Pabligbagan III, Jejak Sejarah Wabah di Bali mengenai terapi dan pengusadan. Usada Cukil Daki dan Usada Ila. Tokoh- Lontar-lontar juga menyebutkan tokohnya ialah Mpu Ender, Masyarakat tentang wabah dengan berbagai jenis, Pasuruan, Masyarakat Bali dan Raja seperti sampar, kusta, dan beberapa Bali. Sedangkan setting Pasca Gelgel penyakit-penyakit lain yang pernah (XVII-XIX) dimuat dalam teks Anda terjadi. Kacacar, Usada Kacacar dan Usada Gede. Tokoh-tokohnya ialah Raja Bali, Sebagaimana yang telah dijelaskan Masyarakat Bali, Para Pandita dan Para sebelumnya, bahwa tulisan ini tidak Balian. bermaksud untuk menunjukkan timeline sejarah. Tetapi bertujuan untuk Berdasarkan pada hal tersebut di menyediakan informasi dalam bentuk atas, periode ber-setting Majapahit ingatan, sesuai dengan keberadaan sebagaimana disebutkan dalam lontar- lontar di Bali saat ini. Oleh sebab itu, lontar seperti Sanghara Bumi, Widi sangat penting memikirkan ulang Sastra Swamandala, Tingkahing Wiku, tentang kesejarahan lontar di Bali. Usadha Cukil Daki, tampaknya lontar- lontar tersebut memuat informasi Bentuk ingatan semisal Calonarang, penyakit-penyakit yang gejalanya sama Kaputusan Bharadah dan Taru dengan yang terjadi di Eropa. Oleh Pramana bersetting cerita dari zaman sebab itu, saya mempelajari pandemi Kediri (1049-1222M), tokoh-tokohnya seperti black death yang terjadi di adalah Airlangga, Mpu Bharadah, Mpu 1300an, itu terjadi hampir dua abad dan Kuturan, Nateng Dirah dan Masyarakat tidak berhenti. Sedangkan pada lontar Kediri. Periode Singhasari dari tahun Sanghara Gumi, disebutkan petunjuk 1222-1292, sejauh ini belum ditemukan pada raja Bali tentang bagaimana sumber datanya. Periode Majapahit harusnya melakukan upakara dan (1294-1527 M), settingnya ada dalam protokol yang dilakukan jika terjadi Sanghara Gumi, W.S. Swamandala, kematian, atau pun kalau terjadi Tingkahing Wiku, dan Usada Cukil Daki. wabah seperti yang pernah terjadi di Tokoh-tokohnya ialah Raja Bali, Bhatara Majapahit. Besakih, Para Pandita, dan Masyarakat Bali. Lontar Swamandala memberikan informasi tentang doa-doa, mantram- Setting periode Gelgel (XVI-XVII) mantram untuk para pendeta. Doa-doa dimuat dalam Yama Purwana Tattwa, dan mantram ini dianugerahkan oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud 41
Bhatara dari Besakih kepada raja Bali, Kuturan ke Bali tercatat dalam lontar para pendeta dan masyarakat Bali. Usana Bali sekitar tahun 1001 Masehi bertepatan dengan hilangnya nama Lontar Cukil Daki berisi petunjuk Mahendradatta dari prasasti. Mpu agar tidak sembarangan melakukan Bharadah ke Bali tahun 1007, ada isolasi kepada orang karena harus sekitar 25 naskah tetang beliau-beliau diinvestigasi dan dideteksi dengan ini, Angka tahunnya sezaman dengan baik. Dengan kata lain, ada pedoman Dharmawangsa Teguh, sedangkan menjadi dukun di sini. Cukil daki prasati hanya satu, prasasti yang di kembali terjadi pada periode Gelgel, Pura Batu Madeg. tetapi dalam konteks Pasuruan. Yama Purana Tattwa menurut informasi Mpu Bharadah ke Silayukti disebutkan sementara, ditulis pada zamannya Mpu di dalam naskah Kalawasan Petak Ender. Mpu Ender disebut pula dengan dan kakawin Negara Kertagama. Mpu Telaga. Itulah tokoh-tokoh yang disebutkan berhadapan dengan wabah. Mpu Yama Purana Tattwa menceritakan Kuturan misalkan, frustasi berhadapan tentang bagaimana petunjuk dengan wabah dan akhirnya bertapa, penguburan bila ada kekhususan kemudian menulis lontar Taru Pramana. yakni ketika terjadi wabah. Memang Taru Pramana mungkin diturunkan ada kekhususan yang tidak sesuai dan disalin sehingga bahasanya dengan standar-standar pengabenan tidak Bahasa Jawa Kuna yang kental, umum. Bila ada orang yang meninggal, tapi Bahasa Jawa Kuno bercampur langsung dikubur dan tidak boleh ada Bahasa Bali yang sangat mudah preteka atau sawa pretaka, kecuali dicerna. Barangkali penulis-penulis pendeta agung. Jasad orang yang belakangan sengaja mempermudah meninggal itu tidak boleh dibiarkan di dengan menerjemahkannya saja ke rumah berlama-lama. dalam Bahasa Bali periode abad 17 atau 18 sehingga menjadi mudah dicerna. Meskipun informasi ini tidak bisa Isi lontar Taru Pramana adalah tabel dianggap sebagai sebuah sejarah yang tumbuhan, sekitar 200 hingga 300 valid, setidaknya ini adalah bentuk nama. ingatan. Saya mengklarifikasinya dengan cara merunut angka tahun Selanjutnya, saya coba untuk konfrontir, dan tokoh-tokoh yang termuat di sandingkan atau cross check wabah dalam berbagai sumber. Misalkan, dunia dengan informasi wabah dalam 42 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan III, Jejak Sejarah Wabah di Bali lontar-lontar. Terutama, informasi ancang terjadinya wabah yang sama tentang wabah yang terjadi di Eropa. dengan black death di Eropa. Pada kisaran tahun 1346 di Eropa, kurang lebih sama dengan periode Sumber lain yang menyebutkan wabah Majapahit. Pada periode Majapahit adalah Hans Hagerdal (2016) yang sendiri ada informasi bahwa ada merumuskan tentang Candrasangkala Mahabrahamana dari India yang datang di Bali. Di dalamnya termuat sumber ke Majapahit. Majapahit juga pernah berjudul babad duk tumpur yang diserang oleh Kubilai Khan (China). disebutkan juga di dalam Babad Bumi. Oleh karena itu, artinya Majapahit Berdasarkan informasi dari babad telah terkoneksi dengan pelabuhan- duk tumpur tersebut, terjadi kira- pelabuhan besar di dunia. Pada periode kira pada tahun 1524 (tidak memakai 1346 sampai 1353 ada dua ratus ribu angka tetapi memakai Candrasengkala orang meninggal di Eropa yang disebut warna mangalih bhuta tunggal). Warna dengan istilah black death. maksudnya catur warna (4). Mangalih sama dengan melihat dengan dua mata Waktu itu para pelaut Eropa sudah (2). Bhuta adalah panca maha bhuta yaitu mulai bersentuhan dan juga silk road lima unsur pembentuk (5). Tunggal jelas atau jalur sutra sudah terhenti karena berarti satu (1). Jadi yang dimaksudkan wabah di masa itu. Jadi, apakah wabah adalah 1524 Saka atau 1602 Masehi. hanya kebetulan terjadi di Majapahit Dengan kata lain, pada tahun 1524 Saka sebagaimana informasi Sanghara atau 1602 Masehi telah terjadi peristiwa Bumi? Ini pertanyaan sebenarnya besar, karena informasi tentang tumpur yang mesti dijawab. Tapi setidaknya, sangat banyak disebutkan dalam lontar- lontar sudah memberikan clue ancang- lontar di Bali. Majapahit juga pernah diserang oleh Kubilai Khan (China). Oleh karena itu, artinya Majapahit telah terkoneksi dengan pelabuhan-pelabuhan besar di dunia. Pada periode 1346 sampai 1353 ada dua ratus ribu orang meninggal di Eropa yang disebut dengan istilah black death. Yayasan Puri Kauhan Ubud 43
Hans Hagerdal menyebut bahwa ini bahkan menjadi sebuah tarian sakral, adalah sebuah peristiwa yang dramatis utamanya adalah tari Sanghyang. sekali. Berdasarkan informasi dari Reid Saya sudah cek di 70 lokasi di Bali, dan (1933) dan Lamb II (1977) pada tahun mereka punya tarian Sanghyang. Tarian 1601 dan 1603 di Asia Tenggara terjadi Sanghyang ini memiliki hubungan epidemic. Tapi jika dilakukan cross dengan merana, sasab, gering agung check dengan Eropa, ini sepertinya dan tumpur. Tarian-tarian ini adalah pandemic. respons terhadap wabah. Tidak hanya tarian, pengobatan, metode isolasi dan Candrasangkala menyebutkan 1602, ritual pun merata keberadaannya di dan bila dibandingkan tahunnya wilayah-wilayah di Bali. dengan schematic representation of the plague of the northern Europe Respons lain yang sangat menarik tampaknya bertepatan tahunnya secara Antropologi adalah bahwa dengan yang di Eropa. Pada tahun wabah merupakan bagian dari ilmu 1602 Gelgel, Pasuruan sudah ada, hitam. Kambing hitam dari wabah bisa sedangkan teks Yama Purana Tattwa juga bhatara Gede Dalem Ped, sehingga jelas sekali menyebutkan ada wabah. bila terjadi wabah mesti memohon Tokohnya adalah seorang Mpu yang maaf kepada Ida Betara Dalem Ped. juga disebut sebagai Pedanda. Bentuk lainnya adalah pertunjukan Namun gelar pendanda pada waktu tari Calonarang, yaitu sebuah ingatan itu tidak muncul. Pendeta itulah yang kolektif tentang wabah bukan hanya merumuskan pedoman penguburan black magic atau witchcraft tapi yang sesuai dengan masa itu, seperti bagaimana wabah itu menjadi tarian. orang tidak boleh disentuh dan dikubur. Ada pula respon melalui lontar puja. Ada Kemudian baru diupacarai setelah tiga mantra yang wajib ditembangkan 25 tahun, dengan kata lain, kuburan ketika itu, di antaranya adalah bayu orang sebelum 25 tahun tidak boleh stawa dan akasa stawa. dibongkar. Ada beberapa desa yang punya situs Respons Orang Bali Terhadap Wabah tentang wabah. Artinya, wabah ini Orang Bali memiliki catatan tentang dicross check dengan sejarah lisan. Ada merana, sasab, gering agung, sakit cerita dari wilayah Sidatapa, Kalianget gede, gerubug yang sering muncul di dan Julah. Mereka punya cerita tentang lontar-lontar. Di dalam konteks lain, masa lalu. Itulah desa-desa yang 44 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan III, Jejak Sejarah Wabah di Bali memiliki situs-situs wabah, ada tentang Tiga rekomendasi saya ngabennya, dongeng, teater, geguritan sebagai penutup yakni riset dan Pura yang menandakan bahwa folklore, gerakan sehat dulu ada grubug. Contohnya adalah membumi dan aktualisasi Pura Jayaprana. Di desa Sidatapa, manuskrip penyembuh. ada upakara yang dijalankan. Sidatapa adalah sebuah desa Bali Aga di wilayah Berdasarkan informasi-informasi Kabupaten Buleleng. Kemudian yang menarik juga adalah ada naskah yang yang kita dapat dari berbagai sumber diwujudkan dalam bentuk tarian berupa Gandrung. Gandrung sebenarnya tidak itu, saya berharap diskusi kita umum di Bali, tapi di Sidatapa ditarikan untuk wabah. Di desa Julah terdapat menghasikan rekomendasi. penyembuhan, berupa loloh. Di sana juga ada ritual, karantina, dan folklore tentang pohon penyembuh wabah. Rekomendasi yang ingin saya sampaikan adalah: Pertama riset folklore obat itu penting sekali, karena banyak sekali informasi tentang obat di Bali dan juga yang terkait dengan penambah imunitas. Kedua, aktualisasi manuskrip penyembuh yakni bagaimana sumber- sumber ini diteliti bukan secara klenik tapi kuratif sehingga berkontribusi kepada imun. Beberapa naskah-naskah penyembuh yang saya rekomendasi untuk diteliti secara scientifikasi saat ini di antaranya: Anda Kacacar, Pamahayu Anda Kacacar, Usada Cukil Daki, Usada Ila, Usada Gede, Usada Kacacar. Ketiga, gerakan sehat membumi. Gerakan ini dapat dilakukan dengan mendata pohon penyembuh. Ada beberapa pengetahuan juga tentang loloh dan imunitas. Gerakan sehat membumi juga dapat didukung dengan bhakti dan ritual, yoga-samadhi, pengetahuan dari balian, serta usada kuratif. Yayasan Puri Kauhan Ubud 45
Pandemi dan Ketegangan Sosial dalam Pembentukan Sejarah Dr. I Nyoman Wijaya M.Hum Dosen Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya UNUD Saya membatasi diri membahas dari 1904 hingga 1946. Saya ingin memperkenalkan suatu pendekatan baru dalam memahami sejarah, namun saya belum tahu apakah ini benar-benar sudah ada atau belum. Saya memahami tingkat pengetahuan peneliti sejarah terdahulu mengenai sejarah ketakutan atau ketegangan sosial, memang belum ada tapi mungkin harus diteliti lebih jauh agar kita mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Ketegangan sosial itu barangkali masih menjadi salah satu faktor penting bagi munculnya budaya Bali. Saya mencoba menghubungkan bagaimana ketakutan terhadap wabah ikut berpengaruh terhadap terbentuknya budaya Bali, bahkan juga pariwisata dan konversi agama. Pada dasarnya semua orang takut terhadap sesuatu. Misalkan, raja takut kalah perang karena sayang nyawa, takut kehilangan harta, termasuk anak istrinya. Berdasarkan studi sejarawan, hal itu sudah banyak terlihat. Raja pun mengikat rakyatnya melalui kepatuhan perizinan para abdi. Mereka diperintah melakukan proses simbolis melalui wacana- wacana dan melalui ajaran agama, filsafat, seni dan lainnya demi menjaga kepatuhan rakyat kepada raja. Raja takut kalah perang, karena jika sampai kalah ada banyak kerugian. Rakyat juga takut kalah perang, karena kalau rajanya kalah perang, 46 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan III, Jejak Sejarah Wabah di Bali maka dia juga akan terkena bencana, Dari abad ke-19 ketika raja tampil sebagai setidak-tidaknya akan menjadi budak pemenang, sejenak rakyat terlihat belian. Raja dan rakyat juga takut kena tenang, tanpa rasa takut dijadikan ilmu hitam (ugig) dan semua orang takut budak belian, tapi sebenarnya perang terhadap gangguan roh-roh jahat. pada abad ke-19 tetap berlanjut. Selain terhadap perang, raja dan rakyat juga Jalan keluar dari segala ketakutan itu takut pada wabah. Wabah inilah yang adalah mendekatkan diri pada energi melahirkan kreasi pengobatan herbal. bulan, matahari, air dan sebagainya. Itu adalah salah satu hal yang muncul Energi tersebut yang menjadi Brahma, dari imagery, ketakutan-ketakutan itu. Wisnu, Siwa dan seterusnya. Ketika di zaman Hindu, masyarakat memuja Sekarang marilah kita lihat sejarah Siwa. Lalu muncul berbagai kreasi wabah. Untuk itu, penting diingat pemujaan terhadap saktinya Siwa batasan waktu saya adalah dari atau Durga. Ada juga upaya untuk 1804. Bukan berarti saya akan mendapatkan perlindungan dari Siwa. membentangkan waktu itu secara paralel, bahwa masa lampau betul- Orang pergi mencari sulinggih bukan betul mempengaruhi masa kini, karena semata-mata untuk bersembahyang di tengah-tengah perjalanan akan tapi untuk mencari keamanan dan muncul patahan atau retakan yang keselamatan. Itu semua karena takut. harus kita pahami bersama-sama. Kemudian muncul begitu banyak Batasan waktu ini hanya agar kita tidak ritual yang dilakukan lengkap dengan keluar rel terlalu jauh, dan fokus. kidung, sesajen, tari-tarian dan sebagainya. Dalam bentuknya yang Kalau kita lihat sejarah wabah, paling sederhana, ketakutan itu diatasi sumber-sumber yang saya baca dengan mengucapkan doa di dalam memperlihatkan dari tahun 1804, hati. Sebelum keluar atau pergi kalau di Jembrana ada juga gunung yang sudah takut akan terucap do’a “ratu meletus. Ternyata banyak juga gunung betara titiang nunas rahayu” (Oh Tuhan berapi di tempat itu pada tahun 1804. saya mohon agar rahayu). Itu doa paling Abunya berpijar bercampur dengan singkat yang dilakukan oleh orang Bali. air minum dan melahirkan wabah, Tujuannya, untuk mendekatkan diri tapi tidak disebutkan berapa banyak pada para dewa agar terhindar dari korban. Berikutnya pada tahun 1818, gangguan roh jahat. Gunung Agung meletus. Seterusnya Yayasan Puri Kauhan Ubud 47
ada begitu banyak peristiwa, semisal awal zaman Kolonial, di awal abad 20 tahun 1828 dan 1846 juga gunung Agung muncul ketakutan baru. Rakyat harus meletus. tunduk terhadap aturan-aturan kerja rodi. Namun ada orang-orang yang Pada tahun 1861, Klungkung kembali berkuasa yaitu “manca” dan punggawa, dilanda wabah cacar. Dua tahun Kontrolir tinggal menunggu saja apa kemudian, pada tahun 1863, Mengwi yang dilaporkan oleh punggawa. Rakyat dilanda wabah kolera dan cacar. pun harus berkompromi terhadap Jadi sepanjang abad ke-19 banyak wacana kerja rodi yang berkembang terjadi wabah. Barangkali kita perlu di masyarakat, sekalipun menyimpang membedakan antara wabah dan dari aturan resmi. Di tengah-tengah penyakit. Wabah adalah penyakit yang ketakutan menghadapi kerja rodi, muncul secara tiba-tiba dan serempak mereka ketakutan menghadapi wabah di mana-mana, sedangkan penyakit, penyakit yang datang silih berganti spesifik di tingkat individu-individu sepanjang tahun 1906 dan 1939. dan tidak menyebar luas. Sepanjang abad ke-19 banyak terjadi wabah yang Kalau kita melihat detailnya. Ada menelan korban sampai 15.000 hingga disentri yang dimulai dari bulan Maret 18.000 jiwa. 1814 di Karangasem, Desember 1928 di Bangli dan Klungkung korban sebanyak Di abad 20, ketika orang Bali Selatan 60 orang. November di Bali Selatan. masih hidup dalam kungkungan tradisi Penyebabnya adalah cuaca ekstrim kerajaan, pada tahun 1904, orang- dan turunnya banyak hujan di daerah- orang di Bali Utara sudah mulai belajar daerah terjangkit. Selanjutnya pada naik sepeda diajari oleh Nieuwenkamp. September hingga Nopember 1910 Barulah setelah seluruh Bali dapat muncul kolera. Korban terbanyak ada di ditaklukkan oleh Belanda tahun 1936, Kubutambahan, Buleleng. Agustus 1914 bukan hanya sepeda, mobil juga sudah di Pangastulan Buleleng. Pada awal ada. Karena itu, jalan-jalan sudah September, jumlah korban berkurang. diperbaiki tidak ada lagi jembatan dari Tercatat 16 orang terjangkit, 10 batang pohon kelapa, dari bambu dan orang meninggal di Desa Kolapaksa, seterusnya. Semuanya sudah bagus. Johanakan, Kalianget dan Pengastulan. Agustus 1914 di desa Pesaban ada Berikutnya kerja rodi timbul sebagai korban sebanyak 7 orang. Desember sumber ketakutan baru. Artinya di 1914 kolera melanda Pangastulan. Pada 48 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan III, Jejak Sejarah Wabah di Bali Desember 1927 sejumlah tempat di yang di beritakan. Demikian seterusnya Singaraja mengalami wabah kolera. hingga 1946. Belanda kembali datang, Bali membutuhkan banyak obat. Ada beberapa tantangan dalam penanganan kolera diantaranya sulitnya Banyaknya korban malaria disebabkan memberikan pemahaman kepada beberapa hal. Diantara sulitnya penduduk Bali tentang kesehatan. menangani penyakit malaria disebabkan Mereka tidak mau mengikuti pedoman oleh dua jenis nyamuk anopeles ludlowi yang diberikan pemerintah kolonial pada air tawar dan aconitus di sawah. Belanda. Salah satunya kebiasaan Nyamuk anoples hanya dijumpai di mandi dengan air mengalir saat danau, jadi di Bali orang pernah sibuk terjadinya serangan wabah termasuk sekali menaburi minyak di atas danau. cacar dan penyakit kelamin. Aparat Nyamuk lainnya yang sangat berbahaya militer dilibatkan di Bali Selatan untuk yaitu aconitus yang banyak dijumpai di menjaga batas daerah yang dilanda sawah saat panen. kolera paling parah melalui penerjun pasukan. Penyakit lain yang mewabah di Bali, adalah lepra. Ketakutan terhadap lepra Selain kolera, malaria paling banyak menjadi pintu masuk yang memberikan terjadi. Di abad ke-19, dilaporkan waktu peluang sejak terjadinya konversi perang di Bali Utara, banyak pasukan agama di Bali. Juli 1907, sudah ada kolonial yang meninggal karena catatan lepra di Bali. Contohnya pada wabah malaria. Di Bali, wabah malaria tahun 1920, Juli 1926 dan 1934, lepra yang paling banyak menelan korban. menjadi salah satu penyakit yang Dalam catatan kolonial disebutkan diderita rakyat Bali. Hal itu pas sekali terjadi pada Maret 1911 di Karangasem, dengan masa-masa konversi agama umumnya diwilayah pantai. Korban orang-orang Hindu ke Kristen saat terdapat di desa Jasi Karangasem itu. Cacar juga demikian, 1910 muncul sebanyak 150 orang. Agustus 1920 di penyakit cacar, 1913 Mei di Karangasem, wilayah Badung dan Karangsem juga Agustus 1920 di Jembrana dan dilanda malaria. Tahun 1928, penderita seterusnya. Demam juga begitu, tapi malaria terjadi hampir di seluruh Bali. tidak separah lepra. Demam juga ada Pada Januari 1929 di Bali Selatan pada periode itu, dan demam juga akan terjangkit malaria. Setelah dilakukan menjadi bagian dari sejarah adanya penyelidikan, realitasnya tidak seheboh konversi agama. Yayasan Puri Kauhan Ubud 49
Penyakit lain adalah influenza. waktu, obat-obatan dan kecepatan Influenza menjadi pintu masuk untuk penanganan pasien. Hal itu terungkap mengetahui ada persoalan besar yang pada berita-berita surat kabar pada terjadi di Bali. Sudah diketahui influenza waktu itu. Pada November 1918 Spanyol yang menyebar di wilayah ada berita yang melaporkan bahwa Hindia-Belanda pada periode tersebut. penanganan penyakit disentri telah Di Bali, berita tersebut tidak terlalu dilakukan dengan baik. Bulan November menonjol di surat kabar berbahasa 1928, dinas kesehatan khususnya Belanda pada periode itu. Nanti kita Denpasar-Klungkung-Kintamani akan melihat, bahwa ketakutan- merupakan wilayah segitiga disentri. ketakutan itu melahirkan imagery yang Lalu ketika ada kejadian, semuanya melahirkan budaya-budaya baru yang dapat diselesaikan dengan baik. tercipta pada periode tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pada masa kolonial Belanda (1908-1936) malaria pada tahun 1929 tidak separah terjadi penurunan angka kematian yang diduga. Demikian juga dengan yang sangat tajam, penurunannya penyakit lepra tahun 1934 kondisi terjadi di tengah-tengah laju pasien sudah dikatakan memuaskan. modernisasi. Banyak sekali kisah Jadi ada kecenderungan untuk tentang modernisasi yang bisa kita membenarkan bahwa modernisasi bicarakan. Tetapi secara ringkas di ikut berpengaruh terhadap cara Buleleng dan Jembrana pada tahun penanganan wabah. Ternyata ada 1904 baru ditemukan kereta kuda atau upaya untuk melembutkan ketakutan dokar. Pada tahun 1936, kemajuan Bali terhadap wabah. Ada sesuatu yang sudah sangat luar biasa. Sebagaimana disembunyikam dalam penanganan yang sudah diketahui bahwa pada penyakit di Bali. Sudah bertahun- masa itu lapangan terbang sudah ada, tahun malaria melanda wilayah Bali pelabuhan sudah ada, rumah sakit dan dan Lombok, namun pihak terkait dokter-dokter juga sudah ada. mengabaikan kenyataan bahwa penyakit ini akan mengancam Lalu bagaimana korelasi antara penduduk dalam waktu lama. modernisasi dan penanganan wabah? Sepintas ada kesan penurunan jumlah Tersebar wacana bahwa tidak ada korban wabah terkait dengan kemajuan nyamuk malaria maka tidak ada zaman. Terwakili oleh kecepatan penyakit malaria melanda Bali, 50 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan III, Jejak Sejarah Wabah di Bali sehingga tidak perlu lagi mengambil muncul wacana tidak ada tindakan tindakan medis. Padahal di sana-sini yang benar-benar diperlukan untuk kondisinya semakin parah. Bahkan ada menangani ledakan wabah ini. Karena orang yang harus membagikan satu pil wacana itu, penumpasan malaria kina untuk enam orang di dalam satu dilakukan dengan cara yang tidak keluarga. Namun disertai motto bahwa sesuai. penduduk Bali harus tetap kebal, orang Bali menerima saja pendapat Di Bali, orang merasakan dampak itu karena pada dasarnya mereka tidak kelambanan tindakan itu. Pemerintah suka berdebat dengan pejabat-pejabat hanya bisa menyuguhi wacana bahwa Belanda di Jakarta. dengan cara ini penduduk akan kebal. Tambahan pembelian kina Kasus penyimpangan lain, seorang pun ditiadakan semata-mata demi penghematan biaya, namun tidak ada dokter wilayah Bali-Lombok yang berani menyalahkan pimpinan dinas kesehatan saat itu dengan membawahi 7 orang dokter mengajukan pertanyaan berapa sesungguhnya biaya penanganan pemerintah, padahal buruknya wabah di Bali. kesehatan sudah berlangsung Sekalipun kematian penduduk akibat malaria terus meningkat, informasi begitu lama. Akhirnya pemerintah tentang penyakit dan kematian tidak bisa diperoleh. Padahal siapapun dapat mengirim seorang ahli dari Jawa untuk melihat perkembangan pesat wabah malaria setiap tahunnya terutama membuktikan bahwa Bali sudah berada ketika turun hujan. Pemerintah pusat kembali turun tangan mengirim dalam kondisi gawat. Terbukti bahwa dokter ahli malaria yang bertugas di Surabaya supaya ke Bali untuk wabah malaria melanda di banyak melakukan penelitian. Di Bali Selatan, ia menemukan jenis nyamuk yang tempat, sehinggaperludiambiltindakan berbahaya, dan ditemukan juga empat jenis nyamuk lainnya, sehingga nyata untuk memperbaiki kondisi. diperlukan tindakan mendesak. Kedatangan ahli malaria itu disambut sangat baik, ia telah mempersiapkan langkah-langkah persiapan kerja yang sangat serius. Namun sebelum masa kerjanya habis posisinya digantikan oleh pendahulunya. Oktober 1938, penyebaran malaria di Bali sudah lebih banyak dan lebih berbahaya. Jumlah korban meninggal semakin banyak. Tetapi dikalangan luas Yayasan Puri Kauhan Ubud 51
Karena banyaknya daerah yang harus tersebut ditutupi. Di tahun 1918 ada ditanggulangi, maka program itu Gubernur Jenderal berkunjung ke Bali, terkendala dana. Ada juga masalah yang pada saat itulah influenza Spanyol kewenangan, akhirnya terbukti terjadi, dan banyak orang tidak bisa pengiriman tenaga ahli malaria ke Bali mengakses berita mengenai influenza lebih hanya untuk mengumpulkan Spanyol karena Bali sepertinya informasi, tidak melakukan kerja disterilkan dari berita-berita buruk praktek dan tidak mengambil tindakan orang nomor satu di Hindia-Belanda. yang diperlukan. Kewenangan mereka terbatas karena dihambat oleh instansi Di bagian itulah kita menemukan lain. Keseriusan dokter ahli malaria kongkalikong antara pengusaha swasta menjalankan tugasnya, akhirnya menjadi dan pemerintah di Bali mengakibatkan bukti bahwa penanganan wabah melalui terjadinya permasalahan dalam tahap pertimbangan, pembicaraan, pengobatan. Akhirnya kita melihat, percobaan dan data statistik seperti kedatangan Gubernur Jendral pada umumnya berlaku sebelumnya, sudah tahun 1918 lebih mendapat perhatian tidak dibutuhkan lagi. dari pada masalah kesehatan. Dibutuhkan kira-kira 4 tahun untuk Hal itulah yang menjadi cikal bakal bisa menjalankan tugasnya agar bisnis pariwisata di kemudian hari. memperoleh hasil yang memadai. Dari Kemanapun Gubernur Jendral situlah kemudian terbukti persoalan melangkah disitu sudah ada penanganan wabah penyakit di Bali perayaan, panggung, tari dan lain terkendala masalah obat. Rupaya ada sebagainya. Itulah yang menyebabkan tindakan yang kurang sehat waktu munculnya kesenian di Bali (walaupun itu. Dinas kesehatan di Bali rupanya sebenarnya sudah ada), tapi langkah tidak membeli obat di agen yang untuk komersialisasi karena konsep resmi tetapi melalui swasta, sehingga kedatangan Gubernur Jenderal yang diduga ada penggelembungan harga dirangkai dari konsep ketakutan. yang menyebabkan harga satuan obat menjadi sangat mahal. Hal itu pula yang Punggawa pada dasarnya takut sekali, mengakibatkan, penanganan wabah karena pada periode tersebut ada di Bali terkendala. Banyak pasien yang wacana bahwa mereka akan digantikan tidak tersentuh obat yang memicu oleh keturunan raja. Itu sebabnya, keadaan menjadi gawat. Kejadian mereka mengelola kedatangan 52 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan III, Jejak Sejarah Wabah di Bali Gubernur Jenderal dengan sangat Hal yang paling mudah dilihat, adanya baik. Punggawa menghubungi manca, manca menghubungi aparat desa, jadi ketakutan-ketakutan terhadap rakyat dilibatkan. Padahal pada saat itu 1917, terjadi letusan Gunung Batur. penyakit lepra, hal yang kemudian Pada saat itu sebenarnya rakyat sedang menderita, tapi di sisi lain mereka membuktikan tidak efektifnya harus memberikan penghormatan kepada Gubernur Jendral. Itulah yang di pengelolaan pemerintah kolonial kemudian hari mengakibatkan imagery- imagery simbolis sehingga berpotensi Belanda. Banyak sekali orang Bali yang melahirkan bisnis pariwisata. lebih memilih mendapat pengobatan dari guru injil karena pengobatan terbukti efektif dengan doa-doa. Tangan kiri membawa obat, di tangan kanan membawa doa dan banyak sekali yang sembuh. Merekalah kemudian yang menjadi pendeta di Bali. Banyak Hubungan pariwisata untuk orang yang semula penderita lepra, ikut menutupi akses terhadap wabah, dipilih menjadi pendeta. tidak diketemukan bukti, karena memang dari 1904 sudah ada yang Di situ terbukti bahwa sejarah ketakutan besar pengaruhnya di Bali. Setelah datang tapi lebih meningkat 1924 dan melihat data-data itu, saya melihat memang angka yang disampaikan oleh sterusnya. Memang tidak ada bukti, surat kabar zaman itu sepertinya fiktif, karena mereka sulit sekali mengambil namun akhirnya di tahun 1938 kita akses yang riil, dan orang-orang yang meninggal di rumah juga tidak tercatat. mendapatkan berita sepertinya ada upaya untuk menutupi hal-hal yang buruk demi perjalanan pariwisata. Karena di tahun 1938, bahkan sebelumnya, pemerintah di Bali sudah tergantung dengan dana pariwisata. Singkatnya, yang muncul data-data fiktif. Sumber masalahnya ada pada Mereka ingin menjual tiket kepada penggelembungan obat. Harga satuan obat yang mahal membuat pasien pendatang ke Bali dengan harga 2,50 tidak mendapatkan pelayanan. Semua ditutupi dengan wacana-wacana yang golden yang akan dikelola uangnya oleh memuji Bali. Misalnya, makanannya lebih bagus dari orang Jawa dan pemerintah. Jadi ketakutan kehilangan tubuhnya lebih kuat. Pujian itu menjadi bagian ketakutan pemerintah kolonial. turis itu juga ikut mempengaruhi. Fakta ini dapat dijadikan pintu masuk untuk mencari relasi kuasa pengetahuan antara pariwisata dengan sulitnya mendapatkan akses informasi. Yayasan Puri Kauhan Ubud 53
Memori Kolektif dalam Menghadapi Pandemi Dr. Hilmar Farid Sejarawan & Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud RI Saya tidak akan menambah informasi dengan paparan, tapi akan memberikan beberapa pandangan mengenai pandemi dan hubungannya dengan sejarah. Fokusnya kurang lebih bagaimana kita bisa menggunakan pengetahuan yang sudah kita kumpulkan dari berbagai periode sejarah ini untuk meningkatkan kapasitas kita sekarang menghadapi pandemi dan juga di masa yang akan datang. Tentu saya tidak berharap akan ada pandemi lagi, tetapi studi epidemiologi baik secara historis maupun geografis selama 30 tahun terakhir ini memperlihatkan bahwa kemungkinan itu ada. Menurut hemat saya, kecuali ada langkah kongkret dari kita semua untuk membangun sebuah tatanan baru atau yang biasa disebut sebagai new normal yang mengutamakan keselamatan, maka kemungkinannya akan semakin besar. Ini semua tergantung pada kita, saya kira pabligbagan ini adalah inisiatif yang penting. Mengumpulkan para praktisi, ilmuwan pemerhati untuk mendiskusikan persoalan ini secara lebih serius. Informasi tentang epidemic ini sebenarnya sudah cukup lengkap dan ada dalam berbagai bentuk. Saat ini, saya kebetulan juga mengikuti beberapa diskusi sejenis ini untuk daerah-daerah yang lain. Pada saat pandemi covid ini, pengetahuan mulai diangkat lebih sistematis. Menurut saya ini adalah hal yang sangat baik. Bukan hanya karena 54 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan III, Jejak Sejarah Wabah di Bali menambah pengetahuan kita tentang ini. Penelitian ini memperlihatkan sebab dan penyebaran, tetapi juga bahwa beberapa manusia di 2800 tahun membantu kita mencari jalan keluar, yang lalu sudah terkena TBC, lepra dan terutama bagaimana informasi sejarah beberapa penyakit lainnya. Juga ada bisa membantu kita saat ini. temuan dari abad ke-10 seperti gandik atau pipisan yakni batu yang digunakan Bahan yang digunakan sangat untuk meramu obat. Batu itu ditemukan bervariasi, bukan hanya naskah tetapi di banyak tempat. ekofak, yaitu jejak patologi pada jasad manusia yang dapat memberi Kalau berbicara relief, di informasi yang sangat kaya tentang Karmawibangga terdapat gambaran bagaimana masyarakat di masa lalu mengenai penanganan orang sakit, menghadapi wabah penyakit dan hama tikus. Di Candi Prambanan, pandemi. Ada juga artefak, peralatan Candi Sukuh, Candi Penataran, dan yang digunakan dalam menghadapi Candi Jabung juga banyak sekali penyakit. Temuan-temuan itu juga informasi visual mengenai penyakit sangat banyak, tentu ada naskah, dan cara orang menanganinya di masa prasasti, relief candi, dan tradisi lisan. lalu. Belum lagi banyak sekali, naskah Contohnya di Bali adalah Calonarang mulai abad ke-13, 18, 19. Di sumber- yang sangat terkenal. Ada juga sumber ini kita mengenal bukan hanya penelusuran dari segi linguistik, berupa penyakitnya tapi juga kategorisasinya, istilah-istilah bahasa yang digunakan profesi orang-orang yang mengurus oleh masyarakat untuk memberi nama penyakit, dan jenis pengobatan yang pada penyakit, orang yang mengobati diberikan. Hal yang menarik bahwa penyakit dan situasi yang dihadapi. wabah yang terjadi di Bali, boleh jadi adalah bagian dari pandemic yang Informasi yang tersedia, salah satunya sifatnya global. Jadi kalau studi ini adalah kapan wabah itu terjadi. Jika kita perluas perspektifnya tidak hanya kita kombinasikan dengan temuan berhenti di Bali atau Indonesia, tapi arkeologis, kita sebetulnya bisa meluas mengikuti jalur pelayaran mundur sampai 2800 tahun yang perdagangan yang terbentang sejak lalu. Ada satu situs bernama Gua 2000 tahun yang lalu, kita akan Harimau yang menyimpan banyak mendapatkan gambaran yang lebih jasad manusia. Sofwan Nurwidi, dari utuh. Terutama apakah wabah penyakit Balai Arkeologi Jogjakarta membuat yang terjadi pada periode tertentu itu penelitian yang sangat bagus tentang adalah home grown, muncul karena Yayasan Puri Kauhan Ubud 55
adanya persoalan di lokal kita sendiri lalu membuat sistem sebagai wujud atau dibawa melalui pelayaran dari kongkret dari memori kolektifnya. Kita tempat lain. memang belum berdiskusi apakah sistem itu tepat atau tidak mengatasi Tentu semua informasi ini akan sangat penyakit. Tapi nyatanya, ada sistem membantu kita untuk memikirkan yang terbentuk dan sistem ini dengan strategi menghadapi wabah hari berbagai macam prakteknya seperti ini. Memang informasi ini bisa ritual yang terkait dan ekspresi diperdebatkan akurasinya secara artistiknya yang diwariskan turun faktual, tidak hanya menyangkut menurun. tanggal, tempat, tetapi juga analisis informasi yang ada dalam sumber itu. Implikasinya kita lihat di dalam Tapi yang pasti bahwa semua sumber ini memperlihatkan bahwa wabah masyarakat yang memori kolektifnya penyakit adalah peristiwa penting bagi masyarakat, dan dengan itu menjadi kuat, maka memori ini juga terlembaga bagian dari memori kolektif. Bagi saya ini adalah kuncinya, bahwa memori di dalam banyak sekali pranata sosial kolektif ini harus menjadi inti kekuatan kita dalam menghadapi penyakit, baik dan budaya. Memori kolektif ini itu epidemi maupun pandemi. menurut Nyoman Wijaya, sumbernya Sumber-sumber juga memperlihatkan bagaimana masyarakat di masa lalu adalah ketakutan atau rezim of fear merespons wabah. Respons itu dapat berupa bagaimana metode yang ini ternyata efektif untuk membentuk digunakan untuk menghadapi dan mengatasi wabah penyakitnya. Bagi respons di masyarakat. Tentang apakah saya, yang penting bukan apakah metode itu tepat, efektif, scientific bagi rezim ketakutan ini adalah sesuatu masyarakat sekarang. Bukan pula kita mengambil informasinya dari masa lalu yang produktif atau kontra produktif untuk kita terapkan, tapi yang paling penting mengenai studi wabah di masa di dalam masyarakat, kita tentu bisa lalu dan respons masyarakat di masa lalu adalah kenyataan orang di masa mendiskusikannya lebih jauh. Tetapi studi tentang sejarah ketakutan di dalam sejarah sosial itu sebetulnya sangat popular. Studi tentang revolusi Prancis ada satu periode yang disebut dengan great fear, ketakutan yang besar yang melahirkan banyak respons di masyarakat yang kemudian melembaga. Lembaga-lembaga tersebut ada sampai hari ini. Apapun sumbernya, orang kemudian menggerakkan memori kolektifnya 56 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan III, Jejak Sejarah Wabah di Bali untuk melembagakan berbagai praktik Mereka melatih orang lokal, kemudian dan pemikiran sehingga menjadi bagian dikirim kembali ke daerah-daerah dari strategi untuk menangani masalah, mereka. Laporan itu juga mengatakan, dalam konteks ini adalah pandemic. ketika orang-orang itu kembali dari Pada tahun 1871 ada wabah cacar di Bali, pelatihan, hasilnya kurang efektif. sebuah laporan yang dimuat di dalam Terjadi salah aplikasi di lapangan dan majalah Belanda yang terbit tahun 1874 menimbulkan masalah baru. Laporan ini mengenai wabah cacar memberitakan mengabarkan dengan detail bagaimana bahwa 15.000 orang meninggal. Jumlah penanganan wabah cacar di Bali. korban terbanyak ada di Gianyar dan Badung. Pemerintah di Batavia begitu Salah satu masalah yang dicatat di terpengaruh oleh laporan itu, kemudian laporan ini adalah soal pemakaman mengirim inspektur kesehatan dari korban. Orang yang melaporkan hal ini Surabaya ke Bali untuk melakukan yakni Inspektur Kesehatan, melihat penelitian. Laporan dari inspektur bahwa jenazah korban di Bali dibiarkan kesehatan ini cukup detail, memuat dalam keadaan terbuka dalam mengenai penyebaran, jenis penyakit beberapa waktu sehingga muncul dan langkah-langkah penanganannya. masalah di lapangan. Dari perspektif Vaksin lalu dikirim. Jembrana yang inspektur kesehatan tersebut, tentu pertama kali terbebas dari wabah itu. ini sangat membahayakan. Karena sesungguhnya jasad harus cepat Pemerintah kolonial berencana untuk dikubur, disingkirkan, tapi di sini justru menempatkan mantri di Buleleng, dibiarkan dalam keadaan terbuka. Bangli, Gianyar, Klungkung, Badung, Kalau saya tidak keliru, Sugi Lanus Tabanan dan seterusnya. Tapi karena menceritakan ada semacam protokol kekurangan vaksin, maka kegiatan di dalam naskah untuk menangani ini tidak bisa jalan. Kurang lebih kita jasad yang meninggal, tapi di lapangan bisa bercermin pada penanganan yang terjadi malah sebaliknya. covid kita saat ini yang mengalami keterbatasan sumber daya, problem Laporan ini sangat rasional, logistik di lapangan, yang membuat menunjukkan cara berpikir barat penanganan terkadang dirasakan tidak dan dibuat dari perspektif organisasi efektif. Respon terhadap wabah cacar modern tentang bagaimana cara pada tahun 1873, ada sejumlah pemuda menangani wabah penyakit. Unsur- dari Bali yang dikirim ke Banyuwangi unsurnya adalah rumah sakit, untuk mendapat pelatihan vaksinisasi. inspektur kesehatan, pemerintah Yayasan Puri Kauhan Ubud 57
dan seterusnya. Seperti sekarang, ketika berhadapan dengan masyarakat pendekatan yang kita gunakan ketika yang punya dinamika sejarah kultural berbicara tentang covid selalu rasional, yang sangat dinamis, dan kuncinya modern, scientific, terorganisasi. adalah memori kolektif itu. Misalnya saja ketentuan untuk menggunakan masker, menjaga jarak Bagian terakhir adalah apa yang dapat dan seterusnya. Tapi masalahnya kita pelajari dari pengalaman sejarah kita lihat di lapangan apakah efektif yang bahkan bisa ditarik 700-800 tahun menghadapi pandemic. yang lalu bagi kita sekarang. Bagi saya, yang pertama bahwa pengalaman Saya tinggal di suatu daerah yang menghadapi pandemi covid-19 ini dan terkategori zona merah, tapi orang penanggulangannya harus menjadi di jalan seolah menunjukkan bahwa bagian dari memori kolektif kita covid tidak ada. Contoh perilakunya sehingga ke depan kita tidak perlu ialah tidak ada kesadaran pakai berdebat tentang lockdown, masker, masker, menjaga jarak, warung buka swab tes dan seterusnya. Jika hal ini seperti biasa, sementara informasi belum menjadi bagian dari memori yang sampai ke masyarakat melalui kolektif, kita menjadi cepat lupa. Bila berbagai saluran media itu tidak pandemi terjadi lagi di masa depan, kita kurang. Hal ini terjadi karena ada akan balik lagi mengulang seluruh siklus masalah dengan memori kolektif itu. Kita akan down to fail, gagal karena sebagian orang yang tidak begitu kuat. tidak belajar dari pengalaman sendiri. Hal itu menyebabkan informasi yang Artinya, dari berbagai macam bahan diterima dianggap sebagai informasi yang tersedia menyangkut sejarah ini, yang boleh diterjemahkan dirinya dari memang harus diperkuat dan ini bukan sudut pandang sendiri, kemudian perkara mudah. mengklaim tidak takut covid. Jadi memori kolektif tidak terbentuk, orang Memang menyangkut data-data tidak menyadari bahwa ini masalah sejarah, akan muncul pertanyaan yang harus dihadapi semua orang. apakah sudah sesuai sains modern, Dengan kata lain, pendekatan modern atau dapat dipertangungjawabkan rasional yang terorganisasi melalui atau tidak. Semua pertanyaan itu pemerintah ternyata punya batas agar dapat dijawab, memang mesti walaupun mungkin secara saintifik memadukan semua pengetahuan. adalah pendekatan yang akurat. Termasuk di dalamnya pengetahuan Kenyataannya pendekatan itu terbatas berbasis pada memori kolektif. 58 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan III, Jejak Sejarah Wabah di Bali Pertama, pengetahuan-pengetahuan tugas covid mengganti juru bicara dalam berbagai bentuk, semisal dengan orang yang lebih muda, orang berbentuk naskah tarian dan banyak lebih memperhatikan orangnya seterusnya, musti dipadukan dengan dan bukan pesannya. Sementara yang sains modern, karena masing- terpenting bagi kita adalah bagaimana masing tidak bisa berdiri sendiri. membuat informasi itu masuk ke Soal bagaimana pengaruhnya di dunia dalam kerangka berpikir masyarakat. medis, tentu masih bisa diperdebatkan. Sesungguhnya ini adalah urusan Menurut saya, itu bisa didiskusikan kebudayaan, ini bukan urusan sains oleh para ahli kesehatan, sedangkan semata-mata. Itu sebabnya, memori saya mendekatinya lebih banyak dari kolektif di dalam upaya menghadapi segi pengorganisasian masyarakat dan pandemi ini sangat penting, karena komunikasi publik. transmisi pengetahuan itu kadang tidak sesuai dengan pola kesadaran Pemahaman yang muncul sekarang masyarakat sehingga tidak sampai. mengenai wabah penyakit masuk Bukan penyampaian informasinya memori kolektif, bisa dilihat mulai yang salah, bukan juga kesadaran dari segi bahasa, perumpamaan, masyarakatnya yang salah, tapi kedua membandingkan dengan periode yang hal ini tidak terhubung. Sehingga terjadi lalu, sehingga melekat dalam benak diskusi yang sangat teknis tentang kita. Cara penyampaian semacam itu penanganan wabah dan masyarakat menjadi sangat penting. Ketika gugus berjalan dengan cara berpikirnya Pemahaman yang muncul sekarang mengenai wabah penyakit masuk memori kolektif, bisa dilihat mulai dari segi bahasa, perumpamaan atau membandingkan dengan periode yang lalu, sehingga melekat dalam benak kita. Yayasan Puri Kauhan Ubud 59
sendiri. Sambungan inilah yang harus ketegangan antara upaya secara kita pertemukan, sehingga informasi rasional untuk menangani wabah sejarah dan kebudayaan dalam masa berhadapan dengan masyarakat yang pandemi menjadi bermanfaat. begitu dinamis. Kedua, mengenai pencegahan. Ketiga, sekarang sudah waktunya Lontar, praktik ritual, bahkan kesenian pendekatan interdisipliner, sudah merupakan respons masyarakat waktunya kita menghilangkan terhadap wabah ini bisa dipelajari kecongkakan yang ada di dalam dalam konteks historis. Jadi bidang-bidang ilmu yang terpisah- asumsinya, kalau benar wabah masuk pisah. Kecongkakan yang selalu di dalam memori kolektif, maka banyak melihat apa yang dilakukannya lontar dan ritual itu sudah menjadi titik lebih penting dari yang lain. Sudah tolak untuk melakukan penanganan. terlalu mewah bagi umat manusia Ini artinya banyak sekali yang bisa menggunakan pembagian disiplin ilmu kita gali, terutama pengetahuan- seperti itu karena pandemi itu sangat pengetahuan yang terbentuk dari multidimensi, tidak bisa diselesaikan masa ke masa mengenai pandemi. dengan satu jenis pengetahuan saja. Hal itu menjadi semacam ensiklopedi Hal lain yang saya kira terkait adalah yang bisa kita gabungkan dengan persoalan tradisi dan modernitas yang pengetahuan sains dan kedokteran sering kali dihadapkan dan menurut modern. Belajar dari catatan sumber saya juga kontraproduktif kalau Belanda, terlihat sekali bagaimana dipertentangkan. Rekomendasi sebagai penutup: perlu ada percepatan studi-studi mengenai naskah, folklor dan lainnya. Sekarang ini, dengan dukungan teknologi digital banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mendukung kegiatan ini. 60 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan III, Jejak Sejarah Wabah di Bali Yayasan Puri Kauhan Ubud 61
04 Pabligbagan IV Mantra, Yantra, Tantra dan Karma di Masa Pandemi
Tanggal/hari Minggu, 5 Juli 2020 Judul Mantra, Yantra, Tantra dan Karma di Masa Pandemi Narasumber ∙ Biksu Bhadra Ruci Sthavira, ∙ Ida Pedanda Gede Nyoman Putra Talikup, ∙ Ida Shri Bhagawan Natha Nawa Wangsa Pemayun Pengantar Diskusi AAGN Ari Dwipayana Moderator Sugi Lanus Biksu Bhadra Ruci Sthavira Kalau kita ditanya soal pandemi covid ini, dari kalangan Hindu-Budha tidak terlalu sulit untuk menjawab. Hindu- Budha memiliki tools, istilah, yang kita kenal semasa kita belajar yakni hukum karma. Dengan itu, kita bisa menjawab masalah covid ini dengan sederhana sekali. Karma adalah Tindakan. Karma lalu memberikan akibat yakni buah karma yang disebut karmaphala. Setiap tindakan yang dilakukan oleh mahluk hidup yang berkesadaran, termasuk binatang, makhluk bhuta kala, akan mendapatkan akibat berupa buah karma. Makhluk hidup melakukan tindakan karena memiliki klesa atau faktor batin. Faktor batin ini ada dua, bajik (khusala) dan tidak bajik (akhusala). Tidak bajik itu maksudnya, jika tindakan itu dilakukan, maka akibat yang diterima akan tidak menyenangkan. Ada pembagian tindakan menjadi dua puluh enam dan sebelas. Sebelas tindakan termasuk 64 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan IV, Mantra, Yantra, Tantra dan Karma di Masa Pandemi yang bajik, dan dua puluh enam itu yang macam, diskusi mengatakan virus itu tidak bajik. mahluk, ada lagi yang mengatakan virus itu bukan mahluk, tetapi itu tidak Dua puluh enam yang tidak bajik itu penting. dikategorikan menjadi dua yakni 6 yang utama, sisanya adalah jabaran. Enam Saat ini yang penting adalah manusia yang utama itu sederhana sekali: yang begitu banyak jumlahnya di kemelekatan, kebencian, kemarahan, bumi ini, menerima akibatnya. Akibat irihati, kebodohan dan ketidaktahuan. ini sebenarnya bukan sesuatu yang Enam ini yang mewarnai batin kita heboh. Kalau dipikir-pikir secara sehingga kita berkarma. Sehari-hari sederhana, akibatnya berupa sakit. kita akan bertemu dengan buah karma Karena bentuknya virus, jadi harus kita. Misalnya hari ini kita makan babi dirawat. Karena virusnya menyebar, guling yang enak, besok makan babi maka orang itu harus diisolasi. Inilah guling yang kurang enak kualitasnya, masalah yang muncul. Pada akhirnya berarti kita menerima buah karma itu. satu bumi yang besar ini menerima Bila dompet kita hilang, motor kita akibat dari buah karma. ditabrak, itu artinya ada karma buruk. Bayangkan kalau banyak manusia Buah karma itu ada tiga, yakni akibat melakukan karma yang mirip dan langsung misalnya karma membunuh. buahnya juga mirip. Karena buah karma Kemudian akibatnya berupa apa yang itu mirip, akhirnya energinya besar kita terima sama dengan apa yang kita bersama-sama dan kita terima buah perbuat. Kalau kita mencelakai orang, matang itu. Jadi, covid itu tidak lain kita akan celaka. Satu lagi adalah karma dan tidak bukan adalah buah karma lingkungan, ini adalah efek terhadap dari manusia secara bersama-sama. lingkungan sekitar kita. Misalnya Tentu buah karma itu berakibat pada belum menemukan obat, sakit belum kita dan pada bumi ini. Sebab, tidak bisa sembuh. Lingkungan sekarang mungkin covid datang out of no where terdampak covid, inilah yang memberi tiba-tiba jatuh dari langit. Itu prosesnya contoh kepada kita bahwa ini adalah pelan, pertama tahun 2019, lalu pelan- buah karma lingkungan. Kita yang pelan merebak. Bahkan ada yang membuat sebab penyakit dan kita akan mengatakan jauh sebelum 2019. Jadi sakit. Jadi hal ini bukan sesuatu yang setelah adanya karma kolektif ini, kita heboh. Beberapa umat datang dan saya menerima akibat karma dalam bentuk menjelaskan bahwa bukan sesuatu virus. Virus ini ada banyak macam- yang besar, sama halnya dengan barang Yayasan Puri Kauhan Ubud 65
ufo, barang planet luar yang kita tidak adik itu harus segera disembuhkan, ketahui dan kita tidak bisa menjawab. atau kakak yang masih sehat jangan Tetapi covid ini sama seperti flu yakni dekat-dekat. Sehari-hari sebenarnya salah satu penyakit. Kalau kita tidak di masyarakat seperti itu. Berawal dari membuat karma membunuh, kita tidak batuk pilek saja sebenarnya sudah akan sakit, kita tidak akan tersakiti dan isolasi, jaga jarak. Tapi karna wabah kita tidak akan mati karna sakit itu. ini efeknya, dampaknya meluas dan merembet ke ekonomi, orang-orang Kita bisa lihat karena wabah ini, ada harus tinggal di rumah, orang-orang yang mati tapi ada juga yang tidak tidak kerja supaya tidak tertular, maka mati. Ada yang kena dan ada yang tidak. masalahnya menjadi semakin besar. Itu artinya, peristiwa ini bukan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Covid Tidak susah sebenarnya untuk menurut pandangan Hindu Dharma, menjelaskan covid. Tidak perlu Budha Dharma, adalah sesuatu yang terlalu jauh sampai ke tantra mudah untuk dijelaskan. Kalau yang untuk menjelaskannya. Kita bisa lain, saya yakin tidak bisa menjelaskan menjelaskannya dengan konsep karena mereka tidak punya tools. sederhana saja. Kita bisa awali dengan Mereka tidak punya filsafat pemahaman menjaga diri seperti konsep keluarga berkaitan dengan hal seperti ini. yang kena flu yang saya sebutkan tadi. Konsepnya sangat sederhana, Setelah kita mengerti bahwa covid ini isolasi mandiri dilakukan agar kita sekedar sakit, sebagai buah karma, bisa selamat dan bisa menyelamatkan hanya saja berefek besar dan luas. Hal orang. Misalkan jika adik yang kena flu ini berefek besar karena ada banyak dalam cerita tadi bermain ke rumah orang. Kalau ada banyak orang, tetangga dalam kondisi flu, maka dia tentu merembet ke efek yang lebih akan membuat tetangga juga ikut sakit. besar. Misalnya dalam satu keluarga, Sesederhana itu. adiknya sakit batuk, flu. Sakit itu akan menular ke kakaknya, ke adiknya yang Covid ini sebenarnya bisa ditangani paling kecil, ke bapaknya, ke ibunya. dengan filsafat timur. Orang Hindu, Penularan itu akan terjadi. Sebenarnya orang Bali, mempunyai satu pelajaran penyakit itu sehari-hari terjadi, namun yang namanya menahan diri dari ada tindakan-tindakan yang penting perbuatan buruk. Dengan menahan dilakukan agar penularannya tidak diri, akhirnya muncul disiplin. Kita meluas. Dalam contoh yang tadi, maka menahan diri dalam lingkungan rumah 66 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan IV, Mantra, Yantra, Tantra dan Karma di Masa Pandemi kita. Menahan diri untuk tidak keluar panik karena mereka tidak bisa makan, dari pagar rumah kita. Menahan diri tidak bisa keluar rumah, dan tidak kerja. sehingga kita belajar untuk disiplin. Menahan diri inilah yang kita sebut Terkait dengan tantra, yantra, mantra, dengan sila, disiplin moral. mandala, itu adalah proses percepatan membebaskan suatu mahluk. Misalnya Contoh sila misalnya, Biksu dan saya memiliki karma untuk terkena Pedanda memiliki sila-sila yang tidak covid minggu depan, bisa jadi saya boleh dilanggar. Jika dilanggar, maka akan sakit dan mati. Berarti ada potensi tidak lagi disebut Biksu, Pedanda, buah karma. Oleh sebab itu, potensi sulinggih, umat awam juga punya sila buah karma ini harus saya bersihkan yang tidak boleh dilanggar. Contohnya supaya tidak berbuah pada diri saya. sehari-hari kita diajarkan tidak boleh Teknik-teknik itu disebut dengan mencuri, tidak boleh membunuh, tidak purifikasi untuk membersihkan karma boleh berzina. Aturan-aturan itu adalah kita. Lalu sebenarnya buah karma itu bentuk pagar rumah. Jika itu dilanggar berada di mana atau disimpannya di maka kita akan dianggap orang bebas. mana? Disimpan di setiap simpul- Selama kita berada dalam lingkungan simpul saluran angin kita, itu yang pagar, disiplin, menahan diri supaya disebut dengan simpul-simpul cakra. tidak berbuat kita masih berada dalam sila, dalam disiplin moral. Jika simpul-simpul cakra itu dibersihkan dari karma, berarti saya Bali menjadi salah satu tempat yang tidak akan terkena karma sakit aman dari Covid untuk saat ini karena dan mati. Pemerintah setiap hari satu pulau ini mengerti bahwa dia harus di setiap banjar, menginformasikan menahan diri, harus disiplin terhadap bahwa sekarang Indonesia sedang sumpah, terhadap sila. Selain itu juga terkena masalah covid. Oleh karena itu menahan diri dari karma. Apakah dianjurkan untuk menjaga kesehatan, karma ini mempengaruhi kita? Kita bisa ikuti protokol kebersihan, berjemur melihat dari berbagai bentuk-bentuk di bawah matahari dan berolahraga. peristiwa, misalnya yang sedang naik Yoga adalah salah satu bentuk pesawat terbang tiba-tiba kecelakaan. olahraga. Yoga dapat membuka cakra, Dari kecelakaan itu ada yang mati dan membersihkan cakra dari karma. ada yang hidup. Itu terjadi karena karma Misalnya, agar kita tidak kena siklus mati mereka atau waktu mati mereka samsara atau reinkarnasi, berarti belum tiba. Sesungguhnya masyarakat penyebab karma buruk dan karma baik Yayasan Puri Kauhan Ubud 67
mesti dihilangkan, maka diajarkanlah yoga. Kalau berlatih yoga setiap hari, simpul- simpul cakra dibersihkan, karma- karma dibersihkan, berarti kita tidak punya lagi buah karma yang akan kita petik. Dengan tidak ada lagi buah karma yang kita petik, berarti kita tidak mengalami samsara. Kalau kita tidak mengalami samsara, berarti kita tidak sakit, sesederhana itu. Karena sederhana sekali, masyarakat juga menginginkan pemikiran yang sederhana. Misalnya, jika mereka bertanya kepada para Bhagawan, Pedanda, para Wiku bahwa mereka sibuk tidak bisa melakukan yoga, apakah ada cara-cara yang bisa melindungi? Yantra, mantra dan sebagainya merupakan bentuk atau cara lain yang bisa dipakai untuk melindungi karma. Yantra dan Mantra itu diciptakan atau diambil dari istadewata untuk membentuk energi. Saat kita menerima abhiseka tertentu, juga akan membentuk energi besar atau energi positif lain yang akan melindungi kita dari penyakit. Jadi untuk Covid, tidak terlalu susah untuk dimaknai, kita perlu disiplin, perlu sila, perlu moalitas utnuk menjaga sumpah. Kita butuh mengerti hukum karma, kemudian prosesnya kita latih dengan serius. Latihlah jalan moksa dan 68 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan IV, Mantra, Yantra, Tantra dan Karma di Masa Pandemi yoga dengan serius. Kita tidak boleh berlama-lama dalam jalan samsara. Kita perlu memupuk sebab-sebab atau cara-cara untuk moksa. Jadi jika sudah tiba waktunya, kita tidak kesulitan untuk moksa. Setiap orang, penting untuk berpikir moksa, karena hidup di samsara ini segala hal tidak menyenangkan. Kalau boleh jujur, sebagai seorang pengajar, saya senang mengatakan satu kalimat: “Saya berterima kasih kepada Covid karena memberikan kesempatan kepada umat manusia untuk melihat kembali ke dalam diri, menyelam ke dalam batin dan memperbaiki batinnya. Ketika Covid itu muncul, kita sama- sama mengalami satu hari besar yaitu Nyepi. Tapi karena Nyepi hanya sehari, tentu tidak cukup. Coba saja Nyepi dilakukan 14 hari atau sebulan, bukan saja akan membawa Bali bebas dari Covid, tapi makin banyak orang akan moksa. Yayasan Puri Kauhan Ubud 69
Ida Pedanda Gede Nyoman Putra Talikup Pertama-tama saya akan menyampaikan pemahaman saya terhadap tema kali ini, karena setiap orang memaknainya berbeda. Berdasarkan itu, saya mencoba menjelaskan ide dasar budaya Bali dan kaitannya dengan kehidupan, khususnya di masa pandemi. Setelah itu, saya membahas sedikit pemahaman saya tentang yantra, mantra dan tantra. Selanjutnya saya akan membahas tentang karma di masa pandemi. Pabligbagan kali ini, kita akan mebahas yantra, mantra, tantra dan karma di masa pandemi ini. Karma bersifat horizontal sedangkan yantra, mantra, tantra bersifat vertikal. Dasar utama budaya Bali atau agama Hindu yang berkembang di Bali adalah keseimbangan dan siklus. Kita harus mempercayai bahwa apapun di dunia ini, harus kita pandang sebagai suatu keseimbangan dan siklus yang sangat khusus. Keseimbangan di sini bukanlah keseimbangan yang bersifat statis tetapi keseimbangan yang dinamis. Keseimbangan yang saya maksud adalah kesimbangan yang bergerak. Karna geraklah yang menimbulkan energi, dan energi inilah yang memberikan kehidupan. Salah satu contoh konsep keseimbangan yang ada di Bali adalah rwa bineda. Rwa bineda ialah dua hal yang berbeda tapi tidak saling meniadakan, justru saling mengisi. Adanya hal yang satu, diakibatkan oleh hal yang lainnya. Konsep keseimbangan yang lain ialah aksara Ing dan Yang. Kedua aksara ini ada dalam Dasaksara yakni Sang, Bang, Tang, Yang, Ing, Nang, Mang, Sing, Wang. Semua 70 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan IV, Mantra, Yantra, Tantra dan Karma di Masa Pandemi aksara itu memenuhi penjuru mata bermaksud menyatakan bahwa segala angin, dan yang berada di tengah sesuatu yang diciptakan, pasti dia adalah Ing dan Yang. Itulah salah satu akan hidup, dan pada suatu waktu akan konsep keseimbangan yang harus kita punah. Hukum kekekalan energi pun jaga. Tentunya sebagai keseimbangan kemungkinan ada kaitannya dengan dinamis yang menghasilkan energi. konsep ini. Contoh lainnya adalah Konsep keseimbangan selanjutnya pemujaan leluhur, kepercayaan atau adalah purusa dan pradana. Keduanya praktik yang diadakan oleh umat Hindu saling melengkapi. Tanpa adanya di dalam melaksanakan kegiatan- purusa, pradana tidak bisa bekerja. kegiatan hidupnya. Begitu pula sebaliknya, tanpa adanya pradana, purusa pun tidak bisa bekerja. Yantra menurut umat Hindu di Bali Inilah konsep keseimbangan budaya adalah simbol-simbol. Salah satunya yang ada dalam ajaran Hindu di Bali. Di adalah upakara bebantenan atau dalam bangunan-bangunan di Bali ada bangunan-bangunan yang disebut Padmasana, di bawahnya ada bedawang dengan pradana. Yantra tidak akan kemudian ada naga. Bedawang ini yang berfungsi jika tidak dilengkapi dengan akan membuat dinamis, sedangkan mantra. Dari kedua inilah akan timbul naga yang akan membuatnya tantra atau kekuatan untuk mencapai seimbang. Nah inilah konsep-konsep sesuatu. Yantra, mantra, tantra dapat yang dapat kita pakai untuk memahami menimbulkan kekuatan tetapi ada bagaimana kehidupan ini termasuk dua syarat lain yang harus dipenuhi Covid-19. yaitu ketulusan dan pengendalian diri. Kalau kita tidak tulus, yantra, mantra Siklus adalah proses yang selalu dan tantra ini tidak akan menghasilkan bergerak. Tanpa gerak tidak akan kekuatan yang optimal. Sedangkan ada energi. Contoh-contohnya ialah pengendalian ini, kita kenal dengan hukum karma atau karmaphala pengendalian terhadap sadripu. sebagai salah satu kepercayaan umat Hindu di Bali. Selain karmaphala juga Karma adalah perbuatan yang juga ada siklus reinkarnasi, yakni siklus mengandung konsep kesiklusan. untuk memahami bahwa pandemi ini Artinya, mengandung kontinuitas merupakan bagian dari sistem yang suatu kejadian. Sehingga apa yang kita sudah ada. Siklus lainnya, juga dimuat dapatkan pada masa kini, yang disebut dalam konsep tiga serangkai yakni dengan prerabda karma adalah akibat Upeti, Sthiti dan Pralina. Siklus ini dari masa lalu (sancita karma). Apa Yayasan Puri Kauhan Ubud 71
yang ada di masa kini akan dinikmati hal-hal yang sederhana seperti orang di masa nanti (kriyamana karma). Hal kebanyakan. Ada beberapa tools yang ini adalah siklus yang tidak dapat kita miliki, semisal tattwam asi, tri dihindari termasuk kejadian-kejadian kaya parisuddha, catur guru dan panca saat ini. Kalau dikaitkan dengan konsep sraddha. keseimbangan, karma ini juga dilihat karma untuk diri sendiri dan karma Tattwam asi mengajarkan kepada kepada orang lain. kita bahwa lakukanlah ini dengan sederhana. Apa yang kita lakukan Itulah konsep secara umum yang dapat akan berpengaruh kepada orang saya sampaikan, yang pada dasarnya lain. Contohnya himbauan memakai adalah bagaimana kita menghadapi masker. Kita mesti melakukan saja Covid. Intinya adalah bahwa apa yang tatwam asi. Tri Kaya Parisudha, bisa terjadi adalah suatu kestabilan, dan dilakukan dengan mulai berpikir yang kestabilan ini tidak bersifat diam, baik, berkata yang baik dan berbuat dia akan mencari keseimbangan yang baik. Jangan memperkeruh yang baru. Barangkali, Covid ini suasana. Hal-hal inilah yang harus kita adalah sesuatu untuk mencapai lakukan. Sebenarnya sudah lumrah keseimbangan yang baru, sehingga dilakukan dalam kehidupan sehari- terjadi tatanan yang baru. Kita sebagai hari. Kemudian yang ketiga adalah umat beragama tentunya melihat hal Catur Guru, kadang-kadang kita masih ini sebagai sesuatu hal yang positif, tidak mau mengikuti yang mengatur jangan sampai kita merasa terbebani. kita. Terakhir adalah pancasradha, ‘Bekerjalah dan jangan tidak bekerja, kepercayaan atau keimanan umat lakukanlah kerjamu sesuai dengan apa Hindu tentang adanya Tuhan, kemudian yang menjadi kewajibanmu’. Kalau tidak atma dan sebagainya. bekerja, malah itu sesuatu yang salah. Kemudian saya menggambarkan setiap Di masa wabah ini, apa sebenarnya yang kejadian manusia dalam bentuk kurva bisa dilakukan oleh kita semua untuk distribusi normal (bell curve). Ada orang menghadapi wabah ini? Sebenarnya yang awam sekian persen, ada yang tools-nya sudah ada, kita tidak perlu ahli sekian persen. Posisi kita sebagai mencari jauh-jauh. Di sekitar kita orang awam kurang lebih berada pada juga sudah cukup banyak, tinggal kita posisi yang biasa-biasa saja, paling menyadari adanya tools itu dan kita tidak kita bisa bekerja pada bagian ini. gunakan. Tools ini adalah melakukan Hal-hal yang sifatnya sederhana tetapi 72 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan IV, Mantra, Yantra, Tantra dan Karma di Masa Pandemi berakibat sangat luar biasa. Lakukanlah dan lain-lainya. Nah dari konsep itulah hal-hal seperti yang sudah dijelaskan kita berharap dapat menemukan seperti tatwam asi, trikaya parisudha solusi-solusi. Yayasan Puri Kauhan Ubud 73
Ida Shri Bhagawan Natha Nawa Wangsa Pemayun Setiap bencana pasti ada rencana. Mungkin itulah yang sedang terjadi sekarang ini. Sejak peradaban Bali kuno, termasuk zaman Kediri, bencana kita tafsir sebagai sebuah proses menuju era baru. Karna cita-cita pemimpin Bali menuju Bali era baru, mungkin Tuhan memberikan jalan pengendalian, dengan munculnya virus Covid-19. Berkaitan dengan Yantra, Mantra dan tantra, dalam puja ada yang disebut Catur Gopta Dharma. Catur Gopta Dharma adalah empat landasan dharma yang harus kita jalankan sebagai seorang adhikari atau seorang yang memberikan diksa-diksa bija mantra kepada anak-anak kita. Tujuannya adalah agar mendapatkan benih-benih paripurna yang disebut dengan mantram sidhi. Empat landasan dharma itu adalah tantra, yantra, mudra, dan mantra. Tantra adalah hubungan geometris kekuatan manusia dengan maha adhi kodrati yaitu jagat semesta ini. Maka ada istilah bhuana agung dan bhuana alit. Dalam sloka serat dharma kauripan disebut: riheneng ikang jagat tibralit mahning aho, langit ati sunia jnana raya riwekasan umibeki tang rat tuduhana dleha riyawaknia masuka ikang jagat. Pada saat diri manusia tenang dan damai, alam pun akan memberikan kita ketenangan, kenyamanan dan kedamaian. 74 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan IV, Mantra, Yantra, Tantra dan Karma di Masa Pandemi Langit adalah gambaran dari jiwa- Sehingga butha hita, kingkara butha, jiwa. Jiwa-jiwa itu akan lahir di badan sasab merana, kremi, semua gelisah yang paripurna sehingga alam menjadi hidupnya sehingga naik menjadi sasab tenang dan melahirkan udara segar merana. Itulah yang mengakibatkan yang kita hirup bersama. Melahirkan gering agung Covid-19. Menyebabkan manusia-manusia yang bersifat grubug, menyebabkan kematian kedewataan. bagi hewan-hewan dan tumbuhan. Apa yang kita makan pada zaman Umibeki tang rat tuduhana, artinya sekarang, semua berisi merana orang-orang akan menemukan atau virus sehingga umur manusia kehidupan yang sejati. Riyawaknia sekarang pendek. Manusia tidak bisa mahasih ikang jagat, diri kita akan bertahan lama. Sekarang manusia dijaga oleh semesta. bisa daya pikirnya, daya ingatnya, daya bayunya sudah sirna karena tidak ada Inilah tantra yang menjadi dasar suluh keseimbangan. Tantra sudah tidak di semesta ini. Karena leluhur kita mampu menguatkan adi kodrati sakti percaya adanya jagat semesta berasal manusia dan alam semesta. dari suwung-suwung. Awal peradaban manusia menyembah gunung, puncak, Tantrayana, pada zaman kerajaan danau, segara dan lain sebagainya. Kediri, utamanya tokoh yang kita kenal Itulah konsep tantra sehingga akhirnya adalah Nateng Dirah. Bagaimana beliau mengadopsi kekuatan jagat semesta ini membuat pageblug seperti kejadian masuk ke dalam diri kita sendiri. Apa yang Covid. Bagaimana Nateng Girah bisa ada dalam jagat semesta, ada di dalam kita saksikan sekarang serat Calon jagat kita. Apabila manusia mampu Arang. Bagaimana Mpu Bradah atau menjaga keseimbangan diri, alam pun Hyang Bharadah sebagai pemegang mampu menjaga keseimbangannya. Wajrayana. Wajrayana ialah perpaduan Manusia sekarang tidak mampu antara Budha Mahayana dengan Hindu menjaga keseimbangan diri sehingga mazab Wisnu menjadi sebuah konsep alam pun menjadi tidak seimbang. ke-Tuhanan. Beliau di sana membuat Kalacakra Tantrayana. Cakra itu Wisnu, Sebagai contoh, di bumi ini, di sapta pemutaran kala dalam konsep Tantra patala ini, sudah tidak ada kehidupan itu sendiri. Beliau lama bermeditasi yang bisa bertahan. Karena Agninya di lemahing setra atau di kuburan, ditarik, gas ditarik, minyak ditarik, akhirnya beliau mendapatkan anugrah batubara ditarik, semua ditarik. dari Kalika atau Mahakali untuk bisa Yayasan Puri Kauhan Ubud 75
meredam pengaruh pageblug atau disebut dengan usada, dan madyamika sejenis Covid agar tidak menyebar ke atau jalan tengah. Melalui jalan tengah seluruh kerajaan Kahuripan. inilah, Hyang Bradah mengajarkan wija- wija aksara dari kata eka aksara, lalu Dari sanalah kemudian muncul konsep muncul tiga aksara. Tiga aksara itu Yantra. Dari tantra bergerak ke yantra. dalam mantra-mantra disebut dengan Yantra yaitu simbol. Bagaimana simbol tri aksara. Selanjutnya empat mantram, peradaban awal terjadi istilah cecek. dua puluh mantram, kemudian lebih Cecek itu sebagai lambang banten dari dua puluh mantram. Mantram yang Saraswati. Banten itu diurai dalam lebih dari dua puluh inilah yang mampu bentuk cecek atau titik. Kenapa cecek menghilangkan mala. dijadikan lambang Saraswati atau ilmu pengetahuan? Karena dia berbentuk Sekarang Shri Bagawan akan windu, yakni bentuk bulatan. Inilah menjelaskan mantra ini, karena dipakai yang disebut dengan Sangkan Paraning untuk membantu menangani Covid-19. Numadi. Tidak pernah terputus, lahir, Mantra inilah yang digunakan untuk hidup, mati. membantu Bapak Gubernur --karena Shri Bagawan sebagai bagawanta beliau Di situlah Hyang Bradah membuat -- dan seluruh krama Bali. Tentu saja kesimpulan bagaimana memutar cakra, yang mengikuti proses-proses dari Kalacakra tantra ini untuk bisa meredam 23 Februari sebelum Covid muncul, wabah yang ada. Karena wabah muncul berusaha membuat upacara yang dari mala manusia, sehingga perlu disebut dengan neduh jagat, nyomia dasa samskara (penyucian). Dari pergerakan butha bumi di Besakih. Sebenarnya pada simbol atau yantra, muncullah simbol waktu itu belum diumumkan Covid. Para bulatan (cecek), segitiga, segi enam, tamu dari Korea dan China masih banyak segi empat, segi delapan atau padma di Bali. Kemudian 23 Maret setelah Covid dan simbol metrik-metrik garis yang resmi diumumkan, kita coba nunas tidak beraturan. Kemudian dari sana, tirta di Puncak Tohlangkir bertepatan Sang Hyang Widh Wasa memunculkan dengan taur agung kasanga. Sehingga konsep Big Bang pertama yaitu Om dari tirta ini tersebar ke seluruh wilayah kata Ong Kara, perputaran kehidupan. Bali agar terhindar dari Covid-19. Lalu Di dalam Ongkara itulah tantra ada tiga yang terakhir, kita mencoba membuat hal. Tantra itu dipahami di kiri, di kanan, sad kerthi sedana, ada di pangulun dan di tengah. Jadi ilmu black magic setra, pangulun danu, di panguluning atau disebut dengan kiwa, dan tengen segara Bali untuk nyengker Bali. Hal itu 76 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan IV, Mantra, Yantra, Tantra dan Karma di Masa Pandemi dilakukan demi jagat Bali karena di Jawa itu memiliki hubungan yang begitu erat Timur Covid semakin ganas. Agar Covid dengan sang adi kodrati. Dalam konsep tidak ke Bali, kita mencoba membuat mantra ada sepuluh atau lebih mantra upacara dari gigir manuk sampai ke yang disebut dengan mala mantram. Panegil Dharma, sampai ke Pura Gambur Pada saat mala mantram diucapkan, Anglayang. mala bisa dihilangkan. Di sinilah peran sulinggih atau wiku agar mengetahui Mantram dapat dijelaskan berasal dari konsep tantra, yantra, mudra dan mantra. kata man dan tra. Di mana Bhagawan Manu sebagai orang pertama Mudra ialah sebuah konsep tarian, yang mendapat mantra dari Sang atau gerakan ritmis alam semesta, Hyang Narayana. Mantra juga dapat getaran-getaran alam semesta harus diterjemahkan berasal dari kata manah digetarkan. Jika alam semesta tidak dan trana. Manahnya dari Sang Hyang digetarkan, tidak akan mengeluarkan Widhi, dan trana untuk membebaskan energi.Olehkarenaitulahmudrasebagai unsur-unsur pikiran di dalam diri tarian Siwa Nataraja, Wimalacatra, manusia. Apabila manusia mampu Durgabarali dan sebagainya. Tarian- membebaskan diri dari keterikatan tarian ini ditarikan oleh seorang pikiran dan menarik ke dalam hati, pemuja, seorang praktisi tantrik untuk maka manusia bisa membebaskan memancing gerakan alam yang lebih diri dari mala. Mantra ini juga disebut sempurna. Kalau kita gunakan mantra dengan man dan traya. Artinya dalam konsep keseluruhannya, kita bagaimana mantra ini mengikat suku- mengenal istilah mantram tantrika. suku kata dari eka mantra, dwi mantra Mantram tantrika ialah wija atau bibit- dan seterusnya menjadi sebuah ikatan bibit yang disebarkan ke seluruh sehingga memunculkan kedewataan- kehidupan, sehingga kehidupan kedewataan. Sehingga tali kasih ikatan menerima getaran mantra. Mantra ini menyebabkan alam semesta dan tantrika adalah saripati mantra. manusia memiliki ikatan kasih sayang. Contohnya: Hrang Hring Sah, Om Nama Siwaya, sebagai wija mantra. Selain itu, mantra juga disebut berasal dari kata manana dan tresna. Manana Kedua, ada yang disebut dengan nitya adalah hubungan yang holistic, mantra yaitu pembagian mantra yang hubungan yang integral, hubungan terdiri dari suku kata. Bila mantra yang menyatu dengan sumber-sumber terdiri dari satu suku kata disebut dari mantra itu sendiri. Sehingga manusia dengan inta, empat suku kata disebut Yayasan Puri Kauhan Ubud 77
wicaksara, sepuluh kata disebut dengan belakang kita sebagai prana. Jalur mantra dan lebih dari sepuluh suku kata Ida terletak di sahasra atau di kepala disebut dengan mala. Mala inilah yang dan pinggala terletak di mata ketiga. harus digunakan untuk menangkal, Sehingga getaran rasa, getaran untuk meminimalkan pengaruh Covid-19 pengelihatan alam gaib dan perasaan sehingga bisa kita hindari. Orang cemas, manusia lebih tajam untuk menjaga khawatir, penuh iri dengki, penuh dirinya. Inilah pertemuan ida, pingala di kekerasan, kebencian, yang mungkin sumsuna yang membuat bayu halus. merusak situasi ini, mereka yang ragu- ragu inilah yang bisa terpengaruh oleh Dalam diri manusia ada yang disebut Covid-19. ekadasi bayu atau sebelas bayu. Di antaranya sepuluh bayu disebut Salah satu yang harus kita lakukan untuk dengan dasabayu dan satu bayu halus. menghindari pengaruh gering agung Manusia lupa dengan bayu halus karena Covid-19 ini adalah dengan ketenangan memiliki kekuatan mahadahsyat jiwa. Dengan mengucapkan wija aksara untuk menghadapi segala macam mantra dan bagi pelaksana upacara kita mala dalam kehidupan ini. Inilah harus menggunakan mantra yang lebih yang perlu dipahami, bahwa praktisi dari dua puluh suku kata. Baru tadi pagi, tantra sangat menguntungkan bagi Shri Bhagawan mapuja di Bale Gajah Pura kehidupan manusia. Sehingga seluruh Agung Besakih. Melakukan puja mapahayu agama bergerak masuk ke dalam tantra jagat, karena setelah Pagerwesi nanti Bali dengan memakai simbol-simbol yantra akan dibuka secara nasional, sehingga seperti titik, bulan, bintang. pengusaha di Bali bisa bernapas. Keempat disebut dengan kawaca Ketiga adalah srota mantra, yakni mantra. Kawaca mantra ialah mantra sebuah mantra dalam tantra srota yang yang digunakan untuk perlindungan dari mengatur tentang tiga energi manusia berbagai rintangan. Jadi dalam kawaca yang bersumber pada sumsuna, ida dan mantra ini kita bisa memberikan doa pinggala. Inilah konsep yoga, kalau di pengobatan, doa kemakmuran kepada Bali disebut sandi, yaitu menyatunya orang, dengan merapal laksmi puja, sri kekuatan manusia dengan kekuatan puja dan lain sebagainya. Inilah kawaca alam semesta. Srota-srota mantra inilah mantra untuk melindungi orang-orang yang harus sering diucapkan sehingga yang tidak siap. Karena tidak semua menarik kekuatan sumsuna dalam diri orang mampu menguncarkan mantra. kita. Sumsumna terletak di tulang ekor Seorang Dwijati, seorang Sulinggih, 78 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan IV, Mantra, Yantra, Tantra dan Karma di Masa Pandemi seorang Bante harus memiliki kawaca disomya menjadi dewa, sehingga getaran mantra untuk melindungi seluruh bhuta dapat ditarik dan disomya dan kehidupan. Inilah kewajiban kita dikembalikan ke alam sebenarnya. sebagai seorang guru loka untuk putra- putra kita, untuk kehidupan agar bisa Kelima disebut dengan adyatmika menerima sedikit keteduhan. mantra, yaitu mantra yang digunakan untuk rohani dan untuk menghilangkan Kawaca mantra, memang agak sulit kekotoran rohani seseorang. Tujuannya dihapalkan karena memang harus adalah untuk mempertajam pikiran atau memusatkan pikiran, harus panguleng indriya seseorang, sehingga memiliki kayun, suleng dewa. Itu sebabnya di kepekaan untuk mengatur indriyanya dalam konsep mantra disebut amuja dan dapat hidup berdampingan dengan pwa sira maring granasika, yakni pada damai. Keenam, disebut dengan adyatma saat diri kita memuja mata kita berada di mantra, yaitu gabungan citta sraya dalam ujung hidung. Seorang sulinggih dwijati proses upacara ngaskara atau ngaben. tidak boleh menguncarkan mantra Hal ini kembali lagi kepada karma, bahwa membaca, itu namanya memutru tidak setiap manusia memiliki karma sehingga mantra tidak akan sidhi. yang sama sehingga seorang sulinggih Ketidaksiddhian itu disebabkan karna memiliki kewajiban untuk menyucikan panguleng kayun ada pada teks, bukan atman agar dapat berjalan dengan baik pada dewa, bukan pada wujud dewata ke alam swarga. Untuk itu kita harus yang dipuja. Dalam kawaca mantra, mampu mengucapkan adyatma mantra seorang wiku yang disebut dengan sehingga manusia yang meninggal bisa catur paramitha ambeking wiku luwih bersih kembali, tidak membawa penyakit ada empat golongan wiku yang mampu lagi. Seperti contoh misalnya pada saat mengucapkan kawaca mantra. manusia meninggal kena kanker, maka pada saat upacara, pada saat sulinggih Pertama, selalu mengucapkan memisahkan atman dari badan, sulinggih itu dapat melihat pada saat jam 00.00. kebenaran. Kedua, mampu Pada saat itu, atma seperti dikerumuni gadgad atau virus. Virus inilah yang menyejukkan dan meneduhkan serta dibersihkan oleh sulinggih dengan mantra yang disebut dengan citta mantra, hradaya memberikan harapan kebahagian mantra, jnana mantra. Sehingga atman itu mampu malinggih ring kajang sehingga kepada seluruh kehidupan. Ketiga, dapat lepas dan tidak membawa penyakit. mampu menentramkan desa. Keempat, adalah paroksa, yaitu mantra yang digunakan pada saat upacara bhuta hita. Bagaimana bhuta diangkat atau Yayasan Puri Kauhan Ubud 79
05 Pabligbagan V Mapitulung (Saling Bantu) di Masa Pandemi
Tanggal/hari Sabtu, 12 Juli 2020 Judul Mapitulung (Saling Bantu) di Masa Pandemi Narasumber ∙ Sulastama Raharja (Penggerak Canthelan dan Ikhlaskan) ∙ Tjokorda Raka Kertyasha (Bendesa Adat Ubud) ∙ Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) ∙ Ida Bagus Mandara Brasika (Penggerak Desaku) Sulastama Raharja KAGAMA Canthelan Gerakan ini berakar dari gerakan-gerakan yang kecil sampai akhirnya bisa mencakup sekitar 23 Provinsi, dengan 123 lokasi per hari ini. Ada beberapa hal yang penting untuk diketahui berkenaan dengan gerakan ini. Dimulai dari latar belakang, tujuan, keuangan dan donasi, dan solusi yang dihadapi. Di samping itu, yang penting diketahui pula adalah distribusi. Bali termasuk salah satu yang bisa tumbuh dengan alokasi dana yang minim. Pengembangan canthelan ada beberapa varian setelah berjalan sekitar 2 bulan. AksikemanusiaanKAGAMAyangdilakukanselamapandemi ada beberapa macam. Gerakan ini merupakan kerja sosial. Gerakan ini dimulai dari penggalangan dana melalui FB (facebook) dan WA (whatsapp). Program KAGAMA ada yang berupa pembuatan handsanitizer dan distribusi alat pelindung diri. Alat pelindung diri didistribusikan ke sekitar 82 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan V, Mapitulung (Saling Bantu) di masa Pandemi 220 Rumah Sakit, Puskesmas serta ini berbiaya rendah, kita memberikan Gugus Tugas di 34 Provinsi di seluruh dana stimulus antara lima ratus ribu Indonesia. Di samping itu KAGAMA sampai dengan satu setengah juta juga memiliki program canthelan dan rupiah setiap lokasi. Gerakan ini mudah urban farming. KAGAMA juga membuat diduplikasi, dan saat ini masyarakat program konsultasi online dan sharing sudah ada yang menduplikasi. Salah pengetahuan-pengetahuan. Kegiatan satunya itu PP Aisyah, lokasinya ada di itu dilakukan setiap dua minggu sekali, 30 Kabupaten termasuk di Denpasar salah satunya melakukan webinar dan di Gianyar. untuk para pelaku canthelan di seluruh Indonesia. Prinsip canthelan adalah partisipasi, jadi siapa pun bisa mengambil dan siapa pun Latar belakang gerakan ini adalah misi bisa berdonasi. Gerakan ini menyisir yang kemanusiaan. Program-program yang membutuhkan, karena kadang ada yang dilakukan yaitu ketahanan pangan dan membutuhkan tapi tidak terjangkau oleh urban farming. Hal ini dilakukan karena sistem administrasi yang ada. Tentu saja masyarakat yang terdampak Covid gerakan ini sekaligus menggerakkan membutuhkan makanan. perekonomian setempat, karena membeli bahan makanan dari sekitar Canthelan berasal dari bahasa Jawa, lokasi itu sendiri. Tujuan canthelan yang artinya digantungkan. Gerakan adalah sebagai pengabdian anggota ini ialah berbagi makanan dengan cara KAGAMA dengan berbagi pangan. digantungkan menggunakan bahan dari Mestimulasi warga untuk berperan sekitar lokasi warga, sehingga warga serta dalam berbagi pangan. yang membutuhkan bisa mengambil Menggerakkan perekonomian warga. Di dan warga yang ingin membantu bisa samping itu juga memberikan edukasi meletakkan di tempat yang sama. kepada masyarakat tentang Covid-19. Tujuannya untuk menjaga ketahanan Misalnya, pada saat mereka mengambil pangan dan keterjangkauan pangan. Di canthelan, mereka diajarkan bagaimana samping itu juga untuk meningkatkan mencuci tangan, menggunakan masker, solidaritas sosial, sehingga yang melakukan physical distancing dan membutuhkan bisa mengambil dan mengembangkan aspek pembelajaran. yang merasa mampu bisa membagikan. Aktivitas yang dilakukan oleh KAGAMA Gerakan ini pertama kali diinisiasi pada canthelan ialah penggalangan dana, tanggal 4 Mei di Sleman. Canthelan karena kita tidak punya dana. Setelah Yayasan Puri Kauhan Ubud 83
dana itu terkumpul, lalu didistribusikan keterbatasan dana, KAGAMA sebagai stimulan. Distribusi itu dilakukan menggandeng mitra yakni kehutanan dengan mengkoordinir relawan dari Kalimantan Selatan, Kalimantan canthelan, utamanya adalah alumni Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat UGM. Kami juga memotivasi tumbuhnya dan Riau. canthelan di berbagai wilayah. Dimulai dari Yogyakarta pada tanggal 4 Mei, Kami juga bekerjasama dengan Pengda mengedukasi masyarakat tentang dan Pengcab Kagama. Gerakan ini Covid-19, mempublikasikan praktik- sekaligus mengaktifkan jejaring praktik pencanthelan yang dilakukan KAGAMA, salah satunya SMANSA Care oleh relawan, melaporkan kepada para Salatiga. Donatur juga berasal dari PT donator. Pelaporan biasanya lakukan di Jasa Armada Tbk, berupa uang tunai Facebook maupun di website kagama.id. yang cukup besar. Selain itu, ada juga donasi dari BORNGA Yogyakarta. Donasi Isi canthelan di rancangan awalnya juga datang dari Alumni UGM, KAGAMA sekitar Rp 10.000 sampai Rp 15.000. Komunitas. Donasi yang paling besar, Isi itu diperkirakan cukup untuk makan justru datang dari masyarakat. Sumber satu keluarga dengan 4 orang dan dana yang berasal dari berbagai sumber dengan makanan yang bergizi. Awalnya ini menyebabkan KAGAMA Canthelan isi canthelan adalah bahan masakan bisa mandiri. Sponsor juga didapat mentah seperti sayuran, buah dan dari Bank Kalteng dan BSM Mandiri sebagainya, tapi ada yang memodifikasi Pekanbaru. dengan masakan matang seperti soto, mie ayam, biskuit, susu, ayam goreng, Program canthelan ini tentu memiliki dan sebagainya. kelebihan. Kelebihannya misalkan, saat menginisiasi, kita memiliki uang Tentang keuangan dan donasi, biaya 30 juta, kalau dibagi ke 10 Provinsi, kita yang dibutuhkan cukup rendah. hanya dapat 3 juta dan sekali dibagikan Pemasukannya sekitar 85 juta, habis. Itu sebabnya kita menduplikasi sedangkan pengeluarannya sekitar program canthelan ini yang digerakkan 80 juta untuk sekitar 120 lokasi. Di secara mudah. Gerakan ini dilakukan Jawa Tengah dan sekitarnya semisal oleh unpaid employee, modal awal tidak Yogyakarta, stimulus untuk 1 lokasi besar sekitar Rp. 500 ribu. Menyertakan sekitar Rp. 500.000. Sementara di bahan pangan yang tidak awet tapi luar Jawa, kecuali Bali, stimulusnya bernilai gizi. Memfasilitasi masyarakat sekitar satu setengah juta. Karena yang akan berdonasi. 84 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan V, Mapitulung (Saling Bantu) di masa Pandemi Kita tidak terpikir bahwa masyarakat dapat berdonasi dengan hasil buminya, dengan kebun sayurnya dan sebagainya. Konflik yang terjadi juga relatif kecil karena nilai yang tidak besar dan tidak memerlukan administrasi yang berbelit-belit. Pengalaman batin dan kegembiraan bagi penggiatnya. Kelebihan dari program ini juga menjaga solidaritas dan kepedulian tetangga. Kita tidak terpikir bahwa masyarakat jadwal pengambilan atau menyerahkan dapat berdonasi dengan hasil buminya, langsung ke yang membutuhkan. Dana dengan kebun sayurnya dan sebagainya. awal yang terbatas juga merupakan Konflik yang terjadi juga relatif kecil salah satu kendala. Kendala ini karena nilai yang tidak besar dan tidak beruntungnya dapat diselesaikan memerlukan administrasi yang berbelit- karena ada donatur, sponsorship dan belit. Pengalaman batin dan kegembiraan usaha dana lainnya. bagi penggiatnya. Kelebihan dari program ini juga menjaga solidaritas dan Distribusi dilakukan di 23 Provinsi 123 kepedulian tetangga. Lokasi. Bali ada di nomor 2 setelah Yogyakarta. Lokasi canthelan di Bali Kegiatan ini tentu juga menemui sebagian besar ada di Denpasar dan kendala. Salah satunya karena siapa sekitarnya. Ini bekerjasama dengan pun boleh mengambil, sehingga tidak KAGAMA Bali dan warga masyarakat. terdeteksi siapa dan berapa banyak Kita bisa membayangkan bahwa mereka mengambil. Karena kendala dengan dana stimulus sekitar tiga juta itu, solusi yang diambil adalah dengan rupiah bisa digunakan untuk beberapa menempatkan relawan yang menunggu di lokasi, dan dengan stimulus empat tempat canthelan. Kendala lainnya, adalah setengah juta rupiah bisa untuk 13 menimbulkan ketergantungan, karena lokasi berikutnya. Program ini bisa orang-orang tertentu yang mengambil. bertahan cukup lama karena ada Solusi atas kendala ini adalah membuat partisipasi dari masyarakat. Yayasan Puri Kauhan Ubud 85
Perkembangan canthelan selanjutnya, Program yang sedang marak di antara ada berupa Dusun Canthelan Burikan. penggiat canthelan adalah warung Dana stimulus awalnya untuk satu titik ikhlas atau warung suka-suka. Jadi sekitar 500 ribu, dan berkat partisipasi tidak dicanthelkan lagi, tapi seperti warga masyarakat bisa berkembang orang jualan. Metodenya adalah siapa menjadi 6 lokasi canthelan. Di sini, yang mau membeli, dipersilahkan masyarakat gotong royong, jadi siapa dengan dana seikhlasnya. Pola yang yang mempunyai lebih akan berbagi, lain berupa canthelan bibit sayuran. siapa yang kekurangan akan diberi. Bibit sayuran itu juga bertujuan agar 86 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan V, Mapitulung (Saling Bantu) di masa Pandemi warga mandiri dan tercipta kedaulatan percaya diri karena mereka merasa pangan. Variasi yang lain adalah bahwa sudah bekerja dan mendapat canthelan Kerja Kebun. Jadi kalau timbal balik yang sesuai. biasanya orang yang mengambil bisa langsung pulang, variasi Kerja Kebun ini prosesnya sebelum mengambil diminta bekerja di kebun. Jadi mereka bisa menikmati hasil keringat sendiri. Para penerima manfaat tadi itu, terlihat lebih Yayasan Puri Kauhan Ubud 87
Tjokorda Raka Kertyasa (Cok Ibah) Bendesa Desa Adat Ubud Implementasi filosofi matulung sebenarnya sudah dituangkan dalam awig-awig dan pararem. Hal itu sesuai dengan konsep agama Hindu, yakni Manusa Yadnya. Yadnya ini pada dasarnya juga merupakan implementasi dari konsep matulung itu. Intinya adalah ketulusan dan keikhlasan. Filosofi matulung itu, di Bali tentu masing-masing Desa Adat telah mengakomodasinya dalam bentuk sistem yang berlaku. Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah dalam praktiknya memang masing- masing Desa Adat mempunyai kewenangan tertentu sehingga implementasi konsep itu tidak sama, namun memiliki tujuan yang tidak berbeda. Sesungguhnya, dalam situasi pandemi seperti sekarang ini, masyarakat tidak perlu lagi menunggu karena masing- masing Desa Adat sudah memiliki potensi sebagai perlindungan bagi masyarakat. Desa Adat dan masyarakat tentunya, tinggal memaksimalkan potensi itu. Potensi yang dimaksud bisa secara spiritual, finansial, maupun secara gotong royong. Matulung atau punia tentu tidak hanya berupa materi. Inti dari punia itu sekali lagi adalah ketulus-ikhlasan. Ketulusikhlasan itulah yang menjadi dasar praktik-praktik yadnya, yang juga sekaligus bentuk dari kewajiban. Dalam konteks Desa Adat, sesungguhnya tinggal Bendesa dan Prajuru yang mengkoordinasikan. Hal lain yang harus diantisipasi adalah agar jangan sampai matulung ini menjadi wicara atau memunculkan masalah lain di kemudian hari. Secara sosial, di Desa Adat dasarnya adalah sama rasa. 88 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Pabligbagan V, Mapitulung (Saling Bantu) di masa Pandemi Perlu juga di himbau kepada warga yang agar matulung ini tidak mengarah lebih mampu, lebih beruntung dari yang kepada kepentingan-kepentingan lain agar berkenan membantu warga pribadi. lainnya. Di titik inilah, pada akhirnya tidak hanya mengimplementasikan Secara filosofis, membantu orang yang aturan melalui awig-awig tapi juga sedang membutuhkan dalam ruang dan peningkatan spiritual. Karena pada waktu yang tepat, memang dianjurkan. dasarnya, matulung juga merupakan Orang yang menolong juga harus implementasi dari tat twam asi. berterima kasih kepada yang ditolong karena mereka telah memberikan Kita juga mesti memperhatikan kesempatan kepada kita untuk berbuat dresta, yakni aturan turun temurun kebajikan. Hal ini hubungannya adalah yang bersifat tangible dan intangible. dengan hukum karma phala. Penting Karena sudah dimuat pula di awig-awig, pula diingat, bahwa apa yang kita bahwa Desa Adat ini berdasarkan pada warisi sekarang, terutama falsafah- Pancasila dan Undang-undang Dasar falsafah itu dapat digunakan untuk 1945. Hal itu dimuat sesuai dengan menjaga generasi selanjutnya di masa hasil musyawarah yang telah dilakukan depan. Tujuannya adalah agar tercipta oleh masyarakat. Namun, awig-awig itu situasi yang harmonis, rukun, dan tidaklah kaku, melainkan sangat lentur kedek pakenyung. dan bisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Semua itu disesuaikan Sama halnya dengan program jaga dengan kebutuhan bersama. jarak sekarang ini, diimplementasikan dalam kegiatan ritual agama. Selain itu, Di titik inilah pentingnya untuk juga memberikan pemahaman kepada menyiasati situasi kondisi, terlebih kita masyarakat bahwa kejadian ini adalah memiliki pengetahuan-pengetahuan bagian dari proses kehidupan kita. yang telah diwariskan secara turun Bantuan-bantuan yang sudah diberikan temurun semisal wariga. Penting oleh institusi maupun perorangan juga untuk memunculkan semangat yang ada di wilayah Desa Pakraman, bergotong royong. Keterlibatan semua itu melalui mekanisme yang masyarakat sangat penting untuk benar. Sehingga bantuan tersebut menciptakan harmonisasi. Matulung ini tidak memunculkan cemburu sosial di juga perlu dilihat dari berbagai aspek, masyarakat. dan tentu menjadi penting. Lebih lagi Yayasan Puri Kauhan Ubud 89
Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah, Penggerak Jogo Tonggo Sebenarnya saya juga terinspirasi dari pengalaman Bali, yang masyarakatnya sangat kuat memegang adat, komunitas-komunitas kecil luar biasa, budaya bisa dijadikan satu cara untuk menyelesaikan persoalan. Dengan begitu, sebenarnya kita menjaga budaya, meningkatkan kemampuan dan kesadaran, serta meningkatkan rasa kebersamaan. Meningkatkan kepedulian, meningkatkan rasa memiliki, tanggung jawab dan seterusnya juga menjadi penting. Waktu kemarin Merapi mulai batuk-batuk, kita cek badan penduduk. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah nantinya mereka siap betul kalau mengungsi. Karena kalau mengungsi, pasti mereka butuh ruang yang lebih agar tidak bersentuhan secara langsung di antara satu dengan lainnya. Pemeriksaan itu sebenarnya bukan inisiatif saya. Sebenarnya saya ingin memulai dari apa yang ada di masyarakat. Kami memiliki kader PKK sebanyak 1.337.767. Pendamping Desa yang dibiayai oleh Pemprov sebanyak 39.045. Bidan Desa yang bisa mengurus kesehatan sebanyak 7.527. Satlinmas juga ada sebanyak 230.782. TAGANA yang mengurusi bencana ada sebanyak 1.123. Kader Posyandu sebanyak 228.142. GAPOKTAN ada sebanyak 8.229. Penyuluh Swadaya sebanyak 5.413. TKSK sebanyak 540. Pendamping Desa sebanyak 3.370. Kelompok Tani sebanyak 55.057. DASA WISMA sebanyak 506.815. Kita bisa bayangkan mereka ada di sana, bisa digerakkan dan mengerti ruang-ruang kecil yang ada di wilayah masing-masing. Bila semua satuan itu 90 Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180