Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Bab 2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Bab 2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Published by haryahutamas, 2016-08-24 05:25:33

Description: Bab 2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Search

Read the Text Version

Anamnesr's dan pemeriksaan fisik Mampu untuk: o Melakukan dan memahamr anamnesis oftalmologi. r l4emeriksa fungsi mata (tajam penglihatan dan iapang pandang). r ]\{emerrksa reaksi pupil. r Memeriksa pergerakan mal.a. . Memeriksa sfiuktur mata. o lMemahamr penggunaan fluoresein. r Menggunakan oftalmoskop.Diagnosis oftalmologi sangat bergantung pada anamnesis yang baik danpemeriksaan menyeluruh. Sebagian besar diagnosis oftalmologi tidakmembutuhkan tes tambahan.Anamnesis yang baik harus mencakup rincian dari:o Gejala okular, onset, mata yang sakit, dan gejala nonokular terl<ait.r Riwayat olcular sebelumnya (misal penglihatan buruk pada satu matasejak lahir, rel<urensi penyakit sebelumnya, terutama peradangan).o Riwayat medis sebelumnya (misal hipercensiyang dapat terkait denganbeberapa penyakit vaskular mata seperti ol<lusi vena retina sentral; d,a-betes yang dapat menyebabkan retinopati, dan penyakit pe radangan sistemi kseperti sarkoid yang juga dapat menyebabkan peradangan okular).r Riwayat pengobatan, karena beberapa obat seperti isoniazid danklorokuin dapat toksik terhadap mata.o Riwayat keluarga (misal penyakit okular yang diturunkan seperti retinitispigmentosa, atau penyal<it dengan riwayat keluarga yang mungkin merupa-kan faktor risiko, seperti glaukoma).r Alergi.

Pemeriksaan fisik mata t$ Mendadak/perlahan-lahan Nyeri/tidak nyeri Transien/permanen Kedua mala/satu mata/sebagian dari lapang pandang Berair/lengket Nyerr Disertai hilangnya pengiihatan Durasi Boks 2.1 Dua gejala umum mata dan bagan pertanyaan tambahan yang harus ditanyakan Bail< struktur maupun fungsi mata harus diperiksa. Tes fisiologis mataTAJAM PENGTIHATAN (Gambar 2.1)Dewasa Tes tajam penglihatan (visual acuity, VA) menilai l<el<uatan resolusi mata. Tes standar adalah dengan menggunal<an kartu Snellen, yang terdiri dari baris-baris huruf yang ukurannya semal<in kecil. Tiap baris diberi nomor dengan jarak dalam meter dan lebar tiap huruf membentuk sudut I menit dengan mata. Tajam penglihatan dicatat sebagai jarak baca (misal 6 meter) pada nomor baris, dari huruf terkecil yang dilihat. Jika jaral< baca ini adalah garis 6 meter, maka tajam penglihatan adalah 616; jil<a jarak baca ini adalah garis 60 meter maka tajam penglihatan adalah 6/60. Penglihatan diperiksa dengan kacamata bila pasien menggunakan kacamata, namun tes pinhole al<an mengoreksi kelainan refralcsi sedang.Anak Pada anal<, digunakan berbagai metode untul< menilai tajam penglihatan: o Anal< yang masih sangat kecil diamati untul< mengetahui apakah mereka dapat mengikuti ob.jek atau mengambil 'ratusan dan ribuan' del<orasi kue. . Tes Tajam Penglihatan Cardiff dapat digunal<an untuk menilai penglihatan anal< usia satu hingga tiga tahun. Metode ini merupakan tes penglihatan pilihan berdasarkan fal<ta bahwa anak lebih sul<a melihat target yang kompleks dibandingkan target sederhana. Kartu berwarna abu-abu mem- perlihatkan berbagai gambar yang dikelilingi oleh pita putih dan dibatasi dengan dua pita hitam. Gambar menjadi lebih sulit dilihat dengan latar belakang abu-abu bila lebar pita berkurang. Pandangan anak diamati dan pemeriksa memperkirakan apakah objek yang dilihat berada pada bagian atas atau bawah kartu. Saat pemeriksa tidak dapat mengidentifikasi posisi objek dari pandangan anak, diasumsikan bahwa anak tidal< dapat melihat gambar.

Bab 2: Anamnesis dan pemeril<saan fisik r Anak yang lebih besar mampu mengidentifikasi atau memasangkan satu gambar dan huruf dengan berbagai ul<uran (tes Sheridan-Gardiner). H PN XUT AHDF ZAPFX UZflXTA onrirrpz(a) Gambar 2.1 Metode metode untuk menilar talam penglihatan: (a) kartu SnelLen dan (b) contoh kartu Cardiff.LAPANG PANDANG Lapang pandang memetalcan perluasan perifer dunia visual. Tiap lapang pandang dapat direpresentasikan sebagai satu seri l<ontur atau isopter, mendemonstrasikan l<emampuan untul< melihat satu target dengan i-rl<uran dan kecerahan tertentu. Lapang pandang tidal< rata; daerah pusat mata dapat mendeteksi objek yang jauh lebih l<ecil dibandingl<an di perifer. Hal ini menghasill<an'bukit penglihatan' di mana oblek yang dilihat dengan detil terbaik berada pada puncal< bukit (di fovea) (Gambar 2.2). Di sisi temporal lapang pandang terletak bintil< buta. lni berhubungan dengan papil saraf optik di mana tidal< terdapat fotoreseptor. Lapang pandang dapat diperilcsa dengan berbagai cara.TES KONFRONTASI Satu mata pasien ditutup dan pemeriksa dudul< di seberangnya, menutup matanya pada sisi yang sama. Satu objel<, biasanya kepala jarum berukuran besar, kemudian digerakkan dalam lapang pandang mulai dari perifer menuju lce pusat. Pasien diminta mengatakan l<apan ia pertama kali melihat objel< tersebut. Tiap kuadran diperil<sa dan lol<asi bintil< buta ditentukan. Selanjutnya lapang pandang pasien dibandingl<an dengan lapang pandang pemerilcsa. Dengan latihan dapat juga diidentifil<asi skororna sentral (sko- toma adalah daerah folcal dalam lapang pandangan dengan sensitivitas yang berkurang, dikelilingi oleh area yang lebih sensitif). Tes lapang pandang l<asar dapat dilakukan sebagai berikut: o Mintalah pasien untuk menutup satu matanya. Duduklah di depan pasien dan angkat l<edua tangan Anda di depan mata yang tidal< ditutup,

Pemeril<saan fisik mataoo 6 t6a.cdd .Oa --!d .t cQ c!co dE dO -f-i)m6 o-b!D =trd 'dooc df1 'Eo6 o_._ 91 6-- 3=E Oco -Ap ^o@:d 3s-db.- o! .6aaci_qr:l@ bta,6lOoj.<n >6a fil 6-E 6qiT0r a7 Fo E cs Qtia P6O.r5o d^ ie !otc7JoFl do; OO OEo:Q.c ^fr -E65CS-c €E .-tFrco \"dd cO. t'd €ia.ed .F6 €r -b3>d.r -tt Eqo N\"rE (*dQ! 6 (6d

Bab 2: Anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan telapal< tangan menghadap pasien, satu tangan pada masing-masing sisi. Tanyakan apakah kedua telapak tangan terlihat sama. Ulangi tes dengan mata satunya. Tes ini dapat berguna dalam mendeteksi hemianopia bitemporal (pasien mungkin juga tidal< dapat melihat huruf temporal pada kartu Snellen l<etika dilakukan pemeril<saan tajam penglihatan). r Mintalah pasien untuk menghitung jumlah jari yang diperlihatkan pada tiap kuadran lapang pandang. Tes yang digunakan untuk mengidentifikasi defek lapang pandang neuro- logis adalah dengan menggunakan objek berwarna merah. Lapang pandang merah merupal<an yang paling sensitif terhadap lesi saraf optik. Untuk melakukan tes l<onfrontasi digunakan jarum dengan kepala berwarna merah, pasien diminta untuk mengatakan saat ia pertama kali melihat kepala jarum tersebut berwarna merah (bukan saat ia pertama lcali melihat kepala jarum tersebut). Cara yang lebih sederhana, satu objek berwarna merah dapat dipegang di tiap kuadran atau setengah lapang pandang dan pasien diminta untuk membandingkan kualitas warna merah di tiap lol<asi. Pada defel< lapang pandang hemianopik, warna merah akan tampak lebih buram di lapang pandang yang terl<ena.PERIMETER Mesin ini memungkinkan pemetaan lapang pandang yang lebih akurat. Mesin ini mengukur: o Lapang pandang kinetik di mana pasien menunjukkan saat ia pertama kali melihat cahaya dengan ukuran dan tingkat kecerahan teftentu yang digerakkan dari perifer. Hal ini seperti menggeralckan kepala jarum pada tes konfrontasi. r Lapang pandang statik di mana pasien menun.iulclcan saat ia pertama kali melihat cahaya stasioner pada tingkat l<ecerahan yang bertambah. Teknik-teknik ini terutama berguna pada l<ondisi okular l<ronis dan neurologis untul< memonitor perubahan lapang pandang (misal pada glaul<oma).TEKANAN INTRAOKULAR Tel<anan intraokular diukur dengan tonometer Goldmann (Gambar 2.3). Satu silinder plastil< jernih ditekankan pada kornea yang sudah dianestesi. Cincin pendataran, dilihat melalui silinder, dibuat terlihat dengan adanya fluoresein pada film air mata (lihat hal. 26). Prisma yang diletakkan secara horizontal dalam silinder, memisahkan cincin kontak menjadi dua setengah lingkaran. Tekanan yang diberil<an lce silinder dapat divariasikan untuk mengubah tingl<at pendataran kornea dan kemudian ul<uran cincin. Tekanan disesuaikan sehingga l<edua setengah lingkaran saling bertautan. lni me- rupakan titik akhir dari tes, dan tel<anan yang diberikan dikonversi ke dalam satuan tekanan ol<ular (mmHg) yang dapat dilihat di tonometer. Ahli optometri menggunakan tiupan udara dengan intensitas yang ber- beda-beda untul( menghasilkan pendataran kornea dan bukannya mengguna-

Pemeriksaan fisik mata :3Matapasien Prisma A ffi tft;t*tI 'iiiltli w Mikroskop slit lamp Gaya yang dlberikan pada prisma dapal dltingkatkan dan dikurangl dengan memutar tombol. Suatu skala mengkonversi gaya ini ke dalam pengukuran tekanan yang dapat langsung dibaca dari tonometer bila sudah titik akhir sudah dicapal Perkiraan tekanan okular terlalu rendatra, Tltik akhirAV(b) Perkiraan tekanan okular terlalu tinggiGambar 2.3 (a) Pen[rukuran tekanan intraoku]ar dengan tonometer Goldmann. (b) Duasetengah lingkaran dilihat oleh pemenksa Gaya kontak diilngkatkan hingga batasdalam setengah lingkaran bersentuhan. Titik ini merupakan tltlk akhir, dl mana dicapaijumlah lertentu pendahran kornea.

i-d Bab 2: Anamnesis dan pemeriksaan fisil< kan prisma tonometer Goldmann. Berbagai tonometer lain .iuga dapat digunakan termasuk alat elektronik genggam kecil.REAKSI PUPILUkqran pupil (miosls, konstriksi; midriasis, dilatasi) dan responsnya terhadapcahaya dan akomodasi memberikan informasi Penting mengenai: optik); (saraf dan traktusr fungsi jalur aferen yang mengontrol pupilo fungsi jalur eferen.Pemeril<saan pupil dimulai dengan penilaian ukuran pupil dengan cahayauniform. Jika terdapat asimetri (anisokoria) harus ditentukan apal<ah pupilyang kecil atau yang lebar yang merupakan pupil abnormal. Pupil kecil yangpatologis (setelah l<erusakan sistem saraf simpatis) akan menjadi lebihlelas pada pencahayaan redup, karena dilatasi pupil normal akan menjadilebih besar. Pupil lebar yang patologis (didapatkan pada penyakit sistemsaraf parasimpatis) akan menjadi lebih ielas dalam cahaya. Pasien dengan riwayat inflamasi mata anterior (iritis), trauma, ataupembedahan mata sebelumnya mungkin mengalami perubahan strukturiris yang secara mekanik mempengaruhi bentul< pupil. Beberapa individumemiliki diameter pupil asimetris yang tidak terkait dengan penyakit. Pada pasien yang ukuran pupilnya sama, langkah berikutnya adalahmencari defek fungsi saraf optik, dengan menggunakan 'tes sentolopberayun'. Pemeriksaan ini merupakan petunluk sensitif untuk defekkonduksi aferen. Pasien duduk di ruangan dengan pencahayaan redup danmemandang objek yang jauh. Senter diarahkan pada tiap mata secarabergantian sementara pupil diamati. Defek unilateral pada konduksi sarafoptik diperlihatkan sebagai defek pupil aferen relatil (relative afferentpupil defect, RAPD) (lihat Gambar 2.4).Untuk memeriksa eferen refleks pupil, pasien kemudian diminta untul<melihat objek yang dekat; pupil yang normal mengalami konstriksi bersamadengan akomodasi dan konvergensi. lni dinamakan refleks dekat.PERGERAKAN MATA Pergerakan mata dinilai ketika duduk menghadap pasien. Perhatikan hal- hal berikut: . posisi mata; o kisaran pergerakan mata; o jenis pergerakan mata. Arah yang abnormal pada salah satu mata dalam posisi primer pan- dangan (melihat lurus ke depan) dapat menandakan adanya strabismus. Hal ini dapat dikonfirmasi dengan melakukan tes cover (lihat hal. 1 64). Kisaran pergerakan mata dinilai dengan meminta subjek untuk me- ngikuti objek yang bergerak. Pergerakan horizontal, vertikal, dan oblik diperiksa dari posisi primer pandangan dengan cara meminta pasien me- laporkan adanya penglihatan ganda (diplopla). Adanya pergerakan mata yang berosilasi (nistagmus) (lihat hal. 174) iuga dicatat. Pergerakan mata ketika mengikuti objek diperiksa. Pergerakan mata ini (gerakan mengikuti)

Pemeriksaan fisik mata Mara I I kanan l*l r-\".,Kerusakan \\ N*T::?isaraf optlk Gambar 2.4Detek pupll aferen relatlf. Saraf optik kiri mengalaml kerusakan. (a) Cahaya yang rltstnarkan ke maia kanan melryebabkan kedua puptl mengalami konstriksi. (b) Ketrka cahaya diprndahkan ke mata kiri kedua pupil berdilatasi karena tidak adanya dorongan af-.ren pada refleks cahaya; terdapat defek puptl aferen relatif kiri. Opasitas media mata (misal katarak yang padai), atau kerusakan lalur visual d] belakang korpus genrkulatum tldak akan menyebabkan defek puptl afeten telattf. biasanya lancar namun dapat berubah bila ada penyakit. Kemampuan untuk mengarahl<an pandangan dengan cePat dari satu obiek ke obiek lain (pergerakan mata sakadik) dapat diperiksa dengan meminta Pasien untuk melihat target (seperti iari) yang diletakkan pada tiap sisi l<epala. Pergerakan ini harus cepat, halus, dan akurat (yaitu tidak overshootatau undershoot target).KELOPAK MATA Biasanya kelopak mata letaknya seialar. Tepi kelopak terletak del<at bola mata pada mata yang sehat. Jika tepi kelopak mengarah l<eluar dari bola mata mal<a terdapat ektropion; iika tepi ini mengarah ke dalam dan bulu mata bergesekan dengan bola mata maka terdapat entropion. r Kelopak mata yanS iatuh (ptosrs) dapat menunjukkan: Kelainan anatomis (misalnya kegagalan tendon levator untul< berinsersi dengan benar di lcelopak). o Masalah organil< (misalnya kelemahan otot levator pada miastenia gravis atau gangguan persarafan pada palsi saraf lcetiga). Dalam menilai ptosis, jarak antara kelopak mata atas dan bawah diukur dengan pasien melihat lurus ke depan. Kemudian dicatat ekskursi lcelopal< mata atas dari pandangan ke bawah yang ekstrim lce pandangan ke atas ekstrim. Pada miastenia, pengulangan gerakan kelopak mata ke atas dan ke bawah akan meninglcatkan ptosis karena otot levator mengalami kelelahan (lihat hal. 47).

l.* Bab 2: Anamnesis dan pemeril<saan fisik Pemeriksaan anatomis mataKELOPAK MATA DAN SEGMEN ANTERIOR Pemeril<saan sederhana pada mata dan adnelcsa dapat mengungl<apl<an banyal< proses patologis pada mata. Tanpa slt Jamp, mata masih dapat diperiksa dengan baik dengan cahaya yang cukup. Dapat dipenksa: . Konjungl.iva: apakah mengalami inleksi (inflamasi), apakah terdapat sekret,' bagaimana dlstribusi kemerahan, apakah terdapat perdarahan konjungtlva? r Kornea. apakah jermh, apakah ierdapat refleksi cahaya yang;e1as darl film air mata yang melapisinya? o Bilik mata antenor: apakah intak (irka dlduga trauma tembus), apakah terdapat hipopion (ha] 86)? o lrrs dan pupil: apakah bentuk pupil normal? . Lensa: apakah terdapat opasitas pada refleks fundus pada pemeriksaan oftalmoskopi (lihat hal 27)? Boks 2.2 Pemerrksaan flsik mata tanpa sijt Jamp. Spesialis mata menggunakan biomikroskop (slit lamp) untul< memeriksa mata dan kelopak mata. Alat ini memungkinl<an pemeril<sa mendapatkan pandangan stereoskopil< yang diperbesar. Celah cahaya memungkinl<an potongan melintang media transparan mata dapat dilihat. Dengan menyesuail<an sudut antara sinar ini dengan mil<rosl<op, cahaya dapat digunalcan untuk memperjelas berbagai strul<tur dan proses patologis dalam mata. Tiap strul<tur diperil<sa dengan teliti, dimulai dari kelopak mata kemudian terus ke arah dalam.PENGGUNAAN FI,UORESEIN DIAGNOSTIK Fluoresein memilil<i sifat menyerap cahaya pada panjang gelombang biru dan memancarl<an fluoresensi hijau. Aplikasi fluoresein pada mata dapat mengidentifil<asi abrasi kornea (yaitu hilangnya sel epitel permul<aan) dan kebocoran al<ueous humor dari mata (Gambar 2.5). Untul< nremeril<sa suatu abrasi: c larutan lemah fluoresein diaplil<asikan pada nrata; e mata diperil<sa dengan cahaya biru; . area abrasi al<arr berfluoresensi menjadi hijau terang. Untul< menentul<an apakah cairan bocor dari dalam mata (misal setelah cedera tembus l<ornea): . larutan fluoresein 2%yangtidal< berfluoresensi diaplikasikan pada mata; . mata diperil<sa dengan cahaya biru; . pewarna, yang terdilusi oleh al<ueous yang bocor, menjadi berwarna hijau terang ketika bercampur dengan fluoresein gelap.

Pemeriksaan fisil< mata Gambar 2.5 (a) Abrasr kornea (lapisan eprtel kornea telah rusak), (b) fluoresern rnewarnai area yang rusak secala untform, (c) kornea yang tnengaLatli perforasi menyebabkan akueous bocor (kebocoron di suri dillndungi oLeh Lensa kontak lunak), (d) zai fluoresern berlluoresensi kettka teldllust oleh akueor.ts yang bocotEVERSI KETOPAK MATA ATAS (Gambar 2.6) Bagian bawah lcelopal< mata atas diperil<sa dengan membaiikkannya meng- gunal<an objel< lcecil berujung tumpul (misal corron bud) yang diletal<l<an di atas lipatan l<elopak rnata. lni adalah tel<nil< yang penting dil<uasai karena benda asing sering l<aii r'nasLl{< di bawair l<el*pak mata at;'x$ dan rnenyebabl<an rasa nyeri yanF\" cul{up hebat.RETINA Retina diperihsa c{engan: e Cftalnreisi<opi clirei< (oftalrnoskop i<onverrslonal) (lihat Gambar 2.7). e Cftalrnosl<opi indirel<, yang ntampu melihat retina saiilpai l<e area sangat peri{er. Femeril<sa rnengenal<an nrilc'oskop Llinokular di l<epaia dengan sumber cahaya. Satu lensa yang diletakkan di antara pemerilcsa dan mata pasien digunal<an untul< menghasillcan bayangan retina yang terbalil<. Lensa lcontak khusus (misal lensa bercernnin tiga) juga digunal<an pada slit lamp. Kedua teknil< teral<hir digunal<an oleh spesialis; telcnik yang harus dikuasai oleh nonspesialis adalah oftaln-loslcopi dinel<.

Bab 2: Anamnesis dan pemeriksaan fisil< Gambar 2.6 Eversr keiopak mata atas Dlenggun.lkan cotlolr bud yang diletakkan dr lipatan kelopak fiiata.Gambar 2.7 Tekrtk oftalmoskopi drrckPerhatjkan bah\rva matii kin pemerrksac.Liqurrarl<an ,Jntuit meuenksa ltala liirisublek S-ornakrn d-.iiat pernerll.isa kepasrcl, sell]iiknl br:sar Lapalg pandang,llrancj chCapatkan. Oftalmosl<opi direl< memberikan: . suatu bayangan refleks fundus; r pandangan yang diperbesar dari papil saraf optik, makula, pembuluh darah retina, dan retina hingga ekuator. Oftalmoskopi direk terdiri dari: . sumber cahaya, yang ukuran dan warnanya dapat diubah; . sistem lensa yang memungkinkan kelainan refraksi pemeril<sa dan pasien dikoreksi.

Pemeriksaan fisik mata 3$ Penggunaan oftalmoskop dengan baik dan benar akan didapatkan sesuaidengan pengalaman. Hasil terbail< didapatl<an iika pupil didilatasi lebihdahulu dengan tropil<amid, suatu midriatikum keria pendek. Pasien dan pemeriksa harus merasa nyaman dan pasien melihat luruske depan pada satu obiek iauh. Mata l<anan pemeriksa digunal<an untukmerneril<sa mata kanan pasien dan mata kiri untuk memeril<sa mata kiri. Pemeriksa, dengan iarak oftalmoslcop sekitar 30 cm dari mata, melihatreflelcs fundus melalui pupil. Kekuatan lensa oftalmoskop yang tePat untukmenghasilkan bayangan yang ielas didapatkan dengan memutar turun darikoreksi hipermetropik (plus) tinggi ke rendah. Opasitas kornea atau lensamata akan terlihat hitam pada refleks fundus. Mata kemudian didel<atihingga jaral< beberapa sentimeter dan kekuatan lensa disesuaikan dalamarah miopil< (minus), untuk mendaPatkan fokus retina. Meletakkan satu tangan pemerilcsa pada dahi pasien mungkin dapatmembantu pemeriksa selain iuga berguna untuk menahan kelopak mataatas tetap terbuka. Pada saat ini seharusnya retina dapat dilihat. Pentinguntuk mencoba memeriksa retina dalam urutan yang tePat sehingga tidal<ada yang terlewat.o Pertama temukan lempeng optil< (Gambar 2.8), nilailah batasnya (apakahjelas?), nilailah warna lempeng (apakah Pucat?), nilailah mangkuk optik(lihat hal. l0l).r Periksa daerah malcula. Apakah refleks fovea normal (pada orang mudalekukan fovea tampak sebagai cahaya pinpolnt terang di tengah retina).Apal<ah terdapat lesi abnormal seperti perdarahan, eksudat, atau cottonwool spotlo Kembalilah ke lempeng optik dan il<uti tiap cabang pembuluh darahutama hingga ke perifer. Apakah diameter pembuluh darah normal, apakah Gambar 2.8 Fundus kiri yang nolmal. Perhatikan bahwa lempeng opttk dengan vena dan arteri retina yang berjalan melewatinva dan bercabang di seluruh retina. Pembuluh darah temporal yang besar disebut arkade. Makula terletak dl temporal lempeng optlk dengan fovea pada bagian tengahnya.

Bab 2: Anamnesis dan pemeriksaan fisik arteri menekan vena di tempat mereka bersilangan (A/V nipping), apal<ah terdapat emboli di arteriol? Juga periksa apal<ah ada abnormalitas di sel<itar reti na. r Perilcsa retina perifer dengan gerakan menyapu 360'. o Gunakan oftalmoskop dengan pencaiayaan yang baik. . Lihat pengaturan oftalmoskop sebelum melakukan pemeriksaan. . Pada pemerrksaan retina posisi pemeriksa harus dekat dengan sublek yang drperiksa. Akan didapatkan pandangan yang tidak memadai llka pemeriksa terlalu jauh. o Pemerrksaan melalui kacamata pada pasren yang sangat miopik dapat membedkan pandangan yang lebih baik. . Berlatih, berlatlh, berlatih. Boks 2.3 Petunjuk uniuk nehhat dengan ofialmoskopr drrek. Teknik pemeriksaan khususLENSA DIAGNOSTIK Spesialis mata menggunal<an lensa khusus yang dapat digunal<an bersama dengan slit lamp untul< memeriksa strul<tur okular khusus. Lensa gonloskopi merupal<an suatu lensa l<ontak diagnostil<, dengan cermin integral yang memungkinl<an visualisasi sudut iridol<ornea. Lensa yang lebih besar dengan tiga cermin mernungkinkan retina perifer dapat dilihat. Keduanya digunal<an pada kornea yang telah dianestesi dengan media pelumas. Lensa-lensa lain dapat digunal<an untuk mendapatl<an pandangan stereosl<opil< retina.RETINOSKOPI Tel<nik retinosl<opi memungl<inl<an keadaan refraktif mata (yaitu l<ekuatan yang dibutuhkan oleh lensa l<acamata l<orektif) bisa diulcur. Garis cahaya dari retinosl<op dilewatkan l<e dalam mata. Reflel<si dari retina diamati melalui retinoskop. Dengan menggeral<l<an retinosl<op perlahan-lahan dari satu sisi l<e sisi lain, bayangan yang direflelcsikan dapat dilihat bergeral<. Arah pergeral<an bayangan ini tergantung pada l<elainan refraktif mata. Dengan meletal<l<an lensa percobaan dengan berbagai kekuatan di depan mata, arah bayangan yang direfleksikan terlihat terbalik. Ketika titil< ini didapatlcan maka ditemukan l<elainan refral<tif. Teknik pemeriksaan penuniangULTRASONOGRAFI Ultrasonografi digunakan secara luas dalam bidang oftalmologi untul< me- nyediakan informasi tentang vitreous, retina, dan lapisan posterior mata,

Pemeril<saan fisik mata iliterutama bila tidal< dapat divisualisasi dengan ielas (iil<a, sebagai contoh,terdapat l<ataral< padat atau perdarahan vitreous). Ultrasonografi iugadigunal<an untul< mengukur panjang bola mata sebelum pembedahan kataral<untul< memperl<irakan kekuatan lensa artifisial yang ditahan dalam mata(lihat hal. 79).KERATOMETRI Bentuk l<ornea (radius kelengl<ungan) dapat diukur dari bayangan target yang direfleksikan dari permul<aannya. Hal ini Penting dalam penilaian lensa l<ontak (Bab 2), pembedahan refral<tif (Bab 3), dan perhitungan l<ekuatan implan lensa artifisial pada pembedahan kataral< (Bab 8). Tel<nik fotolceratometri memungkinkan dilakukannya pemetaan l<ontur kornea yang sangat al<urat (Gambar 2.9).i;K 150\.-\-\\41&il \-rfzfi; ; 165.,-6a1,141!.- 180 _-40,9 / :,li!r,l40,6 _.403 / .,40,0 t! i;,:,39.7 ./a .:::a:39,539,2 /39,0 ,/ / Gambar 2.9 Peta kontur kornea yang dldapatkan dengan fotokeratoskop. Warna warna mer-opresentasrkan arca dengan kelengkungan kornea yang berbeda, dan dengan demrkran kekuatan reflaktif Yang betbeda.SINOPTOFOR Mesin ini memunglcinkan penilaian penglihatan tunggal binokular, l<emam- puan l<edua mata bekerja bersama untuk menghasilkan bayangan tunggal- Mesin ini iuga mungl<in memeril<sa l<isaran mata bergeral< saling meniauh (divergen) atau saling mendel<at (konvergen) saat memPertahankan gambaran tunggal (mengukur kisaran fusi).

:.: Bab 2: Anamnesis dan pemeriksaan fisikEKSOFTALMOMETER Alat ini mengukur protrusi okular (proptosrs).TES ELEKTROFISIOTOGIS Akivitas listrik retina dan korteks visual sebagai respons terhadap stimu- lus visual spesifik, sebagai contoh cahaya berl<ilat, dapat digunakan untul< menilai fungsi retina (elektroretinogram), EPR (e/e/<trookulogram), dan jalur visual (respons atau potensial yang dibangkitkan secara visual, visually evoked response or potential).TEKNIK PENCITRAAN RADIOLOGI CT scan dan MRI telah banyak menggantikan rontgen tengl<orak dan orbita dalam pencitraan orbita dan jalur visual. Tel<nil< diagnostil< terbaru telah meningl<atkan diagnosis penyakit orbita (misal meningioma selubung saraf optik) dan lesi lalur visual seperti tumor hipofisis. Teknik-tel<nil< tersebut juga telah menladi pemeriksaan lini pertama pada trauma orbita.ANGIOGRAFI FLUORESEIN (Gambar 2.10) Tel<nil< ini menghasilkan informasi mendetil mengenai sirkulasi retina. Pe- warna fluoresein (lihat hal. 126) disuntil<lcan pada vena antel<ubiti. Digunakan kamera fundus untuk rnengambil foto retina. Cahaya biru disinarkan l<e dalam mata untuk 'membangl<itl<an' fluoresein pada sirl<ulasi Filter pembangkit untuk menghasilkan cahaya biru Fluoresein pada Foto cahaya hijau sirkulasi retina hanya menghasrlkan ' dibangkitkan' oleh gambaran cahaya biru dan sirkuiasr retina memancarkan cahaya hljauGambar 2.10 Teknlk angiografl fiuoresern

Pemeriksaan fisik mata 33 retina. Cahaya hijau yang dikeluarkan kemudian difoto melalui filter penghambat kuning yang menghilangkan tiap cahaya biru yang dipantulkan. Dengan cara ini didapatkan gambaran fluoresensi sirkulasi retina (Gambar 2. I l). Pewarna keluar dari pembuluh darah abnormal (misal pembuluh darah baru yang sering didapatkan pada penyakit mata diabetik). Area iskemik, karena penutupan lcapiler retina, gagal mendemonstrasikan pasase normal pewarna (misal pada oklusi vena retina sentral). Teknik ini bermanfaat dalam diagnosis maupun dalam rencana terapi. (b) Gambar 2.11 Angiogram fluoresein. (a) Foto fase awal. Fluoresein dalam sirkulasi korold dapat dillhat sebagai latar belakang fluoresensr. (b) Pada fase lanlut, area hrperfluoresensi (area gelap, panah) dapat dilihat di sekitar makuia. Terdapat kejbocoran darr pembuluh darah abnormal ke dalam ruang ekstravaskular jaringan pada daerah makula (edema makular).TEKNIK PENCITRAAN DlGlTAt DANPEMINDAIAN (SCAN) LASSR Teknik baru pencitraan retina sedang dikembangkan untuk memperbail<i l<ualitas gambar retina dan lempeng optik dan untuk mendapatkan penilaian l<uantitatif beberapa hal seperti area lempeng optik dan mangkuk optik (Bab l0). Teknik-teknil< ini al<an membantu penilaian pasien dengan penyakit l<ronis seperti glaukoma dan diabetes di mana tatalaksana membutuhkan penilaian perubahan pada lempeng maupun retina yang akurat.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook