Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Abu Nawas Sang Penggeli Hati - MB. Rahimsyah

Abu Nawas Sang Penggeli Hati - MB. Rahimsyah

Published by haryahutamas, 2016-05-29 05:16:18

Description: Abu Nawas Sang Penggeli Hati - MB. Rahimsyah

Search

Read the Text Version

Sekedear Berbagi Ilmu & Buku Attention!!! Please respect the author’s copyrightand purchase a legal copy of this book AnesUlarNaga. BlogSpot. COM

AbunawasSang Penggeli Hati MB. Rahimsyah

Kata Pengantar Nama Abu Nawas begitu populernya sehingga cerita-ceritayang mengandung humor banyak yang dinisbatkan berasal dariAbu Nawas. Tokoh semacam Abu Nawas yang mampu mengatasiberbagai persoalan rumit dengan style humor atau bahkanhumor politis temyata juga tidak hanya ada di negeri Baghdad.Kita mengenal Syekh Juha yang hampir sama piawainya denganAbu Nawas juga Nasaruddin Hoja sang sufi yang lucu namuncerdas. Kita juga mengenal Kabayari di Jawa Barat yang konyolnamun temyata juga cerdas. Abu Nawas! Setelah mati pun masih bisa membuat orangtertawa. Di depan makamnya ada pintu gerbang yang terkuncidengan gembok besar sekali. Namun di kanan kiri pintu gerbangitu pagarnya bolong sehingga orang bisa leluasa masuk untukberziarah ke makamnya. Apa maksudnya dia berbuat demikian.Mungkin itu adalah simbol watak Abu Nawas yang sepertinyatertutup namun sebenarnya terbuka, ada sesuatu yang misteripada diri Abu Nawas, ia sepertinya bukan orang biasa, bahkanada yang meyakini bahwa dari kesederhanaannya ia adalahseorang guru sufi namun ia tetap dekat dengan rakyat jelatabahkan konsis membela mereka yang lemah dan tertindas. Begitu banyak cerita lain yang diadopsi menjadi Kisah AbuNawas sehingga kadang-kadang cerita tersebut nggak masukakal bahkan terlalu menyakitkan orang timur, saya curigajangan-jangan cerita-cerita Abu Nawas yang sangat aneh itusengaja diciptakan oleh kaum orientalis untuk menjelek-jelekkanmasyarakat Islam. Karena itu membaca cerita Abu Nawas kitaharus kritis dan waspada.

Daftar Isi1. Pesan Bagi Para Hakim 14. Raja Dijadikan Budak2. Abu Nawas Mendemo 15. Abu Nawas Mati 16. Taruhan Yang Berbahaya Tuan Kadi 17. Ketenangan Hati3. Membalas Perbuatan Raja 18. Manusia Bertelur4. Mengecoh Raja 19. Peringatan Aneh5. Debat Kusir Tentang Ayam 20. Asmara Memang Aneh6. Mengecoh Monyet Sirkus 21. Cara Memilih Jalan7. Pekerjaan Yang Mustahil 22. Strategi Maling8. Botol Ajaib 23. Menjebak Pencuri9. Ibu Sejati 24. Tipu dibalas Tipu10. Hadiah Bagi Tebakan Jitu 25. Tugas Yang Mustahil11. Pintu Akhirat 26. Orang-orang Kanibal12. Tetap Bisa Cari Solusi 27. Lolos Dari Maut13. Menipu Tuhan

Pesan Bagi Para Hakim Siapakah Abu Nawas? Tokoh yang dinggap badut namunjuga dianggap ulama besar ini— sufi, tokoh super lucu yangtiada bandingnya ini aslinya orang Persia yang dilahirkan padatahun 750 M di Ahwaz meninggal pada tahun 819 M diBaghdad. Setelah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kufa. Disana ia belajar bahasa Arab dan bergaul rapat sekali denganorang-orang badui padang pasir. Karena pergaulannya itu iamahir bahasa Arab dan adat istiadat dan kegemaran orangArab\", la juga pandai bersyair, berpantun dan menyanyi. lasempat pulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdadbersama ayahnya, keduanya menghambakan diri kepada SultanHarun Al Rasyid Raja Baghdad. Mari kita mulai kisah penggeli hati ini. Bapaknya AbuNawas adalah Penghulu Kerajaan Baghdad bernama Maulana.Pada suatu hari bapaknya Abu Nawas yang sudah tua itu sakitparah dan akhirnya meninggal dunia. Abu Nawas dipanggil ke istana. la diperintah Sultan (Raja)untuk mengubur jenazah bapaknya itu sebagaimana adat SyeikhMaulana. Apa yang dilakukan Abu Nawas hampir tiadabedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai tatacaramemandikan jenazah hingga mengkafani, menyalati danmendo'akannya, maka Sultan bermaksud mengangkat AbuNawas menjadi Kadi atau penghulu menggantikan kedudukanbapaknya. Namun... demi mendengar rencana sang Sultan. Tiba-tiba saja Abu Nawas yang cerdas itu tiba-tiba nampakberubah menjadi gila. Usai upacara pemakaman bapaknya. Abu Nawas

mengambil batang sepotong batang pisang dandiperlakukannya seperti kuda, ia menunggang kuda dari batangpisang itu sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menujurumahnya. Orang yang melihat menjadi terheran-herandibuatnya. Pada hari yang lain ia mengajak anak-anak kecil dalamjumlah yang cukup banyak untuk pergi ke makam bapaknya.Dan di atas makam bapaknya itu ia mengajak anak-anakbermain rebana dan bersuka cita. Kini semua orang semakin heran atas kelakuan Abu Nawasitu, mereka menganggap Abu Nawas sudah menjadi gila karenaditinggal mati oleh bapaknya. Pada suatu hari ada beberapa orang utusan dari SultanHarun Al Rasyid datang menemui Abu Nawas. \"Hai Abu Nawas kau dipanggil Sultan untuk menghadapke istana.\" kata wazir utusan Sultan. \"Buat apa sultan memanggilku, aku tidak ada keperluandengannya.\"jawab Abu Nawas dengan entengnya seperti tanpabeban. \"Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata seperti itu kepadarajamu.\" \"Hai wazir, kau jangan banyak cakap. Cepat ambil inikudaku ini dan mandikan di sungai supaya bersih dan segar.\"kata Abu Nawas sambil menyodorkan sebatang pohon pisangyang dijadikan kuda-kudaan. Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan AbuNawas. \"Abu Nawas kau mau apa tidak menghadap Sultan?\" kata

wazir \"Katakan kepada rajamu, aku sudah tahu maka aku tidakmau.\" kata Abu Nawas. \"Apa maksudnya Abu Nawas?\" tanya wazir dengan rasapenasaran. \"Sudah pergi sana, bilang saja begitu kepada rajamu.\"sergah Abu Nawas sembari menyaruk debu dan dilempar kearah si wazir dan teman-temannya. Si wazir segera menyingkirdari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaanAbu Nawas yang seperti tak waras itu kepada Sultan Harun AlRasyid. Dengan geram Sultan berkata,\"Kalian bodoh semua, hanyamenghadapkan Abu Nawas kemari saja tak becus! Ayo pergisana ke rumah Abu Nawas bawa dia kemari dengan suka relaataupun terpaksa.\" Si wazir segera mengajak beberapa prajurit istana. Dandengan paksa Abu Nawas di hadirkan di hadapan raja. Namun lagi-lagi didepan raja Abu Nawas berlagak pilon bahkan tingkahnyaugal-ugalan tak selayaknya berada di hadapan seorang raja. \"Abu Nawas bersikaplah sopan!\" tegur Baginda. \"YaBaginda, tahukah Anda....?\" \"Apa Abu Nawas...?\" \"Baginda...terasi itu asalnya dari udang !\" \"Kurang ajar kau menghinakuNawas !\" \"Tidak Baginda! Siapa bilang udang berasal dariterasi?\" Baginda merasa dilecehkan, ia naik pitam dan segeramemberi perintah kepada para pengawalnya. \"Hajar dia ! Pukulidia sebanyak dua puluh lima kali\" Wah-wah! Abu Nawas yang kurus kering itu akhirnyalemas tak berdaya dipukuli tentara yang bertubuh kekar.

Usai dipukuli Abu Nawas disuruh keluar istana. Ketikasampai di pintu gerbang kota, ia dicegat oleh penjaga. \"Hai Abu Nawas! Tempo hari ketika kau hendak masuk kekota ini kita telah mengadakan perjanjian. Masak kau lupa padajanjimu itu? Jika engkau diberi hadiah oleh Baginda makaengkau berkata: Aku bagi dua; engkau satu bagian, aku satubagian. Nah, sekarang mana bagianku itu?\" \"Hai penjaga pintu gerbang, apakah kau benar-benarmenginginkan hadiah Baginda yang diberikan kepada tadi?\" \"lya, tentu itu kan sudah merupakan perjanjian kita?\" \"Baik, aku berikan semuanya, bukan hanya satu bagian!\" \"Wan ternyata kau baik hati Abu Nawas. Memangharusnya begitu, kau kan sudah sering menerima hadiah dariBaginda.\" Tanpa banyak cakap lagi Abu Nawas mengambil sebatangkayu yang agak besar lalu orang itu dipukulinya sebanyak duapuluh lima kali.Tentu saja orang itu menjerit-jerit kesakitan danmenganggap Abu Nawas telah menjadi gila. Setelah penunggu gerbang kota itu klenger Abu Nawasmeninggalkannya begitu saja, ia terus melangkah pulang kerumahnya. Sementara itu si penjaga pintu gerbang mengadukannasibnya kepada Sultan Harun Al Rasyid. \"Ya, Tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun. Hambadatang kemari mengadukan Abu Nawas yang teiah memukulhamba sebanyak dua puluh lima kali tanpa suatu kesalahan.Hamba mohom keadilan dari Tuanku Baginda.\" Baginda segera memerintahkan pengawal untuk

memanggil Abu Nawas. Setelah Abu Nawas berada di hadapanBaginda ia ditanya.\"Hai Abu Nawas! Benarkah kau telahmemukuli penunggu pintu gerbang kota ini sebanyak dua puluhlima kali pukulan?\" Berkata Abu Nawas,\"Ampun Tuanku, hambamelakukannya karena sudah sepatutnya dia menerima pukulanitu.\" \"Apa maksudmu? Coba kau jelaskan sebab musababnyakau memukuli orang itu?\" tanya Baginda. \"Tuanku,\"kata Abu Nawas.\"Hamba dan penunggu pintugerbang ini telah mengadakan perjanjian bahwa jika hambadiberi hadiah oleh Baginda maka hadiah tersebut akan dibagidua. Satu bagian untuknya satu bagian untuk saya. Nah pagitadi hamba menerima hadiah dua puluh lima kali pukulan,maka saya berikan pula hadiah dua puluh lima kali pukulankepadanya.\" \"Hai penunggu pintu gerbang, benarkah kau telahmengadakan perjanjian seperti itu dengan Abu Nawas?\" tanyaBaginda. \"Benar Tuanku,\"jawab penunggu pintu gerbang. \"Tapi hamba tiada mengira jika Baginda memberikanhadiah pukulan.\" \"Hahahahaha IDasar tukang peras, sekarang kenabatunya kau!\"sahut Baginda.\"Abu Nawas tiada bersalah, bahkansekarang aku tahu bahwa penjaga pintu gerbang kota Baghdadadalah orang yang suka narget, suka memeras orang! Kalau kautidak merubah kelakuan burukmu itu sungguh aku akanmemecat dan menghukum kamu!\" \"Ampun Tuanku,\"sahut penjaga pintu gerbang dengan

gemetar. Abu Nawas berkata,\"Tuanku, hamba sudah lelah, sudahmau istirahat, tiba-tiba diwajibkan hadir di tempat ini, padahalhamba tiada bersalah. Hamba mohon ganti rugi. Sebab jatahwaktu istirahat hamba sudah hilang karena panggilan Tuanku.Padahal besok hamba harus mencari nafkah untuk keluargahamba.\" Sejenak Baginda melengak, terkejut atas protes Abu Nawas,namun tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak, \"Hahahaha...jangankuatir Abu Nawas.\" Baginda kemudian memerintahkan bendahara kerajaanmemberikan sekantong uang perak kepada Abu Nawas. AbuNawas pun pulang dengan hati gembira. Tetapi sesampai di rumahnya Abu Nawas masih bersikapaneh dan bahkan semakin nyentrik seperti orang gilasungguhan. Pada suatu hari Raja Harun Al Rasyid mengadakan rapatdengan para menterinya. \"Apa pendapat kalian mengenai Abu Nawas yang hendakkuangkat sebagai kadi?\" Wazir atau perdana meneteri berkata,\"Melihat keadaanAbu Nawas yang semakin parah otaknya maka sebaiknyaTuanku mengangkat orang lain saja menjadi kadi.\" Menteri-menteri yang lain juga mengutarakan pendapatyang sama. \"Tuanku, Abu Nawas telah menjadi gila karena itu dia taklayak menjadi kadi.\" \"Baiklah, kita tunggu dulu sampai dua puluh satu hari,

karena bapaknya baru saja mati. Jika tidak sembuh-sembuh jugabolehlah kita mencari kadi yang lain saja.\" Setelah lewat satu bulan Abu Nawas masih dianggap gila,maka Sultan Harun Al Rasyid mengangkat orang lain menjadikadi atau penghulu kerajaan Baghdad. Konon dalam seuatu pertemuan besar ada seseorangbernama Polan yang sejak lama berambisi menjadi Kadi, lamempengaruhi orang-orang di sekitar Baginda untukmenyetujui jika ia diangkat menjadi Kadi, maka tatkala iamengajukan dirinya menjadi Kadi kepada Baginda makadengan mudah Baginda menyetujuinya. Begitu mendengar Polan diangkat menjadi kadi maka AbuNawas mengucapkan syukur kepada Tuhan. \"Alhamdulillah aku telah terlepas dari balak yangmengerikan. Tapi.,..sayang sekali kenapa harus Polan yangmenjadi Kadi, kenapa tidak yang lain saja.\" Mengapa Abu Nawas bersikap seperti orang gila?Ceritanya begini: Pada suatu hari ketika ayahnya sakit parah dan hendakmeninggal dunia ia panggii Abu Nawas untuk menghadap. AbuNawas pun datang mendapati bapaknya yang sudah lemahlunglai. Berkata bapaknya,\"Hai anakku, aku sudah hampir mati.Sekarang ciumlah telinga kanan dan telinga kiriku.\" Abu Nawas segera menuruti permintaan terakhirbapaknya. la cium telinga kanan bapaknya, ternyata berbauharum, sedangkan yang sebelah kiri berbau sangat busuk. \"Bagamaina anakku? Sudah kau cium?\"

\"Benar Bapak!\" \"Ceritakankan dengan sejujurnya, baunya kedua telingakuint.\" \"Aduh Pak, sungguh mengherankan, telinga Bapak yangsebelah kanan berbau harum sekali. Tapi... yang sebelah kiri kokbaunya amat busuk?\" \"Hai anakku Abu Nawas, tahukah apa sebabnya bisa terjadibegini?\" \"Wahai bapakku, cobalah ceritakan kepada anakmu ini.\" Berkata Syeikh Maulana \"Pada suatu hari datang dua orangmengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang akudengarkan keluhannya. Tapi yang seorang lagi karena aku taksuaka maka tak kudengar pengaduannya. Inilah resiko menjadiKadi (Penghulu). Jia kelak kau suka menjadi Kadi maka kauakan mengalami hai yang sama, namun jika kau tidak sukamenjadi Kadi maka buatlah alasan yang masuk akal agar kautidak dipilih sebagai Kadi oleh Sultan Harun Al Rasyid. Tapi takbisa tidak Sultan Harun Al Rasyid pastilah tetap memilihmusebagai Kadi.\" Nan, itulah sebabnya Abu Nawas pura-pura menjadi gila.Hanya untuk menghindarkan diri agar tidak diangkat menjadikadi, seorang kadi atau penghulu pada masa itu kedudukannyaseperti hakim yang memutus suatu perkara. Walaupun AbuNawas tidak menjadi Kadi namun dia sering diajak konsultasioleh sang Raja untuk memutus suatu perkara. Bahkan ia kerapkali dipaksa datang ke istana hanya sekedar untuk menjawabpertanyaan Baginda Raja yang aneh-aneh dan tidak masuk akal. oo000oo

Abu Nawas Mendemo Tuan Kadi Pada suatu sore, ketika Abu Nawas sedang mengajarmurid-muridnya. Ada dua orang tamu datang ke rumahnya.Yang seorang adalah wanita tua penjual kahwa, sedang satunyalagi adalah seorang pemuda berkebangsaan Mesir. Wanita tua itu berkata beberapa patah kata kemudianditeruskan dengan si pemuda Mesir. Setelah mendengarpengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh murid-muridnyamenutup kitab mereka. \"Sekarang pulanglah kalian. Ajak teman-teman kaliandatang kepadaku pada malam hari ini sambil membawacangkul, penggali, kapak dan martil serta batu.\" Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun merekabegitu patuh kepada Abu Nawas. Dan mereka merasa yakingurunya selalu berada membuat kejutan dan berddfa di pihakyang benar. Pada malam harimya mereka datang ke rumah Abu Nawasdengan membawa peralatan yang diminta oleh Abu Nawas. Berkata Abu Nawas,\"Hai kalian semua! Pergilah malamhari ini untuk merusak Tuan Kadi yang baru jadi.\" \"Hah? Merusak rumah Tuan Kadi?\" gumam semuamuridnya keheranan. \"Apa? Kalian jangan ragu. Laksanakan saja perintahgurumu ini!\" kata Abu Nawas menghapus keraguanmurid-muridnya. Barangsiapa yang mencegahmu, jangan kauperdulikan, terus pecahkan saja rumah Tuan Kadi yang baru.Siapa yang bertanya, katakan saja aku yang menyuruh merusak.Barangsiapa yang hendak melempar kalian, maka pukullah

mereka dan iemparilah dengan batu.\" Habis berkata demikian, murid-murid Abu Nawasbergerak ke arah Tuan Kadi. Laksana demonstran merekaberteriak-teriak menghancurkan rumah Tuan Kadi. Orang-orang kampung merasa heran melihat kelakukanmereka. Lebih-lebih ketikatanpa basa-basi lagi mereka iangsungmerusak rumah Tua Kadi. Orang-orang kampung itu berusahamencegah perbuatan mereka, namun karena jumlahmurid-murid Abu Nawas terlalu banyak maka orang-orangkampung tak berani mencegah. Melihat banyak orang merusak rumahnya, Tuan Kadisegera keluar dan bertanya,\"Siapa yang menyuruh kalianmerusak rumahku?\" Murid-murid itu menjawab,\"Guru kami Tuan Abu Nawasyang menyuruh kami!\" Habis menjawab begitu mereka bukannya berhenti malahterus menghancurkan rumah Tuan Kadi hingga rumah itu robohdan rata dengan tanah. Tuan Kadi hanya bisa marah-marah karena tidak orangyang berani membelanya \"Dasar Abu Nawas provokator, oranggila! Besok pagi aku akan melaporkannya kepada Baginda.\" Benar, esok harinya Tuan Kadi mengadukan kejadiansemalam sehingga Abu Nawas dipanggil menghadap Baginda. Setelah Abu Nawas menghadap Baginda, ia ditanya. \"HaiAbu Nawas apa sebabnya kau merusak rumah Kadi itu\" Abu Nawas menjawab,\"Wahai Tuanku, sebabnya ialahpada sliatu malam hamba bermimpi, bahwasanya Tuan Kadimenyuruh hamba merusak rumahnya. Sebab rumah itu tidak

cocok baginya, ia menginginkan rumah yang lebih baguslagi.Ya, karena mimpi itu maka hamba merusak rumah TuanKadi.\" Baginda berkata,\" Hai Abu Nawas, bolehkah hanya karenamimpi sebuah perintah dilakukan? Hukum dari negeri manayang kau pakai itu?\" Dengan tenang Abu Nawas menjawab,\"Hamba jugamemakai hukum Tuan Kadi yang baru ini Tuanku.\" Mendengar perkataan Abu Nawas seketika wajah TuanKadi menjadi pucat. la terdiam seribu bahasa. \"Hai Kadi benarkah kau mempunyai hukum seperti itu?\"tanya Baginda. Tapi Tuan Kadi tiada menjawab, wajahnya nampak pucat,tubuhnya gemetaran karena takut. \"Abu Nawas! Jangan membuatku pusing! Jelaskan kenapaada peristiwa seperti ini !\" perintah Baginda. \"Baiklah ...... \"Abu Nawas tetap tenang. \"Baginda....beberapa hari yang lalu ada seorang pemuda Mesir datang kenegeri Baghdad ini untuk berdagang sambil membawa hartayang banyak sekali. Pada suatu malam ia bermimpi kawindengan anak Tuan Kadi dengan mahar (mas kawin) sekianbanyak. Ini hanya mimpi Baginda. Tetapi Tuan Kadi yangmendengar kabar itu langsung mendatangi si pemuda Mesir danmeminta mahar anaknya. Tentu saja pemuda Mesir itu tak maumembayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di sinilah terlihatarogansi Tuan Kadi, ia ternyata merampas semua harta bendamilik pemuda Mesir sehingga pemuda itu menjadi seorangpengemis gelandangan dan akhirnya ditolong oleh wanita tuapenjual kahwa.\"

Baginda terkejut mendengar penuturan Abu Nawas, tapimasih belum percaya seratus persen, maka ia memerintahkanAbu Nawas agar memanggil si pemuda Mesir. Pemuda Mesir itumemang sengaja disuruh Abu Nawas menunggu di depanistana, jadi mudah saja bagi Abu Nawas memanggil pemuda ituke hadapan Baginda. Berkata Baginda Raja,\"Hai anak Mesir ceritakanlahhal-ihwal dirimu sejak engkau datang ke negeri ini.\" Ternyata cerita pemuda Mesir itu sama dengan cerita AbuNawas. Bahkan pemuda itu juga membawa saksi yaitu Pak Tuapemilik tempat kost dia menginap. \"Kurang ajar! Ternyata aku telah mengangkat seorang Kadiyang bejad moralnya.\" Baginda sangat murka. Kadi yang baru itu dipecat danseluruh harta bendanya dirampas dan diberikan kepada sipemuda Mesir. Setelah perkara selesai, kembalilah si pemuda Mesir itudengan Abu Nawas pulang ke rumahnya. Pemuda Mesir ituhendak membalas kebaikan Abu Nawas. Berkata Abu Nawas,\"Janganlah engkau memberiku barangsesuatupun kepadaku. Aku tidak akan menerimanya sedikitpunjua.\" Pemuda Mesir itu betul-betul mengagumi Abu Nawas.Ketika ia kembali ke negeri Mesir ia menceritakan tentangkehebatan Abu Nawas itu kepada penduduk Mesir sehingganama Abu Nawas menjadi sangat terkenal. oo000oo

Membalas Perbuatan Raja Abu Nawas hanya tertunduk sedih mendengarkanpenuturan istrinya. Tadi pagi beberapa pekerja kerajaan atastitan langsung Baginda Raja membongkar rumah dan terusmenggali tanpa bisa dicegah. Kata mereka tadi malam Bagindabermimpi bahwa di bawah rumah Abu Nawas terpendam emasdan permata yang tak ternilai harganya. Tetapi setelah merekaterus menggali ternyata emas dan permata itu tidak ditemukan.Dan Baginda juga tidak meminta maaf kepada Abu Nawas.Apabila mengganti kerugian. inilah yang membuat Abu Nawasmemendam dendam. Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga iamenemukan muslihat untuk membalas Baginda. Makanan yangdihidangkan oleh istrinya tidak dimakan karena nafsumakannya lenyap. Malam pun tiba, namun Abu Nawas tetaptidak beranjak. Keesokan hari Abu Nawas melihat lalat-lalatmulai menyerbu makanan Abu Nawas yang sudah basi. latiba-tiba tertawa riang. \"Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dansebatang besi.\" Abu Nawas berkata kepada istrinya. \"Untuk apa?\" tanya istrinya heran. \"Membalas Baginda Raja.\" kata Abu Nawas singkat.Dengan muka berseri-seri Abu Nawas berangkat menuju istana.Setiba di istana Abu Nawas membungkuk hormat dan berkata, \"Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Bagindahanya untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tidakdiundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa ijin darihamba dan berani memakan makanan hamba.\"

\"Siapakah tamu-tamu yang tidak diundang itu wahai AbuNawas?\" sergap Baginda kasar. \"Lalat-lalat ini, Tuanku.\" kata Abu Nawas sambil membukapenutup piringnya. \"Kepada siapa lagi kalau bukan kepadaBaginda junjungan hamba, hamba mengadukan perlakuan yangtidak adil ini.\" \"Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkandariku?\" \"Hamba hanya menginginkan ijin tertulis dari Bagindasendiri agar hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalatitu.\" Baginda Raja tidak bisa mengelakkan diri menotakpermintaan Abu Nawas karena pada saat itu para menterisedang berkumpul di istana. Maka dengan terpaksa Bagindamembuat surat ijin yang isinya memperkenankan Abu Nawasmemukul lalat-lalat itu di manapun mereka hinggap. Tanpa menunggu perintah Abu Nawas mulai mengusirlalat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap disana sini. Dengan tongkat besi yang sudah sejak tadi dibawanyadari rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan memukulilalat-lalat itu. Ada yang hinggap di kaca. Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca itu hinggahancur, kemudian vas bunga yang indah, kemudian giliranpatung hias sehingga sebagian dari istana dan perabotannyaremuk diterjang tongkat besi Abu Nawas. Bahkan Abu Nawastidak merasa malu memukul lalat yang kebetulan hinggap ditempayan Baginda Raja. Baginda Raja tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyadarikekeliruan yang telah dilakukan terhadap Abu Nawas dankeluarganya. Dan setelah merasa puas, Abu Nawas mohon diri.

Barang-barang kesayangan Baginda banyak yang hancur. Bukanhanya itu saja, Baginda juga menanggung rasa malu. Kini iasadar betapa kelirunya berbuat semena-mena kepada AbuNawas. Abu Nawas yang nampak lucu dan seringmenyenangkan orang itu ternyata bisa berubah menjadi garangdan ganas serta mampu membalas dendam terhadap orang yangmengusiknya. Abu Nawas pulang dengan perasaan lega. Istrinya pastisedang menunggu di rumah untuk mendengarkan cerita apayang dibawa dari istana. oo000oo

Mengecoh Raja Sejak peristiwa penghancuran barang-barang di istana olehAbu Nawas yang dilegalisir oleh Baginda, sejak saat itu pulaBaginda ingin menangkap Abu Nawas untuk dijebloskan kepenjara. Sudah menjadi hukum bagi siapa saja yang tidak sanggupmelaksanakan titah Baginda, maka tak disangsikan lagi ia akanmendapat hukuman. Baginda tahu Abu Nawas amat takutkepada beruang. Suatu hari Baginda memerintahkan prajuritnyamenjemput Abu Nawas agar bergabung dengan rombonganBaginda Raja Harun Al Rasyid berburu beruang. Abu Nawasmerasa takut dan gemetar tetapi ia tidak berani menolakperintah Baginda. Dalam perjalanan menuju ke hutan, tiba-tiba cuaca yangcerah berubah menjadi mendung. Baginda memanggil AbuNawas. Dengan penuh rasa hormat Abu Nawas mendekatiBaginda. \"Tahukah mengapa engkau aku panggil?\" tanya Bagindatanpa sedikit pun senyum di wajahnya. \"Ampun Tuanku, hamba belum tahu.\" kata Abu Nawas. \"Kau pasti tahu bahwa sebentar lagi akan turun hujan.Hutan masih jauh dari sini. Kau kuberi kuda yang lamban.Sedangkan aku dan pengawal-pengawalku akan menunggangkuda yang cepat. Nanti pada waktu santap siang kita berkumpuldi tempat peristirahatanku. Bila hujan turun kita harusmenghindarinya dengan cara kita masing-masing agar pakaiankita tetap kering. Sekarang kita berpencar.\" Bagindamenjelaskan.

Kemudian Baginda dan rombongan mulai bergerak. AbuNawas kini tahu Baginda akan menjebaknya. la harus mancariakal. Dan ketika Abu Nawas sedang berpikir, tiba-tiba hujanturun. Begitu hujan turun Baginda dan rombongan segeramemacu kuda untuk mencapai tempat perlindungan yangterdekat. Tetapi karena derasnya hujan, Baginda dan parapengawalnya basah kuyup. Ketika santap siang tiba Bagindasegera menuju tempat peristirahatan. Belum sempat bajuBaginda dan para pengawalnya kering, Abu Nawas datangdengan menunggang kuda yang lamban. Baginda dan parapengawal terperangah karena baju Abu Nawas tidak basah.Padahal dengan kuda yang paling cepat pun tidak bisamencapai tempat berlindung yang paling dekat. Pada hari kedua Abu Nawas diberi kuda yang cepat yangkemarin ditunggangi Baginda Raja. Kini Baginda dan parapengawal-pengawalnya mengendarai kudakuda yang lamban.Setelah Abu Nawas dan rombongan kerajaan berpencar, hujanpun turun seperti kemarin. Malah hujan hari ini lebih derasdaripada kemarin. Baginda dan pengawalnya langsung basahkuyup karena kuda yang ditunggangi tidak bisa berlari dengankencang. Ketika saat bersantap siang tiba, Abu Nawas tiba di tempatperistirahatan lebih dahulu dari Baginda dan pengawalnya. AbuNawas menunggu Baginda Raja. Selang beberapa saat Bagindadan para pengawalnya tiba dengan pakaian yang basah kuyup.Melihat Abu Nawas dengan pakaian yang tetap kering Bagindajadi penasaran. Beliau tidak sanggup lagi menahankeingintahuan yang selama ini disembunyikan. \"Terus terang begaimana caranya menghindari hujan,

wahai Abu Nawas.\" tanya Baginda. \"Mudah Tuanku yang mulia.\" kata Abu Nawas sambiltersenyum. \"Sedangkan aku dengan kuda yang cepat tidak sanggupmencapai tempat berteduh terdekat, apalagi dengan kuda yanglamban ini.\" kata Baginda. \"Hamba sebenarnya tidak melarikan diri dari hujan.Tetapibegitu hujan turun hamba secepat mungkin melepas pakaianhamba dan segera melipatnya, lalu mendudukinya. Ini hambalakukan sampai hujan berhenti.\" Diam-diam Baginda Rajamengakui kecerdikan Abu Nawas. oo000oo

Debat Kusir Tentang Ayam Melihat ayam betinanya bertelur, Baginda tersenyum.Beliau memanggil pengawal agar mengumumkan kepadarakyat bahwa kerajaan mengadakan sayembara untuk umum.Sayembara itu berupa pertanyaan yang mudah tetapimemerlukan jawaban yang tepat dan masuk akal. Barangsiapayang bisa menjawab pertanyaan itu akan mendapat imbalanyang amat menggiurkan. Satu pundi penuh uang emas. Tetapibila tidak bisa menjawab maka hukuman yang menjadiakibatnya. Banyak rakyat yang ingin mengikuti sayembara ituterutama orang-orang miskin. Beberapa dari mereka sampaimeneteskan air liur. Mengingat beratnya hukuman yang akandijatuhkan maka tak mengherankan bila pesertanya hanyaempat orang. Dan salah satu dari para peserta yang amat sedikititu adalah Abu Nawas. Aturan main sayembara itu ada dua. Pertama, jawabanharus masuk akal. Kedua, peserta harus mampu menjawabsanggahan dari Baginda sendiri. Pada hari yang telah ditetapkan para peserta sudah siap didepan panggung. Baginda duduk di atas panggung. Beliaumemanggil peserta pertama. Peserta pertama maju dengantubuh gemetar. Baginda bertanya, \"Manakah yang lebih dahulu, telur atau ayam?\" \"Telur.\"jawab peserta pertama. \"Apa alasannya?\" tanya Baginda. \"Bila ayam lebih dahulu itu tidak mungkin karena ayamberasal dari telur.\" kata peserta pertama menjelaskan.

\"Kalau begitu siapa yang mengerami telur itu?\" sanggahBaginda. . Peserta pertama pucat pasi. Wajahnya mendadak berubahputih seperti kertas. la tidak bisa menjawab. Tanpa ampun iadimasukkan ke dalam penjara. Kemudian peserta kedua maju. la berkata, \"Paduka yang mulia, sebenarnya telur dan ayam terciptadalam waktu yang bersamaan.\" \"Bagaimana bisa bersamaan?\" tanya Baginda. \"Bila ayam lebih dahulu itu tidak mungkin karena ayamberasal dari telur. Bila teiur lebih dahulu itu juga tidak mungkinkarena telur tidak bisa menetas tanpa dierami.\" kata pesertakedua dengan mantap. \"Bukankah ayam betina bisa bertelur tanpa ayam jantan?\"sanggah Baginda memojokkan. Peserta kedua bingung. la pundijebloskan ke dalam penjara. Lalu giliran peserta ketiga. la berkata; \"Tuanku yang mulia, sebenarnya ayam tercipta lebihdahulu daripada telur.\" \"Sebutkan alasanmu.\" kata Baginda. \"Menurut hamba, yang pertama tercipta adalah ayambetina.\" kata peserta ketiga meyakinkan. \"Lalu bagaimana ayam betina bisa beranak-pinak sepertisekarang. Sedangkan ayam jantan tidak ada.\" kata Bagindamemancing. \"Ayam betina bisa bertelur tanpa ayam jantan. Telurdierami sendiri. Lalu menetas dan menurunkan anak ayam

jantan. Kemudian menjadi ayam jantan dewasa dan mengawiniinduknya sendiri.\" peserta ketiga berusaha menjelaskan. \"Bagaimana bila ayam betina mati sebelum ayam jantanyang sudah dewasa sempat mengawininya?\" Peserta ketiga pun tidak bisa menjawab sanggahanBaginda. la pun dimasukkan ke penjara. Kini tiba giliran Abu Nawas. la berkata, \"Yang pasti adalahtelur dulu, baru ayam.\" \"Coba terangkan secara logis.\" kata Baginda ingin tahu\"Ayam bisa mengenal telur, sebaliknya telur tidak mengenalayam.\" kata Abu Nawas singkat. Agak lama Baginda Raja merenung. Kali ini Baginda tidaknyanggah alasan Abu Nawas. oo000oo

Mengecoh Monyet Abu Nawas sedang berjalan-jalan santai. Ada kerumunanmasa. Abu Nawas bertanya kepada seorang kawan yangkebetulan berjumpa di tengah jalan. \"Ada kerumunan apa disana?\" tanya Abu Nawas. \"Pertunjukkan keliling yangmelibatkan monyet ajaib.\" \"Apa maksudmu dengan monyet ajaib?\" kata Abu Nawasingin tahu. \"Monyet yang bisa mengerti bahasa manusia, danyang lebih menakjubkan adalah monyet itu hanya mau tundukkepada pemiliknya saja.\" kata kawan Abu Nawasmenambahkan. Abu Nawas makin tertarik. la tidak tahan untukmenyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang raksasa itu. Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan parapenonton. Karena begitu banyak penonton yang menyaksikanpertunjukkan itu, sang pemilik monyet dengan banggamenawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yangsanggup membuat monyet itu mengangguk-angguk. Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencobamaju satu persatu. Mereka berupaya dengan beragam carauntuk membuat monyet itu mengangguk-angguk, tetapi sia-sia.Monyet itu tetap menggeleng-gelengkan kepala. Melihat kegigihan monyet itu Abu Nawas semakinpenasaran. Hingga ia maju untuk mencoba. Setelah berhadapandengan binatang itu Abu Nawas bertanya, \"Tahukah engkau siapa aku?\" Monyet itu menggeleng. \"Apakah engkau tidak takut kepadaku?\" tanya Abu Nawaslagi. Namun monyet itu tetap menggeleng.

\"Apakah engkau takut kepada tuanmu?\" tanya Abu Nawasmemancing. Monyet itu mulai ragu. \"Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepadatuanmu.\" lanjut Abu Nawas mulai mengancam. Akhirnyamonyet itu terpaksa mengangguk-angguk. Atas keberhasilan Abu Nawas membuat monyet itumengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uangyang banyak. Bukan main marah pemilik monyet itu hingga iamemukuli binatang yang malang itu. Pemilik monyet itu malubukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebuskekalahannya. Kali ini ia melatih monyetnyamengangguk-angguk. Bahkan ia mengancam akan menghukum berat monyetnyabila sampai bisa dipancing penonton mengangguk-anggukterutama oleh Abu Nawas. Tak peduli apapun pertanyaan yangdiajukan. Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yangingin mencoba, harus sanggup membuat monyet itumenggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari sebelumnya,banyak para penonton tidak sanggup memaksa monyet itumenggeleng-gelengkan kepala. Setelah tidak ada lagi yang inginmencobanya, Abu Nawas maju. la mengulang pertanyaan yangsama. \"Tahukah engkau siapa daku?\" Monyet itu mengangguk. \"Apakah engkau tidak takut kepadaku?\" Monyet itu tetapmengangguk. \"Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?\" pancing AbuNawas. Monyet itu tetap mengangguk karena binatang itu lebihtakut terhadap ancaman tuannya daripada Abu Nawas.

Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecilberisi balsam panas. \"Tahukah engkau apa guna balsam ini?\" Monyet itu tetapmengangguk . \"Baiklah, bolehkah kugosokselangkangmu denganbalsam?\" Monyet itu mengangguk. Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu.Tentu saja monyet itu merasa agak kepanasan dan mulai-panik. Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yangcukup besar. Bungkusan itu juga berisi balsam. \"Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untukmenggosok selangkangmu?\" Abu Nawas mulai mengancam.Monyet itu mulai ketakutan. Dan rupanya ia lupa ancamantuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepalasambil mundur beberapa langkah. Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licinmampu memenangkan sayembara meruntuhkan kegigihanmonyet yang dianggap cerdik. Ah, jangankan seekor monyet, manusia paling pandai sajabisa dikecoh Abu Nawas! oo000oo

Pekerjaan Yang Mustahil Baginda baru saja membaca kitab tentang kehebatan RajaSulaiman yang mampu memerintahkan, para jin memindahkansinggasana Ratu Bilqis di dekat istananya. Baginda tiba-tibamerasa tertarik. Hatinya mulai tergelitik untuk melakukan halyang sama. Mendadak beliau ingin istananya dipindahkan keatas gunung agar bisa lebih leluasa menikmati pemandangan disekitar. Dan bukankah hal itu tidak mustahil bisa dilakukankarena ada Abu Nawas yang amat cerdik di negerinya. Abu Nawas segera dipanggil untuk menghadap BagindaRaja Harun Al Rasyid. Setelah Abu Nawas dihadapkan, Bagindabersabda, \"Sanggupkah engkau memindahkan istanaku ke atasgunung agar aku lebih leluasa melihat negeriku?\" tanyaBaginda. Abu Nawas tidak langsung menjawab. la berpikir sejenakhingga keningnya berkerut. Tidak mungkin menolak perintahBaginda kecuali kalau memang ingin dihukum. Akhirnya Abu Nawas terpaksa menyanggupi proyekraksasa itu. Ada satu lagi permintaan dari Baginda, pekerjaan ituharus selesai hanya dalam waktu sebulan. Abu Nawas pulang dengan hati masgul. Setiap malam iahanya berteman dengan rembulan dan bintang-bintang.Hari-hari dilewati dengan kegundahan. Tak ada hari yang lebihberat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari ini.Tetapi padahari kesembilan ia tidak lagi merasa gundah gulana. Keesokan harinya Abu Nawas menuju istana. lamenghadap Baginda untuk membahas pemindahan istana.

Dengan senang hati Baginda akan mendengarkan, apa yangdiinginkan Abu Nawas. \"Ampun Tuariku, hamba datang ke sini hanya untukmengajukan usul untuk memperlancar pekerjaan hamba nanti.\"kata Abu Nawas. \"Apa usul itu?\" \"Hamba akan memindahkan istana Paduka yang muliatepat pada Hari Raya Idul Qurban yang kebetulan hanya kurangdua puluh hari lagi.\" \"Kalau hanya usulmu, baiklah.\" kata Baginda. \"Satu lagi Baginda..... \" Abu Nawas menambahkan. \"Apa lagi?\" tanya Baginda. \"Hamba mohon Baginda menyembelih sepuluh ekor sapiyang gemuk untuk dibagikan langsung kepada para fakirmiskin.\" kata Abu Nawas. \"Usulmu kuterima.\" kata Baginda menyetujui.Abu Nawaspulang dengan perasaan riang gembira. Kini tidak ada lagi yangperlu dikhawatirkan. Toh nanti bila waktunya sudah tiba, iapasti akan dengan mudah memindahkan istana Baginda Raja.Jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung, ke dasarsamudera pun Abu Nawas sanggup. Desas-desus mulai tersebar ke seluruh pelosok negeri.Hampir semua orang harap-harap cemas. Tetapi sebagian besarrakyat merasa yakin atas kemampuan Abu Nawas. Karenaselama ini Abu Nawas belum pernah gagal melaksanakantugas-tugas aneh yang dibebankan di atas pundaknya. Namunada beberapa orang yang meragukan keberhasilan Abu Nawaskali ini.

Saat-saat yang dinanti-nantikan tiba. Rakyatberbondong-bondong menuju lapangan untuk melakukan salatHari Raya Idul Qurban. Dan seusai salat, sepuluh sapisumbangan Baginda Raja disembelih lalu dimasak kemudiansegera dibagikan kepada fakir miskin. Kini giliran Abu Nawas yang harus melaksanakan tugasberat itu. Abu Nawas berjalan menuju istana diikuti oleh rakyat.Sesampai di depan istana Abu Nawas bertanya kepada BagindaRaja, \"Ampun Tuanku yang mulia, apakah istana sudah tidakada orangnya lagi?\" \"Tidak ada.\" jawab Baginda Raja singkat. Kemudian Abu Nawas berjalan beberapa langkahmendekati istana. la berdiri sambil memandangi istana. AbuNawas berdiri mematung seolah-olah ada yang ditunggu. Benar.Baginda Raja akhirnya tidak sabar. \"Abu Nawas, mengapa engkau belum juga mengangkatistanaku?\" tanya Baginda Raja. \"Hamba sudah siap sejak tadi Baginda.\" kata Abu Nawas. \"Apa maksudmu engkau sudah siap sejak tadi? Kalauengkau sudah siap. Lalu apa yang engkau tunggu?\" tanyaBaginda masih diliputi perasaan heran. \"Hamba menunggu istana Paduka yang mulia diangkatoleh seluruh rakyat yang hadir untuk diletakkan di atas pundakhamba. Setelah itu hamba tentu akan memindahkan istanaPaduka yang mulia ke atas gunung sesuai dengan titah Paduka.\" Baginda Raja Harun Al Rasyid terpana. Beliau tidakmenyangka Abu Nawas masih bisa keluar dari lubang jarum.

oo000oo

Botol Ajaib Tidak ada henti-hentinya. Tidak ada kapok-kapoknya,Baginda selalu memanggil Abu Nawas untuk dijebak denganberbagai pertanyaan atau tugas yang aneh-aneh. Hari ini AbuNawas juga dipanggil ke istana. Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawasdengan sebuah senyuman. \"Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Katatabib pribadiku, aku kena serangan angin.\" kata Baginda Rajamemulai pembicaraan. \"Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hinggahamba dipanggil.\" tanya Abu Nawas. \"Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin danmemenjarakannya.\" kata Baginda. Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar darimulutnya. la tidak memikirkan bagaimana cara menangkapangin nanti tetapi ia masih bingung bagaimana caramembuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benarangin. Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebihaneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidakberwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak. Baginda hanya memberi Abu Nawas waktu tidak lebih daritiga hari. Abu Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dariBaginda Raja. Namun Abu Nawas tidak begitu sedih. Karenaberpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkanmerupakan suatu kebutuhan. la yakin bahwa dengan berpikirakan terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedang

dihadapi. Dan dengan berpikir pula ia yakin bisamenyumbangkan sesuatu kepada orang lain yangmembutuhkan terutama orang-orang miskin. Karena tidakjarang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emashadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya. Tetapi sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapatakal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya.Sedangkan besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkanBaginda Raja. Abu Nawas hampir putus asa. Abu Nawasbenar-benar tidak bisa tidur walau hanya sekejap. Mungkin sudah takdir; kayaknya kali ini Abu Nawas harusmenjalani hukuman karena gagal melaksanakan perintahBaginda. la berjalan gontai menuju istana. Di sela-selakepasrahannya kepada takdir ia ingat sesuatu, yaitu Aladin danlampu wasiatnya. \"Bukankah jin itu tidak terlihat?\" Abu Nawas bertanyakepada diri sendiri. la berjingkrak girang dan segera berlaripulang. Sesampai di rumah ia secepat mungkin menyiapkansegala sesuatunya kemudian menuju istana. Di pintu gerbangistana Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh parapengawal karena Baginda sedang menunggu kehadirannya. Dengan tidak sabar Baginda langsung bertanya kepadaAbu Nawas. \"Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin, hai AbuNawas?\" \"Sudah Paduka yang mulia.\" jawab Abu Nawas denganmuka berseri-seri sambil mengeluarkan botol yang sudahdisumbat. Kemudian Abu Nawas menyerahkan botol itu. Baginda menimang-nimang botol itu.

\"Mana angin itu, hai Abu Nawas?\" tanya Baginda. \"Di dalam, Tuanku yang mulia.\" jawab Abu Nawas penuhtakzim. \"Aku tak melihat apa-apa.\" kata Baginda Raja. \"Ampun Tuanku, memang angin tak bisa dilihat, tetapi bilaPaduka ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka terlebihdahulu.\" kata Abu Nawas menjelaskan. Setelah tutup botoldibuka Baginda mencium bau busuk. Bau kentut yang begitumenyengat hidung. \"Bau apa ini, hai Abu Nawas?!\" tanya Baginda marah.\"Ampun Tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin danhamba masukkan ke dalam botol. Karena hamba takut anginyang hamba buang itu keluar maka hamba memenjarakannyadengan cara menyumbat mulut botol.\" kata Abu Nawasketakutan. Tetapi Baginda tidak jadi marah karena penjelasan AbuNawas memang masuk akal. Dan untuk kesekian kali AbuNawas selamat. oo000oo

Ibu Sejati Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaimanketika masih muda. Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakuioleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak. Hakimrupanya mengalami kesulitan memutuskan dan menentukanperempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu. Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakimmenghadap Baginda Raja untuk minta bantuan. Baginda punturun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Bagindaberpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salahsatu, wanita itu ada yang mau mengalah. Tetapi kebijaksanaanBaginda Raja Harun Al Rasyid justru membuat keduaperempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi ituadalah anaknya. Baginda berputus asa. Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkanBaginda memanggil Abu Nawas. Abu Nawas hadirmenggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkanputusan pada hari itu melainkan menunda sampai hariberikutnya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedangmencari akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal penundaanitu hanya disebabkan algojo tidak ada di tempat. Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. AbuNawas memanggrl algojo dengan pedang di tangan. Abu Nawasmemerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja. \"Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?\" kata keduaperempuan itu saling memandang. Kemudian Abu Nawasmelanjutkan dialog.

\"Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu darikalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepadayang memang berhak memilikinya?\" \"Tidak, bayi itu adalah anakku.\" kata kedua perempuan ituserentak. \"Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh samamenginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah makasaya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata.\" kataAbu Nawas mengancam. Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkanperempuan kedua menjerit-jerit histeris. \"Jangan, tolongjangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayiitu seutuhnya diserahkan kepada perempuan itu.\" kataperempuan kedua. Abu Nawas tersenyum lega. Sekarangtopeng mereka sudah terbuka. Abu Nawas segera mengambilbayi itu dan langsurig menyerahkan kepada perempuan kedua. Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukumsesuai dengan perbuatannya. Karena tak ada ibu yang tegamenyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan mata.Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas. Dan.sebagai rasa terima kasih, Baginda menawari Abu Nawasmenjadi penasehat hakim kerajaan. Tetapi Abu Nawas menolak.la lebih senang menjadi rakyat biasa. oo000oo

Hadiah Bagi Tebakan Jitu Baginda Raja Harun Al Rasyid kelihatan murung. Semuamenterinya tidak ada yang sanggup menemukan jawaban daridua pertanyaan Baginda. Bahkan para penasihat kerajaan punmerasa tidak mampu memberi penjelasan yang memuaskanBaginda. Padahal Baginda sendiri ingin mengetahui jawabanyang sebenarnya. Mungkin karena amat penasaran, para penasihat Bagindamenyarankan agar Abu Nawas saja yang memecahkan duateka-teki yang membingungkan itu. Tidak begitu lama AbuNawas dihadapkan. Baginda mengatakan bahwa akhirakhir iniia sulit tidur karena diganggu oleh keingintahuan menyingkapdua rahasia alam. \"Tuanku yang mulia, sebenarnya rahasia alam yangmanakah yang Paduka maksudkan?\" tanya Abu Nawas ingintahu. \"Aku memanggilmu untuk menemukan jawaban dari duateka-teki yang selama ini menggoda pikiranku.\" kata Baginda. \"Bolehkah hamba mengetahui kedua teka-teki itu wahaiPaduka junjungan hamba.\" \"Yang pertama, di manakah sebenarnya batas jagat rayaciptaan Tuhan kita?\" tanya Baginda. \"Di dalam pikiran, wahai Paduka yang mulia.\" jawab AbuNawas tanpa sedikit pun perasaan ragu, \"Tuanku yang mulia,\"lanjut Abu Nawas 'ketidakterbatasan itu ada karena adanyaketerbatasan. Dan keterbatasan itu ditanamkan oleh Tuhan didalam otak manusia. Dari itu manusia tidak akan pernah tahu dimana batas jagat raya ini. Sesuatu yang terbatas tentu tak akan

mampu mengukur sesuatu yang tidak terbatas.\" Baginda mulai tersenyum karena merasa puas mendengarpenjelasan Abu Nawas yang masuk akal. Kemudian Bagindamelanjutkan teka-teki yang kedua. \"Wahai Abu Nawas, manakah yang lebih banyakjumlahnya : bintang-bintang di langit ataukah ikan-ikan di laut?\" \"Ikan-ikan di laut.\" jawab Abu Nawas dengan tangkas. \"Bagaimana kau bisa langsung memutuskan begitu.Apakah engkau pernah menghitung jumlah mereka?\" tanyaBaginda heran. \"Paduka yang mulia, bukankah kita semua tahu bahwaikan-ikan itu setiap hari ditangkapi dalam jumlah besar, namunbegitu jumlah mereka tetap banyak seolah-olah tidak pernahberkurang karena saking banyaknya. Sementara bintang-bintangitu tidak pernah rontok, jumlah mereka juga banyak.\" jawab AbuNawas meyakinkan. Seketika itu rasa penasaran yang selama ini menghantuiBaginda sirna tak berbekas. Baginda Raja Harun Al Rasyidmemberi hadiah Abu Nawas dan istrinya uang yang cukupbanyak. Tidak seperti biasa, hari itu Baginda tiba-tiba inginmenyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikankehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun agarlebih leluasa bergerak. Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amatsederhana layaknya seperti rakyat jelata. Di sebuahperkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul.Setelah Baginda mendekat, ternyata seorang ulama sedangmenyampaikan kuliah tentang alam barzah. Tiba-tiba ada

seorang yang datang dan bergabung di situ, la bertanya kepadaulama itu. \"Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu danmengintip kuburnya, tetapi kami tiada mendengar merekaberteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yangkatanya sedang dialaminya. Maka bagaimana caramembenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihatmata?\" Ulama itu berpikir sejenak kemudian ia berkata, \"Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan pancaindra yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedangtidur? Dia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit ular,diganggu dan sebagainya. la juga merasa sakit dan takut ketikaitu bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya.la merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur.Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya menyaksikankeadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yangdilihat serta dialaminya adalah dikelilirigi ular-ular. Maka jikamasalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahirmelihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadidi alam barzah?\" Baginda Raja terkesan dengan penjelasan ulama itu.Baginda masih ikut mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itumelanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat. Dikatakan bahwadi surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu, termasukbenda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yangamat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah daribarang-barang di surga karena barang-barang itu tercipta daricahaya. Saking ihdahnya maka satu mahkota jauh lebih bagusdari dunia dan isinya. Baginda makin terkesan. Beliau pulangkembali ke istana.

Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan AbuNawas. Abu Nawas dipanggil: Setelah menghadap Bagiri \"Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat kesurga kemudian bawakan aku sebuah mahkota surga yangkatanya tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau sanggup AbuNawas?\" \"Sanggup Paduka yang mulia.\" kata Abu Nawas langsungmenyanggupi tugas yang mustahil dilaksanakan itu. \"TetapiBaginda harus menyanggupi pula satu sarat yang akan hambaajukan.\" \"Sebutkan sarat itu.\" kata Baginda Raja. \"Hamba mohon Baginda menyediakan pintunya agarhamba bisa memasukinya.\" \"Pintu apa?\" tanya Baginda belum mengerti. Pintu alamakhirat.\" jawab Abu Nawas. \"Apa itu?\" tanya Baginda ingin tahu. \"Kiamat, wahai Padukayang mulia. Masing-masing alammempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu.Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam akhiratadalah kiamat. Surga berada di alam akhirat. Bila Baginda masihtetap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota disurga, maka dunia harus kiamat teriebih dahulu.\" Mendengar penjetasan Abu Nawas Baginda Raja terdiam. Di sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid,Abu Nawas bertanya lagi,

\"Masihkah Baginda menginginkan mahkota dari surga?\"Baginda Raja tidak menjawab. Beliau diam seribu bahasa,Sejenak kemudian Abu Nawas mohon diri karena Abu Nawassudah tahu jawabnya. oo000oo

Pintu Akhirat Tidak seperti biasa, hari itu Baginda tiba-tiba inginmenyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikankehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun agarlebih leluasa bergerak. Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amatsederhana layaknya seperti rakyat jelata. Di sebuahperkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul.Setelah Baginda mendekat, ternyata seorang ulama sedangmenyampaikan kuliah tentang alam barzah. Tiba-tiba adaseorang yang datang dan bergabung di situ, la bertanya kepadaulama itu. \"Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu danmengintip kuburnya, tetapi kami tiada mendengar merekaberteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yangkatanya sedang dialaminya. Maka bagaimana caramembenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihatmata?\" Ulama itu berpikir sejenak kemudian ia berkata, \"Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan pancaindra yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedangtidur? Dia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit ular,diganggu dan sebagainya. la juga merasa sakit dan takut ketikaitu bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya.la merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur.Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya menyaksikankeadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yangdilihat serta dialaminya adalah dikelilirigi ular-ular. Maka jikamasalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahirmelihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi

di alam barzah?\" Baginda Raja terkesan dengan penjelasan ulama itu.Baginda masih ikut mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itumelanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat. Dikatakan bahwadi surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu, termasukbenda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yangamat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah daribarang-barang di surga karena barang-barang itu tercipta daricahaya. Saking ihdahnya maka satu mahkota jauh lebih bagusdari dunia dan isinya. Baginda makin terkesan. Beliau pulangkembali ke istana. Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan AbuNawas. Abu Nawas dipanggil: Setelah menghadap Bagiri \"Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat kesurga kemudian bawakan aku sebuah mahkota surga yangkatanya tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau sanggup AbuNawas?\" \"Sanggup Paduka yang mulia.\" kata Abu Nawas langsungmenyanggupi tugas yang mustahil dilaksanakan itu. \"TetapiBaginda harus menyanggupi pula satu sarat yang akan hambaajukan.\" \"Sebutkan syarat itu.\" kata Baginda Raja. \"Hamba morion Baginda menyediakan pintunya agarhamba bisa memasukinya.\" \"Pintu apa?\" tanya Baginda belum mengerti. Pintu alamakhirat.\" jawab Abu Nawas. \"Apa itu?\" tanya Baginda ingin tahu. \"Kiamat, wahai Paduka yang mulia. Masing-masing alam

mempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu.Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam akhiratadalah kiamat. Surga berada di alam akhirat. Bila Baginda masihtetap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota disurga, maka dunia harus kiamat teriebih dahulu.\" Mendengar penjetasan Abu Nawas Baginda Raja terdiam. Di sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid,Abu Nawas bertanya lagi, \"Masihkah Baginda menginginkan mahkota dari surga?\"Baginda Raja tidak menjawab. Beliau diam seribu bahasa,Sejenak kemudian Abu Nawas mohon diri karena Abu Nawassudah tahu jawabnya. oo000oo

Tetap Bisa Cari Solusi Mimpi buruk yang dialami Baginda Raja Harun Al Rasyidtadi malam menyebabkan Abu Nawas diusir dari negeriBaghdad. Abu Nawas tidak berdaya. Bagaimana pun ia harussegera menyingkir meninggalkan negeri Baghdad hanya karenamimpi. Masih jelas terngiang-ngiang kata-kata Baginda Raja ditelinga Abu Nawas. \"Tadi malam aku bermimpi bertemu dengan seoranglaki-laki tua. la mengenakan jubah putih. la berkata bahwanegerinya akan ditimpa bencana bila orang yang bernama AbuNawas masih tetap tinggal di negeri ini. la harus diusir darinegeri ini sebab orang itu membawa kesialan. ia boleh kembalike negerinya dengan sarat tidak boleh dengan berjalan kaki,berlari, merangkak, melompat-lompat dan menunggang keledaiatau binatang tunggangan yang lain.\" Dengan bekal yang diperkirakan cukup Abu Nawas mulaimeninggalkan rumah dan istrinya. Istri Abu Nawas hanya bisamengiringi kepergian suaminya dengan deraian air mata. Sudah dua hari penuh Abu Nawas mengendaraikeledainya. Bekal yang dibawanya mulai menipis. Abu Nawastidak terlalu meresapi pengusiran dirinya dengan kesedihanyang terlalu mendalam. Sebaliknya Abu Nawas merasabertambah yakin bahwa Tuhan Yang Maha Perkasa akan segeramenotong keluar dari kesulitan yang sedang melilit pikirannya.Bukankah tiada seorang teman pun yang lebih baik daripadaAllah SWT dalam saat-saat seperti itu? Setelah beberapa hari Abu Nawas berada di negeri orang, iamulai diserang rasa rindu yang menyayat-nyayat hatinya yangpaling dalam. Rasa rindu itu makin lama makin menderu-deru

seperti dinginnya jamharir. Sulit untuk dibendung. Memang, takada jalan keluar yang lebih baik daripada berpikir. Tetapidengan akal apakah ia harus melepaskan diri? Begitu tanya AbuNawas dalam hati. Apakah aku akan meminta bantuan oranglain dengan cara menggendongku dari negeri ini sampai keistana Baginda? Tidak! Tidak akan ada seorang pun yangsanggup melakukannya. Aku harus bisa menolong dirikusendiri tanpa melibatkan orang lain. Pada hari kesembilanbelas Abu Nawas menemukan caralain yang tidak termasuk larangan Baginda Raja Harun AlRasyid. Setelah segala sesuatunya dipersiapkan, Abu Nawasberangkat menuju ke negerinya sendiri. Perasaan rindu dansenang menggumpal menjadi satu. Kerinduan yang selama inimelecut-lecut semakin menggila karena Abu Nawas tahu sudahsemakin dekat dengan kampung halaman. Mengetahui Abu Nawas bisa pulang kembali, penduduknegeri gembira. Desasdesus tentang kembalinya Abu Nawassegara menyebar secepat bau semerbak bunga yang menyerbuhidung. Kabar kepulangan Abu Nawas juga sampai ke telingaBaginda Harun Al Rasyid. Baginda juga merasa gembimendengar berita itu tetapi dengan alasan yang sama sekaliberbeda. Rakyat gembira melihat Abu Nawas pulang kembali,karena mereka mencintainya. Sedangkan Baginda Raja gembiramendengar Abu Nawas pulang kembali karena beliau merasayakin kali ini pasti Abu Nawas tidak akan bisa mengelak darihukuman. Namun Baginda amat kecewa dan merasa terpukul melihatcara Abu Nawas pulang ke negerinya. Baginda sama sekali tidakpernah membayangkan kalau Abu Nawas ternyata bergelayut di

bawah perut keledai. Sehingga Abu Nawas terlepas dari sangsihukuman yang akan dijatuhkan karena memang tidak bisadikatakan teiah melanggar larangan Baginda Raja. Karena AbuNawas tidak mengendarai keledai. oo000oo

Menipu Tuhan Abu Nawas sebenarnya adalah seorang ulama yang alim.Tak begitu mengherankan jika Abu Nawas mempunyai muridyang tidak sedikit. Diantara sekian banyak muridnya, ada satu orang yanghampir selalu menanyakan mengapa Abu Nawas mengatakanbegini dan begitu. Suatu ketika ada tiga orang tamu bertanyakepada Abu Nawas dengan pertanyaan yang sama. Orangpertama mulai bertanya, \"Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakandosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?\" \"Orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil.\" jawab AbuNawas. \"Mengapa?\" kata orang pertama. \"Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan.\" kata AbuNawas. Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu. Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama.\"Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosabesar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?\" \"Orang yang tidak mengerjakan keduanya.\" jawab AbuNawas. \"Mengapa?\" kata orang kedua. \"Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidakmemerlukan pengampunan dari Tuhan.\" kata Abu Nawas.Orang kedua langsung bisa mencerna jawaban Abu Nawas. Orang ketiga juga bertanya dengan pertanyaan yang sama.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook