Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Bab 36 Herpesviridae

Bab 36 Herpesviridae

Published by haryahutamas, 2016-04-03 09:28:32

Description: Bab 36 Herpesviridae

Search

Read the Text Version

HERPESVIRIDAE R. SardiitoGolongan herpesvirus atau disebut jtga famili kulit seperti morbili, rubela, variola dan roseola infantum. Virus penyebabnya dapat diasingkanHerpesviridae merupakan virus DNA intra- dan penyakitnya dapar pula dicegah dengannukleus besar yang mempunyai kecenderungan vaksin. Di samping itu ada pula penyakit-kuat untuk menimbulkan infeksi laten dan penyakit lain yang secara dermatologik tidakrekuren. Famili Herpesviridae terdiri atas tig kalah pentingnya, yaitu herpes labialis, herpes genitalis, varisela, herpes zoster dan verrucagenus, yaitu Alphaviridae (terdiri dari virus Herpes dimana pemberian kemoterapi antiviral secarasimpleks tipe 1 dan 2, sertavirus varisela-zoster), efektif dapat dipertanggungj awabkan.Betaherpesvirinae (terdiri dari cytomegalovirus) Pada setiap penyakit tersebut terakhir virus-dan Gamma herpesvirinae (terdiri dari virus nya dapat diasingkan dalam biakan jaringan (tissueEpstein-Barr). Baru-baru ini ditemukan herpes-virus human baru, yaitu herpes lymphotropic cuhure) dan atau dapat dibuktikan adanya dalamvirus yang dapat merupakan kofaktor padapatogenesis AIDS dan disebut juga Human her- spesimen dari lesi kulit dengan menggunakanpesvirus 6 Qihat Tabel 1). Virus ini dapat menim- mikroskop elektron. Pada setiap penyakit terse-bulkan penyakit mononukleosis, exanthem su- but di atas beberap^ cara pengobatan yang ber- beda telah dicoba di masa lampau dan sekarangbitum dan limfadenopati. Di samping herpes- obat-obat antiviral yang baru secara relatif sudahvirus tersebut di atas yang menyerang manusia dapat diperoleh dengan lebih mudah, tentunya(6 jenis herpesvirus human, seperti diutarakanoleh Murray dan kawan-kawan, 1990) ada juga dengan harapan bahwa. obat-obat tersebut dapatjenis-jenis herpesvirus yang menyerang berbagai digunakan dengan lebih berhasil dan lebihjenis binatang, di antaranya virus B kera (herpes- efektif di masa-masa mendatang.virus simiae) yang bersifat neurotropik dan Virus herpes simpleks yang juga dikenal de-dapat ditularkan pada manusia dengan jalangigitan dan menimbulkan penyakit yangfatal. ngan nama Flerpesvirus hominis dapat menim- bulkan infeksi dengan berbagai jenis manifestasi Sejumlah penyakit viral sistemik dapat mem- klinik, seperti gingivostomatis herpetika, herpesperlihatkan manifestasi kulit berupa erupsi pada labialis, herpes genitalis, eczema herpeticum357

358 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Tabel:e-t Manifestasi Klinik ya.ng Berhubungan dengan Infeksi HerpesviridaeI. Virus Herpes simpleks (HSV-l, HSV2) (HSV-I = Herpes simpleks virus tipe 1 = Human herpesvirus 1 : HH1) (HSV-2 = Herpes simpleks virus tipe 2 = Fluman herpesvirus 2 =}{H2) 1. Gingivostomatitis herpetika (HSV-1) 2. Herpes labialis (HSV-| 3. Herpes genitalis (HSV-| 4. E czema herpeticum varicelliform Kaposi (HSV-| 5. Keratitis herpetika (HSV-1) . 6. Ensefalitis (HSV-l) 7. Meningitis (FISV-2) 8. Hepatitis (FISV-1) 9. Herpes neonatorum (FISV-2) 10. Karsinoma serviks (HSV-2) L1. Herpes traumatik (HSV-| 12. Uretritis non gonokokus (HSV-2) 13. Penderita yang immunosuppresed (HSV-l) II. Varisela-zoster (HZV = Varicella-zoster virus = F{uman herpesvirus 3 = HH3) 1. Varisela 2. Herpes zoster 3. Pneumonia 4. Ataksia serebral akut 5. Ensefalopati 6. Meningoensefalitis III. Epstein-Barr Virus (EBV = Human herpesvirus 4 = HH4) 1. Mononukleosis infeksiosa 2.Limfoma Burkitt 3. Karsinoma nasofaring IV. Cytomegalovirus (CMV = Human herpesvirus 5 = HH5) 1. Cytomegalic inclusion disease V. Herpes lymphotropic virus (FILV = Human herpesvirus 6 = HH6) 1. Mononukleosis 2. Limfoadenopati 3. Kofaktor patogenesis AIDS 4. Exantham subitum (roseola infantum)

Herpesviridae 359varicelliform kaposi, keratitis, herpes neonato- sekitar mulut dan virusnya ditularkan denganrum, karsinoma serviks, herpes traumatik, dan jalan kontak langsung atau dengan percikaninfeksi herpes simpleks pada pendertra yangimmunosuppressed serta uretritis nongonoko- (droplet) dari penderita at^u pengandung (karier)kus seperti yang terlihat pada Tabel 36-1. Des-kripsi pertama mengenai penyakit herpes telah virus, maka HSV-2 bertanggung jawab bagidilakukan pada waktu laman Romawi kuno,dimana hubungan antara inflamasi pada mulut kebanyakan kejadian infeksi saluran genital yangdan demam telah dikenal dan dilaporkan. Baru virusnya ditularkan secara seksual.pada abad kedelapanbelas penyakit genital denganlesi yang mirip deng^nyang sebelumnya telah Suatu penyakit herpes yang karena morta-dilaporkan pada mulut dan bibir lebih dijelaskan litas dan morbiditasnya menarik perhatian yanglagi dan dianggap ditimbulkan oleh penyebab khusus, ialah herpes neonatal seperti yang telahyang sama, yang disebut herpes. Berhubungan digambarkan dan dilaporkan oleh Batignanidengan hal tersebut di atas, Lipschutz (1921) (1934) dan Hass (1935). Penemuan, bahwa keba- nyakan kasus herpes neonatal disebabkan olehmengajukan, bahwa penyakit herpes pada alatgenitalia dan penyakit herpes pada mulut dise- HSV-2, merupakan dukungan bagi teori menge-babkan oleh virus yang berbeda. Setelah berlalulebih dan 40 tahun barulah Nahmias dan Dowdle nai terjadinya infeksi dari bayi pada waktu(1968) berhasil membedakan virus Herpes sim- dilahirkan oleh seorang ibu yang secara genitalpleks tipe 1 (FISV-1 = Herpes simpleks virus tipe mengalami infeksi oleh virus tersebut.1) dan virus Herpes simpleks tipe 2 (HSV-2 = Pada herpes neonatal yang biasanya terjadiHerpes simpleks virus tipe 2) atas dasar perbe- selama periode perinatal, maka terapi antiviraldaan struktur antigenik yang kemudian lebih bila diberikanpadasaat yang tepat akan membe- rikan kemungkinan penyembuh^n y^ng cukupdisempurnakan lagi dengan menggunakal cara- besar oleh karena terapi efektif dapat berlang-cara biokimiawi, biologik dan epidemiologik. sung pada masa dini penyakit, bila dibandingkan dengan terapi yang diberikan setelah lama ter-Pemakaian teknik isolasi dan penentuan tipe jadinya infeksi seperti pada kasus infeksi rubelavirus dapat digunakan selaniutnya untuk mene- dan cytomegalovirus kongenital.tapkan keadaan penyakit yang berhubungan Melihat tropisma herpes virus manusia ter-dengan infeksi oleh HSV-1 atau HSV-2 dan dapat hadap tipe sel hospes, maka virus tersebut dibagipula digunakan untuk menerangkan kedua cara atas yang neurotropik dan limfotropik (Tabeltransmisi virus, berturut-tunrt secara seksual danmelalui saluran pernapasan. Kalau HSV-1 biasa- 36-2). nya diasingkan dari lesi yang ada di dalam dan di Dt antara ke enam herpesvirus human, maka HSV-1, HSV-2 dan YZY dapat bersifat neuro- tropik dimana sel mukoepitelial merupakan sel sasaran primernya, sedangkan EBV, CMV dan Herpesvirus human tipe 6 (HH6) bersifat limfo-

360 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Tabel36-2 Tropisma Herpesvirus humanHerpesvirus neurotropik.tf 3 1:.- ; i:'ii'i i-: sel mukoepitelial kontak rapat + sel mukoepitelial kontak rapat +; -t,] l -* /r 1r 1t:4j: sel mukoepitelial kontak rapat dan pernapasan + i,.j ;.r limfosit B kontak rapat + monosit, limfosit, sel epitel kontak rapat;1,11\"?-.,!ri liii_:4iiL]it\":-:;j transplantasi jaringan, darah ? limfosit T dan BHerpesvirus limfotropik ?tr |1 !i 1li:.-*; -t*j_tt,,:/\"- .l:-Y.!;r'. ,ri1:.-..i **t:ij ftropik dengan sel sasaran primernya dapat dalam kapsid luar didapatkan dua lapisan lipo- protein tambahan (multiple shell) (Gambar 36-2).berupa sel limfosit B, monosit, limfosit T, ataulimfosit B dan T serta sel epitel. Asam nukleat herpesvirus merupakan suatuSifat-sifat umum herpesvirus DNA 'yang berantai ganda (double stranded)Virion herpesvirus berbentuk sferik yang besar- dengan berat molekul sebesar 100 juta Dalton dan mempunyai kandungan guanin dan sitosinnya 150-200 nm dengan kapsid berbentuk ikosa- yang tinggi. Nukleokapsid dari berbagai jenis her-hedral (bidang 20) yangbesarnya 100 nm. Kapsid pesvirus mempunyai struktur antigen golongan yang bersamaan dan dapat dibuktikan denganterdiri dari 762 kapsomer yang mempunyai teknik imuno-difusi atau reaksi pengikatan kom-gambaran sebagai prisma memanjang berlubang plemen.berbentuk hexagonal (150 buah hexon) dan Herpesvirus human seperti y ang t ertera padapentagonal (12 buah penton) dengan sumbu Tabel 3e-1 berbeda dalam banyaknya jenis pro-lubang di tengah-te ngahny a. Kapsid ikosahedral tein. Berbeda dari virus varisela-zoster, virusyang berdiameter 100 nm memperlihatkan suatusimetri rangkap 5:3:2 (Gamb ar36-t). Epstein-Barr dan c1'tomegalovirus yang masing- Virion merupakan partikel yang mempunyai masing hanya terdiri dari satu serotipe, makapeplos (selubung) yang terdiri dari lipoprotein virus herpes simpleks terdiri dari dua serotipe.dengan diameter keseluruhan .l:i:-.:i:: i::::r; par- Anggota lain dari famili Herpesviridae dapattikel yang tidak berselubung (naked atau non menimbulkan penyakit pada berbagai jenis bina-envelope) yang berdiameter : . juga sering tang dan burung, di antaranya Herpesvirusterlihat, bahkan pada preparat irisan yang ripis simiae yang 1uga dapat menimbulkan infeksi

Herpesviridae 361Garnbar 36-1. Struktur ikosahedral (bidang 20). Ikosahedron terlihat dengan sumbu rotasi rangkap 5 (A), 3 (B) dan 2 (Q. Sisi dari permukaan atas dan bawah berturut-turut digambar dengan garis padat dan garis patah. Pada A sumbu rotasi rangkap lima diambil melalui vertex; pada B sumbu rotasi rangkap 3 diambil melalui titik tengah dan segi tiga; pada C sumbu rotasi rangkap dua diambil melalui titik tengah pada sisi. Ikosahedron mempunyai 12 venex, 20 segi tiga sama sisi dan 30 sisi. Poxyviridae lridoviridae{fl!{\4$ -baV\" v-a&ac- I ,^ at/,^ r'I,v Papovaviridae Parvoviridae -YQffHerpesviridae Adenoviridae VIRUS DNA@ffiffiffiParamyxoviridae Orthomyxoviridae Coronaviridae Arenaviridae Retroviridae\''tr,#, * i€Jl&ffil r'A K#l\&.)d [ffi] orbivirus @Reoviridae Picornaviridae Rhabdoviridae Togaviridae Bunyaviridae100 nm @ ArbovirusesGarnbar 36-2. Bentuk dan ukuran besar relatif virus binatang dari berbagai famili. Ukuran batang 1OO nm

362 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteranpada sistem saraf manus ia yangbersifat fatal. Di Asam nukleat (DNA) mempunyai densitassamping itu ada herpesvirus tertentu lainnya apung (CsCl) sebesar ' .-:.jr,, ; .;:',;;,t ;,;;:'t:r:r:,::, kan- dungan guanin-sitosin (G + C) yang besarnya ber-yang bersifat onkogenik seperti virus penyebab kisar antara :,,i.:-i':i1:',,. Genom DNA virus herpes simpleks merupakan asam nukleat berantai gandapenyakit Marek (limfomatosis) pada unggas, (double stranded) bersifat linear dan mempunyaivirus karsinoma ginjal Lucke pada katak dan berat molekul sebesar 85-100 juta Dalton.Herpesvirus saimiri dan Herpesvirus ateles pada Infeksi Herpesvirus hominis dapat menim-kera yang dipakai sebagai model virus binatang bulkan penyakit dengan berbagai bentuk klinikuntuk mempelajari sifat-sifatnya y^ng malignan seperti yang tefi.era pada Tabel 36-1. Infeksiserta terapi antikanker pada kera. Virus tersebut virus tersebut pada umumnya merupakan in-sangat baik untuk dipakai sebagai model, oleh feksi subklinik yang persentasenya cukup tinggikarena menunjukkan analogi yang paling dekatdengan Herpesvirus human yang bersifat onko- dan dapat mencapai kurang l^ti :':;:;, sepertigenik. Dalam biakan sel secara in vitro herpes- yang terlihat pada Tabel 36-3 dan Bagan 36-1.virus dapat membentuk badan inklusi intra- Infeksi yang hebat kadang-kadang timbul sebagainukleus dan sel raksasa yang berinti banyak suatu keratitis atau keratokonjungtivitis, meningo-(poly kary o cytos is ; mubinuc leate d giant cell) y angmerupakan suatu gambaran yang bersifat ensefalitis dan herpes simpleks generalisata padapatognomonik dan mempunyai arti diagnostik neonatus.laboratorium yang penting. Mayoritas orang mengalami infeksi primerVirus herpes simpleks (Herpesvirus hominis) oleh HSV-1 pada masa kanak-kanak, sedangkan infeksi dengan HSV-2 biasanya terjadi pada per-Virus herpes simpleks (Herpesvirus hominis) mulaan umur duapuluhan.Infeksi dengan HSV-2yang merupakan salah satu kelompok herpes-virus yang paling penting yang menyerang berhubungan pula dengan peningkatan aktivitas seksual dan karena itu virus tersebut disebut jugamanusia di samping virus varisela-zoster (VSV), virus cinta (r:irws of loae) atau virus seksual.cytomegalovirus (CMV) dan virus Epstein-Barr(EBV). HSV dan VSV merupakan anggota Her- 'Walaupun kebanyakan infeksi oleh keduapesviridae y ang secara morfologik sukar dibeda- jenis virus tersebut tidak disertai komplikasi dankan, akan tetapi secara biologik kedua jenis virus dapat sembuh dengan sendirinya (self limiring),tersebut dapat didiferensiasikan dengan mudah tetapi kedua serotipe virus tersebut dapat pulaseperti yang terlihat pada Tabel36-+. Demikianpula halnya dengan HSV-I dan HSV-2 yang menimbulkan kerusakan yanghebat pada hospessecara morfologik sama, dapat dibedakan juga dalam bentuk suatu ensefalitis, kebutaan danberdasarkan beberapa kriteria (Tabel 36-5). mungkin juga karsinoma. Bentuk yang paling umum dari penyakit yang terjadi akibat infeksi primer oleh HSV ialah adanya vesikel yang

Herpesviridae 363penyakity\"rgoir\"b\"ff rtf '*'n-'\"*\"rHerpesSimpleksInfeksi primer terdapat pada Kejadian subklinik biasanya80% penduduk (berhubungan dengan pembentukan vesikelrapat dengan keadaan kesehatan) pada masa kanak-kanak, selanjutnya diikuti dengan infeksi latenPenyakit primer terdapat Io/o - Flerpes simpleks kornea lJsapan atau kerokan atau cucrandari orang terinfeksi. kornea atau konjungtiva, darahVirus dapat bersifat: - Gingivostomatitis Bahan vesikel (cairan, kerokan dasar) saliva, feses, darah Dermatotropik -Eczema herpeticum Vesikel (cairan, kerokan dasar), darah Neurotropik Vesikel (cairan, kerokan dasar), darah Pantropik - Vulvovagnitis herpetika Vesikel (cairan, kerokan dasar), darahMasa inkubasi singkat (3-6 hari) - Herpes progenitalis Vesikel (cairan, kerokan dasar), darahdengan demam tinggi - Keratokonjungtivitis LCS, darah. bahan otopsi LCS, darah herpetika Balian otopsi - Meningoensefalitis - Meningitis serosa - Herpes simpleks gineralisata (pada neonatus)Penyakit rekuren Tidak adanya hasil serologik Karena kenaikan titer ABReinfeksi endogen pada pembawa yang dapat dievaluasi atau tidakvirus setelah stimulasi provokatif signifikan. Penentuan kadar Bahan vesikel at^u cajrran, kerokan dasar(demam karena infeksi, sinar IgM dapat dilaksanakan Bahan vesikel atau cairan, kerokan dasarmatahari, menstruasi, traum, Bahan vesikel atau cairan, kerokan dasarstres dan lain-lain) - F{erpes labialis - Herpes genitalis - Keratokonjungtivitishilang timbul (rekuren) yang mengganggu dan secara klinik infeksi oleh HSV dan VSV, maka dalam h^anl tianriaperanan laboratorium sangatsangat menjengkelkan pada membran mukosa besar untuk menetapkan perbedaan antarasuperfisial atau pada epitel mulut mata dan ge-nitalia. HSV juga dapat menyer^ng daerah- kedua jenis virus tersebut.daerah anatomik tertentu, sehingga secara klinik Infeksi primer dengan HSV dapat terjadisukar dibedakan dari zoster, yaitu yang disebutherpes zosteriformis (Tabel 36-I). Oleh karena minimum dalam waktu beberapa hari dan mak-kadang-kadang sangat sukar untuk membedakan simum dalam waktu 2 minggu setelah kontak dengan virus. Tempat lesi secara anatomik dapat

364 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Tabel36-4 Sifat-sifat biologik utama HSV dan VSV Bintik pada selaput pertumbuhan pembebasan virus korioalantois Cepat dalam banyakHSV jenis sel; membentukVSV sel raksasa Lambat dalam jenis sel tertentu; membentuk sel raksasa fabel 35-5Diferensiasi antaravirus Herpes simpleks tipe 1 (HSV-I) dan virus Herpes simpleks tipe 2 (HSV'2)Klinik infeksi terutama daerah non genital') infeksi terutama daerah geriital2)Transmisi non genital seksual atau dari ibu ke neonatusBiokimiawi 40-47 40-47 DNA 67-70 1^726 67-70 Persentase homologi 1]28 Kandungan guaniri/sitosin sedikit labil lebih kuat (labil) Densitas apung sedikit labil lebih kuat (labil)Biologik tidak ada ada Virion Iaktivasi oleh panas sedikit sensitif lebih kuat sensitif Iaktivasi oleh sinar sedikit sensitif lebih kuat sensitif Transformasi in aitro titer tinggi titer rendah Kapasitas' kecilEnztm besarInaktivasi oleh panas kecil sedikit besar Kinasa timidin Polimerasa DNA Sinsitium (Polikariosit) lebih kuat sedikit resistenPertumbuhan dalam biakan Membulat (Rounding) lebih resisten sel/ larrngan/ cell linesMorfologi plaquesBintik (p ac k) dalam selaput korioalantois embrio ayamNeurovirulensi ESP dalam biakan sel ginial kelinci Sensitivitas obat Ara-C) Gingivostomatitis, labialis, keratokonjungtivitis, infeksi laten dari ganglion trigeminai dan meningoense{alitis pada orang dewasa] Servisitis, vaginitis, kulit di bawah pinggang, herpes neonatal dan meningitis aseptik ESP = Efek sitopatogenik

Herpesviridae 365 Bagan 36-1,Keiadian Infeksi oleh Virus Herpes Simpleks Hospes peka (tanpa antibodi) Infeksi primer Manifestasi berulang (Rekuren) Herpes labialis I L0/o Herpes genitalis Keratitis/Keratokon ju n gtivir is I herpetika I I { IInfeksi atau penyakit klinik Strimulasi provokatifGingivostomatitis primer DemamVulvovaginitis primer Sinar matahariHerpes simpleks inokulasi Angin dingin(traumatik) TraumaF,czerr'a herpeticum Menstruasi(Erupsi varicelliform Kaposi) Stres fisiologikMeningoensefalitis Stres psikologik/emosional Hormon (pituitary, adrenal) Reaksi alergik Penyakit: pneumoniapneumokokal malaria meningitis meningokokal influenza 7 0-90o/o penduduk merupakan pengandung Q<arier) virus herpes simpleks resistenbervariasi, tetapi inflamasi lokal biasanya diikuti pada sistem saraf dalam ganglia (Gambar 36-3)dengan demam, limfadenopati dan nyeri. Padatempat inflamasi, vesikel yang berdinding tipis dan dapat timbul kembali setelah interval ter-dapat terlihat yang kemudian mengempis men- tentu sesudah terladinya srres fisiologik. Pen-jadi ulkus yang dangkal, mengalami erosi dan derita sering dapat meramalkan terjadinya reku-dapat menjadi krusta. rensi yang sering pula didahului ole-h paresresi. Salah satu sifat khas dari virus tersebut, ialah pada tempat terjadinya rekurensi tersebut.kemampuannya untuk memasuki keadaan sub- Lesi yang timbul kembali tidak dapat dibe-klinik yang disebut keadaan laten dan berlokasi dakan dari lesi rekuren lainnya yang iuga dapar sembuh dengan sendirinya (self limiting)..Meski-

366 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Akar sensorius Akar Saraf posterior posterior sensonus SeratGanglion saraf Ganglion trigeminal sensorius sensorius Cabang Kolum' oftalmik posterior Cabang Sumsum tulang maksila belakang Cabang Kolummandibular anterior Akar Saraf anterior sensorius €abang (motor) Serat motor anteriorGambar 36-3. Bagan mengenai kemungkinan patogenesis dari herpes simpleks yang rekuren ftiri) dan herpes-zoster ftanan). Kiri, virus herpes simpleks diduga ada dalam keadaan laten di daiam sel saraf sensorik dari ganglion saraf trigeminal. Aktivitas viral yang rekuren dirangsang oleh demam, sinar ultraviolet dan lain-lain, juga oleh luka pada saraf. Potongan dari akar sensorik posterior dari saraf trigeminal (A) membentuk luka pada cabang saraf mandibuiar menimbulkan lesi herpes simpleks pada kulit yang dipersarafi oleh cabang sara{ maksilar dan mandibular. Potongan dari akar motorik (B) atau cabang (C) tidak mempunyai efek. Kanan, virus varisela diduga menjadi laten dalam sel sensorik dari akar ganglion dorsal. Dengan aktivasi, maka virus tumbuh dan turun ke bawah ke saraf sensorik dan menginfeksi kulit untuk membentutr< vesikel herpes-zoster (Fenner 8r \(hite, i976).pun demikian, virus infektif berada dalam lesi A. Lesi setempat pada kulit atau membran mukosa B. Lesi pada sistem saraf pusardan keadaan tersebut merupakan peluang yang C. Eczema herpeticumtepat bagi virus untuk dipindahkan pada hospes D. Herpes yang disserninatedlainnya. Dengan demikian terjadilah siklus dariHSV yang dimulai dari infeksi, penyembuhan A. Lesi setempat pada kulit atauuntuk kemudian timbul kembali di waktu membran mukosamendatang. l. Herpes simpleks ialah istilah yang dipakaiGambaran klinik untuk mendeskripsikan erupsi vesikuler tipe cold sore pada bibir, muka atau kuping. Vesi-Virus herpes simpleks pada manusia dapat me- kel bersifat nyeri, tetapi tanpa diikuti demam.nimbulkan berbagai lesi. Lesi-lesi tersebut dapat Ulkus aphthous pada mulut yang biasanyadiklasifikasikan dalam empat golongan klinik, nyerryangsering diderita oleh orang dewasa,yaitu:

Herpesviridae 367 mungkin tidak disebabkan oleh virus herpes Bentuk infeksi primer terjadi pada usia 1-5 tahun dan bentuk rekuren dapatterjadi pada simpleks. setiap usia. Gingivostomatitis primer (ap- thous) terdapat sebagai reaksi inflamasi yang2. Herpes febrilis ialah istilah yang digunakan hebat pada mulut, gingiva, tonsil bibir dan bagi tipe yang sama untuk erupsi vesikuler muka disertai demam dan limfadenopati. yang berkembang menjadi penyakit demam Lesi mulai timbul sebagai vesikel yang kemu- seperti malarta dan pneumonia dan yang dulu dilaksanakan pada pyrotherapi buatan dian menjadi ulkus. Infeksi ini merupakan yang diinduksi dengan jalan menyuntikkan invasi primer oleh virus herpes simpleks. vaksin dan lain-lain bahan. Pada orang dewasa infeksi primer dapat merupakan penyakit yang hebat. Pada3. F{erpes kornealis ialah keratitis yang disebab- waktu sembuh infeksi cenderung untuk kan oleh virus herpes simpleks' Lesi biasa- nya merupakan suatu ulkus unilateral pada menjadi laten dalam sel-sel epitel mulut dan kornea atau konjungtiva (bercabang atau den- saluran pernapasan bagian atas yang kemu- dian dapat menjadi rekuren. Bentuk penya- dritik). Juga terdapat limfadenopati preauri- kit yang rekuren ini biasanya lebih ringan kuler. dan biasanyatanpa demam. Rekurensi dapat4. Herpes genitalis ialah lesi vesikuler yang juga terjadi pada saat adanya antibodi spe- ditimbulkan oleh virus herpes simpleks yang sifiknya. terdapat pada genitalia eksterna pria atau wanita. Bentuk khusus lainnya ialah vulvo- B. Lesi pada sistem saraf pusat vaginitis dan diaper rash pada bayi. 1. Meningitis aseptik. Kasus sporadik meni-5. Herpes traumatik ialah infeksi herpes pada ngitis aseptik yang disebabkan oleh virus jarryangsering terdapat pada perawat, dok- herpes simpleks dapat terjadi dan virusnya ter dan dokter gigi. Keadaan herpes trau- dapat diasingkan dari likuor serebrospinalis. matik yang juga disebut herpes inokulasi atau herpetic rahitlout dengan infeksi kuman 2. Ensefalitis. Kasus sporadik ensefalitis baik stafilokokus (kuman Stapbylococcus aureus biasanya juga ditemukan disamping virus bentuk akut, maupun yang subakut pernah herpes simpleksnya). Adenitis regional atau dideskripsikan oleh Adams & Jennet (1967), reaksi menyeluruh jarangterjadi. Orang de- ngan lesi demikian dapat menularkan virus- Miller & Ross (1968) dan Olson dan kawan- nyapadapenderita lain atau orang sehat lain. kawan (1967). Lesi dari kasus ensefalitis ini terdapat pada korteks serebral, termasuk Gingivostomatitis herpetika merupakan meningitis, infiltrasi perivaskuJer, destruksi manifestasi infeksi yang paling sering terjadi. dari sel saraf ganglionik serta adanya badan inklusi tic intranukleus tipe A.

368 Buku Ajar Mikrobiologi KedokteranC. Eczema herpeticum Perawat dengan herpes traumatik dapat ter- libat dalam proses penularan virus herpes sim-Dalam tahun 1882 Kaposi mendeskripsikan plex pada kasus tersebut.suatu erupsi vesikuler akut sebagai komplikasi Eczema herpeticum dapat pula timbul seba-dari eczema infantil atau disebut juga dengan gai suatu komplikasi dari suatu lesi herpes pri-istilah lain dermatitis oaricelliforrn a.cuta. Erupsi mer, misalnya lesi herpes pada bibir.Kaposi dapat disebabkan, baik oleh virus herpessimpleks (disseminated cutaneous herpes atart D. Herpes yang Disseminatedeczetna herpeticum), maupun oleh virus vaccinia Hass (1935) telah mendeskripsikan dan melapor-(eczema vaccinatum). kan tentang kasus herpes simpleks generalisata padabayiprematur. Vesikel timbul dan berkem- Eczemaherpeticum dapat terjadi pada semua bang pada kulit dalam mulut dan pada mata.umur. Penyakit ini timbul mendadak dengan Dalam hal ini terdapat pula demam, ikterus danterlihatnya vesikel besar-besar dalam jumlah ensefalitis. Pada otopsi akan ditemukan lesi ne-yang besar pula yang muncul dalam kumpulan krotik pada hati, panr-panr, limpa, otak, ginjal,selama satu minggu atau lebih. Biasanya diikuti adrenal dan diafragma. Badan inklusi intranuk-demam dan kemudian disusul dengan terjadinya leus ditemukan dalam sel pada pinggiran lesi dandenudasi yang hebat dari epitel dengan akibat virusnya dapat diasingkan dalam laboratorium.dehidrasi. Infeksi sekunder sering terjadi. Pada Dalam beberapa kasus, infeksi dapat terjadi,kebanyakan kasus telah terbukti adanya riwayat walaupun darah penderita sudah mengandung antibodi netralisasinya.dideritanya eczema. Lesi kulit dapat sembuh Bentuk yang sama dari herpes disseminatedatau penyakit dapat berlangsung menjadi hebat yang akut dapat pula terjadi pada bayi dan abakdan bersifat fatal. Kematian biasanya terjadi pada yang lebih tua.bayi prematur dan anak dengan eczema. Padakasus tersebut terjadi viremia dan juga terdapat Sifat alami dari herpeslesi nekrotik dari herpes yang disseminated Serum dari kebanyakan orang dewasa dan anakdalam membran mukosa, hati dan adrenal. mengandung antibodi terhadap virus herpes sim- pleks dan hasil penelitian menunjukkan, bahwaBadan inklusi intranukleus tipe A yang khas persentase orang yang mengandung antibodi akan meningkat sesuai dengan kenaikan umurnya.dapat ditemukan dalam sel-sel kulit dan mem-bran mukosa, juga dalam lesi nekrotik pada Hanya sedikit dari mereka yang mempunyai antibodi di dalam darahnya pernah mengalami adrenal dan hati. Eczema herpeticum dianggap sebagai infeksi infeksi klinik (apparent)herpes, dan hal ini me-herpes primer pada orang dengan kulit yangabnormal. Sebagai sumber infeksi dapat bertin-dak dari orangtua kontak lainnya yang men-derita infeksi akut atau laten.

Herpesviridae 369nunjukkan, bahwa infeksi virus herpes simpleks tersebut. Kemudian virus masuk ke dalamumumnya bersifat sebagai suatu infeksi subkli- kelenjar limfe regional dan mengadakan invasinik (inapparent). Infeksi primer dengan virus ke dalam darah yang selanjutnya menemparkanherpes simpleks dapat bersifat subklinik atau diri dan mengadakan reproduksi di dalam kulit,klinik dengan manifestasi yang paling sering membran mukosa atau viseral.terjadi sebagai gingivostomatitis. Penyakit herpes Mekanisme terjadinya herpes yang rekuren belum diketahui secara rinci. Virus herpes sim-primer cenderung untuk bersifat hebat dan pleks didugaberadadalam keadaan laten di dalam kulit, membran mukosa atau kemungkinan besarumumnya terbanyak didapat pad4 anak ber- juga dalam kelenjar limfe yang dapat dibangun-umur antara 1-5 tahun. kan menjadi aktif dengan berbagai cara, misal- nya secara hormonal, traumatik dan banyak Flerpes yang rekuren merupakan suatu faktor lainnya seperti yangtertera pada Baganpenyakit yang timbul (kambuh) lagi dari bentukinfeksi herpes setempat pada kulit, mukosa dan 36-1,.kornea. Dalam kasus demikian, antibodi dalam Kira-kira 5o/o dari orang-orang yang keli-darah terdap at pada fase remisi, akan tetapi tidak hatannya sehat, dapat mengekspresikan virusdapat mencegah terjadinya rekurensi. herpes simpleks dalam mulut, nasofaring dan tinja. Di samping itu virusnya dapat ditemukanPatologi dan patogenesis juga dalam likuor serebrospinalis orang normal. Diduga, bahwa pembawa (karier) virus yangInfeksi herpes mempunyai lesi yang bersifat khas sehat sesungguhnya menderita serangan herpesberupa vesikel pada kulit. Sel-sel epitel memper- yang rekuren.lihatkan degenerasi balon (ballooning degene- Epidemiologiration) y^ng menyebabkan terbentuknya Virus herpes simpleks dapat ditularkan antarvesikel. Badan inklusi intranukleus asidofilikyang disebut Cowdry tipe A atau LipschLltztipe manusia dengan jalan pegangan langsung dengan t^ngafi, ciuman, hubungan seksual dan melaluiA dapat ditemukan dalam sel-sel raksasa dan alat dan bahan (fomite), seperri alat gelas,sel-sel epitel yang terdapat di pinggir vesikel. handuk, sabun dl1. Sumber infeksi ialah seorangLesilesi tersebut merupakan salah satu bukti penderita atau seorang pembawa (karier) virusadanya reaksi inflamasi. Badan inklusi intranuk- yang mengekskresikan virus dalam sekret mara,leus dapat ditemukan pula dalam jumlah kecil di mulut, kulit dan genitalia. Orang dengan eczemdalam sel di pinggir vesikel. sangat sensitif terhadap infeksi oleh virus herpes simpleks pada kulitny a. Bayiyang menderita her- Patogenesis virus herpes simpleks sangatmenarik perhatian, karena virus biasanya masukkedalam badan melalui bibir, mulut, kulit,kantung konjungtiva atau genitalia. Multiplikasiawal virus terjadt pada tempat masuknya virus

370 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteranpes yang disseminated diduga mengalami infeksi kelinci dengan infeksi epitelial yang hebat ter-pada waktu dilahirkan oleh seorang ibu pende- dapat kecenderungan timbulnya lesi stromalrita herpes genitalis atau oleh pegangan ibunya, yang mirip dengan keratitis disciformis padasaudara kandungnya atav oleh perawat yang manusia. Terdapat pula bukti bahwa virus me-menderita penyakit herpes, tidak lama setelahbayi tersebut dilahirkan. Penelitian serologik nyebar ke sistem saraf melalui nervus atau ruang-membuktikan, bahwa penghuni yang terlampaubanyak (over-crozaded) seperti dalam asrama) an lartr'gan, akan tetapi penyebaran melaluidapat merupakan peluangyangsangat besar bagi darah dapat pula terjadi.pemindahan atau penularan virus tersebut darisatu orang ke lainnya. MencitPatogenitas bagi binatang Mecit yang disuntik dengan virus herpes simpleks secara intraserebral, dermal atau intradermalKelinci dan marmot dapat mengakibatkan terjadinya ensefalitis.Kelinci dan marmot dapat diinfeksi oleh virus Untuk keperluan tersebut, yang paling pekaherpes simpleks dengan berbagai cara. ialah anak mencit berumur L-4 hari yang bila disuntik dengan virus secara intraserebral (IC) Bila virus diinokulasikan dengan melakukan atau intraperitoneal (iP) akan menimbulkanskarifikasi kornea, akan terjadi keratitis/kera-tokonjungtivitis dalam waktu afltara 12 jam dan kelemahan, inkoordinasi, paralisis dan kematian7 han tergantung pada virulensi virus. Virusnyajuga dapat menyebar dan menimbulkan ense- dalam 5-6 hari. Bila mencit dewasa dipakai,falitis. Konjungtiva membengkak dan kornea maka hanya inokulasi secara IC saja yang akanmenjadi keruh, karena timbulnya vesikel-vesikel menimbulkan konvulsi dan kematian, sedang- kan inokulasi secara IP tidak fatal dan juga tidakkecil sepanjang goresan-goresan. Ensefalitis diikuti dengan konvulsi. Perbedaan dalam res- pons ini disebabkan karena adanya perubahandapat juga terladi setelah penyuntikan virussecara intraserebral atau setelah inokulasi virus proses maturasi makrofag.intranasal. Penl'untikan virus secara intravenadapat menimbulkan mielitis dan fokus nekrosis Hamsterdi dapat pada visera. Inokulasi virus dengan jalan Bila hamster disuntik secara IC dengan virusskarifikasi pada kulit atau penyuntikan virus herpes simpleks mula-mula memperlihatkan tandasecara intradermal menimbulkan erupsi vesiku- hiperaktivitas kemudian kelambanan, inkoor- dinasi muskuler, tremor dan dalam beberapa haller setempat. Dalam hal ini virus dapat juga paralisis dan kematian.menyebar dan menimbulkan mielitis. Pada Tikus besar Tikus besar (cotton rat) sangat peka terhadap infeksi virus herpes simpleks secara nasal. Infeksi

Herpesviridae 371hebat pada saluran pernapasan bagian atas dapat Kematian embrio ayam dapat pula terjadi, biladmbul 48 1am pascainokulasi yang kemudian telur berembrio tersebut diinokulasi denganmenjadi sianosis dan mati 24 jam kemudian. virus secara intraamniotik atau intraembrionikPada waktu mati ditemukan adanya perdarahanpetechial pada permukaan paru-paru. Biakan sef jaringan (Tissue cell culture) Virus herpes simpleks dapat tumbuh denganAyam baik dalam berbagai sistem biakan sel jaringan,Penyuntikan virus herpes simpleks dalam kan- terutama dalam monolayers dari biakan sel ginjaltung konjungtiva dapat menimbulkan konjung- kelinci, ginjal kera, amnion manusia dan embriotivitis yang kemudian disusul dengan infeksi sis-temik dimana terlibat hati, adrenal dan lain-lain Dalam biakan sel HeLa virus herpes sim-alat tubuh. Kematian terj adi dalam waktu 6-8 hari. p^yleakms.juga tumbuh baik, bahkan biakan embrio manusia dan biakan sel ginjal anak hamster me-Telur ayam berembrio rupakan sistem hidup yang sangat peka. Dalam biakan sel jaringan virus herpes simpleks dapatTelur ayam berembrio merupakan sistem hidup menimbulkan efek sitopatogenik yang khas be-yang sangat peka dan dapat diinfeksi dengan rupa pembentukan badan inklusi intranukleusberbagai cara. Teknik inokulasi virus herpes asidofilik (Cowdry tipe A), piknosis, peming- giran bahan inti (margination of nuclear mate-simpleks pada selaput korioalant ois (chorioallan- riak), degenerasi seperti balon (balloning dege- neration) dan pembentukan sinsitia sehinggatoic membrane = CAM) telur ayam berembrio terjadi sel raksasa berinti banyak (multinuclea-berumur Lt-I3 hari mengakibatkan terjadinya ted giant cell/polykaryoqttosis) serra pembentu-bintik (pock) yang khas setelah diinkubasikan kan plaque yang mempunyai arti penting dife-pada suhu 37\"C selama24-48 jam. Apabila virus rensiasi tipe virus berdasarkan morfologi plaqueherpes simpleks diinokulasikan dalam telur ber-embrio berumur satu hari akan mengakibatkan dan untuk titrasi virus berdasarkan teknikdihambatnya proses perkembangan blastoderm, hitung plaque (plaque counting)serta untuk ressehingga telur teftunas yang telah diinfeksi samasekali tidak menunjukkan perkembangan, bila netralisasi reduksi plaque (plaque reduction neu- tralization test).diperiksa pada hari kelima pasca infeksi dandiinkubasikan pada 37\"C. Bila kantungg hari Efek sitotoksik dari virus yang diasingkan dari kasus infeksi dapat dibuktikan dalam biakandiinokulasi dengan virus herpes simpleks, makaakan terjadi kematian dari embrio dalam waktu sel fibroblas manusia.48-72 jam pasca infeksi dan diinkubasikan pada Kekebalan pada orangsuhu 37\"C. Titer infektivitas virus ini disebut Pada infeksi herpes primer antibodi perrama-dosis infektif telur (Egg infectiows dose = EID). tama dibentuk beberapa hari setelah ter)adinya

372 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteraninfeksi dan titer maksimum dicapai kira-kira titis herpetika akut dan herpangina, meningo-setelah 2-3 minggu. Antibodi dapat bertahan ensefalitis herpetika dan ensefalitis oleh virusuntuk jangka waktu yang tidak terbatas, akan lain.tetapi tidak dapat mencegah surface carriage vLrus Adanya virus dapat dibuktikan dengan me-dan rekurensi setempat. Reaksi netralisasi danpengikatan komplemen dapat digunakan untuk meriksa bahan-bahan berikut dalam laborato-membuktikan kenaikan konsentrasi antibodi. rium: cairan dari vesikel yang masih baru atau utuh; usapan (sraab)atau kerokan (scraping) dari Antibodi terhadap virus herpes simpleks dapatditemukan dalam serum orang dewasa yang ulkus pada mulut, mata (konjungtiv^ atavpersentasenya menc^p^i lebih dari 80o/o. Anti kornea), alat genitalia; cucian (raasbing)dari matabodi tersebut dapatjuga ditemukan dalam serum dan tenggorok; saliva; likuor serebrospinalis;bayiyangdilahirkan oleh ibu yang mengandung darah (single atau paired sera); feses; dan dariantibodi herpes dalam darahnya. Antibodi kasus fatal dapat juga diperiksa otak, hati, sum- sum tulang belakang dan organ abdominal lain-maternal akan hilang, bila bayi mencapai umur 6 nya (Tabel 36-3). Sebagai diluen untuk bahanbulan. tersebut di atas, dapat dipakai kaldu nutrien, Kemudian antibodi herpes akan didapat yangkecepatannya berhubung n er^tdengan keadaan setiap jenis cairan g r^m untuk biakan jaringansosioekonomik. Sebagian besar dari anak-anak ftalanced salt solution) yang mengandung 10o/oyang berumur sampai dengan 12 tahun telahmempunyai antibodi herpes dalam darahnya. serum normal atar 0,5o/o gelatin. Lir garam faalGamma globulin manusia mengandung antibodinetralisasi yang titernya mencapai kira-kira 500. tidak baik untuk dipakai sebagai diluen dan bila tidak tersedia diluen seperti yang dianjurkan diDiagnosis laboratorium atas, maka akuades steril dapat digunakan untuk keperluan tersebut. Untuk pengiriman bahanlValaupun diagnosis penyakit herpes didasarkan pemeriksaan jarak jauh, sebaiknya digunakan bahan pengawet berupa gliserol 5Oo/o ataudikirim-atas gambaran klinik yang bersifat khas dan kan dalam dry ice secepatnya ke laboratorium.diagnosis laboratorium y^ng positif, dalamkeadaan tertentu yang meragukan beberapa Diagnosis laboratorium untuk penyakit herpes terdiri dari empat macam pemeriksaan yaitu:pegangan bermakna untuk diagnosis diferensialperlu dipikirkan. Dalam hal ini diagnosis labo- 1. Pemeriksaan langsung secara mikroskopikratorium dapat memberikan jawaban yangter- 2. Pemeriksaan serologikakhir, seperti pada eczema herpeticum dan eczema 3. Isolasi dan identifikasi virusvaccinatum, keratokonjungtivitis herpetika dan 4.Percobaan binatangkeratokonjungtivitis epidemik, gingivostoma- Tes yang paling sederhana dan relatif cepat, ialah mewarnai dengan Giemsa atau hematok-

Herpesviridae 373silin eosin (F{-E) sediaan kerokan dasar vesikel viral (badan inklusi khas) dapat ditemukanpada gelas alas untuk melihat adanya sel-sel rak-sasa berinti banyak (Tzanck) yang khas dengan dalam sel dengan cepat.badan inklusi intranukleus asidofil (Cowdry tipeA). Polikariosit yang demikian dapat ditemukan Isolasi virus dapat dilaksanakan dengan tigapada lesi akibat infeksi oleh virus herpes sim- cara, yaitu dengan teknik in ovo (telur berem-pleks, zoster dan varisela, tetapi tidak oleh virus brio), teknik in oirro (biakan sel jaringan) danvaccinia dan variola. Dengan teknik antibodi teknik in aivo (binatang laboratorium) sepertifluoresensi dari sediaan dasar vesikel, maka bahan y angterter apada Bagan 3 6-2. }{asil pemeriksaan laboratorium selanjutny a tergantung pula pada beberapa faktor yaitu: Bagan 36-2 Diagnosis laboratorium penyakit herpes Bahan KlinikMikroskopis Telur berembrio Biakan sel jaringan Flewan percobaan SerologiL. Cahaya biasa 1. Selaput 1. Biakan pirmer 1. Anak mencit 1. Netralisasi 2. Marmot 2. Pengikatan komplemen Giemsa/H-E korioalantois ginjal kelinci 3. Kelinci 3. Imunofluoresensi anak hamster 4. RIA2. Fluorosensi 2. Biakan stabil: 5. ELISA teknik antibodi Manusia fluorosensi Binatang3. Elektron I I Bintik @ock) khas I Patologi: Ataksia, Antibodi klas I + Efek sitopatik konvulsi, paralisis, khas/Cowdry tipe A keratitis, mati Badan inklusi khas/Cowdry tipe A,/sel Tzanck Struktur virusRIA = RadioimmunoassayELISA = Enzyme Linked Immunosorbent Assay

374 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran DF 1234 : : -,.t.-:,. -. - ,. . t. ; :. ,-, r. j. i::ri:'l:.rl i:;t::r:.....f.rrrr '-.''; ililt : Garis ambang : Aktivasi proses produksi virus karena stimulasi ABCDEFGHIJ : Perialanan sakit : Adanya virus occult : Infeksi rekurenGambar 36-4.Aktivasi periodik dari virus herpes simpleks laten yang dapat timbul kembali selama hidup manusia yang sering dimulai dengan infeksi initial sebagai stomatitis pada masa kanak-kanak.1. Pemilihan jenis bahan pemeriksaan yang Pada Tabel 36-6 diperlihatkan sumber bahan paling balk (specimen of choice) pemeriksaan untuk isolasi virus serta bukti2. Pengambilan, pengiriman, pengolahan dan mengenai adanya infeksi dalam sistem hospes penyimpanan bahan pemeriksaan. yang dicoba.J. Pemilihan dan pengurangan sistem atau Isolasi virus dapat dilaksanakan dengan meng- medium hidup yang paling peka bagi virus inokulasikan bahan yang diambil dari penderita yang sebelumnya diolah dengan antibiotika atau yang akan diasingkan. antimikotika (supaya bahan bebas kuman dan

Herpesviridae 375Gambar 36.5. Bagian dari selaput korioalantois embrio ayam (umur 13 hari) 72 jam setelah diinfeksi dengan virus herpes simpleks. Bintik halus putih berukuran kurang dari 1 mm.Gambar 36.6. Bagian dari selaput korioalantois embrio ayam (umur 13 harr) 72jam setelah diinfeksi dengan airus oariola. Bintik putih cembung ber- ukuran 2 mm.Gambar 36.7. Bagiandari selaput korioalantois embrio ayam (umur 13 hari) 72jam setelah diinfeksi dengan airus oaccinia. Bintik putih-kuning cekung berukuran variabel 2-7 mm.Gambar 36.8 Bagian dari selaput korioalantois embrio ayam (umur 13 harl) 72 jam setelah diinfeksi dengan oirus cacar sapi (corapox). Bintik putih dengan hemoragik di tengahnya berukuran 2-4 mm.

376 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran ffiB A :ri)i :-;*irii:ril i-i:;-.:: i-.1-: *r.:t il i rl*';':+:i' i!g.:i' f: i:;'i:,.i1;! --.} Du li+i ii*i:g*:\"r i}.1. ,ir:*:*r9 i'i1*.r! I i;1. tl!rlil.i:i:** a.;i.j1::**| iir I+:-t;I ;Gambar 36-9. Efek sitopatogenik biakan sel ginjal kelinci yang diinfeksi dengan virus herpes simpleks. Pertiatikan efek sitopatogenik yang khas dengan terbentuknya sel Tzanck dan sel lainnya dengan badan inklusi intranukleus asidofilik (Cowdry Tipe A), dan proses pemindahan bahan inti ke dinding sel (tr4argination of nuclear material).jamur) pada kelinci, anak mencit, telur ayam genik yang khas berupa pembentukan polikario-berembrio dan biakan sel jaringan yang sesuai. sit (sel Tzanck) dan badan inklusi tipe A CowdryKelinci diinokulasi dengan bahan pemeriksaansecara intraserebral atau dengan skarifikasi pada (Gambar 36-9) dalam waktu 24 jam. Gambarkornea. Anak mencit disuntik dengan bahan pe-meriksaan secara intraserebral, sedangkan telur 36-5, 6,7 dan 8 memperlihatkan berbagai tipeayam berembrio diinokulasi dengan bahan terse-but dengan teknik selaput korioalantois. Biakan morfologik bintik (pock) padaselaput korioalan-sel jaringan yang peka terhadap infeksi virusherpes simpleks memperlihatkan efek sitopato- tois embrio y^ng berrurur-turut diinfeksi dengan viru^sy-avmirus herpes simpleks, variola, vaccinia dan virus cacar sapi (corapox airus). Virus herpes simpleks pada selaput korioalantois membentuk bintik putih berukuran kurang dari

Herpesviridae 377 I(n d *'=t) a6oFrr.<Pdd^*a- * o(') -.O66EOd E-]d :1LH(J (J:.i bo co * 3*.r{;!'6Ero:<'d+-d.u,-9FeFO.'a=\E-!s4: 3=dd^F H*q' tr de69H9 G>. E-'tE.3ru.l,G.tESIs-E-rbZ4-.v'Ecia aC) .6 !no o d!VA -o.od d :=d ! 9Ja (.) ,E9i3i :4d P- od +dE-r4 (n A6o-'i Eg!d!.: bD E.g c! (s (d^ G d.: o xo*'d-=i; + 'c5q .r €to.9 'cbdc=do'dPC, l- qJ E s9-dcJ u .^da{JU!1aJ -g <t) 6F5 ,.cl4stgdqra)H-tI<r-4o 6F!FH HHg ri tr .jGi r; EG -.cdErutaEqq< 0) v) : *. c.i ko U) (n o cAAn o d Ch .g (d ko hp .E (n !{) G -XcIc^3Fd'.6iR. 't -<i .. FA adJ H d- WU iU (t.r) d -r4 - ;.n 6 (s Sr y.= 6 --o (h vd E<!IilsX€{I'f €E EEj:\-Eri-rqte.r.!€a54:f=$. €!q s a* > Dsa3EE.bgnOk* dHn DQ&s O€hEE;g9i ca cD *., !5 -.i..i ..i+ ri 'dN .i6i ri d =+qctk-c)sd -q tr !d 3ElO:.OV (dt) -cJ P il (.) o.H :_: o i,'=ieq gO6.(Jf, o ct) .i6d':uO il gOH50,'+ L d doHFJr F= (t) i-C6GdH tra cn F.i

378 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran1 mm dengan struktur seperti berbulu (fl\"fil. kelas IgM dini serta tes-tes iainnya. Reaksi-Bintik HSV-2 lebih besar dari bintik HSV-1. reaksi tersebut di atas mempunyai derajat sensiti-Virus variola pada selaput korioalantois mem- vitas dam spesivisitas yang tinggi dalam mende-bentuk bintik yang putih, cembung, berdia- teksi virion dan antigen subviral dengan meng-meter 2 mm, sedangkan bintik virus vaccinia gunakan antibodi monoklonal yang bersifatlebih besar Q-7 mm), cekung berwarna putih- monospesifik yang dibuat dan diproduksi secarakuning dengan nekrosis di tengahnya. Besar besar-besaran dengan teknologi hibridoma.bintik virus vaccinia variabel. Bintik virus cacar Tes hitung darah rutin tidak memberikansapi pada selaput korioalantois sedikit lebih petunjuk yang berarti untuk diagnosis labora-kecil dari bintik virus vaccinia, berwarna putih torium bagi penyakit herpes yang diagnosisnyadengan hemoragik di tengahnya, sehingga ter-lihat sebagai bintik-bintik merah yang dikeli- tergantung pada beberapa pemeriksaan khaslingi oleh zona putih. tertentu seperti: Berbeda dengan virus herpes simpleks, virus 1. Isolasi virus dari lesi yangterlihat, darah atauzoster dan varisela tidak dapat menginfeksi anakmencit, kelinci, sel kornea kelinci dan sel selaput bahan alat tubuh pada otopsi dengan jalankorioalantois embrio ayam (Tabel 36-4). menginokulasikan spesimen rersebut pada atau Reaksi netralisasi dan reaksi pengikatan kom- dalam sistem hidup laboratorium yang peka.plemen merupakan reaksi serologik yang paling 2. Menunjukkan adanyakenaikan titer anribodibanyak dilakukan. Kedua reaksi itu positif pada spesifik dari bahan serum rangkap, yaitu darimasa konvalesen dini. Kenaikan titer antibodi serum masa akut yang sebaiknya diambil sebelum hari kelima dan serum masa konva-hanyadapat dibuktikan pada kasus-kasus infeksi lesen yang diambil pada minggu kedua atau ketiga setelah mulai timbulnya geiala sakit.herpes primer. Pada kasus-kasus herpes rekurenfase akut antibodi biasanya ditemukan di dalam 3. Menunjukkan secara cepat adanya antibodiserum. Reaksi hemaglutinasi hambatan danreaksi presipitasi dapat juga digunakan untuk kelas IgM yang spesifik (agent specific classdiagnosis penyakit herpes. antibody : IgM-Ab) dini, yang konsentrasi- Reaksi serologik lain yang baru dan relatif nya tertentu datyangmerupakan indikasi ten-lebih baik sering juga digunakan untuk diag- tangadanya stimulasi imunologik yang aktifnosis cepat penyakit herpes, di antaranya talah atau baru oleh suatu zatyangsekaligus meru-radioimmuno dssay (RIA), immwne electron pakan petunjuk mengenai adanya infeksi baru.microscopy (IEM), enzyme-linked immunosor- 4. Menunjukkan adanya partikel virus dalambent assay (ELISA), immunoflworescence (IF) dan cairan vesikel di bawah mikroskop elektrontes cepat untuk menentukan adanya antibodi dengan pewarnaan asam fosfotungstat yang khas.

Herpe,sviridae 3795. Menunjukkan adanya antigen viral dalam Pada saat ini tiga macam obat antiviral telah disetujui untuk dipakai sebagai obat topikal bagi irisan j aring an y angterinfeksi dengan teknik infeksi HSV pada mata, yaitu iododeoxyuridin antibodi fluoresensi. (IDU), 5-trifluorothymidin (TPT) dan arabi- nosyl adenin (ARA-A). Obat Ara-A, juga meru-6. Menunjukkan adanya perkembangan tes pakan obat yang disetujui untuk dipakai pada kulit seperti tuberkulin setelah inokulasi pengobatan herpes ensefaliris dan herpes neo- natorum, karena toksisitasnya yang relatif ren- virus mati secara intradermal. Ini merupa- dah dan khasiatnya yang baik seperti telah ter- kan gambaran yangakurat mengenai adanya bukti pada uji klinik. Pada kedua jenis kasus infeksi herpes pada penderita yang berumur tersebut, makin dini diagnosis penyakit dan pem- 5-50 tahun, tetapi tidak tetap hasilnya berian obatnya, maka makin baiklah prognosis- ^rltara nya. Kebalikannya makin lambat diagnosisnya, bagi orang dengan umur di luar batas tersebut. walaupun tidak menimbulkan kematian, maka penderita mungkin akan sembuh dengan gejala7. Menunjukkan adanya sel raksasa yang virus- sisa juga dengan akibat kelainan neurologik yang induced dalam sediaan kerokan dasar vesikel permanen. yang melibatkan infeksi oleh anggora go- longan herpesvirus. Infeksi HSV oral dan genital, baik yang pri- mer, maupun yang rekuren tidak terpengaruh8. Menunjukkanadanyabadan inklusi khas da- oleh obat-obat antiviral tersebut di atas. Obat antiviral baru suatu acycloguanosin arau disebut lam sel jaringanyang memperlihatkan kecen- juga acyclovlr (ACV) yang merupakan nukleo- derungan infeksi oleh herpesvirus (Cowdry sida purin dan inhibitor poten polimerasa DNA type A). herpesvirus dapat mempercepat proses meng- hilangnya virus dari lesi, akan tetapi tidak ber-Terapi . pengaruh pada proses penyembuhan secara ktinik. Cara pengobatan lain yang didasarkan atas pro-Untuk mengobati infeksi oleh virus herpes sim- ses inaktivasi fotodinamik, yaitu pemakaian zatpleks perlu dipertimbangkan keuntungan dan warrraproflavin atau merah netral pada lesi yangkerugian atau bahaya bagi penderita. Keratitisherpetika merupakan suatu infeksi HSV yang dilanjutkan dengan radiasi sinar ultra violetsangat berbahaya dan dapat menimbulkan kebu-taan, bila tidak diobati secara adekuat. Iodo- (UV) dapat dipakai untuk terapi pada lesi herpes oral atau genital. rWalaupun demikian ada bebe-deoxyuridin (IDU) dianggap dapat dipakai rapa pendap at yang tidak menyetujui penggu-untuk terapi pada keratitis tersebut. Juga telah diketahui, bahwa obat tersebut ter- naan terapi fotosensitisasi, oleh karena zatwarnanyata agak bersifat sitotoksik yang dapat mem-bahayakan penderita. Dalam hal ini keuntungandianggap lebih besar daripada risikonya sebagaiakibat tindakan pengobatan.

380 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteranyang dipakai dapat menimbulkan dermatitis klinik tersebut menunjukk an adany apenunrnankontak dan radiasi sinar UV pada virus dapat kegawatan dan frekuensi rekurensi, serta tidakmengaktifkan sifat karsinogenik virus. Berger adanya perbedaan hasil pada vaksinasi secaradan Papa (1977) pada uji kliniknya menemukan multipel dari vaksin cacar hidup atau mari.peristiwa perkembangan karsinoma penis pada Chang (1983) dalam publikasinya memberikan informasi mengenai pemakaian vaksin influ-tiga penderita pasca-terapi fotosensitisasi. enza, poliovirus dan herpesvirus di samping vak- sin cacar sebagai tindakan reraperik bagi infeksi Obat-obat antiviral y ang dapat dipakai untuk virus herpes simpleks.infeksi viral pada kulit, terutama untuk penggu-naan secara topikal cukup banyak jenisnya, di Khusus mengenai penggunaan vaksin virusantar^nya ialah: arabinosida adenin (ARA-A), herpes simpleks, harus digunakan vaksin virus5-mono fosfat arabinosida adenin (ARA-AMP), mati yang bebas asam nukleat, oleh karena DNAasam fosfonoasetat (PAA), iododeoxyuridin(IDU) dalam dimetilsulfoksida (DMSO), Acy- yangadadalam vaksin dapat mempunyai potensicloguanosin atau acyclovir (ACV), interferon onkogenik yang dapat membahayakan orang(iFN) dan zat per^ngsang pembentukan IFN yang divaksinasi.seperti asam polinosinaepolicitidilat (Poly I:C) Vaksin BCG digunakan oleh Anderson (1974)(Overall, 197 9). Dimetilsulfoksida @MSO) yang yang diberikan secara intradermal pada pende-dipakai sebagai aehicle bersama-sama dengan rita herpes genitalis dengan hasil yang dapat me-IDU oleh Parker (1977) dalam uji kliniknya nurunkan rekurensi; juga trimetoprim-sulfa- metoksazol digunakan oleh Laird (1975) padayang berhasil dengan baik pada penderita herpes penderita herpes genitalis dengan hasil dapatgenitalis yang rekuren, berfungsi sebagai zatyang dapat mempertinggi daya penetrasi obat menurunkan keadaan akut penyakit dan mem- persingkat masa sakit.dalam kulit. Di samping itu DMSO juga bersifatbakteriostatik terhadap kuman yang menye- Berhubungan dengan penggunaan obat-obatbabkan infeksi sekunder seperti Staplrylococcus antiviral, peristiwa resistensi virus terhadap obat tersebut juga dapat terjadi. O'day dan kawan-a.Ltreut Staplrylococcus epiLermi.dis, StrEtococcus kawan (1975) dan Pavan-Langsron (1975) telah mengidentifikasi virus herpes simpleks penyebabbeta-hemolyticws dan Proteus sp. keratitis yang resisten terhadap iododeoxyuridin Dalam uji klinik pada penderita herpes sim- (IDI|, sedangkan Klein & Friedman-Kienpleks labialis yang rekuren dan herpes simpleks (1975) telah berhasil mengasingkan HSV-1 straingenital telah digunakan bukan saja obat anti- laboratorium yang resisten terhadap obar asam fosfonoasetat (PAA).trp*viral, tetapi juga vaksin cacar dengan untr*melihat pengaruh vaksin tersebut terhadapkeadaan akut penyakit dan frekuensi. Hasil uji


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook