BAB 143 VIRUS HERPES SIMPLEKS 88]individu yang mempunyai banyak kutil yang tidak mudah diobati lebih efektif dan untuk mendefinisikan variabel prognostik padadengan suntikan intralesi tersendiri/individuil.A k a n tetapi, lesi populasi pasien ini.sering timbul kembali setelah terapi interferon intralesi atauparenteral dihentikan. Interferon dilisensikan di Amerika Serikat untuk pengobatan hepatitis B (a2b) kronik, infeksi hepatitis non-A, non-B/C kronik Interferon juga telah diselidiki secara ekstensif dalam terapi (a2b), kondiloma akuminatum (a2b, an3), leukemia sel berbului n f e k s i h e p a t i t i s B y a n g k r o n i k . I n t e r f e r o n a2h y a n g d i b e r i k a n (\"hairy cell\") (a2a, a2b) d a n s a r k o m a K a p o s i ( a 2 a , a 2 b ) . I n t e r -kepada pasien dengan infeksi hepatitis B kronik yang stabil feron-gama (ylb) dilisensikan untuk pengobatan pasien denganmenyebabkan hilangnya petanda replikasi virus hepatitis B, seperti penyakit granulomatosa kronik.HbeAg dan D N A virus hepatitis B, pada 40 sampai 50 persen daripasien yang menerima dosis harian 5 juta unit untuk 16 minggu, 10 KEPUSTAKAANsampai 20 persen pasien juga menjadi H B s A G negatif. Lebih8 0pers.en dari pasien yang hilang petanda H b e A g dan D N A hepatitis DAVIS G L el al.: Treatment of chronic hepatitis with recombinant interferon alfa: AB akan mempunyai kembali nilai serum aminotransferase yang multicenter randomized, controlled trial. N Engl J Med 320:1501, 1989normal, dan perbaikan jangka pendek dan jangka panjang dalamhistopatologi hati pernah dilukiskan. Prediksi respons yang baik DOLIN R et ai: A controlle trial of amantadine and ramantadine in the prophylaxis ofterhadap terapi mencakup kadar V H B D N A praterapi yang rendah, influenza A infecnon. NEnglJ Med 317:580, 1982kadar alanin aminotransferase serum praterapi yang tinggi, infeksihepatitis B kronik yang singkat dan histopatologi hati yang aktif. F A U L D S D, H E E L RC: Ganciclovir: A review of its annvirus activity, pharmacoki-Reaksi yang merugikan dari dosis interferon terdahulu ialah u m u m nenc properties, and therapeutic efficacy in cytomegalovirus infections. Drugs 39:597,dan mencakup meriang, menggigil, mialgia, dan rasa lelah. Kira- 1990kira 25 persen pasien yang menerima dosis harian 5juta unit akanmembutuhkan pengurangan dosis, tetapi kurang dari 5persen akan F I S C H L M et al.: The efficacy of azidothimidine (AZT) in the treatment of patientsmembutuhkan penghentian terapi. with AIDS and AIDS-related complex: a double blind placebo-controlled trial. A' EnglJ Med 3\7:\S5, m i Beberapa sediaan interferon, termasuk a2a, a2b dan a L(limfoblastoid) telah diselidikisebagai terapi untuk infeksi hepati- H A L L C B etal.: Aerosolized ribavirin treatment of infants with respiratory syncytialtis non-A, non-B/C yang kronik, Variasi aturan telah digunakan, di virus infection: A randomized double Wind study N Engl J Med 308:1443, 1983antaranya yang paling u m u m ialah 1 atau 3 juta unit tiga kali setiapminggu untuk 6 bulan. Respons yang lengkap, yang didefinisikan M E R T Z GJ etal.: Double blind placebo-controlled trial of oral acyclovir in first epi-sebagai kembali normalnya nilai alanin aminotransferase serum pada sode genital herpes simplex infection. 7AiMA 252:147, 1984akhir pengobatan, telah diamati pada kurang lebih 40 persen pasien.Biopsi hati juga membuktikan pengurangan inflamasi lobuler dan P A L E S T I N E A G et al.: A randomized, controlled trial in the treatment of cytomega-periportal. A k a n tetapi, kekambuhan terjadi pada separuh atau lebih lovirus retinitis in patients with AIDS. Ann Intem Med 115:669, 1991pasien jika terapi dihentikan. Kekambuhan umumnya beresponscepat terhadap pengobatan. Kini sedang berlangsung penelitian P E R I L L O RP et al.: A randomized, controlled trial of interferon alfa-2b alone andklinis tambahan untuk mengembangkan aturan/regimen terapi yang after prednisone withdrawal, in the treatment of chronic hepatitis B infection. A' Engl J Med 323:295. mo R E I C H M A N R L et al.: Treatment of condyloma acuminatum with three different in- terferon administered intralesionally: A double-blind, placebo-controlled ttial. Ann Intern Med Xm.bl5, 1988 V O L B E R D I N G ? etal: Zidovudine in asymptomatic human immunodeficiency virus infection: a controlled trial in persons with fewer than 500 CD4-positive cells per cubic miWtmatt. NEnglJ Med 322:941, 1990 V / H I T L E Y RJ et al. and the NIAID Collaborative Antivirus Study Group: Herpes simplex encephalitis: adenine arabinoside versus acyclovir therapies. N Engl JMed 314:164, 1986 Y A R C H O A N R et al: Long-term toxicity/activity profile of 2'3'-dideoxyinosine in AIDS and AIDS-related complex. Lancet 326:526, 1990seksi 12 Virus DNA 143 VIRUS H E R P E S SIMPLEKS dengan polipeptida dari tipe virus lainnya. N a m u n memang ada banyak regio jenis spesifik yang unik bagi protein H S V - 1 dan 'LAWRENCE COREY HSV-2, dan banyak dari regio-regio ini tampaknya pendng dalam imunitas pejamu. Analisis endonuklease terbatas D N A virus dapat DEFINISI V i r u s h e r p e s s i m p l e k s ( V H S - 1 , V H S - 2 ; Herpes- digunakan untuk membedakan antara dua subdpe dan di antara strainvirus hominis) m e n y e b a b k a n v a r i a s i i n f e k s i y a n g m e l i b a t k a n dari dua subdpe. Variabilitasurutan nukleotida strain klinis H S V - 1permukaan mukokutaneus, susunan saraf pusat, dan ada kalanya dan H S V - 2 adalah bahwa isolat virus herpes simpleks yangorgan viseral. Kehadiran kemoterapi antiviral yang efektif untuk didapatkan dari dua individu dapat dibedakan dengan pola enziminfeksi virus herpes simpleks telah membuat dikenalinya terbatas, seperti pasangan seksual, pasangan ibu-bayi, atau ledakankepentingan klinis sindroma ini. dari sumber yang u m u m . ETIOLOGI G e n o m v i r u s h e r p e s s i m p l e x a d a l a h m o l e k u l D N A Genom virus dikemas di dalam kulit (kapsid) protein ikosahedralberbenang ganda linear ( B M sekitar 100 X 10') yang mengkode teratur yang terdiri dari 162 kapsomer Kapsid luar yang menutupilebih dari 60 produk gena. Struktur genomik dari dua subtipe virus virus adalah membran yang mengandung lipid (amplop) yangherpes simpleks, dan urutan homolog keseluruhan antara H S V - 1 berasal dari modifikasi membran sel dan didapat saat kapsid yangdan H S V - 2 adalah sekitar 5 0 persen. Urutan homolog mengandung D N A bertunas melalui membran sel dalam dari seldidistribusikan di seluruh peta genom, dan kebanyakan polipeptida pejamu. Antara kapsid dan lipid dua lapis dari amplop adalahyang dispesifikasi oleh satu tipe virus, secara antigenik berkaitan tegumen, yang terdiri dari sejumlah protein virus yang sifat dan fungsinya masih belum diketahui secara luas. Replikasi virus mempunyai fase nuklear dan sitoplama. Langkah awal replikasi mencakup periekatan, fusi antara amplop virus dan membran sel
882 BAGIAN ENAM PENYAKIT INFEKSIuntuk melepaskan nukleokapsid k e dalam sitoplasma sel, d a n menyebar ke ganglion tidak diketahui. Pada waktu tahap permulaanpemecahan nukleokapsid untuk melepaskan D N A virus. Replikasi infeksi, replikasi virus terjadi dalam ganglion dan jaringan neuralvirus herpes simpleks sangat teratur Setelah fusi amplop virion yang berdekatan. Kemudian virus menyebar ke permukaan kulitdengan membrana selpejamu, duaprotein dilepaskan dari virion mukosa lainnya melalui migrasi sentrifugal virion infeksius melaluivirus herpes simpleks. virus herpes simpleks menghentikan sintesis saraf sensoris perifer Penyebaran virus ke kulit inidari saraf sensorisprotein pejamu, dan a T I F , suatu produk gen y, \"menghidupkan\" membantu menjelaskan daerah permukaan yang luas, tingginyatranskripsi dari gen a (segera dini). Adanya produk gena-a frekuensi lesi-lesi baru yang jauh dari kumpulan vesikel permulaandibutuhkan untuk sintesis kelompok polipeptida selanjutnya, yang karakteristik pada pasien dengan infeksi virus herpes simplekspolipeptida j8, banyak d i antaranya adalah protein pengatur dan genital atau oral-labial, d a nditemukannya kembali virus darienzim-enzim yang dibutuhkan untuk replikasi D N A . Kebanyakan jaringan saraf yang jauh dari neuron yang menginervasi tempatobat antivirus saat i n i mengganggu protein p seperti e n z i m inokulasi. Penyebaran yang menular dari virus yang diinokulasikanpohmerase D N A virus. Kelas keuga (y) gena virus herpes simpleks juga dapat terjadi dan membiarkan periuasan mukosal penyakit lebihmembutuhkan replikasi D N A virus untuk ekspresi dan sebagian jauh.besar terdiri dari protein struktural yang dispesifikasi oleh virus. Setelah resolusi penyakit primer, virus yang infeksius dapat tidakSetelah replikasi genom virus dan sintesis protein struktural, ditemukan kembali pada ganglion. M e k a n i s m e dengan mananukleokapsid dibentuk dalam nukleus sel. Pembentukan amplop beraneka rangsangan menyebabkan reaktivasi infeksi virus herpesterjadi saat nukleokapsid bertunas melalui membrana sel dalam k e simpleks tidak diketahui. Sinar ultraviolet, imunosupresi, d a ndalam ruang perinuklear D a l a m beberapa sel, replikasi virus d i trauma pada kulit atau ganglion berhubungan dengan reaktivasi.dalam nukleus membentukan duatipe badan inklusi; badan Feul- Analisis D N A virus herpes simpleks dari strain-strain yanggen posihf basofilik tipe A yang mengandung D N A virus dan suatu diisolasi secara berurutan atau ganglion-ganglion terinfeksi yangbadan inklusi eosinofilik yang tidak memiliki asam nukleat virus multipel pada sembarang individu telah mengungkapkan restriksiatau protein dan merupakan suatu \"jaringan parut\" dari infeksi virus. idenhk pola endonuklease pada kebanyakan orang. Ada kalanya,Virion kemudian ditransportasi melalui retikulumendoplasma dan dan lebih sering pada individu dengan tanggap i m u n yang lemah,aparatus Golgi ke permukaan sel. 'strain' multipel dari subripe virus yang sama dapat terdeteksi padaInfeksi virus herpes simpleks dari beberapa selneuronal tidak individu yang sama. Temuan ini memberi kesan bahwa infeksimenimbulkan kematian sel. Sebaliknya, genom virus dipertahankan eksogen dengan strain berlainan dari subripe yang sama adalaholeh sel dan bentuk represi yang sesuai dengan kelangsungan hidup mungkin.d a n a k t i v i t a s n o r m a l s e l , s u a t u p r o s e s y a n g d i s e b u t latensi. IMUNITAS R e s p o n s p e j a m u ( h o s p e s ) t e r h a d a p i n f e k s iSelanjutnya, akrivasi genom virus dapat terjadi, menimbulkan mempengaruhi didapatnya penyakit, resistensi terhadapreplikasi virus, dan dalam beberapa kasus, perkembangan kembali berkembangnya kelatenan, mempertahankan kelatenan, d a nd a r i l e s i h e r p e t i k , s u a t u p r o s e s y a n g d i s e b u t reaktivasi. J i k a v i r u s f r e k u e n s i t i m b u l n y a k e m b a l i v i r u s h e r p e s s i m p l e k s . K e d u a r e a k s iinfeksius jarang dapat ditemukan dari ganglia sistem saraf sensoris yang diperantarai zatanti danyang diperantarai seladalah secaraatau otonom yang didiseksi dari kadaver, dipertahankannya dan klinis penting. Pasien dengan tanggap imun yang lemah denganpertumbuhan dari sel neuralis dalam kulturjaringan menimbulkan cacat dalam imunitas mengalami infeksi virus herpes simpleks yangp r o d u k s i v i r i o n i n f e k s i u s , s u a t u p r o s e s y a n g d i s e b u t eksplantasi, l e b i h h e b a t d a n e k s t e n s i f d i b a n d i n g d e n g a n m e r e k a d e n g a ndan infeksi permisif selanjutnya dari sel-sel yang rentan, suatu kekurangan imunitas h u m o r a l seperti agamaglobulinemia.p r o s e s y a n g d i s e b u t kokultivasi. R e p l i k a s i v i r u s p e r t a m a d i d e t e k s i P e m i s a h a n e k s p e r i m e n t a l l i m f o s i t m e n u n j u k k a n b a h w a s e l Td a l a m n e u r o n s e l a m a r e a k r i v a s i i n vitro, m e n a n d a k a n b a h w a n e u - m e m a i n k a n p e r a n u t a m a d a l a m m e n c e g a h p e n y a k i t m e n y e b a r y a n gr o n m e n a m b a t v i r u s l a t e n in vivo. K e m u d i a n , D N A v i r u s d i t e m u k a n m e m a h k a n , m e s k i p u n z a t a n d m e m b a n t u m e n g u r a n g i d t e r v i r u sdalam jaringan neuralis pada saat virus yang infeksius tidak dapat dalam jaringan saraf Beberapa aspek patogenesis penyakit jugadiisolasi. D N A virus herpes simpleks diekstraksi dari jaringan neural dapat berkaitan dengan respons i m u n pejamu, misalnya, kekeruhanyang terinfeksi secara laten, berbeda dari D N A virus herpes simpleks stroma yang berhubungan dengan keradtis herpedk yang berulang.dalam sel dengan virus yang bereplikasi secara aktif. Dalam sel Glukoprotein virus permukaan telah dibuktikan sebagai andgenyang terinfeksi secara laten, hanya terjadi transkripsi sebagian virus. yang dikenali karena netralisasi yang diperantarai andbodi d a nD u a t r a n s k r i p R N A y a n g t u m p a n g t i n d i h d e n g a n p r o d u k g e n a ( a ) n e t r a l i s a s i d a n s i t o l i s i s y a n g t e r k a i t - i m u n {antibody-dependent cell-s e g e r a d i n i , d i s e b u t I C P - o , d i t e m u k a n d a l a m j u m l a h b a n y a k p a d a mediated cytotoxicity, A D C C ) . A n t i b o d i m o n o k l o n a l y a n g s p e s i f i knuklei neuron yang terinfeksi secara laten. Pengkodean transkrip untuk masing-masing glikoprotein virus yang telah dikenal, padaR N A inidalam suatu arah \"antisense\" menunjukkan bahwa mereka infeksi eksperimental memberikan periindungan terhadap penyakitmungkin merupakan suatu faktor dalam menghambat transkripsi neurologik berikutnya atau kelatenan ganglionik. Populasi sels e l a n j u t n y a d a r i p r o t e i n y3 d a n y. D e l e s i m u t a n d a r i r e g i o i n i t e l a h m u l t i p e l , t e r m a s u k s e l n a t u r a l k i l l e r ( N K ) , m a k r o f a g , s u a t u v a r i a s idibuat. Bila virus-virus ini dapat menjadi laten, efisiensi reaktivasi limfosit T dan limfokin yang dihasilkan selini, memainkan suatus e l a n j u t n y a b e r k u r a n g ; j a d i t r a n s k r i p \"antisense\" m u n g k i n p e r a n d a l a m p e r t a h a n a n p e j a m u t e r h a d a p i n f e k s i v i r u s h e r p e sb e r p e r a n a n d a l a m m e m p e r t a h a n k a n d a r i p a d a m e n e n t u k a n l a t e n s i . s i m p l e k s . P a d a h e w a n , t r a n s f e r p a s i f d a r i primed lymphocitesMekanisme molekuler yang dimengerti dari latensi dapat membawa m e m b e r i proteksi terhadap tantangan berikutnya. Proteksike terapi baru untuk mencegah reaktivasi H S V . maksimum biasanya memerlukan aktivasi subpopulasi selT PATOGENESIS P a j a n a n t e r h a d a p v i r u s p a d a p e r m u k a a n muldpel, termasuk selT sitotoksik dan selT yang bertanggungmukosa atau kulit yang lecet memungkinkan masuknya virusdan jawab untuk hipersensidvitas yang lambat. Sel tersebut belakanganbermulanya replikasi dalam sel-sel epidermis dan dermis. Apakah dapat memberikan proteksi dengan pelepasan limfokinin yanga k a n b e r k e m b a n g l e s i y a n g s e c a r a k l i n i s n y a t a a t a u ridak, r e p l i k a s i dirangsang antigen (contohnya, interferon), yang dapat memilikivirus yang cukup untuk memungkinkan infeksi dari ujung-ujung efek langsung antivirus atau mengakdfkan sel efektor yang bukan-saraf sensoris ataupun autonomik dapat terjadi. Apakah latensi selalu spesifik lainnya.diakibatkan oleh infeksi mukosa periferal tidak jelas. Virus—atau EPIDEMIOLOGI P e n e l i t i a n s e r o e p i d e m i o l o g i k t e l a h m e m -lebih mungkin, nukleokapsid—kemudian dipikirkantelah diangkut perlihatkan bahwa infeksi virus herpes simpleks ditemukan d isecara intraaksonal k e badan selsaraf dalam ganglion. Pada seluruh dunia, Karena banyak respons imun humoral terhadap virusmanusia, waktu inokulasi virus pada jaringan perifer untuk herpes simpleks adalah terhadap tipe determinan andgenik yang
BAB 143 VIRUS HERPES SIMPLEKS 885 pembuktian D N A virus herpes simpleks dalam cairan serebrospinal nekrotikans fokal biasanya terjadi. Diseminasi hematogen vims dari d e n g a n r e a k s i r a n t a i p o l i m e r a s e (polymerase chain reaction, P C R ) . penyakit mukokutaneosa oral atau genital juga dapat terjadi dan Kemoterapi antivirus mengurangi mortalitas ensefalitis virus herpes menimbulkan pneumonitis interstisial bilateral. Patogen bakterial, simpleks, danasiklovir intravena ialah lebih efektif dibanding fungal dan parasitik yang bersamaan adalah u m u m pada pneumonitis vidarabin. A k a n tetapi, bahkan dengan terapi, gejala sisa neurologik virus herpes simpleks. Karena mortalitas pneumonia pada para adalah sering, khususnya pada individu yang berumur lebih dari p a s i e n i m u n o s u p r e s i tinggi ( > 8 0 p e r s e n ) , p a s i e n i n i a k a n m e n j a d i 35 tahun. Kebanyakan ahli merekomendasikan pengobatan permula- calon untuk kemoterapi antivims. Virus herpes simpleks juga telah an asiklovir intravena pada pasien dengan dugaan ensefalitis virus diisolasi dari saluran napas bagian bawah individudengan sindroma herpes simpleks sampai dibuat diagnosis yang tetap atau suatu d i s t r e s p e r n a p a s a n a k u t (acute repiratory distress syndrome, diagnosis altematif. A R D S ) . A k a n tetapi, hubungan antara isolasi vims herpes simpleks d a n p a t o g e n e s i s s i n d r o m a d i s t r e s p e r n a p a s a n (respiratory distress Virus herpes simpleks telah diisolasi dari cairan serebrospinal syndrome) t i d a k j e l a s . (CSS) 0,5 sampai 3 persen pasien yang datang ke m m a h sakit dengan meningitis aseptik. Meningitis virus herpes simpleks Vims herpes simpleks ialah suatu penyebab hepatitis pada pasienbiasanya ditemukan dalam hubungan dengan infeksi vims herpes dengan kemampuan mengembangkan tanggap imun. Infeksi virus simpleks genital. Meningitis vims herpes simpleks adalah suatu herpes simpleks hati berhubungan dengan demam, peningkatan bi-p e n y a k i t a k u t , s w a s i m a (self-limited), d i m a n i f e s t a s i k a n o l e h s a k i t l i m b i n d a n t r a n s a m i n a s e s e r u m y a n g tiba-tiba, s e r t a l e u k o p e n i akepala, demam, dan fotofobia ringan dan bertahan dari 2 sampai (leukosit < 4000 per mikroliter). Koagulasi intravaskuiar diseminata7 hari. Pleositosis limfositik dalam cairan serebrospinal adalah ( K I D , disseminated intravascular coagulation) m u n g k i n j u g akarakteristik. Akibat/gejala sisa neurologik ialah jarang. Penderitaan terdapat.meningitis yang berulang-ulang yang berhubungan dengan reakti-vasi virus herpes simpleks telah dilaporkan. Komplikasi virus herpes simpleks terisolasi lainnya tetapi dilaporkan mencakup artritis monoartikular, nekrosis adrenal, Disfungsi susunan saraf autonom, khususnya dari daerah sakral trombositopenia danglomerulonefritis. Infeksi virus herpespernah dilaporkan dalam hubungan dengan infeksi virus herpes simpleks diseminata pada pasien dengan kemampuan mengembang-simpleks maupun infeksi variseja-zoster Mati rasa (anestesi), kan tanggap imun adalah jarang. Pada pasien dengan tanggap imunparestesi daerah pantat dan daerah perianal, retensi urin, konstipasi, yang lemah, luka bakar atau gizi kurang, Penyebaran vims herpespleositosis cairan srebrospinal dan impotensi pada laki-laki dapat simpleks ke organ viseral, seperti kelenjar adrenal, pankreas, ususterjadi. Gejala tampaknya menghilang secara perlahan setelah halus dan besar, serta sumsum tulang ada kalanya terjadi. Kadang,berhari-hari hingga berminggu-minggu. Ada kalanya, hipestesi dan/ infeksi virus herpes simpleks primer pada kehamilan dapatatau kelemahan anggota gerak bawah mungkin bertahan selama menyebar dan berhubungan dengan kematian baik pada ibu maupunberbulan-bulan. Jarang-jarang, mielitistransversus dimanifestasikan janin. Kejadian tidak u m u m ini biasanya berhubungan denganoleh paralisis simetrik progresif secara cepat dari anggota gerak didapatnya infeksi primer pada trimester ketiga.bawah atau sindroma Guillain-Barre dapat terjadi setelah infeksivims herpes simpleks. Dernikian pula, keterlibatan susunan saraf Infeksi virus herpes simpleks neonatal B a y i b a m lahirp e r i f e r [ p a r a l i s i s f a s i a l i d i o p a t i k (Bell's palsy)] a t a u p o l i n e u r i t i s (bemmur < 6minggu) mempunyai frekuensi tertinggi infeksi viseralkranial juga dapat berkaitan dengan reaktivasi infeksi V H S - 1 . dan/atau infeksi susunan saraf pusat dari sembarang populasi pasienHipestesia sepintas lalu dari daerah kulit yang diinervasi oleh saraf yang terinfeksi vims herpes simpleks. Tidak diobati, lebih daritrigeminal dandisfungsi sistem vestibular yang diukur oleh elektro- 70 persen kasus herpes neonatal akan menyebar atau berkembangnistagmografi merupakan tanda-tanda utama penyakit. Tidak ada menjadi infeksi sistem saraf pusat. Tanpa terapi, mortalitaspenyelidikan untuk menentukan kalau-kalau kemoterapi antivims keseluruhan dari herpes neonatal ialah 65 persen, dan kurang daridapat menggagalkan atau mengurangi frekuensi dan kehebatan 10 persen dari bayi baru lahir dengan infeksi sistem saraf pusattanda. mengalami perkembangan yang normal. Walaupun lesi kulit merupakan ciri penyakit yang paling u m u m dikenali, pada banyak Infeksi viseral Infeksi v i m s herpes simpleks organ viseral bayi lesi-lesi tidak berkembang sampai penyakitnya berlanjut. Tujuhbiasanya disebabkan karena viremia dan keterlibatan organ multipel puluh persen kasus virus herpes simpleks neonatal disebabkan olehialah umum. A k a n tetapi, kadang-kadanng manifestasi klinis infeksi infeksi VHS-2, hampir semuanya disebabkan oleh infeksi V H S - 2vims herpes simpleks dapat melibatkan hanya esofagus, paru atau kontak melalui sekresi genital yang terinfeksi pada waktu dilahirkan.hari. Esofagitis virus herpes simpleks dapat diakibatkan oleh A k a n tetapi bayi b a m lahir yang terinfeksi secara kongenital pemahperiuasan infeksi vims herpes simpleks oral-faringeal k e dalam dilaporkan, biasanya dari ibu yang mendapatkan infeksi vims herpese s o f a g u s a t a u d a p a t t e r j a d i de novo o l e h r e a k t i v a s i v i r u s h e r p e s simpleks primer pada waktu hamil. Infeksi V H S - 1 neonatal mungkinsimpleks dan penjalaran virus ke mukosa orofaringeal melalui saraf didapat dari infeksi V H S - 1 genital pada ibunya, melalui kontakvagus. Gejala utama esofagihs V H S ialah odinofagia, disfagia, nyeri pascanatal dengan anggota keluarga yang dekat dengan infeksisubsternal dan kehilangan berat. Terdapat ulserasi oval mulripel V H S T I oral-labial yang simtomatik atau asimtomatik, atau karenapada suatu dasar eritematosa dengan atau tanpa pseudomembrana transmisi nosokomial di dalam m m a h sakit. Kemoterapi antivimspurih yang bebercak-bercak. Esofagus distal paling u m u m terlibat. telah mengurangi mortalitas herpes noenatal sampai 25 persen. A k a nDengan penyakit yang ekstensif/luas, kerapuhan yang merata dapat tetapi', morbiditas, khususnya pada bayi dengan keterlibatan sistemmenyebar k e seluruh esofagus. Baik pemeriksaan endoskopik s a r a f p u s a t V H S - 2 i a l a h m a s i h s a n g a t tinggi.maupun pemeriksaan barium tidak dapat membedakan esofagitisv i m s h e r p e s s i m p l e k s d a r i e s o f a g i t i s Kandida a t a u d a r i u l s e r a s i DIAGNOSIS Kedua kriteria klinis dan laboratorium ialahesofageal akibat cedera panas (termal), radiasi dan korosiva. Sekresi berguna untuk penegakan diagnosis infeksi vims herpes simpleks.yang diperoleh secara endoskopis untuk pemeriksaan sitologik dan Diagnosis klinis dapat dibuat secara tepat yang di dalamnya terdapatbiakan memberikan bahan yang paling berguna untuk diagnosis. lesi vesikular multipel yang karakteristik atas dasar eritematosa.Kemoterapi antivims biasanya mengurangi gejala dan menyembuh- Kerokan dari dasar lesi den kemudian dipulas dengan pulasankan ulseerasi esofageal. Wright, Giemsa (sediaan Tzanck) atau Papanicolaou akan mem- perlihatkan seldatia yang karakteristik atau inklusi intranuklear P n e u m o n i t i s v i r u s h e r p e s s i m p l e k s tidaklah u m u m k e c u a l i p a d a dari infeksi vims herpes. Teknik sitologik ini sering berguna sebagaipasien imunosupresi hebat dan dapat disebabkan oleh periuasan suatu prosedur mang praktek yang cepat untuk memastikan diag-trakeobronkitis herpetik k e dalam parenkim pam. Pneumonitis n o s i s . K e t e r b a t a s a n m e t o d e i n i i a l a h b a h w a t e k n i k s i r o l o g i k tidak
BAB 144 INFEKSI VIRUS VARISELA-ZOSTER 889kulit balik menjadi normal kembali. Pada beberapa pasien, lokalisasi simpleks dan virus coxsackie keduanya dapat menyebabkan lesikarakteristik rasa nyeri pada suatu dermatom dengan bukti serologik vaskuler dermatomal. Dalam keadaan seperti itu pewamaan Tzanckdari herpes zoster pernah dilaporkan pada tiadanya lesi kulit. Jika dengan virologi diagnostik suportif dapat berguna unmk memastikancabang-cabang nervus trigeminus terlibat, lesi mungkin muncul diagnosis yang sebenarnya. Pada stadium prodromal herpes zozterpada muka, dalam mulut, dalam mata atau pada lidah. Lesi tampak diagnosis dapat sangat sukar dan mungkin hanya dapat ditegakkanpada kanal telinga dan lidah jika cabang sensoris nervus fasialis sesudah lesi timbul atau dengan pemeriksaan serologi retrospektif.terlibat (sindroma Ramsay Hunt). TEMUAN LABORATORIUM Konfirmasi tak terbantah dariKomplikasi herpes zoster yang paling melemahkan, baik pada diagnosis hanya mungkin melalui isolasi vims pada jaringan kulturpejamu normal maupun pejamu dengan tanggap imun yang lemah, sel yang peka atau dengan adanya serokonversi atau peningkatanialah nyeri yang berhubungan dengan neuritis akut dan neuralgia empat kali lipat atau lebih pada masa konvalesen dibandingkan masapascaherpetik. Neuralgia pascaherpetik adalah umum pada orang akut. Kesan yang cepat dapat diperoleh dengan metode Tzanck yaitumuda; akan tetapi, paling sedikit 50 persen pasien yang berumur dengan mengerok dasar lesi dengan usaha untuk mebuktikan sellebih dari 50 tahun akan melaporkan rasa nyeri pada dermatom raksasa multinuklear Pewamaan imunofluoresensi langsung sel dariyang terlibat berbulan-bulan setelah resolusi penyakit kutaneus. dasar kulit atau deteksi antigen virus dengan pemeriksaan lainSering terjadi perubahan pada sensasi di dalam dermatom, yang (imunoperoksidase) juga dapat digunakan meskipun tes seperti itumenyebabkan baik hipoestesia ataupun hiperestesia. tidak tersedia di pasaran. Pemeriksaan serologis yang paling sering Keterlibatan susunan saraf pusat setelah herpes zoster terbatas untuk memeriksa respons pejamu adalah deteksi antibodi imuno-setempat dapat terjadi. Banyak pasien tanpa tanda iritasi meningeal fluoresensi terhadap antigen membrana vims varisela-zoster, tesakan mengalami pleiositosis cairan serebrospinal dan kadar pro- antibodi fluoresensi terhadap antigen membrana (tes FAMA), hema-tein cairan serebrospinal yang cukup meningkat. Meningoensefalitis glutinasi imunoaderens, dan pemeriksaan imunosorben ikatan enzimsimtomatik yang dicirikan oleh sakit kepala, demam, fotofobia, (ELISA). Tes FAMA dan E L I S A tampaknya adalah yang palingmeningitis dan muntah. Manifestasi yangjarang dari keterlibatan sensitif.sistem saraf pusat ialah angiitis granulomatosa dengan hemiplegia P R O F I L A K S I S Pada pejamu normal, profilaksis dankontralateral, yang dapat didiagnosis oleh arteriografi serebral. pengobatan cacar air relatif kurang penting karena penyakitnyaManifestasi neurologik lainnya mencakup mielitis transversus biasanya ringan. Namun individu dengan tanggap imun yang lemahdengan atau tanpa paralisis motor memiliki risiko bermakna untuk berkembangnya varisela progresif.Sama dengan cacar air, herpes zoster pada pejamu dengan Cara pencegahan meliputi imunisasi pasif atau pemberian percobaantanggap imun yang lemah lebih hebat dibanding pada individu nor- vaksin vims hidup yang sudah dilemahkan. Profilaksis imun dapatmal. Pembentukan lesi berlanjut seminggu lebih, dan pembenmkan dicapai dengan pemberian globulin imun zoster spesifik (ZIG, zosterkeropeng menyeluruh tidak terjadi pada sebagian besar pasien i m m u n e g l o b u l i n ) yang didapat dari pasien dengan herpes zoster,sampai 3 minggu perjalanan penyakit. Pasien dengan penyakit globulin imun varisela zoster (VZIG, v a r i c e l l a zoster i m m u n e globu-Hodgkin dan limfoma yang non-Hodgkin ialah paling besar l i n ) atau plasma imun zoster secara intravena. Baik globulin imunrisikonya untuk menderita herpes zoster yang progresif karena zoster maupun globulin imun varisela zoster harus diberikan dalampenyebaran kutaneus berkembang pada kira-kira 40 persen pasien waktu 96 jam, namun sebaiknya dalam waktu 72 jam dari saatini. Di antara pasien dengan diseminasi kutaneus, terdapat pemajanan supaya dapat efektif Ada kemungkinan globulin imunpeningkatan 5 sampai 10 persen risiko pneumonitis, meningo- zoster dapat diberikan dalam waktu lebih lama. Indikasi pemberianensefalitis, hepatitis dan komplikasi gawat lainnya. Akan tetapi, globulin imun zoster dan globulin imun varisela zoster dapatbahkan pada pasien dengan tanggap imun yang lemah, zoster diringkas pada Tabel 144-1. globulin imun varisela zoster sebaiknyadiseminata jarang fatal. diberikan kepada pasien imunodefisien di bawah umur 15 tahun Pasien yang memiliki transplan sumsum tulang berisiko khusus yang riwayat terkena cacar aimya negatif atau tak diketahui, yangterkena infeksi virus varisela-zoster Tigapuluh persen kasus infeksi belum pernah divaksinasi dengan vims varisela-zoster, dan yangpascatransplan virus varisela-zoster terjadi dalam 1 tahun (50 persendari ini dalam 9 bulan), dan 45 persen pasien seperti itu mengalamipenyebaran kulit atau viseral. Angka kematian ialah 10 persen, danneuralgia pascaherpetik, pembentukan parut, dan superinfeksibakterial lebih sering pada infeksi virus varisela-zoster yang terjadi TABEL 144-1 Rekomendasi untuk penggunaan V Z I Gdalam waktu 9 bulan dari suatu transplan. Di antara pasien yang Pajanan A Kedua pajanan terhadap orang dengan cacar air atauzoster adalah:terinfeksi, penyakit pejamu lawan cangkok (graft-versus-hosi) yang / Kontak rumah tangga yang terus menerusbersamaan menambah kemungkinan penyebaran dan akibat fatal. DIAGNOSIS BANDING Diagnosis cacar air tidaklah sulit. 2 Teman bermain di dalam rumah selama >1 jamRuam khas cacar air dan riwayat epidemiologik pemajanan yang ^: 3 K o n t a k r u m a h sakit (ruang y a n g s a m a alau tatap m u k a yangbaru terjadi dapat menuju pada diagnosis seketika. Infeksi viruslain yang dapat menyerupai cacar air meliputi infeksi virus herpes berkepanjangansimpleks pada pasien dengan dermatitis atopik dan lesi ' 4 Pajanan baru lahir, yaitu, ibu mulai cacar air < 5 hari sebelumvesikopapuler diseminata yang kadang dihubungkan dengan viruscoxsackie, virus echo, atau infeksi campak atipikal. persalinan ^an 48 jam setelah persalinan B Dan waktu yang lewat <96 jam (lebih dini lebih baik) Kaiididat-kandidat (kecuali pajanan yang bermakna) mencakup A Anak-anak rentan karena imunodefisien Ruam-ruam ini lebih sering berbentuk morbiliformis dengan B Dewasa muda rentan yang norm.al (>15 tahun) dan orang dewasa,komponen hemoragis daripada berbentuk vaskuler atau khususnya wanita hamilvesikopustuler Cacar riketsia dapat disalahdiagnosis sebagai cacarair namun dapat mudah dibedakan dengan menemukan \" h e r a l d C Bayi baru lahir dari ibu dengan permulaan cacar air 5 hari sebelumspot\" pada lokasi gigitan tungau dan gejala sakit kepala yang lebih atau 2 hari setelah persalin,anhebat. Tes serologi berguna untuk membedakan cacar riketsiadengan varisela. ' D Bayi prematur yang dirawat di rumah sakit | , / kehamilan > 2 8 minggu j i k a ibunya tidak mempunyai riwayat cacar W ''if • 1 2 kehamilan <28 minggu dan/atau berat lahir < 1000 gram tanpaLesi vaskuler unilateral dengan pola dermatomal harus dengan memperhatikan riwayat ibucepat mengarah pada diagnosis herpes zoster Baik virus herpes S U M B E R : Diadaptasi dari Redboolcl 991, American Academy of Pediatrics
590 BAGIAN ENAM PENYAKIT INFEKSI telah mengalami kontak dalam sebuah m m a h tangga dengan seorang KEPUSTAKAAN teman bermain selama lebih dari 1j a m di dalam rumah, atau dalam ruang perawatan di rumah sakit. Juga sebaiknya diberikan kepada B R U N E L L PA et al.: PrevenUon of varicella by zoster immune globulin. Engl J neonatus yang ibunya terkena cacar air dalam waktu kurang dari 280:1191, 1969 5 0 h a r i s e b e l u m m e l a h i r k a n d a n 4 8 j a m p a s c a p a r t u s (postpartum). globulin imun varisela zoster sebaiknya diberikan kepada orang BALFOUR HH Jr et al.: A c y c l o v i r treatment o f varicella i n otherwise healthy adoles- dewasa muda yang rentan (usia > 15 tahun) dan orang dewasa yang rentan, terutama wanita hamil; namun pemeriksaan serologis status cents. J Pediatr 120:627-33, 1992 imun tetap tetap dianjurkan. A k h i r n y a globulin i m u n zoster D U N K L E L M et a l : A controlled trial of acyclovir for chickenpox in normal children. dianjurkan untuk bayi prematur di rumah sakit dengan usia gestasi >28 minggu yang ibunya hdak mempunyai riwayat terkena cacar N E n g l J Med 325:1539, 1991 air dan usia gestasi <28 minggu tanpa mempedulikan riwayat E S S M A N V et al,: Prednisone does not prevent postberpenc neuralgia. Lancet 2:126, maternal jika terjadi pemajanan yang bermakna. 1987 Uji klinis di Jepang dan Amerika Serikat telah memperlihatkan G E R S H O N A A et al.: Live attenuated varicella vaccine. JAMA 252:355, 1984 efektivitas vaksin hidup yang dilemahkan ( O K A ) baik pada individu HOPE-SIMPSON RE: The nature of herpes zoster: A long-term studyand a new hy- normal maupun pada pejamu dengan tangggap imun yang lemah. Vaksin hidup virus varisela-zoster yang dilemahkan ini dapat pothesis. P r o c 5 « c Wcrf 58:9. 1965 diizinkkan di Amerika Serikat dalam waktu dekat. L O C K S L E Y RM et al.: Infection with varicella-zoster virus after marrow transplanta- TERAPI P e n a t a l a k s a n a a n m e d i s cacar a i r p a d a p e j a m u n o r m a l tion. J Infect Dis 152:1172, 1985 ditujukan pada pencegahan komplikasi yang dapat dihindarkan. PROBER C G et al.: Acyclovir therapi of chickenpox in immunocompressed children—Jelas sekali, diperlukan higiene yang baik yang meliputi mandi dankebersihan badan. Infeksi bakteri sekunder pada kulit dicegah a collaboradve study J Pediatr 101:622, 1982dengan menjaga kebersihan kulit terutama dengan pemotongan kuku SHEPP D et al.: Treatment of varicella-zoster virus in severely immunocompromisedyang panjang. Pruritus dapat diatasi dengan obat topikal ataupemberian obat antipruritus. Mandi air hangat dan kompres basah padents: A randomized comparison of acyclovir with vidarabine. N Engl J Medlebih baik daripada mengeringkan kulit untuk mencegah gatal-gatal. 314:208, 1987Pemberian aspirin sebaiknya dihindarkan pada anak-anak dengan W E I B E L R E et al.: Live attenuated vasicell versus vaccine: Efficacy trial in healdiycacar air karena adanya hubungan antara derivat aspirin dengan children. N Engl J Med 310:1409, 1987timbulnya sindroma Reye. D i samping itu,terapi asiklovir(800 mg W E L L E R T H et al.: Varicella and herpes zoster: Changing concepts of the naturalperoral lima kali sehari selama 5 sampai 7 hari) dianjurkan untuk history, control, and importance of a not-so-benign virus. N Engl J Med 309:1362,orang dewasa muda dan orang dewasa dengan cacar air yang timbul 1983dalam waktu <24 jam. Terapi asiklovir untuk anak di bawah usia W I T H L E Y RJ et al.: Early vidarabine dierapy to control the complications of herpes 12 tahun dapat menguntungkan jika dimulai dini pada awal penyakit zoster in immunosuppressed patients. N Engl J Med 301:971,1982(<24 jam) dengan dosis 20 mg/kg tiap 6 jam. et al.: Vidarabine therapy of varicella in immunosuppressed padents. J Peditr Pasien dengan pneumonia varisela mungkin memerlukan 1:125, 1982pengisapan sekresi bronkus dan bantuan jalan napas. Zosteroftalmikus harus secepatnya dirujuk kepada ahli oftalmologis. et al.: Varicella-zoster virus infecdons, dalam GJ G A L A S S O el al (eds.):Terapi meliputi pemberian analgesik untuk nyeri berat danpenggunaan atropin. Pemberian asiklovir dalam penatalaksanaan Antivirus Agents and Virus Diseases o/Mun vol. 2 New York. 1984, pp. 517-42.zoster oftalmikus dapat mempercepat penyembuhan. Pasien dengan et al.: Disseminated herpes zoster in the immunocompromized host: A com-herpes zoster bisa mendapatkan keuntungan dengan terapi asiklovirsebagaimana dibuktikan dengan penyembuhan kulit yang cepat dan parative trial of acyclovir and vidarabine. J Infect Dis 165:450. 1992menurunnya neuralgia pascaherpes. Dosisnya 800 m g peroral lima Z A I A JA et al.: Evaluation fo varicella-zoster immune globulin: Protecdon ofkali sehari selama 5 sampai 7 hari. immunosupressed children after household exposure to varicella. J Infect Dis 147:737, Baik cacar air maupun herpes zoster pada pejamu dengan tanggap 1983imun yang lemah sebaiknya diobati dengan vidarabin intravena ataulebih baik lagi dengan asiklovir Asiklovir lebih dipilih daripada INFEKSI VIRUS EPSTEIN-BARR,vidarabin karena toksisitas yang lebih rendah terutama pada pasien TERMASUK MONONUKLEOSISdengan tanggap imun yang lemah. Asiklovir intravena memberipenurunan terjadinya komplikasi viseral namun tak berefek pada ROBERT TSCHOOLEY .penyembuhan lesi kulit atau nyeri. Dosisnya 500 mg/m^ tiap 8 j a mselama 7hari. Rekomendasi pengobatan iniberlaku juga pada pasien DEFINISI V i r u s E p s t e i n B a r r ( E B V ) a d a l a h s u a t u v i r u s h e r p e sdengan tanggap imun yang lemah dengan herpes soster diseminata. manusia limfotropik B yang tersebar luas di seluruh dunia. InfeksiTerapi asikloviroral tidak dianjurkan untuk pengobatan infeksi virus pertama dengan E B V selama masa kanak-kanak biasanya bersifatvarisela-zoster pada pasien dengan tanggap imun yang lemah. subklinis. Antara 25 dan 70 persen orang dewasa muda dan orangBersamaan dengan pemberian asiklovir intravena pada pejamu dewasa yang mengalami infeksi primer virus Epstein-Barr meng-imunosupresi, juga diperlukan usaha melepaskan pasien dari terapi alami sindroma klinis mononukleosis infeksiosa Mononukleosisyang menyebabkan supresi sistem imunnya. infekksiosa didefinisikan sebagai trias klinis demam, limfadenopati dan faringitis yang disertai pemunculan sesaat antibodi heterofil Penatalaksanaan neuritis akut dan/atau neuralgia pascaherpes dan limfositosis atipikal.E B Vjuga berhubungan dengan karsinomabisa sangat sulit. D i samping itu, penggunaan analgesik yang nasofarings dan l i m f o m a sel B tertentu.berkisar dari derivat nonnarkotik sampai narkotik, obat sepertiamitriphlin H C I dan flufenazin H C I dilaporkan menguntungkan EPIDEMIOLOGI INFEKSI VIRUS EPSTEIN-BARR V i r u sbagi penyembuhan nyeri. Glukokortikoid telah dilaporkan berguna Epstein-Barr adalah salah satu agen yang ada di mana-mana yangjika diberikan dini untuk mencegah neuralgia pascaherpes. telah ditemukan pada semua kelompok populasi yang diteliti sampaiPendekatan ini tetap bersifat kontroversial. saat ini. Virus ini pertama kali diungkapkan oleh Epstein, A c h o n g dan Barr yang memperhatikan dengan mikroskop elektron adanya parhkel yang morfologinya serupa dengan virus herpes simpleks dalam baris selkontinyu yang timbul jaringan tumor yang didapatkan dari pasien dengan limfoma Burkitt. Setelah pengamatan oleh Henles akan adanya antibodi terhadap virus Epstein-Barr pada pasien dengan mononukleosis infeksiosa maka survei serologik berskala besar memastikan virus Epstein-Barr sebagai agen etiologik mononukleosis infeksiosa. Virus Epstein-Barr ditularkan terutama melalui saliva atau yang lebih jarang melalui transfusi darah. Infeksi primer cenderung terjadi
BAB 145 INFEKSI VIRUS EPSTEIN-BARR, TERMASUK MONONUKLEOSIS INFEKSIOSA 891 pada usia dini di antara kelompok sosial ekonomi lemah dan d i ( E B N A ) dapat dideteksi didalam nukleus sel yang terinfeksi. E n a m negara berkembang. D i negara maju, sekitar 5 0persen individu antigen yang terdiri dari anfigen nuklear Epstein-Barr ( E B N A 1, 2, telah terinfeksi virus Epstein-Barr pada usia remaja. Infeksi dini 3a, 3b, 3c,dan protein utama) bertanggung jawab untuk memberi ini biasanya ringan dan nonspesifik atau tidak tampak secara klinis. fenotip yang telah tertransformasi pada limfosit B yang terinfeksi Gelombang kedua serokonversi terhadap virus Epstein-Barr terjadi v i m s E p s t e i n - B a r r L i m f o s i t B y a n g fidak m a f i d a p a t b e r p r o p a g a s i pada awal aktivitas sosial yang berhubungan dengan remaja dan s e c a r a t e r u s m e n e m s in vino d a n s e c a r a p o l i k l o n a l d i r a n g s a n g o l e h orang dewasa muda. Infeksi virus Epstein-Barr primer di antara vims Epstein-Barr untuk memproduksi imunoglobulin. Anfibodi kelompok usia ini bertanggung jawab atas terjadinya kebanyakan yang reaktif dengan sel darah merah domba (heterofil) dan antibodi kasus mononukleosis infeksiosa. Insidensi puncak mononukleosis dengan beberapa spesifisitas lainnya merupakan manifestasi infeksiosa terjadi antara usia 14dan 16tahun untuk perempuan produksi imunoglobulin poliklonal d a n dapat menimbulkandan antara 16dan 18 tahun untuk laki-laki. Mencapai usia dewasa beberapa komphkasi mononukleosis infeksiosa. Minoritas limfosit kebanyakan individu adalah seropositif virus Epstein-Barr yang terinfeksi vims Epstein-Barr memasuki siklus lifik (produksi vims progeni matang dankemafian selpejamu) dan menghasilkan Virus Epstein-Barr dikeluarkan dari orofaring selama 18 bulan anfigen vims Epstein-Barr yang dideteksi selama replikasi vims. pertama sesudah infeksi primer dan setelah itu dikeluarkan secara Ini dibagi menjadi kompleks antigen dini ( E A ) dananfigen kapsidintermiten oleh semua individu seropositif virus Epstein-Barr tanpa vims ( V C A ) . Kompleks antigen dini terdiri dari dua kelompok an- adanya penyakit klinis. virus Epstein-Barr dapat diisolasi dari figen: ( 1 ) d i f u s ( E A - D ) , y a n g d a p a t d i d e t e k s i d a l a m s i t o p l a s m a d a nbilasan orofaring dari 15sampai 25persen individu seropositif virus nukleus seldalam siklus lifik, dan(2) terbatas (EA-R), yang hanya Epstein-Barr sehat. Individu dengan imunosupresi mengeluarkan terlihat pada tingkat seluler; pola respons antibodi terhadap anti- virus lebih sering. Virus Epstein-Barr dapat diisolasi dari 25 sampai gen-antigen ini bermanfaat secara diagnosfik dalam identifikasi 50 persen bilasan orofaring yang diambil dari resipien alograf ginjal keadaan penyakit yang berkaitan dengan virus Epstein-Barrdan jelas dari seluruh pasien dengan A I D S . Pengeluaran virus (Tabel 145-1). Setelah terlibatnya antigen kapsid vims, sel pejamuEpstein-Barr asimtomatik oleh individu sehat bertanggung jawab mafi danvirion dilepaskan, yang dapat menginfeksi dan menulariuntuk penyebaran kepada anggota populasi yang belum terinfeksi limfosit B lainnya.di luar kenyataan bahwa ini bukan penyakit yang sangat menularPenularan sebagian besar tergantung pada kontak saliva (misalnya Respons imun yang efekfif terhadap vims Epstein-Barr melibat-berciuman). Tampaknya tidak ditularkan oleh droplet atau kan komponen seluler dan humoral. Anfibodi penetral yang meng-muntahan. Maka pembatasan dengan isolasi pada pasien dengan inaktifkan sel yang bebas vims dan antibodi terhadap antigen kapsidmononukleosis atau individu yang kemungkinan mengeluarkan vims dan antigen nuklear Epstein-Barr terlihat selama infeksi primervirus Epstein-Barr tidaklah tepat. dalam semua pasien; anfibodi terhadap anfigen dini difus teriihat pada kebanyakan pasien. Respons i m u n seluler sangat bertanggung ETIOLOGI DAN PATOGENESIS MONONUKLEOSIS jawab untuk pengontrolan proliferasi sel B dan produksi imuno-INFEKSIOSA D e n g a n m i k r o s k o p e l e k t r o n , v i r u s E p s t e i n - B a r r globulin poliklonal yang dicetuskan oleh vims Epstein-Barr danterlihat sebagai suatu nukleokapsid ikosahedral yang dikelilingi oleh secara primer terdiri dari limfosit T yang mempunyai ciri khasamplop kompleks dan tidak dapat dibedakan dari anggota lain fungsional dan fenofip permukaan limfosit T sitotoksik-supresorkelompok herpesvirus manusia. D N A vims Epstein-Barr berbenang yang diakfivasi (CD8-I-, la-i-). Limfosit T sitotoksik spesifik virusganda m e m p u n y a i berat m o l e k u l sekitar 101 x 10* dan mengkode Epstein-Barr ini terlihat langsung secara primer pada beberapauntuk sekurang-kurangnya 30polipephda. Dua jenis virus Epstein- epitop d idalam kompleks antigen nuklear Epstein-Barr DenganBarr (tipe A dan B ) telah dikenal berdasarkan divergensi dari s e m a k i n b e r k e m b a n g n y a p e n y a k i t , t e r i i h a t l i m f o s i t T memory y a n gbeberapa antigen inti Epstein-Barr (lihat bawah). Vims tipe B kurang mampu membatasi proliferasi limfositB autolog yang terinfeksiefisien dalam mentransformasi hmfosit B dan pada awalnya di- v i m s E p s t e i n - B a r r . L i m f o s i t T memory i n i m e n e t a p s e p a n j a n g h i d u p .anggap prevalen secara primer di Afrika Tengah dan Papua Nugini. Tetapi, vims Epstein-Barr laten tetap berada dalam proporsi kecilV i m s fipe A d i t e m u k a n d a l a m s e j u m l a h b e s a r i n d i v i d u d i s e l u m h limfosit B dan juga dalam selepitel dalam orofaring.d u n i a , d a n m e m p a k a n fipe y a n g p a l i n g s e r i n g d i i s o l a s i d a r i b i l a s a ntenggorokan yang didapat dari individu sehat komunitas barat. Selama respons i m u n primer terhadap vims Epstein-Barr, segeraP e k e r j a a n p e n e l i f i a n p a d a s a a t i n i m e n u n j u k k a n b a h w a v i m s fipe terlihat hiporespons imun seluler keselumhan. Keadaan ini pulihB ditemukan lebih luas secara geografik daripada dugaan setelah resolusi penyakit, tetapi reaktivasi virus Epstein-Barrsebelumnya, dan ditemukan lebih sering pada individu dengan dipermudah oleh keadaan yang mengganggu respons imun selulertanggap imun yang lemah, infeksi ganda dengan kedua tipe vims (obat-obat imunosupresif, temtama siklosporin A ,dan gangguanE p s t e i n - B a r r t e l a h t e r l i h a t . P a d a s a a t i n i fidak a d a b u k t i b a h w a fipe yang berkaitan dengan imunodefisiensi seluler, seperti misalnyayang berbeda bertanggung jawab untuk rentang kondisi klinis yang infeksi HIV-1). Reaktivasi virus Epstein-Barr dan sitomegalovirusluas yang berkaitan dengan infeksi vims Epstein-Barr ( C M V ) dalam pasien dengan imunosupresi, seringkali berkaitan dengan kembalinya ciri khas abnormalitas imunoregulator dari Jika virus Epstein-Barr ditularkan melalui saliva, tempat awal respons imun primer terhadap vims ini. Dalam kasus sitomegalo-replikasi adalah orofaring. Virus Epstein-Barr tumbuh secara virus, terutama, hiporenspons i n idapat membawa k e banyakprodukfif dalam limfosit B dan selepitel orofaring pasien dengan superinfeksi yang seringkali menyertai infeksi sitomegalovirusmononukleosis infeksiosa; kedua tipe sel mempunyai reseptor dalam pasien dengan tanggap imun yang lemah. Hiporespons selulerpermukaan yang spesifik untuk v i m s Epstein-Barr Selama fase akut y a n g b e r k a i t a n d e n g a n r e a k t i v a s i v i m s E p s t e i n - B a r r u m u m n y a fidakpenyakit, antigen E B V dapat terlihat d i dalam nuklei sampai b e g i t u b e r a t d a n fidak b e g i t u l a m a d a r i p a d a y a n g b e r k a i t a n d e n g a n20 persen limfosit B yang bersirkulasi. Setelah ihfeksi mereda, vims sitomegalovims, tetapi juga dapat menyebabkan kemafian dalamdapat diisolasi dari sejumlah kecil limfosit B dari individu dengan individu dengan tanggap imun yang lemah.vims Epstein-Barr seroposifif danjuga tersisa di dalam sel epitelnasofaring. MANIFESTASI KLINIS Gejala dan tanda S e s u d a h m a s a inkubasi 4 sampai 8minggu, keluhan prodromal malaise, anoreksia Interaksi virus-pejamu I n f e k s i v i r u s E p s t e i n - B a r r dan menggigil seringkali mendahului awal faringifis, demam danm e m p u n y a i e f e k l a n g s u n g d a n fidak l a n g s u n g p a d a r e s p o n s i m u n limfadenopafi dalam beberapa hari. Faringifis berat merupakanseluler dan humoral. Dalam waktu 18 sampai 24 j a m setelah keluhan yang paling sering mendesak pasien untuk mencarimasuknya virus Epstein-Barr kedalam limfosit B melalui reseptor pertolongan medis. Kadang pasien memperhatikan hanya timbulnyaC3d (juga diketahui sebagai CD21), anfigen nuklear Epstein-Barr
BAB 145 INFEKSI VIRUS EPSTEIN-BARR,TERMASUK MONONUKLEOSIS INFEKSIOSA 893 Tabel 145-2 Komplikasi mononukleosis infeksiosa Obstruksi jalan napas akibat adenopati faringeal atau paratrakeal dapat terjadi. Hal ini mungkin memerlukan intervensi bedah namun Komplikasi hematologik: biasanya cukup sensitif dengan terapi glukokortikoid. Kelainan Anemia hemolitik autoimim parenkim paru seperti infiltrat interstisialjarang teriihat pada orang Trombositopenia dewasa namun tampaknya lebih sering di antara anak-anak. Granulositopenia Mononukleosis infeksiosa jarang fatal. Komplikasi neurologik, Kuptur limpa Komplika,si neurologik: obstruksi jalan napas danruptur limpa merupakan penyebab Ensefalitis tersering kematian pada individu yang sebelumnya sehat dengan Paralisis saraf kranial, terutama Bell's palsy Meningoensefalitis infeksi virus Epstein-Barr primer Kasus sporadik atau terkait-X Sindroma Guillain-Barre Kejang (seizure) dari infeksi virus Epstein-Barr berat yang disertai limfoproliferasi Mononeuritis multipleks Mielitis transversa dan disfungsi hati telah dilaporkan. Psikosis Komplikasi hepatik: K o n d i s i t e r k a i t - X d i k e n a l s e b a g a i limfoproliferatif terkait-X Hepatitis Komplikasi jantung: (XLP) a t a u sindroma D u n c a n , ( l i h a t b a b 2 7 8 ) . y a n g m e n y e b a b k a n Perikarditis Miokarditis kemafian pada 40 persen laki-laki yang terkena selama infeksi virus Komplikasi paru: Obstmksi jalan nafas Epstein-Barr primer Selain limfoproliferasi hebat pasien limfoproli- Pneumonitis interstisial ferafif terkait-X bisa mengalami sekuele imunoiogik atau hemato-menonjol dari penyakit ini (Tabel 145-2) Komplikasi hematologikmeliputi anemia hemolitikautoimun yang kemungkinan diperantarai logik seperfi agammaglobuhnemia, anemia aplastik atau limfomaoleh antibodi I g M dengan spesifisitas anti-i. Anemia hemolitikbiasanya mereda setelah periode 1 sampai 2 bulan. Trombositopenia limfositik. Patofisiologi sindroma limfoproliferafif terkait-X belumringan terjadi pada sampai 50 persen kasus; trombositopenia beratjarang terjadi namun termasuk komplikasi yang dikenal baik dan sepenuhnya diketahui namun suatu defek terkait-X dalam responsmungkin diperantarai antibodi. Granulositopenia ringan seringkaliterlihat pada mononukleosis infeksiosa tidak berkomplikasi dan imun terhadap virus Epstein-Barr dapat menyebabkan kegagalangranulositopenia berat yang berkaitan dengan infeksi atau kematiantelah dilaporkan. Antibodi yang bereaksi dengan granulosit telah untuk mengendalikan replikasi virus Epstein-Barr atau dalam halterdeteksi pada sampai 8 0 persen pasien dan mungkin mem-pengaruhi granulositopenia berat yang kadang teramati. Baik imunoregulasi yang terganggu yang menyebabkan sekueletrombositopenia dan granulositopenia biasanya sembuh sendiri danmembaik selama 3 sampai 6 minggu. Glukokortikoid telah diguna- imunoiogik lain yang teramati pada sindroma ini.kan untuk pengobatan baik anemia hemolitik dan trombositopeniayang berhubungan dengan mononukleosis infeksiosa, namun MANIFESTASI LABORATORIUM Antibodi heterofilefektivitasnya belum terbukti pada penelitian terkontrol. Ruptur Antibodi terhadap eritrosit domba yang dapat dilepaskan denganlimpa merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada mono- absorpsi sebelumnya dengan seldarah merah sapi namun tidaknukleosis infeksiosa, seringkali disertai awitan nyeri abdomen yang dengan ginjal babi guinea disebut antibodi heterofil. Anfibodiberkembang perlahan atau mendadak dan biasanya tampak selama heterofil ditemukan pada 50 persen anak dan 90 sampai 95 persenminggu kedua atau ketiga penyakit. Pembedahan splenektomi atau orang dewasa muda dan orang dewasa dengan mononukleosis.splenorafi merupakan satu-satunya penatalaksanaan yang efektif. Meskipun titer heterofil dengan tube klasik masih dilakukan di banyak laboratoriunn tes monospot yang menggunakan kit Komplikasi neurologik mononukleosis infeksiosa dapat komersial sensitif, spesifik, mudah dilakukan dan lebih rutinmerupakan manifestasi tunggal atau menonjol dari penyakit ini. digunakan. Frekuensi hasil posifif heterofil yang berhubunganAntibodi heterofil dan limfosit atipikal bisa tidak terdapat pada awal dengan mononukleosis infeksiosa tergantung dari tes yang diguna-kejadian neurologik. Komplikasi neurologik yang pahng sering kan, usia populasi pasien dan waktu selama penyakit saat dilakukan.dijumpai adalah kelumpuhan saraf otak dan ensefalitis yang dapat T e s m o n o s p o t s e d i k i t l e b i h s e n s i f i f d a r i fiter h e t e r o f i l . S e k i t a r 1 0tampil pada awalnya disertai gejala serebelar Awitan ensefalitis sampai 15 persen pasien dengan mononukleosis bisa heterofilbiasanya mendadak. Temuan pada cairan serebrospinal tidak negafif jika dites hanya selama minggu pertama penyakit. Jikadiagnostik dan lokalisasi dengan studi neurodiagnostik noninvasif k e c u r i g a a n k h n i s m o n o n u k l e o s i s i n f e k s i o s a c u k u p finggi, tes u l a n gdapat mengarah pada ensefalitis herpes simpleks. Sekitar 85 persen anfibodi heterofil selama minggu kedua atau ketiga penyakitpasien dengan gejala neurologik yang berkaitan dengan virus dianjurkan. Antibodi heterofil menurun titernya setelah penyakitEpstein-Barr sembuh spontan. akut sudah menyembuh namun bisa masih terdeteksi selama 9 bulan setelah awitan penyakit. Hepatitis merupakan komponen yang biasa terdapat padamononukleosis infeksiosa. Hampir 9 0 persen pasien mengalami Limfositosis atipikal L i m f o s i t o s i s r e l a f i f d a n a b s o l u tpeningkatan ringan transaminase hati. Meskipun sekuele hepatik terdapat pada kurang lebih 7 5 persen kasus mononukleosisyang lebih serius telah dilaporkan, disfungsi berat atau permanen infeksiosa. Limfositosisbiasanya mencapai puncaknya pada minggusangatlah jarang. kedua atau kefiga penyakit dan dicirikan oleh sel dengan morfologi atipikal. Limfosit atipikal ini yang merupakan hmfosit T yang Kelainan jantung jarang terjadi namun dapat meliputi peri- teraktivasi primer lebih besar daripada limfosit matang dankarditis, miokarditis, spasme arteri koroner dan kelainan elektro- seringkali mengandung infi berlobulasi yang terietak eksentrikkardiografi. dengan anak inti dansitoplasma bervakuol dengan pinggir b e r g e r o m b o l . N e u r o p e n i a d a n t r o m b o s i t o p e n i a ringan s e r i n g t e r j a d i . Kelainan laboratorium lain meliputi peningkatan poliklonal ringan d a r i i m u n o g l o b u l i n k l a s I g M , I g G d a n I g A d a n p e n i n g k a t a n ringan enzim hepatoseluler Respons antibodi virus Epstein-Barr-spesifik A n t i b o d i terhadap beberapa antigen virus Epstein-Barr spesifik meningkat selama infeksi virus Epstein-Barr (Khat Tabel 145-1). Penggunaan yang sesuai dari pemeriksaan anfibodi virus Epstein-Barr-spesifik dapat mempermudah diagnosis infeksi virus Epstein-Barr primer dalam kasus yang atipik secara klinis atau kasus heterofil-negatif. Anfibodi I g M terhadap anfigen kapsid virus merupakan diagnostik dari infeksi virus Epstein-Barr primer Antibodi IgG anti-antigen kapsid virus yang adasaat penyajian klinis pada hampir semua pasien dan akan tetap terdeteksi sepanjang hidup. Anfibosi IgG
894 BAGIAN ENAM PENYAKIT INFEKSIanti-antigen kapsid virus terutama bermanfaat sebagai tes untuk limpa, pasien sebaiknya dianjurkan menghindari olahraga kontakkerentanan terhadap virus Epstein-Barr dan tidak bermanfaat untuk badan. selama 6 sampai 8 minggu sesudah awitan penyakit. Waktudiagnosis infeksi primer Sekitar 7 0 persen pasien dengan untuk kembali sekolah atau bekerja ditentukan sepenuhnya olehmononukleosis infeksiosis membuat antibodi terhadap antigen dini keluhan. Pasien dengan penyakit ringan bisa ddak memerlukandifus. Antibodi anti-antigen dini difus biasanya mencapai puncaknya perubahan besar dalam tugas rudnnya. Pasien dengan penyakit berat3 sampai 4 minggu setelah timbulnya penyakit dan biasanya bisa ddak dapat kembali sepenuhnya sekolah atau bekerja selamamenghilang setelah penyembuhan. Antibodi terhadap antigen berbulan-bulan. Penyembuhan mononukleosis seringkali bertahapnuklear Epstein-Barr muncul 6 sampai 8minggu sakit dan menetap dan malaise masih bisa terasa selama beberapa waktu.seumur hidup. Adanya antibodi I g M anti-antigen kapsid virus danserokonversi terhadap anhgen nuklear Epstein-Barr merupakan Meskipun glukokortikoid dapat mempercepat penyembuhandiagnostik dari infeksi virus Epstein-Barr primer Pasien dengan faringitis, mereka diindikasikan hanya pada komplikasi spesifikdefek imunitas seluler dapat gagal membuat antibodi terhadap tertentu dari mononukleosis; obstruksi jalan napas biasanyaantigen nuklear Epstein-Barr berespons secara dramatis terhadap glukokortikoid parenteral. Glukokordkoid juga bisa mempercepat penyembuhan pasien dengan DIAGNOSIS D i a g n o s i s m o n o n u k l e o s i s i n f e k s i o s a t i d a k s u l i t anemia hemolitik dan trombositopenia berat. Tidak ada bukd bahwadalam kebanyakan kasus. Kumpulan gejala demam, faringitis, dan glukokordkoid berguna untuk komplikasi neurologik penyakit.limfadenopati digabungkan dengan limfositosis atipikal dan antibodi Pasien tertentu yang terpilih dengan penyakit berat bisa mendapatheterofil dengan jelas selalu disebabkan oleh infeksi virus Epstein- keuntungan dengan regimen pendek prednison namun gluko-Barr primer dan tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih kortikoid sebaiknya jangan diberikan pada sebagian besar pasienlanjut. Pasien tertentu dengan mononukleosis yang diinduksi virus dengan mononukleosis infeksiosa.Epstein-Barr terutama usia pra-dewasa muda atau mereka dengankomplikasi neurologik, mungkin heterofil negatif atau bisa tidak Asiklovir, interferon-a dan9-[2 hidroksi-1-(hidroksime-terdapat limfositosis atipikal. Infeksi virus Epstein-Barr primer til)etoksi]metil guanin (gansiklovir) merupakan inhibitor aktifdapat didiagnosis dengan pasti pada pasien ini dengan menggunakan r e p l i k a s i v i r u s E p s t e i n - B a r r in vitro. I n t e r f e r o n - a m e m p u n y a ipemeriksaan serologis spesifik virus Epstein-Barr yang sesuai (lihat aktivitas antivirus dan dapat menurunkan pengeluaran virus Epstein-di atas). Mengkultur virus Epstein-Barr dari bilasan orofaringeal Barr oleh resipien alograf ginjal yang diobati dengan globulin and-atau selmononuklear darah tepi bersifat laboratoris dan karena timosit. Pemberian asiklovir I V atau oral dosis dnggi menghendkanketidakpastian virus d i antara individu yang seropositif virus pengeluaran virus Epstein-Barr dari orofarings pasien denganEpstein-Barr maka hal ini tidak diagnostik untuk infeksi virus mononukleosis infeksiosa akut, namun keuntungan khnis adalahEpstein-Barr primer minimal dan ddak jelas. Infeksi sitomegalovirus primer adalah penyakit yang paling KEGANASANYANG BERHUBUNGAN DENGAN VIRUSsenng dikacaukan dengan mononukleosis infeksiosa yang diinduksi EPSTEIN-BARR S e j a k a d a n y a d e s k r i p s i a w a l t e n t a n g v i r u svirus Epstein-Barr Kurang lebih dua pertiga orang dewasa dengan Epstein-Barr pada pasien dengan limfoma Burkitt Afrika, virus inimononukleosis heterofil negatif memiliki mononukleosis yang telah terdeteksi dalam kaitan dengan beberapa keganasan lain.diinduksi sitomegalovirus. Sekuens D N A virus Epstein-Barr telah dideteksi pada jaringan tumor dari lebih dari 9 0 persen pasien dengan limfoma Burkitt Pasien dengan mononukleosis sitomegalovirus adalah rata-rata Afrika. L i m f o m a Burkitt Amerika yang seringkali mengenai anak-sedikit lebih tua daripada mereka dengan mononukleosis infeksiosa anak yang lebih besar dan lebih sering terdapat sebagai tumoryang diinduksi virus Epstein-Barr dan biasanya menderita penyakit intraabdominal, berhubungan dengan virus Epstein-Barr hanyayang dicirikan terutama dengan demam dan malaise. Faringitis dan dalam 15 persen kasus. K a r s i n o m a nasofaring anaplasdk, neoplasmalimfadenopati lebih jarang dibandingkan dengan mononukleosis yang u m u m di Cina Tenggara, tinggi kaitannya dengan virusinfeksiosa. Mononukleosis yang diinduksi sitomegalovirus biasanya Epstein-Barr; sesungguhnya semua pasien yang cukup baik ditelidlebih perlahan awitannya dan lebih lambat sembuhnya daripada dengan keganasan ini, mempunyai bukd adanya virus Epstein-Barrmononukleosis yang diinduksi virus Epstein-Barr. Diagnosis dapat di jaringan tumorditegakkan dengan isolasi sitomegalovirus dari darah tepi dandemonstrasi serokonversi atau kenaikan empat kah lipat atau lebih Terdapat peningkatan bukti yang mengimplikasikan virusdter antibodi terhadap sitomegalovirus. Meskipun sitomegalovirus Epstein-Barr dalam patogenesis kasus tertentu limfoma limfosidkjuga dikeluarkan di saliva dan urin pasien dengan mononukleosis pada pejamu dengan kemampuan mengembangkan tanggap imunsitomegalovirus, demonstrasi virus didarah adalah lebih spesifik (lihat Bab 311). L i m f o m a selB sangat banyak dijumpai di antaranamun kurang sensitif sebagai indikator morbiditas yang diinduksi keganasan yang berkembang pada individu dengan supresi sistemsitomegalovirus. imun seperti resipien alograf organ, pasien dengan telangiektasia ataksia dan pasien dengan A I D S . Daerah yang secara imunoiogik Faringitis berat juga dapat disebabkan oleh virus lain (misalnya istimewa seperti susunan saraf pusat juga tampaknya terutama rentanherpes simpleks) atau oleh streptokokus beta hemolitikus grup A . terhadap limfoma selB yang berhubungan dengan virus Epstein-Karena streptokokus beta hemolitikus grup A dapat diisolasi dari Barr. Resipien alograf jantung yang diobad dengan siklosporin Atenggorok dari hingga 3 0 persen pasien dengan mononukleosis tampaknya terutama rentan terhadap l i m f o m a sel B. Sekuens virusi n f e k s i o s a , i s o l a s i o r g a n i s m e i n i ridak m e n y i n g k i r k a n d i a g n o s i s Epstein-Barr terdeteksi pada hingga separuh keganasan sel B yangmononukleosis infeksiosa. Limfositosis adpikal juga dapat diamati dijumpai pada individu dengan supresi sistem imun. Patogenesispada sejumlah keadaan melipud rubela, hepadtis, toksoplasmosis, limfoma sel B adalah rumit. Dalam beberapa kasus, transformasicampak dan reaksi obat. Keadaan-keadaan ini jarang menyebabkan sel B yang diarahkan oleh virus Epstein-Barr bisa merupakanproblem diagnosis diferensial yang besar jika perhatian secara kejadian dini, dalam kasus lain transformasi bisa diarahkan secaraberhad-had diarahkan pada gambaran klinis dan laboratorium dari primer oleh sitokin seperti interieukin 6. Proses ini yang awalnyapenyakit-penyakit ini. bisa poliklonal, menjadi oligoklonal atau monoklonal melalui langkah kedua translokasi yang dibuat kemungkinan besar oleh TERAPI M o n o n u k l e o s i s i n f e k s i o s a b i a s a n y a h a n y a m e m e r i u - jumlah yang meningkat dari limfosit B yang berproliferasi. Tingkahkan penatalaksanaan suportif Pasien sebaiknya dianjurkan untuk laku biologis tumor ini ddak selalu berkorelasi dengan klonalitasberisdrahat cukup; tak ada bukti bahwa tirah baring yang dipaksakan sebagaimana yang dijelaskan dengan teknik konvensional. Pasienmempercepat penyembuhan. D e m a m dan faringitis biasanya diatasi yang sudah dijelaskan mempunyai proses limfoproliferatif yangdengan asetaminofen. Karena komplikasi jarang berupa ruptur
BAB 146 INFEKSI SITOMEGALOVIRUS S97transfusi produk darah yang mengandung leukosit. Walaupun Sitomegalovims telah dinyatakan sebagai patogen yang penting sindroma inidapat timbul pada semua kelompok umur, yang paling pada penderita A I D S (lihat B a b279).Infeksi sitomegalovirus sering terkena adalah orang dewasa muda dengan kehidupan seks teriihat pada hampir semua pasien A I D S dan seringkali menyebab- yang aktif. Masa tunas berkisar antara 2 0 sampai 6 0 hari, dan kan refinitis atau penyakit yang menyelumh, sehingga menyebabkan penyakitnya umumnya berlangsung selama 2 sampai 6 minggu. kematian. Sitomegalovims yang menyebabkan penekanan respons D e m a m tinggi yang berkepanjangan, kadang disertai menggigil, i m u n m u n g k i n j u g a m e m p e r b u r u k d e f i s i e n s i fimfosit T y a n gkeletihan badan yang berlarut-larut, danmalaise, merupakan hal ditimbulkan oleh vims retro penyebabnya. yang khas untuk penyakit ini. Nyeri otot, sakit kepala dan pembesar- an limpa sering didapati, tetapi pada mononukleosis sitomegalo- Sindroma sitomegalovims pada individu dengan tanggap imun virus (berlainan dengan infeksi mononukleosis yang disebabkan yang lemah seringkali dimulai dengan demam yang berkepanjangan, oleh virus Epstein-Barr), radang tenggorok yang berlendir dan malaise, anoreksia, kelelahan, Keringat m a l a m , dan n y e r i sendi atau limfadenopati servikal jarang terjadi. Kadang terdapat riiam yang nyeri otot. Gangguan fungsi hati, leukopenia, trombositopenia, danberbentuk seperti pada rubela, danseringkali sesudah pemberian limfositosis atipikaldapat dijumpai pada masa itu. Adanya takipnea, ampisilin. Yang kurang u m u m adalah pneumonia intertisial atau hipoksia danbatuk yang tidak produktifmenandai teriibatnya organ segmental, miokarditis, pleuritis, artrihs atau ensefalitis. Jarang pemapasan. Pemeriksaan radiologis p a msering menunjukkan infil-terjadi, adalah sindroma Guillain-Barr6 yang menyertai mono- trat bilateral intertisialatau retikulonoduler, yang mulai pada bagiannukleosis sitomegalovirus. Kelainan laboratorium yang khas adalah tepi lobus bawah dan menyebar k e tengah dan atas; yang lebih jarangterdapat limfositosis relatif pada sediaan darah tepi dengan jumlah adalah bentuk segmental yang terbatas, noduler atau alveolerlimfosit atipik yang lebih dari 10persen. Jumlah total leukosit dapat Penegakan diagnosis memerlukan biopsi paru atau bilasanlebih rendah, normal, atau jelas meninggi. Walaupun biasanya tidak bronkoalveoler, karena dari ekskresi virus di perifer atau titerditemukan ikterus yang jelas, peninggian ringan serum transami- antibodi yang tinggi tidak cukup memberikan bukti yangnase danalkali fosfatase sering didapatkan. Antibodiheterofil tidak m e m b u k t i k a n p e n y e b a b n y a . D i a g n o s i s b a n d i n g m e l i p u t i P. carinii;ada; tetapi ketidaknormalan imunologis transien sering ditemui. vims lain, bakteri, atau jamur patogen; perdarahan pam; dan cederaTermasuk di dalamnya adalah terdapatnya krioglobulin, faktor akibat radiasi atau obat-obat sitotoksik.reumatoid, aglufinindingin dan anfibodi anfinuklear Yangjarang,anemia hemolifik, trombositopenia dangranulositopenia yang Sitomegalovims di saluran cerna dapat bersifat terlokalisir atauterdapat pada masa penyembuhan. m e l u a s , d a n fimbul h a m p i r d i s e m u a p e n d e r i t a y a n g r e s p o n s imunnya tertekan. L u k a diesofagus, lambung, usus halus atau usus Sebagian besar pasien sembuh tanpa gejala sisa, walaupun besar dapat menimbulkan perdarahan atau perforasi. Infeksiastenia pascavirus bertahan selama beberapa bulan. Sitomegalo- sitomegalovirus dapat menimbulkan juga kambuhnya kolitisvims dikeluarkan d i air seni, cairan kelamin, atau liur yang dapat u l s e r a t i v a y a n g t e r s e m b u n y i . S e r i n g k a l i fimbul h e p a t i t i s , k h u s u s n y aberlangsung selama beberapa bulan atau tahun. Sejumlah kecil setelah transplantasi hati, dan seperti telah dilaporkan, sitomegalo-pasien mengalami episode demam dan malaise yang bemlang, vims berhubungan dengan kolesisfitis akalkulus.seringkali dihubungkan dengan kegagalan fungsi autonom sistemsyaraf, misalnya berkeringat atau pelebaran pembuluh darah wajah. Pada individu yang sehat, sitomegalovims jarang menimbulkan meningoensefalifis. Walaupun anfigen daninklusi sitomegalovirus Infeksi sitomegalovirus pada pejamu dengan tanggap kadang ditemui di otak pasien yang meninggal karena ensefalopatiimun yang lemah (Lihat tabel 146-1) Sitomegalovirus tampak- karena A I D S , kaitan dan hubungan yang jelas antara sitomegalo-nya mempakan vims yang paling sering dan paling penfing dalam vims dan H I Vmasih kabur Pada pasien dengan tanggap imun yangkomplikasi setelah transplantasi organ. Pada resipien transplantasi lemah, sitomegalovirus dapat menyebabkan poliradikulopatiginjal, jantung, paru dan hafi, sitomegalovirus menyebabkan subakut yang progresif, yang sering dapat sembuh bila segeraberbagai sindroma, seperti demam danleukopenia, hepatifis, pneu- ditemukan dan diobati.monifis, esofagifis, gastrifis, kolifis, danrefinifis. Jangka wakturisiko yang paling panjang adalah antara 1 sampai 4 bulan setelah Refinitis sitomegalovims mempakan penyebab penting kebutaantransplantasi, walaupun refinitis dapat terjadi sesudahnya. Risiko pada pasien dengan tanggap imun yang lemah, khususnya pasienmenderita penyakit ini lebih besar bagi mereka yang telah meng- A I D S . Lesi awal berupa daerah kecil, opak, putih yang berisialami infeksi pertama. D i samping itu, penelifian molekuler nekrosis granula refina yang kemudian menyebar secara sentrifugalmenunjukkan bahwa penerima transplantasi yang seropositif dapat dan diikuti oleh perdarahan, pelapisan dinding pembuluh darah,terkena infeksi ulangan yang diderita si pemberi organ, jenis yang dan edema refina (lihat Gambar A8-14). sitomegalovirus harusgenotipikal, yang sering menyebabkan sakit. Infeksi reaktivasi, dibedakan dengan penyebab retinopati lainnya, termasuk tokso-walaupun sering, tidak begitu penting dalam klinis. Penyakit klinis plasmosis, kandidiasis dan infeksi vims herpes simpleks.dihubungkan dengan berbagai faktor, seperti derajat penekanansistem imun; pasien yang menerima sejumlah zatyang menekan Infeksi fatal sitomegalovims seringkali dihubungkan denganrespons imun, seperti antitimosit globulin, tampaknya akan viremia yang menetap danketerfibatan berbagai sistem organ.menderita infeksi yang lebih hebat daripada yang menerima zat Infiltrat p a m yang progresif, pansitopenia, hiperamilasemia, danlainnya, seperti siklosporin A . Organ yang ditransplantasikan sangat hipotensi mempakan tanda khas, seringkali beserta dengan super-rentan terhadap infeksi sitomegalovirus; misalnya hepatitis infeksi terminal dari bakteri, jamur atau protozoa. Nekrosis adre-sitomegalovirus setelah transplantasi hati, dan pneumonitis nal yang meluas dengan inklusi sitomegalovims sering ditemui padasitomegalovims lebih sering terjadi setelah transplantasi pam. autopsi, sebagaimana sitomegalovims terdapat di banyak organ lainnya. Pneumonia sitomegalovirus terdapat pada 15sampai 20 persenpenderita yang mendapat transplantasi sumsum tulang, dengan DIAGNOSIS Diagnosis sitomegalovims seringkali tidak dapatangka kematian berkisar antara 8 4 sampai 88 persen. Risiko terbesar ditegakkan berdasarkan gambaran klinis saja. Isolasi virus dariterjadi antara 5 sampai 13 minggu setelah transplantasi, dan juga sediaan klinis yang sesuai, bersama dengan bukti peningkatantelah ditemukan sejumlah faktor risiko lainnya. Ini meliputi jenis antibodi empat kali lipat atau lebih, atau peninggian titer antibodizat penekan respons i m u n yang diberikan, reaksi akut antara organ yang menetap, mempakan pendekatan diagnosis yang diharapkan.yang ditransplantasikan dengan penerimanya, usia yang lanjut, vire- Pengekskresian vims atau viremia dapat dideteksi melalui kulturmia dan keadaan seroposifif sebelum transplantasi berlangsung. s e d i a a n y a n g s e s u a i d a r i fibroblas l a p i s t u n g g a l m a n u s i a . B i l a t i t e r vims tinggi, seperti seringkali terdapat pada infeksi bawaan yang luas atau pada pasien A I D S , efek sitopatik yang khas dapat dijumpai dalam beberapa hari. Walaupun demikian, dalam beberapa keadaan.
BAB 148 PARVOVIRUS 90]nya. \"Vaksinasi\"vaksinia menimbulkan kekebalan bagi variola dan Infeksi tidak menyebar dari orang-ke-orang, menyebabkan jumlahmerupakan metode pengendalian atau pencegahan cacar Wabah kasus yang rendah, kurang dari 100, dari yang telah diidentifikasicacar diberantas dari A m e r i k a Serikat pada tahun 1949, diikuti sejauh ini. Gambaran klinis infeksi sebanding dengan cacar, kecualipenghentian imunisasi rutin pada anak pada tahun 1972. Imunisasi limfadenopati inguinal d a nservikal lebih menonjol pada cacarc a c a r tidak d i p e r l u k a n u n t u k m e l a k u k a n p e r j a l a n a n d i d u n i a . monyet manusia. Diagnosis ditentukan melalui ciri khas morfologi poks jika virus diinokulasi kedalam kultur membrana korioalantois. KOMPLIKASI VAKSINASI V a k s i n d i l e t a k k a n d i k u h t , y a n gtelah dilukaibeberapa kali dengan jarum steril untuk membukajalan CACAR SAPI V i r u s c a c a r s a p i a d a l a h a n g g o t a l a i n g e n u ske epidermis. Vaksinasi primer menghasilkan papula dalam 4-5 hari Orthopoxvirus. I n f e k s i b e r k e m b a n g m e l a l u i k o n t a k t a n g a n d e n g a nyang akan menjadi vesikel 2-3hari kemudian. Demam ringan dan ulkus yang terinfeksi pada puting susu sapi. Virus juga ditemukanlimfadenopati setempat sering timbul pada tahap ini. D a l a m pada binatang pengerat liar, sebagai reservoar untuk beberapa2 minggu, kulit keras terbentuk dan meninggalkan jaringan parut infeksi manusia. Setelah pemajanan, terjadi satu atau lebih lesi kulit,bila sembuh sempurna. Respons selama vaksinasi ulang ditingkat- paling sering pada tangan. Evolusi lesi sama dengan yang teriihatkan dantidak berhubungan dengan demam atau limfadenopati. selama vaksinasi cacar primer: vesikel berkembang menjadi pustula yang kemudian mengering. R u a m tidak menjadi generalisata. Sering Virus vaksinia tidak pernah lolos dari percobaan terkontrol untuk berkaitan dengan limfangitisdan limfadenopati lokalisata. Penyakitmenjamin keamanan dankeefektivannya sebelum dikeluarkan. dapat dibingungkan dengan nodul pemerah susu (lihat bawah).Namun, vaksin sangat efektif, walau efek samping dapat diper- Pemastian laboratorium dapat ditentukan dengan poks yang khastimbangkan. Komplikasi m e l i p u t i : ( 1 ) Vaksinia progresif (gangre- yang berkembang jika virus diisolasi pada membrana korioalantois.nosum v a k s i n i a ) t e r j a d i p a d a p a s i e n a g a m m a g l o b u l i n e m i a , d e f i -siensi sel T , atau diterapi imunosupresif. Terjadi destruksi kulit VIRUS NODUS PEMERAH SUSU I n f e k s i d i s e b a b k a n o l e hsetempat, jaringan subkutan, danstruktur lain yang mendasari, parapoxvirus dankadang dirujuk sebagai cacar sapi palsu ataudengan lesi metastatik yang tampak pada daerah kutan yang lain, paravaksinia. Didapatkan dari kontak dengan sapi yang terinfeksi.visera dan tulang. Komplikasi ini terjadi hampir 1 pasien dari 1 Lesi teriihat sebagai nodul merah yang berkembang menjadi papulajuta pasien selama vaksinasi primer atau ulangan danbiasanya fa- ungu padat. Tiadanya vesikel atau pustula, membedakan penyakitt a l s e l a m a p e r i o d e b e b e r a p a b u l a n . ( 2 ) Vaksinatum ekzema m e l i b a t - i n i d a r i c a c a r s a p i . L e s i tidak n y e r i d a n s e m b u h d a l a m 4—6 m i n g g u .kan penyebaran virus vaksinia yang luas pada kulit saat vaksin danmenular pada pasien ekzema atau penyakit kulit kronik lainnya. Ini O R F Ini adalah penyakit dari domba yang kadang dirujukterjadi 1 per100.000 vaksinasi primer atau 1 per1 juta vaksinasi s e b a g a i d e r m a t i t i s p u s t u l a r k o n t a g i o s a . D i s e b a b k a n o l e h parapox-ulang dan kadang fatal; superinfeksi bakteri sering mengkomplikasi virus. I n f e k s i m a n u s i a d i d a p a t k a n m e l a l u i k o n t a k d e n g a n d o m b av a k s i n a t u m e k z e m a . ( 3 ) Vaksinia generalisata, d i k a r a k t e r i s t i k o l e h yang terinfeksi di sekitar mulut, hidung, atau mata. Berkembanglesi satelit sekitar daerah inokulasi atau cacar yang sangat menyebar vesikel besar tunggal atau multipel yang nyeri dan sering berkaitanluas, kadang terjadi pada individu yang mampu mengembangkan dengan limfadenopati. Resolusi terjadi dalam beberapa minggu.tanggap imun dan terjadi 3 per 100.000 vaksinasi primer atau I per1 j u t a v a k s i n a s i u l a n g . K o m p h k a s i i n i b e r p r o g n o s i s b a i k . ( 4 ) Ino- MOLUSKUM KONTAGIOSUM I n f e k s i h a n y a t e r d a p a t p a d akulasi kebetulan, t e r u t a m a k e l o p a k m a t a , p e r i n e u m , d a n v u l v a , manusia, disebabkan oleh virus poks yang belum teridentifikasiterjadi pada 3 per 100.000 sampai 1 juta vaksin. U m u m n y a akibat d a n t i d a k b i s a d i b i a k k a n in vitro. L e s i timbul d i s e l u r u h t u b u h ,t i d a k p a r a h . ( 5 ) Ensefalitis pascavaksinasi a d a l a h k o m p l i k a s i s e r i u s kecuali telapak tangan dan kaki, tampak seperti mutiara, warna se-yang terjadi pada 3 per 1 juta pasien setelah vaksinasi primer perti daging, menonjol, dan ada pusar perdiameter 2 - 5 m m . LesiBiasanya terjadi 6-15 hari setelah vaksinasi dan awitan yang diam- berkelompok, tidak nyeri, dan menghilang setelah beberapa minggudiam. Gambarannya meliputi konvulsi, hemiplegia, d a n afasia. atau tahun. Penularan melalui kontak langsung, seperti yang terjadiAnalisis cairan spinal normal kecuali tekanan meningkat. Pemulihan dengan distribusi sekitar alat genital pada individu yang aktif secarasering tidak sempurna, danterdapat sekuele neurologik. seksual. Peningkatan insidensi moluskum kontagiosum tampak pada individu yang terinfeksi HIV. B e l u m adaterapi spesifik, walau lesi Kontraindikasi vaksinasi meliputi gangguan imun selB atau T, dapat dihilangkan dengan kauterisasi.neoplasma sistem retikuloendotelial, bersamaan penggunaan obatimunosupresif, ekzema, kehamilan, dangangguan sistem saraf KEPUSTAKAANp u s a t . B i l a k o m p l i k a s i t e r j a d i k a r e n a i n f e k s i v a k s i n y a n g tidakterkontrol atau progresif, diterapi efekitf dengan globulin imun B A X B Y D: The origins o fvaccine virus, J Infect Dis 136:453, 1977vaksinia. Terapi ini tidak efektif untuk ensefalitis pascavaksinasi. B R E M A N JG. A R I T A I : The confirmation andmaitenance o f smallpox eradication.P e r a n a n a n t i v i r u s , s e p e r t i tiosemikarbazon, b e l u m d i k e t a h u i . N E n g l J Med 303:1263, 1980 M i n a t t e r h a d a p v a k s i n i a timbul l a g i s e b a g a i s a r a n a v a k s i n a s i . F E N N E R F : P o x v i r u s dalam B N F I E L D el a / . ( e d s . ) Virology. 2 n d e d . N e w Y o r k ,Gena virus herpes simpleks, virus hepatitis B ,H I V , dan malariadimasukkan kegenom vaksinia. Protein yang dikodekan oleh gena Raven Press, 1990, pp. 2113-2133ini diekspresikan selama infeksi vaksinia, yang menunjukkan bahwa e t a l : Smallpox and Its Eradication. G e n e v a . W o r l d h e a l t h O r g a n i z a t i o n , 1 9 8 8virus ini potensial sebagai vektor banyak vaksin. Pendekatan iniharus berhasil dibuktikan, lalu perhatian yang sama harus disertai M O S S B : P o x v i r i d a e a n d t h e i r r e p l i c a t i o n , dalam B N F I E L D e t a l ( e d s . ) Virologys e p e r t i p a d a v a k s i n a s i u n t u k m e n c e g a h c a c a r (smallpox). 2nded. N e w York, Raven, 1990, pp. 2079-2111 : Vaccinia virus: A tool for research and vaccine development. Science 252:1662, I99I 148 PARVOVIRUSVIRUS POX LAIN NEIL R. B L A C K L O W CACAR MONYET MANUSIA V i r u s c a c a r m o n y e t a d a l a h DEFINISI G r u p parvovirus t e r d i r i a t a s b e b e r a p a s p e s i e s v i r u sa n g g o t a g e n u s orthopoxvirus. C a c a r m o n y e t m a n u s i a a d a l a h yang spesifik pada binatang. Satu parvovirus yang disebut B 1 9zoonosis yangjarang, yang terjadi pada hujan hujan tropis di Afrika dikenal sebagai kuman yang patogen pada manusia. B19 merupakanBarat dan Tengah. Penyakit ini pertama kali diketahui dalam tahun virus D N A beruntai tunggal yang kecil (diameter 20 sampai 25 nm),1960-an selama usaha eradikasi cacar Identifikasididapat dari usaha i k o s a h e d r a l , tidak b e r k a p s u l , d e n g a n l a p i s a n l u a r y a n g t e r b e n t u kpemastian kasus yang diduga cacar melalui metode laboratorium. oleh dua struktur protein. Satu partikel virus dapat mengandung
BAB 150 INFEKSI SALURAN NAPAS OLEH VIRUS YANG UMUM 905bulat besar dengan inti piknotik dan daerah luas vakuolisasi dilaporkan. Tingginya angka kekambuhan dapat dijelaskan denganperinuklear dikehlingi oleh cincin sitoplasma amfofilik padat. Epitel adanya D N A papilomavirus manusia dalam jaringan dekat lesi yangdengan histologis normal dapat mengandung D N A papilomavirus tampaknya normal dan di daerah yang terkena sebelumnya selamamanusia. Adanya D N A sisa setelah pengobatan dapat menyebabkan periode remisi. Perusakan jaringan dengan suhu yang sangat dinginkambuhnya penyakit. (cryosurgery) merupakan pilihan pertama pengobatan kondiloma akuminatum. Pemberian sediaan podofilin topikal juga pernah Respons pertahanan penjamu terhadap infeksi papilomavirus digunakan, dan akhir-akhirini, sediaan bahan akfif, podofilotoksin,manusia belum dimengerti. Kebanyakan penelitian imunoiogik sulit sudah tersedia di Amerika Serikat. Sediaan interferon yang berbedamenginterpretasi karena kurangnya sediaan antigen yang sudah sudah dicoba dengan keberhasilan sedang untuk pengobatanterstandar danteknik pemeriksaan. Respons yang relatif penting, papilomatosis pernafasan dan kondiloma akuminatum. Dua sediaanyang spesifik untuk genus dan tipe virus tertentu dalam mengatasi alfa-interferon baru-baru ini sudah diizinkan di Amerika Serikatdan melindungi tubuh dari penyakit masih belum dievaluasi dengan untuk terapi intralesi kutil anogenital.memadai. Antibodi IgG dan I g M spesifik terhadap virus dapatditunjukkan pada pasien dengan atau tanpa bukti klinis infeksi aktif. Sekarang i n i belum ada metode pencegahan infeksiRespons i m u n seluler terhadap antigen papilomavirus manusia juga papilomavirus manusia yang efekfif selain menghindari kontaksudah diukur dan pasien dengan defek kekebalan yang diperantarai- dengan lesi yang infeksius. Metode kontrasepsi penghalang sangatsel tampaknya lebih rentan dibanding individu normal terhadap menolong mencegah penularan kondiloma akuminatum daninfeksi papilomavirus manusia. Pasien seperti inikadang mengalami penyakit saluran kelamin lainnya yang berhubungan denganpenyakit papilomavirus manusia yang luas. papilomavirus manusia. DIAGNOSIS Sebagian besar kutil yang dapat dilihat dengan KEPUSTAKAANmata telanjang dapat didiagnosis dengan benar hanya dari anam-n e s i s d a n p e m e r i k s a a n fisis. K o l p o s k o p i t i d a k t e r h i n g g a n i l a i n y a B O N N E Z W et al: Antibody response tohuman papillomavirus ( H P V ) type 11 i nuntuk menilai lesi vagina danserviks dan juga sangat membantu children with juvenile-onset recurrent respiratory papillomatosis (RRP). Virologydiagnosis penyakit papilomavirus manusia pada mulut dan kulit. 188:384, 1992Apusan Papanicolaou dari kerokan serviks sering menunjukkanbukti sitologik adanya infeksi papilomavirus manusia. Lesi yang D E V I L L I E R S E - M : Heterogeneity o f die human papillomavirus group. J Virol 63:4898,menetap atau tidak khas harus dibiopsi dan diperiksa dengan metode 1989histologik rufin. Selain itu, anfigen kapsid yang spesifik menurut et al: H u m a n papillomavirus infections in w o m e n with and without abnormalgenus dapat diidentifikasi dalam potongan jaringan dengan teknik cervical cytology. Lancet 2:703,1987imunohistokimiawi, dan tipe virus dapat ditentukan denganhibridisasi asam nukleat. K O U T S K Y L A , W O L N E R - H A N S S E N P: Genital human papillomavirus infecdons: Current knowledge and future prospects. Obstet Gynecol Clin North A m 16:541, T E R A P I Pengobatan harus diawali dengan pengetahuan 1989bahwa dewasa ini belum ada pengobatan yang keamanan dankemanjurannya sudah terbukfi dan bahwa banyak lesi papilomavirus R E I C H M A N R Cet al: Treatment o fcondyloma accuminatum with three differentmanusia dapat menghilang dengan sendirinya. Pengobatan yang alpha interferon preparations administered parenterally: A double-blind, placebo-sering digunakan adalah cryosurgery, aplikasi agen kaustik, elec- controlled trial. J InfectDis 162:1270,1990trodesiccation, eksisi dan ablasi dengan laser Anfimetabolit topikal , B O N N E Z W : P a p i l l o m a v i r u s dalam G L M A N D E L L e t a l ( e d s ) Principlesseperti 5-florourasil juga pernah digunakan. Kegagalan dan and Practice of Infectious Diseases. N e w Y o r k , W i l e y , 1 9 9 0kekambuhan setelah berbagai metode pengobatan ini pernah R O S E R C et al: Expression of the full-lengdiproducts of die H P V - 6 b and HPV-11 L 2 open reading frames b yrecombinant baculovirus, and antigenic comparisons with H P V - U w h o l w virus particles. J Gen Virol 71:2725, 1990 S H A H K V , H O W L E Y P M : P a p i l l o m a v i r u s e s dalam B N F I E L D ( e d . ) Virology, N e w York, Raven Press, 1990 S T O L E R M H et al: I n f e c t i o u s cycle o f h u m a n p a p i l l o m a v i r u s type 11 i n h u m a n fore- s k i n x e n o g r a f t s i n nude m i c e . J V i r o l 6 4 : 3 3 1 0 , 1 9 9 0 seksi 13 Virus DNA dan RNA pada saluran napas\l50 INFEKSI SALURAN NAPAS ^ 6 tahun, yang padanya terlihat ada penumnan progresif. OrangI O L m y i R U S YANG UMUM dewasa mengalami 3 sampai 4 kasus per orang per tahun. Morbiditas dari penyakit pemapasan akut menyebabkan hilangnya 30 sampaiRAPHAEL DOLIN 50 persen waktu untuk bekerja pada orang dewasa dan 6 0 sampai 80 persen waktu untuk bersekolah pada anak-anak. P E R T I M B A N G A N U M U M Penyakit pemapasan akut virusmempakan penyakit yang paling u m u m di antara penyakit yang Telah diperkirakan bahwa dua per tiga sampai tiga per empatdiderita manusia, bertanggung jawab untuk sepamh atau lebih kasus penyakit pernapasan akut disebabkan oleh virus. Lebih daripenyakit akut. Insidensi penyakit pernapasan akut d i Amerika 200 vims yang jelas secara antigenik dari 8 genera yang berbeda,Serikat adalah dari 3 sampai 5,6 kasus per orang per tahun. A n g k a telah dilaporkan menyebabkan penyakit pernapasan akut, danyang terfinggi terjadi pada anak di bawah umur 1 tahun (6,1 sampai tampaknya agen tambahan akan timbul di masa mendatang.8,3 k a s u s p e r t a h u n ) , d a n a n g k a t e t a p finggi s a m p a i a n a k b e m s i a Mayoritas utama infeksi v i m s ini adalah saluran napas bagian atas, tetapi penyakit saluran napas bagian bawah juga dapat terjadi, terutama pada kelompok usia muda dandalam keadaan epidemiologik tertentu.
Search
Read the Text Version
- 1 - 25
Pages: