42 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan seorangpun yang dapat menahan dan menghalangi-Nya Begitu pula sebaliknya, apabila Dia menahan dan menutup sesuatu rahmat dan belum diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, maka tiada seorangpun yang bisa membuka dan memberikannya, karena semua urusan di tangan Dia. Dia Maha Perkasa berbuat menurut kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Oleh karena itu, kita harus selalu menghadap Allah SWT melalui ibadah mencapai cita-cita kita, senantiasa dengan bertawakkal kepada-Nya, begitu pula di dalam berusaha mencapai tujuan dan maksud yang diridai-Nya. Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji. (Q.S Asy Syuura: 28). Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Asy Syuura 28 )28( اْ ْلَ ٍِي ُد الْ َٔ ِِ ُّل َٔ ُْ َو ُّ ََرْْ َحخ َو َينْ ُْ ُش َؼَِ ُطٔا ٌَا َب ْػ ِد َْ ٌِ اىْ َغيْ َد ُي َ ِّن ُل َّ َٔ ُْ َو اَّ ِلي Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia lah yang menurunkan hujan dari langit, membantu mereka yang telah berputus asa karena air yang diharapkan datang dari langit tak kunjung datang, dan Dia lah yang memberkahi hujan itu dan mendatangkan manfaat yang banyak serta menjadikan tanah subur. Dia lah yang menguasai urusan hamba Nya, memberikan mereka maslahat. Dia lah yang wajib dipuji atas rahmat yang telah dikaruniakan kepada mereka. Berkata Qatadah: \"Dikatakan kepada kita bahwa seorang laki-laki berkata kepada Umar bin Khattab ra: \"Hujan tidak turun, manusia sudah putus asa wahai Amirul Mukminin. Sayyidina Umar menjawab: \"Engkau sekalian akan dikaruniai hujan\", lalu beliau membaca ayat ini.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 43 4.5 Hujan itu Sumber Kehidupan Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?. (Q.S. Al Anbiya: 30) Semuanya ini harus jadi bahan pemikiran bagi manusia agar dapat mensyukuri nikmat Allah, tetapi kebanyakan manusia itu enggan kecuali mengingkari nikmat-nikmat itu. Kemudian Allah menerangkan bahwa nikmat-Nya besar sekali dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw dengan meletakkan beban kerasulan yang berat sekali di atas pundaknya, agar supaya beliau bertambah tinggi derajat dan kemuliaannya. Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerak- kan awan, maka Kami halau awan itu kesuatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu. (Q.S Faathir: 9) Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia-lah Yang menciptakan angin kemudian angin itulah yang menggerakkan awan yang tebal yang mengandung air kemudian membawanya ke bumi yang tandus, dan menurunkan hujan. Dengan turunnya air hujan ke bumi yang mati itu yang tidak ada pepohonan sedikitpun di atasnya, beralihlah ia menjadi subur. Juga menumbuhkan buah-buahan yang bermacam-macam dan beraneka ragam cita rasanya. Demikianlah Allah SWT menghidupkan bumi sesudah mati dengan hujan yang turun dari awan. Kalau manusia man mempergunakan akalnya dan memikirkan sungguh- sungguh tanda kekuasaan Allah SWT seperti kejadian yang tersebut di atas, tentu ia akan sampai kepada suatu kesimpulan bahwa Allah SWT yang berkuasa menghidupkan tanah yang mati, tentunya kuasa pula menghidupkan manusia yang sudah mati sekalipun telah hancur, tulang-belulangnya berserakan. Diriwayatkan dari Abu Zarrin bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw tentang bagaimana caranya Allah SWT menghidupkan orang mati dan apa tanda-tanda pada makhluknya. Rasulullah saw menjawab, wahai Abu Zarrin pernahkah engkau melalui suatu lembah kaummu yang gersang kemudian engkau melaluinya lagi dengan
44 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan keadaan subur menghijau. Berkata Abu Zarrin: \"Pernah\". Berkata Rasulullah saw: \"Begitulah Allah SWT menghidupkan orang yang sudah mati\". Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat./Q.S Al Baqarah: 265 Pada ayat ini, Allah swt. memberikan perumpamaan lain bagi infak yang dilakukan semata-mata karena mengharapkan keridaan Allah swt. dan menambah keteguhan iman dan kekuatan jiwa untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Infak itu dalam ayat ini diumpamakan sebagai sebidang kebun yang mendapat siraman cukup dari air hujan, sehingga kebun itu memberikan hasil dua kali lipat dari hasil yang biasa. Dan andai kata hujan itu tidak lebat, maka hujan gerimis saja pun cukup, karena kebun tersebut terletak di tanah yang tinggi, mendapatkan sinar yang cukup serta hawa yang baik, dan tanahnya pun subur. Dapat pula dikatakan, bahwa yang diumpamakan dengan kebun itu adalah orang yang menafkahkan hartanya itu. Karena ia menginsafi, bahwa ia telah menerima rahmat yang banyak dari Allah swt., maka Ia bersedia untuk memberikan infak yang banyak dan walaupun suatu ketika ia memperoleh rahmat yang sedikit, namun ia tetap memberikan infak. Membelanjakan harta di jalan Allah atau berinfak, benar-benar dapat memperteguh jiwa. Sebab cinta kepada harta benda telah menjadi tabiat manusia, sehingga karena sangat cintanya kepada harta benda itu terasa berat baginya untuk membelanjakannya, apalagi untuk kepentingan orang lain. Maka jika kita bersedekah misalnya, hal itu merupakan perbuatan yang dapat meneguhkan hati untuk berbuat kebaikan, serta menghilangkan pengaruh harta yang melekat pada jiwa. Ayat ini ditutup dengan firman-Nya \"Wallaahu bimaa ta`maluuna bashiir\" (Allah senantiasa melihat apa-apa yang kamu kerjakan). Ini berarti bahwa Allah selalu mengetahui kebaikan-kebaikan yang dilakukan hamba-Nya, antara lain berinfak dengan niat yang ikhlas, maka Dia akan memberikan pahalanya. Sebaliknya, Allah juga mengetahui semua perbuatan-perbuatan yang tidak baik, maka Dia akan membalasnya dengan azab.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 45 Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal./ Q.S Al Jaatsiyah: 5 Dalam ayat ini, Allah SWT mengingatkan manusia akan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya yang terdapat pada pergantian siang dan malam. Pergantian siang dan malam ini dapat dilihat dari dua segi yaitu suasana dan dari segi panjang pendeknya. Dari segi suasananya, orang dapat menyaksikan sejak matahari terbit di kaki langit sebelah timur hingga terbenam di kaki langit sebelah barat. Di siang hari, orang tidak menyaksikan apa pun di langit, terkecuali matahari yang bersinar dengan terangnya. Pada waktu .itu, kebanyakan manusia bekerja dan berusaha mencari nafkah, memenuhi kebutuhan hidupnya. Matahari bergerak meninggalkan ufuk sebelah timur makin lama makin meninggi. Kemudian ia terlihat di meridian. Sesudah itu, makin menurun menuju ufuk langit sebelah barat. Akhirnya ia tenggelam di ufuk sebelah barat. Sejak itu, hari berangsur- angsur gelap, kadang-kadang terlihat awan kemerah merahan, lalu mulailah bermunculan bintang-bintang satu demi satu, dari bintang yang paling terang cahayanya sampai kepada bintang yang bercahaya redup. Setelah gelap menyelubungi permukaan bumi seluruhnya, bertambah jelaslah nampak bintang-bintang bertaburan di angkasa raya, berbagai macam rasi dan aneka warna cahayanya. Pada penghujung malam, mulailah kelihatan fajar menyingsing di ufuk timur, sebagai tanda.tidak lama lagi matahari akan terbit kembali. Sejak itulah; cahaya bintang mulai redup kembali karena cahayanya mulai dikalahkan oleh cahaya matahari. Begitulah seterusnya orang dapat menyaksikan keadaan itu berulang-ulang. Suasana yang seperti itu terjadi di negeri-negeri yang berada di daerah khatulistiwa, sedangkan belahan bumi bahagian selatan dan utara akan mengalami keadaan siang lebih panjang atau lebih pendek dari malam, sesuai dengan lintang dan deklinasi matahari; Dari segi panjang pendeknya malam dan siang, orang yang berada di khatulistiwa selamanya akan menyaksikan panjang pendeknya siang malam yang hampir sama. Daerah yang berada di selatan khatulistiwa akan mengalami siang lebih panjang apabila matahari berada di sebelah selatan, tetapi akan mengalami siang lebih
46 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan pendek apabila matahari berada di sebelah utara khatlistiwa. Demikian pula orang yang berada di sebelah utara khatulistiwa akan mengalami siang yang lebih panjang apabila matahari berada di sebelah selatan. Makin jauh suatu tempat baik ke utara maupun selatan khatulistiwa makin jauh pula perbedaan panjang pendek waktu antara malam dan siang. Bagi orang yang berada di kutub utara dan kutub selatan, dalam satu tahun ada masa malam yang terus menerus dan ada pula masa siang yang terus menerus. Pada masa siang terus menerus matahari selalu berada di atas cakrawala, selalu kelihatan tidak pernah masuk ke bawah kaki langit, sedangkan pada masa malam terus menerus, matahari selalu berada di bawah kaki langit, tidak pernah kelihatan dan tidak pernah melewati kaki langit ke atas. Dengan memperhatikan pergantian siang dan malam, baik suasana maupun panjang Dengan memperhatikan pergantian siang dan malam, baik suasana maupun panjang pendeknya yang selalu berubah-ubah sepanjang tahun, akan terlihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, serta akan nampak adanya hukum-hukum yang mengaturnya dengan sangat rapi, tidak pernah menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan. Kemudian Allah SWT menunjukkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya yang terlihat pada turunnya hujan dari langit. Karena panas matahari, airpun menguap ke atas. Angin yang selalu bertiup mempercepat proses penguapan itu dan menghalaunya ke suatu tempat dan lama-kelamaan terkumpullah uap air itu di angkasa sebagai awan. Apabila awan yang berarak dihalau angin itu tertahan oleh gunung, maka terkumpullah ia di sana, semakin lama semakin tebal. Warnanya yang semula keputih-putihan berubah menjadi hitam. Dan apabila suhu udara telah mencapai kedinginan sedemikian rupa, turunlah uap air itu sebagai hujan yang menyirami permukaan bumi. Karena air hujan itu tumbuhlah beraneka macam tumbuh- tumbuhan, dan karena air hujan itu pula binatng dan manusia dapat hidup. Manusia dengan hasil pemikirannya dapat mengatur aliran air itu sehingga tidak mengalir seluruhnya ke laut. Sebahagian dimanfaatkan dan sebagian lagi dapat digunakan pada musim kemarau. Pada tiap daerah, di permukaan bumi, curah hujan tidak sama; bergantung kepada faktor faktor yang menentukan. Ada daerah yang curah hujannya sangat lebat dan ada pula yang sangat tipis dan
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 47 ada yang sedang. Dengan memperhatikan turunnya hujan itu dan manfaatnya bagi kehidupan makhluk, orang dapat mengetahui betapa luasnya kekuasaan penciptanya. Pendeknya yang selalu berubah-ubah sepanjang tahun, akan terlihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, serta akan nampak adanya hukum-hukum yang mengaturnya dengan sangat rapi, tidak pernah menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan. Kemudian Allah SWT menunjukkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya yang terlihat pada turunnya hujan dari langit. Karena panas matahari, airpun menguap ke atas. Angin yang selalu bertiup mempercepat proses penguapan itu dan menghalaunya ke suatu tempat dan lama-kelamaan terkumpullah uap air itu di angkasa sebagai awan. Apabila awan yang berarak dihalau angin itu tertahan oleh gunung, maka terkumpullah ia di sana, semakin lama semakin tebal. Warnanya yang semula keputih-putihan berubah menjadi hitam. Dan apabila suhu udara telah mencapai kedinginan sedemikian rupa, turunlah uap air itu sebagai hujan yang menyirami permukaan bumi. Karena air hujan itu tumbuhlah beraneka macam tumbuh-tumbuhan, dan karena air hujan itu pula binatng dan manusia dapat hidup. Manusia dengan hasil pemikirannya dapat mengatur aliran air itu sehingga tidak mengalir seluruhnya ke laut. Sebagian dimanfaatkan dan sebagian lagi dapat digunakan pada musim kemarau. Pada tiap daerah, di permukaan bumi, curah hujan tidak sama; bergantung kepada faktor faktor yang menentukan. Ada daerah yang curah hujannya sangat lebat dan ada pula yang sangat tipis dan ada yang sedang. Dengan memperhatikan turunnya hujan itu dan manfaatnya bagi kehidupan makhluk, orang dapat mengetahui betapa luasnya kekuasaan penciptanya. Sesudah itu Allah menunjukkan pula tanda-tanda kekuasaan- Nya yang dapat dilihat pada perkisaran tiupan angin yaitu perkisaran angin daratan angin laut yang selalu berhembus berganti arah. Telah menjadi hukum alam bahwa daratan lebih cepat menjadi panas bila ditimpa sinar matahari dibandingkan dengan lautan yang lambat menjadi panas bila ditimpa matahari. Sebaliknya, daratan lebih cepat pula melepaskan panas di malam hari, pada waktu panas matahari tidak ada lagi dibandingkan dengan lautan yang lambat melepasnya. Dengan demikian, terdapatlah daerah maksimum dan minimum udaranya. pada siang hari daratan lebih panas dari lautan sehingga
48 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan udaranya menjadi minimum, sedangkan lautan kurang panas udaranya dibandingkan dengan daratan sehingga udaranya menjadi maksimum. Udara mengalir dari daerah maksimum ke daerah minimum, maka bertiuplah pada siang hari angin laut menuju daratan Akan tetapi, di waktu malam, terjadi kebalikannya: daratan menjadi maksimum dan lautan menjadi minumum karena daratan lebih cepat menjadi dingin daripada lautan sehingga bertiuplah angin dari daratan menuju lautan. Keadaan yang demikian menguntungkan para nelayan. Mereka berangkat pada waktu malam, berlayar ke tengah lautan mengikuti arah hembusan angin laut. Di samping itu, perubahan letak matahari berada di lintang balik utara belahan bumi bahagian selatan. Karena itu, udara maksimum di belahan bumi bahagian selatan. Maka bertiuplah angin dari belahan bumi selatan ke belahan bumi bagian utara. Waktu itu di Indonesia mengalami musim kemarau. Akan tetapi, bila matahari berada pada lintang balik selatan, belahan bumi bagian selatan menerima panas lebih banyak dari bagian bumi sebelah utara. Karena itu, udara maksimum di bagian utara, maka bertiuplah angin dari utara ke selatan. Untuk Indonesia, angin bertiup dari Padang Pasir Gobi di Tiongkok, menyusur semenanjung Malaysia karena pengaruh perputaran bumi membelok ke timur, ke Indonesia, menuju Padang Pasir Victoria di Australia. Pada saat itu, di Indonesia mengalami musim hujan. Di samping itu, terdapat angin yang bertiup dari kutub utara dan kutub selatan secara tetap. karena daerah kutub selalu mengalami udara yang lebih dingin dari pada khatulistiwa maka daerah-daerah kutub udaranya selalu maksimum. Akan tetapi karena perputaran bumi pada porosnya dari barat ke timur, maka angin yang bertiup dari kutub itu mengalami pembelokan ke barat. Itulah sebabnya angin itu di Indonesia bertiup dari tenggara. Untuk daerah-daerah kutub sendiri, bertiuplah selalu angin barat yang tetap sepanjang masa. Dari perkisaran angin itu, orang akan mengetahui betapa Maha Bijaksana dan Maha Perkasa-Nya Allah yang menciptakan alam semesta ini. Itulah sebabnya pada bahagian akhir surah ini, Allah SWT menegaskan bahwa tanda-tanda kekuasaan-Nya yang dapat dilihat jagat raya, pada diri manusia, pada perkisaran angin, pada turunnya hujan, dan sebagainya menjadi bukti kekuasaan-Nya bagi orang yang
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 49 mempergunakan akalnya dan bagi orang yang benar-benar mau mencari kebenaran. Dengan bermacam-macam himbauan itulah, Allah SWT menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya agar manusia meyakini ke Maha Esaan dan ke Maha Kuasaan-Nya. Dengan mengetahui semuanya itu dengan benar, niscaya bertambah mantaplah iman mereka dan bertambah pulalah gairahnya untuk memanfaatkan pengetahuannya itu bagi kemaslahatan umat manusia. Dari keterangan di atas, dipahami pula amat banyak yang dapat dijadikan bukti bahwa Allah Maujud, Maha Kuasa dan Maha Bijaksana, asal saja orang mau mengikuti cara berpikir yang digariskan Allah dalam Alquran. hal ini juga berarti bahwa sebenarnya, semakin tinggi ilmu seseorang semakin banyak ia mempunyai bukti-bukti itu. Jika ada seorang yang berilmu yang tidak mempercayai adanya Tuhan, berarti ia belum lagi mempergunakan ilmunya itu menurut yang semestinya. “Dan Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: \"Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?\" tentu mereka akan menjawab: \"Allah\", Katakanlah: \"Segala puji bagi Allah\", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).” (Q.S Al Ankabut: 63) Dalam ayat ini pertanyaan masih dihadapkan kepada orang- orang musyrik Mekah, tentang siapa yang menurunkan air hujan dari langit, kemudian dengan air itu suburlah tanah yang selama ini tandus dan gersang? Apa jawaban mereka terhadap pertanyaan ini? Pada ayat 61 di atas mereka telah menyatakan, bahwa Allah- lah yang menjadikan langit dan bumi, menundukkan matahari dan bulan. Hal ini adalah suatu yang tidak perlu diperbincangkan lagi, karena sesuai dengan akal pikiran yang benar dan sesuai pula dengan kepercayaan, agama yang dibawa Nabi Ibrahim agama yang mereka akui sebagai agama mereka. Namun perbuatan mereka berlawanan dengan pernyataan yang mereka ucapkan. Inilah keanehan yang ada pada mereka. Maka dalam ayat 63 ini Allah menerangkan bahwa kalau dihadapkan kepada mereka pertanyaan tersebut, mereka juga akan menjawab: \"Allah\". Dengan demikian jelaslah bahwa mereka mempercayai bahwa Allah-lah Pemilik semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dialah yang mengendalikan segala sesuatu yang ada pada
50 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan keduanya, seperti menurunkan hujan dari langit, kemudian dengan air hujan itu bumi menjadi subur dan menumbuhkan tanam-tanaman. Akan tetapi kepercayaan mereka ini tidaklah kelihatan dalam amal perbuatan yang mereka lakukan setiap hari. Karena dalam amal perbuatan mereka, mereka mempersekutukan Tuhan dengan berhala- berhala yang tidak mempunyai sesuatu kekuasaan atau kekuatanpun. Oleh karena itu Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar mengucapkan \"Alhamdulillah\" (Segala Puji bagi Allah Tuhan semesta alam), karena orang-orang musyrik mengakui keesaan dan kekuasaan Allah serta penciptaan dan pemilihan-Nya terhadap semesta alam. Akan tetapi sekalipun orang-orang musyrik menyatakan pengakuan seperti di atas sesuai dengan kepercayaan dan pikiran mereka, namun kebanyakan mereka tidak mau memahami dan mengamalkan pengakuan itu, seakan-akan mereka seperti orang yang bodoh yang tidak dapat mengerti hakikat pengakuan mereka. Yang demikian itu adalah karena kesesatan dan. kelaliman yang telah mengalahkan kebenaran. Apabila kebenaran itu dikemukakan kepada mereka, sekalipun pikiran dan naluri mereka menerimanya, tetapi hati mereka tidak menerimanya lagi, Bahkan mereka menuduh Nabi Muhammad telah menyihir mereka, sehingga mereka ragu-ragu terhadap kenyataan yang dilihat oleh mata dan pikiran mereka sendiri. Allah SWT berfirman: ىلالٔا إٍُا شهرت أةصارُا ةو نحَ كٔم مصطٔرون Artinya: Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang yang kena sihir. (Q.S. Al Hijir: 15) Pada ayat inilah Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad, supaya mengucapkan \"Alhamdulillah\". Perkataan ini diucapkan sebagai pernyataan syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya, yaitu tersingkapnya kebenaran dengan adanya pengakuan dan pernyataan kaum musyrikin tentang keesaan Tuhan itu, sekali pun mereka telah mengakui kekuasaan dan ke Maha Pemurahan Allah, tetapi hati mereka masih tergantung pada berhala- berhala yang mereka sembah.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 51 Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. (Q.S An Nahl: 10) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah An Nahl 10 )10( ت ُ ِصي ٍُٔ َن ِّ ِػي َش َش ٌر ُّ ٌِِْ َو ََ َشا ٌب ُّ ٌِِْ ًْ ىَ ُؾ ٌَا ًء ال َّص ٍَا ِء ََ ٌِ أَُْ َز َل َّ َٔ ُْ اَّ ِلي Setelah Allah SWT menyebutkan nikmat Nya yang dapat dirasakan oleh manusia di permukaan bumi yaitu nikmat yang mereka peroleh dari binatang yang dapat mencukupkan keperluan hidup manusia, maka Allah SWT menyebutkan pula nikmat yang diperoleh manusia dari langit secara langsung atau tidak langsung. Nikmat Allah yang mereka peroleh secara langsung adalah hujan yang diturunkan dari langit, air hujan dapat dijadikan air minum dan keperluan lainnya dalam kehidupan mereka sehari-hari, seperti mandi, mencuci pakaian dan lain sebagainya. Dan karena air hujan, udara yang panas menjadi sejuk menyegarkan badan. Sedang nikmat Allah yang diperoleh secara tidak langsung dari air hujan itu adalah, air hujan itu dapat mengairi segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohonan dan rerumputan. Di padang rumput ini manusia menggembalakan binatang ternak mereka. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. ( Q.S An Nahl: 11). Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah An Nahl 11 يُنْ ِت ُج ىَ ُؾ ًْ ِة ِّ ال َّز ْر َع َوال َّزيْخُٔ َن َواْلَّ ِخي َو َوا ْل َأ ْعَِا َب َو ٌِ َْ ُُ ِّك ال َثّ ٍَ َرا ِت إِ َّن ِِف َذلِ َم َْليَ ًث )11( ِى َل ْٔ ٍم َي َخ َف َّه ُرو َن Dan karena hujan itu pulalah Allah SWT menumbuhkan tanam-tanaman yang buahnya dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dari jenis rumput rumputan, manusia dapat memperoleh bahan makanan dan zaitun mereka dapat memperoleh rempah-
52 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan rempah, dan dari kurma dan anggur mereka dapat memperoleh buah- buahan sebagai penambah lezatnya makanan mereka. Kemudian disebut pula segala macam buah-buahan, agar manusia dapat mengetahui kekuasaan Nya yang tidak terbatas, yaitu dari air yang sama Allah SWT berkuasa menumbuhkan tanam- tanaman yang beraneka ragam dan mengeluarkan buah-buahan yang beraneka ragam bentuk. Warna dan rasanya. Segala macam tumbuh- tumbuhan yang menghasilkan bahan pemenuhan kebutuhan hidup mereka, adalah nikmat yang diberikan oleh Allah dan sekaligus sebagai bukti keesaan Tuhan bagi orang yang mengingkari Nya. Pada akhir ayat Allah SWT menandaskan bahwa segala macam nikmat yang diturunkan baik secara langsung ataupun tidak langsung adalah merupakan bukti-bukti kebenaran bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Allah. Bukti-bukti itu dapat diketahui oleh orang-orang yang memperhatikan dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Tuhan serta memikirkan hukum-hukum yang berlaku di dalamnya. Bukti-bukti kekuasaan Tuhan yang terdapat di kolong langit ini cukup memberikan kepuasan pada orang yang benar- benar memperhatikan kekuasaan Nya dan cukup kuat untuk mempercayai keesaan Nya. Sebagai contoh misalnya orang yang memperhatikan biji-bijian, baik biji tunggal ataupun yang berkeping dua, yang terletak di permukaan tanah yang dibasahi oleh embun, lama kelamaan merkahlah biji itu dan keluarlah akarnya menembus permukaan bumi. Kemudian tumbuh batang dan dedaunan. Dan kemudian berkembang menjadi besar berbunga dan berbuah. Satu hal yang menarik perhatian ialah biji-bijian yang hampir sama menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam dan menghasilkan buah-buahan yang bermacam-macam bentuk warna dan rasanya. Orang yang demikian tentunya akan melihat bahwa pencipta dari segala macam tumbuh-tumbuhan itu ialah Zat Yang Maha Sempurna yang tidak bisa disaingi oleh zat-zat yang lain. Dialah yang berhak dipertuhan dan berhak disembah. Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 53 yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman (Q.S Al An`am: 99) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al An'aam 99 ُُ ْن ِر ُج َخ ِِ ًضا ُّ ٌِِْ َفأَ ْخ َر ْس َِا ََ ْش ٍء ُُ ِّك َنتَا َت ِّ ِة َفأَ ْخ َر ْسَِا ٌَا ًء ال َّص ٍَا ِء ََ ٌِ أَُْ َز َل َّ َٔ ُْ َو اَّ ِلي ٌِِْ ُّ َضتًّا ٌُ ََ َتا ِن ًتا َو ٌِ ََ اْلَّ ْخ ِو ٌِ َْ َطيْ ِػ َٓا ِكِْ َٔا ٌن َدا ِنيَ ٌث َو َسَِّا ٍت ٌِ َْ أَ ْعَِا ٍب َوال َّزيْخُٔ َن َوال ُّر ٌَّا َن ُم ْشتَ ِت ًٓا َو َغ ْ َي ٌُتَ َشا ِة ٍّ ا ْن ُظ ُروا ِإ ََل َث ٍَ ِرهِ ِإ َذا أَ ْث ٍَ َر َويَِْ ِػ ِّ إِ َّن ِِف َذ ِى ُؾ ًْ َْليَا ٍت ِى َل ْٔ ٍم )99( يُ ْؤ ٌِ ُِٔ َن Sesudah itu Allah swt. menjelaskan kejadian hal-hal yang menjadi kebutuhan manusia sehari-hari, agar mereka secara mudah dapat memahami kekuasaan, kebijaksanaan, serta pengetahuan Allah. Allah swt. menjelaskan bahwa Allah lah yang menurunkan hujan dari langit, yang menyebabkan tumbuhnya berbagai jenis tumbuh- tumbuhan yang terdiri dari berbagai ragam bentuk, macam dan rasa. Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan,dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. (Q.S Thahaa: 53). Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Thaahaa 53 َفأَ ْخ َر ْس َِا ٌَا ًء ال َّص ٍَا ِء ََ ٌِ َوأَُْ َز َل ُشتُ ًَل ِػي َٓا ًْ ىَ ُؾ َو َشيَ َم َم ْٓ ًدا ا ْل َأ ْر َض ًُ ىَ ُؾ َس َػ َو َّ اَّ ِلي )53( ِة ِّ أَ ْز َوا ًسا ٌِ َْ َنتَا ٍت َش َّّت Untuk memperkuat bahwa Allah itu tidak akan salah dan lupa dan untuk menolak kemungkinan timbulnya sangkaan bahwa catatan yang ada di \"Lohmahfuz\" itu bisa salah dan ada yang tidak tercatat karena lupa, maka pada ayat ini ditegaskan bahwa Tuhan yang menguasai pencatatan itu, ialah Tuhan Yang menjadikan bumi ini sebagai hamparan bagi manusia yang terbentang luas untuk
54 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan dipergunakan sebagai tempat tinggal, bangun, tidur, bepergian dengan bebas ke mana-mana “Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur.\" (Q.S Yusuf: 49). Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Yusuf 49 )49( ُث ًَّ يَأْ ِِت ٌِ َْ َب ْػ ِد َذلِ َم َ َع ٌم ِػي ِّ ُي َغا ُث اْ َّلا ُس َو ِػي ِّ َي ْػ َِ ُصو َن Kemudian sesudah berlalu masa kesulitan dan kesengsaraan itu, maka datanglah masa hidup makmur, aman dan sentosa. Di masa itu bumi menjadi subur, hujan turun sangat lebatnya, manusia kelihatan beramai-ramai memeras anggur dengan aman dan gembira. Mereka telah duduk bersantai menikmati buah-buahan hasil kebunnya bersama anak-anak dan keluarganya. Itulah takbir mimpi raja itu saya sampaikan kepadamu untuk saudara sampaikan kepada raja dan pembesar-pembesarnya. “Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?” (Q.S As Sajdah: 27). Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah As Sajdah 27 ًْ ُٓ َوأَنْ ُف ُص ًْ ُٓ أَ ْن َػا ُم ُّ ٌِِْ حَأْ ُك ُو َز ْرًَع ِّ ِة َػُِ ْخ ِر ُج اْ ْلُ ُر ِز ا ْل َأ ْر ِض َ الْ ٍَا َء ن َ ُصٔ ُق َأَُّا يَ َر ْوا ًْ َأَ َول ِإَل )27( أَ َف ََل ُيتْ َِ ُصو َن Apakah orang-orang kafir itu buta, sehingga tidak dapat melihat bukti-bukti kebesaran dan kekuasaan Allah? Di antaranya ialah: Allah menghalau awan ke tempat yang kering dan tandus yang tidak mempunyai tumbuh-tumbuhan di tempat itu. Awan itu berubah menjadi air hujan yang menimpa tanah itu yang memungkinkan manusia mengalirkan air ke tanah-tanah yang kering, kemudian tanah itu menjadi subur dan ditumbuhi oleh bermacam-macam tumbuh-
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 55 tumbuhan dan tanam-tanaman, sebagian tanaman itu dimakan oleh manusia dan sebagian lagi oleh binatang ternak piaraan mereka. Apakah mereka tidak melihat bukti-bukti yang demikian itu sehingga mereka dapat mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah, menghidupkan manusia yang telah mati dan membangkitkan mereka dari kuburnya? Jika mereka mau memperhatikan tentulah mereka akan sampai kepada keyakinan bahwa Allah Maha Kuasa, tidak ada yang sukar bagi-Nya. Jika Dia menghendaki cukuplah Dia mengatakan \"kun\" (jadilah), maka jadilah yang dikehendaki-Nya itu. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.( Q.S Al Baqarah: 164) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al Baqarah 164 ََتْ ِري ِِف اِْ َل ْط ِر َّ َواْلَّ َٓا ِر َواىْ ُفيْ ِم ِِف َخيْ ِق ال َّص ٍَا َوا ِت َوا ْل َأ ْر ِض َوا ْخ ِخ ََل ِف ال َّييْ ِو ِإ َّن َم ْٔ ِح َٓا َو َب َّد ِػي َٓا اى ِِت َفأَ ْض َيا ةِ ِّ ا ْل َأ ْر َض َيِْ َف ُع اْ َّلا َس َو ٌَا أَُْ َز َل اََّّل ُل ٌِ ََ ال َّص ٍَا ِء ٌِ َْ ٌَا ٍء ِة ٍَا َب ْػ َد ٌِ َْ ُُ ِّك َداةَّ ٍث َوحَ َْ ِصي ِف ال ِّر َيا ِح َوال َّص َطا ِب الْ ٍُ َص َّخ ِر َب ْ َي ال َّص ٍَا ِء َوا ْل َأ ْر ِض َْليَا ٍت ِى َل ْٔ ٍم (164) َي ْػ ِلئُ َن Dialah yang menciptakan langit dan bumi untuk keperluan manusia, maka seharusnyalah manusia memperhatikan dan merenungkan rahmat Allah Yang Maha Suci itu karena dengan memperhatikan isi semuanya akan bertambah yakinlah dia pada keesaan dan kekuasaan-Nya, akan bertambah luas pulalah ilmu pengetahuannya mengenai alam ciptaan-Nya dan dapat pula dimanfaatkannya ilmu pengetahuan itu sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Yang Maha Mengetahui. Hendaklah selalu diperhatikan dan diselidiki apa yang tersebut dalam ayat ini, yaitu:
56 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan 1. Bumi yang didiami manusia ini dan apa yang tersimpan di dalamnya berupa perbendaharaan dan kekayaan yang tidak akan habis-habisnya baik di darat maupun di laut. 2. Langit dengan planet dan bintang-bintangnya yang semua berjalan dan bergerak menurut tata tertib dan aturan Ilahi. Tidak ada yang menyimpang dari aturan-aturan itu, karena apabila terjadi penyimpangan akan terjadilah tabrakan antara yang satu dengan yang lain dan akan binasalah alam ini seluruhnya. Hal ini tidak akan terjadi kecuali bila penciptanya sendiri yaitu Allah Yang Maha Kuasa telah menghendaki yang demikian itu. 3. Pertukaran malam dan siang dan perbedaan panjang dan pendeknya pada beberapa negeri karena perbedaan letaknya, kesemuanya itu membawa faedah dan manfaat yang amat besar bagi manusia. Walaupun sebab-sebabnya telah diketahui dengan perantaraan ilmu falak tetapi penyelidikan manusia dalam hal ini harus dipergiat dan diperdalam lagi sehingga dengan pengetahuan itu manusia dapat lebih maju lagi dalam memanfaatkan rahmat Tuhan itu. 4. Bahtera yang berlayar di lautan untuk membawa manusia dari satu negeri ke negeri lain dan untuk membawa barang-barang perniagaan untuk memajukan perekonomian. Bagi orang yang belum mengalami berlayar di tengah-tengah samudera yang luas mungkin hal ini tidak akan menarik perhatian, tetapi bagi pelaut-pelaut yang selalu mengarungi lautan yang mengalami bagaimana hebatnya serangan ombak dan badai apalagi bila dalam keadaan gelap gulita di malam hari hal ini pasti akan membawa kepada keinsafan bahwa memang segala sesuatu itu dikendalikan dan berada di bawah inayat Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. 5. Allah swt. menurunkan hujan dari langit sehingga dengan air hujan itu bumi yang telah mati atau lekang dapat menjadi hidup dan subur, dan segala macam hewan dapat pula melangsungkan hidupnya dengan adanya air tersebut. Dapat digambarkan, bagaimana jika hujan tiada turun dari langit, semua daratan akan menjadi gurun sahara, semua makhluk yang hidup akan mati dan musnah kekeringan.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 57 6. Pengendalian dan pengisaran angin dari suatu tempat ke tempat yang lain suatu tanda dan bukti bagi kekuasaan Allah dan kebesaran rahmat-Nya bagi manusia. Dahulu, sebelum adanya kapal api kapal-kapal layarlah yang dipakai mengarungi lautan yang luas dan bila tidak ada angin tentulah kapal itu akan tenang saja dan tidak dapat bergerak ke tempat yang dituju. Di antara angin itu ada yang menghalau awan ke tempat-tempat yang dikehendaki Allah, bahkan ada pula yang mengawinkan sari tumbuhan dan banyak lagi rahasia-rahasia yang terpendam yang belum dapat diselidiki dan diketahui oleh manusia. 7. Demikian pula harus dipikirkan dan diperhatikan kebesaran nikmat Allah kepada manusia dengan bertumpuk-tumpuknya awan antara langit dan bumi. Ringkasnya semua rahmat yang diciptakan Allah termasuk apa yang tersebut dalam ayat 164 ini patut dipikirkan dan direnungkan bahkan dibahas dan diteliti, untuk meresapkan keimanan yang mendalam dalam kalbu, dan untuk memajukan ilmu pengetahuan yang juga membawa kepada pengakuan akan keesaan dan kebesaran Allah. “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh- tumbuhan yang indah”. (Q.S Al Hajj: 5). Tafsir/Indonesia/Jalalain/Surah Al Hajj 5. ًَّ يَا َأ ُّي َٓا اْ َلّا ُس ِإ ْن ُنِْخُ ًْ ِِف َريْ ٍب ٌِ ََ اِْ َل ْػ ِد َف ِإَُّا َخيَ ْل َِا ُؽ ًْ ٌِ َْ حُ َرا ٍب ُث ًَّ ٌِ َْ ُن ْط َف ٍث ُث َ ا ْل َأ ْر َضا ِم ِإَل ن َ َشا ُء ٌَا ِِف َوُُ ِل ُّر ًْ ىَ ُؾ ِْ ُلبَ ِّ َي ُُمَ ّيَ َل ٍث َو َغ ْ ِي ُُمَ ّيَ َل ٍث ُم ْض َغ ٍث َْ ٌِ ًَّ ُث َغ َي َل ٍث َْ ٌِ
58 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan أَ َس ٍو ُم َصًًّّم ُث ًَّ ُُنْ ِر ُس ُؾ ًْ ِط ْف ًَل ُث ًَّ ِِ َلتْ ُي ُغٔا أَ ُش َّد ُؽ ًْ َو ٌِِْ ُؾ ًْ ٌَ َْ يْ ََل َي ْػ َي ًَ ٌِ َْ َب ْػ ِد ِغيْ ًٍ َشيْ ًئا َوحَ َرى ا ْل َأ ْر َض َْا ٌِ َدةً فَإِ َذا أَُْ َزْْ َلا َغيَيْ َٓا الْ ٍَا َء ا ْْ ََ َّت ْت َو َربَ ْج َوأَُْبَخَ ْج ٌِ َْ ُُ ِّك (5)َز ْو ٍج ةَ ِٓي ٍز (Hai manusia) yakni penduduk Mekah (jika kalian dalam keraguan) kalian meragukan (tentang hari berbangkit, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian) bapak moyang kalian, yaitu Adam (dari tanah, kemudian) Kami ciptakan anak cucunya (dari setetes nuthfah) air mani (kemudian dari segumpal darah) darah yang kental (kemudian dari segumpal daging) daging yang besarnya sekepal tangan (yang sempurna kejadiannya) telah diberi bentuk berupa makhluk yang sempurna (dan yang tidak sempurna) masih belum sempurna bentuknya (agar Kami jelaskan kepada kalian) kemahasempurnaan kekuasaan Kami, yaitu supaya kalian dapat mengambil kesimpulan daripadanya, bahwa Allah yang memulai penciptaan dapat mengembalikan ciptaan itu kepada asalnya. (Dan Kami tetapkan) kalimat ayat ini merupakan kalimat baru (di dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan) hingga ia keluar (kemudian Kami keluarkan kalian) dari perut ibu-ibu kalian (sebagai bayi) lafal Thiflan sekalipun berbentuk tunggal tetapi makna yang dimaksud adalah jamak (kemudian) Kami memberi kalian umur secara berangsur-angsur (hingga sampailah kalian kepada kedewasaan) dewasa dan kuat, yaitu di antara umur tiga puluh tahun sampai empat puluh tahun (dan di antara kalian ada yang diwafatkan) yakni mati sebelum mencapai usia dewasa (dan ada pula di antara kalian yang dipanjangkan umurnya sampai pikun) amat tua sehingga menjadi pikun (supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya). Sehubungan dengan hal ini Ikrimah mengatakan, \"Barang siapa yang biasa membaca Alquran, niscaya ia tidak akan mengalami nasib yang demikian itu, yakni terlalu tua dan pikun.\" (Dan kalian lihat bumi ini kering) gersang (kemudian apabila telah Kami turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu) menjadi hidup (dan suburlah ia) hidup dengan suburnya (serta dapat menumbuhkan) huruf Min adalah huruf Zaidah (berbagai macam tumbuh-tumbuhan) beraneka ragam tumbuhan (yang indah) yakni yang baik.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 59 “Apakah kamu tiada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (Q.S Al Hajj: 63) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al Hajj 63 (63) أَلَ ًْ حَ َر أَ َّن اََّّل َل أَُْ َز َل ٌِ ََ ال َّص ٍَا ِء ٌَا ًء َػ ُخ ْص ِت ُص ا ْل َأ ْر ُض ُُمْ َِ َّض ًة ِإ َّن اََّّل َل ىَ ِطي ٌف َخ ِت ٌي Dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan tanda-tanda kebesaran-Nya yang juga merupakan nikmat yang telah dilimpahkan- Nya kepada manusia, yaitu apakah manusia tidak melihat dan memperhatikan bahwa Allah SWT mengedarkan awan ke bumi yang tandus, lalu dari awan itu turunlah hujan di atas bumi itu, air hujan itu menyuburkan bumi, maka timbullah beraneka macam tanam-tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang indah bentuknya, seakan-akan bumi itu menghiasi dirinya dengan tumbuhnya tanam-tanaman dan tumbuh- tumbuhan yang beraneka warna itu. Di antara yang tumbuh itu ada yang dapat dimakan manusia, sehingga terpelihara kelangsungan hidupnya, ada yang dapat dijadikan bahan-bahan pakaian, bahan kecantikan, dan beraneka keperluan manusia yang lain. Sesungguhnya Allah Maha Halus dalam ilmu-Nya, karena pengetahuan-Nya meliputi seluruh makhluk-Nya, tidak ada sesuatupun yang luput dari pengetahuannya itu, sejak dari yang kecil sampai kepada yang besar, sejak dari yang mudah sampai kepada yang sulit dan rumit yang kadang-kadang tidak diketahui oleh manusia. Karena itu Dia mengatur, menjaga kelangsungan hidup dan kelangsungan adanya makhluk-Nya itu. Maka ditetapkan-Nyalah hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan untuk mengatur makhluk- Nya. Tentang pengetahuan Allah SWT terhadap makhluk-Nya itu, diterangkan pula dengan firman-Nya: ن ربم ٌَ ٌرلال ذرة ِف الأرض ولا ِف الصٍاء ولا أصغر ٌَ ذلم ولا أكبر إلا ِف نخاب ٌتي
60 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Artinya: Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu, biarpun sebesar zarah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz). (Q.S. Yunus: 61) “Agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak”. (Q.S Al Furgaan: 49) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al Furqaan 49 (49) ِِلُ ْح ِِ َي بِ ًِ بَ ْْ َلةً َن ْي ًتا َون ُ ْس ِق َي ًُ ِم َّها َخ َل ْق َيا َأ ْن َعا ًنا َو َأ َىا ِِ َّس َكثِي ًرا Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa hujan untuk menyuburkan negeri-negeri atau tanah yang mati dan tandus. Dengan air hujan Dia memberi minum sebagian besar makhluk-Nya, binatang- binatang ternak dan manusia yang banyak. “Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran)”.(QS An Naml:60) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah An Naml 60 َأ ْم َن ْو َخ َل َق ال َّس َها َوا ِت َوا ْْلَ ْر َض َو َأىْ َز َل لَ ُك ْم ِن َو ال َّس َهاءِ َنا ًء َف َأ ْى َب ْت َيا بِ ًِ َح َدائِ َق َذا َت (60) َب ٍْ َج ٍة َنا ََك َن لَ ُك ْم َأ ْن تُنْبِتَُا َش َج َر ٌَا َأإََِلٌ َن َع اََّّللِ بَ ْل ٌُ ْم َق َْ ٌم َي ْع ِدلَُ َن Dalam ayat ini Allah SWT menanyakan, yang maksudnya, \"Atau siapakah yang menciptakan langit, bumi dan isi yang berada di dalamnya, dan yang menurunkan air hujan dari langit untukmu lalu dengan sebab air hujan ia menumbuhkan kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sendiri sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya?\" Ayat ini perlu menjadikan perhatian terutama bagi mereka yang sering mengadakan perjalanan
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 61 keliling sebagai wisatawan atau lainnya, ketika mereka melihat pemandangan yang indah, seperti kebun raya, kebun binatang, aquarium, berbagai pameran hasil industri pertanian, pertekstilan dan sebagainya mereka harus memandang keindahan alam yang berada di depan dan di sekelilingnya itu sebagai cermin yang terlihat di dalamnya segala keindahan, keagungan dan kesempurnaan Allah Maha Penciptanya. Melihat keindahan alam dengan mata kepalanya dan 'ainulbasirah. Dengan mengamalkan cara yang demikian itu, maka tidak akan putus-putus ingatannya kepada Allah SWT, karena ia setiap melihat makhluk ia melihat Khaliknya, dan bila hal demikian itu telah menjadi kebiasaan dan kebudayaan, maka ia akan merasakan ketauhidan yang murni, bersih dari segala unsur kemusyrikan. Maka patutlah pertanyaan tersebut disambung lagi dengan pertanyaan kedua, yaitu: \"Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain?\" Jawabnya: \"Tidak, sebab hanya Allahlah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. \"Hanya sebenarnya orang-orang yang menyembah berhala itu adalah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Kenapa mereka dikatakan menyimpang? Sebab, jika mereka ditanya: \"Siapakah yang menurunkan air kemudian menghidupkan dengan air itu bumi yang tadinya menjawab: \"Allah\" sesuai dengan firman-Nya: َولَ ِِ ْئ َس َأْْ َل ٍُ ْم َن ْو ىَ َّز َل ِن َو ال َّس َهاءِ َنا ًء َف َأ ْح َيا بِ ًِ ا ْْلَ ْر َض ِن ْو َب ْع ِد َم َْتِ ٍَا ََ َل ُقَلُ َّو ال ََّ ُل Artinya Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: \"Siapakah yang menurunkan air dan langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi, bumi sesudah matinya?\" Tentu mereka akan menjawab, \"Allah\", (Q.S. Al Ankabut: 63) Orang-orang penyembah berhala itu mengakui bahwa berhala mereka tidak dapat menurunkan air hujan yang jadi sebab kemakmuran bumi; mengapa mereka tetap juga menyembahnya?. Karena mereka hanya mengikuti kebiasaan nenek moyangnya saja, walaupun kebiasaan itu tidak sejalan dengan alam pikiran yang sehat. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia
62 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya”. (QS Ar Ruum: 24) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Ar Ruum 24 َو ٌِ َْ آيَاحِ ِّ يُ ِري ُؾ ًُ اىْ َب ْر َق َخ ْٔفًا َو َط ٍَ ًػا َو ُي َ ِّن ُل ٌِ ََ ال َّص ٍَا ِء ٌَا ًء َػيُ ْط ِِي ِة ِّ ا ْل َأ ْر َض َب ْػ َد (24) َم ْٔحِ َٓا ِإ َّن ِِف َذلِ َم َْليَا ٍت ِى َل ْٔ ٍم َي ْػ ِل ُئ َن Ayat ini menerangkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah yang lain, yaitu adanya kilat. Kilat adalah suatu fenomena (gejala) alam yang dapat disaksikan oleh pancaindera dan dapat pula diterangkan secara ilmiah. Kilat timbul dari bunga api listrik yang terjadi di kala bersatunya listrik positif yang berada di kelompok awan yang mengandung air dengan listrik negatif yang berada di bumi, sewaktu keduanya sedang berdekatan, umpamanya di waktu awan itu sedang berada di puncak gunung. Dari persatuan kedua macam listrik itu timbullah pengosongan udara yang mengakibatkan kilat, lalu diikuti oleh petir, kemudian diikuti pula oleh turunnya hujan. Jadi penyebab terjadinya kilat itu, suatu yang jelas ialah dia merupakan suatu fenomena (gejala) alam yang timbul dari aturan yang diciptakan Tuhan untuk mengatur alam ini. Al Qu’ran cocok dengan keadaannya sebagai buku dakwah, maka dia tidak memperinci hakikat fenomena- fenomena alam itu serta tidak menerangkan sebab-sebabnya. Alquran hanya menyebutkan hal itu sebagai alat untuk menghubungkan hati manusia dengan alam dan Penciptanya. Karena itu di sini dia menetapkan salah satu tanda adanya Allah, yaitu dengan memperlihatkan keadaan kilat yang menimbulkan takut dan harapan. Kedua perasaan naluri itu datang silih berganti pada jiwa manusia dalam menghadapi fenomena itu. Perasaan takut di kala melihat kilat itu ialah karena kilat itu akan diikuti oleh petir, sedang petir ini kalau menyambar sesuatu akan binasalah dia. Bila manusia disambarnya akan mati terbakarlah manusia itu. Bila metal (logam) yang disambarnya akan cair dan meleburlah dia.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 63 Bila batu dan bangunan yang disambarnya, akan hancur dan berderai-derailah dia. Atau ketakutan yang samar-samar ketika melihat kilat itu, dan perasaan yang ditimbulkan oleh kekuatan yang mengendalikan alam semesta ini. Dan perasaan harapan pada harta benda dengan akan turunnya hujan yang biasa menemani kilat itu. Sesudah kata-kata takut dan harapan, ayat ini dilanjutkan dengan \"Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya\". Ungkapan hidup dan mati itu jika dibandingkan dengan tanah adalah suatu ungkapan yang menggambarkan bahwa tanah itu merupakan benda hidup, yang dapat pula hidup dan dapat pula mati. Begitulah hakikat yang digambarkan Alquran. Alam ini adalah makhluk hidup, yang tunduk dan patuh kepada Tuhan, mengerjakan perintah-Nya dengan bertasbih dan beribadat kepada-Nya. Manusia yang hidup di atas bumi adalah salah satu dari makhluk-makhluk Allah itu. Mereka ikut beserta makhluk-makhluk itu dalam satu parade (pawai) besar menghadap Allah Tuhan semesta alam. Di samping itu air apabila menyirami tanah, dia akan menyuburkannya. Kemudian tumbuhlah tumbuh-tumbuhan yang hidup. Daun-daunnya berkembang begitu pula halnya dengan hewan dan manusia. Air itu merupakan Rasul dan pembawa kehidupan. Di mana ada air disitu ada kehidupan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya. Ayat ini diakhiri dengan kata \"akal\", sebagai media untuk berpikir dan menyelidik “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik”. (QS Lukman: 10) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Luqman 10 َْ ٌِ َخ َي َق ال َّص ٍَا َوا ِت ِة َغ ْ ِي َع ٍَ ٍد حَ َر ْو َن َٓا َوأَىْ ََق ِِف ا ْل َأ ْر ِض َر َوا ِِ َس أَ ْن حَ ٍِي َد ةِ ُؾ ًْ َو َب َّد ِػي َٓا (10) ًٍ ُُ ِّك َداةَّ ٍث َوأَُْ َزْْلَا ٌِ ََ ال َّص ٍَا ِء ٌَا ًء َفأَُْبَخَِْا ِػي َٓا ٌِ َْ ُُ ِّك َز ْو ٍج َن ِري
64 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Ayat ini menerangkan beberapa tanda dan bukti kekuasaan Allah yang terdapat di alam ini, yaitu: 1. Menciptakan alam semesta dengan segala macam isinya, berupa planet-plenet yang tidak terhitung jumlahnya. Planet- planet yang banyak itu merupakan bola-bola besar yang terapung di angkasa luas. Dalam ayat ini disebutkan \"tanpa tiang yang kamu melihatnya\". Dari perkataan ini dapat dipahami bahwa langit itu mempunyai tiang, yakni ada suatu kekuatan yang menopangnya yang berfungsi sebagai tiang, sehingga planet-planet itu tidak jatuh berserakan. Hanya orang- orang yang berilmulah yang dapat melihat tiang-tiang yang kokoh itu. 2. Allah menciptakan gunung-gunung di permukaan bumi agar bumi itu stabil, tidak bergoncang, sehingga manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan dapat hidup tenang di atasnya, seakan- akan gunung itu merupakan. pasak yang dapat mengokohkan permukaan bumi seperti halnya tiang-tiang kapal yang menjulang, yang dapat menstabilkan kapal itu berlayar dan berlabuh di tengah lautan, sehingga ia tidak oleng. Di samping itu gunung juga mempunyai manfaat lain bagi manusia, di antaranya untuk mengatur pembagian dan penyaluran air hujan yang dicurahkan dari langit, sehingga air itu tetap ada di permukaan bumi sampai musim kemarau. Banyak lagi manfaat-manfaat gunung bagi manusia dan makhluk Allan yang lain. 3. Allah menciptakan di permukaan bumi itu binatang-binatang yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan jenisnya, bentuk dan warnanya, sejak dari yang besar sampai kepada yang kecil yang tidak kelihatan oleh mata. Semua binatang yang diciptakan itu ada manfaat dan faedahnya. Kadang-kadang manusia, karena tidak mengetahui faedah dan guna binatang-binatang itu, mereka membunuh dan menumpasnya, sehingga tanpa mereka sadari timbullah kerusakan dan kekotoran di alam ini. Tetapi Allah mengetahui dengan pasti jumlah, jenis, warna, kegunaan dan faedah semua binatang-binatang yang diciptakan-Nya itu. 4. Allah SWT menurunkan hujan dari langit. Hujan itu berasal dari awan yang dihalau Nya ke suatu tempat tertentu, kemudian berubah menjadi hujan yang membasahi permukaan
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 65 bumi. Dengan air hujan itu tumbuhlah segala macam tumbuh- tumbuhan yang beraneka ragam, dengan warna yang indah dan manfaat yang banyak. “Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.( QS Fushshilat:39 ) “Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam”. (QS Qaaf: 9) “Untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan”. (QS Qaaf: 11) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Qaaf 10 – 11 ( ِر ْزكًا لِيْ ِػ َتا ِد َوأَ ْض َييْ َِا ةِ ِّ ةَ ْ َل ًة ٌَيْ ًخا َن َذلِ َم اْ ْلُ ُرو ُج10) َواْلَّ ْخ َو ةَا ِش َلا ٍت لَ َٓا َطيْ ٌع َُ ِضي ٌد (11) Dan Allah menumbuhkan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun sebagai rezeki bagi hamba-hamba Nya. Dalam ayat ini, Allah SWT tidak menyebutkan bahwa rezeki itu bagi hamba-hamba Nya yang suka mengingat Allah seperti diuraikan Nya pada ayat ke delapan sebab rezeki itu lebih umum. Seorang yang kembali mengingat Allah memakan rezeki itu sambil mensyukuri nikmat Allah, sedangkan yang lain memakannya seperti binatang saja, tidak ingat kepada Pemberi nikmat itu. Dan Allah menghidupkan bumi yang kering dan tandus itu setelah turun hujan dengan berbagai tanaman yang beraneka warna. Dan seperti itu pula terjadinya kebangkitan pada Hari Kiamat nanti. Setiap petani yang selalu mengolah ladang dan sawahnya harus selalu ingat dan bersiap-siap untuk menghadapi hari kebangkitan itu dengan ketakwaan dan amal kebaikan. “Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh- tumbuhan”. (QS An Naba 15)
66 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan 4.6 Hujan Itu Sumber–Sumber Air di Bumi (menetap di bumi) “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”. (Q.S Az Zumar: 21) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Az Zumar 21 أَلَ ًْ حَ َر أَ َّن اََّّل َل أَُْ َز َل ٌِ ََ ال َّص ٍَا ِء ٌَا ًء َف َصيَ َه ُّ َيَِابِي َع ِِف ا ْل َأ ْر ِض ُث ًَّ َُ ْي ِر ُج ةِ ِّ َز ْرًَع ُُمْخَ ِي ًفا ا ْل َأِْ َلا ِب ُ ََّ ِل ْن َرى ُّ ََُيْ َػي ُّ ُُأَلْ َٔا )21( ِلأو ِِل َذلِ َم ِِف إِ َّن ُض َطا ًٌا ًَّ ُث ُم ْص َف ًّرا َػ ََ َتا ُه يَ ِٓي ُز ًَّ ُث Pada ayat ini Allah SWT memerintahkan manusia memikirkan salah satu dari suatu proses kejadian di alam ini. yaitu proses turunnya hujan dan tumbuhnya tanam-tanaman di permukaan bumi ini. Kalau diperhatikan seakan-akan kejadian itu merupakan suatu siklus yang dimulai pada suatu titik-titik dalam suatu lingkaran, dimulai dari adanya sesuatu, kemudian berkembang menjadi besar, kemudian tua, kemudian meninggal atau tiada. kemudian mulai pula suatu kejadian yang baru lagi dan begitulah seterusnya sampai kepada suatu masa yang ditentukan Allah, yaitu masa berakhirnya kejadian alam ini. Contohnya ialah air hujan yang turun dari langit menyirami permukaan bumi, sehingga bumi yang semulanya tandus dan kering, menjadi basah dan berair. Air hujan itu sebagian disimpan di dalam bumi dengan adanya akar pohon-pohonan yang ada di hutan-hutan kemudian meresap ke dalam bumi, merupakan persediaan air bagi manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan makhluk Tuhan yang lain di masa musim kemarau nanti. Pada bumi yang gundul dan tandus, sebahagian besar dari air hujan itu tidak dapat ditahan oleh bumi. Air itu langsung mengalir ke laut yang kadang-kadang berupa banjir besar yang menjadi malapetaka bagi manusia. Adakalanya air itu langsung dimanfaatkan oleh manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Maka tumbuhlah tumbuh- tumbuhan, sejak dari benih kemudian menjadi besar, berbunga yang beraneka warna, berbuah, kemudian mati, untuk tumbuh lagi.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 67 Buahnya bermanfaat bagi manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Ada yang dimakan, ada pula yang diolah untuk keperluan-keperluan lain. Daun tumbuh-tumbuhan yang gugur kemudian menjadi hancur bersama tanah dapat menjadi pupuk bagi bagi tanam-tanaman yang lain. Demikianlah, dari turunnya hujan, tumbuhlah tumbuh- tumbuhan dan berkembang-biaknya binatang ternak dan sebagainya, manusia memperoleh nikmat yang tiada taranya, sejak dari nikmat berupa makanan dan minuman, juga nikmat yang berupa perasaan, seperti perasaan senang dan gembira melihat pemandangan yang indah di pegunungan yang diliputi oleh pohon-pohonan, perasaan senang melihat bunga yang sedang mekar, air yang mengalir di sungai, bunyi burung yang merdu diselingi dengan bunyi tetesan air yang jatuh dari atas tebing batu, binatang ternak yang makan di padang rumput yang sedang menghijau. Jika dilihat proses air yang mengalir ke laut, maka air itu menguap oleh terik panas matahari, kemudian menjadi awan yang bergumpal, dihalau kembali oleh angin ke suatu tempat sehingga menurunkan hujan. Proses kejadian yang demikian itu menjadi bahan renungan bagi orang yang mau menggunakan pikirannya. Tentu ada Zat Yang Maha Kuasa Yang mengatur semuanya itu, sehingga segala sesuatu terjadi dengan teratur dan rapi. Tidak mungkin manusia yang melakukannya. Yang melakukan semua itu tentulah zat Yang berhak disembah dan ditaati segala perintah-Nya. “Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya” (QS. Al Mukminun ayat 18.). “Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan”. (QS. Al Mukminun ayat 19.). Setelah pada ayat yang terdahulu Tuhan menyatakan bahwasanya alam yang begitu luas, terdiri dari tujuh jalan panjang, adalah Tuhan yang menjadikan semua. Sesungguhnya Tuhan mengatur perjalanan alam seluas ini, namun makhluk kecil-kecil macam kita ini, sampai kepada hama yang sangat halus sekalipun,
68 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan tidaklah lepas dari penjagaan Tuhan. Bagaimana caranya Tuhan memelihara makhluk kecil itu ? Yang pertama sekali makhluk kecil itu ialah bumi sendiri. Apalah arti bumi dibandingkan dengan beribu-ribu bintang di langit. Jika bumi dibandingkan kepada bermiliun bintang-bintang itu, dia hanya laksana sebutir pasir belaka. Di dalam bumi kecil itulah kita manusia ini hidup. Di dalam bumi kecil itu pula makhluk lain selain kita, sejak dari serangga merangkak sampai kepada binatang di hutan, sampai kepada lalat clan nyamuk, yang hinggap clan terbang, tak pernah dilengahkan oleh Tuhan. Bumi kecil di antara bintang-bintang. Manusia kecil dibandingkan dengar ikan paus di laut. Dalam nyamuk malaria yang kecil menumpang hama malaria yang hanya nampak jika dilihat dengan mikroskop. Maka Tuhan turunkan hujan dari langit, yaitu tempat yang tinggi. Turunnya itu dengan jangka tertentu, tidak seturun-turunnya saja. Dijangkakan ruangnya dan waktunya. Dijangkakan pula kekuatan yang terkandung dalam air itu, lalu diendapkan ke bawah kulit bumi. Tetapi kadang-kadang tidak terendapkan (tersimpan) air itu ke bawah, melainkan londong- pondong sehingga bumi tempatnya singgah menjadi gundul, lalu menjadi padang pasir dan tidak dapat ditanami lagi, airnya terus mengalir dengan derasnya ke hilir, tidak ada yang menahan. Dengan adanya,endapan air ke dalam tanah, bumi menjadi subur. Apabila tanah telah subur, tumbuhlah di sana apa yang dinamai hidup itu. Hiduplah tumbuh-tumbuhan karena adanya bunga tanah. Apabila tumbuhtumbuhan telah hidup, dapat pulalah binatang-binatang hidup pula di sana, sejak dari cacing dan ulat, jangkrik dan kumbang, sampai kepada burungburung, binatang berkaki empat dan manusia sendiri. أَ ْغِا ٍب َو َ َْ ٌِ َس َِّا ٍت ِّ ِة ًْ ىَ ُؾ فَأَن ْ َشأُْا ُني ٍو \"Maka Kami timbulkan di dalamnya kebun-kebun untuk kamu, dari korma dan anggur-anggur.\"(pangkal ayat 19). Dan kecerdikan akal manusia dapatlah membangun kebun, sawah dan ladang. Tumbuh kayu-kayuan dengan buahnya, manusia bertebaran mencari makan, seleranya dapat membedakan yang manis, yang pahit, yang asam dan yang pedas. Kian lama manusia kian dapat menyusun mana buah-buahan dan kayu-kayuan An yang sesuai dengan seleranya, sehingga dibuatnyalah kebun-kebun clan diaturnya
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 69 kebun-kebun itu dengan baik-baik, maka tumbuhlah kebun korma atau kebun anggur. Sedang anggur itu berbagai macam pula ragamnya, ada yang hijau, yang putih dan yang merah. Di samping itu tumbuh pulalah buah-buahan yang lain. ٌَو أَ ْعنا ٍب لَ ُك ْم فيها فَىا ِكهُ َكثي َرة \"Dan untuk kamu pula buah-buahan bermacam-macam banyaknya.\" Di bukit-bukit sekeliling Jazirah Arab tumbuhlah anggur, korma, zaitun, tin dan buah-buahan yang lain. Betapa pula di bagian dunia yang lain ? Negeri kita ini daerah khatulistiwa berbagai macam pula ragam buah-buahan. Yang tak ada di Jazirah Arab, ada di negeri kita, sebagai juga yang ada di Jazirah Arab tidak ada pada kita. Kita punya durian, rambutan, pepaya, pisang dengan segala macam ragamriya, kedondong, sawo, manggis, duku dan langat, dan lain-lain sebagainya. Perlainan ragam buah-buahan karena perubahan iklim bumi, ditentukan pula oleh Qadar atau ukuran air yang diturunkan Tuhan seketika hujan itu turun dan ukuran iklim daerah, sebagai tersebut dalam ayat 18 tadi. \" َو ٌِِْٓا حَأْ ُكئُ َنDan dari padanyalah kamu makan. \" (ujung ayat 19). Yakni semua ini dicipta Allah untuk menjadi makanan kamu. “Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemu- lah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan”. (QS AL Qamar: 12) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al Qamar 12 (12)َوفَ َّش ْرَُا ا ْل َأ ْر َض ُعئًُُا َفاِْ َل ََق الْ ٍَا ُء ََ َع أَ ْم ٍر كَ ْد ُك ِد َر Allah menyatakan bahwa Dia telah menjadikan bumi seluruhnya. Dipancarkan Nya mata-mata air di permukaannya, kemudian bertemulah dua air tersebut, yaitu air yang diturunkan dari langit dan air yang dipancarkan dari bumi, menurut cara yang telah Allah tentukan.
70 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Katakanlah: \"Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?\". (QS Mulk: 30) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al Mulk 30 (30)كُ ْو أَ َرأَ ْي ُخ ًْ إِ ْن أَ ْصتَ َص ٌَا ُؤ ُؽ ًْ َغ ْٔ ًرا َػ ٍَ َْ يَأْ َِي ُؾ ًْ ِة ٍَا ٍء ٌَ ِػ ٍي Dalam ayat ini, Allah SWT menerangkan lagi tanda-tanda kebesaran dan Kekuasaan-Nya setelah pada ayat yang lalu Dia memerintahkan agar bertawakkal kepada-Nya. Dia memerintahkan Muhammad mengatakan kepada orang-orang kafir, \"Hai orang-orang kafir, cobalah terangkan kepadaku, apa yang terpikir olehmu, seandainya atas kehendak Allah SWT seluruh air yang mengalir di permukaan bumi ini meresap ke dalam tanah, sehingga sumber-sumber air dan sumurmu menjadi kering, timba-timbamu tidak dapat menimba air lagi. Apakah tuhanmu yang lain yang dapat mendatangkan air itu, sehingga kamu dapat minum, kebun-kebunmu menjadi subur kembali dan binatang-binatang ternakmu dapat herkembang biak? Tidak ada sesuatupun yang dapat mendatangkan air itu kecuali Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang kepada hamba- hamba-Nya. Karena kamu masih memperserikatkan-Nya dengan sesuatu yang tidak layak bagi-Nya?\" Seakan-akan ayat ini menyuruh orang-orang kafir memperbandingkan dasar ketuhanan menurut pengertian mereka dengan sifat pemahaman ketuhanan menurut agama yang disampaikan Muhammad SAW. Tuhan yang disembah menurut yang diajarkan Rasulullah adalah Tuhan pencipta seluruh makhluk, menjaga kelangsungan hidup semua yang hidup di alam ini, Mahakuasa, Maha Menentukan segala sesuatu, tidak memerlukan sesuatu apa pun untuk menolong diri-Nya dan sebagainya. Bukan Tuhan yang dibuat manusia atau diangkat oleh manusia sendiri untuk disembah, seperti sifat pemahaman ketuhanan orang- orang musyrik. Seakan-akan mengingatkan kepada mereka bahwa Tuhan yang disembah itu ialah Tuhan Yang Maha Esa, tidak beranak, tidak dilahirkan, tidak berserikat dengan suatu apapun dan tidak memerlukan makhluk-makhluk lain yang membantu-Nya melaksanakan setiap urusan-Nya.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 71 Tafsir/Indonesia/Jalalain/Surah Al Mulk 30 (30)ُك ْو أَ َرأَ ْيخُ ًْ ِإ ْن أَ ْصتَ َص ٌَا ُؤ ُؽ ًْ َغ ْٔ ًرا َػ ٍَ َْ يَأْ َِي ُؾ ًْ ِة ٍَا ٍء ٌَ ِػ ٍي (Katakanlah, \"Terangkanlah kepadaku jika sumber air kalian menjadi kering;) yakni airnya masuk jauh ke dalam bumi (maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagi kalian?\") Sehingga air itu menyumber dan dapat dicapai oleh tangan atau oleh timba-timba, sebagaimana air yang kalian miliki sekarang? Tiada seorang pun yang dapat mendatangkannya selain Allah swt. Maka, mengapa kalian mengingkari adanya hari berbangkit, yaitu hari di mana Dia membangkitkan kalian menjadi hidup kembali. Disunahkan bagi pembaca surah ini, bila bacaannya sampai kepada lafal ma`iin, hendaknya ia mengucapkan kalimat jawabannya, yaitu \"allaahu rabbul 'aalamiina/Allah Rabb semesta alam yang dapat mengeluarkannya. Demikianlah menurut keterangan yang dikemukakan di dalam hadis. Dan ayat ini dibacakan terhadap sebagian orang-orang yang bersifat angkara murka, maka menurut perawinya, bahwa cangkul dan sekop penggali tanah terus menghunjam ke tanah, akan tetapi sumber air tidak muncul-muncul juga; ia telah pergi jauh meresap ke dalam bumi yang tidak dapat dicapainya. Kami berlindung kepada Allah dari perbuatan berani melawan Allah dan ayat-ayat-Nya. “Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar?” (QS Al Mursalaat: 27) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al Mursalaat 27 (27)َو َس َػيَِْا ِػي َٓا َر َوا ِِ َس َشاُِمَا ٍت َوأَ ْش َليَِْا ُؽ ًْ ٌَا ًء ُف َراحًا Yang kedua dalam ayat ini Allah mengarahkan perhatian manusia kepada penciptaan gunung, untuk apa dia jadikan? Gunung yang menjulang tinggi dari permukaan bumi, gunung itu dikatakan sebagai pasak bumi dan dengan demikian manusia merasa tenteram tinggal di bumi, artinya gunung itulah yang bertugas sebagai pasak tiang untuk menjaga keseimbangan bumi tersebut. Terkadang sebagian badan gunung-gunung itu terbenam dalam tanah atau dalam laut maupun sungai-sungai.
72 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Yang ketiga Tuhan mengajak manusia memikirkan tentang air tawar yang diminum setiap hari, sebagai anugerah dari Allah. Dialah yang menurut ayat ini memberikan minum. Terkadang air itu tercurah dari langit yang dibawa hujan yang berasal dari gumpalan awan atau dari salju mencair dan adakalanya pula mengalir dari anak-anak sungai atau memancar dari mata air, di bawah celah-celah gunung maupun di pinggir kali, dan sebagainya. 4.7 Hujan Itu Rezeki “Dan di langit terdapat rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Adz Dzariyat: 22). Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Adz Dzaariyaat 22 )22( َو ِِف ال َّص ٍَا ِء ِر ْز ُك ُؾ ًْ َو ٌَا حُٔ َغ ُدو َن Ayat ini menjelaskan bahwa di langit terdapat sebab-sebab rezeki bagi manusia seperti turunnya hujan yang menyebabkan datangnya kesuburan tanah pertanian dan perkebunan yang menghasilkan berbagai hasil bumi dan buah-buahan sebagai rezeki bagi manusia dan ternak piaraannya, dan terdapat pula apa yang dijanjikan Allah untuk manusia yaitu takdir penetapan Allah terhadap manusia itu masing-masing yang ditulis di Lohmahfuz. “Untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan”.( QS Qaaf: 11) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Qaaf 10 - 11 ( ِر ْزكًا لِيْ ِػتَا ِد َوأَ ْضيَيَِْا ِة ِّ ةَ ْ َل ًة ٌَيْخًا َن َذلِ َم اْ ْلُ ُرو ُج10) َواْلَّ ْخ َو ةَا ِش َلا ٍت لَ َٓا َطيْ ٌع َُ ِضي ٌد (11) Dan Allah menumbuhkan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun sebagai rezeki bagi hamba-hamba Nya.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 73 Dalam ayat ini, Allah SWT tidak menyebutkan bahwa rezeki itu bagi hamba-hamba Nya yang suka mengingat Allah seperti diuraikan Nya pada ayat ke delapan sebab rezeki itu lebih umum. Seorang yang kembali mengingat Allah memakan rezeki itu sambil mensyukuri nikmat Allah, sedangkan yang lain memakannya seperti binatang saja, tidak ingat kepada Pemberi nikmat itu. Dan Allah menghidupkan bumi yang kering dan tandus itu setelah turun hujan dengan berbagai tanaman yang beraneka warna. Dan seperti itu pula terjadinya kebangkitan pada Hari Kiamat nanti. Setiap petani yang selalu mengolah ladang dan sawahnya harus selalu ingat dan bersiap- siap untuk menghadapi hari kebangkitan itu dengan ketakwaan dan amal kebaikan. “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah 30 , padahal kamu mengetahui”.(Q.S Al Baqarah: 22) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al Baqarah 22 ََ ٌِ ِّ ِة فَأَ ْخ َر َج ٌَا ًء ال َّص ٍَا ِء ََ ٌِ َوأَُْ َز َل ةِ َِا ًء َوال َّص ٍَا َء ِف َرا ًشا ا ْل َأ ْر َض ًُ ىَ ُؾ َس َػ َو َّ اَّ ِلي (22) الثَّ ٍَ َرا ِت ِر ْز ًكا ىَ ُؾ ًْ َف ََل ََتْ َػ ُئا ََِّّل ِل أَُْ َدا ًدا َوأَ ْنخُ ًْ ََ ْػيَ ٍُٔ َن Allah swt. menerangkan bahwa Dia menciptakan bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, menurunkan air hujan. menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan menjadikan tumbuh-tumbuhan itu berbuah. Semuanya diciptakan Allah swt. untuk manusia, agar manusia memperhatikan proses penciptaan itu, merenungkan, mempelajari dan mengolahnya sehingga bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan sesuai dengan yang telah diturunkan Allah. Karena Dia yang memberikan nikmat-nikmat itu, maka manusia wajib menyembah Allah swt. saja. Allah memberikan semua nikmat itu agar manusia bertakwa dan melaksanakan tugas-tugasnya sebagai seorang hamba Allah swt. Tugas-lugas itu dapat dipahami dari firman Allah swt:
74 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan (56) ِِلَ ْػتُ ُدون َّ َوا ْ ِلن ْ َس ََّ اْ ِْل َخيَ ْل ُج َو ٌَا ِإلا Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku” (Q.S Az Zariyat: 56) Allah swt. menguji manusia dalam melakukan tugas yang diberikan kepadanya, dengan firman-Nya: َع ٍَ ًَل َُ أَ ْض َص ًْ َأيُّ ُؾ ًْ ِِ َلتْ ُي َٔ ُك َواْ ْلَيَا َة الْ ٍَ ْٔ َت َخ َي َق َّ اَّ ِلي Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”. (Q.S Al Mulk: 2) Karena perintah Allah di atas serta manusia telah mengetahui perintah perintah itu dan mengetahui tentang keesaan dan kekuasaan Allah, maka Allah memberi peringatan: Janganlah manusia menjadikan tuhan-tuhan yang lain di samping Allah dan jangan mengatakan bahwa Allah berbilang. “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok 1188 . Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.(Q.S Lukman: 34) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Luqman 34 إِ َّن اََّّل َل ِغِْ َد ُه ِغيْ ًُ ال َّصا َغ ِث َويُ َ ِّن ُل اىْ َغيْ َد َويَ ْػيَ ًُ ٌَا ِِف ا ْل َأ ْر َضا ِم َو ٌَا حَ ْد ِري َن ْف ٌس ٌَا َذا (34) حَ ْؾ ِص ُب َغ ًدا َو ٌَا حَ ْد ِري َن ْف ٌس ِةأَ ِّي أَ ْر ٍض ََ ٍُٔ ُت إِ َّن اََّّل َل َغ ِيي ًٌ َخ ِت ٌي Pada ayat ini Allah SWT menerangkan lima perkara gaib yang hanya Allah sendirilah yang mengetahui perkara itu yaitu: 1. Hanya Allah sajalah yang mengetahui kapan datangnya Hari Kiamat, tidak seorangpun yang mengetahui selain Dia, kendatipun malaikat, sedang malaikat itu adalah makhluk yang
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 75 paling dekat dengan-Nya, dan tidak pula diketahui oleh para Nabi yang diutus. Allah SWT berfirman: ْٔ لا َيييٓا لٔكخٓا إلا Artinya: “Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia”. (Q.S. Al A'raf: 187) 2. Allah sendirilah yang menurunkan hujan, Dialah yang menetapkan kapan, di mana dan berapa banyak yang akan dicurahkan-Nya, maka ketetapan-Nya itu tidak seorangpun yang dapat mengetahuinya. Para ahli astronomi dan ahli meteorologi (ilmu cuaca), dapat meramalkan terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan, dan kapan serta di mana hujan akan turun, berdasarkan ilmu hisab dan tanda-tanda. Akan tetapi itu adalah perhitungan dan perkiraan manusia yang tidak mengakibatkan pengertian yang meyakinkan, hanyalah bersifat ramalan, mereka tidak dapat memastikan. 3. Hanya Allah saja yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang ada dalam suatu kandungan, apakah cacat atau sempurna, dan kapan ia akan dilahirkan. 4. Hanya Dia pula yang mengetahui dengan pasti apa yang akan dikerjakan oleh seseorang esok harinya. Sekalipun manusia dapat merencanakan apa yang akan dikerjakannya itu, namun semuanya itu hanyalah bersifat rencana saja. Jika Allah menghendaki terlaksananya, terlaksanalah dia, dalam pada itu tidak sukar bagi Allah untuk menghalangi terlaksananya. 5. Seseorang tidak mengetahui di mana ia akan meninggal dunia nanti. Apakah di daratan atau di lautan ataupun di udara, apakah di negeri ini, atau di negeri itu. Hanya Allah saja yang dapat mengetahuinya dengan pasti. Diriwayatkan dari Ibnu Munzir dari Ikrimah, bahwa seorang laki-laki bernama Al Waris bin `Amri bin Harisah datang kepada Nabi saw, ia bertanya \"Ya Muhammad, kapan akan datang hari kiamat? Bumi kita telah kering, kapan akan menjadi subur? Sesungguhnya aku meninggalkan isteriku dalam keadaan hamil, kapan ia akan melahirkan? Aku
76 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan mengetahui apa yang aku kerjakan sekarang, maka apakah yang akan aku kerjakan esok harinya? Aku mengetahui tempat aku dilahirkan, maka di tempat manakah aku akan meninggal ? Sebagai jawaban turunlah ayat ini. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw bersabda: وينل اىغيد ويػيً ٌا ِف, إن الله غِده غيً الصاغث: ٌفاحيص اىغيب خمس وٌا حدري ُفس ٌاذا حؾصب غدا وٌا حدري ُفس ةأي أرض, الأرضام حٍٔت إن الله غييً ختي Artinya: “Kunci yang gaib itu ada lima perkara: \"Sesungguhnya hanya pada Allah sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat. Dialah yang menurunkan hujan, Dia mengetahui apa yang dalam rahim, seseorang tidak mengetahui apa yang akan dikerjakannya esok harinya, dan ia juga tidak mengetahui di bumi mana ia akan meninggal dunia. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal\". “Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum”. (Q.S Al Waaqi`ah: 68) “Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?” (Q.S Al Waaqi`ah: 69) “Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (Q.S Al Waaqi`ah: 70) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al Waaqi'ah 68 - 70 ْٔ َل )69( الْ ٍُ ْ ِنلُٔ َن َُ ْنَح أَ ْم الْ ٍُ ْز ِن ََ ٌِ أَُْ َزِْ ُل ٍُٔ ُه ًْ ُأَأَ ْنخ )68( ت َ ْْ َش ُبٔ َن َّ الْ ٍَا َء ًُ ُأَ َف َرأَ ْيخ اَّ ِلي )70( ن َ َشا ُء َس َػيَِْا ُه أُ َسا ًسا َف َي ْٔ َلا ت َ ْش ُه ُرو َن Dalam ayat-ayat ini, kembali Allah SWT mengungkapkan salah satu dari pada nikmat Nya yang agung, untuk direnungkan dan dipikirkan oleh manusia apakah mereka mengetahui tentang fungsi air yang mereka minum. Apakah mereka yang menurunkan air itu dari langit yaitu air hujan ataukah Allah SWT yang menurunkannya.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 77 Air hujan itu manakala direnungkan oleh manusia, tahulah mereka bahwa ia berasal dari uap air yang terkena panas matahari. Setelah menjadi awan dan kemudian menjadi mendung yang sangat hitam bergumpal-gumpal, maka turunlah uap air itu sebagai air hujan yang sejuk dan tawar, tidak asin seperti air laut. Air tawar tersebut menyegarkan badan serta menghilangkan haus. Bila tak ada hujan, pasti tak ada sungai yang mengalir, tak akan ada mata air dan berapa meter pun dalamnya orang menggali sumur, niscaya tak akan keluar airnya. Dan bila tak ada air, rumputpun tidak akan tumbuh, apalagi tanaman yang ditanam orang. Apabila tidak ada hujan, pasti tidak ada air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Kalau tanaman dan tumbuh-tumbuhan tidak tumbuh, maka binatang ternakpun tak ada. Tak akan ada ayam, tak akan ada kerbau dan sapi, tak akan ada kambing dan domba. Sebab hidup memerlukan makan dan minum. Kalau tak ada yang dimakan, dan tak ada yang diminum, bagaimana bisa hidup? Dan kalau tak ada tanaman dan tumbuh-tumbuhan, dan tak ada air tawar untuk diminum, bagaimana manusia bisa hidup? Apakah mesti makan tanah? Dan apakah yang akan diminum? Kalau ada air, jika air tersebut dijadikan Tuhan asin rasanya, pasti tidak bisa menghilangkan haus dan tak dapat dipergunakan untuk menyiram atau mengairi tanaman. Dan siapakah yang menurunkan hujan tersebut? Bukankah hanya Allah SWT saja yang dapat menurunkan hujan sehingga mengalir dan sumur dapat mengeluarkan air? Mengapakah manusia tidak bersyukur kepada Allah? Padahal Dialah yang menurunkan hujan yang demikian banyak manfaatnya sebagaimana firman-Nya: ّْٔ اَّلي أُزل ٌَ الصٍاء ٌاء ىؾً ٌِّ َشاب وٌِّ ششر فيّ تصئٍن ينتج ىؾً ة الزرع والزيخٔن واْلخيو والأغِاب وٌَ ُك الثٍرات إن ِف ذلم ْليث ىلٔم يخفهرون Artinya: “Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu
78 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah- buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (Q.S. An Nahl: 10, 11) Dalam hubungan ini terdapat hadis yang berbunyi: اْلٍد لله اَّلي شلاُا غذةا فراحا:إن اْلبي صلى الله غييّ وشيً َك إذا َشب الماء كال ةرْحخّ ولً َيػيّ ميطا أساسا ةذُٔبِا Artinya: Sesungguhnya Nabi saw apabila beliau selesai minum air, beliau mengucapkan: \"Segala puji adalah bagi Allah yang telah memberikan minuman kepada kita air tawar yang menyegarkan dengan rahmat-Nya dan tidak dijadikannya air asin disebabkan dosa-dosa kita\".(H.R. Ibnu Abi Hatim dari Abu Ja'far) 4.8 Hujan Itu Ni’mat Allah “Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu diantara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (dari padanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (ni'mat”). ( Q.S Al Furqaan: 50) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al Furqaan 50 )50( ُن ُفٔ ًرا َّ اْلَّا ِس أَ ْك ََ ُث َفأَ ََب ِِ َل َّذ َّن ُروا ًْ ُٓ َِْةَي ََ َّص ْػَِا ُه َوىَ َل ْد إِلا Sesungguhnya Allah telah mengatur turunnya hujan secara bergiliran di antara manusia. Kadang-kadang turun siang atau malam, kadang-kadang ditujukan untuk menyirami tanah satu kaum yang baru melaksanakan salat Istisqa, kadang-kadang dipalingkan dari kaum yang banyak melakukan kedurhakaan dan kemaksiatan, agar manusia mengambil pelajaran dari nya, dan agar mereka mengerti, bahwa Tuhanlah yang mengatur giliran hujan itu seperti mengatur peredaran bintang-bintang dan planet di angkasa luas. Air hujan itu bukan hanya diatur turunnya saja dengan bergiliran, akan tetapi diatur pula bentuk dan keadaannya.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 79 Kadang-kadang merupakan benda seperti batu, yaitu jika suhunya jauh di bawah nol dan merupakan es batu. Kemudian jika dipanaskan berubah menjadi cairan, dan jika tambah dipanaskan lagi berubah menjadi uap seperti gas atau angin, dan air itu terdapat pula sebagai unsur hidup di udara. di sungai, di lautan, dalam tumbuh- tumbuhan, binatang dan manusia, patut sekali jika air itu dijadikan unsur dalam segala sesuatu yang hidup seperti dalam firman Allah: وسػيِا ٌَ الماء ُك َشء حي Artinya: \"Dan dari pada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup\". (Q.S. Al Anbiya: 30) Semuanya ini harus jadi bahan pemikiran bagi manusia agar dapat mensyukuri nikmat Allah, tetapi kebanyakan manusia itu enggan kecuali mengingkari nikmat-nikmat itu. Kemudian Allah menerangkan bahwa nikmat-Nya besar sekali dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw dengan meletakkan beban kerasulan yang berat sekali di atas pundaknya, agar supaya beliau bertambah tinggi derajat dan kemuliaannya.
80 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan BAB V PROSES HUJAN MENJADI DEBIT Secara ilmu Hidrologi 5.1 Distribusi Air di Bumi Jumlah air di bumi ini 97% adalah air asin yang berada di lautan dan 3% adalah air tawar, dari 3% tersebut 68.7% ada di pegunungan es dan 30.1% graoundwater sedangkan 0.3% sebagai surface water dan 0.9 dan lainnya, sedangkan yang surface water 0.3% tersebar di sungai 2% di Danau 87% di rawa–rawa 11% (lihat gambar 5.1) Gambar 5.1 Distribusi Air di Bumi Dari data distribusi air di bumi tersebut, jumlah dan lokasinya bersumber dari turunnya hujan yang secara periode waktu dan jumlahnya juga tetap. Proses turunnya air hujan menjadi debit di sungai saya jelaskan sebagai berikut:
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 81 Neraca keseimbangan air yang turun ke bumi dan distribusinya secara alamiah, dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: Q total = Q run-off + Q infiltrasi + Q evapotranspirasi dimana: Q total = jumlah total air hujan yang turun per satuan waktu Q run-off =jumlah air hujan yang mengalir ke tempat yang lebih rendah sebagai limpasan air permukaan (surface run-off) yang merupakan fungsi dari: Q run-off = C.I.A, Dimana: C = koefisien limpasan yang bergantung pada jenis lapisan penutup permukaan tanahnya,nilainya dari 0,1 – 1 I = Intensitas curah hujan A = luas daerah tangkapan hujan Q infiltrasi = jumlah air hujan yang meresap ke dalam lapisan tanah yang sangat bergantung pada jenis tanah dari lapisan tanah pada kedalaman 1-3 meter di bawah permukaan tanah. Q evapotranspirasi = jumlah air hujan yang meresap kembali ke atmosfir yang sangat bergantung pada iklim setempat (suhu udara, kelembaban, angin) Dari persamaan neraca di atas, hanya Q run-off dan Q infilitrasi yang dapat dikendalikan terutama dengan intervensi pengaturan kegiatan/aktivitas manusia dan rekayasa teknis dengan sasaran memperkecil Q run-off sesuai dengan kapasitas badan air (sungai, danau, situ, retensi air buatan dan alamiah) dan memperbesar Q infiltrasi. Dalam hal ini terjadi hubungan timbal balik (reciprocal ) antara Q run-off dan Q infiltrasi. Jika Q run-off membesar maka Q infiltrasi mengecil dan sebaliknya. SEKEMATIK JIKA HUJAN TURUN, DAN DI PROSES DI DALAM SUATU DAERAH ALIRAN SUNGAI Q total = Q run-off + Q infiltrasi + Q evapotranspirasi
82 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Gambar 5.2 Skema DAS dalam proses curah hujan Dari persamaan neraca di atas, hanya Q run-off dan Q infilitrasi yang dapat dikendalikan, Terjadinya banjir akibat Q runoff > dari kapasitas Q di sungai, solusi penanggulangannya harus menurunkan Q runoff dengan cara memperbesar Q infiltrasi. Dengan kata lain, terjadinya banjir akibat adanya peningkatan debit di sungai dan kapsitas sungai tidak mampu menerima debit tersebut sehingga meluap. Solusi menanggulangi banjir adalah menurunkan Q runoff dengan cara simpanlah hujan dengan metode meresapkan air hujan tersebut (memperbesar Q infiltrasi), bukan membuang Q runoff ke laut, karena hujan itu tetap. “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan 770 . 770 . Allah mengumpamakan yang benar dan yang bathil dengan air dan buih atau dengan logam yang mencair dan buihnya. Yang benar sama dengan air atau logam murni yang bathil sama dengan buih air atau tahi logam yang akan lenyap dan tidak ada gunanya bagi manusia”. (Q.S Ar‟ Rad: 17)
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 83 5.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet). Oleh karena itu, pengelolaan DAS merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan yang pada dasarnya merupakan usaha-usaha penggunaan sumberdaya alam disuatu DAS secara rasional untuk mencapai tujuan produksi pertanian yang optimum dalam waktu yang tidak terbatas (lestari), disertai dengan upaya untuk menekan kerusakan seminimum mungkin sehingga distribusi aliran merata sepanjang tahun (Marwah, 2001) Dalam terminologi yang lain dalam bahasa Inggris pengertian DAS sering dipergunakan istilah ― drainage area‖ atau ―river basin‖ atau ―catchment area‖ atau ―watershed‖. Definisi DAS tersebut di atas pada dasarnya menggambarkan suatu wilayah yang mengalirkan air yang jatuh diatasnya beserta sedimen dan bahan larut melalui titik yang sama sepanjang suatu alur atau sungai. DAS juga merupakan suatu ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Cakupan luas suatu DAS di bumi kita ini sangat bervariasi mulai dari beberapa puluh meter persegi sampai dengan ratusan ribu hektar. Suatu DAS yang sangat luas seperti Amazon biasanya disebut ― river basin‖ . Secara herarkis suatu DAS yang luas/besar biasanya terdiri atas beberapa DAS yang lebih kecil. DAS-DAS yang lebih kecil tersebut dinamai sub DAS dari DAS yang lebih besar. Sub DAS mungkin juga terdiri atas beberapa sub-sub DAS. DAS berfungsi sebagai wadah untuk memproses jatuhnya air hujan kebumi, menjadi debit runoff dan debit infiltrasi, dua parameter tersebut yang harus dikelola jika terjadi hujan agar pengelolaanya sesuai dengan filosofi diturunkannya hujan oleh Allah SWT melalui firmannya sebagai berikut:
84 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan “Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya”. (QS Al Mukminuun:18) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al Mu'minuun 18 (18) َوأَُْ َزْْ َلا ٌِ ََ ال َّص ٍَا ِء ٌَا ًء ِة َل َد ٍر فَأَ ْش َه َِّا ُه ِِف ا ْل َأ ْر ِض َو ِإَُّا ََ َع َذ َْا ٍب ةِ ِّ ىَ َلا ِد ُرو َن Lalu Allah menurunkan dari langit air hujan dengan kadar yang diperlukan, tidak terlalu lebat sehingga menimbulkan bencana banjir dan tidak sedikit sehingga cukup untuk mengairi kebun-kebun yang memerlukannya. Dan ada pula tanah-tanah yang memerlukan banyak air, akan tetapi tidak tahan menerima hujan yang lebat, maka air yang diperlukan itu didatangkan dari negeri lain melalui sungai- sungai yang besar seperti negeri Mesir dengan sungai Nilnya yang bersumber di tengah-tengah benua Afrika. Dan di samping membawa air yang diperlukan, juga membawa lumpur yang sangat bermanfaat untuk menambah kesuburan. Dan sebahagian dari air itu Kami jadikan menetap dalam bumi untuk mengisi sumur-sumur dan parit-parit yang berfungsi dalam bidang irigasi, dan karena air dalam bumi itu bersentuhan pula dengan lapisan logam-logam dan zat kimia lainnya, menyebabkan pula air itu mengandung unsur-unsur kimiawi yang menambah kesuburan tanah, dan bila lewat di lereng gunung-gungung berapi dapat pula menjadi sumber-sumber air panas yang mengandung belerang, dan dapat dijadikan tempat pemandian air panas sangat berguna untuk menyembuhkan penyakit kulit dan sebagainya. Semua sumber-sumber kenikmatan penggunaan air itu, jika dimanfaatkan dengan rasa syukur ke hadirat Allah, niscaya akan lama dapat dinikmati, akan tetapi awas, sesungguhnya Kami berkuasa pula untuk menghilangkannya, terutama bila tempat-tempat itu dipakai untuk keperluan perbuatan maksiat. Ayat ini menyebut turunnya air dari langit menurut suatu ukuran, dan air ini akan meresap ke dalam tanah dan tersimpan di sana (menetap), sehingga dapat dimanfaatkan manusia untuk minum, pertanian dan lain sebagainya. Jelas, Allah Swt yang mampu mengurusi semua di alam ini, khususnya untuk menjamin kebutuhan paling penting manusia mampu juga menghancurkannya dan membinasakan seluruh makhluk hidup. Manusia juga tidak dapat
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 85 menghalangi kehendak Tuhan dan membuat metode lain untuk menyampaikan air kepada manusia seperti yang dilakukan Allah ini. Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Air menjadi sumber kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Allah menyampaikan air dari langit ke seluruh bumi agar dapat dimanfaatkan. 2. Nilai nikmat ilahi akan tampak ketika untuk sementara waktu kita kehilangannya. Ketika hujan tidak turun akan menyebabkan kekeringan dan ini di luar dari kekuasaan manusia. “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”. (Q.S Az Zumar: 21) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Az Zumar 21 أَلَ ًْ حَ َر أَ َّن اََّّل َل أَُْ َز َل ٌِ ََ ال َّص ٍَا ِء ٌَا ًء فَ َص َي َه ُّ َيَِابِي َع ِِف ا ْل َأ ْر ِض ُث ًَّ َُ ْي ِر ُج ِة ِّ َز ْرًَع ُُمْخَ ِي ًفا ا ْل َأِْ َلا ِب ُ ََّ ِل ْن َرى ُّ ََُيْ َػي ُّ ُُأَلْ َٔا )21( ِلأو ِِل َذلِ َم ِِف إِ َّن ُض َطا ًٌا ًَّ ُث ُم ْص َف ًّرا َػ ََ َتا ُه يَ ِٓي ُز ًَّ ُث Pada ayat ini Allah SWT memerintahkan manusia memikirkan salah satu dari suatu proses kejadian di alam ini. yaitu proses turunnya hujan dan tumbuhnya tanam-tanaman di permukaan bumi ini. Kalau diperhatikan seakan-akan kejadian itu merupakan suatu siklus yang dimulai pada suatu titik-titik dalam suatu lingkaran, dimulai dari adanya sesuatu, kemudian berkembang menjadi besar, kemudian tua, kemudian meninggal atau tiada. kemudian mulai pula suatu kejadian yang baru lagi dan begitulah seterusnya sampai kepada suatu masa yang ditentukan Allah, yaitu masa berakhirnya kejadian alam ini. Contohnya ialah air hujan yang turun dari langit menyirami permukaan bumi, sehingga bumi yang semulanya tandus dan kering, menjadi basah dan berair. Air hujan itu sebagian disimpan di dalam bumi dengan adanya akar pohon-pohonan yang ada di hutan-hutan kemudian meresap ke dalam bumi, merupakan persediaan air bagi
86 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan makhluk Tuhan yang lain di masa musim kemarau nanti. Pada bumi yang gundul dan tandus, sebahagian besar dari air hujan itu tidak dapat ditahan oleh bumi. Air itu langsung mengalir ke laut yang kadang-kadang berupa banjir besar yang menjadi malapetaka bagi manusia. Adakalanya air itu langsung dimanfaatkan oleh manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Maka tumbuhlah tumbuh- tumbuhan, sejak dari benih kemudian menjadi besar, berbunga yang beraneka warna, berbuah, kemudian mati, untuk tumbuh lagi. Buahnya bermanfaat bagi manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Ada yang dimakan, ada pula yang diolah untuk keperluan-keperluan lain. Daun tumbuh-tumbuhan yang gugur kemudian menjadi hancur bersama tanah dapat menjadi pupuk bagi bagi tanam-tanaman yang lain. Demikianlah, dari turunnya hujan, tumbuhlah tumbuh- tumbuhan dan berkembang-biaknya binatang ternak dan sebagainya, manusia memperoleh nikmat yang tiada taranya, sejak dari nikmat berupa makanan dan minuman, juga nikmat yang berupa perasaan, seperti perasaan senang dan gembira melihat pemandangan yang indah di pegunungan yang diliputi oleh pohon-pohonan, perasaan senang melihat bunga yang sedang mekar, air yang mengalir di sungai, bunyi burung yang merdu diselingi dengan bunyi tetesan air yang jatuh dari atas tebing batu, binatang ternak yang makan di padang rumput yang sedang menghijau. Jika dilihat proses air yang mengalir ke laut, maka air itu menguap oleh terik panas matahari, kemudian menjadi awan yang bergumpal, dihalau kembali oleh angin ke suatu tempat sehingga menurunkan hujan. Proses kejadian yang demikian itu menjadi bahan renungan bagi orang yang mau menggunakan pikirannya. Tentu ada Zat Yang Maha Kuasa Yang mengatur semuanya itu, sehingga segala sesuatu terjadi dengan teratur dan rapi. Tidak mungkin manusia yang melakukannya. Yang melakukan semua itu tentulah zat Yang berhak disembah dan ditaati segala perintah-Nya. Memahami filosofi diturunkannya hujan tersebut, tujuan utamanya adalah supaya air hujan itu menetap di bumi dan berfungsi sebagai sumber sumber air di bumi , untuk kebutuhan seluruh mahkluk di bumi agar bisa hidup, karena air tawar tersebut sumber kehidupan untuk seluruh mahkluk di bumi, tanpa ada air tawar tersebut tidak akan ada kehidupan di muka bumi ini , sebab seluruh mahkluk dalam
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 87 phisiknya mengandung 70 % air, padahal hanya 0.05 persen air tawar yang tersedia untuk keperluan tersebut. Filosofi hujan tersebut untuk menetap atau untuk disimpan juga telah difirmankan oleh Allah SWT sebagai berikut: “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh- tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”. (QS Al Hijr: 22) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Al Hijr 22 (22) َوأَ ْر َشيْ َِا ال ِّريَا َح لَ َٔاكِ َص فَأَُْ َزْْلَا ٌِ ََ ال َّص ٍَا ِء ٌَا ًء فَأَ ْش َليْ َِا ُن ٍُٔ ُه َو ٌَا أَ ْن ُخ ًْ ََ ُل ِِ َبا ِز ِن َي Pada ayat ini menjelaskan sebagian nikmat yang ada di dalam perbendaharaan Nya, yaitu Dia telah menghembuskan angin untuk menyuburkan, mengembangkan dan mengawinkan tumbuh- tumbuhan. Tumbuh, berkembang dan kawinnya tumbuh-tumbuhan dengan perantaraan angin itu, ialah: 1. Allah SWT menghembuskan angin yang membawa awan yang mengandung hujan. Semakin lama angin yang dihembuskan itu, menjadi semakin berat dan semakin hitam, hingga berubah menjadi mendung hitam pekat. Kemudian turunlah dari mendung itu hujan yang membasahi permukaan bumi, maka suburlah tanah yang semula kering, tumbuh dan berkembanglah tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman, kemudian berbunga, berputik dan berbuah. Sebagian buahnya hanya dapat dimanfaatkan dan manusia dan binatang, sedang sebagian yang lain tumbuh dan berkembang lagi untuk melanjutkan keturunan dan untuk mempertahankan jenisnya dari kepunahan. Sebagian tumbuh-tumbuhan ada yang berkembang dengan menanam bagian batangnya. Dengan siraman air hujan, maka batang yang ditanam ini akan tumbuh dan berkembang. Proses angin menghembus awan, hingga menjadi hujan yang membasahi bumi, menghidupkan tanah yang mati.
88 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan Gambar 5. 3 Peta Daerah Aliran Sungai secara umum Gambar 5. 4 Peta Daerah Aliran Sungai Ciliwung, Cisadane, Citarum PENGELOLAAN HUJAN SELAMA INI, DENGAN KONSEP DRAINASE KONVENSIONAL (MEMBUANG AIR KELEBIHAN HUJAN SECEPATNYA KELAUT) BERDAMPAK MUSIM HUJAN BANJIR DAN MUSIM KEMARAU KEKERINGAN. BERIKUT CONTOH FAKTA DAN DATA DARI DAMPAK TERSEBUT, YAITU BANJIR YANG TERJADI DI JAKARTA AKIBAT MELUAPNYA SUNGAI CILIWUNG.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 89 5.3 Penyebab Banjir dan Kekeringan 5.3.1. Penyebab Kekeringan Iklim di Indonesia sangat extrem yaitu musim hujan dan musim kemarau, musim hujan terjadi selama 6 bulan antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan musim kemarau dari bulan April sampai dengan bulan September kondisi tersebut tidak pernah berubah selama ratusan tahun, sedangkan curah hujan rata-rata bulanan relative tetap, jika dalam menangani masalah banjir selama ini masih tetap menggunakan konsep konvensional yaitu kelebihan debit selalu dibuang kelaut dan infiltrasi semakin kecil akibat terjadi penutupan lahan, atau kerusakan di kawasan Daerah Aliran Sungai maka pada waktu kemarau (tidak ada hujan) akan kekurangan air di sungai-sungai akibat daya serap di dalam kawasan DAS mengalami proses infiltrasi menurun akibat adanya kerusakan DAS tersebut dan sebaliknya ruoff meningkat yang menngakibatnya peningkatan debit di sungai, sedangkan kapasitas tampung sungai tidak mampu lagi untuk menerima peningkatan debit tersebut. Jadi penyebab kekeringan karena pengelolaan hujan selama ini tidak dilakukan sesuai filosofinya, yaitu curah hujan harus di simpan , untuk kebutuhan pada waktu musim kemarau, karena curah hujan itu tetap setiap bulannya. (data pengamatan di 103 stasiun hujan di seluruh indonesia). Indikator kekeringan tersebut sudah terbukti secara data dan fakta sebagai berikut: Gambar 5.5 Indikator kekeringan musim kemarau
90 || Tanah Airku Salah Kelola Hujan 5.3.2. Penyebab Banjir Sebelum penjelasan saya mengenai penyebab banjir, saya ingin memberikan pemahaman mengenai firman Allah SWT di bawah ini, dengan alasan firman ini ada korelasinya dengan kejadian banjir dan kekeringan yang akan saya jelaskan. “Apa saja ni'mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. ( QS Nisa: 79) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah An Nisaa' 79 ٌَا أَ َصاةَ َم ٌِ َْ َض َص َِ ٍث فَ ٍِ ََ اََّّل ِل َو ٌَا أَ َصاةَ َم ٌِ َْ َشيِّ َئ ٍث فَ ٍِ َْ َن ْف ِص َم َوأَ ْر َشيْ َِا َك لِي َِّا ِس (79) َر ُشٔ ًلا َو َك َف ةِاََّّل ِل َش ِٓي ًدا Pada ayat ini Allah menegaskan lagi dari segi kesopanan bahwa sesuatu yang baik yang diperoleh seseorang hendaklah dikatakan datangnya dari Allah dan malapetaka yang menimpa seseorang itu hendaklah pula dikatakan datangnya dari dirinya sendiri, mungkin pula karena disebabkan kelalaiannya atau kelalaian orang lain apakah dia saudara, sahabat dan tetangga Tafsir/Indonesia/Jalalain/Surah An Nisaa' 79 ٌَا أَ َصاةَ َم ٌِ َْ َض َص َِ ٍث َف ٍِ ََ اََّّل ِل َو ٌَا أَ َصاةَ َم ٌِ َْ َشيِّ َئ ٍث فَ ٍِ َْ َن ْف ِص َم َوأَ ْر َشيَِْا َك لِي َِّا ِس (79) َر ُشٔ ًلا َو َك َف ةِاََّّل ِل َش ِٓي ًدا (Apa pun yang kamu peroleh) hai manusia (berupa kebaikan, maka dari Allah) artinya diberi-Nya kamu karena karunia dan kemurahan-Nya (dan apa pun yang menimpamu berupa keburukan) atau bencana (maka dari dirimu sendiri) artinya karena kamu melakukan hal-hal yang mengundang datangnya bencana itu. (Dan Kami utus kamu) hai Muhammad (kepada manusia sebagai rasul) menjadi hal yang diperkuat. (Dan cukuplah Allah sebagai saksi) atas kerasulanmu.
Tanah Airku Salah Kelola Hujan || 91 “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS Ar Ruum: 41) Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Ar Ruum 41 َغ ٍِ ُئا َّ َب ْػ َض ًْ ُٓ ِِ ُل ِذي َل اْ َّلا ِس أَيْ ِدي َن َص َت ْج ِة ٍَا َواِْ َل ْط ِر اىْ َب ِّر ِِف اىْ َف َصا ُد َظ َٓ َر اَّ ِلي (41)ىَ َػ َيّ ُٓ ًْ يَ ْر ِس ُػٔ َن Timbulnya kerusakan baik di darat maupun di laut, adalah sebagai akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Karena merekalah yang ditugaskan Tuhan untuk mengurus bumi ini. Mereka mempunyai inisiatif dan daya kreatif. Sedangkan segala makhluk. selain manusia yang ada di permukaan bumi ini bergerak hanya menurut tabiat dan instinknya yang telah. ditetapkan Allah kepadanya, mereka tidak mempunyai inisiatif (naluri) daya upaya selain dari instink itu. Karena itu segala makhluk selain manusia, keadaannya tetap sejak dulu kala sampai sekarang. Mereka tidak mengalami perubahan. Hanya manusia sendirilah yang hidup bermasyarakat dan mempunyai kebebasan. Mereka mempunyai akal dan berkebudayaan. Kebudayaan manusia itu makin lama makin maju sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Sesuai dengan perkembangan itu, perkembangan persenjataan, dari alat yang sangat sederhana sampai kepada bom atom neutron yang mutakhir ini, maju pula. Alat persenjataan itu maju karena adanya perselisihan dan pertentangan yang hebat antara orang dengan orang lainnya, atau antara golongan dengan golongan lainnya, atau antara negara dengan negara lainnya. Perselisihan timbul karena adanya penyelewengan, perbedaan pendapat, baik dalam pergaulan atau dalam akidah, seperti kedurhakaan kepada Allah SWT, dusta, korupsi, manipulasi, khianat, tidak mempunyai pendirian dan lain-lain sebagainya yang memenuhi dunia dan manusia dengan kejelekan dan keburukan. Dalam ayat ini dinyatakan bahwa kerusakan itu timbul di darat dan di laut. Sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa \"laut\" di sini berarti kota-kota besar atau desa-desa yang di pinggir laut. Sedangkan darat artinya kampung-kampung atau desa-desa yang terdapat di darat
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195