Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Bab 14 Operasi Caesar yang tidak perlu dan tidak dikehendaki

Bab 14 Operasi Caesar yang tidak perlu dan tidak dikehendaki

Published by haryahutamas, 2016-08-22 10:03:47

Description: Bab 14 Operasi Caesar yang tidak perlu dan tidak dikehendaki

Search

Read the Text Version

14«Operasi Caesar yans tidali perlu dan tidak dikehendaki(Peninjauan dari sudut psil<iatri forensik)Kasus Meador v. Stahlerand Gheridian, Massachusetts.Kasus ini termasuk yang jarang terjadi. Karena biasanya suatu gugatanmalpraktek medik di bidang Obgin didasarkan karena tidak dilakukannyaoperasi Caesar yang dibutuhkan pasien. Justru kasus ini adalah sebaliknya.Peradilan di Massachusetts telah memutuskan untuk diberikan ganti-kerugian sebanyak $ 1.5 juta kepada seorang wanita dan keluarganya.Dasar alasannya adalah karena telah dilakukannya suatu operasi Caesaryang tidak dikehendaki pasiennya dan tidak diperlukan.Penggugat, Mary Maedor, tidak mengklaim bahwa prosedur yangdilakukan bukan atas dasar tindakan yang bersifat keialaian, tetapiterhadap keanehan dan ketidakmampuan komplikasi fisik yang diderita-nya akibat operasi Caesar tersebut. Sebagai akibatnya ia kini kebanyak-an harus di tempat tidur dan tidak bisa bekerja atau memenuhi kewajibandan tanggung-jawab terhadap keluarganya selama bertahun-tahun yangmenurut pendapatnya dapat dibayangkan sebelumnya (foreseeable).Ia mengatakan bahwa dokter obginnya telah salah memperhitungkanrisiko dari prosedur alternatif ( VBAC= Vaginal Birth After Caesar -kelahiran vaginal sesudah Caesar sebelumnya) dan telah mengabaikandesakan permintaannya untuk mengambil alternatif ini. Tambahan,mereka telah memaksanya untuk dilakukan operasi Caesar dalam situasiyang bersifat emosional. Mereka memakai cara paksaan sewaktu iatengah melahirkan.Akibat-akibat dari suatu operasi Caesar memang tidak dapat dibayang-kan sebelumnya dan Maedor memang telah menanda-tangani formulir 69

Informed Consent untuk pembedahan (untuk dipergunakan dalamkeadaan emergensi). Namun cara di dalam kasus ini tidak memenuhipersyaratan teknis untuk prosedur Informed Consent yang berlaku diMassachusetts.Kasus ini diajukan berdasarkan teori bahwa kegagalan dokternya untukmemperoleh Informed Consent yang dalam kasus ini dianggap sub-standard, pelayanan medik yang bersifat keialaian. Pada ahli psikiatrisforensik menekankan bahwa penanda-tangan suatu formulir InformedConsent secara \"pro-forma\"menimbulkan suatu Informed Consentdalam arti sebenarnya. Apalagi jika dilihat bahwa para dokter telahmengabaikan pernyataan kehendak penggugat yang dinyatakan.Tambahan pula disamping tidak adanya pemberian informasi terhadaprisiko dan manfaat dari prosedur yang diinginkan pasien.Psikiater juga telah mengungkapkan kepada Dewan Jury bagaimanariwayat hidup Mary telah dipengaruhi karena pengalaman ditolaknyaInformed Consent Hal ini menimbulkan trauma pada dirinya.Sejak masih kecil Mary telah mempunyai pengalaman tentang penyakit-penyakit yang diderita dalam keluarganya. Mary telah menganggapbahwa dokter dan para perawat adalah insan penolong untuk menguasaiterhadap situasi yang tragis itu.Di dalam otaknya sudah terpatri pula bahwa mengadakan pilihan ituakan selalu mungkin, termasuk pilihan antara sakit dan kematian. Iatadinya bahkan bercita-cita untuk menjadi perawat dan mengajar disiplinkepada yang lain. Maka ketika ia mengalami suatu kehilangankewenangan untuk memilih dan mengontrol sewaktu melahirkan, iabereaksi dengan penuh kekewatiran dan ketakutan yang hebat. Iamerasa telah dihianati oleh para professional medik yang kini ia menjaditakuti dan tidak mempercayai lagi. Sebagai akibatnya ia kehilanganstrategi untuk menyesuaikan dirinya terhadap kehidupannya. Dewan jurytelah memahami betapa pentingnya factor emosionil dari kasus ini danmemberikan ganti-rugi sepertiga dari seluruh jumlah kerugiannya.Tegasnya, hal ini tidak saja hanya akibat menjadi lumpuh karenaoperasinya itu, tetapi kehilangan wewenang pribadi untuk mengambilkeputusan terhadap dirinya sendiri, dan kelahiran anaknya, sehinggaMary itu menjadi mengalami suatu Post-Traumatic Stress Disorder.70

Demikian pula suaminya seperti juga mengalami suatu kehilangankewenangan untuk memberi bantuan kepada isterinya sebagai akibatkarena tidak diajak berunding dan menafsirkan apa yang dikehendakioleh sang isteri. Seharusnya ia dapat berpartisipasi dalam suatuprosedur Informed Consent yang benar, namun sebaliknya kini iamerasa tak berkuasa dan tidak bisa menolong isterinya.Kesaksian ahli psikiatri forensic dapat menetapkan suatu hubungankausal antara tidak adanya Informed Consent dan kerigian fisik danemosionil yang diderita pasien dan keluarganya.http://www.forensic-psych.com/articles/artMedMal.html 71


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook