setinggi 15 cm (dari dasar sampai tutup sterofoam), sehingga disarankanuntuk mencari wadah pengangkut yang tingginya 7 cm. Dengan tinggi 15 cm, jumlah wadahyang dapat diangkut hanya 9 kg, namun jika tinggi dirubah menjadi 7 cm maka jumlah

wadah yang dapat diangkut dapat meningkat menjadi 18 kg. Alat yang perlu ditambahkanpada sepeda motor adalah berupa keranjang yang memungkinkan wadah pengangkut dapatditempatkan disamping kanan dan kiri motor selain dibagin sadel motor, sehingga kapasitasangkut dapat meningkat menjadi 54 kg untuk setiap kali angkut. KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan Teknologi pengangkutan ikan nila ukuran konsumsi sistem semi basah dengan lamawaktu pengangkutan satu jam dapat dikuasi dan diaplikasikan oleh Mitra untuk mensuplaiikan hidup yang akan ditebar oleh Mitra. Peralatan pendukung dalam pengangkutan masih harus dilengkapi dan dimodifikasiuntuk meningkatkan kapasitas angkut dalam pengangkutan menggunakan sepeda motor.Saran Pengangkutan sistem semi basah dapat diterapkan untuk pengangkutan ikan nila hidupukuran konsumsi dengan lama waktu pengangkutan tidak lebih dari satu jam. Kapasitasangkut menggunakan sepeda motor dapat ditingkatkan dengan cara menambahkankeranjang angkut pada sepeda motor dan memperpendek ukuran wadah pengangkutmenjadi 7 cm.UCAPAN TERIMA KASIH Pengabdian ini merupakan bagian dari kegiatan Ipteks bagi Masyarakat Tahun Anggaran2015, oleh karena itu Tim Pengabdian mengucapkan terima kasih kepada DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah mendanai

kegiatan pengabdian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kelompokmasyarakat Mina Karya yang telah berpartisipasi aktif sehingga kegiatan ini dapat terlaksanadengan baik. DAFTAR PUSTAKABerka, R. 1986. The Transport of Live Fish. A Review. EIFAC Tech. Pap., (48):52 p.Hamackova, J., J. Kouril, P. Kozak, and Z. Stupka. 2006. Clove Oil as an Anaesthetic for Different Freshwater Fish Species. Bulgarian Journal of Agricultural Science (12), 185- 194.Humairani. 2012. Efektifitas Penambahan Zeolit, Karbon Aktif, dan Minyak Cengkeh dalam Transportasi Tertutup Ikan Nila BEST Oreochromis sp. dengan Kepadatan Tinggi. Skripsi, Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.Javahery, S., Nekoubin, H., & Moradlu, A. H. (2012). Effect of anaesthesia with clove oil in fish (review). Fish physiology and biochemistry, 38(6), 1545-1552.Nani, M. 2015. Efektifitas Sistem Pengangkutan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Ukuran Konsumsi Menggunakan Sistem Basah, Semi Basah, dan Kering. Skripsi, Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram.Soto, C. G., Burhanuddin. 1995. Clove oil as a fish anaesthetic for measuring length and weight of rabbitfish (Siganus lineatus). Aquaculture, 136(1), 149-152.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook