Bab 16 - Pemilihan uii hipotesis                        Alan R Tumbelaka, Pandu Riono, Sudigdo Sastoasmoro,                      Muliono Wiriodiario, Partini Pudiiashrti, Kemas Firman                                         alam merancang penelitian, salah satu aspek yang harus                                    iperhitungkan adalah apakah di dalam analisis data                                   nanti akan dilakukan uji hipotesis (seringkali disebut                              dengan nama-nama yang kurang tepat yakni uji                     statistika atau uji kemaknaan). Untuk maksud tersebut peneliti                        sejak awal harus menetapkan jenis uji hipotesis yang kelak akan                           digunakan. Bila penelitian menggunakan lebih dari 1 desairy dalam                          usulan harus pula dijelaskan jenis uji apayangakan diterapkan untuk                         desain yang mana. Pemilihan uji hipotesis sejak awal ini berkaitan                           erat dengan penetapan perkiraan besar sampel (lihat Bab 17).                             Dalam bab ini dibahas secara ringkas beberapa jenis uji hipotesis                           yang sering digunakan dalam penelitian klinis. Rumus uji hipotesis                          dan kalkulasi statistika tidak disajikan; pembahasan lengkap dapat                        dipelajari pada rujukan bab ini. Dalam pelaksanaan, uji hipotesis                      pada saat ini dapat dilakukan dengan cepat dan akurat dengan                         bantuan program statistika komputer, dari yang paling sederhana                         sampai yang canggih, yang sekarang amat mudah diperoleh.                          Namun kemudahan tersebut dapat menjadi pisau bermata dua,                          seperti yang tergambar pada kalimat-kalimat berikut:                                \"I have one good news and one bad news.                                    The good one is that statistical analysis is easy to perform today.                                    The bad one is that statistical analysis is easy to perform today.\"                           {t.rf
AIan RTumbelaka dkk.       325   Artinya tanpa pemahaman yang memadai, kita dapat'meminta'komputer untuk melakukan analisis yang secara konseptual keliru,misalnya melakukan untuk uji-t independen padahal yang tersediaadalah data berpasangan. Karena itu, meski perhitungan matematistidak perlu kita lakukan (bahkan tidak boleh oleh karena hanyamembuang waktu), namun pelbagai jenis uji hipotesis yang seringdigunakan dan konsep yang mendasarinya perlu dipahami. Setelahmempelajari bab ini diharapkan para pembaca: (1) dapat mengenalpelbagai jenis uji hipotesis yang sering digunakan dalam penelitianklinis; (2) mampu memilih jenis uji hipotesis yang sesuai untuk setdata tertentu; (3) mampu menginterpretasi dengan baik pelbagaihasil uji hipotesis.                     Ug HrrorESIsUji hipotesis merupakan prosedur statistika untuk menunjukkankesahihan suatu hipotesis. Istilah yang lebih popular namun kurangtepat adalah uji statistika, atau uji kemaknaan. Uji ini diperlukanoleh karena penelitian dilakukan pada sampel, tidak pada populasi,sedangkan peneliti ingin menggeneraliseisi hasil studi ke populasiyang diwakili oleh sampel. Dengan uji hipotesis dapat ditentukanapakah ada atau tidak adanya hubungan atau perbedaan yangdiperoleh dari data pada sampel, berlaku pula untuk populasi yangdiwakili oleh sampel yutlg diteliti tersebut dengan tingkat kesalahanyang ditentukan oleh peneliti.   Uji hipotesis secara tradisional dilakukan dengan pernyataanhipotesis nol, yaitu hipotesis bahwa tidak ada perbedaan atau tidakada hubungan antar-variabel. Kemudian terhadap data pada sampeldilakukan uji untuk memperoleh angka apakah cukup bukti untukmenolak hipotesis nol, sel'ingga dapat dibuat simpulan ada atautidaknya perbedaan (atau hubungan) di antara dua (atau lebih)kelompok. Pada akhirnya akan diperoleh nllai p; karena nilai inidiperoleh dengan pengandaian hipotesis nol, maka interpretasi hasiluji hipotesis harus selalu disertakan pernyataan'bila hipotesis nolbenar' (aide infra).                        *t
326 Ujihipotesis                    KnserernN rrpE I (d, KESALAHAN rrpE II (p),                                                     DAN POWER                           Dalam tiap uji hipotesis selalu terdapatkemungkinanbahwa simpulan                         yang diperoleh tersebut salah. Mungkin pada sampel ditemukan                         perbedaan antara 2 kelompok, atau terdapat hubungan antara                           variabel bebas dengan variabel tergantung, akan tetapi hal tersebut                         sebenarnya terjadi semata:mata akibat peluang; artinya dalam                         populasi yang diwakili oleh sampel, hubungan atau beda tersebut                          tidak ada. Dapat pula hal yang sebaliknya yang terjadi, yakni data                          pada sampel tidak menunjukkan terdapatnya perbedaan ataupun                             hubungary padahal dalam populasi perbedaan atau asosiasi tersebut                           sebenarnya ada. Kedua kemungkinan kesalahan tersebut selalu ada                          dalam setiap uji hipotesis.                          Apabila dalam suatu uji hipotesis diperoleh hubungan atau                         perbedaan (yakni hipotesis nol ditolak), sedangkan sebenarnya di                         dalam populasi asosiasi atau perbedaan tersebut tidak ada, hal ini                        disebut sebagai kiesalahan tipe I, atau positif semu, atau o. Di sisi                           lain hal yang sebaliknya dapat terjadi, yakni asosiasi atau perbedaan                           tidak ditemukan dalam data pada sampef sedangkan dalam populasi                         asosiasi atau perbedaan tersebut ada, maka kita dihadapkan pada                        kesalahan tipe II, atau hasil negatif semu, atau p.                              Dalam banyak hal uji hipotesis amat mirip dengan uji diagnostik,                         yakni membandingkan hasil pemeriksaan dengan sesuatu yang                          dianggap sebagai standar. Lihatlah kembali Bab LL, serta Gambar                     16-1 dan Gambar 16-2. Dalam uji diagnostik, hasil prosedur                      diagnostik yang diteliti dibandingkan dengan hasil prosedur                          diagnostik terbaik yang ada (baku emas). Perbandingan tersebut                         disajikan dalam tabel 2 x 2 yang masing-masing berisi sel positif                          benar (a), positif semu (b), negatif semu (c), dan negatif benar (d).                           Bila suatu keadaan memberi hasil positif pada uji diagnostik tertentu,                           apakah positif pula apabila keadaan tersebut diperiksa dengan baku                        emas? Bagaimana pula apabila hasil uji diagnostik negatif? Untuk                        ini perlu diingat kembali pengertian sensitivitas, spesifisitas, nilai                         prediksi positif, dan nilai prediksi negatif (lihat Bab 11).                        *-a
Alan RTumbelaka dkk.                                                     327                                           Baku emas                                           Positif benar  Positif semu                           Uji diagnostik                                           Negatif semu   Negatif benar                           Gambar L6-L. Tabel 2x2 menunjukkan hasil uji diagnostik, yang                           terdiri atas positif benar (sensitivitas), positif semu, negatif benar                           (spesifisitas), atau negatif semu.                                                                              Keadaan dalam populasi                                           Power(1-p)     CI                            Ujihipotesis                           (pada sampel)                                           p (1-a)Gambar L6-2. Diagram memperlihatkan analogi uji hipotesis denganuji diagnostik. Besarnya peluang untuk menolak Ho bila dalampopulasi terdapat beda disebutpozner,setara dengan sensitivitas padauji diagnostik. Besamya pelua4g untuk menolak Ho padahal dalampopulasi tidak ada beda disebut kesalahan tipe I (cr), dan besamyapeluang untuk tidak menolak Ho padahal dalam populasi terdapatperbedaan disebut kesalahan tipe II (B). Besarnya kemungkinanuntuk tidak menolak Ho dan di populasi memang tidak terdapatperbedaan (1-a) setara dengan spesifisitas pada uji diagnostik.                        *.t
328 Ujihipotesis   Analog dengan uji diagnostik, uji hipotesis pada hakekatnyamerupakan perbandingan hasil yang diperoleh dalam sampel, dandiuji kesahihannya dengan kebenaran yang ada dalam populasi('baku emas'). Karena keadaan yang sebenarnya dalam populasitidak diketahui, maka dengan berdasarkan teori peluang pelbagaiprosedur statistika dapat memberi gambaran apakah hasil padasampel tersebut mewakili apa yang terdapat dalam populasi. Bilapada sampel rerata berat lahir bayi dari ibu perokok pasif adalah2600 gram, sedang pada ibu bukan perokok 3000 gram, apakah dipopulasi terjadi hal yang sama? Apakah beda 400 gram tersebut -yang secara klinis penting- juga bermakna secara statistika @aca: terjadisemata-mata akibat peluang karena variasi random pada sampel)?    Dalam uji hipotesis, sel b (dalam sampel ada perbedaan sedangdalam populasi tidak ada), disebut sebagai kesalahan tipe I atauoc, analog dengan hasil yang positif semu pada uji diagnostik.Artinya, terdapat kemungkinan sebesar u untuk menyatakan adaperbedaan padahal perbedaan tersebut sebenarnya tidak ada.Sebaliknya, sel c (dalam sampel tidak ada perbedaary sedangkandalam populasi ada perbedaan), setara dengan nilai negatif semupada uji diagnostik. Artinya, nilai yang diperoleh dalam sampeltidak dapat menemukan perbedaan yang ada pada populasi;keadaan ini disebut kesalahan tipe II (p).   Istilah pouer menunjukkan kemampuan suatu uji hipotesisuntuk menemukan beda (atau asosiasi), bila perbedaan (asosiasi)tersebut dalam populasi memang ada. Nilai power adalah (1-B); biladitentukan nilai B sebesar 0,10 maka nllaipower adalah 0,90; artinyauji hipotesis pada sampel mempunyai peluang sebesar 90% untukmenemukan perbedaan, apabila perbedaan tersebut ada dalampopulasi. Dalam uji diagnostik power analog dengan sensitivitas.            PnNrNruAN NrLAr c[ DAN pTelah disebutkan bahwa kemungkinan kesalahan tipe I dan tipe IIselalu ada oleh karena penelitian dilakukan pada sampel, tidakmencakup semua subyek dalam populasi. Pertanyaan yang timbul                        *  .'a* \"t
AIan RTumbelaka dkk.       329adalatu berapakah besarnya o dan B, dan bagaimanakah nilai-nilaitersebut ditentukan oleh peneliti?   Dalam kebanyakan penelitian biasanya nilai ssebesar 5o/\" dapatditerima; dengan perkataan lain terjadinya 1 kesalahan tipe I dari20 kemungkinan masih dapat dianggap memadai. Dalam haltertentu, misalnya suatu penelitian tentang dosis letal suatu obat,diperlukan hasil positif semu (kesalahan tipe I) yang kecil, misalnya0,01, (1%). Di lain sisi, nilai F yu.g biasanya dipergunakan adalahantara 5-20% (0,05-0,20) / yang memberikan power uji hipotesissebesar 95\"/\" sampai B0%.   Nilai u dan B, yang ditentukan peneliti, sangat memengaruhiperkiraan besar sampel. Bila jumlah subyek yang akhirnya ditelitiberbeda dari yang diperhitungkaru diperlukan perhitungan ulanguntuk nilai B atau power (1-B) dengan mempergunakan rumussemula, namun dengan memasukkan nilai-nilai yang diperolehdalam sampel penelitian. Ini terutama diperlukan bila diperolehjumlah subyek yang kurang dari yang diperlukary dengan nilai pyang diperoleh lebih besar daripada oc Untuk uraian leblh lanjuttentang penghitun gar. p 07Der setelah penelitian selesai lihatlah carapenghitungan power pada Bab 17.   Seperti telah disebutkan, nilai oyang dipakai biasanya berkisarantara 0,01 sampai 0,05, sedang nilai B antara 0,05 sampai 0,20.Untuk studi yang ingin menghindarkan hasil positif semu dipilihnilai cryang kecil, sedang untuk menghindarkan hasil negatif semuhendaknya dipilih nilai B yang kecil.             Ug san-r-ARAH DAN DUA-ARAHDalam penelitian, meskipun peneliti mempunyai dugaan kuat(yang dituangkan dalam hipotesis penelitian) bahwa obat Amemberikan angka kesembuhan lebih baik daripada obat B,namun hendaknya tetap dianggap bahwa hal yang sebaliknya jugadapat terjadi; obat B mungkin lebih baik daripada obat A. Hipotesisseperti ini disebut sebagai hipotesis dua arah. Dalam keadaantertentu dasar teori telah cukup kuat untuk membangun hipotesis                        {.r
3til0 Ujihipotesisbahwa obat A tidak mungkin lebih buruk dari obat B. Hal ini disebuthipotesis satu arah. Sebagian besar ahli statistika menganjurkanuntuk selalu mempergunakan uji dua aratr, meskipun untuk inidiperlukan subyek penelitian lebih banyak. Penentuan uji satu arahatau dua arah ini sangat penting, oleh karena menyangkut jumlahsubyek yang diperlukary dan juga menyangkut penilaian hasil ujihipotesis itu sendiri. Suatu uji hipotesis satu arah yang memberikannllai p =                   p0,0:40(,0b6e5rm(taidknaak),bebrimlaadknitae)r.apkan  untuk  :uji  2-arah  makahasilnya                           Nnru pDalam setiap uji hipotesis peneliti pada akhirnya akan sampai padanllai p, yang biasanya disebut sebagai batas kemaknaan uiihipotesis. Nilai p tersebut mempunyai makna sangat pentingnamun tidak mutlak; ia harus diinterpretasi dengan baik agar tidakterjadi kesalahan simpulan. Interpretasi nilai p juga harus selaludihubungkan dengan data klinis yang dievaluasi.   Seperti telah disebutkan, uji dimulai dengan menyatakan bahwatidak ada perbedaan atau hubungan antara 2 variabel (hipotesisnol). Dengan dasar asumsi tersebut, dan dengan perhitunganmenggunakan rumus tertentu, pada akhirnya akan diperoleh nilaip. Bagaimana kita menginterpretasi nllai p secara benar?   Nilai p ini sering sekali disalahtafsirkan\" bahkan oleh para senior.Yang sering adalah kesalahan interpretasi dengan menyatakanbahwa nilai p adalah besarnya kemungkinan bahwa hipotesis nolbenar (ilengan perkataan lain besarnya kemungkinan bahwa keduakelompok tidakberbeda). Hal ini keliru, karena nilai pada populasiadalah nilai yang tetap, sehingga kemungkinan ia benar atau salahadalah 0 atau 1. Penafsiran lain yang kurang tepat adalah nilai pailalah besarnya kemungkinan bahzaa hasil ynng diperoleh adalahdisebabkan oleh peluang, akibat variasi random.Interpretasi inijuga kurang tepat oleh karena kalimat tersebut secara implisitmenyebutkan bahwa hipotesis nol benar. Interpretasi nilai p yangbenar adalah:                        ttt
Alan RTumbelaka dkk.                                331             Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan hasil yang             diperoleh atau hasil yang lebih ekstrem, bila hipotesis nol              benar..          atau:              Besarnya kemungkinan bahwa hasil yang diperoleh, atau             hasil yang lebih ekstrem, disebabkan semata-mata oleh              faktor peluang apabila hipotesis nol benar.         Agar jelas diberikan contoh berikut. Suatu uji klinis menguji      efektivitas obat X dibanding obat standar pada pasien meningitis.      Tabel 16-1 memperlihatkan tabulasi hasil pengobatan pada masing-      masing kelompok yang terdiri atas 100 pasien.      Tqbel l6-1. Perbondingqn hqsil pengobclon meningitis dengon                              obql slqndqr clqu obqt X                            Sembuh Meninggol Jumloh          Obol slondqr 60   40  100          Obot X 75 25          100          Jumloh 135 65         2OO                            x2 = 4,467; df = I; p= 0,035         Tampak pada tabel bahwa perbedaan kesembuhan antara obat      X dan obat standar sebesar 1,5% (75%-60%) pada uji hipotesis      menghasilkan nilai p sebesar 0,035. apakah artinya? Nilai p ini dapat      diinterpretasi dengan pelbagai cara, dan harus memuat kalimat \"bila      hipotesis nol benar\".      il1   i
332 Ujihipotesis                            Bila obat X dan obat standar sama efektifnya, maka terdapat                            kemungkinan sebesar 0,035 (3,5\"/ol untuk memperoleh beda                            kesembuhan l5o/o atau lebih.atau   Bila obat standar tidak berbeda dengan obat X, maka faktor    peluang saja pada 3,57o kesempatan dapat menerangkan    terjadinya beda kematian sebesar 15\"/\" ataalebih.   (Karena anak kalim at'bllahipotesis nol benar' sering dilupakarymaka disarankan unhrk menyebutnya lebih dahulu).   Dalam kalimat yang lebih longgar sering orang menyebutkan:                            Kemungkinan bahwa hasil tersebut disebabkan semata-mata                            oleh faktor kebetulan adalah 15%.   Istilah'faktor kebetulan' tersebut tidak tepat dan seyogyanyadihindarkan.Sebelum era komputer, nilai p dilihat dari tabel pada tiap bukustatistika, sehingga tidak akan diperoleh nilai absolutnya, melainkandinyatakan sebagai p>0,05, p<0,05; atau p<0,0L Akibatnya p=0,045sama dengan p:0,0'1.3, yakni  dinyatakan sebagai       p<0,05. Kini,dengan komputer nllai p yang  tepat dapat diperoleh,                                                       misalnya p :0,052. Nilai tersebut hendaknya'dicantumkan sebagai hasil ujihipotesis, hal tersebut akan memberikan peluang kepada pembacauntuk menafsirkan sendiri maknanya. Pada contoh ini nilai p sebesar0,052, hingga pada kondisi tertentu dapat ditafsirkan sebagaibermakna. Bila digunakan tabel, hasil tersebut dinyatakan sebagai p> 0,05 yang harus ditafsirkan sebagai tidak bermakna.             INrnnval KEPERCAYAANDalam melaporkan penelitian, dewasa ini cenderung disarankanuntuk menyertakan interval kepercayaan di samping nllai p,karena dengan interval kepercayaan dapat diperoleh gambaranbesarnya kemungkinan untuk memperoleh hasil tersebut padapopulasi, dengan statistik yang diperoleh dari sampel (lihatlah                        ilJl
AIan RTumbelaka dkk.           333kembali Bab 2). Sesuai dengan nilai cq maka interval kepercayaanyang paling sering digunakan adalah interval kepercayaan 95o/\"(IK95%) untuk u = 0,05 atau interval kepercayaan 99o/\" (IK99%)untuk s = 0,01.   Interval kepercayaan dapat ditetapkan dengan menghitungstandard error, dan.l dapat ditetapkan baik untuk proporsi, rerata,maupun untuk perbedaan proporsi, perbedaan rerata, dan pelbagaistatistik lainnya. Rasio prevalens pada studi uoss sectional, risikorelatif pada studi kohort, rasio odds pada penelitian kasus-kontrol,sensitivitas, spesifitas, serta nilai prediksi pada uji diagnostik dapatdihitung nilai interval kepercayaannya. Lihat kembali Bab 2, danuntuk pembahasar. yang lebih lengkap lihatlah Statistics rnithConfidence (Gardner dan Altmaru 2000). U;I UnoTESIS YANG SERING DIPAKAI DATAM                          STUDI KLINISDengan makin popularnya pendekatan epidemiologi klinik, makapenelitian klinis makin banyak memanfaatkan prinsip-prinsipepidemiologi, sehingga uji hipotepis yang banyak digunakan dalamepidemiologi juga makin banyak dipakai. Metode statistika yangsering dipergunakan serta jenis data yang sesuai dapat dilihat padaTabel 16-2 dan 16-3.   Dalam bab ini diuraikan beberapa jenis uji hipotesis yang seringdipergunakan dalam studi klinis, dengan penekanan pada uji-t danuji x2 yang dipergunakan pada lebih dari 80% penelitian klinis.   ANnusTs UNIVARIAT/ BIVARIAT/ DAN MULTIVARIATBerkaitan dengan uji hipotesis, dalam literatur metodologi riset danbiostatistika sering dijumpai istilah analisis univariat bivariat, danmultivariat. Pembaca yang belum terbiasa dengan keragamanpenggunaan istilah dalam epidemiologi dan metodologi seringkalidibuat bingung dengan makna istilah-istilah tersebut. Beberapa                           ili
334 Ujihipotesis                          buku menyebut analisis univariat untuk deskripsi data seperti                              terata, mediaru mode, proporsi, dan seterusnya, sedangkan analisis                            bivariat digunakan untuk menyatakan analisis terhadap 2variabEl,                             yakni 1 variabel bebas dan 1 variabel tergantung. Namun lebihbanyak                            pakar yang menyebut analisis univariat adalah sinonim analisis bivariaf                             ia dapat disebut analisis univariat karena hanya melibatkan L aariabel                             bebas, dapat pula disebut analisi bivariat karena melibatkan 2variabel,                             yakni 1 uariabel bebas dan 1 uariabel tergantung. Kami sepakat dengan                            pendapat yang terakhir, mengingat istilah analisis univariat untuk                           data deskriptif memberi kesan suatu contradictio in terminis, karena                             istilah deskriptif pada umumnya bermakna tidak analitik, berlawanan                               dengan analisis atau analitik.                              Hal serupa juga pada istilah analisis multivariat. Sebagian ahli                            menyebut analisis multivariat bila menyangkut lebih dari 1 variabel                             tergantung, sebagian besar memberi makna analisis multivariat juga                             untuk analisis yang melibatkan lebih dari 1 variabel bebat meski hanya                             ada 1 variabel tergantung, seperti pada studi tentang faktor risiko.                        U;r HrnorEsrs UNTUK l- vanraBEl, BEBAS                                        (aNnusrs.BrvARrAr)                    PnnnaNprNGAN ArvrARA NILAI RERATA 2 rnroupor                                       ur-t                           Uji-t dipergunakan untuk menganalisis data dengan variabel bebas                          nominal (2 nilai) dengan variabel tergantung berskala numerik.                          Pada studi yang membandingkan tekanan darah dokter anak                             dengan tekanan darah dokterbedah, variabelbebasnya adalah jenis                           keahlian dokter (satu variabel nominal 2 n7lai, yakni dokter anak                            atau dokter bedah), dan variabel tergantungnya adalah tekanan                           darah diastolik (variabel berskala numerik). Untuk menganalisis                         hasil pengamatan tersebut uji-t (untuk 2 kelompok independen)                           sesuai untuk data penelitian tersebut.                        *J|
Alan RTumbelaka dkk.                                                                   335Tqbel l6-2. Jenis dEto don uli hipotesis yong sesuoi (solu                voribel bebos, qnolisis univoriqt)                                Voriobel                         Metode                                                 Tergcnlung  Koi-kuodrot, uii Fischer                                                             Uii-t (independen,Nominol                                          Nominol     berposongon)                                                             AnovoNominol (dikotom) Numerik                                    Regresi - korelosi*Nominol (>2 niloi)                               NumerikNumerik                                          NumerikCatatan: *) Pada korelasi tidak ada variabel yang berfungsi sebagaivariabel bebas dan tergantung, pada regresi satu variabel berfungsisebagai variabel bebas, dan lainnya sebagai variabel tergantung.Tobel l6-3. Metode slqlistiko unluk lebih dEri solu voriobel                    bebss (cnolisis multivoriot)                                       Voriobel              Melode                                Bebos            Tergontung  Anovo                                                             Regresi multipel                                Nominol          Numerik     Regresi logistik                                Numerik          Numerik                                Nominol don numerik Numerik   Di bedakan 2 jenis uji-t, yaitu uji-t untuk kelompok independendan untuk kelompok berpasangan. Pada kelompok independencara pemilihan subyek pada kelompok yang satu tidak tergantungkepada karakteristik subyek kelompok lain. Pada kelompok yangberpasangan, subyek yang sama diperiksa pra- dan pasca-intervensi(desain \"before and after\"), atau pemilihan subyek kelompok yangsatu dilakukan ffiatching dengan subyek kelompok lainnya.                             &\"*
336 UjihipotesisMisalnya subyek dengan nomor urut L pada kelompok A, dicaripasangannyayangjenis kelamin serta status giziyang sama untukkelompok B.   Contoh uji-t untuk kelompok independen        Ingin diketahui apakah kadar kolesterol siswa SD di daerah        urban berbeda dengan kadar kolesterol siswa SD di daerah        rural. Pada 200 siswa dari masing-masing sekolah diperiksa        kadar kolesterolnya. Hasilnya adalah kadar kolesterol dalam       mg/dl (berskala numerik). Uji yang sesuai untuk data ini        adalah uji-t independen. Hasil uji menunjukkan bahwa kadar        kolesterol pada siswa SD kedua kelompok berbeda. Lihat        'Tabel 16-4.                                 TABEL I6-4. Perbondingon kqdqr kolesterol siswq 5D                                                     dqeroh rurql dqn urbon                                 SD urbon  Kodor kolesterol (mg/dl)                                 SD rurol             Reroto (SB)                                           200 | 82 (19,21                                           200 145 (22,4)                                 Uii-t independen; df = 398, p = 0,032Contoh uji-t untuk kelompok berpasangan.   Peneliti B ingin mengetahui apakah kadar kolesterol anak    bergizi baik berbeda dengan kadar kolesterol anak bergizi   buruk. Menurut pustaka jenis kelamin dan umur memiliki   pengaruh terhadap kadar kolesterol. Ia memeriksa kadar   kolesterol30 anak bergizi baik, kemudian melakukan teknik   matching dengan mencari anak gizi buruk yang sama umur   dan jenis kelaminnya. Karena pemilihan subyek dilakukan    dengan mel akukan matching terhadap variabel penting yang   mungkin memengaruhi kadar kolesterol (umur dan jenis                             {r            ;t\".t
AIan RTumbelaka dkk.                                           337        kelamin), maka kedua kelompok tersebut merupakan        kelompok berpasangan, dan uji yang sesuai adalah uji-t        berpas4ngan. Tabel 16-5 memperlihatkan tabulasi awal yang        menunjukkan perbedaan kadar kolesterol tiap pasangary        yang harus diselesaikan dengan menggunakan rumus uji-t        berpasangan, atau dengan bantuan komputer.        Tabel l6-5. Kqdqr koleslerol qnok dengcn gizi boik don                                   gizi buruk                          Kodqr kolesterol (mg/dl)    IPosongon  Gizi bqik  Gizi kurong               Bedq    2Posongon  (A)        (B)                       (A-B)    3Posongon    4Posongon  168        148                       +2O               193        177                       +16               I 84       187               177        177                         -3                                                       0       Uji-t independen dan berpasangan adalah jenis uji parametrik,    sehingga memerlukan beberapa syarat, di antaranya:    1 distribusi nilai adalah normal atau hampir normal    2 varians pada kedua kelompok snma, yang disebut sebagai         homoscednsticity    3 pengukuran variabel harus bersifat independen, artinya nilai        satu subyek tidak mempengaruhi nilai subyek lainnya.       Bila distribusi nilai amat tidak normal, seperti yang terjadi pada    kadar imunoglobin serum, maka perlu dilakukan transformasi    data dengan logaritme atau cara lain sebelum dapat dilakukan uji    hipotesis. Lihat monogram Altman (1991) untuk uraian tentang    transformasi data. Cara lain dalam menghadapi data yang tidak    iltI
338 Uiihipotesis                          tidak normal distribusinya adalah mengubah variabel kontinu                           menjadi variabel ordinal atau nominal sehingga dapat dilakukan                           analisis non;pdrdmetrik yang tidak memerlukan syarat tersebut.                         Perbandingan nilai rerata >2 kelompok                         Perbandingan nilai rerata tiga kelompok atau lebih tidak dapat                           dilakukan dengan uji-t antara kelompok I dan II, antara kelompok                       II dan III, dan antara kelompok I dan III. Uji yang sesuai untuk                            data tersebut adalah analisis varians (anova, analysis of aariance),                          yaitu dengan membandingkan ketiga kelompok sekaligus. Bila                            dengan anova diperoleh nilai yang bermakna, barulaah dilakukan                           perbandingan dengan metode Tukey, Shaeffe, atau lainnya, untuk                           mencari letak perbedaannya. Anova dilakukan 1-jalan (one-way                            Anorsa) bila variabel bebas diklasifikasi dengan satu cara (misalnya                         status gizi saja), atau anova 2-jalan (two-way anoaa) bila variabel                             bebas diklasifikasi dengan 2 cara, misalnya berdasarkan pada status                          gizi danjenis kelamin.                                    U;r HnorEsrs UNTUK PRoPoRST                            Uji hipotesis untuk data nominal,(misal proporsi) berbeda dengan                       uji hipotesis untuk data numerik. Bila untuk data numerik                          digunakan statistika parametrik, pada data nominal biasanya                           dipakai statistika non-parametrik.                        Uji kai-kuadrat                          Uji kai-kuadrat (uji x2) merupakan jenis uji hipotesis yang paling                            sering digunakan dalam penelitian klinis. Seperti halnya pada uji-                            t, uji kai-kuadrat ini juga dibedakan menjadi uji x2 untuk kelompok                          independen, dan uji x2 untuk kelompok berpasangan.                             Contoh uji kai-kuadrat untuk 2 kelompok independen                                  Peneliti ingin mengetahui perbedaan hasil pengobatan                                     miokarditis difterika dengan obat standar dan dengan obat                                     baru P. Enam puluh pasien miokarditis difterika dilakukan                        *t
AIan RTumbelaka dkk                                                                    339                           randornisasi, dikelompokkan secara acak menjadi; 30 pasien                           diobati dengan obat standar, dan 30 lainnya dengan obat P.                           Efek yang dinilai adalah kematian. Pada akhir penelitian                           diketahui bahwa pada kelompok terapi standar terjadi 12                           kematian, sedang pada kelompok obat P terjadi 8 kematian.                           Apakah beda kematian tersebut secara statistika bermakna?                           Lihat Tabel 16-6.                                Tobel l6-6. Hqsil teropi miokqrditid difterikaRegimen slondor            Sembuh  Meninggol JumlohRegimen boru               l8                                   12 30                           22                               30                                   20 60                           x2=0,66,df =l; p=O.1 46Persyaratan uji x2Uji x2 untuk 2 kelompok independen sahih apabila persyaratanberikut dipenuhi:1. jumlah subyek total > 40, tanpamelihat nilai expected, yaitunllai    yang dihitung bila hipotesis 0 benar2 jumlah subyek antara 20 dan 40, dan semua nilai expected pada    semua sel > 5    Bila:    (a) jumlah subyek total n< 20, atau    (b) lunrlah subyek antara 20-40 dengan ntlai expected ada yang < 5        maka dipakai uji mutlak Fisher.                        *.r
340 UjihipotesisUii x'?untuk 2 kelompok berpasanganUji x'?untuk dua kelompok berpasangan lebih jarang digunakanketimbang uji x2 untuk kelompok independen. Uji x2 berpasangandigunakan untuk memperbandingkan proporsi kejadian dengansubyek yang sama atau serasi (indiaidual matched), Uji x'z untuk 2kelompok berpasangan dikenal sebagai uji Mc Nemar. Penyusunantabel2x2 harus dibuat secara berpasangan, seperti menyusun hasilpengamatan pada uji diagnostik.    Contoh      Ingin dibandingkan hasil terapi demam tifoid dengan        kloramfenikol dan obat M. Tiap pasien yang diobati dengan       kloramfenikol dicari pasangan yang sesuai umur, jenis        kelamin, dan derajat sakitnya untukmendapat obat M. Hasil        terapi tampak pada Tabel '!.6-7, selanjutnya disusun dalam       tabel2x2 (Tabel 16-8). Dalam tabel tersebut pada sel (n)=       jumlah pasangan yang sembuh dengan kloramfenikol dan       obat M, sel (b)= jumlah pasangan yang sembuh dengan       kloramfenikol tetapi tidak sembuh dengan M, sel (c) =        pasangan yang tidak sembuh dengan kloramfenikol namun       sembuh dengan M, sel (d) = pasangan yang tidak sembuh       baik dengan kloramfenikol r4aupun M.                           Tqbel l6-7. Hqsil pengobolon demqm lifoid                           Posongon No Kloromfenikol  ObotM   Sel                           i Sembuh                   Sembuh  o                                                      Tidok   b                           2 Sembuh                   Sembuh  c                           3 Tidok                    Tidok   d                           4 Tidok                    Tidok   b                           5 Sembuh                   Tidok   o                           6 Sembuh                           dst                        *            -41J|
AIan RTumbelqka dkk.                                                          341Tqbel l6-8. Perbqndingon hosil pengobolqn demqm tifoid               dengon kloromfenikol olou obot M                                                               Klorcmfenikol                                            Sembuh Tidqk                               Sembuh 22ObotM                               Tidqk  8                               x2 (Mc Nemor): 1 1,1; df = i ; p =O.79OUji mutlak FisherUji Fisher adalah hipotesis untuk proporsi 2 kelompok denganjumlah subyek yang sedikit. Seperti telah disebut di atas, uji mutlakFisher digunakan bila pada tabel2 x 2 didapatkan: (1) jumlah ntotal kurang dari 20; (2) atau bila jumlah n total antara 20-40 danterdapat nllai expected k:urang dari 5.    B HUSUNCAN ANIARA 2 VARIABEL NUMERIKKorelasi dan regresi sederhanaKorelasiKorelasi merupakan suatu metode untuk mencari hubunganantara 2 variabel numerik, misalnya antara tinggi dan berat badananak, atau antara tinggi badan dengan kapasitas vital paru. Tidakjarang prosedur ini secara salah dipergunakan untuk mencarikesesuaian antara 2 pengukuran terhadap 1 variabel yang sama                           fr\".1
342 Ujihipotesis(lihat Bab 21). Bila ada 2 set data variabel numerik, maka dapatdicari korelasi. Contohnya dapat dilihat pada Tabel16-9.   Hal pertama yang harus dilakukan adalah menggamb ar scatterplot atau diagram baur; apabila dengan diagram baur tidak tampakhubungan linear, maka tidak perlu untuk dilakukan penghitungankoefisien korelasi. Bila pada diagram baur tampak ada hubunganlinear, koefisien korelasi perlu dihifung, dapat secara manual ataudengan program komputer. Perlu diperhatikan bahwa dalamkorelasi tidak dikenal adanya variabel bebas dan tergantung; iahanya menunjukkan ada hubungan antara dua variabel numerik.Hasil penghitungan dinyatakan dalam koefisien korelasi Pearson(r), dan dapat dihitung pula nilai p-nya.Korelasi mutlak akanmemberikan nilai r = 1, yang nyaris tidak pernah ada dalamfenomena biologis. Nilai r yang lebih rendah ditafsirkan baik (r>0,8),sedang (0,6-0,79), lemah (0,4-0,59), sangat lemah (<0,4). Batasaninterpretasi ini dapat berbeda pada beberapa buku.   Tqbel l6-9. Nilqi kodqr hemoglobin don ureum doroh poda                        posien gogcl giniol kronik                           Kqdor ureum (mg/dl) Kodor Hb (s/dl)                           l. 87         124                           2. l04        9,8                                         I 1,3                           u3.                                         87                           4. 222                                         10,9                           5. 78                           dstRegresi linearKorelasi dan regresi linear mempunyai kesamaan dan perbedaan.Keduanya menunjukkan hubungan antara 2 variabel numerik.Bedanya, pada korelasi fungsinya adalah sekedar menunjukkan                        *          ;1 '\"r|
AIan RTumbelaka dkk.                                                    343hubungan tanpa adanya variabel bebas atau tergantung; sedangkanpada regresi, fungsinya adalah untuk prediksi, yaitu meramal nilaivariabel numerik dengan nilai variabel numerik lain. Variabel yangingin diprediksi adalah variabel tergantung, sedang yang diukuradalah variabel bebas, yang biasanya dinilai lebih mudatr, murakr,atau lebih cepat diukur daripada variabel tergantung yang ingindiprediksii   Persamaan regresi dengan mudah dapat dihitung denganprogram komputer, yang dinyatakan sebagai:    r Y=q+bx                   :::::i;::;:::i;\"i;:i\"\"'       . o odoloh konslqnto                  b odoloh koefisien regresi   Bila hubungan kadar tripsin serum (variabel tergantung, dalamunit) dan kadar ureum (variabel bebas, mg/dl,) dinyatakan dalampersamaan:                         bilo kodor ureum          Y=3*2,6x                         moko kodor tripsin serum                                                   = 50 mg/dl                                                   =3*2,6 x50= l33unit    C UII HIPOTESIS DENGAN >1. VARIABEL BEBAS                   (eNeusrs MUrrrvARrAr)Regresi multipelRegresi multipel digunakan untuk menganalisis set data dengansatu variabel tergantung berskala numerik dengan lebih dari 1variabel bebas yang semuanya berskala numerik. Persamaan regresimultipel mempunyai rumus umum sebagai berikut:                      s.rl
344 Ujihipotesis                                    y = o * b, * b,, * b,. + ..... b,r                           .  'l    Xz        odoloh vqriobel tergontung                              XzX,            :::i:l;:;:;i\".':\"\"oberbebos                              b,,br,..... b,  odoloh koefisien regresi tiop voriobelContoh                           Peneliti ingin memperoleh persamaan regresi yang dapat                           meramalkan tekanan ventrikel kanan pada pasien stenosis                           pulmonal (variabel numerik, mmHg) dengan sumbu QRS                           (derajat), tinggi gelombang R di V (mm), dan gelombang S                           di \ (mm). Ia melakukan kateterisasi iantung pada semua                           pasien stenosis pulmonal, mengukur tekanan ventrikel                           kanannya, dan menghitung sumbu QRS, gelombang R di                           V., dan gelombang R di V5 pada EKG. Dengan program                           komputer diperoleh persamaan regresi:                                    y = 12 f O,6x, I O,4xz -2Xt                              y=              tekonqn vertikel konon (mmHg)                              X, =            sumbu QRS (deroiot)                              Xz =            gelombongRdi ontoronV,(mm)                              X: =            gelombongSdi ontoronVo(mm)   Persamaan yang diperoleh dari pengamatan beberapa puluhpasien tersebut dapat dijadikan pegangan untuk pasien-pasienberikutnya. Bila seorang pasien dengan stenosis pulmonal datangkemudian dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi dan hasilnyasumbu QRS 1300, gelombang R di V1 :20 mm, dan gelombang Rdi V6: L2 mm, dapat diduga tekanan vertikel kanan adalah:                   y = 12+( 0,6xl3O)+(0,4x2O1-(2x12) = 74 mmHg.Regresi logistikRegresi logistik dipakai apabila variabel bebas berskala numerik,ordinal, dan nominal, sedangkan variabel tergantung berskalanominal dikotom. Teknik yang semula banyak dipakai dalam ilmu                        {                     ,j& nll
Alan RTumbelaka dkk.        345sosial dan kesehatan masyarakat ini kini makin banyak dipakaidalam penelitian klinis. Persamaan regresi logistik mempunyaibentuk sebagai berikut:                   P_ _1 a-(a+brxr+b,xr-b,x,....+b1x,)                  P = peluong reriodinyo efek                  e = bilongon noturol (2,14)                  o = konstqnto                  b = koefisien regresi                  X = voriobel bebos    Contoh       Ingin diperoleh persamaan untuk memprediksi peluang        pasien yang masuk ke ICU untuk hidup, berdasarkan usia       (numerik), skor analisis gas darah (numerik) dan skor klinis        (numerik) saat masuk, kategori diagnosis (ordinal), adanya        infeksi (nominal). Dari 100 pasien akan diperoleh persamaan        regresi logistik, yang dapat dipakai untuk meramal peluang        untuk hidup pasien berikutnya yang masuk ICU.Catatan1. Regresi multipel dan regresi logistik merupakan statistika lanjut    yang banyak menggunakan asumsi. Misalnya, pernyataan    bahwa variabel bebas pada regresi multipel harus berskala    numerik, dianggap dapat dipenuhi olelt dummy variabel, yakni    variable yang mempunyai dua buah nilai (misalnya lelaki diberi    nilai 0, perempuan nilai 1). Program komputer akan memberi    nllai p untuk koefisien regresi, yang menunjukkan apakah    koefisien tersebut bermakna atau tidak. Pelbagai persyaratan    diperlukan dalam teknik-teknik ini, yang dapat dikaji dalam   buku Afifi dan Clark (1986)2. Pada saat ini sudah adaprogram komputer yang memungkinkan    penghitungan regresi logistik dengan variabel dependen    nominal lebih dari 2 nilai (regresi logistik polikotom).                        ilJl
346 Ujihipotesis                                          D^q.rran PUSTAKA                       1 Afifi AA\" C'lark V. Computer-aided multivariate analysis. New York: VNB,                                             1986                       2 Altman DG. Practical statistics for medical research. London: Champman &                                        Hall,L99L.                       3 Altman DG, Machini D, Bryant TN, Gardner Mf. Statistics with confidence.                                        Edisi ke-2. London: BMI;2000.                       4 Dawson B, Trapp RG. Basic and clinical biostatistics. Edisi ke-3. boston: Lange                                    Medical Books/ Mc Graw Hill, 2001.                       5 Elwood JM. Critical appraisal of epidemiological studies and clinical trials.                                      Edisi ke-2. oxford: oxford University Press, 1998.                       6 Fleiss JL. Statistical methods for rates and proportions. New York: ]ohn Wiley                                      & Sons, 1997.                       7 Hulley SB, Cummings SR, Browner WS, Grady D, Newman TB, penyunting.                          Designkng clinical research - an epidemiologic approach. Edisi ke-2.                                      Philadelphia: Williams & Wilkins, 2007.                        il.rl
AIan RTumbelaka dkk.                347                                       ffi@m!t-#is                                                                           R#fd                               Uji hipotesis (sering disebut sebagoi uji stotistiko)                               merupakan prosedur stotistiko untuk menerjemohkon hosil                               penelition podo sompel ke populosiyong diwokili oleh sompal                               tersebut. Dengon uji hipotesis diperoleh hosil niloip.                               Uji hipotesis horus dipondang sebagoi sorono untuk                               membontu interpretosi hosil penelition Niloi p menunjukkon                               besornyo peluong untuk mendapotkon hosil (atou hasil yang                               lebih ekstrem) bilo hipotesis nol benor. Niloi p yong kecil,                               yang menunjukkon kemoknoon stotistiko, horus dibedokon                               dengon kemoknoon klinis. Artinyo hosilpenelition dopot                               secarastotistiko bermokna nomun secora klinis tidok                               penting, don saboliknyo. Bogi klinikus yong lebih penting                               odolah kemoknoan klinis yong ditunjang oleh kemaknoon                               stotistiko.                               Uji hipotesis bergantung podo desoin penenlition don jenis                               doto yang diperoleh podo sampal. Jenis uji ini harus sudoh                               ditetopkon sebelum penelition dilokukon, lengkop dengon                               tingkot kesalohon yong ditetapkon.                               Uji hipotesis yong poling sering digunokon dalm penelition                               klinis odaloh uji x,, uji t, onalisis vorions, korelosi don                               r egr esi,serto uj i multivoriot (r egr esi mu lti pel dan r egr esi                               logistik).                               Pengetohuon jenis uji hipotesis don interpretosinyo yong                               tepot akon songot membontu dokter dolom memohomi literatur                               kedokteron.                           il  .*\":l
                                
                                
                                Search
                            
                            Read the Text Version
- 1 - 24
Pages:
                                             
                    