Nur Wahyu RochmadiILMUPENGETAHUANSOSIALJILID 2SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan NasionalDilindungi Undang-undangILMUPENGETAHUANSOSIALJILID 2Untuk SMK : Nur Wahyu Rochmadi : WidodoPenulis : TIMEditor : 18,2 x 25,7 cmPerancang KulitUkuran BukuROC ROCHMADI, Nur Wahyui Ilmu Pengetahuan Sosial Jilid 2 untuk SMK /oleh Nur Wahyu Rochmadi ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. x. 206 hlm Daftar Pustaka : A1-A6 ISBN : 978-602-8320-34-4 978-602-8320-36-8Diterbitkan olehDirektorat Pembinaan Sekolah Menengah KejuruanDirektorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan MenengahDepartemen Pendidikan NasionalTahun 2008
KATA SAMBUTANPuji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dankarunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan SekolahMenengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasardan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008,telah melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaranini dari penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melaluiwebsite bagi siswa SMK.Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh BadanStandar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMKyang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam prosespembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12tahun 2008.Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepadaseluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanyakepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luasoleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia.Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepadaDepartemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download),digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannyaharus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Denganditayangkannya softcopy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakatuntuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di seluruhIndonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapatmemanfaatkan sumber belajar ini.Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajardan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kamimenyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Olehkarena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan. Jakarta, Direktur Pembinaan SMK
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadhirat Tuhan Yang maha Esa,yang telah melimpahkan rahmad dan hidayahnya kepada kami sehinggabisa menyelesaikan buku ini. Buku Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ini disusun dengan tujuanakan dipergunakan sebagai bahan ajar dalam kegiatan pembelajaranmata pelajaran IPS di SMK, baik oleh guru maupun oleh siswa. Penyusunan buku ini didasarkan pada standar isi mata pelajaranIPS, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Permen No. 22 tahun2006 tentang standar isi mata pelajaran IPS untuk SMK. Penyusunan buku ini diawali dengan melakukan pengembanganstandar isi yang mengacu pada standar kompetensi lulusan danpengembangan keilmuan. Selain itu juga dilkukan memperhatikankarakteristik kurikulum, kharakteristik siswa dan guru serta sekolah, sertaberbagai prinsip pembelajaran, maka materi pembelajaran ini diharapkanlekat dengan kehidupan siswa SMK dan secara kompetitif diharapkanmampu memberikan fasilitas bagi mereka sehingga memungkinkanuntuk berdialog dalam pengembangan diri dan memecahkan berbagaimacam permasalahan sosial secara kontekstual. Banyak sekali harapan kami dalam penulisan buku ini ingindisampaikan pada waktu awal penulisan, namun karena keterbatasnwaktu berbagai harapan tersebut tinggal harapan, tidak bisa dituangkandalam buku ini, sehingga kami kadang belum bisa menerima. Berkaitan dengan itu kami mengharapkan kepada semua piohakuntuk bisa memberikan saran perbaikan buku ini. Mudah-mudahan dariapa yang ada ini, yang sangat sederhana ini dapat memberikan referensiawal bagi siswa dan guru SMK dalam mengenal IPS. Malang, 31 Desember 2007 Penulis ii
DAFTAR ISIBAB 1................................................................................................................................ 1MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL ................................................................. 1 A. MANUSIA SEBAGAI MAKLUK INDIVIDU ........................................................ 1 B. MANUSIA SEBAGAI MAKLUK SOSIAL ......................................................... 2 C. KEPRIBADIAN ....................................................................................................... 9 1. Unsur-Unsur Kepribadian ............................................................................. 14 2. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Pembentukan Kepribadian . 21 3. Teori Kepribadian............................................................................................ 30 4. Bentuk Kepribadian Manusia ....................................................................... 40 D. INTERAKSI SOSIAL ........................................................................................... 43 1. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial ................................................. 45 E. RINGKASAN......................................................................................................... 62BAB 2.............................................................................................................................. 65KEBANGKITAN NASIONAL....................................................................................... 65 A. KOLONIALISME DAN IMPERIALISME DI INDONESIA............................... 65 1. Imperialisme Belanda dan Inggris .............................................................. 66 2. Perlawanan Menentang Praktek Imperialisme dan Kolonialisme....... 75 3. Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia .......................... 85 B. KESADARAN NASIONAL................................................................................ 110 1. Semangat Kebangsaan (Nasionalisme) ................................................. 110 Gebyar-Gebyar ......................................................................................................... 1 2. Sebab-sebab Timbulnya Nasionalisme ................................................... 111 3. Tujuan Nasionalisme.................................................................................... 111 4. Akibat Nasionalisme..................................................................................... 112 5. Tahap-tahap Pertumbuhan Nasionalisme .............................................. 112 6. Faktor Pendorong Munculnya Nasionalisme di Indonesia ................ 113 7. Perbedaan Nasionalisme Asia dan Eropa .............................................. 113 8. Konsep Lain yang Berhubungan dengan Nasionalisme .................... 114 C. PERGERAKAN NASIONAL............................................................................. 115 1. Pengertian ....................................................................................................... 115 2. Faktor Pendorong Munculnya Pergerakan Nasional Indonesia ....... 116 3. Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia ........................................... 119 D. IDENTITAS NASIONAL .................................................................................... 139 1. Pengertian ....................................................................................................... 139 2. Proses Pembentukan Identitas Nasional ................................................ 140 3. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Nasional ......... 141 4. Simbol-Simbol Kenegaraan sebagai Identitas Nasional..................... 143 E. RINGKASAN....................................................................................................... 150BAB 3............................................................................................................................ 156KEBUTUHAN MANUSIA ........................................................................................... 156 A. KEBUTUHAN HIDUP MANUSIA..................................................................... 156 B. MACAM-MACAM KEBUTUHAN MANUSIA ............................................... 161 1. Kebutuhan Menurut Intensitasnya ...................................................... 161 2. Kebutuhan Menurut Sifatnya ................................................................ 162 3. Kebutuhan Menurut Waktu.................................................................... 162 ii
4. Kebutuhan Menurut Wujud.................................................................... 163 5. Kebutuhan Menurut Subyek.................................................................. 163 C. UPAYA MANUSIA MEMENUHI KEBUTUHAN........................................... 165 D. ALAT PEMUAS KEBUTUHAN ...................................................................... 168 E. NILAI KEGUNAAN............................................................................................. 170 F. MASALAH POKOK EKONOMI ..................................................................... 172 G. RINGKASAN ...................................................................................................... 174BAB 4............................................................................................................................ 176KONSEP-KONSEP EKONOMI................................................................................. 176 A. KEGIATAN PEREKONOMIAN ........................................................................ 176 B. PRODUKSI ........................................................................................................ 177 C. SISTEM PEREKONOMIAN ............................................................................ 184 1. Sistem Ekonomi Pasar Bebas atau Liberal ....................................... 184 2. Sistem Ekonomi Campuran................................................................... 187 3. Sistem Ekonomi Perencanaan Terpusat atau Terencana.............. 187 4. Sistem Ekonomi Kapitalis Pasar Negara Maju ...................................... 188 5. Ekonomi Sosialis Pasar............................................................................... 189 D. PELAKU KEGIATAN EKONOMI................................................................... 190 E. PRINSIP EKONOMI ......................................................................................... 191 F. MOTIF EKONOMI............................................................................................. 194 G. PERMINTAAN (DEMAND)........................................................................... 195 H. PENAWARAN (SUPPLY) ............................................................................... 197 I. KESEIMBANGAN HARGA............................................................................. 199 J. BENTUK-BENTUK STRUKTUR PASAR..................................................... 203 1. Pasar Persaingan Sempurna ................................................................ 205 2. Pasar Monopolistik.................................................................................. 205 3. Pasar Oligopoli ......................................................................................... 205 4. Pasar Monopoli......................................................................................... 205 K. KAPITAL.............................................................................................................. 206 1. Sumber-Sumber Kapital .............................................................................. 208 f. Investasi asing................................................................................................ 213 L. TEKNOLOGI DAN FUNGSI WIRASWASTA................................................. 218 1. Teknologi......................................................................................................... 219 2. Wiraswasta...................................................................................................... 221 3. Terbentuknya Wiraswasta .......................................................................... 223 4. Inovasi.............................................................................................................. 224 M. RINGKASAN ...................................................................................................... 229BAB 5............................................................................................................................ 232STRUKTUR SOSIAL .................................................................................................. 232 A. MASYARAKAT .................................................................................................. 233 1. Komunitas (community) .............................................................................. 234 2. Pengelompokkan Masyarakat.................................................................... 234 B. PELAPISAN MASYARAKAT........................................................................... 236 1. Sifat-Sifat Lapisan Masyarakat .................................................................. 239 2. Kelas-Kelas dalam Masyarajat (Social Classes) .............................. 240 3. Dasar Lapisan Masyarakat .................................................................... 241 4. Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat ....................................................... 242 C. STRUKTUR SOSIAL ......................................................................................... 247 D. PRANATA SOSIAL ........................................................................................... 259 1. Ciri Umum Pranata Sosial ........................................................................... 259 iii
2. Unsur-unsur Pranata Sosial ....................................................................... 260 3. Pengelompokkan Pranata Sosial .............................................................. 260 4. Tipe-Tipe Pranata Sosial ............................................................................. 261 5. Proses Pembentukan Pranata Sosial....................................................... 262 6. Fungsi Pranata Sosial .................................................................................. 262a. Pranata Keluarga................................................................................................... 263b. Pranata Pendidikan .............................................................................................. 264c. Pranata Agama ...................................................................................................... 264d. Pranata Ekonomi................................................................................................... 264e. Pranata Politik........................................................................................................ 264 E. MOBILITAS SOSIAL ......................................................................................... 265 1. Cara Untuk Melakukan Mobilitas Sosial.................................................. 266 2. Faktor Penghambat Mobilitas Sosial ........................................................ 267 3. Beberapa Bentuk Mobilitas Sosial........................................................... 268 a. Mobilitas sosial horizontal.......................................................................... 268 b. Mobilitas sosial vertikal.............................................................................. 269 c. Mobilitas antargenerasi.............................................................................. 269 d. Mobilitas intragenerasi............................................................................... 270 e. Gerak Sosial Geografis ............................................................................... 270 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial ....................... 270 5. Saluran-Saluran Mobilitas Sosial......................................................... 271 6. Dampak Mobilitas Sosial........................................................................ 273 7. Masyarakat Pedesaan (Rural Community) dan Masyarakat Perkotaan (Urban Community)........................................................................................... 274 F. PERUBAHAN SOSIAL...................................................................................... 279 G. RINGKASAN ...................................................................................................... 281BAB 6............................................................................................................................ 285KONFLIK SOSIAL ...................................................................................................... 285 A. PENGERTIAN KONFLIK SOSIAL .................................................................. 285 B. SUMBER KONFLIK SOSIAL........................................................................... 292 1. Faktor Penyebab Konflik................................................................................. 294 a. Perbedaan individu....................................................................................... 294 b. Perbedaan latar belakang kebudayaan ................................................... 295 c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok .................... 295 d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat .......................................................................................................... 296 C. BENTUK KONFLIK SOSIAL.......................................................................... 296 D. PROSES KONFLIK.......................................................................................... 299 E. POLA PENYELESAIAN KONFLIK ............................................................... 301 1. Macam-macam Pola Pengelolaan Konflik ......................................... 304 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Penyelesaian Konflik.... 308 F. RINGKASAN ..................................................................................................... 312BAB 7............................................................................................................................ 315MASYARAKAT MULTIKULTUR .............................................................................. 315 A. KEBUDAYAAN (CULTURE) .......................................................................... 315 1. Wujud Kebudayaan....................................................................................... 317 2. Unsur-unsur Kebudayaan...................................................................... 318 3. Kebudayaan sebagai Peradaban ......................................................... 322 4. Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi ......................................... 324 B. MULTIKULTURAL ........................................................................................... 326 iv
C. SEJARAH MULTIKULTURALISME.............................................................. 335 D. PENDIDIKAN MULTIKULTURAL.................................................................. 336 1. Tujuan Pendidikan Multikultural .......................................................... 339 2. Dimensi-dimensi Pendidikan Multikultural........................................ 342 2. Tahap-tahap Pengembangan Pendidikan Multikultural ................. 344 D. RINGKASAN ..................................................................................................... 346BAB 8............................................................................................................................ 351KERAGAMAN BUDAYA ........................................................................................... 351 A. BUDAYA LOKAL BUDAYA ASING DAN KEBUDAYAAN NASIONAL. 351 B. HUBUNGAN ANTAR BUDAYA..................................................................... 369 1. Budaya dan Komunikasi ........................................................................ 369 D. MASALAH KERAGAMAN BUDAYA............................................................ 385 1. Primordialisme.......................................................................................... 385 2. Konflik dan Integrasi Bangsa................................................................ 387 3. Integrasi Nasional .................................................................................... 389 4. Stereotif Etnis (Suku Bangsa)............................................................... 390 E. KEUNTUNGAN DARI KERAGAMAN BUDAYA......................................... 393 F. SIKAP TOLERANSI DAN EMPATI PADA MASYARAKAT YANG BERAGAM BUDAYANYA..................................................................................... 394 1. Empati dan Prasangka................................................................................. 395 G. RINGKASAN ..................................................................................................... 399BAB 9............................................................................................................................ 404SUMBERDAYA ALAM............................................................................................... 404 A. PENGERTIAN SUMBERDAYA ALAM......................................................... 404 B. SIFAT DAN MACAM SUMBERDAYA ALAM ............................................. 406 C. RUANG LINGKUP SUMBERDAYA ALAM ................................................. 421 D. PERMASALAHAN SUMBERDAYA ALAM ................................................. 422 E. KETERBATASAN SUMBER DAYA ALAM ................................................. 423 F. PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM..................................................... 426 1. Prinsip Daya Toleransi............................................................................ 427 2. Prinsip Hukum Minimum........................................................................ 427 3. Prinsip Faktor Pengontrol...................................................................... 427 4. Prinsip Ketanpabalikan .......................................................................... 428 5. Prinsip Pembudidayaan ......................................................................... 428 6. Prinsip Holisme ........................................................................................ 428 7. Pendekatan Progresif ............................................................................. 428 G. PENTINGNYA TEKNOLOGI DALAM PENGGUNAAN SUMBER- SUMBER ALAM ...................................................................................................... 429 H. FAKTOR-FAKTOR SOSIAL BUDAYA DAN PENGGUNAAN SUMBER- SUMBER ALAM ...................................................................................................... 430 I. KEADAAN EKONOMI YANG MEMBATASI PENGGUNAAN SUMBER- SUMBER ALAM ...................................................................................................... 431 J. RINGKASAN ..................................................................................................... 434LAMPIRAN A................................................................................................................... 1LAMPIRAN B................................................................................................................... 1LAMPIRAN C................................................................................................................... 1 v
SINOPSIS Paparan isi buku IPS untuk siswa SMK ini secara ringkasdiuraikan sebagai berikut. Bab 1, yang membahas tentang manusia selain sebagai maklukindividu yang mempunyai karakter khas masing-masing sehinggaberbeda dengan manusia yang lain, selain sebagai makluk individumanusia juga sebagai makluk social. Sebagai makluk social manusiaselalu berkelompok dan berinteraksi dengan manusia yang lainnya,dalam wadah keluarga, Bangsa dan Negara, dan berbagai macamkelompok lainnya misalnya organisasi. Oleh karena itu dalam bahasan inijuga dibahas tentang interaksi sosial dan bentuk-bentuk interaksi sosial.Pada Bab ini juga dibahas tentang kepribadian manusia, mulai daridasar-dasar teori hingga proses pembentukan kepribadian manusia.Selanjutnya dipaparkan kajian tentang sosialisasi, internalisasi sebagaisuatu proses pembentukan kepribadian manusia. Pada Bab 2, membahas tentang kebangkitan nasional, kajianpada bab ini difokuskan pada perkembangan pergerakan nasionalIndonesia dalam menghadapi praktek imperialisme dan kolonialisme diIndonesia hingga terwujudnya Indonesia merdeka. Oleh karena itu kajiandiawali dengan paparan pelaksanaan kolonialisme dan imperialismeBelanda, Inggris dan Jepang di Indonesia, termasuk juga perlawananrakyat Indonesia terhadap para kolonialis tersebut. Selain itu dalampemaparan hal tersebut juga dijelaskan akibat dari praktek kolonialismedan ilmperialisme tersebut bagi rakyat Indonesia. Paparan berikutnya menguraikan tentang pergerakan nasionaldalam mengusir kaum kolonialis dan imperialis tersebut hingga mencapaikemerdeaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, munculnya kesadarannasional bangsa Indonesia, serta munculnya identitas nasional sebagaibangsa Indonesia. Pada Bab 3 dipaparkan tentang kebutuhan manusia, sifatkebutuhan manusia, keragaman dan perkembangan kebutuhan hidupmanusia, alat pemuas kebutuhan, serta cara-cara manusia memenuhikebutuhan hidupnya. Selain itu juga dipaparkan nilai kegunaan, sumber-sumber ekonomi dan masalah-masalah pokok ekonomi. Bab 4 menguraikan tentang konsep-konsep ekonomi dalamkaitannya dengan kegiatan ekonomi manusia sebagai upaya memenuhikebutuhan hidupnya, pelaku kegiatan ekonomi, prinsip-prinsip ekonomi,motif ekonomi, konsumsi, distribusi dan produksi, hukum permintaan danpenawaran, faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran,keseimbangan harga dan pasar. Sajian diperkaya degan paparan tentangkapital dan hubungan teknologi dengan wiraswasta. Bab 5 menguraikan tentang struktur sosialdalam kehidupanmanusia, mulai dari paparan pengertian struktur sosial, bentuk struktursosial, mobilitas sosial, pranata sosial dan perubahan sosial. vi
Bab 6 menguraikan tentang konflik sosial, mulai dari pengertian,kedudukan konflik dalam kehidupan manusia, sumber-sumber konflik,faktor penyebab konflik, bentuk-bentuk konflik sosial hingga polapenyelesaian konflik. Bab 7 menguraikan tentang masyarakat multikultur. Konsepmultikultur akhir-akhir banyak menarik minat perhatian untuk dikaji, dalampaparan ini diuraikan apa itu masyarakat multikultur, keberadaankelompok sosial dalam masyarakat multikultur secara integratif,perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultur, hinggapengembangan masyarakat multikultur tersebut melalui pendidikan. Bab 8 mengulas tentang kesamaan dan keragaman budaya.Paparan diwali dengan sajian klarifikasi konsep budaya lokal, budayaasing dan budaya nasional, kemudian dilanjutkan dengan keragamanbudaya dan potensinya dalam pengembangan masyarakat, masalahkeragaman budaya dan pola penyelesaiannya, pengembangan sikaptoleransi dan empati untuk menghadapi adanya keragaman budayadalam masyarakat. Tetapi sebelum itu diulas tentang komunikasi antarbudaya sebeagai salah satu bentuk pengembangan potensi keragamanbudaya dalam pemberdayaan masyarakat. Pada bab 9 dipaparkan tentang sumber daya alam, mulai darimacam-macam sumber daya alam, ruang lingkup, pengelolaan danpemanfaatan sumber daya alam, keterbatasan sumber daya alam,pentingnya teknologi dalam pengelolaan sumber daya alam hinggapelestarian sumber daya alam. Kajian ini merupakan pengayaandengan tujuan untuk meningkatkan wawasan siswa, sekaligus jugasebagai pelengkap dalam kajian IPS. Sebagaimana diketahuikajian tentang IPS tidak bisa dilepaskan dengan materi sumberdaya alam dan lingkungan. vii
PETA KOMPETENSI Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)A. Pendahuluan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu mata pelajaran yang fokus kajiannya seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMK/MAK mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi, dan Antropologi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, berpartisipasi, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat. Kemampuan tersebut diperlukan untuk memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis.B. Tujuan Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 2. Berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Berkomitmen terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.C. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Manusia, tempat, dan lingkungan 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan 4. Sistem sosial dan budaya. viii
D. Standar Kompetensi Standar Kompetensi Kompetensi Dasar1. Memahami 1. 1 Mengidentifikasi interaksi sebagai kehidupan sosial proses sosial manusia 1. 2 Mendeskripsikan sosialisasi sebagai2. Memahami proses proses pembentukan kepribadian kebangkitan nasional 1. 3 Mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi sosial 2. 1 Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah 2. 2 Menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia3. Memahami 3. 1 Mengidentifikasi kebutuhan manusia 3. 2 Mendeskripsikan berbagai sumber permasalahan ekonomi dalam ekonomi yang langka dan kebutuhan kaitannya dengan manusia yang tidak terbatas kebutuhan manusia, kelangkaan dan 3. 3 Mengidentifikasi masalah pokok sistem ekonomi ekonomi, yaitu tentang apa,4. Memahami konsep bagaimana, dan untuk siapa barang dan jasa diproduksi ekonomi dalam kaitannya dengan 4. 1 Mendeskripsikan berbagai kegiatan kegiatan ekonomi konsumen dan ekonomi dan pelaku-pelakunya produsen termasuk permintaan, 4. 2 Membedakan prinsip ekonomi dan penawaran, keseimbangan motif ekonomi harga, dan pasar 4. 3 Mendeskripsikan peran konsumen dan produsen 4. 4 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran 4. 5 Menjelaskan hukum permintaan dan hukum penawaran serta asumsi yang mendasarinya 4. 6 Mendeskripsikan pengertian keseimbangan dan harga 4. 7 Mendeskripsikan berbagai bentuk pasar, barang dan jasa ix
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar5. Memahami struktur 5. 1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk sosial serta berbagai struktur sosial dalam fenomena faktor penyebab kehidupan konflik dan mobilitas sosial 5. 2 Menganalisis faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat6. Mendeskripsikan 6. 1 Mendeskripsikan berbagai kelompok kelompok sosial sosial dalam masyarakat multikultural dalam masyarakat multikultural 6. 2 Mendeskripsikan perkembangan7. Memahami kelompok sosial dalam masyarakat multikultural kesamaan dan keberagaman 6. 3 Mendeskripsikan keanekaragaman budaya kelompok sosial dalam masyarakat multikultural 7. 1 Mengidentifikasi berbagai budaya lokal, pengaruh budaya asing, dan hubungan antarbudaya 7. 2 Mendeskripsikan potensi keberagaman budaya yang ada di masyarakat setempat dalam kaitannya dengan budaya nasional 7. 3 Mengidentifikasi berbagai alternatif penyelesaian masalah akibat adanya keberagaman budaya 7. 4 Menunjukkan sikap toleransi dan empati sosial terhadap keberagaman budaya x
BAB 5 STRUKTUR SOSIAL Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat.Manusia menjadi manusia karena dia tinggal dan hidup di dalammasyarakat. Sejak lahir sampai dengan kematiannya, dia tidak pernahhidup \"sendiri\" tetapi selalu berada dalam suatu lingkungan sosial yangberbeda-beda satu sama lainnya. Lingkungan sosial adalah suatu bagiandari suatu lingkungan hidup yang terdiri atas antar hubungan individu dankelompok dan pola-pola organisasi serta segala aspek yang ada dalammasyarakat yang lebih luas di mana lingkungan sosial tersebut merupa-kan bagian daripadanya. Lingkungan sosial tersebut dapat terwujud sebagai kesatuan-kesatuan sosial atau kelompok-kelompok sosial, tetapi dapat juga terwu-jud sebagai situasi-situasi sosial yang merupakan sebagian dari dan be-rada dalam ruang lingkup suatu kesatuan atau kelompok sosial. Kesatu-an-kesatuan sosial dan kelompok-kelompok sosial tersebut masing-masing mempunyai aturan-aturan yang berbeda satu dengan lainnya, dimana manusia yang terlibat atau berada di dalamnya harus mentaatiaturan-aturan tersebut dalam berbagai hubungan-hubungan sosial yangdilakukannya menurut masing-masing kelompok dan kesatuan sosial. Dalam setiap masyarakat, jumlah kelompok dan kesatuan sosialitu bukan hanya satu, sehingga seorang warga bisa termasuk dalamberbagai kelompok dan kesatuan sosial yang ada di masyarakat. Di satupihak dia termasuk dalam suatu kesatuan sosial yang terorganisasimenurut aturan-aturan kekerabatan, seperti: keluarga, kelompok orang-orang yang seketurunan, atau kelompok orang-orang yang digolongkansebagai sekerabat, dan sebagainya; dia juga bisa menjadi anggota atauwarga organisasi yang ada dalam wilayah tempat tinggalnya, seperti: RT,RW, Paguyuban Pemuda Kampung atau desa, dan sebagainya; dia jugabisa menjadi anggota dari berbagai perkumpulan dan organisasi ditempat kerjanya; ataupun menjadi anggota berbagai perkumpulan yangdimasukinya karena dia merasa sebagai satu golongan dengan perkum-pulan tersebut (yang terwujud berdasarkan atas persamaan umur, jeniskelamin, perhatian ekonomi, perhatian dan ide politik, asal suku bangsa,dan daerah yang sama, dan sebagainya), dan juga karena persamaankesenangan atau hobi dengan sejumlah orang lainnya. 232
A. MASYARAKAT Istilah atau kata masyarakat sering muncul dalam berbagai media dandipergunakan orang dengan berbagai keperluan dan maksud serta makna. Cobakalau kita perhatikan media cetak atau elektronik seperti acara televisi, makaakan ditemukan banyak sekali maksud dan keperluan serta makna dari katamasyarakat yang dipergunakan oleh pelaku media. Penggunaan kata masyarakat seringkali tercampuradukkan dalamkehidupan sehari-hari. Disatu waktu kata “masyarakat” dipergunakan sesuaidengan makna kata “masyarakat” itu sendiri. Tetapi, terkadang kata masyarakatdipergunakan untuk makna yang bukan sebenarnya, seperti kata “rakyat”.Bahkan makna masyarakat tersebut sering dicampuradukan dengan istilah“komunitas”. Kata masyarakat dalam bahasa Inggrisnya society, sedangkan katakomunitas dalam bahasa Inggrisnya community. Dua istilah (konsep) tersebutsering ditafsirkan secara sama, padahal sangat berbeda artinya. Society ataumasyarakat berbeda dengan komunitas (community) atau masyarakat setempat.Terdapat perbedaan mendasar antara kedua konsep tersebut. Krech, seperti yang dikutip Nursid (2000), mengemukakan bahwamasyarakat adalah “is that it is an organized collectivity of interacting peoplewhose activities become centered arounds a set of common goals, and who tendto share common beliefs, attitudes, and modes of action. Jadi ciri atau unsurmasyarakat adalah kumpulan orang; sudah terbentuk lama; sudah memilikisistem sosial atau struktur sosial tersendiri; dan memiliki kepercayaan, sikap,dan perilaku yang dimiliki bersama. Fairchild et al (dalam Nursid, 2000) memberikan batasan masyarakatsebagai: “a group human beings cooperating in the pursuit of several of theirmajor interest, invariably including self maintenance and self-perpetuation. Theconcept of society includes continuity, complex associational relationships, and acomposition including representatives of fundamental human types, specificallymen, women, and children”. Berdasarkan pengertian ini, maka yang menjadi unsur dari masyarakatadalah kelompok manusia; adanya keterpaduan atau kesatuan diri berlandaskankepentingan utama; Adanya pertahanan dan kekekalan diri; adanya kesinam-bungan; dan adanya hubungan yang pelik diantara anggotanya. Sedangkan Horton (1993) sebagai “a relatively independents, self-perpetuating human group who accupy territory, share a culture, and have mostof their associations within this group”. Adapun ciri-ciri masyarakat adalahkelompok manusia; memiliki kebebasan dan bersifat kekal; menempati suatukawasan; memiliki kebudayan; dan memiliki hubungan dalam kelompok yangbersangkutan. Dengan demikian, karakteristik dari masyarakat itu terutama terletakpada kelompok manusia yang bebas dan bersifat kekal, menempati kawasantertentu, memiliki kebudayaan serta terjalin dalam suatu hubungan di antaraanggota-anggotanya. 233
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwamasyarakat adalah merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang mela-kukan interaksi-komunikasi dengan sesama, sedikit banyak bersifat kekal,berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinansecara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama, dan adanyakebudayaan yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut.1. Komunitas (community) Istilah komunitas atau “community” lebih jarang dipergunakan olehmanusia dibandingkan dengan istilah masyarakat. Komunitas adalah bagiankelompok dari masyarakat (society) dalam lingkup yang lebih kecil, serta merekalebih terikat oleh tempat (teritorial). Soerjono (1990) memaknai istilah community sebagai “masyarakatsetempat”, istilah mana menunjuk pada warga-warga sebuah desa, sebuah kota,suku atau suatu bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok besar ataukelompok kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakanbahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yangutama, mereka menjalin hubungan social (social relationship), maka kelompoktadi disebut masyarakat setempat. Masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yangbertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batastertentu dimana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebihbesar di antara anggota-anggotanya, dibandingkan interaksi dengan penduduk diluar batas wilayahnya. Masyarakat setempat (community) adalah suatu wilayah kehidupansosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Dasar-dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan semasyarakatsetempat. Jadi unsur komunitas adalah: adanya wilayah atau lokalitas, perasaansaling ketergantungan atau saling membutuhkan. Perasaan bersama antara anggota masyarakat setempat tersebutdisebut community sentiment. Setiap community sentiment memiliki unsur: (1)seperasaan; (2) sepenanggungan; dan (3) saling memerlukan. Unsur seperasaan karena mereka menganggap dirinya sebagai ”kami”ketimbang dengan ”saya”. Unsur sepenanggungan muncul karena setiapanggota masyarakat setempat sadar akan peranannya dalam kelompok. Unsursaling memerlukan muncul karena setiap anggota dari komunitas tidak bisamemenuhi kebutuhannya tanpa bantuan anggota lainnya. Ada salingketergantungan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya.2. Pengelompokkan Masyarakat Pada umumnya berdasarkan tempat tinggal masyarakat dikelompokkanmenjadi masyarakat desa dan masyarakat kota. Desa sering kali ditandaidengan kehidupan yang tenang, jauh dari hikuk pikuk keramaian, penduduknyaramah-tamah, saling mengenal satu sama lain, mata pencaharian penduduknya 234
kebanyakan sebagai petani, atau nelayan, walaupun ada yang menjadipedagang, tukang kayu atau tukang batu. Mereka mempunyai hubungan yanglebih erat dan mendalam antar sesama warganya. Sistem kehidupan biasanyaberkelompok, atas dasar kekeluargaan dan gotong-royong. Usia dan ketokohan sangat berperan dalam kehidupan orang desa.Orang-orang tua pada masyarakat desa, biasanya memegang peranan pentingdalam kehidupan bersama. Mereka adalah tempat meminta nasihat bilamengalami kesulitan, serta tempat untuk membicarakan sesuatu hal yang terkaitdengan kegiatan perayaan, hajatan atau kebiasaan masyarakat sehari-hari. Sebuah kota sering kali ditandai dengan kehidupan yang ramai,wilayahnya yang luas, banyak penduduknya, hubungan yang tidak erat satusama lain, dan mata pencaharian penduduknya bermacam-macam. Menurut Soerjono (1990), masyarakat kota dan desa memiliki perhatianyang berbeda, khususnya perhatian terhadap keperluan hidup. Masyarakat desapada umumnya, yang diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluanpokok, fungsi-fungsi yang lainnya diabaikan. Sedangkan pandangan masyarakatkota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, pandangan masyarakat sekitarnyajuga diperhatikan. Misalnya makan, bukan hanya sekedar kandungan gizi danenaknya saja yang diperhatikan, tetapi juga memperhatikan peralatan dantempatnya makan. Pembagian kerja (division of labor) pada masyarakat kotasudah terspesialiasasi. Begitu pula jenis profesi pekerjaan sangat banyakmacamnya (heterogen). Dari sudut keahlian (spesialisasi), seseorang mendalami pekerjaan padasatu jenis keahlian yang semakin spesifik, contohnya: ada dokter umum, dokterspesialis, seperti THT (telinga hidung tenggorokan), dokter ahli penyakit dalam(internis), dokter ahli kandungan (geneokolog), dan lain-lain. Disamping itu jenispekerjaan banyak sekali macamnya, contohnya ada tukang listrik, ada ahlibangunan, guru, polisi, tentara, akuntan, tukang sayur, dan lain-lain. Bahkankadang sangat spesifik, misalnya guru IPS untuk siswa SD, tukang listrik khususuntuk mobil otomatis. Antar satu jenis pekerjaan dengan pekerjaan lain sangat erat kaitannya,ada saling ketergantungan diantara mereka. Ibu-ibu rumah tangga sangattergantung pada tukang sayur, pada tukang listrik, pada tukang gas, sehinggakegiatan rumah tangga akan terganggu kalau salah satu diantara mereka tidakada. Ada saling ketergantungan yang tinggi antara anggota masyarakat yangsatu dengan yang lainnya karena perbedaan pekerjaannya. Satu jenis pekerjaandengan pekerjaan lainnya ada saling ketergantungan. Saling ketergantunganantara satu anggota masyarakat dengan masyarakat lainnya yang disebabkankarena perbedaan pekerjaan (heterogenitas pekerjaan), menurut EmileDurkheim disebut dengan solidaritas organis (organic solidarity). Masyarakat desa memiliki jenis pekerjaan yang sama, seperti bertani,berladang, atau sebagai nelayan. Kehidupan orang desa yang memiliki jenispekerjaan yang sama (homogen) sangat menggantungkan pekerjaannya kepadakeluarga lainnya. Mereka tidak bisa mengerjakan semuanya oleh keluarganyasendiri. Untuk mengolah tanah, memanen padi, atau pekerjaan bertani lainnya. 235
Mereka harus sepakat dengan yang lain menunggu giliran. Begitu pulajika ada pekerjaan lain, seperti membuat atau memperbaiki rumah, merekasudah atur waktunya supaya bisa dikerjakan bersama-sama. Salingketergantungan pada masyarakat yang disebabkan oleh karena adanya persa-maan dalam bidang pekerjaan oleh Emile Durkheim disebut dengan solidaritasmekanis (mechanic solidarity). Tonnies (dalam Soekanto, 1990) mengelompokkan masyarakat dengansebutan masyarakat gemainschaft dan geselschaft. Masyarakat gemainschaftatau disebut juga paguyuban adalah kelompok masyarakat dimana anggotanyasangat terikat secara emosional dengan yang lainnya. Sedangkan masyarakatgeselschaft atau patembeyan ikatan-ikatan diantara anggotanya kurang kuat danbersifat rasional. Paguyuban cenderung sebagai refleksi masyarakat desa,sedangkan patembayan refleksi masyakat kota.Tugas 5.1 1. Menurut pendapatmu, siswa-siswa di suatu sekolah dapatkah dikatakan sebagai masyarakat? Mengapa? 2. Apakah dalam kehidupan siswa di sekolah terjadi pengelompokkan sesuai dengan kehendak masing-masing? Apakah buktinya?B. PELAPISAN MASYARAKAT Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentuterhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Peng-hargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkanhal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari lainnya. Kalau suatumasyarakat lebih menghargai kekayaan material daripada kehormatan,misalnya, mereka yang mempunyai kekayaan material lebih banyak akanmenempati kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pihak lainyang mempunyai kekayaan lebih rendah. Gejala tersebut menimbulkanlapisan masyarakat, yang merupakan pembedaan posisi seseorang atausuatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal. Aristoteles (Yunani) pernah mengatakan bahwa di dalam negaraterdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang miskin, danyang berada di tengah-tengahnya. Ucapan demikian sedikit banyak mem-buktikan bahwa di zaman itu, orang telah mengakui adanya lapisan ma-syarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat-tingkat (Horton, 1993). Pitirin A. Sorokin (dalam Soekanto, 1990), mengatakan bahwasistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masya-rakat yang hidup teratur. Barangsiapa yang memiliki sesuatu yangberharga dalam jumlah yang sangat banyak, dianggap masyarakatberkedudukan dalam lapisan atasan. Mereka yang hanya sedikit sekali 236
atau tidak memiliki sesuatu yang berharga dalam pandangan masyarakatmempunyai kedudukan yang rendah. Diantara lapisan atasan dan yangrendah itu, ada lapisan yang jumlahnya dapat ditentukan sendiri olehmereka yang hendak mempelajari sistem lapisan masyarakat. Biasanyagolongan yang berada dalam lapisan atasan tidak hanya memiliki satumacam saja dari apa yang dihargai masyarakat, tetapi kedudukannyayang tinggi itu bersifat kumulatif. Mereka yang memiliki uang banyak,akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin jugakehormatan, sedang mereka yang mempunyai kekuasaan besar, mudahmenjadi kaya dan mengusahakan ilmu pengetahuan. Sistem lapisan dalam masyarakat tersebut, dalam sosiologi di-kenal dengan social stratification. Kata stratification berasal dari stratum(jamaknya: strata yang berarti lapisan). Sorokin menyatakan bahwasocial stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Bentuk-bentuk lapisan masyarakat berbeda-beda dan banyaksekali. Lapisan-lapisan tersebut tetap ada, sekalipun dalam masyarakatkapitalis, demokratis, komunistis, dan lain sebagainya. Lapisan masyara-kat tadi, mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersamadi dalam suatu organisasi sosial. Misalnya pada masyarakat-masyarakatyang bertaraf kebudayaan masih pada masyarakat-masyarakat yangbersahaja. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada perbedaanseks, perbedaan antara pemimpin dengan yang dipimpin, golonganbuangan/budak, pembagian kerja dan bahkan juga sesuatu pembedaanberdasarkan kekayaan. Semakin rumit dan semakin maju perkembanganteknologi masyarakat, pembedaan dilakukan berdasarkan kekayaan.Semakin rumit dan semakin maju teknologi sesuatu masyarakat, semakinkompleks pula sistem lapisan masyarakat (Inkeles, 1965). Pada masyarakat-masyarakat kecil serta bersahaja, biasanyapembedaan kedudukan dan peranan bersifat minim, karena warganyasedikit sekali dan orang-orang yang dianggap tinggi kedudukannya jugatidak banyak baik macam maupun jumlahnya. Di dalam masyarakat yangsudah kompleks pembedaan kedudukan dan peranan juga bersifat kom-pleks karena banyaknya orang dan aneka warna ukuran yang dapatditerapkan terhadapnya. Lapisan masyarakat tersebut tidak hanya dapat dijumpai padamasyarakat manusia, tetapi juga pada kehidupan hewan dan tumbuh-tumbuhan. Ada golongan hewan merayap, menyusui dan lain-lainnya.Bahkan di kalangan hewan menyusui, umpamanya kera, ada lapisanpimpinan dan yang dipimpin, ada pula perbedaan pekerjaan yang dida-sarkan pada pembedaan seks dan seterusnya. Demikian juga di kalang-an dunia tumbuh-tumbuhan dikenal adanya tumbuh-tumbuhan parasitis,yang sanggup berdiri sendiri dan lain sebagainya. Akan tetapi kajian inidibatasi pada lapisan masyarakat manusia. Bentuk-bentuk kongkrit lapisan masyarakat tersebut banyak. Akantetapi secara prinsipal bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikan ke 237
dalam tiga macam prinsipil bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikanke dalam tiga macam kelas, yaitu yang ekonomis, politis dan yangdidasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Umumnya,ketiga bentuk pokok tadi mempunyai hubungan yang erat satu denganlainnya, dimana terjadi saling mempengaruhi. Misalnya, mereka yangtermasuk kedalam suatu lapisan atas dasar ukuran politis, biasanya jugamerupakan orang-orang yang menduduki suatu lapisan tertentu atasdasar ekonomis. Demikian pula mereka yang kaya, biasanya menempatijabatan-jabatan yang senantiasa penting. Akan tetapi, tidak semuademikian, tergantung pada sistem nilai yang berlaku serta berkembangdalam masyarakat bersangkutan. Sistem lapisan dalam proses pertumbuhan masyarakat terjadidengan sendirinya, tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untukmengejar suatu tujuan bersama. Alasan terbentuknya lapisan masyarakatyang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (yangsenior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat,dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yangdipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat. Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan alasanutama adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada masyarakat yangtelah menetap dan bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah (yangdianggap asli) dianggap sebagai orang-orang yang menduduki lapisantinggi. Hal ini dapat dilihat misalnya pada masyarakat Batak, dimanamarga tanah, yaitu marga yang pertama-tama membuka tanah, dianggapmempunyai kedudukan yang tinggi. Demikian pula golongan pembukatanah di kalangan orang jawa di desa, dianggap mempunyai kedudukantinggi, karena mereka sebagai pembuka tanah dan pendiri desa. Masya-rakat lain menganggap bahwa kerabat kepala desalah yang mempunyaikedudukan tinggi dalam masyarakat, misalnya pada masyarakat Ngaju diKalimantan Selatan. Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, tetapisesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, tidaklah de-mikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang meru-pakan bagian sistem sosial masyarakat. Untuk meneliti terjadinya proseslapisan masyarakat, dapat dikaji berdasarkan hal-hal sebagai berikut. 1. Sistem lapisan berpokok pada sistem pertentangan dalam masyara- kat. Sistem demikian hanya mempunyai arti khusus bagi masyara- kat tertentu yang menjadi obyek penyelidikan. 2. Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai berikut: a. distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti misalnya penghasilan, kekayaan, keselamatan (kesehatan, laju angka ke- jahatan), wewenang dan sebagainya. b. sistem pertanggaan yang diciptakan pada warga masyarakat (prestise dan penghargaan) 238
c. kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan. d. lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan selanjutnya. e. mudah atau sukarnya bertukar kedudukan. f. solidaritas diantara individu atau kelompok yang menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat; (1) pola-interaksi (struktur klik, keanggotaan organisasi, perkawinan dan sebagainya); (2) kesamaan atau ketidaksamaan sistem ke- percayaan, sikap dan nilai-nilai; (3)kesadaran akan kedudukan masing-masing; (4) dan aktivitas sebagai organ kolektif.1. Sifat-Sifat Lapisan Masyarakat Sifat lapisan didalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup(closed social stratification) dan (open social stratification). Bersifat ter-tutup bilamana membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satulapisan ke lapisan yang lain. Baik yang merupakan gerak ke atas atau kebawah. Di dalam sistem yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadianggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. Sebaliknya didalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempat-an untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, ataubagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang atas kelapisan di bawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perang-sang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikanlandasan pembangunan masyarakat dari sistem yang tertutup. Sistemtertutup jelas terlihat pada masyarakat India yang perkasa atau di dalammasyarakat yang feodal, atau masyarakat di mana lapisannya tergantungpada perbedaan-perbedaan rasial. Sistem lapisan masyarakat yang tertutup, dalam batas-batas ter-tentu, juga dijumpai pada masyarakat Bali. Menurut kitab-kitab suci orangBali, masyarakat terbagi dalam empat lapisan, yaitu Brahmana, Ksatria,Waisya, dan Sudra. Ketiga lapisan pertama biasa disebut triwangsasedangkan lapisan terakhir disebut jaba yang merupakan lapisan denganjumlah warga terbanyak. Keempat lapisan tersebut terbagi lagi dalamlapisan-lapisan khusus. Biasanya orang-orang mengetahui dari gelar se-seorang, ke dalam kasta mana dia tergolong, gelar-gelar tersebut terbagilagi dalam lapisan-lapisan khusus. Biasanya orang-orang mengetahuigelar seseorang, ke dalam kasta mana dia tergolong, gelar-gelar tersebutdiwariskan menurut keturunan laki-laki yang sepihak patrilineal adalah IdaBagus, Tjokorda, Dewa, Ngahan, Bagus, I Gusti, Gusti. Gelar pertamaadalah gelar Brahmana, gelar kedua sampai keempat bagi orang Ksatria,sedangkan yang kelima dan keenam berlaku bagi orang Waisya. OrangSudra juga memakai gelar seperti Pande, Kbon, Pasek dan selanjutnya. 239
Dahulu kala gelar tersebut berhubungan erat dengan pekerjaanorang-orang yang bersangkutan. Walaupun gelar tersebut tidak memi-sahkan golongan-golongan secara ketat, tetapi sangat penting bagisopan santun pergaulan. Disamping itu hukum adat juga menetapkanhak-hak bagi si pemakai gelar, misalnya, dalam memakai tanda-tanda,perhiasan-perhiasan, pakaian tertentu dan lain-lain. Kehidupan sistemkasta di Bali umumnya terlihat jelas dalam hubungan perkawinan.Seseorang gadis suatu kasta tertentu, umumnya dilarang bersuamikanseseorang dari kasta yang lebih rendah.2. Kelas-Kelas dalam Masyarajat (Social Classes) Di dalam uraian tentang teori lapisan senantiasa dijumpai istilahkelas (social class). Seperti yang sering terjadi dengan beberapa istilahlain dalam sosiologi, maka istilah kelas, juga tidak selalu mempunyai artiyang sama. Walaupun pada hakikatnya menunjukkan sistem kedudukanyang pokok dalam masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas dalam masyara-kat disebut class system (Freedman, 1952). Artinya, semua orang dankeluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakuioleh masyarakat umum. Dengan demikian, maka pengertian kelas adalahparalel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasarlapisan itu faktor uang, tanah kekuasaan atau dasar lainnya. Adapula yang menggunakan istilah kelas hanya untuk lapisanberdasarkan atas unsur ekonomis. Sedangkan lapisan yang berdasarkanatas kehormatan dinamakan kelompok kedudukan (status group). Selan-jutnya dikatakan bahwa harus diadakan pembedaan yang tegas antarakelas dan kelompok kedudukan. Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar ekonomisdengan dasar kedudukan sosial akan tetapi tetap mempergunakan istilahkelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibagi-nya lagi ke dalam sub-kelas yang bergerak dalam bidang ekonomiberdasarkan kecakapannya. Di samping itu, Max Weber masih menye-butkan adanya golongan yang mendapatkan kehormatan khusus darimasyarakat dan dinamakan stand (dalam Soekanto, 1990). Joseph Schumpeter (dalam Horton, 1993) mengatakan bahwaterbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat adalah karena diperlukanuntuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yangnyata. Makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainnya hanyadapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya. Pada beberapa masyaakat di dunia, terdapat kelas-kelas yangtegas sekali. Karena orang-orang dari kelas tersebut memperoleh sejum-lah hak dan kewajiban yang dilindungi oleh hukum positif masyarakatyang bersangkutan. Warga masyarakat semacam itu seringkali mem-punyai kesadaran dan konsepsi yang jelas tentang seluruh susunanlapisan dalam masyarakat. Misalnya Inggris, ada istilah-istilah tertentuseperti commoners bagi orang biasa serta nobility bagi bangsawan. 240
Sebagian besar warga masyarakat Inggris menyadari bahwa orang-orangnobility berada di atas commoners (sesuai dengan adat istiadat). Apabila pengertian kelas ditinjau secara lebih mendalam, makaakan dapat dijumpai beberapa kriteria yang tradisional, yaitu: (1) besarjumlah anggota-anggotanya; (2) kebudayaan yang sama, yang menentu-kan hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya; (3) kelanggengan; (4)tanda/lambang-lambang yang merupakan ciri khas; (5) batas-batas yangtegas (bagi kelompok itu, terhadap kelompok lain); dan (6) antagonisme. Sehubungan dengan kriteria tersebut di atas, kelas memberikanfasilitas-fasilitas hidup tertentu (life chances) bagi anggotanya. Misalnya,keselamatan atas hidup dan harta benda, kebebasan, standar hidup yangtinggi dan sebagainya, yang dalam arti-arti tertentu tidak dipunyai olehpara warga kelas-kelas lainnya. Kecuali itu, kelas juga mempengaruhigaya dan tingkah laku hidup warganya (life style). Karena kelas-kelasyang ada dalam masyarakat mempunyai perbedaan dalam kesempatanmemperoleh pendidikan atau rekreasi. Misalnya, ada perbedaan dalamapa yang telah dipelajari warga negara, perilaku, dan sebagainya.3. Dasar Lapisan Masyarakat Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalahsebagai berikut. 1. Kekayaan; Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil priba- dinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakai- an yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya. 2. Kekuasaan; Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atasan. 3. Kehormatan; Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan/atau keuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semcam ini, banyak dijumpai pada masyarakat tradisional, biasanya mereka adalah golongan tua atau yang pernah berjasa. 4. Penguasaan ilmu pengetahuan; Ilmu pengetahuan sebagai ukur- an, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadi- nya akibat-akibat yang negatif. Karena ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, ternyata gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar, walau tidak halal. Kriteria di atas tidaklah bersifat limiatif (kaku, terbatas), karenamasih ada kriteria lain yang dapat digunakan. Akan tetapi kriteria di atas 241
amat menentukan sebagai dasar timbulnya sistem lapisan dalam masya- rakat. Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia, golongan pembuka tanahlah yang dianggap menduduki lapisan tertinggi. Misalnya di Jawa, kerabat dan keturunan pembuka tanahlah yang dinggap masya- rakat desa sebagai kelas tertinggi. Kemudian menyusul para pemilik tanah yang dianggap masyarakat desa sebagai kelas tertinggi. Kemudian menyusul para pemilik tanah, walaupun mereka bukan keturunan pembuka tanah, mereka disebut pribumi, sikep atau kuli kenceng. Lalu menyusul mereka yang hanya mempunyai pekarangan atau rumah saja (golongan ini disebut kuli gundul, lindung), dan akhirnya mereka yang hanya menumpang saja pada tanah milik orang lain (Soepomo, 1966). 4. Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat Unsur yang melandasi sistem lapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan unsur-unsur baku dalam sistem lapisan, dan mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial. Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antar individu dalam masyarakat dan antara individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu-individu tersebut (Linton, 1996). Dalam hubungan-hubungan timbal balik tersebut, kedudukan dan peranan individu mempunyai arti yang penting. Karena langgengnya masyarakat tergantung pada keseimbangan kepentingan- kepentingan individu termaksud.a. Kedudukan (Status) Pengertian kedudukan (status) kadang dibedakan dengan kedu- dukan sosial (social status). Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Untuk lebih mudah mendapatkan pengertian, kedua istilah tersebut di atas akan dipergunakan dalam arti yang sama dan digambarkan dengan istilah kedudukan (status). Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu. Dengan demikian, seseorang dikatakan mempunyai bebe- rapa kedudukan, oleh karena seseorang biasanya ikut serta dalam berbagai pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukkan tempatnya sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh. Keduduk- an Tuan A sebagai warga masyarakat, merupakan kombinasi dari sege- nap kedudukannya sebagai guru, kepala sekolah, ketua rukun tetangga, suami nyonya B, ayah anak-anak dan seterusnya. Apabila dipisahkan dari individu yang memilikinya, kedudukan hanya merupakan kumpulan hak-hak dan kewajiban. Karena hak dan kewajiban termaksud hanya dapat terlaksana melalui perantaraan indivi- du, maka agak sukar untuk memisahkannya secara tegas dan kaku. 242
Hubungan antar individu dengan kedudukan dapat diibaratkan sebagaihubungan pengemudi mobil dengan tempat atau kedudukan pengemudidengan mesin mobil tersebut. Tempat mengemudi dengan segala alatuntuk menjalankan mobil adalah alat-alat tetap yang penting untukmenjalankan serta mengendalikan mobil, pengemudinya dapat digantidengan orang lain, yang mungkin akan dapat menjalankannya secaralebih baik, atau bahkan lebih buruk. Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedu-dukan yaitu ascribed-status dan achieved-status.Ascribed-status adalahkedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbeda-an-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperolehkarena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalahbangsawan pula. Seseorang warga kasta Brahmana di India memperolehkedudukan demikian karena orang tuanya tergolong dalam kasta yangbersangkutan. Pada umumnya ascribed-status dijumpai pada masyarakatdengan sistem lapisan tergantung pada perbedaan rasial. Namun de-mikian, ascribed-status tak hanya dijumpai pada masyarakat dengan sis-tem lapisan yang tertutup. Pada sistem lapisan terbuka mungkin jugaada. Misalnya, kedudukan laki-laki dalam satu keluarga, kedudukannyaberbeda dengan kedudukan istri dan anak-anaknya. Ascribed-statuswalaupun tidak diperoleh atas dasar kelahiran, tetapi pada umumnyasang ayah atau suami adalah kepala keluarga batihnya. Untuk menjadikepala keluarga batih, laki-laki tidak perlu mempunyai darah bangsawanatau menjadi warga suatu kasta tertentu. Emansipasi wanita akhir-akhirini banyak menghasilkan persamaan dalam bidang pekerjaan dan politik.Tetapi kedudukan seorang ibu di dalam masyarakat secara relatif tetapberada di bawah kedudukan seorang ayah sebagai kepala rumah tangga. Achieved-Status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorangdengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atasdasar kelahiran. Akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantungdari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim asalkanmemenuhi persyaratan tertentu. Terserahlah kepada yang bersangkutanapakah dia mampun menjalani syarat-syarat tersebut. Apabila tidak, takmungkin kedudukan sebagai hakim tersebut akan tercapai olehnya.Demikian pula setiap orang dapat menjadi guru dengan memenuhipersyaratan-persyaratan tertentu yang kesemuanya terserah padausaha-usaha dan kemampuan yang bersangkutan untuk menjalaninya. Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaituassigned-status (Polak, 1969) yang merupakan kedudukan yangdiberikan. Assigned-status sering mempunyai hubungan yang eratdengan acheived status. Artinya suatu kelompok atau golonganmemberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang ber-jasa, yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhandan kepentingan masyarakat. Akan tetapi kadang-kadang kedudukantersebut diberikan, karena seseorang telah lama menduduki suatu 243
kepangkatan tertentu, misalnya seorang pegawai negeri seharusnya naikpangkat secara reguler, setelah menduduki kepangkatannya yang lama,selama jangka waktu yang tertentu. Sebagaimana telah diuraikan di muka, maka seseorang dalammasyarakat biasanya memiliki beberapa kedudukan sekaligus. Dalamhubungan macam-macam kedudukan itu, biasanya yang selalu menonjolhanya satu kedudukan yang utama. Masyarakat hanya melihat padakedudukan utama yang menonjol tersebut. Atas dasar itu, yangbersngkutan digolongkan ke dalam kelas-kelas yang tertentu dalammasyarakat. Misalnya, Bapak Achmad mempunyai kedudukan sebagaisuami, kepala rumah tangga, ketua rukun tetangga, anggota perkum-pulan olah raga badminton, dan sebagai guru serta kepala SMK. Bagimasyarakat, kedudukan sebagai kepala SMK itulah yang menonjol.Adakalanya, antara kedudukan-kedudukan yang dimiliki seseorang, tim-bul pertentangan-pertentangan atau konflik, yang dalam sosiologidinamakan status conflict. Misalnya Bapak Achmad tersebut di atas,dalam kedudukannya sebagai kepala SMK harus menghukum putranyasendiri yang menjadi siswa SMK tersebut, karena telah melanggar tatatertib sekolah. Konflik antara kedudukan-kedudukan tersebut seringkalitidak dapat dihindari karena kepentingan-kepentingan individu tidak sela-lu sesuai, atau sejalan dengan kepentingan-kepentingan masyarakatnya,sehingga seringkali seseorang mengalami kesulitan untuk mengatasinya. Kedudukan seseorang atau kedudukan yang melekat padanyadapat terlihat pada kehidupansehari-harinya melalui ciri-ciri tertentu yangdalam sosiologi dinamakan prestise simbol (status symbol). Ciri-ciritersebut seolah-olah sudah menjadi bagian hidupnya yang telahinstitutionalized atau bukan internalized. Ada beberapa ciri-ciri tertentuyang dianggap sebagai status symbol, misalnya cara berpakaian,pergaulan, cara mengisi waktu senggang, memilih tempat tinggal, caradan corak menghiasi rumah kediaman dan seterusnya di kota besarmisalnya dapat dilihat betapa mereka yang tergolong warga lapisantinggi, karena hanya mereka yang sanggup menanggung biaya-biayareaksi semacam itu. Seseorang warga lapisan bawah mungkin akandapat pula mengeluarkan biaya yang besar untuk mengisi waktusenggangnya di tempat-tempat rekreasi yang mahal itu, tetapi tentumemerlukan waktu yang lama, karena dia harus menyesuaikan dirinyadulu pada kebiasaan-kebiasaan pergaulan lapisan atasan tersebut. Gejala lain yang dewasa ini tampak dalam batas-batas waktu ter-tentu untuk masa-masa mendatang adalah gelar kesarjanaan. Gelarkesarjanaan mendapat tempat tertentu dalam sistem penilaian masyara-kat Indonesia. Karena gelar tersebut membuktikan bahwa yang mem-perolehnya telah memenuhi beberapa persyaratan tertentu dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan yang khusus. Hal ini mendorong terjadinyabeberapa akibat negatif, yang dikejar bukanlah ilmu pengetahuan tetapigelar kesarjanaannya. Gelar tersebut kemudian menjadi status symboltanpa menghiraukan kualitas sesungguhna. Banyak yang merasa malu 244
karena tak mempunyai gelar kesarjanaan. Padahal kedudukan mereka di dalam masyarakat telah terpandang, sehingga penambahan gelar kesarjanaan tidak akan mengakibatkan suatu perbaikan atau kenaikan tingkat dalam kedudukannya (lazim juga disebut sebagai civil effect).b. Peranan (Role) Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedu- dukan tanpa peranan. Sebagaimana halnya dengan kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti. Setiap orang mempunyai macam-macam pera- nan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masya- rakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompoknya. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyara- kat, merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku. Misalnya, norma kesopanan menghendaki agar seorang laki-laki bila berjalan bersama seorang wanita, harus di sebelah luar. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dapat dibeda- kan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (yaitu social position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mungkin mencakup tiga hal, yaitu: 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat. 2. Peranan adalah suat konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Perlu pula disinggung perihal fasiltas-fasilitas peranan individu (role facilities). Masyarakat biasanya memberikan fasilitas-fasilitas pada individu untuk dapat menjalankan peranan. Lembaga-lembaga kemasya- rakatan merupakan bagian masyarakat yang banyak menyediakan pe- 245
luang-peluang untuk pelaksanaan peranan. Kadang-kadang perubahanstruktur suatu golongan kemasyarakatan menyebabkan fasilitas-fasilitasbertambah. Akan tetapi sebaliknya, juga dapat mengurangi peluang-pe-luang, apabila terpaksa diadakan rasionalisasi sebagai akibat perubahanstruktur dan organisasi. Sejalan dengan adanya status conclict, juga ada conflict of roles.Bahkan kadang-kadang pemisahan antara individu dengan peranan yangsesungguhnya harus dilaksanakannya. Hal itu dinamakan role distance.Gejala tadi timbul apabila individu merasakan dirinya tertekan. Karena diamerasa dirinya tidak sesuai untuk melaksanakan peranan yang diberikanoleh masyarakat kepadanya. Dengan demikian dia tidak melaksanakanperanannya dengan sempurna atau bahkan menyembunyikan dirinya,apabila dia berada dalam lingkaran sosial yang berbeda. Lingkaran sosialatau social circle adalah kelompok sosial di mana seseorang mendapattempat serta kesempatan untuk melaksanakan perannya. Setiap perananbertujuan agar anggota individu yang melaksanakan peranan tadi denganorang-orang disekitarnya yang tersangkut, atau, ada hubungannyadengan peranan tersebut, terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilaisosial yang diterima dan ditaati kedua belah pihak, nilai-nilai sosialtersebut, misalnya nilai ekononomis yang tercipta dalam hubungan antaraseorang bankir dengan nasabahnya; nilai higienis antara dokter denganpasiennya; nilai-nilai keagamaan antara pemuka agama dengan umatnyadan sebagainya. Apabila tak dapat terpenuhi oleh individu, terjadilah roledistance. Seseorang senantiasa berhubungan dengan pihak lain. Biasanyasetiap pihak mempunyai perangkat peranan tertentu (set of roles).Contohnya adalah seorang dokter yang berinteraksi dengan pihak-pihaktertentu di dalam suatu sub sistem sosial rumah sakit. Secara visualgambarannya adalah sebagai berikut (dokter sebagai titik sentral). Didalam interaksi sosial kadangkala kurang disadari, bahwa yangpaling penting adalah melaksanakan peranan. Tidak jarang terjadi bahwadi dalam proses interaksi tersebut, kedudukan lebih dipentingkan, sehing-ga terjadi hubungan-hubungan timpang yang tidak seharunya terjadi.Hubungan-hubungan yang timpang tersebut lebih cenderung mementing-kan bahwa suatu pihak hanya mempunyai hak saja sedang pihak lainhanyalah mempunyai kewajiban.Tugas 5.2 7. Jelaskan tentang pelapisan masyarakat yang ada di daerah tempat tinggalmu? 8. Apakah di sekolah, baik di kalangan guru atau siswa terdapat pelapisan sosial diantara mereka? mengapa? 246
C. STRUKTUR SOSIAL Secara singkat struktur sosial didefinisikan sebagai pola dari hakdan kewajiban para pelaku dalam suatu sistem interaksi, yang terwujuddari rangkaian-rangkaian hubungan sosial yang relatif stabil dalam suatujangka waktu tertentu. Pengertian hak dan kewajiban para pelaku dikaitkan denganmasing-masing status dan peranan para pelaku. Status dan peranan ber-sumber pada sistem penggolongan yang ada dalam kebudayaan masya-rakat yang bersangkutan, dan yang berlaku menurut masing-masingpranata dan situasi-situasi sosial dimana interaksi sosial itu terwujud.Struktur sosial adalah pola perilaku dari setiap individu masyarakat yangtersusun sebagai suatu sistem. Seorang individu menjadi anggota keluarga, keanggotaannyadalam keluarga berarti menempatkan dirinya dalam suatu kedudukantertentu atau status dalam keluarga tersebut adalah serangkaian hak dankewajiban yang harus dipenuhi sebagai anggota keluarga, yang terwujuddalam bentuk peranannya (macam dan corak tindakan yang diharapkanuntuk diwujudkannya oleh orang lain yang terlibat dalam hubungansosial) berbagai interaksi sosial dalam ruang lingkup kegiatan keluarga. Sebuah situasi sosial terdiri atau serangkaian aturan-aturan ataunorma-norma yang mengatur penggolongan para pelaku menurut statusdan peranannya dan yang membatasi macam tindakan-tindakan yangboleh dan yang tidak boleh serta yang seharusnya diwujudkan oleh parapelakunya. Sebuah situasi sosial biasanya menempati suatu ruang atauwilayah tertentu yang khususnya untuk situasi sosial tertentu, walaupuntidak selamanya demikian keadaannya sebab ada ruang atau wilayahyang mempunyai fungsi majemuk. Contoh berkenaan dengan pembahas-an situasi sosial yang ada dalam ruang lingkup kegiatan keluarga, antaralain situasi sosial di meja makan. Pada waktu makan bersama, misalnyakursi-kursi diatur sedemikian rupa yang memperlihatkan perbedaan sta-tus dari para anggota keluarga yang makan malam bersama tersebut.Ayah sebagai kepala keluarga duduk di kursi yang terletak di kepalameja. Ayah memulai makan bersama dengan cara memulai menyendoknasi terlebih dahulu, atau disendokkan nasinya oleh ibu. Dengan dimulainya penyendokan nasi ke dalam piring ayah,makan malam bersama dimulai. Keteraturan dalam situasi sosial makanbersama ini dapat dilihat pada urutan-urutan pengambilan makanansehingga seluruh anggota keluarga yang duduk makan bersama tadimendapat bagiannya. Dengan selesainya makan malam bersama, situasisosial meja makan juga selesai, dan meja makan tidak berfungsi lagi. 247
Dalam beberapa hal tertentu, meja makan bisa juga berfungsi se-bagai tempat ngobrol sejumlah anggota keluarga, tempat bermain bridgeatau domino atau catur, tempat belajar anak-anak yang bersekolah, danberbagai fungsi lainnya. Dalam keadaan demikian, meja makan atauruang tempat makan telah berfungsi majemuk untuk menjadi tempat bagidiwujudkannya situasi-situasi sosial yang berbeda. Karena, walaupuntempatnya sama tetapi situasi sosial yang berbeda. Situasi sosial makanbersama tidaklah sama dengan situasi sosial anak-anak belajar, dantidak juga sama dengan situasi sosial bermain kartu domino, dansebagainya. Kalau kita perhatikan bersama secara sungguh-sungguh, secarakeseluruhan kegiatan yang berkenaan dengan makan malam bersamatadi sebetulnya mempunyai struktur sosial yang tersendiri, yaitu struktursosial makan bersama. Dalam makan malam bersama tadi, tercerminadanya suatu pola berkenaan dengan hak dan kewajiban para pelakunyadalam suatu sistem interaksi berkenaan dengan secara bersama-samamakan malam yang terwujud dalam suatu jangka waktu tertentu, yaitupada waktu makan bersama, khususnya pada waktu makan malam ber-sama, dan terwujud dalam rangkaian-rangkaian hubungan sosial yangrelatif stabil, yaitu selalu berulang pada setiap kali anggota-anggota ke-luarga tersebut makan bersama atau khususnya makan malam bersama. Dengan demikian, kalau kita ingin berbicara mengenai struktursosial keluarga maka harus juga diperhatikan berbagai sistem interaksiyang terwujud dalam berbagai situasi sosial yang ada dalam ruanglingkup keluarga. Struktur-struktur sosial yang terdapat dalam ruanglingkup keluarga tadi, secara bersama-sama kemudian diperbandingkandan dilihat persamaannya, perbedaannya, dan yang terakhir, kemudianditarik prinsip-prinsip umum dasarnya yang merupakan suatu generalisasiyang berlaku umum berkenaan dengan hak dan kewajiban dari parapelaku atau anggota keluarga. Corak dari sesuatu struktur sosial ditentukan oleh kebudayaandari masyarakat yang bersangkutan, dalam kaitannya dengan lingkunganhidup yang nyata yang dihadapi oleh warga masyarakat yang bersang-kutan. Perwujudan dari kebudayaan sebagai model atau pola bagikelakuan, yang berupa aturan-aturan atau norma-norma, dalam kehidup-an sosial manusia adalah melalui beraneka ragam corak pranata-pranatasosial. Pranata-pranata tersebut terwujud sebagai serangkaian norma-norma yang menjadi tradisi yang digunakan untuk mengatur kegiatan-kegiatan kehidupan individu dan kelompok-kelompok yang ada dalammasyarakat yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, kalau kitahendak melihat masyarakat sebagai suatu struktur sosialnya, maka yang 248
menentukan corak dari struktur tersebut adalah pranata-pranata yangada dalam masyarakat yang bersangkutan.1. Struktur Sosial dan Masyarakat Corak dari struktur sosial masyarakat beraneka ragam. Ada yangsederhana dan ada yang kompleks; ada yang struktur sosialnyabersumber pada dan ditentukan oleh sistem kekerabatannya, sistemekonominya, sistem pelapisan sosialnya, dan sebagainya; dan ada yangmerupakan suatu kombinasi dari berbagai pranata tersebut. Didalam kajian antropologi bahwa sejumlah masyarakat yang di-golongkan sebagai berkebudayaan primitif, yang biasanya hidup dalamkesatuan atau kelompok sosial yang kecil, mempunyai serangkaianaturan-aturan yang dipakai untuk mengorganisasi kegiatan-kegiatanwarganya terutama berdasarkan atas sistem kekerabatan. Masyarakat-masyarakat yang seperti ini, kelompok-kelompokkekerabatan dan aturan-aturan yang dalam sistem kekerabatan menjadiamat penting. Sedangkan dalam suatu masyarakat yang jumlah warga-nya banyak dan yang lebih beraneka ragam pola status dan peranannya,diperlukan bukan hanya pengaturan menurut sistem kekerabatan tetapijuga menurut berbagai sistem pengorganisasian wilayah bagi kegiatansosial warganya. Dalam masyarakat yang lebih kompleks lagi, yangditandai oleh kompleknya keaneka ragaman sistem status dan peranan,sistem kekerabatan dan berbagai sistem pengorganisasian wilayah yangada tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan untuk pengaturankegiatan-kegiatan sosial warganya yang dapat menjamin terwujudnyatertib sosial. Dalam keadaan demikian, terwujud berbagai macam pranata,yang pranata-pranata ini melahirkan berbagai macam perkumpulan danorganisasi, baik yang secara resmi diakui sebagai organisasi atauperkumpulan karena mempunyai nama atau merek organisasi dan mem-punyai pengurus serta daftar anggota, maupun organisasi-organisasiatau perkumpulan-perkumpulan yang tidak nampak nyata sebagaiorganisasi atau perkumpulan karena tidak mempunyai bukti-bukti sebagaiorganisasi resmi seperti tersebut diatas. Contoh dari organisasi resmiadalah organisasi/partai politik, perkumpulan olah raga, kesenian,ekonomi, dan sebagainya; sedangkan contoh dari organisasi tidak resmiadalah perkumpulan arisan, pertemuan dan persahabatan, dan berbagaipengelompokkan karena sesuatu kegiatan tertentu. Masyarakat yang kebudayaannya primitif, struktur sosialnyadengan mudah diketahui coraknya karena seorang pengamat denganmudah dapat membuat rekonstruksi dari struktur sosial tersebut berda-sarkan atas kesederhanaan pola status dan peranan yang bersumber 249
jumlah dan keanekaragaman pranata yang terbatas. Sedangkan dalammasyarakat yang kompleks kebudayaannya, struktur sosial masyarakattersebut tidak dengan mudah direkonstruksi. Seringkali seorang penelitiyang belum berpengalaman dapat menjadi bingung karena kenyataannyadalam masyarakat tersebut terdapat beraneka ragam kelompok-kelom-pok sosial yang masing-masing mempunyai struktur sosial yang jugasecara keseluruhan menunjukkan keanekaragaman.2. Struktur Sosial dan Hubungan Sosial Didalam kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat, hu-bungan-hubungan sosial yang dilakukannya dengan para anggota ma-syarakatnya dalam kelompok-kelompok kekerabatan, kelompok wilayah,dan dalam kelompok-kelompok sosial lainnya (yaitu perkumpulanolahraga, arisan, teman sejawat di kantor, teman sepermainan, tetangga,organisasi partai politik, dan sebagainya), tidaklah sama dalam halinteraksi sosialnya antara yang satu dengan yang lainnya. Interaksi sosial adalah aspek kelakuan dari dan yang terdapatdalam hubungan sosial. Dengan kata lain, seorang anggota masyarakatitu tidaklah dapat mengadakan interaksi sosial dengan semua orang yangmenjadi warga masyarakatnya. Begitu juga, seorang anggota masyarakatyang mempunyai hubungan sosial dengan sejumlah warga masyarakattidaklah sama dalam hal sering dan eratnya hubungan sosial yangdipunyainya dengan semua anggota masyarakat yang mempunyai hu-bungan sosial dengan dirinya. Dengan demikian, ada sejumlah orang-orang tertentu yang mempunyai hubungan-hubungan sosial yang eratdan sering dengan orang tersebut, sedangkan sejumlah orang lainnyajarang-jarang mengadakan interaksi sosial dengan orang tersebutsehingga hubungan sosialnya tidak erat, dan masih ada sejumlah oranglainnya yang juga anggota masyarakat tersebut yang tidak mempunyaihubungan sosial dengan orang tersebut. Kalau kita melihat hubungan sosial di antara dua orang individusebagai sebuah garis, maka hubungan sosial yang terwujud antaraseorang individu dengan sejumlah orang individu dapat dilihat sebagaisejumlah garis yang menghubungkan individu tersebut dengan individu-individu lainnya dan yang garis-garis tersebut berpusat pada individutersebut. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, hubungan-hu-bungan sosial yang terwujud bukanlah hanya antara dua pihak saja tetapimerupakan suatu hubungan seperti jala atau jaring yang mencakupsejumlah orang. Karena itu hubungan-hubungan sosial yang mencakuphubungan di antara tiga orang atau lebih dinamakan jaringan sosial. Jaringan sosial adalah suatu pengelompokkan yang terdiri atastiga orang atau lebih, yang masing-masing orang tersebut mempunyai 250
identitas tersendiri, dan yang masing-masing dihubungkan antara satudengan lainnya melalui hubungan-hubungan sosial yang ada, sehinggamelalui hubungan-hubungan sosial tersebut mereka dapat dikelompok-kan sebagai suatu kesatuan sosial atau kelompok sosial. Hubungan-hubungan yang ada diantara mereka yang terlibat dalam suatu jaringansosial biasanya tidak bersifat hubungan-hubungan yang resmi tetapihubungan-hubungan yang tidak resmi atau perseorangan. Karena mere-ka yang berada dalam suatu jaringan sosial biasanya tidak sadar akankeanggotaannya dalam jaringan sosial tersebut, karena jaringan sosialtersebut belum tentu terwujud sebagai suatu organisasi atauperkumpulan resmi. Jaringan-jaringan sosial telah terbentuk dalam masyarakat karenamanusia tidak dapat berhubungan dengan semua manusia yang ada.Hubungan-hubungan sosial yang dipunyai oleh seorang manusia selaluterbatas pada sejumlah manusia. Begitu juga, setiap orang telah belajardari pengalaman sosialnya masing-masing untuk memilih dan mengem-bangkan hubungan-hubungan sosial yang paling menguntungkan bagidirinya, yang terbatas jumlahnya dibandingkan dengan jumlah rangkaianhubungan-hubungan sosial yang tersedia dalam masyarakatnya, yangdapat digunakannya. Sejumlah ahli ilmu sosial telah menggunakan konsep jaringansosial sebagai pendekatan untuk dapat membuat rekonstruksi struktursosial. Landasan berpikirnya adalah bahwa suatu jaringan sosial mewu-judkan adanya suatu kesatuan atau kelompok sosial; dan bahwa interaksidiantara mereka yang terlibat dalam satu jaringan sosial mempunyaisuatu corak keteraturan tersendiri, dan bahwa keteraturan tersebut men-cerminkan adanya aturan-aturan yang berupa suatu pola mengenaihubungan-hubungan sosial yang melibatkan statu atau identitas danperanan sosial dari para pelakunya; dan bahwa dengan menggunakanpendekatan jaringan sosial ketepatan corak dari struktur sosial dapatlebih dipertanggung jawabkan karena penggunaan teknik-teknik dananalisa kuantitatif. Menurut pandangan teori marxis mengatakan bahwa totalitas darilapisan-lapisan dan kelompok sosial serta sistem yang mengaturhubungan antar mereka ini kemudian membentuk struktur sosial masya-rakat. Dalam menganalisis struktur sosial, marxisme membuat pembagi-an antara kelas fundamental dan kelas non fundamental. Kelas-kelas fundamental adalah kelas-kelas yang dilahirkan daricorak produksi yang berlaku, dimana kelas-kelas tersebut tidak mungkinkita temukan di bawah corak produksi lainnya. Kontradiksi mendasar daricorak produksi yang berlaku, terwujud dalam pola hubungan dan polaperjuangan antar kelas. Seluruh corak produksi yang antagonistik ditun- 251
jukkan dengan keberadaan dua kelas yang secara fundamental salingbertentangan. Didalam masyarakat asia, yang merupakan kelas-kelas funda-mentalnya adalah para pemuka agama dan bangsawan/petinggi militeryang dikepalai oleh pemuka agama yang merangkap sebagai raja danpahlawan negara di satu pihak, sementara di pihak lain adalah parapenduduk kampung, yakni kaum tani. Seluruh tanah dan sumber air yangmerupakan alat-alat produksi yang menentukan dimiliki oleh raja, yang dimata para petani dianggap sebagai tuan penguasa. Seluruh kaumbangsawan, dari raja hingga gubernurnya hidup dari upeti yang diperolehdalam bentuk kerja atau produk berlebih dari para penduduk. Di negara-negara yang didominasi oleh corak produksi pemilikanbudak (pada masa kekaisaran Romawi dan Yunani kuno), yang menjadikelas fundamentalnya adalah tuan pemilik budak dan para budak. Paratuan pemilik budak ini bukan sekedar memilikii alat-alat produksimelainkan juga memilikii para budak yang diperlakukan sekedar sebagaiinstrumen produksi. Seorang penulis pada jaman Romawi Kuno, MarcusTerentius Varro, dalam risalahnya tentang pertanian membagi kerjapenggarapan ladang ke dalam tiga kategori ada peralatan kerja yang bisabicara, ada aktivitas yang mengeluarkan suara tapi tak bisa bicara, danada aktivitas kerja yang bisu, yang bicara adalah para budak, yangmengeluarkan suara tapi tak bisa bicara adalah hamba, sementara alatkerja yang bisu adalah gerobak (Horton, 1993). Dibawah corak produksi feodal, dua kelas yang merupakan kelasfundamental adalah para pemilik tanah feodal (termasuk didalamnyaadalah para pemuka tertinggi agama) dan para hamba. Para hambaterpaksa menggarap tanah-tanah pertanian berkala kecil dan hanyamenggunakan instrumen-instrumen produksi tertentu. Sementara tuanfeodal merupakan pemilik alat produksi utama, yaitu tanah. Pemilikanatas tanah inilah yang memungkinkannya untuk merampas hasil kerjakaum tani. Para hamba tidak seperti para budak (yang merupakan hakmilik tuan feodal) tidak bisa diperjual-belikan oleh para tuan feodal(terkecuali jika si tuan feodal menjual tanahnya). Tuan feodal merampasproduk surplus petani, baik dengan cara corvee (bayaran sesuai waktukerja) atau melalui quit-rent (sewa pendek), atau bisa juga dengan sistempetani menyewa tanah dari tuan tanah. Hal ini ini terutama terjadi padamasa menjelang berakhirnya feodalisme. Sementara pada masa corak produksi kapitalisme, yang memlikikelas fundamentalnya adalah kelas borjuis dan proletariat. Mereka yangterlibat dalam produksi secara langsung, yakni para buruh upahan,secara hukum adalah para pekerja bebas, akan tetapi tak memiliki alat-alat produksi. Tidak seperti warga kampung dibawah corak produksi 252
budaya asia atau para hamba yang yang hidup pada masa feodal, parapekerja upahan ini tidak memilki dan tak berhak menggunakan alat-alatproduksi. Mereka hanya bisa mendapatkan kesempatan untuk bertahanhidup jika mereka menjual tenaga kerjanya kepada kaum kapitalis.Dengan alasan ini, Marx dan Engels menyebut relasi penghisapankapitalis merupakan sistem yang mendasarkan dirinya pada perbudakanupah (Budiman, 2000). Masyarakat yang memiliki karakteristik dengan corak produksibudaya asia, pemilikan budak dan feodal, pembagian kelas-kelas dalammasyarakat dipertajam dengan adanya intervensi negara yang membagipenduduk menjadi kasta-kasta dan lapisan yang turun temurun. Sebagaicontoh di India kuno, masyarakat-masyarakat terbagi ke dalam 4 kastayakni Brahmana (keluarga bangsawan pemuka agama), Ksatria (bangsa-wan petinggi militer), Waisya (masyarakat kampung), dan Sudra (lapisanmasyarakat yang paling rendah yakni orang-orang yang disingkirkan darikomunitasnya). Pembagian kasta ini dibenarkan oleh agama Hindu.Pemeluk agama ini meyakini bahwa Dewa Brahma menciptakan kaumBrahmana dari mulutnya, Ksatria diciptakan dari tangannya, Waisyadiciptakan dari pahanya, sementara Sudra yang paling rendah diciptakandari kaki sang Dewa. Dalam masyarakat pemilikan budak (di Yunani kuno, Romawi)dan dalam masyarakat feodal, penduduk di bagi dalam tingkatan-ting-katan, dimana hukum yang berlaku mengatur hak serta kewajibanmasing-masing tingkatan. Lapisan-lapisan tersebut dibentuk berbasiskanpembagian kelas, akan tetapi ia tidak sepenuhnya berkaitan dengan halitu, karena lapisan-lapisan/tingkatan-tingkatan tersebut juga memuncul-kan hirarki kekuasaan dan hak-hak istimewa dalam dunia hukum. Selama berlakunya relasi produksi tertentu format pembagiankelas yang ada masih menyisakan hal-hal peninggalan corak produksilama atau juga menyambung cikal bakal corak produksi yang baru.Keadaan seperti inilah yang mampu menjelaskan keberadaan kelas-kelasnon-fundamental atau kelas-kelas transisional (kelas antara). Dalam masyarakat asia, didalam sistem produksi didapatkanadanya para budak (terutama bekerja pada sektor-sektor kerja kerumah-tanggaan non produktif), pegawai-pegawai rendahan (juru tulis), peda-gang-pedagang kecil dan lintah darat, atau mereka yang bekerja sebagaitukang ransum. Selanjutnya, para bangsawan lokal yang mengumpul-kan/menarik upeti dari penduduk kampung, mencoba mendapatkanlegalitas pemilikan tanah yang mereka kuasai di wilayah kekuasaanmereka, dengan demikian mereka mendapatkan keabsahan untukmenarik upeti dari penduduk. Akan tetapi dengan adanya perkembanganpenguasaan tanah pribadi secara besar-besaran, maka hal tersebut 253
memperlemah kemampuan negara yang selama ini menjalankan fungsiekonomi seperti kontrol terhadap penggunaan air dan proyek-proyekirigasi. Hal itu terjadi karena pemerintah pusat tidak bisa lagi memperta-hankan proyek-proyek umum yang mengakibatkan keruntuhan kekuasa-annya. Sementara produksi pertanian merosost tajam, maka petani taksanggup membayar upeti kepada tuan-tuan tanah lokal. Situasi inibiasanya berakibat pada munculnya krisis politik berupa pemberontakankaum tani yang bermuara pada jatuhnya dinasti yang berkuasa. Dalam masyarakat feodal, juga terdapat kelas-kelas sosial yangterdiri dari para tukang yang terhimpun dalam perkumpulan-perkumpulan(gilda) dan perusahaan-perusahaan kaum pedagang, dan sebagainyayang tinggal di daerah perkotaan. Para tukang di gilda-gilda itu lalumenjadi penghisap. Sementara orang-orang yang magang pada merekaberfungsi sebagai pekerja-pekerja yang tereksploitasi. Para tuan tanahbesar yang menggunakancara-cara kapitalis dan pra-kapitalis dalammenghisap kaum tani pun masih bisa dijumpai (masih bertahan lama)dalam masyarakat kapitalis. Di sebagian besar negara-negara kapitalis, juga dapat dijumpaikeberadaan kelas-kelas non-fundamental borjuis kecil yang terdiri darikaum tani, para tukang, pedagang kecil dan para pemilik alat-alat pro-duksi kecil. Jumlah mereka amatlah besar dan berperanan penting dalamperjuangan politik. Secara ekonomis, kelas borjuis kecil ini menempatiposisi di antara borjuasi dan proletariat. Keberadaan mereka sebagaipemilik alat-alat produksi secara pribadi menjadikan mereka lebih dekatke borjuasi (meski tak sama dengan para kapitalis umumnya, mereka inijuga mempekerjakan/mengupah orang lain, yaitu berdasarkan ikatankerja personal), namun mereka juga mempunyai ikatan dengan kaumproletar karena juga mengalami penindasan modal. Hubungan antara kelas-kelas fundamental dengan kelas-kelasnon-fundamental sendiri saling tergantung sama lain. Hal ini disebabkanadanya perkembangan sejarah yang memungkinkan beralihnya kelas-kelas fundamental menjadi kelas-kelas non-fundamental, begitu jugasebaliknya. Kelas-kelas fundamental akan merosot menjadi kelas-kelasnon-fundamental ketika relasi-relasi produksi yang sebelumnya menjadidasar yang dominan dari corak produksi tertentu lambat-laun dominasi-nya digantikan (secara bergilir) oleh relasi-relasi produksi yang baru.Kemunculan relasi produksi yang baru kemundian mentransformasikankelas-kelas non-fundamental menjadi kelas fundamental ketika relasi-relasi produksi yang baru berhasil mengkonsolidasikan dirinya dankemudian memunculkan corak produksi yang baru sama sekali. Corak produksi kapitalis merupakan corak produksi yang unik.Dalam waktu singkat berhasil menyederhanakan struktur kelas dalam 254
masyarakat, membelahnya menjadi dua, yakni antara segelintir kelasyang berkuasa dan massa proletariat yang terus tumbuh dan berkem-bang. Pada pertengahan abad ke 19, jumlah kaum borjuis sangatbanyak. Ini dikarenakan instrumen-instrumen kerja terutama dimiliki olehpara kapitalis menengah dan kecil. Di Inggris, kelas ini mencakup 8% dariseluruh penduduk yang masuk usia kerja; di negeri-negeri lain propor-sinya bahkan lebih besar lagi, sementara barisan buruh/pekerja upahantidak melebihi separuh dari penduduk yang memasuki usia kerja. Perkembangan kapitalisme monopoli telah menyebabkan konsen-trasi produksi dan sentralisasi modal yang tiada bandingannya. Hal initerutama terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II. Jumlah kaumborjuasi (golongan menengah ke atas) semakin mengecil di tengahmasyarakat, karena adanya monopoli yang menghancurkan sejumlahbesar kaum kapitalis kecil dan menengah. Di negeri-negeri kapitalis majuprosentasi kaum borjuis antara sebanyak 1% hingga 4% dari keseluruhanpenduduk. Akan tetapi, pada saat bersamaan kekuasaan dan kekayaankaum borjuis monopolis di negeri-negeri kapitalis maju ini telah berlipatganda. Hanya 1% keluarga dari seluruh keluarga di Amerika Serikatmenguasai sekitar 80 % dari seluruh asset produksi. Dalam tahapan kapitalisme pra-monopoli, kaum borjuis terutamaterdiri dari sejumlah besar individu pemilik perusahaan kecil danmenengah, akan tetapi selama abad ke 20, tumbuh perusahaan sahamgabungan sebagai bentuk pemilikan kapitalis yang dominan. Awalnya,penjualan saham perusahaan ini merupakan cara menarik dana segar/modal dan tabungan dari para borjuis kecil yang kaya untuk mengkon-sentrasikan dan menanamkan dana untuk kepentingan para pemegangsaham besar. Para ekonom borjuis lalu menginterpretasikan hal inidengan atau sebagai adanya transformasi perusahaan-perusahaan kapi-talis menjadi ”milik umum” dan sebagai pertanda bangkitnya “kapitalismerakyat”. Kenyataannya, dengan menjadi pemegang saham, seseorangtidak kemudian menjadi seorang kapitalis. Terlebih lagi orang tersebuttidak memiliki hak bicara untuk menentukan jalannya perusahaan. Tujuansesungguhnya dari perusahaan-perusahaan yang ”go public” adalahuntuk menarik tabungan para buruh sehingga bisa dimanfaatkan gunamelayani kepentingan pemilik saham besar. Kemunculan kapitalisme monopoli ini menggiring pada pemisahanpemilikan modal dengan fungsi manajerial yang dijalankan pihak lain.Sejumlah sosiolog borjuis beranggapan bahwa “kelas manajer” telahmengambil kekuasaan dan kontrol terhadap perusahaan-perusahaan inidari kaum kapitalis. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwapersoalan pemilikan sudah tidak relevan lagi. Akan tetapi dugaan-dugaanini tidaklah mencerminkan situasi yang sesungguhnya. Pertama, kaum 255
borjuis monopolis menjalankan kekuasaannya dengan cara terlibatlangsung dalam mengatur bank dan perusahaan industri mereka. Paraanggota keluarga-keluarga kaya kemudian duduk dalam jajaran direkturperusahaan industri dan perdagangan serta perbankan. Di samping itu,mereka mempromosikan kerabat mereka untuk menduduki posisi-posisiyang menentukan dalam administrasi perusahaan. Kedua, para manajertop dari perusahaan-perusahaan dan perbankan besar (para eksekutifbisnis, pegawai-pegawai eksekutif papan atas) walau tidak direkrut darikalangan keluarga kaya, mereka kemudian dimasukkan ke dalamlingkaran borjuasi mereka. Sementara itu, presiden, wakil presiden, CEOdan eksekutif-eksekutif top perusahaan adalah pegawai-pegawai yanggaji serta bonusnya jauh melebihi dari nilai pasar kinerja mereka. Dengandemikian merekapun memainkan peran khusus dalam partisipasi merekamerampas nilai lebih yang diciptakan dari kerja orang lain. Gaji danbonus yang diperoleh memungkinkan mereka untuk mengakumulasimodal/kapital termasuk juga melalui pembelian saham (yang dalambanyak kasus menjadi bagian dari “paket gaji” yang mereka terima). Sementara itu, jumlah pekerja upahan yang berhadap-hadapandengan modal tumbuh semakin besar dalam dua abad terakhir. Barisanmereka telah berlipat ganda karena mereka dibanjiri oleh para mantanborjuis kecil di kota dan desa yang tersisih dari bisnisnya. Semakin kapitalisme berkembang, maka semakin terkoyaklahjajaran borjuis kecil. Sementara itu, sebagian besar dari mereka meng-alami kebangkrutan dan ada yang berubah menjadi pemilik alat-alatproduksi kecil yang tergantung secara ekonomi, atau menjadi semi-proletar dan proletariat. Ini merupakan proses rutin yang melandaskandirinya pada laju perkembangan produksi berskala besar yang melam-paui produksi berskala kecil, sebagaimana yang diprediksikan oleh Marxdalam hukum konsentrasi dan sentralisasi kapital. Kapitalisme monopoli juga menghancurkan kelas menengah”lama” yang terdiri dari petani-petani kecil, para pemilik toko, pengusahakecil, dan kaum proifesional mandiri (dokter, pengacara, guru, dansebagainya). Mereka terlempar dari kelasnya untuk menambah jumlahbarisan proletariat. Sementara itu, pada saat bersamaan, kapitalismemonopoli menghasilkan kelas menengah ”baru” yang bekerja secaralangsung untuk melayani kepentingan kapitalisme monopoli. Mereka initerdiri dari para teknisi, ahli pemasaran, manajer, ahli keuangan, ahlikesehatan dan para pengacara yang menempati posisi penyangga antaraborjuasi dan proletariat. Akan tetapi, untuk jangka waktu lama, kapital-isme monopoli cenderung akan memproletarkan posisi-posisi tadi dengancara memperdagangkan kerja mereka dan dengan menghancurkanmonopoli mereka atas ketrampilan yang mereka miliki. 256
Barisan buruh upahan ini dibebaskan dari setiap pemilikan alat-alat produksi yang terdapat di negeri kapitalis maju dimana mayoritaspenduduknya (lebih dari 75 %) merupakan lapisan masyarakat yang aktifsecara ekonomis. Dalam skala dunia para pekerja upahan ini berjumlahmilyaran. Kaum borjuis sering beranggapan bahwa dengan adanya perkem-bangan sistem produksi yang semi-otomatis dan dengan adanya peman-faatan teknologi komputer berskala luas, maka proletariat ditakdirkanakan melenyap. Alasannya, Pertama, demikian kata mereka, karenaterjadinya penurunan jumlah orang yang terlibat dalam kegiatan industriproduksi barang, sementara di pihak lain semakin banyak orang yangbekerja di sektor jasa, dan alasan kedua, adalah peningkatan kerja-kerjanon manual (meningkatnya jumlah pekerja “kerah putih” secara umum). Dalam mendefinisikan kelas pekerja, harus terlebih dahuludiketahui posisi kelas pekerja dalam sistem produksi sosial, relasinyaterhadap alat-alat produksi dan peranannya dalam organisasi kerjasecara sosial. Menurut pandangan Marxisme, kelas pekerja itu terdiri dariseluruh orang yang, (1), karena tidak memiliki alat-alat produksi terpaksamenjual tenaga kerja mereka untuk mendapatkan upah atau gaji, dan (2),jika mereka dipekerjakan, maka mereka menghasilkan nilai lebih darikerja mereka atau yang memungkinkan majikan mereka untuk merampasnilai lebih yang diciptakan oleh orang lain. Pekerja kerah putih bukanlah sebuah kelas tersendiri; kebanya-kan dari mereka adalah pekerja upahan yang bekerja di sektor-sektornon-industrial, yakni sektor-sektor yang memungkinkan para majikanuntuk merampas nilai lebih yang diciptakan oleh para buruh industri danpertanian. Peningkatan jumlah para pekerja kerah putih sejak abad 19dimungkinkan oleh perkembangan sektor jasa (transportasi, komunikasi,perdagangan, kredit, perbankan dan asuransi, industri kebudayaan, dansebagainya). Akan tetapi sektor ini juga memproduksi struktur masyara-kat kapitalis. Orang-orang yang bekerja di sektor jasa tidaklah berdirisendiri diluar pembagian kelas dalam masyarakat. Mereka menjadibagian yang terintegrasi dari kelas-kelas masyarakat, baik itu di bidangindustri dan pertanian. Tingkat pertumbuhan pegawai kerah putih yangcepat melebihi pertumbuhan seluruh penduduk yang telah memasuki usiakerja tidak berarti telah terjadi proses de-proletarisasi penduduk ataumunculnya intelektual kelas menengah baru yang meleburkan proletariat. Terminologi intelektual biasanya digunakan untuk menunjukkansegolongan orang yang secara profesional terlibat dalam kerja-kerja yangbersifat intelektual. Ia juga mencakup sebagian pekerja kerah putih,namun sebagian besarnya lagi menjalankan fungsi kerja yang teknissifatnya. Terlebih lagi, komputerisasi yang menggejala akhir-akhir ini 257
telah memekaniskan kerja-kerja administrasi dan pejualan. Dengandemikian hal tersebut telah menyerap para pekerja kerah putih menjadioperator-operator mesin dengan kondisi kerja yang tak jauh beda dengankondisi kerja yang melingkupi para buruh industri. Mengamati kondisi di atas maka kita dapat menarik kesimpulanbahwa struktur kelas masyarakat kapitalis itu begitu beragam. Disampingadanya kelas-kelas fundamental di dalamnya juga kita temui adanyakelas-kelas non-fundamental, yang lebih spesifik lagi, dalam masyarakatkapitalis, kelas-kelas yang ada bukan merupakan kelompok-kelompokyang sifatnya tertutup sebagaimana halnya pelapisan hirarkis pada masafeodal. Dalam masyarakat kapitalis, orang-orang bisa saling berpindahdari kelompok-kelompok atau strata-strata sosial lainnya. Menghadapi fenomena ini maka para sosiolog borjuis secarasemena-mena menganggap bahwa pembagian kelas tersebut melenyapdalam masyarakat kapitalis. Beberapa kalangan dari mereka ber-anggapan bahwa kelas-kelas bergerak secara konstan seiring denganterserapnya orang ke dalamnya, serta mereka bergerak naik-turunnamun tetap terkungkung dalam kelas yang sama persis seperti naik-turunnya lift di sebuah bangunan besar. Tentu saja, dalam masyarakatkapitalis terjadi mobilitas sosial yang jauh lebih besar ketimbang dalammasyarakat feodal dimana banyak terdapat penghalang yang bersifathirarkis.akan tetapi batas-batas kelas ini tidak melenyap, bahkan dibawah sistem kapitalisme kontradiksi kelas mengalami peningkatan. Jikapada tahap-tahap awal perkembangan kapitalisme sebagian kalanganbangsawan penguasa tanah, kaum tani kaya, dsb, mampu menerobosmasuk jajaran borjuasi maka dalam tahap perkembangan selanjutnyajauh lebih sulit memasuki lingkaran monopolis ketimbang upaya yangdulu dilakukan borjuis kecil ketika memasuki lingkaran kaum ningratsemasa absolutisme feodal. Seorang ekonom AS Ferdinand Lundbery,dalam bukunya The Rich and The Super Rich, menulis bahwa padadekade 1960-an terdapat sekitar 200.000 orang kaya di AS. Kebanyakandari mereka berasal dari sekitar 500 keluarga terkaya. Meskipun status kelas dari individu-individu tertentu mengalamiperubahan, hal ini tidak berarti perbedaan kelas dalam masyarakat telahmenghilang. Malahan perubahan-perubahan status sosial yang terjadipada masa kapitalisme, keruntuhan bisnis-bisnis skala kecil, proletarisasiyang terjadi pada kerja intelektual dan meningkatnya jumlah pengang-guran, hanya memperlebar kesenjangan antara kelas-kelas fundamentaldalam masyarakat. 258
Tugas 5.3 1. Menurut pendapatmu, apakah ada struktur sosial dalam lingkungan pergaulan di sekolahmu? Mengapa? 2. Deskripsikan struktur sosial yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalmu?D. PRANATA SOSIAL Beberapa istilah yang dipergunakan oleh para ahli untuk menyebutpranata sosial dainataranya Selo Soemardjan, Soelaeman Soemardi menggu-nakan istilah Lembaga Kemasyarakatan \"social institution\"' sedangkan Mely G.Tan, Koentjaraningrat, Harsya W.Bachtiar menggunakan istilah \"pranata sosial\",Hertzler, Broom, Nimkoff memberi istilah \"lembaga sosial\" (Soekanto, 1990). Koentjaraningrat mendefinisikan pranata sosial adalah suatusistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepadaaktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhankhusus dalam kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1991).Sedangkan Harry M. Johnson (dalam Soekanto, 1990)mengemukakan institusi atau lembaga/ pranata sebagaiseperangkat aturan yang terinstitusionalisasi (instituteonalized)yakni: (1) telah diterima sejumlah besar anggota sistem social; (2)ditanggapi secara sungguh-sungguh (internalized); dan (3)diwajibkan dan terhadap pelanggarnya dikenakan sanksi tertentu. Secara ringkas, pranata sosial adalah sistem norma khususyang menjadi wahana atau menata suatu rangakaian tindakanyang memungkinkan warga masyarakat untuk berinteraksi menurutpola-pola resmi. Misalnya: belajar di sekolah, bermain tinju, diklatdan sebagainya.1. Ciri Umum Pranata Sosial Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 1990) menguraikan ciri-ciri umumpranata/lembaga sosial sebagai berikut: 1. Suatu pranata/lembaga sosial adalah suatu organisasi dariada pola-pola pemikiran dan pola-pola perikelakuan yang terwujud melalui aktivitas- aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. 2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua pranata/lembaga sosial 259
3. Pranata/lembaga sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu 4. Pranata/lembaga sosial mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pranata/lembaga yang bersangkutan 5. Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri khas dari pranata/lembaga sosial 6. Suatu pranata/lembaga sosial mempunyai suatu tradisi yang tertulis dan yang tak tertulis yang dirumuskan tujuannya, tata tertib yang berlaku.2. Unsur-unsur Pranata Sosial Meskipun terdapat perbedaan dalam pranata/lembaga, tetapi banyakjuga kesamaannya, hal ini mengingat fungsinya yang agak sama, yakni meng-konsolidasikan dan menstabilisasikan. Untuk melaksanakan fungsi tersebutdipergunakan teknik-teknik yang relatif sama antara lain: 1. Tiap-tiap lembaga mempunyai lambang-lambangnya 2. Lembaga-lembaga kebanyakan mengenal upacara-upacara dan kode- kode kelakuan formil, berupa sumpah-sumpah,ikrar-ikrar, pembacaan kewajiban-kewajiban dan lain-lain. 3. Tiap pranata/lembaga mengenal pula pelbagai nilai-nilai beserta rasio- nalisasi-rasionalisasi atau sublimasi-sublimasi yang membenarkan atau mengagungkan peranan-peranan sosial yang dikehendaki oleh lembaga/ pranata itu.3. Pengelompokkan Pranata Sosial Koentjaraningrat (1986) menggolongkan pranata sosial yang merupakancampuran dari klasifikasi yang dikemukakan Gillin dan Gillin dengan klasifikasiyang diajukan S.F. Nadel. Penggolongan berdasarkan atas fungsi dari pranata-pranata untukmemenuhi keperluan-keperluan hidup manusia sebagai warga masyarakat,paling sedikit ada delapan golongan yakni: 1. Kinship atau domestic institutions yakni pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan. Contoh: perkawinan, tolong menolong antar kerabat, pengasuhan anak, sopan santun antar- kerabat. 2. Economic institutions yakni pranata-pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk mata pencaharian hidup, mempro- duksi, menimbun, menyimpan dan mendistribusikan hasil produksi dan harta. Contoh: pertanian, peternak-an, koperasi, industri, barter, penggudangan, perbankan dan sebagainya. 3. Educational institutions yakni pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan manusia agar menjadi anggota masyarakat yang berguna. 260
4. Contoh: pesantren, pendidikan rakyat, pendidikan dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi, pemberantasan buta huruf, pendidikan ke- amanan, pers, perpustakaan umum dan lain-lain. 5. Scientific institutions yakni pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah, menyelami alam semesta. Contoh: metodologi ilmiah, penelitian, dan sebagainya. 6. Aesthetic and recreational institutions yakni pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk menghayatkan rasa keindahan dan untuk rekreasi. Contoh:seni rupa, seni suara, seni gerak, kesusasteraan, olah raga dan sebagainya. 7. Religious institutions yakni pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan dan alam gaib. Contoh: doa, kenduri, upacara, semedi, bertapa, dakwah, pantangan, ilmu gaib, dan sebagainya. 8. Political institutions yakni pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mengatur dan mengelola keseimbangan ke- kuasaan dalam kehidupan masyarakat. Contoh: pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, ketentaraan dan sebagai- nya. 9. Somatic institutions yakni pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia akan kenyaman fisik dan kenyamanan hidup. Contoh: pemeliharaan kecantikan, pemeliharaan kesehatan, kedokteran dan sebagainya.4. Tipe-Tipe Pranata Sosial Gillin dan Gillin mengklasifikasikan pranata sosial sebagai berikut (dalamSoekanto, 1990). 1. Dari sudut perkembangan pranata sosial, meliputi (1) crescive institutions merupakan pranata yang secara tak disengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Contoh: hak milik, perkawinan, agama dan sebagainya; (2) enacted institutions merupakan pranata yang dibentuk dengan sengaja untuk memenuhi tujuan tertentu. Contoh: perdagangan, pendidikan, hutang piutang dan sebagainya. 2. Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat, meliputi basic institutions yakni pranata sosial yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Contoh: keluarga, sekolah, negara.Subsidiary institutions yakni pranata sosial yang di- anggap kurang penting. Contoh: kegiatan untuk rekreasi. 3. Dari sudut penerimaan masyarakat, meliputi approved atau social sanctioned institutions yakni pranata yang diterima masyarakat. Contoh: sekolah, perusahaan dagang dan sebagainya. Unsanctioned institutions yakni pranata yang ditolak oleh masyarakat, meskipun masyarakat kadang-kadang tidak berhasil untuk memberantas. Contoh: jaringan pen- jahat, pemeras, pencoleng dan sebagainya. 4. Dari sudut faktor penyebaran, meliputi general institutions yakni pranata yang dikenal hampir semua masyarakat di dunia. Contoh: agama. Dan 261
restricted institutions yakni pranata yang dikenal oleh masyarakat tertentu atau para pengikutnya. Contoh: agama Islam, protestan, katolik, Budha, Hindu. 5. Dari sudut fungsinya, meliputi operative institutions yakni pranata sosial yang berfungsi sebagai penghimpun pola-pola atau cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan pranata sosial yang bersangkutan. Contoh: Industrialisasi, demokratisasi. Regulative Institutions yakni pranata sosial bertujuan mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian yang mutlak dari pranat tersebut. Contoh: pranata hukum: kejaksaan, pengadilan dan sebagainya.5. Proses Pembentukan Pranata Sosial Pembentukan pranata sosial melalui proses sebagai berikut: 1. Proses sosialisasi yakni proses untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan suatu norma kemasyarakatan yang baru, agar masyarakat mengenal dan mengetahui norma tersebut. 2. Proses institutonalization yakni proses yang dilewati oleh sesuatu norma kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu pranata sosial, sehingga norma-norma kemasyarakatan itu oleh masyarakat tidak hanya dikenal, diakui, dihargai dan tetapi kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-hari. 3. Norma-norma yang internalized artinya proses norma-norma kemasyarakat tidak hanya berhenti sampai institutionalization saja, akan tetapi mungkin norma-norma tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota masyarakat.6. Fungsi Pranata Sosial Merton mengemukakan fungsi pranata sosial dalam masyarakat bisaberfungsi manifes dan berfungsi laten (Horton, 1993). Fungsi manifes merupa-kan tujuan pranata yang dikehendaki atau diakui, keluarga harus memeliharaanak, pranata ekonomi harus menghasilkan dan mendistribusikan kebutuhanpokok dan mengarahkan arus modal ke tempat yang membutuhkan, sekolahharus mendidik siswa. Sedangkan fungsi laten merupakan hasil yang tidakdikehendaki dan tidak diakui atau jika diakui dianggap sebagai hasil sampingan,pranata ekonomi tidak hanya memproduksi dan mendistribusikan kebutuhanpokok, namun sering kali menimbulkan pengangguran dan perbedaan tajamakan kekayaan, pranata pendidikan tidak hanya mendidik siswa, melindungianak-anak orang kaya dari persaingan dengan anak-anak orang miskin, dansebagainya. Dalam kehidupan masyarakat terdapat pranata utama antara lain:pranata keluarga, pranata agama, pranata pendidikan, pranata ekonomi danpranata politik. Studi tentang pranata tersebut melahirkan cabang ilmu sosiologiseperti sosiologi perekonomian, sosiologi politik, sosiologi pendidikan, sosiologikeluarga, sosiologi agama. 262
a. Pranata Keluarga Didalam pranata keluarga dikenal perbedaan antara keluarga dengansistem konsanguinal dan sistem konjugal. Sistem konsanguinal adalah sistemkeluarga yang menekankan pentingnya hubungan atau ikatan darah, misalnyahubungan seseorang dengan orang tuanya. Sistem konjugal adalah sistemkeluarga yang menekankan pentingnya ikatan perkawinan (suami-istri)dibandingkan dengan ikatan dengan orang tuanya. Tipe keluarga lainnya adalah keluarga orientasi (family orientation) yaknikeluarga dimana seseorang dilahirkan, tipe lainya adalah adalah keluargaprokreasi (family of procreation) yakni keluarga yang dibentuk melalui pernikahandan melahirkan keturunan. Pembagian lainnya adalah keluarga batih (nuclear family) yakni satuankeluarga terkecil terdiri atas ayah-ibu dan anak-anak. Dan keluarga luas(extended family) yakni keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga batih. Para ahli sosiologi mengidentifikasikan fungsi pranata keluarga sebagaiberikut: 1. Mengatur hubungan seks. Secara normatif tidak ada masyarakat yang memperbolehkan hubungan seks bebas, maka pranata keluarga berfungsi untuk mengatur bagaimana diperbolehkannya hubungan seks terjadi. 2. Fungsi Reproduksi, yakni untuk mengembangkan keturunan yang dibatasi oleh aturan-aturan yang berlaku dalam keluarga. 3. Sosialisasi. Pranata keluarga berfungsi untuk mensosialisasikan sebagai anggota baru dalam masyarakat untuk dapat memerankan apa yang diharapkan dari dirinya. 4. Fungsi afeksi yakni memberi suasana saling asah, saling asuh dan saling asih 5. Memberi status, baik terkait dengan jenis kelamin, urutan dalam keluarga, hubungan dengan kekerabatan dan status sosial. Dalam masyarakat dikenal banyak aturan perkawinan. Pertama tentangsiapa yang boleh dan tidak boleh dinikahi, maka dikenal incest taboo (laranganhubungan sumbang). Bentuk perkawinan secara umum dikenal monogami dan poligami.Monogami adalah bentuk perkawinan antara satu orang laki-laki dengan satuwanita. Poligami adalah perkawinan antara satu laki-laki dengan beberapawanita atau antara satu wanita dengan beberapa laki-laki. Dalam poligamidikenal bentuk poligini (polygyny) bentuk perkawinan antara satu laki-laki denganbeberapa wanita dan poliandri (polyandry) adalah perkawinan antara satu wanitadengan beberapa laki-laki. Disamipng bentuk perkawinan dikenal jugaperkawinan kelompok (group marriage). Sedangkan poligami khusus disebutsororal polygyny yakni perkawinan antara laki-laki dengan lebih dari satu wanitasaudara kandung pada waktu yang sama. Aturan lain adalah eksogami yakni aturan perkawinan yang melarangmelakukan perkawinan dalam keluarga/ kelompok. Endogami sebaliknya yangmewajibkan untuk melakukan perkawinan dengan anggota kelompokkeluarganya. 263
Pada perkembangan selanjutnya dalam pranata keluarga dewasa inidengan didorong oleh suatu gaya hidup baru (new life stylle) muncul beberapabentuk keluarga seperti hidup bersama di luar nikah (cohabitation), keluargahomoseks (gay parent family) dan kehidupan membujang.b. Pranata Pendidikan Pranata pendidikan ini baik mencakup kurikulum (curriculum),pembelajaran (instructional) maupun penilaian (assesment), baik yang tercantumdalam kurikulum maupun yang termuat dalam kurikulum tersembunyi (hiddencurriculum) Fungsi pranata pendidikan secara umum meliputi, pertama fungsimanifes antara lain: (1) mempersiapkan anggota masyarakat mencari nafkah; (2)melestarikan kebudayaan; (3) menanamkan ketrampilan dan lain-lain.Sedangkan fungsi laten pranata pendidikan antara lain: (1) memupukkeremajaan; (2) pengurangan pengendalian orang tua; ndan (3) saranapembangkangan.c. Pranata Agama Agama dipergunakan untuk mengatur kehidupan manusia, dalamsosiologi agama dinamakan religion yang maknanya lebih luas dari sekedaragama yang kita kenal sekarang seperti islam, katolik, Kristen, Hindu dan Buda.Disamping itu dikenal dengan istilah civil religion yakni kepercayaan dan ritual diluar pranata agama, biasanya dikaitkan dengan politik, seperti pemujaan padapemimpin, penghormatan pada lagu kebangsaan, seperti pengucapan Pancasiladan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 padawaktu upacara bendera.d. Pranata Ekonomi Pranata ekonomi dalam proses perkembangannya sebagaimanadikemukakan dalam Smelser (dalam Plak,1985) terkait dengan prosesperubahan dari masyarakat homogen menjadi heterogen. Dalam pranata ini berkembang ideologi ekonomi seperti kapitalisme,sosialisme dan sebagainya. Dewasa ini berkembang pranata ekonomi baru yakniMNC (Multinational Corporation) yang memiliki usaha dan cabang usahabagaikan gurita yang melilit dunia. Dalam pranata ekonomi baru ini bahkankekuasaan mampu melampau kekuasaan suatu negara.e. Pranata Politik Komblum mendefinisikan pranata politik sebagai perangkat norma danstatus yang mengkhususkan diri pada pelaksanaan kekuasaan dan wewenang.Pranata utamanya antara lain ekskutif, legislatif dan yudikatif, militer dansebagainya. Termasuk partai-partai politik, pengambilan keputusan dansebagainya. Pokok pembahasan tentang pranata politik berdasarkan masing-masingpakar berbeda, seperti masalah kekuasaan. Pandangan weberian memandangbahwa kekuasaan itu ada pada kelompok masyarakat tertentu yakni pada para 264
elit terutama elit politik, sedangkan pandangan Foucoultian memandangkekuasaan itu ada dimana-mana (power is anywhere) bahkan pada hubung-an/relasi seksual antara pria dan wanita. Dengan demikian kekuasaan dapatdimiliki oleh siapapun tidak hanya oleh elit tertentu.Tugas 5.4 1. Bagaimana pendapatmu tentang fungsi nyata pranata keluarga di lingkungan tempat tinggalmu?, apakah sudah sesuai dengan ketentuan hukum yang ada? Mengapa?E. MOBILITAS SOSIAL Mobilitas sosial adalah perubahan, pergeseran, peningkatan,ataupun penurunan status dan peran anggotanya. Misalnya, seorangpensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaanmenjadi seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang. Contoh lain,seorang anak pengusaha ingin mengikuti jejak ayahnya yang berhasil. Iamelakukan investasi di suatu bidang yang berbeda dengan ayahnya.Namun, ia gagal dan jatuh miskin. Proses keberhasilan ataupunkegagalan setiap orang dalam melakukan gerak sosial seperti inilah yangdisebut mobilitas sosial (social mobility). Menurut Horton (1993), mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahandari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yangsatu ke strata yang lainnya. Sementara menurut Kimball Young dan Raymond W.Mack (dalam Soekanto 1990), mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktursosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok danhubungan antara individu dengan kelompoknya. Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukanmobilitas sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orangmenjadi lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan jenispekerjaan yang peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosialtinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapatmerasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosialyang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja keba-nyakan orang akan terkukung dalam status nenek moyang mereka.Mereka hidup dalam kelas sosial tertutup. 265
Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbukakarena lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, padamasyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebihsulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yangmenganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta,bila seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya iatetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah kekasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian.Karena yang menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengandemikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yanglebih tinggi.1. Cara Untuk Melakukan Mobilitas Sosial Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosialke atas adalah sangat beragam, diantaranya adalah sebagai berikut.a. Perubahan standar hidup Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis,melainkan akan merefleksikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Iniakan mempengaruhi peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan danprestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Menejer, sehinggatingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapatdikatakan naik apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jikadia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadipegawai rendahan.b. Perkawinan Perkawinan pada umumnya bertujuan untuk memenuhi kebutuh-an seksual dan melanjutkan keturunan. Namun secara sosiologis padaumumnya perkawinan juga bertujuan untuk meningkatkan status sosialyang lebih tinggi dari manusia yang bersangkutan, namun demikian tidaksemua individu memiliki pandangan tersebut. Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangatsederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandangdi masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikkan status si wanitatersebut.c. Perubahan tempat tinggal Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindahtempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru.Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadilebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yangmemiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya olehmasyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas. 266
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233