Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Bab 1. Penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehatan

Bab 1. Penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehatan

Published by haryahutamas, 2016-04-02 01:03:42

Description: Bab 1. Penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehatan

Search

Read the Text Version

Bab 1 - Penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehatan Iskandar Wahidiyat, Sofyan Ismael, Hans E Monintia Jmu pengetahuan selalu berkembang oleh karena manusia I dianugerahi akal oleh Tuhan dan mempunyai sifat selalu ingin I tahu, suatu hal yang membedakan manusia dari hewan. LManusia selalu berpikir dan selalu ingin mencoba mengaitkan antara fakta atau fenomena dengan teori yang diketahuinya. Makin banyak teori yang dimiliki oleh manusia dengan makin banyaknya membaca dan makin banyak fakta yang diperolehnya, akan makin tinggi pula pengetahuannya, dan makin besar pula rasa ingin tahunya. Setiap fakta baru yang diperoleh akan mempertinggi tingkat teori yang dibuatnya; dengan demikian ilmu pengetahuan akan senantiasa berkembang tidak ada hentinya. PnnxnuBANGAN ILMU PENGETAHUAN Ilmu pengetahuan yang tertulis mula-mula berasal dari kitab-kitab suci. Dalam Al Qur'anul Karim kita temukan banyak sekali sumber ilmu yang menjadi cikal-bakal pbbagai ilmu pengetahuan seperti filsafat biologi, ilmu-ilmu sosial, hukum, antropologl kesehatan, obat- obatan, astronomi, dan lain-lain. Pengetahuan tersebut lambat-laun berkembang serta bercabang menjadi 2 kelompok besar ilmu, yakni kelompok ilmu alamiah serta kelompok ilmu pengetahuan budaya. *i

P enelitian dal am b idan g ke dokter an dan kesehat an Ilmu-ilmu alamiahberkembang antara lain menjadi ilmu kimia fisika, dan kedokteran. Pengetahuan budaya berkembang menurut norma-norma yang berlaku (yakni bersifat normatif). Di antara kedua sifat ini kemudian muncul ilmu-ilmu sosial, yang sebagian memiliki karakteristik ilmu alamiah (empiris) dan sebagian bersifat normatif. Baik ilmu alamiah maupun ilmu budaya mempunyai sifat terbuka,benat, dan dapat dipercaya. PnNnuuAN DArAM BTDANG KEDoKTERAN DAN KESEHATAN \ Skema pada Gambar l-1 secara umum memperlihatkan pola perkembangan pelbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alamiatr, sosial, maupun budaya, yang bersumber pada pengetahuan agama yang telah berlangsung selama ber ab ad- ab ad, sesuai dengan tingkat kemajuan umat manusia pada tiap kurun zarr.att. Pada Tabel 1-1 dapat dilihat rangkuman pelbagai jenis karakteristik dasar cabang- cabang ilmu alamiatL sosial, dan budaya. Gambar 1-1.. Pohon pengetahuan, melukiskan secara umum perkembangan dan percabangan ilmu yang bersumber pada pengetahuan agama. *t

Iskan dar Wahidiy at dkk. Tqbel l-1. Korokteristik umum pelbogoi disiplin ilmullmu-ilmu olomioh llmu sosiol Pengelohuon budoyoPendekoiqn: Pendekoton: Pendekoion:Empiris (Sesungguhnyo) Empiris-Normotif Normoiif (Seboiknyo)Tuluon: Tuiuon: Tuiuon: Mempeloiori peristiwoMempeloiori keleroluron Mempeloiori keleroturon don pernyotoon budoyo yong dionggop unik/ kelerongon dolom olom dolom hubungon qntor-semesto monusioContoh: Conloh: Conloh:Anotomi, fisiko, ilmu llmu politik, sosiologi, Pengelohuon ogomo,posli, ilmu kedokteron, ekonomi, ontropologi, folsofoh, hukum, seni sostro,kimio, geologi demogrofi, psikologi seni musik, seni lori ITuu DAN PENELITIANSecara umum penelitian bertujuan untuk mengembangkankhazanah ilmu dengan memperoleh pengetahuan berupa fakta baru,sehingga kemudian dapat disusun teori, konsep, hukum, kaidahatau metodologi yang baru. Dari sini pula dapat diperoleh masalahbaru yang kelak harus dipecahkan dengan penelitian. Fakta memangmenunjukkan bahwa setiap hasil sebagai jawaban atas masalah yangdiperoleh dengan cara melakukan penelitian akan mengundangpertanyaan atau masalah baru. llrnu (science) dan penelitian (research) tidak dapat dipisahkan.Ilmu tidak akan berkembang tanpa penelitian, sebaliknya penelitiantidak akan ada apabila tidakberada di dalam kerangka ilmu tertentu.Meskipun banyak sekali definisi tentang ilmu dan penelitian, narnunsecara umum dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan filosofi,sedang penelitian merupakan tindakan (action) yang berguna untukmembangun serta mengembangkan ilmu penletahuan. *.r

P enelitian dalam b idan g ke dokt er an dan kes ehatan KERANGKA TEORI KERANGKA KONSEP Gambar 1-2. Alur penelitian ilmu empiris. Aktivitas penelitian dimulai dari kejelian peneliti dalam mengidentifikasikan kesenjangan antara apa yang seharusnya ada (teori) dengan apa yang sekarang ada (fakta). Peneliti kemudian merumuskan masalah serta membangun hipotesis. Awal penelitian merupakan proses deduksi, yakni peneliti menerapkan apa yang ada dalam teori (yang bersifat umum) kepada masalah khusus. Unfuk menguji hipotesis, ia harus menyusun rancangan penelitian dengan metodologi penelitian yang sesuai. Hasil penelitiary yang bersifat khusus, digeneralisasi sebagai pernyataan umum yang akan memperkaya teori baru; generalisasi ini merupakan proses induksi. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menyusun hipotesis baru yang timbul sebagai tindak lanjut penelitian, sehingga ilmu pengetahuan akan selalu bertambah melalui proses siklus deduksi-induksi ini. *j|

trsk an dsr Wahi diy at dkk. Ilmu pengetahuan merupakan akumulasi proses pengembangan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah, dengan menggunakan teori baru yang terus berkembang. Meski kemajuan ilmu-ilmu alamiah yang dilandasi oleh penelitian empiris telah menunjukkan tingkat yangcanggih, seringkali dengan metode dan teknologi yang canggih pula namun hakikat perkembangan ilmu mengikuti pola yang sama. Para peneliti melihat kesenjangan antara teori yang berdimensi umum dan fenomena alamiah yang bersifat khusus (metode deduktif). Kesenjangan ini lalu dikembangkan menjadi masalah penelitian, dan dirumuskan dalam hipotesis. Peneliti kemudian membuat desain penelitiary dan dengan metode yang sesuai dilakukan pengumpulan data. Data yang diperoleh yang bersifat khusus diolah atau dianalisis, kemudian dilakukan inferensi sebagai pernyataan umum (metode induktif) sehingga menjadi teori baru. Dari teori ini peneliti memperoleh masalah penelitian baru, dan kembali kepada metode deduksi. Dengan demikian jelas bahwa perkembangan ilmu-ilmu merupakan akumulasi dari sirkulus metode berpikir deduktif dan induktif yang berjalan terus- menerus, berkesinambungan. Lihat Gambar 1-2. RnNau PENELITIAN KEDoKTERAN DAN KESEHATAN Bagi dokter yang berkecimpung dalam bidang kedokteran dan kesehatan, penelitian pada umumnya bertujuan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk rencana kegiatan medis- klinis atau medis-sosial. Di samping itu penelitian juga berguna untuk pengembangan ilmu kedokteran sendiri yang akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan umat manusia. Berdasarkan ranahnya, penelitian dalam bidang ilmu kedokteran dan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi penelitian kedokteran dasar, kedokteran klinis, serta kedokteran komunitas. Ketiga ranah (domain) penelitian tersebut dalam langkah-langkahnya memiliki perbedaan karakteristik, namun sekaligus juga mempunyai saling keterkaitan yang sangat erat, serta tetap berada dalam satu kerangka {Et

6 P eneliti an dal am b idang ke dokt er an dan kesehat an keilmuan yakni ilmu kedokteran. Keterkaitan tersebut dewasa ini memunculkan suatu konsep baru yang kini dikenal dengan nama translationnl'res e srch. Apabila selima ini ketiga ranah ftJdokteran dasar, klinis, dan kornunitas seolah masing-masing berjalan sendiri- sendiri), keterkaitan tersebut kini telah dipertegas menjadi kegiatan berkesinambungan, dan dikenal sebagai \"frombench tobed, frombed to practice\". Pembahasan selanjutnya tentang penelitian translasional dapat dilihat dalam Bab 5. Berdasarkan pada ada atau tidaknya analisis statistika, penelitian dalam bidang ilmu kedokteran atau kesehatan dapat dibagi ke dalam 2 golongan besar, yakni penelitian yang bersifat deskriptif dan analitik. Dalam penelitian deskriptif peneliti melakukan eksplorasi fenomena kedokteran tanpa berupaya untuk mencari hubungan antar-variabel pada fenomena tersebut. Sedangkan dalam penelitian analitik, di samping melakukanidentifikasi serta pengukuran variabel, peneliti juga mencari hubungan antar- variabel untuk menerangkan kejadian atau fenomena yang diamati. Dalam penelitian analitik ini, peneliti dapat hanya mengukur fenomena saja tanpa melakukan intervensi terhadap variabel (yakni bersifat analitik observasional), tetapi ia dapat pula melakukan intervensi terhadap variabel bebas dan menilai efek intervensi atau manipulasi tersebut terhadap variabel tergantung (penelitian eksperimental atau intervensional). Hal yang perlu diingat bahwa tidak selalu penelitian deskriptif (yang secara metodologis dapat dikatakan desainnya sederhana) nilainya rendah atau lebih rendah dibandingkan dengan penelitian analitik; banyak hadiah Nobel dalam pelbagai bidang ilmu diterima oleh peneliti yang'hanya'melakukan penelitian deskriptif saja. Jadi substansi, selain desain, memegang peran yang penting dalam menentukan kualitas suatu penelitian. Penelitian dilakukan sejalan dengan sifat dasar manusia yang selalu ingin tahu terhadap pelbagai fenomena di sekelilingnya. Tujuan seseorang melakukan penelitian pada umumnya adalah: (1) Untuk mengetahui deskripsi pelbagai fenomena alam; (2) Untuk menerangkan hubungan antara pelbagai kejadian; (3) Untuk memecahkan pelbagai masalah yang ditemukan dalam kehidupan; (4) Untuk memperlihatkan efek tertentu. {R,

Isknnd ar Wahi diy at dkk. 7 Kembali ke masalah penelitian dalam bidang kedokteran dankesehatary masalah timbul bila orang bertanya \"mengapa begini,mengapa begita?\" - artinya terdapat kesenjangan antara fenomenakedokteran biologis, klinis, atau sosial dengan teori yang sudah ada.Dalam ilmu alamiah tidak semua kesenjangan dapat dikembangkanmenjadi masalah penelitiary atau merupakan masalah yang perluditeliti. Agar suatu kesenjangan dapat diangkat atau dikembangkanmenjadi penelitian maka ia harus dapat dijawab secara empiris,dan kemungkinan iawabannya lebih dari satu. Pertanyaan'Mengapa Tuhan menciptakan manusia' bukanlah merupakanpertanyaan penelitiar; oleh karena ia tidak dapat dijawab denganobservasi empiris. Demikian pula masalah kesehatan bahwa sebagianbesar pasien penyakit jantung bawaan di Indonesia tidak mendapatpengobatan yang adekuat bukanlah merupakan suatu pertanyaan'penelitiary oleh karena kita sudah tahu jawab annya, yakni ketiadaanbiaya dan fasilitas. Bila suatu kesenjangan memang merupakan masalah penelitiarymaka masalah terse'but dapat dipecahkan dengan berbagai cara,yakni dengan: (a) trial and error; (b) spekulasi; (c) autoritas atautradisi; (d) penelitian ilmiah. Tentu untuk kita para sarjana, carayang terakhirlah yang merupakan cara terbaik. Untuk melakukansuatu penelitian, kita harus mempersiapkan strategi yang baik, baikdaribekal ilmu maupun dari sarana penelitiannya sehingga denganmetodologi yang benar kita akhirnya dapat memperoleh fakta-faktabaru yang dapat dipercaya pula. Metodologi penelitian yang sesuaiuntuk menjawab pelbagai pertanyaan penelitian yang dirumuskanakan diuraikan dalam bab-bab berikut. Sesungguhnya masalah penelitian kedokteran tidak akan pemahhabis. Ia akan selalu ada, sejalan dengan kebutuhan serta tuntutanmasyaraka t y ang senantiasa berkembang. Lingkaran ilmiah berupasiklus deduksi dan induksi berjalan terus. Sesuatu yang dahuludianggap sudah tuntas sekarang ternyata dapat diteliti lebih jauhdan lebih dalam. Demikian seterusnya, sehingga keluasan dankedalaman ilmu makin lama makin bertambah. Dalam penelitian klinis, seperti yang diuraikan dalam bab-babberikut, pelbagai masalah klinis dapat dan perlu diangkat serta dnt

P enelitian dal am b id nng kedokter an dan kesehat an dikembangkan menjadi masalah penelitian. Dalam hal substansi serta kecanggihannya tentu terdapat tahapan atau tingkatan. Untuk para mahasiswa 51, baik substansi atau metodologinya mungkin digunakan yang sederhana. Penelitian mahasisw a S2diharapkan baik substansi maupun metodologinya harus lebih tinggi tingkatannya. Sedangkan untuk disertasi Doktor penelitian harus lebih canggih, terutama dari segi metodologi serta analisisnya. Bagi para staf pengajaq, serta para peneliti yang bekerja di institusi penelitian pada umumnya, terbuka lebar kesempatan untuk melakukan penelitiary dari yang sederhana sampai yang paling canggih, sesuai dengan relevansi masalah dalam bidang ilmu kedokteran itu sendiri, dalam masyarakat Indonesi4 maupun umat manusia pada umufirnya. METnvTBAIANI PENELITI DAN PRAKTISI Dewasa ini diperkirakan laporan hasil penelitian tidak kurang dari 2 juta pertahury yang dimuat dalam puluhan ribu jurnal ilmiah kedokteran di seluruh dunia dalam pelbagai bahasa. Haruslah diakui bahwa jumlah penelitian yang berkualitas tinggi lebih banyak dilakukan di negara-negara maju ketimbang di negara sedang berkembang. Karena tujuan akhir penelitian kedokteran adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakaf maka keadaan tersebut memperbesar kesenjangan mutu pelayanan kesehatan masyarakat antara negara maju dan negara sedang berkembang. Keadaan yang tidak menggembirakan ini harus segera diakhiri dan dicari cara yang baik untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian di negara-negara yang sedang berkembang. Kerja sama antara para ilmuwan di negara maju dan negara Dunia Ketiga mutlak diperlukan dalam masa mendatang. Dengan kemajuan teknologi informasi yang amat pesat selama empat dasawarsa ini, maka hasil-hasil penelitian yang dilakukan dapat segera disebarluaskan, antara lain melalui media internet. Idealnya pengetahuan baru tersebut dapat segera diterapkan dalam tata laksana pasien. Namun tidak mungkin diharapkan seorang dokter dapat membaca demikian banyak hasil penelitian. Bahkan *i

I skan dar Wahidiy at dkk. seorang spesialis, atau sub-spesialis pun tidak mungkin dapat mengikuti semua perkembangan ilmu pengetahuan di dalam bidangnya inasing-masing. Agar dokter dapat memanfaatkan hasil penelitian yang relevan dengan tugasnya, seyogyanya ia mencari sumber ilmiah setiap kali menjumpai masalah dalam tugas profesinya. Sumber ilmiah terbaru tersebut makin lama makin mudah diperoletr, antara lain dengan intemet. Meski demikian sumber ilmiah iersebut harus dinilai apakah sahih, penting, dan dapat diterapkan pada pasien. Dengan melaksanakan hal tersebut, dokter dapat melaksanakan perilaku belajar mandiri seumur hidup. Pendekatan ini disebut sebagai eztidence-based medicine, paradigma baru yang menjembatani peneliti sebagai'produsen ilmu', dan petugas pelayan kesehatan sebagai'pengguna ilmu'. Lihat Bab 24. TANCCUNG IAWAB PENELITI Para peneliti, termasuk peneliti dalambidang kedokteran, memiliki hak seluas-luasnya untuk mengembangkan rasa ingin tahunya; hak yang besar ini harus diimbangi dengan tanggung jawab yang besar pula. Pengembangan ilmu harus mengacu pada kesejahteraan umat manusia; tidaklah layak bila peneliti bersikap membabi buta, yakni mengembangkan ilmu untuk ilmu itu sendiri. Sikap 'ilmu untuk ilmu' dengan mengabaikan hakikat pengembangan ilmu justru mengancam hakikat kemanusiaan. Masalah lain yang juga perlu diperhatikan dalam penelitian adalah kemungkinan terjadi conflict of interest (konflik kepentingan) peneliti, yang dapat mengganggu obyektivitas penelitian. Hal ini dapat terjadi oleh karena para peneliti sering juga berperan sebagai praktisi, sehingga kadang sulit baik bagi peneliti maupun pasien untuk memisahkan suatu tindakan sebagai upaya pengobatan atau sebagai prosedur penelitian.'Konflik kepentingan juga acapkali terkait dengan masalah finansial, terutama dalam pengembangan obat baru yang disponsori oleh perusahaan farmasi atau firma bioteknologi. Harus diakui bahwa batas antara yang wajar dan tidak wajar yang berkaitan dengan keuangan tidaklah selalu jelas. Beberapa *t

10 P en el itian dalam bidan g kedokter an dan kesehatan jurnal kedokteran dalam beberapa tahun terakhir ini mensyaratkan penulis karangan untuk menyertakan kemungkinan adanya konflik kepentingan, dengan pemyataan siapa yang memberi sponsor, atau posisi penulis dalam institusi yang berkepentingan dengan maksud penelitian. Kredibilitas dan integritas para peneliti dengan demikian dituntut dengan cara memberikan keterangan yang terbuka dan jujur. Kemajuan pengetahuan manusia, antara lain yang saat ini sangat berkembang adalah rekayasa genetik4 membuka peluang yang luar biasa bagi manusia untuk menciptakan pelbagai hal,yarrgsebenamya mempunyai sifat indffirent, bebas-nilai, tidak memihak. Kemajuan pengetahuan tersebut sey o6y ar'y adimanfaatkan unfuk kemaslahatan umat, namun dapat diselewengkan ke arah yang berseberangan dengan norma-norma yang berlaku. Antara lain dengan maksud untuk mengatasi hal tersebut, maka setiap institusi penelitian sekarang telah membentuk komisi etika penelitian yang di beberapa institusi dikenal sebagai Clinical Ethics Committee atat Institutional Reaiew Board (IRB) yang dapat berada di bawah institusi (fakultas kedokteran, rumah sakit, institusi penelitian), namun harus bersifat independen dalam melaksanakan tugas. Sampai tingkat tertenfu cara ini terbukti cukup efektif untuk memberi arah kepada peneliti dalam melakukan aktivitasnya dengan tujuan serta cara yang tidak melanggar etika. Lihat Bab 18. Namun sebenamya pembatasanyang terbaik adalah dari peneliti itu sendiri; peneliti hendaknya tetap berpegang teguh pada norma yang berlaku, dan tingkat yang tertinggi dari tanggung jawab peneliti adalah kepada Tuhan Sang Pencipta. Darran PUSTAKA 1 Feinstein AR. Clinical epidemiology - The architecture of clinical research. Philadelphia: Saunders, 1985. Z ]H!qilgl 4Pr\"esMs,N1.98C7l.inical research in communicative disorders. Boston: College 3 lazieh AR. Future of translational research: Why go pragmatic? diunduh dari www.dovepress.com/getfile.php?filelD=8741. 4 Lo B. Addressing ethical issues. Dalam: Hulley SB, Cummings SR\" Browner WS, Grady D, Newman TB, penyunting. Designing clinical lesearch. Edisi ke-3. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2007. *.r

Iskandar Wahidiy at dkk. 115 Pratiknya AW. Dasar-dasar metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan. |akarta: Rajawali,1986.6 Rennie D.AnAmerican perspective on researchintegrity.8M1.1998;316:1728- JJ.7 Shamoo AE, Resnik DB. Responsible conduct of research. New York: Oxford University Press, 2009.8 Sitthi-anon C, Sumrongthong R. Strengthening health research capacity in developing countries - a crucial element for achieving health equity. BMJ. 2000;32'J.:813-7.9 Slowther A-M, Hope T. Clinical ethics committees. BMJ. 2000;321':649-50.10 sugarman f. The role of institutional support in protecting human research subject. Acad Med. 2000;75:687-92.11. Woolf SH. The meaning of translational research and why it matters. JAMA. 299;299:2lI'13. I &t.t

12 Penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehntan &@a Seperti semuo cabong ilmu loinnyo, ilmu kedokteron berkembang dengan bersumber podo ilmu ogomo. P erkembangon i I mu kedo kteron ber longsung seponjong moso. sesuoi dengan perkembongon perodobon monusio. Penelition merupokon ujung tombok kemojuan ilmu kedokteron yong bermuoro perboikon toto loksono pasien. Hosil penelifion yong boik secoro longsung otou tidok longsung okon bermonfoot untuk kesejohtaroon monusio. Soot ini penelition dolom bidang kedokteron don kesehoton berlongsung omot cepot, nomun sebogian besar penelition yong panting berlongsung di negara-negaro moju. Untuk itu diperlukon kerjo somoontor penaliti di negoro moju don negsra berkembong secoro formol don informol. Untuk memenuhi hosrot keingintohuannyo panelif i bebos melokukon penalition seponjong dapot dipertonggung-jowobkon secono ilmioh don tidok melanggar etika. Nomun tonggung jowob ferokhir peneliti odoloh kapodo Song Pencipto. *.r


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook