Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore NASKAH MERPATI BERTELUR EMAS

NASKAH MERPATI BERTELUR EMAS

Published by NUR KAMIDAH, 2021-11-26 06:42:04

Description: NASKAH MERPATI BERTELUR EMAS

Search

Read the Text Version

Naomi ingin membuktikan bahwa perempuan juga bisa menjadi pemenang. “Satu.., dua.., tiga, mulai!” aba-aba dari sang Ayah. Naomi berlari kencang, dalam sepuluh detik, Naomi mampu mencetak rekor lima ratus meter. Dan makin hari kecepatan larinya makin meningkat. Kini ia bisa mengalahkan sang ayah. Ayahnya pun merasa bangga dan baru kali ini melihat kuda perempuan yang begitu tangguh. Ia sangat beruntung, kuda tersebut adalah putrinya sendiri. Ayah Naomi yakin bahwa suatu saat Naomi mampu menjadi pelari tercepat di dunia. Hari makin larut, Naomi pun beristirahat. Ia meminum air danau di depan rumahnya dengan sangat cepat. Naomi kehausan setelah seharian berlatih. “Naomi, sebentar lagi akan ada berbagai macam perlombaan, salah satunya adalah lomba lari. Ayah percaya kau akan menjadi pemenangnya, kemampuanmu sungguh luar biasa,” ucap Ayah Naomi. “Baiklah, Ayah, aku akan mengikuti lomba itu. Namun, aku ingin ayah terus melatihku,” pinta Naomi. “Tentu saja Naomi, dengan senang hati Ayah akan mendampingimu hingga kau bisa meraih cita-citamu,” jawab Ayah Naomi. 47

Mereka pun makan bersama. Ayah Naomi bercerita tentang masa mudanya. “Jangan pernah menyerah meraih mimpi, walau pun kau gagal berkali-kali. Dahulu, Ayah juga pernah kalah, namun Ayah tidak menyerah. Ayah terus berusaha untuk mewujudkan cita-cita Ayah dan akhirnya Ayah meraih kemenangan,” kata Ayah Naomi. Naomi menjadi termotivasi. Dahulu ia juga pernah mengikuti perlombaan lari, namun sayang, ia harus menanggung kekalahan. Namun, berkat Ayahnya, Naomi tetap semangat dan berkeyakinan kuat jika suatu saat ia akan berhasil meraih impiannya itu. “Hari sudah malam, beristirahatlah, Naomi, besok kau harus berlatih lagi,” pinta sang Ayah. Naomi pun mengistirahatkan badannya. Ia tertidur sangat lelap, karena ia merasa lelah. Namun, rasa lelah itu tak menghambat mimpi Naomi. Esok, badannya akan kembali bugar, karena semangatnya yang luar biasa. Matahari mulai bersinar membangunkan seisi hutan. Naomi sarapan terlebih dahulu supaya badannya tambah kuat. Seperti biasa, Naomi dan Ayahnya pergi ke tanah lapang yang terletak di tengah hutan. Naomi berlari sekencang-kencangnya dalam waktu yang sangat singkat. 48

Ayah Naomi kembali ke rumah sebentar untuk mengambil minuman. Naomi melanjutkan latihannya. Tiba-tiba saja tubuh Naomi ditabrak dengan keras oleh kuda Hitam. Tubuh Naomi terjatuh ke tanah, kakinya terkilir. “Hai, Naomi, jangan berharap kau bisa memenangkan pertandingan besok, kau itu kuda yang lemah. Yang bisa menjadi pemenang itu laki-laki!” seru kuda Hitam. “Kuda sombong, aku akan membuktikan bahwa perempuan bisa menjadi pemenang!” jawab Naomi dengan lantang. Ayah Naomi pun kembali, kuda Hitam segera meninggalkan Naomi. Ayah Naomi kaget melihat Naomi tergeletak di tanah. “Naomi, apa yang terjadi?” tanya sang Ayah. Naomi tidak menjawab sepatah katapun, ia langsung bangkit berdiri dan berjalan sedikit pincang. “Ayah, sepertinya badanku telalu lemas, izinkan aku beristirahat lebih awal,” ucap Naomi sambil menahan sakit. Ayah Naomi pun merasa bingung melihat Naomi terpincang-pincang. Mereka pun kembali ke rumah. Ayah Naomi tidak memaksa Naomi untuk mengikuti pertandingan lari besok pagi, ia merasa cemas dan kasihan 49

terhadap kondisi putrinya itu. Namun, Naomi tidak patah semangat, ia yakin bahwa ia bukan perempuan lemah, dan akan mengalahkan kuda Hitam yang telah menyakitinya. Ibu Naomi pun membuat minuman untuk mengembalikan stamina Naomi, ia juga mengurut kaki Naomi dengan sangat hati-hati. Naomi pun tidur lebih awal, karena esok ia harus berangkat pagi ke tempat pertandingan, dan harus mempersiapkan tenaga lebih banyak. Hari perlombaan telah tiba. Naomi tampak bersemangat pagi ini. Tak lupa ia sarapan terlebih dahulu. Ibu Naomi telah membuat makanan lezat sebagai penyemangat. Naomi pun berangkat ke tempat pertandingan, tak lupa ia meminta doa ibunya supaya diberi kelancaran dan kemenangan. Sesampai di tempat pertandingan, Naomi bersiap diri. Kali ini, perlombaan antara laki-laki dan perempuan digabung menjadi satu. Naomi berdekatan dengan kuda Hitam. Kuda Hitam menatapnya dengan penuh amarah. Namun, Naomi membalas dengan senyuman. “Pritttttt...,” peluit panjang berbunyi. Semua peserta lomba berlari kencang. Naomi berlari dengan cepat dan berada di posisi terdepan, namun 50

ia disusul oleh kuda Hitam, kuda Hitam mendorong tubuh Naomi, hingga Naomi terjatuh. Ia tak berdaya, dorongan kuda Hitam begitu kuat. Naomi mendengar teriakan sang Ayah, “Naomi, semangat., kau bisa, Nak!” Naomi bangkit kembali, ia melaju dengan sangat cepat dan sekuat tenaga. Ia menyalip satu persatu kuda di depannya. Hingga ia menjadi urutan ke dua, urutan pertama masih dipimpin oleh sang kuda Hitam. Kuda Hitam tidak mengetahui jika yang di belakangnya adalah Naomi, ia berlari dengan santai. Naomi menyalipnya dengan sangat cepat, dan akhirnya Naomi berhasil lebih dulu menuju garis finis. “Hore.., Naomi pemenangnya.., yeeeeee, horee., horee..,” teriak para pendukung Naomi dengan gembira. Naomi kini mampu mengalahkan pelari tercepat di hutan, kini ia lah yang mendapat gelar tersebut. Ayah Naomi memeluknya, ia bangga atas perjuangan Naomi. “Selamat, putriku sayang,” ucap sang Ayah. “Terima kasih, ayah,” balas Naomi. Naomi membawa banyak hadiah. Ia segera kembali ke rumah untuk memberitahu sang Ibu. Naomi sangat gembira, perjuangannya tidak berakhir sia-sia. Naomi juga 51

membuktikan bahwa perempuan itu kuat, tidak lemah, ia juga bisa menjadi pemenang. 52

Gorila Sang Pelopor Matahari tampak menyengat di siang hari. Para penduduk bernanung di bawah pohon-pohon yang rindang. Mereka berharap hujan turun di hutan. Namun, memang saat ini sedang musim kemarau, jadi mereka hanya bisa berharap tanpa hasil yang diinginkan. Ketika semuanya sibuk mencari tempat berteduh dari sinar matahari, tampak seekor Gorila sibuk menanam pohon di depan rumahnya. Mulai menggali tanah, menanam bibit, dan menyiraminya. Perilaku Gorila itu tampak aneh di mata para penduduk. “Hei, Gorila. Berteduhlah, sebelum panas matahari membakar badanmu,” ucap Tupai memperingati Gorila. “Kau ingin menjadi gorila panggang? hahahahahaha,” ejek Monyet. “Lalu kami berikan ke Pak Singa, hahahahaha,” susul Kuda. 53

Gorila hanya tersenyum, ia tetap melanjutkan menanam pohon-pohon itu. Sudah banyak pohon-pohon rindang yang ditebang oleh manusia. Maka, para penduduk berdesak-desakan dan berebut tempat duduk untuk menyelamatkan diri di bawah pohon-pohon besar. Datanglah Burung Nuri, ia menyampaikan pesan dari Pak Singa, jika akan diadakan perlombaan untuk menyambut hari kemerdekaan. “Selamat siang, teman-teman. Berkumpullah, aku ingin menyampaikan informasi,” ucap Burung Nuri mengajak kawan-kawannya berkumpul di rumah Gorila. “Kami sedang berteduh, jika kami berpindah tempat bisa-bisa kulit kami melepuh. Bicaralah saja dari situ dengan keras!” seru Monyet. “Tapi ku rasa rumah Gorila begitu sejuk, banyak pepohonan di sini, cobalah kemari,” ajak Nuri. Tidak ada satu pun penduduk yang mau mendengar ajakan Nuri. “Baiklah jika kalian tidak mau, aku akan menyampaikan pesan itu sekarang. Dengarkan baik-baik, aku tidak akan mengulanginya,” ucap Nuri. “Pak Singa mangajak kita mengikuti perlombaan dalam rangka memeriahkan hari kemerdekaan. Pak Singa ingin hutan ini menjadi lebih hidup dan meriah. Maka, Pak 54

Singa memberi waktu selama satu bulan untuk merias dan memperbaiki rumah kalian. Hadiahnya begitu banyak dan menarik. Sekian,” jelas Nuri. Para warga pun merasa tertantang, mereka akan bersaing demi memperoleh hadiah dari Pak Singa. Pak Singa adalah pemimpin di hutan. Ia memang memiliki kakayaan yang begitu melimpah. Maka, tentu saja hadiahnya tidak main-main. Ketika panas mulai mereda dan matahari mulai terbenam, para penduduk kembali ke rumahnya. Mereka mempersiapkan berbagai bahan untuk menghias rumahnya. Namun, Gorila tetap tenang dan masih saja melanjutkan kegiatan menanamnya. Gorila tampak sangat mencintai pohon-pohon yang ia tanam. “Kuharap, sebulan lagi kau sudah tumbuh menjadi pohon yang amat besar dan bisa menyejukkan hutan ini,” ucap Gorila kepada tanaman- tanamannya itu. Para penduduk sudah mulai menghias rumahnya. Mengecat rumahnya menjadi berwarna merah putih, dan memasang lampu warna-warni. Hutan itu pun tampak ramai dengan hiasan-hiasan. Seekor burung berkunjung ke rumah Gorila, “Gorila, sebentar lagi perlombaan tiba. 55

Mengapa kau tak segera menghias rumahmu, dan kau malah sibuk menanam banyak pohon?” tanyanya penasaran. “Bukankah selama ini yang kita perlukan hanya pohon?” jawab Gorila dengan tenang. Burung itu tampak kebingungan dan meninggalkan rumah Gorila. Gorila amat senang melihat pohon-pohonnya tumbuh dengan sempurna. Barulah ia mengecat rumah dan menghiasnya dengan sangat sederhana. Ia lebih memperhatikan pohon-pohon yang ditanamnya. Waktu berjalan sangat cepat. Hari perlombaan itu akhirnya tiba. Semua penduduk sudah menunggu kedatangan Pak Singa untuk berkunjung dan menilai rumahnya. Para penduduk yakin jika rumah merekalah yang akan menang, karena mereka telah menghiasnya dengan sangat meriah. Pak Singa didampingi oleh Nuri, Pak Singa menilai satu persatu rumah para penduduk. “Rumahmu sangat meriah, Bu Tupai,” ucap Pak Singa memuji rumah Ibu Tupai. “Rumahku lebih meriah, Pak Singa, kemarilah dan lihatlah!” teriak Monyet dari rumahnya. Rumah Monyet terdapat banyak sekali hiasan dari daun dan buah pisang. “Siapa yang membuat hiasan ini, Nyet?” tanya Pak Singa. 56

“Aku, Pak Singa,” jawab Monyet. “Kamu sangat kreatif ya,” puji Pak Singa. Monyet itu sangat yakin, bahwa ia akan menjadi pemenangnya. Kemudian, Pak Singa berkunjung ke rumah Gorila. Ia melihat hiasan-hiasan rumah Gorila yang begitu sederhana namun cantik. Banyak tanaman-tanaman tumbuh di sekitar rumahnya. “Hai, Gorila. Dari sekian banyak rumah yang aku kunjungi, rumahmulah yang paling sederhana, dan banyak pepohonan rindang yang tumbuh dengan cantik dan rapi,” ucap Pak Singa. “Coba kita lihat sekitar kita saat ini, Pak Singa. Sudah banyak manusia yang serakah, menebang pohon dengan seenaknya. Ketika siang hari, kami para penduduk selalu kepanasan, dan ketika musim hujan kami akan kebanjiran. Aku ingin, di hari kemerdekaan ini, aku ingin memperbaiki kondisi hutan kita. Dengan banyaknya pohon yang aku tanam, aku harap dapat membuat keadaan hutan ini lebih baik,” jelas Gorila dengan bijak. Siang hari panas matahari mulai menyengat. Para penduduk melompat kepanasan. Mereka mencari tempat yang teduh. Dan Pak Singa memanggil semua penduduk dari 57

arah rumah Gorila. Semua penduduk mendekat dan tidak merasa kepanasan lagi. “Terima kasih Gorila, kau telah menyelamatkan kami,” ucap Ibu Tupai. “Sama-sama, Bu Tupai, aku memang membuat ini semua untuk kalian,” kata Gorila. “Aku sungguh minta maaf Gorila, karena telah mengejekmu. Aku baru tahu, ternyata kau menanam pohon-pohon ini demi kami,” ucap Monyet. Pak Singa pun telah selesai menilai masing-masing rumah para penduduk. Dan Nuri pun sebagai asisten Pak Singa mengumumkan pemenangnya. “Pemenangnya jatuh kepada...,” ucap Nuri. “Goooriiillaaaaa.....!” seru penduduk. Gorila pun tersenyum bahagia, ia bahagia karena kepeduliaannya membawa manfaat untuk penduduk hutan. Ia menerima banyak hadiah, tidak hanya dari Pak Singa, namun juga dari penduduk lainnya. “Mari, kita peduli terhadap lingkungan kita, ciptakan hutan yang asri. Terima kasih, Gorila atas kepedulianmu terhadap lingkungan,” kata Pak Singa sambil memberi penghargaan kepada Gorila. Kini, Para penduduk 58

turut membantu Gorila untuk menanam pohon di seluruh penjuru hutan. 59

Lomba Balap Karung Cahaya bulan menerangi hutan. Para warga tertidur pulas, kecuali para jangkrik dan kelelawar. Kelelawar lebih suka tidur di siang hari, dan jangkrik lebih suka bernyanyi di malam hari. Mereka berdua selalu berjaga ketika hari mulai gelap, supaya para warga merasa aman. Lani, seekor kelinci putih tengah bermimpi mengikuti lomba balap karung, ia berhasil menang dan mengalahkan Kanguru, “Hore.., aku menang..!” teriaknya dan langsung terbangun dari tidur pulasnya. Lani celingak- celinguk, ternyata ia hanya bermimpi, “Ternyata aku hanya bermimpi,” ucapnya perlahan. Ia malu, karena ada Kelelawar di atas pohon yang sedang mengamatinya. Kelelawar itu tertawa terbahak-bahak. Saking malunya, Lani segera memejamkan matanya dan berpura-pura tidur kembali. Matahari bersinar dengan terang. Lani membuka matanya, dan memastikan Kelelawar yang 60

menertawakannya semalam sudah pergi. “Aku sangat malu., bagaimana jika dia menceritakan ke teman- temanku?” ucap Lani. Lani pergi mencari wortel. Ia menjumpai Harimau sendirian di tengah hutan. Lani mendekatinya, “Halo, Paman Harimau?” sapanya. “Halo, Lani, senang berjumpa denganmu,” balas Paman Harimau. “Apakah kau hendak mencari makan?” tanya Lani. “Tidak, Lani, aku berencana membuat perlombaan di sini. Ibu Merpati memberitahuku, jika ingin merayakan hari kemerdekaan, aku ingin para warga juga turut serta,” jelas Paman Harimau membuat Lani melotot. Lani mengingat mimpinya semalam. Ia ingin sekali mewujudkan mimpi indahnya itu. Ia sangat menyukai balap karung, badannnya yang mungil membuat ia melompat dengan lincah. “Benarkah, Paman?” tanyanya memastikan. “Apa saja jenis lomba yang akan kau buat? Apakah ada balap karung?” tambahnya. “Tentu saja, Lani. Aku berencana akan mengadakan lomba melukis, lari, dan balap karung. Kau hendak mengikuti yang mana, Lani?” tanya Harimau. 61

“Apakah lomba makan wortel juga ada, Paman? Aku pasti akan jadi juaranya, hahahaha,” ucap Lani sambil tertawa. Harimau itu pun ikut tertawa setelah mendengar jawaban Lani, “Aku justru ingin mengadakan lomba makan daging, dan aku pasti akan jadi juaranya juga, Lani, hahahaha,” balas Harimau. Lani dan Harimau pun mencari sarapan bersama, namun Harimau lebih menyukai daging. Setelahnya, mereka mengumpulkan para penduduk hutan untuk membicarakan perlombaan untuk merayakan hari kemerdekaan. Para penduduk hutan telah tiba. “Selamat pagi, para penduduk hutan. Maaf jika aku mengganggu aktivitas kalian di pagi hari. Aku ingin memberitahukan, sebentar lagi kita akan merayakan hari kemerdekaan. Aku ingin kita turut merayakannya. Aku akan mengadakan lomba melukis, lari, dan balap karung. Pemenangnya akan mendapatkan hadiah istimewa dariku,” jelas Paman Harimau kepada penduduk hutan. Semua penduduk hutan merasa gembira mendengar informasi itu. “Ye.., aku akan mengikuti lomba itu,” ucap anak Panda. 62

Ibu Gorila membantu mendata siapa saja yang mengikuti perlombaan, dan Lani mendaftakan diri untuk ikut lomba balap karung. Lani melihat anak Kanguru turut mendaftar. Ia melihat lompatan anak Kanguru lebih lebar dibanding dirinya. Lani takjub dan tercengang, “Wah, lompatnya sangat jauh sekali, tidak seperti di mimpiku semalam. Ah, kamu bisa, Lani!,” ucap Lani, memberi semangat pada dirinya sendiri. Perlombaan akan diadakan besok pagi di tengah hutan itu. Mereka membersihkan tempat perlombaan dan menghias dengan lampu. Hutan menjadi lebih indah dari sebelumnya. Hari makin larut, mereka pun pulang dan bersiap untuk hari esok. “Kukuruyuk....!” Ayam Jago membangunkan Lani yang hampir bangun kesiangan. Lani terkaget, ia segera bersiap-siap untuk datang ke tempat perlombaan. “Lebih baik kau sarapan dulu Lan, supaya kau bisa melompat dengan kuat,” ucap Ayam Jago. Lani menuruti perkataan Ayam Jago. Ia sarapan begitu banyak. Kemudian, ia pergi ke perlombaan itu bersama Ayam Jago. 63

“Apa kau yakin bisa mengalahkan anak Kanguru itu Lan? Dia melompat dengan cepat dan langkahnya begitu panjang,” tanya Ayam Jago. “Kemarin malam aku bermimpi, aku bisa mengalahkan Kanguru. Aku juga sempat berpikir sama denganmu, namun aku yakin dan tetap percaya diri,” jawab Lani penuh dengan semangat. Mereka pun tiba di tempat perlombaan. Para penduduk sudah berkumpul dan perlombaan pun segera di mulai. Paman Harimau sendiri yang menjadi juri lomba itu. Dimulai dari lomba melukis, kemudian lari, dan terakhir balap karung. Kelinci pun berbaris dengan anak Kanguru dan Katak. “Kau tak akan bisa menang Lan, akulah yang akan menjadi pemenang,” ucap Katak dengan sombong. Lani hanya diam dan membalas dengan senyuman. “Bersedia.., siap..., yak!” Paman Harimau memberi aba-aba. Mereka bertiga berlomba-lomba untuk mencapai garis finis. Katak memimpin lebih awal, namun di tengah- tengah ia kelelahan. Kemudian disusul oleh anak Kanguru. Lani berada di urutan kedua. Katak melempari Lani dan Kanguru dengan batu, Kanguru itu tersandung dan 64

terjatuh. Ibu Kanguru memberi semangat kepada anaknya itu dari kejauhan. Kanguru menangis kesakitan. Akhirnya, Lani berhasil memimpin. Namun, Lani memilih untuk menolong Kanguru itu. “Bangunlah Kanguru, sebentar lagi kau akan sampai ke garis finis, dan kau akan menjadi pemenangnya,” ucap Lani sambil membantu Kanguru itu berdiri. “Terima kasih Lani, mari kita melompat bersama- sama,” ucap Kanguru. Langkah anak Kanguru itu pun diperpendek, ia mengikuti langkah Lani supaya mereka bisa mencapai garis finis bersama-sama. Hingga akhirnya, Lani dan Kanguru tiba bersamaan. Mereka berdua mengalahan Katak yang sombong itu. “Terima kasih Lan, sudah menolong anakku,” ucap Ibu Kanguru. “Sama-sama, Bu Kanguru, anakmu berhak menjadi pemenang,” jawab Lani. “Oh, tidak Lani, kaulah yang berhak menjadi juaranya,” sahut Kanguru. Pengumuman lomba pun tiba, Gajah menjadi juara pertama lomba melukis, Kuda menjadi juara pertama lomba lari, dan Lani lah yang menjadi juara pertama lomba 65

balap karung. Mereka maju ke panggung untuk menerima hadiah. Masing-masing pemenang memperoleh makanan kesukaannya dan mendapat piala. Lani memanggil Kanguru untuk maju ke depan. “Bukan aku saja yang menjadi juara, namun anak Kanguru ini juga berhak menjadi juara. Aku melangkah ke garis finis bersama-sama dengannya. Kemarilah Kanguru, mari merayakan kemenangan ini bersama,” pinta Lani. Lani memberikan piala itu ke Kanguru. Kanguru pun merasa sangat senang. Ia berterima kasih kepada Lani yang baik hati. Para penduduk hutan pun salut dan bertepuk tangan untuk mereka. 66

Elang yang Bijaksana D i suatu hutan hiduplah seekor anak elang yang bernama Setya, dia adalah seekor elang yang pandai sekali terbang. Setya mampu terbang ke tempat yang sangat jauh, bahkan teman-temannya tidak bisa terbang ke tempat yang sangat jauh seperti Setya. Walaupun Setya memiliki kekuatan terbang yang lebih hebat dibandingkan dengan teman-temannya, ia selalu rendah hati dan tidak pernah menyombongkan kemampuan terbangnya. Siang itu Setya, Eko, dan Jihan pun bersiap-siap untuk mencari makan bersama-sama. Mereka selalu berkumpul di atas bukit sebelum mencari makanan di sungai. \"Apakah kalian sudah siap menangkap ikan makan siang kita hari ini?\" tanya Eko. 67

\"Ya, aku sudah sangat siap, hari ini aku lapar sekali dan ingin segera menangkap ikan yang banyak agar aku kenyang,” jawab Jihan semangat. \"Aku juga sudah siap teman-teman,” jawab Setya \"Baiklah kita berangkat sekarang sebelum hari semakin sore,” kata Eko. Kemudian, mereka bertiga pun segera pergi ke sungai untuk menangkap ikan. Sesampainya mereka di sungai, ternyata air sungai surut dan tidak ada ikan di sana. \"Kenapa air sungainya surut? Bagaimana cara kita mencari ikan untuk makan?\" tanya Eko. “Iya ya kenapa bisa surut begini? Biasanya air sungai mengalir dengan deras dan banyak ikan yang berenang di sini,” kata Jihan heran. \"Emm kalau begitu ayo kita cari tahu penyebab ini semua, agar kita bisa mencari makan di sungai ini,” kata Setya. Kemudian mereka pun pergi ke ujung sungai untuk mencari tau penyebab air sungai menjadi surut. 68

Sesampainya mereka di hulu sungai, ternyata banyak batang kayu yang membuat air sungai tidak bisa mengalir dan semua ikan juga ada di sana. Mereka senang sudah tau penyebab air sungai tidak bisa mengalir dan mereka berencana untuk memindahkan semua batang kayu tersebut agar air sungai bisa mengalir. \"Ayo kita ambil semua batang kayu ini agar air sungai bisa mengalir,\" ajak Setya ke teman-temannya. \"Emm sepertinya kita tidak perlu memindahkan semua batang kayu ini, kan semua ikan sudah berkumpul disini dan kita tidak perlu repot-repot untuk mencari ikan,” kata Eko. \"Jangan begitu Ko, teman-teman yang lain juga perlu air untuk minum. Jika semua air terbendung disini maka teman-teman yang lain kebingungan mau mencari air kemana untuk diminum,” kata Setya. \"Ya, yang dikatakan Setya benar, kalau begitu ayo kita bekerja sama untuk memindahkan kayu-kayu ini agar air sungai dapt mengalir lagi,” ajak Jihan. \"Oh iya ya aku tidak memikirkan sampai situ. Kalau begitu ayo kita pindahkan semua kayu ini. Aku senang jika 69

membantu teman-teman yang lain untuk mendapatkan air,” kata Eko. Kemudian mereka bekerja sama memindahkan kayu-kayu tersebut agar air sungai dapat mengalir kembali. Namun saat mereka ingin memindahkan kayu, tiba-tiba ada suara yang berteriak dari belakang mereka. \"Hei mau kalian kemanakan semua kayu-kayuku?\" tanya Jojo berang-berang pemilik semua kayu-kayu itu. \"Kami ingin memindahkan semua kayu-kayu ini agar air sungai dapat mengalir dan teman-teman pun bisa mendapatkan air,” jawab Eko. \"Tidak boleh! ini sarangku, jika kalian memindahkan semua kayu ini maka aku tidak memiliki sarang lagi,\" kata Jojo. \"Tapi sarangmu membuat air menggenang dan tidak bisa mengalir hinggamenyebabkan kami tidak bisa mencari ikan,” kata Eko. \"Kalian kan juga bisa mencari ikan disini, sudah banyak ikan yang terkumpul disini jadi kalian tidak perlu lagi repot-repot untuk mencari ikan,” kata Jojo. 70

\"Maaf Jo, kami bukannya mau menghancurkan sarangmu tapi teman-teman lainnya juga butuh air dan ikan-ikan yang ada di sarangmu ini pastinya juga perlu mencari makan, jika mereka semua berkumpul di sini nanti mereka tidak bisa mencari makanan,” jawab Setya. \"Tapi jika sarangku dihancurkan, di mana aku akan tinggal nanti?\" tanya Jojo. \"Emm begini saja, bagaiman kalau kita bekerja sama membuatkan sarang baru untukmu Jo tapi kamu juga harus membantu kami memindahkan kayu-kayu ini dari tengah sungai,” kata Setya. \"Oke aku setuju, tapi membuat sarang yang baru itu tidaklah mudah, harus ada banyak air dan kayu di sana,” kata Jojo. \"Aku punya ide, bagaimana kalau kita bikin aliran baru tetapi tetap menggunakan air dari sungai. Gimana kalian setuju?\" tanya Setya. \"Oh ide yang bagus itu, tapi itu kan butuh waktu lama pasti sangat membosankan,” kata Jihan. 71

\"Kita bekerja sama membuat sarangnya Jo, boleh sambil bernyanyi bersama, agar pekerjaan kita cepat selesai. Setuju gak kalian?\" tanya Setya. \"Ide yang bagus itu Setya, kalau begitu ayo kita lakukan sekarang,” jawab Eko. Kemudian Jojo, Setya, Eko, dan Jihan pun bekerja sama membuat sarang baru untuk Jojo sambil bernyanyi mereka menciptakan semangat bekerja sama membuat sarang yang baru untuk Jojo. Ayo kita bekerja sama membuat sarang baru Agar air suangai bisa mengalir dengan deras Sehingga kita semua bisa hidup Bahagia Dududu Syalalala Mereka semua bernyanyi sambil membuat sarang untuk Jojo membuat mereka semakin bersemangat untuk membuat sarang. Mereka sangat bahagia dan dengan senang hati membantu Jojo. Kemudian srang Jojo pun jadi, mereka sangat senang bisa melihat air sungai bisa mengalir dengan deras dan Jojo pun bisa memiliki sarang yang baru. 72

\"Akhirnya sarangmu jadi juga Jo,” kata Eko. \"Iya, tidak terasa kita bisa menyelesaikan sarang Jojo dengan cepat,” kata Jihan. \"Terima kasih ya teman-teman karena kalian mau membantuku untuk mebuat sarang dan aku tidak akan membuat sarang ditengah-tengah sungai lagi,” kata Jojo. \"Sama-sama Jo, kami senang membantumu membuat sarang dan membantu teman-teman untuk mendapatkan air,” jawab Setya. \"Ya sudah kita pergi dulu ya Jo, kami mau mencari ikan untuk makan siang kami,” kata Jihan. \"Ya benar itu, aku juga sudah sangat lapar. Ayo kita pergi untuk mencari ikan,” kata Eko. Kemudian Setya, Eko, dan Jihan pergi untuk mencari ikan. Setelah mencari ikan, mereka mengumpulkan ikan-ikan tangkapannya dan memakannya bersama. \"Wah tangkapan siang hari ini banyak sekali ya, aku sampai kekenyangan dan sulit Kembali terbang,” kata Eko. \"Iya, aku juga sangat kenyang karena telah makan 73

ikan banyak sekali dan ingin segera pulang ke sarang,” kata Jihan. \"Karena kita sudah selesai makan, ayo kita kembali ke rumah karena sebentar lagi hari mulai gelap dan kita harus beristirahat,” kata Setya. \"Iya, takutnya nanti kita bertemu dengan pemburu di hutan ini,” kata Jihan. Kemudian mereka bertiga pun pulang ke sarang masing-masing dalam keadaan perut yang sangat kenyang dan suasana hati yang ceria karena bisa membantu Jojo membuat sarang barunya. 74

Lebah yang Beruntung Suatu hari hiduplah sekelompok lebah yang dipimpin oleh ratu lebah bernama Tika di hutan yang sangat besar. Tika adalah ratu lebah yang sangat baik hati dan tegas. Sekelompok lebah tersebut hidup sangat damai dan teratur dalam sebuah sarang yang sudah mereka buat bersama-sama sejak dulu. Mereka selalu bekerja sama dalam mencari madu dengan diarahkan oleh Tika. “Johan, sekarang waktunya kita mencari makan, ajak teman-teman untuk mencari madu bersama-sama dan jangan sampai ada yang tertinggal di sarang. Kita semua harus selalu bersama-sama,” kata Tika kepada Johan panglima kelompok lebah itu. “Baik Ratu akan kuajak seluruh pasukan lebah untuk mcari makan,” jawab Johan. Kemudian, semua pasukan lebah itu berangkat bersama-sama untuk mencari madu, mereka selalu bersama-sama agar tidak ada satu pun lebah 75

yang hilang atau tertinggal ketika sedang mencari madu. Tika mengawasi semua pasukannya dari belakang. Sedangkan Johan memastikan agar tidak ada pasukan yang tertinggal. Ketika mencari madu, pasukan lebah itu selalu bernyanyi bersama dengan lagu yang mereka dendangkan setiap hari. Mereka berdendang agar madu yang nantinya dihasilkan terasa manis. Madu.. Begitu manis rasamu.. Madu.. Manismu membuat suasana hatiku bahagia selalu.. Madu oh madu.. dududu. Setelah semua selesai mencari madu, maka Tika meminta Johan untuk mengumpulkan pasukannya kembali dan mengajaknya kembali ke sarang. “Johan, hari sudah siang dan sebentar lagi sepertinya akan turun hujan. Ayo ajak teman-teman untuk pulang kita juga sudah mendapatkan madu yang cukup untuk kita makan,” kata Tika kepada Johan. “Baik Ratu, kita juga harus menjaga sarang kita agar ketika hujan turun disertai angin sarang kita tidak terbawa oleh angin,” kata Johan. 76

“Ya Kamu benar sekali Johan, aku juga takut kalau kita tidak segera pulang di saat sedang hujan nanti aku takutnya kita berpisah dan semua pasukan akan tersesat di hutan,” kata Tika. Kemudian, pasukan lebah itu kembali pulang menuju sarangnya. Sesampainya mereka di sarang, hujan yang sangat lebat disertai dengan angin yang sangat kencang. Semua lebah bingung dan ketakutan kalau sarang mereka terbawa oleh angin, karena hujan yang terjadi hari ini sangatlah deras dan anginnya sangat kencang. “Ratu Tika bagaimana ini? Hujan sangat lebat sarang kita juga sudah goyang-goyang seperti akan terbang dari pohon?” tanya seekor lebah bernama Yani. “Kalian semua tenang dulu, kita pasti akan selamat selama kita tenang dan tetap berada di sarang ini,” jawab Tika. “Ya apa yang dikatakan Ratu Tika memang benar. Kita jangan panik dahulu, selama kita berada di dalam sarang maka kita akan selamat,” kata Johan. 77

Kemudian semua lebah pun tenang walaupun dalam hati mereka sangatlah cemas ketakutan jika mereka tidak selamat, tak lupa mereka juga berdoa tanpa henti. Saat hujan sedang sangat deras dan angin bertiup sangat kencang, tiba-tiba terdengar angin membawa sarang mereka terbang “Wushhh”. Sarang lebah itu terbawa oleh angin dan membuat lebah-lebah yang ada didalamnya pun ketakutan. “Ratu Tika, sepertinya sarang kita terbawa angin dan kita sudah tidak ada di atas pohon lagi,” kata Johan kepada Tika. “Ya kamu benar Johan aku juga merasakannya. Kita sekarang hanya bisa diam sambil berdoa dan tetap berada di sarang ini agar kita tidak berpisah dengan pasukan yang lainnya,” kata Tika. “Benar Ratu, karena kalau kita keluar dari sarang pun pasti kita tidak bisa terbang karena sayap kita terkena air hujan,” jawab Johan. Kemudian Tika pun memberitahukan ke pasukan lebahnya untuk tetap tenang dan berdoa, menunggu sarang berhenti dan hujan sudah reda. 78

“Teman-teman lebahku, kalian semua harap tenang kita pasti akan selamat jika tetap selalu bersama dan tetap berada di sarang kita ini. Karena sarang kita ini sudah bertahun-tahun kita buat dengan sangat kuat jadi pasti akan melindungi kita semua,” seru Tika. Kemudian angin yang sangat begitu kencang membuat sarang lebah itu terjatuh di tepi sungai dan sarang lebah itu rusak sehingga tidak bisa ditinggali oleh lebah-lebah itu lagi. “Ratu, sepertinya hujan sudah reda dan kita sudah tidak terbawa oleh angin lagi,” kata Johan. “Ya benar Johan, tadi aku sudah melihat ke depan dan kita berada di tepi sungai. Sekarang kita harus pindah dari sarang ini dan membuat sarang yang baru lagi,” kata Tika. “Tapi Ratu, kita membutuhkan waktu yang lama jika harus membuat sarang yang baru karena ini masih musim hujan dan sebentar lagi pasti akan terjadi hujan yang deras seperti kemarin,” kata Johan. “Hmm yang kamu katakan benar juga Johan. Kalau begitu kita harus mencari sarang lebah yang sudah tidak 79

terpakai. Barangkali kita bisa menemukannya nanti,” kata Tika. “Tapi sepertinya itu tidak mungkin menemukannya Ratu,” kata Johan. “Kita harus mencobanya terlebih dahulu Johan, kasihan teman-teman yang lain kalau dibiarkan disini terlalu lama maka mereka nanti akan kedinginan,” kata Tika. “Baik Ratu, aku akan segera mencarikan sarang yang baru,” kata Johan. Setelah Johan pergi untuk mencari sarang yang sudah tidak digunakan, akhirnya dia menemukannya dan segera memberitahukannya ke Tika. “Ratu, aku sudah menemukan sarang baru yang berada dibawah pohon rambutan. Sarang itu sangat besar dan sepertinya sudah tidak ada penghuninya di sana,” kata Johan. “Apakah kamu sudah memastikan kalau tidak ada yang memiliki sarang itu Johan?” tanya Tika. 80

“Iya ratu, kata warga yang tinggal di sana, lebah- lebah pemilik sarang itu sudah pergi meninggalkan sarangnya karena waktu itu ada manusia yang ingin mengambil sarang itu tapi tidak jadi,” kata Johan. “Hmm baiklah kalau begitu, ayo kita bawa teman- teman kesana,” kata Tika. Kemudian semua lebah pun berpindah ke sarang yang baru. Sarang itu sangat besar dan masih ada sedikit madu di sana. Mereka semua sangat senang karena masih bisa bersama-sama melewati badai yang kemarin membawa sarang mereka hingga ke tepi sungai. Pasukan lebah itu pun hidup bahagia dengan sarangnya yang baru dan kuat itu. 81

Persahabatan Singa dan Tikus Di sebuah hutan yang lebat hiduplah seekor Singa perkasa, semua penduduk hutan sangat takut kepadanya. Raja hutan tersebut dikenal sangat mengerikan, tidak mengenal belas kasihan dan dia merasa harus dihormati oleh semua penduduk hutan. Dia menghabiskan sebagian waktunya dengan berburu dan sebagian lagi untuk tidur. Tidak ada satu pun penduduk di hutan berani mendekati sarangnya terutama saat Singa sang raja hutan sedang tidur. Singa akan sangat marah jika tidurnya terganggu dengan cara apapun. Tapi suatu hari Tikus kecil sangat penasaran ingin melihat bagaimana sarang Singa si Raja hutan. Dengan tekad yang bulat dia berangkat ke gua di mana Singa biasa beristirahat. Namun ketika dia sampai di sana, dia tidak melihat keberadaan sang raja hutan. “Mungkin dia sedang pergi ke suatu tempat. Apakah dia akan segera kembali?” Timbul pertanyaan dalam hati 82

si Tikus kecil. Untuk mengobati rasa penasarannya Tikus kecil masuk menyelinap kedalam gua. Gua itu sangatlah gelap, ditanah dia melihat jejak kaki sang Raja hutan, dan jejak kaki besar itu membuatnya sangat ketakutan. “Sepertinya aku harus segera kembali,” pikir si Tikus. Namun malang, saat itu terdengar suara langkah kaki singa memasuki gua. “Oh tidak dia akan segera masuk. Apa yang harus aku lakukan.” Tikus gemetar ketakutan. Ternyata Singa hanya pergi untuk minum di sungai, dan dia datang kembali untuk beristirahat. Si Tikus bersembunyi di dalam gelap gua dan melihat bayangan besar Singa jatuh dilantai. Singa duduk dekat pintu masuk gua dan beristirahat, ia meletakkan kepalanya di kakinya yang besar. Segera ia tertidur pulas. Seluruh gua tampak bergetar dengan suara dengkuran keras Singa. Si Tikus berusaha merayap keluar secara diam- diam. Segera ia berada di dekat pintu masuk. Tapi saat dia mencoba untuk melewati Singa, ekor kecilnya menyerempet kaki kiri Sang Singa, dan Singa pun terbangun dengan kaget. Dia terlihat marah saat dia 83

melihat Tikus kecil di sarangnya. Walaupun takut si Tikus tidak kehilangan akal, dia segera berlari. Namun malang Singa segera dapat menangkapnya. Sang raja hutan membuka rahang untuk menelan Tikus kecil. Si Tikus kecil seketika berteriak. “Maaf Raja, saya tidak bermaksud membangunkan anda, saya hanya mencoba untuk meninggalkan gua ini, selama ini saya sangat penasaran ingin melihatnya. Mohon biarkan saya pergi kali ini, dan saya tidak akan pernah lupa kebaikan Anda. Jika takdir memberi saya kesempatan, saya akan membantu Anda dengan cara yang saya bisa pada Suatu hari nanti” Singa merasa lucu mendengar ucapan si Tikus. Bagaimana Tikus kecil membantunya? Tapi dia membiarkan tikus kecil itu pergi dan tertawa terbahak-bahak. Si Tikus berlari untuk menyelamatkan hidupnya, dia sangat berterima kasih kepada sang Raja hutan yang tidak jadi memakannya. Beberapa hari sejak kejadian itu, seperti biasa Singa pergi berkeliling. Pada suatu hari, tiba-tiba dia terjebak dalam jerat pemburu. Dia berjuang mati-matian untuk membebaskan diri. Namun semua usahanya tidak menunjukan hasil, dia hanya menemukan dirinya bahkan 84

lebih terjerat kuat dalam jaring pemburu. Dia meraung dalam kemarahan dan ketidakberdayaan. Seluruh warga hutan gemetar ketakutan karena suara mengerikan sehingga setiap penduduk mendengar teriakan Singa. Si tikus pun mendengarnya. “Penguasa hutan dalam kesulitan. Ini adalah kesempatan saya untuk bisa membantu dia sekarang.” Berpikir demikian, Tikus berlari secepat yang dia bisa menuju tempat di mana suara itu berasal. Segera ia menemukan Singa terperangkap dalam jaring pemburu. “Jangan bergerak, Yang Mulia, saya akan memotong tali Anda dan Anda akan segera bebas,” kata Tikus. Tanpa membuang waktu, dia mulai menggigiti tali dengan gigi kecilnya yang tajam. Sehingga Singa itu terbebas. “Saya tidak menyangka bahwa kamu bisa membantuku. Selama ini aku salah,” kata Singa rendah hati. Dan akhirnya, sejak hari itu Singa dan Tikus bersahabat. 85

Kelinci Takabur P ada suatu hari ada seekor Kelinci yang sangat sombong. Ia menyombongkan diri sebagai kelinci yang paling baik sedunia. Si Kelinci selalu membanggakan betapa cepat larinya. Ia mempunyai kaki belakang yang sangat kuat untuk berlari seperti angin. Ia selalu memperlihatkan keahliannya berlari cepat kepada teman-temannya. Pada suatu hari Kelinci membual di depan teman-temannya dan menunjukkan betapa cepat larinya. Ketika ia berlari, ia melompat di atas sebuah cangkang di jalanan. Perlahan-lahan sebuah kepala dan empat kaki keluar dari cangkang tersebut dan mulai bergerak di jalanan. Barulah si Kelinci sadar, bahwa cangkang itu adalah Kura-kura yang tampak berjalan perlahan-lahan di jalanan. “Betapa lambatnya kamu,” ejek Kelinci. ‘’Aku tidak mengerti mengapa kamu tidak terganggu dengan gerakkanmu.’’ Kelinci tertawa mendengar leluconnya sendiri mengenai Kura-kura. 86

Kura-kura menatap Kelinci dan berkata, ‘’Setiap hewan bergerak dengan langkahnya sendiri. Aku mungkin bergerak lambat, tetapi aku dapat pergi kemana saja yang ku mau. Pada kenyataannya, aku dapat mencapai tujuan lebih cepat dari pada kamu dan lebih kencang dari pada kamu.’’ Si Kelinci berpikir, bahwa perkataan Kura-kura sangat lucu. Ia tertawa mendengar, bahwa Kura-kura bisa berlari lebih kencang darinya. ‘’Tidak mungkin,’’ jawab Kelinci. ‘’Bagaimana mungkin kamu lebih cepat dariku? aku dapat berlari secepat angin. Sementara kamu berjalan sangat lambat, sulit di percaya, kalau kamu bergerak lebih cepat dari ku. aku mau melihat kebenaran omonganmu. Siapa tahu kamu hanya membual saja!’’ Kelinci kemudian menantang Kura-kura untuk lomba lari, sehingga mereka akan melihat siapa yang lebih cepat. Lomba lari akan di adakan keesokkan harinya. Semua penduduk ingin melihat perlombaan lari antara si kelinci yang cepat dan si kura-kura yang lambat. Serigala yang menghitung mundur saat mulai perlombaan. “Lima, empat, tiga, dua, satu, lari…’’ Dengan satu loncatan, Kelinci dengan cepat hilang dari pandangan mata. 87

Kura-kura melangkahkan kakinya perlahan-lahan, selangkah demi selangkah, sementara tatapan matanya terus bertuju pada jalan didepannya. Kelinci berlari sepanjang jalan. Setiap kali melihat kerumunan penonton di pinggir jalan, ia membalikkan tubuhya dan melambaikan tangannya. Ia ingin mereka tahu siapa yang paling cepat larinya. Jauh dibelakangnya Kura-kura terus melangkah, selangkah demi selangkah, dengan lambatnya dan matanya yang terus menatap jalan di depannya. Tidak lama kemudian Kelinci tiba pada suatu tanda di jalan. Tanda itu menunjukkan, bahwa ia sudah berlari setengah jarak antara garis start dan finish. Ia pun tidak lagi melihat Kura-kura. Si Kelinci berpikir, “Aku sudah jauh di depan dan Kura-kura sangat lambat, sehingga ia masih sangat jauh dibelakang. Perlu waktu lama bagi Kura-kura untuk sampai di sini. Aku kira aku dapat berbaring dulu di sini dan beristirahat sebentar dibawah sinar matahari yang hangat. Masih banyak waktu untuk memenangkan pertandingan ini saat aku bangun nanti.’’ Sementara itu, Kura-kura terus berjalan perlahan- lahan tanpa henti. Ia terus bergerak. Waktu terus berlalu, Kelinci masih tertidur dengan lelapnya. Dengan perlahan- 88

lahan dan mantap, Kura-kura meneruskan langkahnya tanpa beristirahat. Ia bergerak perlahan-lahan sepanjang jalan. Akhirnya Kura-kura melewati Kelinci yang masih tertidur di tepi jalan. Kelinci tertidur sangat lelap, sehingga ia tidak mendengar saat Kura-kura melewatinya. Ketika Kelinci terbangun dari tidur lelapnya, ia melihat kearah belakang untuk mengetahui keberadaan Kura-kura. Namun ia tidak melihat Kura-kura. Ia berkata “Ternyata Kura-kura lebih lambat dari yang saya kira. Mungkin baru tengah malam ia tiba di garis finish.’’ Kelinci merenggangkan kakinya dan kembali ke jalan untuk melanjutkan perlombaan lari. Kelinci berlari dan menaiki bukit. Kemudian ia melihat pemandangan yang menakjubkan. Di garis finish tampak Kura-kura. Penonton bersuka ria, karena Kura-kura memutuskan pita di garis finish. Kura-kura di umumkan sebagai pemenang. Kelinci menghela nafas panjang dan Kura-kura tersenyum. “Bagaimana…kapan… di mana?’’ gumam Kelinci. Kura-kura berkata, “Aku menyusulmu ketika kamu sedang tertidur. Aku mungkin saja lambat, tetapi aku focus pada tujuan. Dengan pelan dan mantap, aku memenangkan perlombaan lari ini.” 89

Kelinci mengakui kekalahannya dan meminta maaf pada Kura-kura. Semua cita-cita akan kita raih apabila kita semangat dan yakin denga napa yang kita inginkan. Kita tidak boleh putus asa. Dan jangan pernah menganggap remeh kemampuan kita. Musuh kita yang sebenarnya bukan lawan main pertandingan tetapi musuh kita adalah diri kita sendiri. 90

BIODATA PENULIS Nur kamidah, lahir di Kendal 10 Januari 1982. Mengawali karier pada Juli 2006 sampai Maret 2011 di SD N 2 Wonosari. April 2011 hingga Agustus 2014 bekerja di SDN 1 Puguh dan sejak September 2014 hingga saat ini bekerja di SD N Pakuncen yang semuanya ada di Kecamatan Pegandon. Beberapa buku karyanya yang telah terbit. Jerapah Si Leher Panjang (2020) dan Taman Bunga di Tengah Corona (2020). Saat ini sedang menempuh studi di Pasca Sarjana UNNES. 91


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook