9SKRINING D A N PENANDA TUMORNugroho KamponoSKRINING GENETIKPenentuan kelainan genetik merupakan akar penentu dari penyakit degeneratif ter-masuk penyakit kanker, keguguran, kematian janln dalam rahim, cacat bawaan. Ber-beda dengan penatalaksanaan tradisional di mana pengobatan berdasarkan simptoma-tologi dan disesuaikan dengan keadaan sosial dan kondisi pasien, penatalaksanaan ber-dasarkan skrining genetik lebih ditujukan pada pencegahan terhadap timbulnya pe-nyakit. Tujuan kedua dari skrining genetik adalah memberikan informasi tentang patogene-sis penyakit. D e n g a n cara sederhana, seperti penentuan s e r u m e n z i m dan e l e k t r o f o r e -sis h e m o g l o b i n , d i m u n g k i n k a n identifikasi gen yang m u n g k i n dapat m e n i m b u l k a npenyakit yang serius. Tujuan lain skrining genetik adalah u n t u k memberi dasar pada perkembangan masadepan, memberikan informasi tambahan tentang variasi genetik dan klarifikasi daripatogenesis, penyebab alami, dan kemungkinan pengobatan terhadap bermacam-ma-cam kelainan.' Tujuan akhir dari skrining genetik adalah untuk penelitian lebih lanjut tentanggen, p o l i m o r f i s m e , dan heterogenitas gen manusia yang ada kaitannya dengan ke-lainan fisik.' Sejak dilakukan tes skrining pada gen kanker payudara dan o v a r i u m ( B R C A l danB R C A 2 ) , t i m b u l perdebatan apakah risiko yang ditimbulkannya benar-benar adamanfaatnya. Sekarang dengan penelitian dan data evidens skrining gen yang ada h u -bungannya dengan payudara dan ovarium pada wanita berisiko dapat menyelamatkanhidupnya. Seseorang yang didapati mutasi B R C A secara bermakna meningkatkanr i s i k o t e r j a d i n y a a w a l k a n k e r p a y u d a r a d a n j u g a m e n i n g k a t k a n lifetime k a n k e r o v a -
102 DETEKSI DINIrium. Juga pembawa mutasi ini meningkatlian risiko timbulnya residif pada penderitakanker tersebut. Kanker payudara dan ovarium dapat diketahui pada tingkat stadiumyang sangat awal pada wanita yang termasuk risiko tinggi herediter.Skrining Genetik pada Kanker Ovarium^K a n k e r yang dianggap ada kaitannya dengan keluarga adalah kanker yang terjadi padatingkat pertama keluarga (orang tua, saudara sekandung, dan anak). Nenek, saudaranenek, dan hubungan keluarga bapak tidak dianggap ada kaitannya dengan keluargakanken Keluarga kanker ovarium perlu diperhitungkan karena secara bermakna tinggidalam jumlah persentase kanker ovarium. Beberapa gen yang diturunkan kemung-kinan dapat menimbulkan kanker tersebut, termasuk B R C A l dan B R C A 2 , yangjuga penyebab kanker payudara bila dibandingkan pada wanita yang tidak memilikigen tersebut. Bila seseorang dengan B R C A l atau B R C A 2 positif, dan dengan m e m -pergunakan data informasi keluarga risiko tinggi, kemungkinan timbul kanker ova-rium sangat tinggi. Dengan informasi tentang adanya mutasi gen tersebut, seseorangdapat disarankan untuk mempergunakan pil kontrasepsi atau bahkan disarankan di-lakukan ooforektomi profilaksis. Dengan teridentifikasinya genyang ada kaitannya dengan awal kejadian kankerovarium dan payudara yakni B R C A l , berimplikasi pada penanganan dan pengawasanprasimptomatis terhadap risiko kanker yang diturunkan pada seseorang dan keluar-ganya. Adanya gen ini bertanggung jawab terhadap 5% dari kejadian kanker payudara. Bila fasilitas pemeriksaan mutasi B R C A l tersedia, pemeriksaan ini dapat dilakukanpada keluarga dengan riwayat kanker ovarium - payudara. Pemeriksaan dan skriningharus dilakukan oleh t i m kesehatan yang terlatih dan profesional dalam hal tes psi-kologis, genetis, klinis, dan konseling. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan strategi pengamatan dan pen-cegahan (operasi atau profilaksis kemoterapi) untuk memastikan manfaatnya. Pada saat i n i terlalu dini u n t u k mengaplikasikan skrining, sampai risiko yang adakaitannya dengan mutasi B R C A yang spesifik dapat ditentukan dan strategi terbaiku n t u k pengawasan dan pencegahan secara tepat dapat dilaksanakan. Pendidikan dan penyuluhan sangat diperlukan u n t u k m e m b a n g u n rasa tanggungjawab dalam melaksanakan tes genetik. Tes genetik yang dilaksanakan dengan prose-dur standar yang benar dapat mengurangi rasa takut dan mencegah tindakan pembe-d a h a n p r o f i l a k s i s y a n g t i d a k p e r l u b i l a t i d a k d i d a p a t k a n m u t a s i germ-line B R C A l . - ' Ooforektomi dan mastektomi profilaksis mungkin efektif, tetapi hasil pengamatanlanjut jangka panjang u n t u k m e n e n t u k a n kejadian t i m b u l n y a kanker dari jaringan sisaatau organ tubuh lainnya belum diketahui. D a l a m melaksanakan tes genetik perlu dikembangkan masalah k o n t r o l kualitas, etik,dan perlindungan hukum. Perlu dilakukan penanganan terintegrasi oleh ahli genetik,onkologi, dan organisasi masyarakat yang berminat dalam bidang tersebut. Dari populasi karier mutasi B R C A l dan B R C A 2 didapatkan kanker ovarium se-banyak 16 - 4 4 % pada usia 70 tahun. Dari populasi tersebut k e l o m p o k nulipara lebih
SKRINING DAN PENANDA TUMOR 103tinggi daripada multipara. Risiko timbulnya kanker ovarium tersebut akan menurunsetelah operasi ginekologik seperti histerektomi, ooforektomi, atau salfingektomi bi-lateral. Bila seseorang didapatkan hasil B R C A l atau B R C A 2 positif, yang bersangkutanberisiko untuk mendapatkan kanker payudara atau ovarium, tetapi belum tentu akantimbul kanker pada dirinya. Mutasi gen B R C A l atau B R C A 2 dapat diturunkan padaanak laki dan/atau anak perempuannya. Dengan hasil tes B R C A l atau B R C A 2 positif perlu dilakukan deteksi dini. Dengancara ini dapat ditemukan kanker pada stadium dini. Deteksi dini pada kanker payudarameliputi pemeriksaan klinik danmammografi. U n t u k kanker ovarium perlu dilakukanUltrasonografi transvaginal, pemeriksaan CA-125, dan pemeriksaan klinis.Operasi profilaksisDalam h a li n i adalah mengangkat sebanyak mungkin jaringan tubuh yang dapatmenimbulkan kanker. Mastektomi profilaksis danprofilaksis salfingo-ooforektomit i -dak menjamin sepenuhnya untuk tidak timbulnya kanker pada organ tersebut. D i -laporkan beberapa kasus setelah dilakukan operasi profilaksis timbul kanker ovarium,kanker payudara, atau karsinomatosis peritoneum.'*Pengobatan pencegahan dengan kemoterapi (chemoprevention)Pada kanker payudara telah dilakukan uji klinik pemberian tamoksifen dapat menu-runkan risiko kanker payudara sampai 4 9 % pada wanita yang berisiko tinggi timbul-nya kanker. Satu studi klinik pada wanita dengan B R C A 2 positif diberikan tamok-sifen dapat menurunkan kejadian kanker payudara sampai 62%, tetapi tidak padaB R C A l . Pada pencegahan kanker ovarium pilkontrasepsi, multiparitas, dan laktasidapat menurunkan kejadian kanker ovarium.^F a k t o r - f a k t o r yang m e n i n g k a t k a n risiko u n t u k t i m b u l n y a kanker ovariumBeberapa faktor berikut i n i dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker ovarium,walaupun tidak jelas hubungannya dengan k e l o m p o k pasien dengan mutasi B R C A latau B R C A 2 .• Usia. Sebagian besar pasien t i m b u l risiko pada usia di atas 50 tahun. Pada k e l o m p o k pasien dengan mutasi genB R C A l atau B R C A 2 , kanker ovarium sering timbul pada usia d ibawah 50 tahun.• Riwayat keluarga. K e l o m p o k wanita dengan keluarga tingkat pertama (ibu, saudara perempuan, anak perempuan) atau keluarga terdekat yang menderita kanker ova- rium dan/atau kanker payudara merupakan kelompok yang berisiko tinggi untuk timbulnya kanker ini.Demikian pula kelompok wanita yang keluarganya menderita kanker kolon, merupakan kelompok risiko tinggi untuk timbulnya kanker ovarium.• Riwayat penyakit. K e l o m p o k wanita yang pernah mengalami kanker payudara atau kanker kolon, berisiko tinggi untuk timbul kanker ovarium.
104 D E T E K S I D I N I• Pil kontrasepsi. Pengguna pil kontrasepsi dapat menurunkan risiko kanker ovarium.• Terapi sulih h o r m o n ( T S H ) . Pengguna pil T S H setelah usia pascamenopause me- ningkatkan risiko timbulnya kanker ovarium. T S H diperlukan untuk menjaga kese- hatan wanita pascamenopause, di samping mencegah osteoporosis dan penyakit jantung. Keuntungan dankerugian pengguna T S H perlu diketahui oleh pasien dan dokter.SITOLOGI SERVIKSD i seluruh dunia diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks baru dan 270.000meninggal karena kanker serviks yang merupakan kanker n o m o r dua setelah kankerpayudara.^ Pada sebagian negara di dunia, insidens kanker serviks m e n u r u n sejak 1960karena adanya program deteksi dini kanker serviks. Bila di suatu daerah (di Inggris)tidak adaprogram skrining, risiko kumulatif kanker serviks sampai usia 74 tahunsekitar 4 - 5%'' dan angka ini sama dengan negara-negara berkembang. Meta-analisis dari 10studi kasus-kontrol d i delapan negara menunjukkan skriningkanker serviks efektif dalam mencegah kanker serviks.^ Kelompok wanita dengan duakali atau lebih hasil papnegatif lebih sedikit yang menderita kanker serviks jika di-bandingkan dengan k e l o m p o k wanita yang hanya melakukan tes pap satu kali. D e m i -kian pula bila dibandingkan dengan kelompok wanita yang tidak pernah melakukantes pap, maka k e l o m p o k yang telah m e l a k u k a n tes 2 - 3 kali dengan hasil negatif 15kali lebih rendah timbul kanker serviks dalam satu tahun setelah teshasilnya negatif.D i sisi lain sitologi serviks sebagai alat skrining mempunyai sensitivitas, khususnyadi tangan ahli sitologi yang andal, hanya berkisar 70%.^Parameter SkriningSaat dimulai pemeriksaan sitologi serviks antara usia 2 0 d a n 3 0 tahun. Alasannyakelainan berupa lesi intraepitel skuamosa derajat tinggi dengan/tanpa infeksi H P Vtinggi pada saat usia tersebut dan terutama setelah 10 tahun dimulai hubungan seksual. Pemeriksaan sitologi serviks tidak dilakukan lagi setelah usia 60 atau 65 tahunkarena lesi derajat tinggi pada wanita usia d i atas 5 0 tahun jauh lebih rendah diban-dingkan pada wanita usia muda; telah diakui bahwa sebagian besar kanker servikspada usia lanjut akibat dari infeksi H P V pada usia d ibawah 35 tahun, sehingga biladidapati hasil pap negatif 2 - 3 kali pada usia lanjut, hampir sangat jarang wanitatersebut menderita kanker dikemudian hari. Meta-analisis yang dilakukan oleh l A R C (1986) didapatkan interval skrining de-ngan tes pap tiap tahun dapat mencegah 93,5% kanker serviks, interval 3 tahun dapatmencegah 90,8%, dan bila setiap 5 tahun hanya 83,6%. Berdasarkan angka tersebut,maka skrining setiap tahun dianggap mahal dan yang relatif m a m p u dilaksanakanadalah 3 tahun sekali.
SKRINING DAN PENANDA TUMOR 105Liquid-Based Cytology (LBC)L B C untuk skrining kanker serviks merupakan kemajuan teknologi untuk memper-baiki kualitas pemeriksaan sitologi secara konvensional melalui perbaikan teknikkoleksi sampel dan sediaan spesimen pada slaid. Dengan metode ini sampel spesimenlebih representatif d a n gangguan gambaran latar belakang dapat dikurangi. Sediaanapus dikoleksi dalam botol plastik yang berisi media preservatif. Suspensi sel yangt e r b e n t u k d i l e t a k k a n p a d a s e d i a a n k a c a d a l a m b e n t u k l a p i s a n monolayer. K o n t a m i n a s idarah, lendir, danpus dapat sangat dikurangi. Kelebihan lain dari L B C ini adalahsuspensi sel di larutan preservatif yang tidak terpakai dapat dipakai u n t u k pemeriksaanH P V , klamidia dan lain-lain sesuai dengan keperluan. Dengan metode L B C temuanlesi intraepitel skuamosa baik derajat rendah m a u p u n derajat tinggi meningkat.'°Pemeriksaan H P V D N AHuman Papilloma Virus m e r u p a k a n t u m o r v i r u s D N A y a n g t e r d i r i a t a s 1 0 0 t i p e .Berdasarkan onkogenitasnya H P V dibagi menjadi 2 tipe, yaitu H P V risiko tinggi danH P V risiko rendah. H P V risiko tinggi mempunyai risiko tinggi u n t u k mengubah selepitel serviks berkembang menjadi kanker serviks. Sudah dipastikan bahwa kankerserviks penyebab primernya adalah H P V . \" Pemeriksaan virus H P V dalam proses de-t e k s i d i n i l e s i p r a k a n k e r s e r v i k s m e m p u n y a i p e r a n t r i a s e p a s i e n d e n g a n atypicalsquamous cells of undetermined significance ( A S C U S ) d a n L I S - d e r a j a t r e n d a h s u r -veilens dari S I L derajat tinggi dan kanker mikroinvasifsetelah pengobatan dan sebagaialat skrining primer baik sendiri maupun dikombinasikan dengan sitologi serviks. U n t u k mengetahui ada tidaknya infeksi H P V pada sel-sel serviks diperlukan pe-meriksaan yang m a m p u mendeteksi keberadaan H P V di dalam sel-sel serviks. O l e hkarena itu, dikembangkan pemeriksaan biomolekular yakni H P V D N A menggunakanm e t o d e Hybrid Capture 2 y a n g m a m p u m e n d e t e k s i i n f e k s i H P V p a d a s e l s e r v i k s .P E N A N D A T U M O R {TUMOR MARKERS)Dalam memantapkan strategi melawan kanker pada abad 2 1 ini adalah melakukanskrining pada populasi yang asimptomatik dengan tingkat prakanker dan/atau sta-dium dini kanker. W H O ' ^ menetapkan kriteria strategi untuk melakukan skriningkanker yakni:• Kondisi penyakit tersebut dianggap sebagai masalah penting di kesehatan masya- rakat.• Penyakit ini dapat diobati bila ditemukan.• Fasilitas diagnosis dan pengobatan tersedia.• Tingkat prakanker dan stadium dini dikenal.• M a m p u dilaksanakan tes diagnostik.• Tes dapat diterima oleh masyarakat.
106 D E T E K S I D I N I• Perjalanan penyakit termasuk perkembangan penyakit dari fase laten sampai ting- kat penyakit yang jelas harus dimengerti dan dipahami.• Pemerintah menunjang dan menyetujui kebijakan program skrining.• Biaya penatalaksanaan (termasuk membuat diagnosis dan pengobatan) secara eko- nomis seimbang dengan anggaran kesehatan pemerintah secara keseluruhan.• Program skrining ini harus merupakan proses berkelanjutan dan bukan proyek sekali jalan dan selesai.Skrining Kanker Berdasarkan Deteksi Penanda TumorYang dimaksud dengan penanda t u m o r adalah setiap perubahan yang mengindikasi-kan adanya kanker. Penanda tersebut berupa substansi biokimia yang dihasilkan ataureaksi dari tumor: sitologi, molekuler, kejadian sitogenetik yang terdeteksi melalui seleksfoliatif; perubahan arsitektur yang dideteksi dengan U S G atau pencitraan lainnya;p e r u b a h a n v a s k u l e r y a n g t e r d e t e k s i d e n g a n k o l p o s k o p i a t a u color Doppler. S e b a g a ialat skrining, nilai penanda t u m o r sangat bergantung pada sensitivitas (persentase kan-ker yang dijumpai pada populasi dengan tes positif) dan spesifisitas (persentase popu-lasi yang tanpa kanker dengan tes negatif). P e n a n d a t u m o r b i o k i m i a d a p a t d i k l a s i f i k a s i m e n j a d i s p e s i f i k t u m o r d a n tumor asso-ciated antigens. T u m o r associated antigen b e r a s a l d a r i s e r u m u n t u k k e p e n t i n g a n k l i n i k .Sebagian besar penanda t u m o r tersebut merupakan tumor antigen makromolekulard a l a m b e n t u k e n z i m , r e s e p t o r , growth factor, biological response modifier, d a n / a t a uglikokonjugat.'^ Pada kanker ovarium dan tuba, prekursor lesi kanker tersebut belum dapat diiden-tifikasi dengan balk. Saat ini pengetahuan tentang kejadian biologik d a n molekulerkarsinogenesis ovarium masih merupakan target penelitian sehingga ada hambatandalam melaksanakan skrining pada kanker ovarium dan tuba. Salah satu antigen yangdilepaskan dari epitel kanker ovarium yang paling dikenal adalah C A125. Kira-kira8 3 % pasien dengan kanker ovarium jenis epitel kadar C A 125 > 35 U/ml.'\"*''^ KadarC A 125 dapat meningkat pada fase praklinik asimptomatik penyakit i n i . D a r i peneli-tian diperoleh kenaikan kadar C A 125 sebesar 2 5 % dari sampel serum yang dikoleksi5 tahun sebelum dibuat diagnosis kanker ovarium.'^ Spesifisitas dari C A 125 padak a n k e r o v a r i u m b e r d a s a r k a n p e n e l i t i a n d i S w e d i a d i p e r o l e h 9 7 % Azn positive predictivevalue ( P P V ) 4 , 6 % d e n g a n m e m p e r g u n a k a n cut-off point C A 1 2 5 > 3 0 U / m l . R e n -dahnya P P V C A 125 ini disebabkan penanda t u m o r ini juga meningkat pada kankerlain (payudara, pankreas, kandung kemih, paru, dan hati) juga kelainan jinak lain(endometriosis, m i o m a uteri, abses tubo-ovarium, kista o v a r i u m jinak, kehamilan ek-topik, divertikulitis, atau keadaan fisiologis seperti kehamilan dan menstruasi). Padawanita pascamenopause peningkatan C A 125 tanpa adanya kanker ovarium m e m p u -nyai nilai faktor prognostik terhadap adanya kanker lainnya.'^-'^''^ K a n k e r o v a r i u m e p i t e l l a i n n y a s e p e r t i j e n i s m u s i n o s u m a t a u borderline k u r a n g j e l a shubungannya dengan kenaikan kadar C A 125 jika dibandingkan dengan jenis epitelserosum.
SKRINING DAN PENANDA TUMOR 107 Dalam 5 tahun ini penemuan tentang penanda tumor spesifik yang baru berkem-bang pesat.Tabel 9-1. Penanda tumor yang dipergunakan untuk skrining kanker ovariumPenanda tumor DeskripsiCX72-4 atauTAG 72 K a n k e r a n t i g e n 7 2 a t a u tumor-associated glycoprotein 71M-CSF merupakan antigen permukaan glikoprotein dijumpai padaOVXl kanker ovarium, ko on, gaster Peningkatan antigen ini le-LPA bih sering pada jenis musinosum.Prostasin S e r u m macrophage colony-stimulating factor m e r u p a k a n p r o -Osteopontin duk sitokin tjalk epitel normal maupun t u m o r epitel ova-Inhibin rium.Kallikrein Monoklonal antibodi yang dikenal merupakan penentu antigen pada kanker ovarium dan payudara. Lysophosphatidic acid a d a l a h f o s f o l i p i d b i o a k t i f d a n m e r u - pakan biomarker yang potensial pada kanker ovarium atau tanker ginekologik lainnya. Merupakan protease serine yang normalnya disekresi oleh kelenjar prostat. Sebagai biomarker yang mengidentifikasi overexpression d a r i g e n m e m p e r g u n a k a n t e k n o l o g i micro- array p a d a p o o l R N A p a d a k a n k e r o v a r i u m . Merupakan biomarker yang diidentifikasi dengan meng- e k s p l o i t a s l t e k n i k profiling e k s p r e s i g e n u n t u k m e n d e t e k s i kanlcer ovarium jenis epitel. Merupakan produk ovarium yang menurun dantak terdeteksi setelah usia pascamenopause. Pada kanker jenis m u s i n o s u m , sex cord stromal ( t u m o r s e l g r a n u l o s a ) k a d a r inhibin meningkat. Keluarga gen h u m a n kallikrein terdiri atas 15 anggota, ter- masuk antigen spesifik prostat (hK3). D u a anggota kalli- krein ( h K 6 d a n h K l O ) bermanfaat sebagai biomarker untuk diagnosis kanker ovarium.M e n o n U, Jacobs IJ. T u m o r markers and screening. I n Berek JS, H a c k e r N F . (eds) P r a c t i c a lGynecologic oncology 4'^ edition. Lippincot W i l l i a m s & W i l k i n s , 2 0 0 5 : 4 3 - 6 6 . Penggunaan penanda t u m o r secara multipel meningkatkan sensitivitas u n t u k m e n -deteksi kanker ovarium. Pada u m u m n y a peningkatan sensitivitas akan berdampak me-nurunkan spesiflsltasnya. Menggunakan panil 8 penanda tumor yang berbeda ( C A125, M - C S F , O V X l , L A S A , C A 15- 3, C A 72- 4, C A 19 - 9, C A 54/61) memper-baiki sensitivitas dalam membedakan keganasan dan massa tumor ovarium jinak.2°
108 D E T E K S I D I N IP E N C I T R A A N {IMAGING) S E B A G A I P E N A N D A T U M O RUltrasonografi ( U S G ) adalah salah satu alat penchraan yang digunakan u n t u k keper-luan diagnostik sebagai pelengkap pemeriksaan klinik dalam penatalaksanaan asuhanp a s i e n . S k r i n i n g d e n g a n u l t r a s o n o g r a f i real-time m e r u p a k a n s u a t u c a r a u n t u k m e n d e -teksi secara dini perubahan struktur organ genitalia, khususnya ovarium, dalam proseskarsinogenesis. Ultrasonografi transvaginal merupakan suatu teknik pemeriksaan yangsering dilakukan karena hasilnya lebih akurat. Pada tumor ovarium, pemeriksaan U S G sebaiknya diulangi 4 - 6 minggu kemudianu n t u k m e n g u r a n g i false positive rate. D a r i p e n e h t i a n s k r i n i n g t u m o r o v a r i u m m e m -pergunakan U S G , kista kurang dari 10 cm,unilokuler/simpleks ditemukan pada 1 8 %wanita pascamenopause lebih dari 50tahun, yang risiko keganasannya sangat rendah.Sebaliknya, bila didapatkan kista ovarium dengan bagian-bagian padat atau dindingkista yang tidak normal/berjonjot maka risiko keganasannya sangat tinggi.^''^^ U n t u k menurunkan jumlah kasus positif palsu, berbagai protokol skrining t u m o rovarium dikembangkan dengan membuat sistem skoring atau indeks morfologik ber-dasarkan volume tumor, dinding tumor, adanya jonjot/papil dalam dinding tumor,kompleksitas t u m o r (lobus, ketebalan septa, ekhogenitas isi kista, perangai dindingkista).23.24,25 Neovaskularisasi pada t u m o r ganas ovarium dapat dipakai sebagai deteksi dini danpertumbuhan kanker ovarium. Pertumbuhan t u m o r ganas akan mengandung pembu-luh darah kapiler baru yang otot polosnya lebih sedikit dan menyebabkan resistensialiran darah berkurang bila dibandingkan dengan pembuluh darah tumor jinak ova-r i u m . D e n g a n t e k n i k U S G color flow doppler p e r b e d a a n r e s i s t e n s i a l i r a n d a r a h i n idapat dipakai untuk penanda t u m o r membedakan kanker dari t u m o r jinak ovarium,walaupun hingga sekarang metode doppler untuk meningkatkan spesifisitas U S G d i -a g n o s t i k b e l u m t e r b u k t i b e r m a k n a . ^ ^ W a l a u p u n mean pulsatily index ( P I ) d a r i p e m -buluh darah yang menyuplai kanker ovarium lebih rendah dari tumor ovarium jinak,keadaan tumpang tindih resistensi pembuluh darah antara dua jenis t u m o r dapatm e n c e g a h t e r j a d i n y a p e r b e d a a n a l i r a n d a r a h k a n k e r o v a r i u m d a r i t u m o r j i n a k . Cut offPulsatily index < 1,0 d a n i n d e k s r e s i s t e n s i < 0 , 4 a t a u 0 , 6 . \}SG power doppler 3 Dp a d a s a a t i n i b a n y a k d i g u n a k a n d a n d i n y a t a k a n l e b i h a k u r a t d a r i p a d a U S G powerdoppler 2 D . 2 6 Pada kanker endometrium, U S G transvaginal dipakai sebagai penanda t u m o r dalammenghitung ketebalan e n d o m e t r i u m . Pada wanita pascamenopause dengan gejala per-d a r a h a n d a n b u k a n p e n g g u n a t e r a p i s u l i h h o r m o n cut off k e t e b a l a n e n d o m e t r i u m >4 m m , sensitivitasnya dalam mendeteksi kanker endometrium sebesar 9 8 % dande-n g a n negative predictive value 9 9 % . N i l a i cut off i n i e f e k t i f d a l a m m e n y i n g k i r k a natrofi endometrium, tapi tidak dapat membedakan hiperplasia dengan kanker e n -d o m e t r i u m . 2 ^ P a d a w a n i t a p a s c a m e n o p a u s e t a n p a k e l u h a n p e m e r i k s a a n U S G colordoppler u n t u k m e n d e t e k s i k a n k e r e n d o m e t r i u m s t a d i u m p r a k l i n i k l e b i h s e n s i t i f d a r i -pada biopsi e n d o m e t r i u m saja.^^ Pada w a n i t a a s i m p t o m a t i k y a n g mendapat pengo-
SKRINING DAN PENANDA TUMOR 109batan tamoksifen jangka panjang, tidak dijumpai kelainan penebalan endometriumkarena perubahan yang terjadi dijumpai pada jaringan stroma dan miometrium.RUJUKAN 1. Gitzelmann R. Rationales for genetic screening. Human genetics, Part B: Medical Aspects 1982: 425-36 2. N C I . Genetic testing for B R C A l and BRCA2: It's your choice. 2002 http://www.cancergov 3. Lerman C , Croyle R. Psychological issues in genetic testing for breast cancer susceptibility. Arch Intern Med 1994; 154: 609-16 4. Kerlikowske K, Brown JS, Grady D G . Should women with familial ovarian cancer undergo prophylactic oophorectomy? Obstet Gynecol 1992; 80: 700-7 5. National Cancer Institute. Women's health Report, Fiscal Years 2003 - 2004. March, 2005 6. Parkin D M . Bray F I , Devesa SS. Cancer burden in the year 2000. The global picture. Eur J Cancer 2001; 37: S4-S66 7. Sasieni P, Adam J . Analysis of cervical cancer mortality and incidence data from England and Wales: evidence of a beneficial effect of screening. JR Stat Soc (A) 2000; 163: 191-209 8. l A R C Working group on cervical cancer screening. Summary Chapter. In Hakama M, Miller A B , Day N E , eds. Screening for cancer of uterine cervix, Lyons, France, l A R C 1986; 133-42 9. Nanda K, McCrory D C , Myers E R , et al. Accuracy of the Papanicolau test in screening for and follow-up of cervical cytologic abnormalities: a systematic review. Ann Intern Med 2000; 132: 810-910. Payne N , Chilcott J , McGoogan E . Liquid based cytology in cervical screening: a rapid and systematic review. Health technology Assessment 2004; 411. Walboomers JMM, Jacobs M Y Manos MM, et al. Human papillomavirus is a necessary cause of invasive cervical cancer worldwide. J Pathol 1999; 189: 12-912. Wilson J , Jungner G . W H O principles and practice of screening for disease. Geneva: World Health Organization 1968: 66-713. Suresh MR. Classification of tumor markers. Anticancer Res 1996; 16: 2273-714. Bast R C Jr, Klug T L , St John E , Jenison E , Niloff JM, Lazarus H , et al. A radioimmunoassays using a monoclonal antibody to monitor the course of epithelial ovarian cancer. N Engl J Med 1983; 309: 883-715. Canney PA, Moore M, Wilkinson PM, James R D . Ovarian cancer antigen CAI25: prospective clinical assessment of its role as a tumor marker. Br J Cancer 1984; 50: 765-916. Zurawski V R Jr, Orjaseter H , Andersen A, Jellum E . Elevated serum C A 125 levels prior to diagnosis of ovarian neoplasia: relevance for early detection of ovarian cancer. Int J Cancer 1988; 42: 677-8017. Einhorn N , Sjovall K, Knapp R C , Hall P, Scully RE, Bast R C Jr, Zurawski V R J r . Prospective evaluation of serum C A 125 levels for early detection of ovarian cancer. Obstet Gynecol 1992; 80: 14-818. Meden H , Fattahi-Meibodi A. CA125 in benign gynaecological condition. Int J Biol Markers 1998; 13: 231-719. Jeyarajah IJ, Ind T E , MacDonald N , Skates S, Oram D H , Jacobs IJ. Increased mortality in post- menopausal women with serum CA125 elevation. Gynecol Oncol 1999; 73: 242-620. Woolas RP, Xu FJ, Jacobs IJ, Yu Y H , Daly L , Berchuck A, et al. Elevation of multiple serum markers in patients with stage 1 ovarian cancer. J Natl Cancer Inst 1993; 85: 1748-5121. Bailey C L , Ueland F R , Land G L , DePriest P D , Gallion H H , Kryscio RJ, et al. The malignant potential of small cystic ovarian tumors in women over 50 years of age. Gynecol Oncol 1998; 69: 3-7
110 D E T E K S I D I N I22. Modesitt S C , Pavlik EJ, Ueland F R , DePriest PD, Kryscio RJ, van Nagel JR. Risk of malignancy in unicular ovarian cystic tumours less than 10 centimeters in diameter. Obstet Gynecol 2003; 102: 594-923. Ueland F R , DePriest P D , Pavlik E J , Kryscio RJ, van Nagel JR Jr. Praeoperative differentiation of malignant from benign ovarium turnors: the efficacy of morphology indexing and Doppler flow sonog- raphy Gynecol Oncol 2003; 91: 46-5024. Ferrazzi F, Zanetta G , Dordoni D, Berlanda N , Mezzopane R, Lissoni A A , Lissoni G. Transvaginal ultrasonographic characterization of ovarian masses: comparison of five scoring systems in a multicenter study Ultrasound Obstet Gynecol 1997; 10: 192-725. Mol B, Boll D , DeKanter M, Heintz APM, Sijmons E A , Oei SG, et al. Distinguishing the benign and malignant adnexal mass: an external validation of prognostic models. Gynecol Oncol 2001; 80: 162-726. Kurjak A, Kupesic S, Sparac V, Prka M, Bekavac L . Tfie detection of stage I ovarian cancer by three dimensional sonography and power doppler. Gynecol Oncol 2003; 90: 258-6427. Fistonic I , Hodek B, Klaric P, Jokanovic L , Grubisic G , Ivicevic-Bakulic T. Transvaginal sonographic assessement of premalign.ant changes in the endometrium in postmenopausal. J Clin Ultrasound 1997; 25: 431-528. Shipley C F 3'\"'' ,Simmons C L , Nelson G H . Comparison of transvaginal sonography with endometrial biopsy in asymptomatic postmenopausal women. J Ultrasound Med 1994; 13: 99-104
Search
Read the Text Version
- 1 - 10
Pages: