Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore PENGANGKUTAN HIDUP IKAN NILA UKURAN KONSUMSI_Jurnal Abdi Insani

PENGANGKUTAN HIDUP IKAN NILA UKURAN KONSUMSI_Jurnal Abdi Insani

Published by sainal.abidin, 2017-04-14 12:19:59

Description: PENGANGKUTAN HIDUP IKAN NILA UKURAN KONSUMSI_Jurnal Abdi Insani

Search

Read the Text Version

PENGANGKUTAN HIDUP IKAN NILA UKURAN KONSUMSI Zaenal Abidin, Bagus Dwi Hari Setyono, Ayu Adhita Damayanti, Nurliah Buhari Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Mataram Jalan Majapahit 62 Mataram 83125, Nusa Tenggara Barat Korespondensi : [email protected] ABSTRAKKegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memperkenalkan sistem pengangkutan hidup ikan nilaukuran konsumsi pada anggota kelompok Mina Karya di Dusun Ranjok, Desa Dopang, KabupatenLombok Barat. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode pertemuan diskusiyang terarah, demonstrasi cara dan hasil, serta praktek secara langsung oleh kelompok sasaran.Sebelum teknologi pengangkutan tersebut diperkenalkan ke Mitra, Tim Pengabdian melakukanuji coba terhadap teknologi yang akan diperkenalkan. Hasil ujicoba menunjukkan bahwateknologi yang paling direkomendasikan untuk digunakan adalah pengangkutan sistem semibasah dengan lama waktu pengangkutan 1 jam. Selama melakukan diskusi, kelompok sasarandapat mengetahui teori yang berhubungan dengan perbandingan antara transportasi sistemsemi basah, sistem kering dan sistem semi basah. Demonstrasi teknik pengangkutan sistem semibasah yang dilakukan dapat ditiru dan diaplikasikan dengan mudah oleh Mitra. Hal ini dibuktikandengan keberhasilan kelompok sasaran untuk mengangkut ikan dengan sistem semi basahselama maksimal 60 menit dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 98 hingga 99 % setelahikan dipelihara selama 5 hari.Kata Kunci : ikan nila, pengangkutan sistem semi basah, tingkat kelangsungan hidup PENDAHULUAN Kelompok Mina Karya adalah kelompok masyarakat yang melakukan usaha pemeliharaanikan nila yang terdiri dari usaha pemancingan dan pembesaran ikan. Anggota yang melakukanusaha pemancingan membutuhkan ikan yang berukuran konsumsi yaitu minimal > 180 gram perekor. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dari anggota lainnya yang memiliki usaha pembesaran ataudapat didatangkan dari daerah lain.

Selama ini sistem pengangkutan ikan yang diterapkan adalah menggunakan sistem basahdimana ikan ditampung dalam wadah gentong. Sistem basah telah terbukti dapat menghasilkantingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Namun sistem ini memiliki kekurangan yaitu jumlah ikanyang dapat diangkut lebih sedikit karena membutuhkan ruang yang luas dengan berat yang tidakringan. Penggunaan mobil sebagai alat angkut membutuhkan biaya yang lebih besar dan tidakefisien apalagi jika jumlah ikan yang diangkut sedikit yaitu dibawah 100 kg. Pengangkutan sistembasah juga dapat dilakukan dengan menggunakan motor namun jumlah ikan yang dapatdiangkut hanya berkisar 10-20 kg dengan waktu tempuh berkisar 1 jam. Tidak semua kolampemancingan ataupun kolam tempat asal ikan memiliki akses jalan yang dapat dilalui oleh mobil,sehingga jika pengangkutan menggunakan mobil, maka gentong yang berisi ikan harus diangkatdari kolam menuju ke mobil atau diturunkan dari mobil dan kemudian diangkat ke kolam. Pengangkutan sistem semi basah adalah pengangkutan hidup ikan dengan media air yangsedikit yaitu setinggi lebar ikan, sedangkan pengangkutan sistem kering adalah mengangkut ikantanpa media air. Pengangkutan dengan sistem semi basah dan kering memberikan keuntunganyaitu dapat mengurangi volume dan berat wadah angkut. Proses pengangkutan ikan semi basahdan kering memerlukan kegiatan pemingsanan ikan terlebih dahulu untuk mengurangi stress,mengurangi kecepatan metabolisme, dan konsumsi oksigen. Metode pemingsanan dapatdilakukan dengan penggunaan zat anestesi. Salah satu bahan anestesi yang dapat digunakanadalah minyak cengkeh (Hamackova dkk., 2006). Penggunaan minyak cengkeh sebagai zatanestesi dipilih karena harganya yang murah dan diproduksi secara lokal serta tidak memiliki efeksamping (Cristina dan Burhanuddin, 1995).

Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk memperkenalkan pengangkutan hidupikan nila ukuran konsumsi sistem semi basah dan kering pada anggota kelompok Mina Karya diDusun Ranjok, Desa Dopang, Kabupaten Lombok Barat. Melalui aplikasi pengangkutan sistemkering, maka diharapkan Mitra dapat mengangkut ikan lebih efisien yaitu dengan menggunakansepeda motor namun dengan kapasitas angkut yang besar dan menghasilkan tingkatkelangsungan hidup yang tinggi. METODE KEGIATAN Kegiatan dilakukan pada tanggal 15 sampai 25 Agustus 2015 di Dusun Ranjok, DesaDopang, Kabupaten Lombok Barat. Tempat pelatihan dan praktek dilakukan di kolam milikanggota kelompok tani Mina Karya di Dusun Ranjok, Desa Dopang, Kabupaten Lombok Barat. Sebelum kegiatan penyuluhan dilakukan, Tim Pengabdian melakukan ujicoba teknikpengangkutan ikan yang akan diterapkan. Hasil dari ujicba tersebut selanjutnya dijadikan acuandalam pembuatan modul untuk mendukung kegiatan pengabdian ini. Kegiatan pelatihandilakukan dengan menggunakan metode pertemuan diskusi yang terarah dan dilengkapi denganmodul, demonstrasi cara dan hasil, serta praktek langsung oleh kelompok sasaran. Materi dalam pertemuan diskusi yang diberikan adalah mengenai peralatan dan bahanyang digunakan, teknik pembiusan, teknik pengemasan ikan, teknik pengangkutan ikan, danfaktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengangkutan ikan. Demonstrasi cara danhasil diperagakan oleh Tim Pengabdian. Demonstrasi dilakukan di kolam dan kemudian diangkutmenggunakan sepeda motor selama 1 jam, dan kemudian ditebar kembali ke kolam. Ikanselanjutnya dipelihara selama 5 hari untuk diketahui tingkat kelangsungan hidupnya. Praktekoleh kelompok sasaran dilakukan dibawah pengawasan Tim Pengabdian. Jumlah ikan yang mati

selama pengangkutan dan jumlah ikan yang mati setelah pemeliharaan selama 5 hari dicatatuntuk mengetahui tingkat keberhasilan pengangkutan yang telah dilakukan. Data yang diperolehdianalis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASANUji coba sistem pengangkutanHasil uji coba pengangkutan ikan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :Tabel 1. Tingkat Kelangsungan Hidup Sistem Lama Kelangsu- Berat ikan Tumpuk- Keterangan Pengang- waktu ngan hidup dalam an ikan (menit) wadah kutan (%) (kg) (cm) 30Kering 60 100 3 4 Penangan pasca pengangkutan yang tidakKering 27 3 4 optimal. Kematian paling tinggi terjadi pada saat pemeliharaanKering 60 99 3 4Kering 60 78 3 4 Kematian terjadi pada saat pengangkutanKering 120 27 3 4 berlangsungSemi basah 30 100 3 4 Pemanenan ikan yang terlalu kasar,Semi basah 55 55 8 10 kematian terjadi selama pemeliharaanSemi basah 55 60 3 – 3.5 4Semi basah 60 97- 99 3 – 3,5 4Semi basah 60 97 5 5-6Semi basah 75 96 4 – 4,5Semi basah 120 97 3-3,5 4 3 Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilanpengangkutan ikan hidup adalah sistem pengangkutan, lama waktu pengangkutan, ketebalantumpukan ikan, dan teknik penanganan sebelum dan setelah ikan dipanen. Sistem pengangkutan kering menghasilkan hasil yang sangat berbeda pada setiap kalipengangkutan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pengangkutan sistem semi basah

dan kering menghasilkan tingkat kelangsungan hidup 100 % selama pengangkutan (kecuali padapengangkutan dengan tumpukan 10 cm). Kematian mulai terjadi pada saat ikan dipulihkan atauselama pemeliharaan berlangsung. Penelitian Nani (2015) menunjukkan bahwa ikan tidakmengalami kematian setelah diangkut dengan sistem basah dan kering selama 2 jam, namunmulai mengalami kematian pada hari pertama setelah pemulihan dalam wadah pemeliharaan.Hal ini menunjukkan bahwa ikan yang diangkut dengan sistem kering mengalami stress yang lebihtinggi dibandingkan dengan sistem basah meskipun masing-masing dapat bertahan hidup selamasatu jam bahkan 2 jam dalam pengangkutan. Menurut Humairani (2012) bahwa padapenggunaan minyak cengkeh dengan dosis yang lebih rendah yaitu 0,012 g per liter selamapengangkutan dapat menyebabkan abnormalitas pada insang, namun tidak menyebabkankematian pada ikan nila. Oleh karena itu kondisi air selama pemulihan harus diupayakanseoptimal mungkin agar sistem imun ikan dapat bekerja untuk mencegah infeksi yang dapatmemperburuk kondisi kesehatan ikan. Lama waktu pengangkutan berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup. Semakinlama waktu pengangkutan, maka tingkat kelangsungan hidup cenderung lebih rendah. Meskipundemikian pengangkutan sistem semi basah masih menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yangtinggi yaitu 97 % setelah 2 jam pengangkutan. Tumpukan ikan yang paling optimal adalah 4 cm yaitu rata-rata 2 ekor ikan ukuran 165sampai 180 gram yang saling tumpuk, atau 1,5 ekor ikan ukuran 180 sampai 250 gram yang salingtumpuk dalam wadah 40 X 35 x 9 cm dengan berat total ikan dalam wadah adalah 3 sampai 3,3kg. Ketebalan ikan lebih dari 4 cm menyebabkan resiko kematian yang cenderung tinggi.

Teknik penanganan sebelum diangkut dapat menyebabkan ikan terluka dan stress. Carapenanganan ikan yang kurang tepat dapat menyebabkan terjadinya kematian yang tinggi.Penangkapan ikan menggunakan serok dengan mata jaring yang halus menyebabkan ikan akanbercampur dan tertutup oleh lumpur yang ikut terbawa dalam serok, hal ini diperparah jika kolammemiliki lapisan lumpur yang tebal. Ikan yang telah tertangkap dan kemudian ditampung dalamwadah yang sempit menyebabkan ikan akan berdesak-desakan yang menyebabkan luka dankekurangan oksigen sebelum ikan tersebut dibius. Penggunaan larutan pembius yang berulang-ulang menyebabkan konsentrasi larutan pembius menurun sehingga ikan tidak dapat terbiusdengan sempurna, dan kemudian dapat pulih selama pengangkutan sebelum mencapai tempatpenampungan. Tempat pemulihan ikan yang sempit, serta kepadatan yang tinggi menyebabkantekanan terhadap ikan semakin tinggi, sehingga ikan-ikan yang mengalami luka tidak dapatsembuh dan justru semakin parah. Oleh karena itu tempat pemulihan harus dipersiapkan dengankondisi air yang optimal dan diisi dengan ikan pada kepadatan yang optimal. Faktor lain yang dapat menentukan keberhasilan pengangkutan ikan hidup adalah kualitasikan itu sendiri. Kondisi ikan yang lemah atau tidak sehat, meskipun telah ditampung dandiangkut dengan kepadatan yang rendah tetap memiliki tingkat kematian yang tinggi (Berka1986). Berdasarkan hasil uji tersebut diatas selanjutnya dilakukan penyusunan materi yang akandisampaikan dan dipraktekkan oleh kelompok sasaran.Pelaksanaan pelatihan Kegiatan penyuluhan diikuti oleh enam orang anggota kelompok tani Mina karya.Penyuluhan yang berupa diskusi yang terarah dilengkapi dengan modul (Gambar 1). Modul yang

disediakan berjudul “Teknik Pengangkutan Ikan Hidup”. Sistem pengangkutan yang diterapkanadalah sistem semi basah selama maksimal 1 jam.ab bcGambar 1. Kegiatan Penyuluhan (a. Diskusi; b. Demonstrasi, dan; C.Modul) Bahan pembius yang digunakan adalah minyak cengkeh cap gajah dengan komposisi 100%minyak cengkeh. Dosis minyak cengkeh yang digunakan dalam pembiusan adalah 0.1 ml perliter air, sedangkan untuk air yang akan digunakan selama pengangkutan digunakan dosis 0.05ml/liter. Dosis optimal penggunaan minyak cengkeh bervariasi antara 0.05 sampai 0.1 g per liter(Javahery dkk., 2012). Volume minyak cengkeh diukur dengan menggunakan jarum suntik volume1 ml. Peralatan yang dibutuhkan adalah ember bulat dengan ketinggian 20 cm dengan volume 10liter sebagai wadah pembius. Ember yang berbentuk bulat dapat meminimalisir terjadinyatabrakan ikan pada dinding wadah (Gambar 2). Seser ukuran 40 x 20 cm digunakan untukmenangkap ikan. Kapasitas seser tidak melebihi 2 kg setiap kali serok untuk menghindar salingbertumpuknya ikan dalam seser.

Ikan ukuran 150 sampai 250 gra per ekor yang telah ditangkap selanjutnya diserok dandimasukkan ke dalam larutan pembius 0.1 ml per liter dengan hati-hati. Ikan yang sudah terbiusakan terbalik dan kemudian akan berhenti bergerak. Menurut Hamackova dkk. (2006) bahwapada saat ikan dipaparkan dengan larutan pembius pergerakan ikan akan meningkat kemudianmenjadi kurang aktif, dan mulai miring, selanjutnya berhenti bernapas dan kemudian mulaiterbalik serta tidak bergerak lagi. Ikan yang telah tenang kemudian dimasukkan dalamsterofoam/wadah pengangkut yang telah diisi air dengan dosis 0.05 ml per liter (Gambar 2).Sterofoam kemudian ditutup rapat untuk mencegah agar air tidak mudah tumpah. Setiapsterofoam dapat diisi maksimal 3,5 kg ikan nila ukuran konsumsi atau dengan ketinggiantumpukan ikan maksimal 4 cm. Tumpukan ikan yang melebihi batas tersebut memiliki resiko yangtinggi untuk mati. Gambar 2. Pembiusan dan Pengemasan Ikan Proses pengangkutan harus dilakukan sesingkat mungkin, oleh karena itu persiapan semuabahan dan peralatan harus dilakukan dengan baik, agar tidak menghambat proses pengangkutan.Sebelum melakukan pengangkutan, waktu tempuh harus diketahui dengan tepat dengankecepatan rata-rata 40 sampai 50 km/jam, dan telah mempertimbangkan kemungkinanterjadinya kemacetan lalulintas. Sebaiknya pengangkutan dilakukan pada pagi atau sore hariuntuk menghindari panas matahari (Gambar 3).

Gambar 3. Pengangkutan Menggunakan Sepeda Motor Setelah ikan sampai di tempat tujuan, ikan dimasukkan ke dalam kolam dengan hati-hati(Gambar 4a). Ikan yang telah masuk ke dalam air membutuhkan waktu untuk sadar. Beberapaekor ikan mungkin akan sadar setelah lebih dari 10 meskipun demikian waktu sadar yang normaladalah 3 menit setelah ikan berada dalam air. Menurut Javahery dkk., (2012) bahwa waktupemulihan akan lebih cepat pada dosis yang rendah dan waktu pemulihan akan lebih lama padadosis yang tinggi. Apabila terdapat ikan yang berenang dengan posisi miring setelah satu jampemulihan maka sebaiknya ikan tersebut diambil karena kemungkinan hidupnya sangat kecil(Gambar 4b). Gambar 4. Kegiatan Pemulihan (a. Penebaran; b. Ikan yang belum pulih)Evaluasi kegiatan Kegiatan praktek secara langsung yang dilakukan oleh Mitra dengan mengangkut ikan dariPraya dan Aik Bukak Lombok Tengah menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi yaituberkisar 94 sampai 98%. Hal ini menunjukkan bahwa Mitra telah mengetahui teknik

pengangkutan ikan yang baik. Diharapkan dengan semakin seringnya melakukan kegiatanpengangkutan ini maka keterampilan Mitra akan semakin meningkat sehingga tingkatkelangsungan hidup yang diperoleh dapat menjadi lebih baik. Hasil evaluasi terhadap kegiatan pengangkutan menunjukkan bahwa kapasitas angkut ikanmasih sangat rendah yaitu 9 kg dibandingkan dengan sistem pengangkutan basah denganmenggunakan sepeda motor yaitu 10-20 kg. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan desainwadah pengangkut dan alat tambahan sehingga dapat mengangkut jumlah ikan yang lebihbanyak. Desain wadah yang dimaksud adalah tinggi wadah pengangkut yaitu setinggi 15 cm (daridasar sampai tutup sterofoam), sehingga disarankan untuk mencari wadah pengangkut yangtingginya 7 cm. Dengan tinggi 15 cm, jumlah wadah yang dapat diangkut hanya 9 kg, namun jikatinggi dirubah menjadi 7 cm maka jumlah wadah yang dapat diangkut dapat meningkat menjadi18 kg. Alat yang perlu ditambahkan pada sepeda motor adalah berupa keranjang yangmemungkinkan wadah pengangkut dapat ditempatkan disamping kanan dan kiri motor selaindibagin sadel motor, sehingga kapasitas angkut dapat meningkat menjadi 54 kg untuk setiap kaliangkut. KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan Teknologi pengangkutan ikan nila ukuran konsumsi sistem semi basah dengan lama waktupengangkutan satu jam dapat dikuasi dan diaplikasikan oleh Mitra untuk mensuplai ikan hidupyang akan ditebar oleh Mitra.

Peralatan pendukung dalam pengangkutan masih harus dilengkapi dan dimodifikasi untukmeningkatkan kapasitas angkut dalam pengangkutan menggunakan sepeda motor.Saran Pengangkutan sistem semi basah dapat diterapkan untuk pengangkutan ikan nila hidupukuran konsumsi dengan lama waktu pengangkutan tidak lebih dari satu jam. Kapasitas angkutmenggunakan sepeda motor dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan keranjang angkutpada sepeda motor dan memperpendek ukuran wadah pengangkut menjadi 7 cm.UCAPAN TERIMA KASIH Pengabdian ini merupakan bagian dari kegiatan Ipteks bagi Masyarakat Tahun Anggaran2015, oleh karena itu Tim Pengabdian mengucapkan terima kasih kepada Direktorat JenderalPendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah mendanai kegiatanpengabdian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kelompok masyarakat Mina Karyayang telah berpartisipasi aktif sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. DAFTAR PUSTAKABerka, R. 1986. The Transport of Live Fish. A Review. EIFAC Tech. Pap., (48):52 p.Hamackova, J., J. Kouril, P. Kozak, and Z. Stupka. 2006. Clove Oil as an Anaesthetic for Different Freshwater Fish Species. Bulgarian Journal of Agricultural Science (12), 185-194.Humairani. 2012. Efektifitas Penambahan Zeolit, Karbon Aktif, dan Minyak Cengkeh dalam Transportasi Tertutup Ikan Nila BEST Oreochromis sp. dengan Kepadatan Tinggi. Skripsi, Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.Javahery, S., Nekoubin, H., & Moradlu, A. H. (2012). Effect of anaesthesia with clove oil in fish (review). Fish physiology and biochemistry, 38(6), 1545-1552.

Nani, M. 2015. Efektifitas Sistem Pengangkutan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Ukuran Konsumsi Menggunakan Sistem Basah, Semi Basah, dan Kering. Skripsi, Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram.Soto, C. G., Burhanuddin. 1995. Clove oil as a fish anaesthetic for measuring length and weight of rabbitfish (Siganus lineatus). Aquaculture, 136(1), 149-152.Alamat : Dusun Teter, Desa Nyiur Lembang Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Baratakili Kelompok Nyiur Lembang bersedia bekerja sama dengan Tim Pengabdian IPTEKS bagi MasyaIbM untuk Peningkatan Keuntungan Pembudidaya Ikan Niladiketuai oleh :Zaenal AbidiPernyataan ini kami buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sadar serta sehat wal’afiat.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook