KONEKSI ANTAR MATERI Dwi Ariyani, S.Pd., M.Pd CGP Angkatan 6 Kota Magelang Filosofi Ki Hadjar Dewantara memandang murid dengan cara yang berbeda. Ki Hadjar Dewantara memperjuangkan hak-hak kemanusiaan, keadilan sosial dan menganggap pemimpin harus memimpin dengan memperhatikan kebutuhan dan hak-hak setiap individu dalam masyarakat. Murid memiliki kodratnya sendiri-sendiri, sehingga guru sebagai sebagai penuntun agar murid mendapatkan keselamatan dan kebahagiaannya. Filosofi KHD dikenal dengan Trilogi pendidikan. Trilogi Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara antara lain Ing ngarsa sung tuladha artinya guru sebagai contoh dan teladan. Ing madya mangun karsa, guru mampu berada di tengah murid untuk memotivasi, menjadikan teman dan tempat peserta didik untuk berkembang. Tut wuri handayani, guru mampu menjadi pendorong murid untuk mengembangkan bakat dan minat seuai yang dikehendaki. Sementara itu filososfi Pratap Triloka menekanankan pentingnya menjadi pemimpin yang berintegritas dan memiliki kapasitas empati. Pratap Triloka percaya bahwa seorang pemimpin harus memahami dan memperhatikan kebutuhan dan aspirasi rakyat, dan mengambil keputusan yang memperhatikan kepentingan umum dan keadilan sosial. Kedua filososfi imi memberikan pandangan pentingnya bagaimana seorang pemimpin harus berperilaku dan memimpin dan mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Pemimpin perlu memperhatikan hak-hak kemanusiaan, memperhatikam kebutuhan setiap orang dan masyarakat sehingga pengambilan keputusan berpihak demi kepentingan umum dan berkeadilan sosial Sebagai pendidik perlu memiliki nilai-nilai berpihak pada murid, kolaborasi, inovatif, reflektif dan mandiri agar dapat menuntun murid tumbuh secara utuh sesuai dengan kodrat yang dimiliki. Nilai-nilai tersebut perlu diimplementasikan dalam diri dalam keterampilan pengambilan keputusan. Nilai yang ada dalam diri akan mempengaruhi prinsip-prinsip yang diambil dalam pengambilan keputusan. Prinsip pengambilan keputusan ada 3 yaitu berpihak pada murid, dapat dipertanggung jawabkan dan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal. Nilai yang ada dalam diri kita membentuk pandangan dan sikap kita pada orang lain dan menjadi dasar untuk mengambil keputusan sesuai dengan nilai yang diyakininya. Nilai-nilai yang tertanam akan mempengaruhi seseorang dalam menganalisis, mensintesis, mengevaluasi situasi dan informasi yang ada. Pendidik yang menekankan nilai-nilai berpihak pada murid, reflektif maka dalam pengambilan keputusan akan memandang kepentingan murid dan setiap keputusan yang diambil pemimpin selalu melakukan refleksi apakah keputusan
yang diambil sudah tepat dan apa rencana tindak lanjut selanjutnya. Nilai-nilai yang ada dalam diri pendidik memiliki pengaruh yang besar terhadap prinsip- prinsip dalam pengambilan suatu keputusan. Maka seorang pendidik perlu mengenali dan memahami nilai-nilai pribadi untuk memastikan bahwa pengambilaan keputusan didasarkan pada prinsip-prinsip yang konsisten dengan keyakinan dan pandangan pribadi. Pengambilan keputusan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan fasilitator dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil semua berpihak pada diri kita. Fasilitator di sini berperan sebagai coach yang menuntun kita dalam pengambilan keputusan. Coach berperan sebagai fasilitator dengan memberikan Pertanyaan-pertanyaan yang berbobot yang mampu menggali potensi yang saya miliki sehingga dapat menemukan sendiri solusi atas permasalahan yang dihadapi dan mampu membuat keputusan yang dapat dipertanggung jawabakan. Kegiatan coaching membantu saya dalam proses pengambilan keputusan. Fasilitator menerapkan alur TIRTA dan memberikan Pertanyaan-pertanyaan yang efektif sehingga menggiring saya untuk memahami nilai-nilai yang diyakini dan akhirnya mampu membantu diri saya untuk mengambil keputusan. Bimbingan dari fasilitator dapat membantu saya meningkatkan kemampuan dan kualitas pengambilan keputusan. Harapannya saya mampu membuat keputusan yang lebih baik, lebih bijaksana, dan mampu memiliki pandangan dan keyakinan sendiri sesuai dengan nilia-nilai pribadi yang dimiliki. Prinsip pengambilan keputusan pada saat pendampingan saya rasa sudah efektif dengan menerapkan 3 langkah pengambilan keputusan yaitu memahami paradigma dilema etika, prinsip dasar pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian. Hal ini sesuai dengan Teknik coaching menggunakan alur TIRTA yaitu menentukan tujuan, mengidentifikasi permasalahan, rencana aksi dan tanggung jawab. Tentunya Langkah coaching merupakan bagian dari tahapan dari proses pengambilan keputusan dengan ditambah Langkah-langkah pengujian agar keputusan yang diambil tepat, berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Guru memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan masalah dilema etika. Permasalahan yang dihadapi tentunya berkaitan dengan siswa. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dan emosional untuk menuntun siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Setiap murid memiliki kodrat dan kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga tak jarang guru sering dihadapkan dengan kondisi yang membuat guru kewalahan dalam mengahadapi siswa. Permasalahan-permasalahan sering muncul dari siswa, bahkan sampai melibatkan berbagai pihak, seperti rekan sejawat, orang tua murid dan masyarakat. Dalam menghadapi permasalahan tersebut tentunya guru perlu memiliki kompetensi sosial dan emosional yang bagus agar dalam pengambilan keputusan yang dibuat dapat berpihak pada murid, berkemanusiaan, adil, dapat dipertanggungjawabkan dan tidak didasarkan pada
emosi. Seorang pemimpin pembelajaran perlu memiliki rasa empati dan kasih sayang terhadap orang lain, sehingga keputusan yang diambil didasarkan pada hak-hak kemanusiaan. Dalam pengambilan keputusan diperlukan kompetensi sosial seperti kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relation skills). Guru yang memiliki kemampuan sosial emosional yang baik akan membantu siswa untuk mengembangkan empati dan menghargai pandangan orang lain yang merupakan prinsip penting dalam pengambilan keputusan terkait dengan dilemma etika. Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai yang diyakini oleh pendidik. Nilai-nilai ini menjadi acuan dalam pengambilan keputusan. Nilai- nilai yang dianut antara lain integritas, kejujuran, keadilan, kemanusiaan, kasih sayang, kejujuran dan lainnya. Dalam pembahasan kasus tersebut pendidik mempertimbangkan nilai-nilai yang akan mempengaruhi Tindakan dan keputusan yang akan diambil. Namun pendidik juga perlu mempertimbangkan pandangan dan keyakinan dari berbagai pihak terkait yang memiliki perbedaan nilai-nilai yang diyakininya. Pertentangan nilai-nilai yang diyakininya perlu dijembatani dengan melihat kebermanfaatannya untuk murid dalam setiap keputusan yang diambil. Dengan memahami nilai-nilai yang dianut dan mempertimbangkan pandangan dan keyakinan dari berbagai pihak, pendidik mampu menyelesaikan permasalahan moral dan etika secara tepat. Pengambilan keputusan yang tepat memegang peranan yang penting dalam menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dengan melihat 4 paradigma dilema etika, menggunakan dasar pengambilan keputusan yaitu berpihak pada murid, bertanggung jawab dan berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Selanjutnya melakukan 9 langkah pengujian yaitu: mengenali nilai- nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, pengujian benar salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan) pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilemma, buat keputusan, lihat lagi keputusan dan refleksikan. Dengan mempertimbangkan Langkah di atas maka pengambilan keputusan akan lebih tepat dan membantu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman Tantangan yang saya hadapi masih banyak guru yang belum memahami paradigma baru Pendidikan. Cara pandang guru terhadap murid masih menggunakan paradigma lama, sehingga keputusan yang diambil tentu tidak berpihak pada murid. Dalam menerapkan peraturan untuk membuat anak disiplin masih ada praktik-praktik pengambilan keputusan atas dasar peraturan yang kaku tanpa melihat kebutuhan murid, latar belakang murid. Hal ini tentunya bertentangan dengan filosofi KHD peran guru sebagai penuntun, pemberi
motivasi dan sebagai teladan bagi murid-muridnya. Sehingga pendidik di sini bukan menjadi seorang hakim yang begitu mudah melabel dan menghakimi murid tanpa mengetahui alasan yang mendasari murid melakukan suatu tindakan. Selain itu tantangan yang saya hadapi tentunya menghadapi rekan sejawat yang masih memiliki pola pikir Pendidikan dengan paradigma lama sehingga akan muncul kekhawatiran konsekuensi, respon orang lain dan pandangan orang lain yang berbeda. Oleh karena itu perubahan paradigma ada hubungannya dalam mempengaruhi pandangan dan keyakinan individu untuk mengambil keputusan terkait dilema etika. Maka sebagai pendidik perlu memperbarui pemahaman dan pengetahuan, perubahan-perubahan paradigma Pendidikan agar mampu mengambil keputusan yang tepat dan berpihak pada murid. Pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran yang memerdekakan murid memiliki pengaruh yang besar terhadap murid. Dengan memerdekakan murid, maka murid akan mampu fokus pada pembentukan pemikiran kritis, kemandirian, mengembangkan potensi sesuai dengan bakat minatnya sehingga kita mempersiapkan murid menghadapi kehidupannya di lingkungan masyarakat. Pendidik perlu memastikan bahwa setiap pembelajaran harus tepat sesuai dengan potensi dan kebutuhan murid yang berbeda-beda, memahami minat setiap individu. Pendidik dapat melakukan asesmen awal/ diagnostik untuk mengetahui kebutuhan murid, melakukan asesmen formatif untuk mengetahui perkembangan murid sehingga pendidik mampu merancang pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan, minat dan gaya belajarnya. Melalui asesmen awal dan formatif setiap murid diberikan kesempatan untuk berkembang dan berhasil sesuai dengan kodratnya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran memiliki tanggung jawab besar dalam menentukan arah dan strategi pembelajaran yang digunakan. Keputusan yang diambil dapat memberikan dampak yang signifikan pada masa depan murid. Oleh karena itu dalam mengambil keputusan perlu memperhatikan hal sebagai berikut: 1. Keputusan yang diambil memastikan bahwa dapat membantu murid melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, minat dan gaya belajarnya 2. Keputusan dalam menerapkan kurikulum memafasilitasi pembelajaran yang efektif 3. Keputusan tentang sumber daya cukup memfasilitasi pembelajaran yang efektif 4. Keputusan tentang lingkungan belajar dapat menciptakan lingkungan yang aman, kondusif dan menyenangkan.
Dengan memperhatikan hal di atas maka pemimpin dapat memastikan setiap murid memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat yang dimilikinya dengan suasana yang aman, kondusif dan menyenangkan. Sebagai seorang pemimpin perlu memahami filsosofi Ki Hadjar Dewantara dimana guru sebagai penuntun, memahami nilai-nilai guru penggerak berpihak pada murid, reflektif, memahami segitiga restitusi , guru perlu memahami kebutuhan murid yang memiliki latar belakang berbeda, gaya belajar berbeda, minat belajar berbeda, memiliki kompetensi sosial dan emosional, memiliki keterampilan coaching sehingga mampu memberdayakan orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Sehingga pada saat terjadi kasus dilema etika dan bujukan moral maka pemimpin mampu membuat keputusan yang tepat. Ternyata dalam pengambilan keputusan terkait dilema etika melalui proses yang Panjang. Dilema etika dihadapkan pada situasi sama sama benar, sedangkan bujukan moral terkait dengan benar dan salah. Sehingga keputusan pemimpin sangat penting. Pemimpin tidak begitu saja membuat keputusan namun perlu memperhatikan paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambulan keputusan dan 9 langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil ternyata berdampak sangat besar terhadap masa depan murid. Oleh karena itu sangat penting pemimpin membuat opsi trilemma untuk menemukan pilihan alternatif agar mampu mengakomodir berbagai pihak sehingga tidak ada pihak yang dikalahkan. Dalam kasus ini semua pihak dimenangkan (win-win solution) Saya pernah mengalami situasi moral etika. Moral berkaitan dengan nilai dan prinsip yang diterima di masyarakat dan etika berkaitan dengan bagaimana individu membuat keputusan yang baik, tidak merugikan orang lain dengan melihat hak asasi manusia, keadilan, kebermanfaatannya. Kasusnya adalah ketika saya menjadi wali kelas ada salah satu anak pada saat rapat kenaikan kelas dinyatakan tidak naik kelas dikarenakan sering tidak mengikuti pelajaran mata pelajaran tertentu sehingga nilai masih kosong, namun saya sebagai wali kelas mengetahui latar belakang anak tersebut sangat aktif di kegiatan osis dan berperilaku sangat sopan. Ada perbedaan pendapat antara guru dan saya. Namun melihat pribadi dan aktifitasnya yang bagus di organisasi maka perlu dipertimbangkan alasan seringnya anak tersebut tidak mengikuti pelajaran dikarenakan aktif di kegiatan OSIS. Maka perlu diambil keputusan dengan memberikan tindakan agar murid tersebut dapat memiliki nilai untuk syarat kenaikan kelas. Keputusan yang saya ambil tentunya ada beberapa bagian yang sudah menerapkan paradigma, prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Tentu dengan mempelajari modul ini saya semakin paham dan mendapatkan pengetahuan yang luar bisa dalam pengambilan keputusan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan. Dampak mempelajari modul ini membuat saya semakin paham bagaimana seharusnya seorang pemimpin pembelajaran mengambil suatu keputusan. Yang
awalnya mengambil keputusan tidak melakukan 9 langkah pengujian maka setelah mempelajari modul ini saya tentunya dalam mengambil keputusan akan menerapkan teori yang sudah saya pelajari. Sangat penting sekali dalam individu dan seorang pemimpin pembealjaran karena keputusan yang diambil akan sangat berdampak bagi kehidupan kita sebagai individu dan berdampak bagi kehidupan murid di masa depan. Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan perlu memahami 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan
Search
Read the Text Version
- 1 - 6
Pages: