Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore HCMIND Volume 7

HCMIND Volume 7

Published by Departemen Pendidikan & Pelatihan Perumnas, 2022-03-04 02:18:47

Description: HCMIND Volume 7

Search

Read the Text Version

02.03.2022/edisi #6 MEMBANGUN LEARNING CULTURE DI PERUM PERUMNAS COMPETENCE & ADAPTIVE IMPLEMENTASI PILAR SDM KE 5 : LEARNING MANAGEMENT SYSTEM PEOPLE DEVELOPMENT PERUM PERUMNAS

COMPETENCE & ADAPTIVE Pembina Dwi Anggraeni Srihadi Putri Pemimpin Redaktur Farhan Bihal Redaktur Rais Baiguna Editor Gustika F. Wulanasri

BUDAYA BELAJAR BERKELANJUTAN DALAM BERADAPTASI DAN MENINGKATKAN KOMPETENSI Sejak tahun 2020, di awal Pandemi COVID-19, begitu banyak industry yang terdampak pada perusahaannya baik secara bisnis maupun secara organisasi, proses kerja membutuhkan penyesuaian dengan kondisi dan situasi yang ada. Untuk mensiasati dampak negatif, organisasi harus memiliki kemampuan untuk berubah secara cepat dan drastis sehingga dapat beradaptasi dan mencari strategi baru untuk transformasi bisnis serta organisasi dengan cara yang paling cocok sesuai nature bisnisnya. Hal ini merupakan salah satu situasi yang biasa kita kenal dengan VUCA, yaitu Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity. VUCA menjadi kata yang sering dan berulang di era pandemic ini, Perusahaan harus agile dalam menghadapi kondisi tersebut. Volatility adalah dinamika perubahan yang sangat cepat dalam berbagai hal seperti sosial, ekonomi, dan politik. Uncertainty adalah kondisi ketidakpastian, kesulitan dalam memprediksi kondisi yang akan terjadi kedepan. Complexity yaitu kompleksitas karena banyaknya hal yang sangat sulit diselesaikan. Serta Ambiguity yakni keadaan yang terasa mengambang dan kejelasannya masih belum diketahui. Era VUCA telah mendorong perencana – perencana, penyusun strategi di organisasi bisnis, untuk mempersiapkan organisasinya dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk tantangan dalam bidang sumber daya manusia (SDM). Dengan semakin dinamisnya lingkungan bisnis, kompleks, dan penuh ketidakpastian ini, kemampuan untuk beradaptasi dan menangani situasi yang abstrak tentunya jauh lebih penting daripada sebelumnya. Sama halnya yang terjadi di Perumnas, saat ini dalam mencari karyawan tidak hanya yang memiliki kecerdasan yang tinggi, tapi diperlukan juga karyawan dengan kemampuan untuk beradaptasi dan memiliki dorongan untuk berkembang secara berkelanjutan. Saat ini budaya di Perumnas dalam tahap internalisasi program – program pelatihan yang bersifat online dan terbuka untuk seluruh karyawan unit kerja Tujuannya tentu tidak lain untuk membiasakan karyawan untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan kompetensi seiring dengan perkembangan zaman yang semakin cepat. Mampu beradaptasi berarti mampu merespons perubahan dengan cepat dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan akan berhasil jika seluruh elemen di Perumnas, terbuka, bersedia dan mau untuk selalu meningkatkan kompetensinya baik melalui program – program pelatihan / pendidikan. Sejalan dengan tujuan learning culture ini, Divisi SDM melalui Departemen Diklat, mengembangkan platform pembelajaran online mandiri yang bisa diakses oleh seluruh karyawan, dengan tujuan percepatan peningkatan kompetensi dan adaptasi dapat terlaksana secara Dalam usaha peningkatan kompetensi karyawan Perum Perumnas dan kebutuhan organisasi saat ini dalam mengadopsi perbahan eksternal, maka Divisi SDM meluncurkan Prisma, platform belajar online mandiri yang merupakan gabungan dari Peta dan E-Leap, dengan tambahan fitur – fitur dan konsep yang disimplifikasi dengan tujuan menciptakan learning culture yang menyenangkan dan interaktif DWI ANGGRAENI S.P Kepala Divisi SDM

COMPETENCE ADAPTIVE WHAT IS LEARNING CULTURE ? TANTANGAN BUDAYA DI ERA VUCA Sesuai namanya VUCA (Volatile, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity), era ini menuntut banyak pihak untuk melakukan perubahan dan tanggap terhadap perubahan yang dihadapi. Pada era ini juga bermunculan produk baru dan pasar yang sangat cepat berubah sebagai dampak dari cepatnya perubahan teknologi dan permintaan pasar. Akibatnya perusahaan bukan hanya harus memiliki daya saing produk yang tinggi namun juga memiliki daya saing sumber daya manusia untuk mejawab perubahan yang terjadi di era ini. Untuk itu tidak sedikit perusahaan melakukan transformasi budaya perusahaannya untuk menyiapkan karyawannya sehingga mampu menjawab tantangan. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah kita sudah memiliki kompetensi untuk bertarung dan menjadi bagian dalam persaingan era VUCA? Agar tidak tersingkir dari kompetisi yang terjadi secara massal ini terdapat beberapa kata kunci diantaranya adalah KOMPETENSI dan LEADERSHIP. Kedua kata kunci tersebut menjadi dasar seorang pemimpin memiliki daya saing dalam kompetisi yang ada. Untuk mencapai itu hal yang diperlukan adalah meningkatkan kompetensi dan memperluas cakrawala dengan menciptakan budaya membaca dan belajar sehingga kita dapat beradaptasi dan membaca segala peluang dan tantangan yang ada di lapangan. Hal yang paling utama dengan adanya budaya belajar ini, semua pemimpin dapat memiliki mindset yang baru dalam pengembangan ide dalam penyelesaian masalah yang ada di lapangan. LEARNING CULTURE DAN LEARNING AGILITY Pada era yang semakin cepat berubah ini seluruh perusahaan maupun karyawan penting untuk mengembangkan ketangkasan belajar (Learning Agility). Hal itu yang dapat menjadi pembeda utama suatu perusahaan dapat menunjukkan performa optimal yang berkelanjutan. Hal tersebut erat kaitannya dengan budaya organisasi dimana disampaikan oleh Wollard dan Shuck (2011) terdapat 21 faktor yang berkaitan dengan budaya organisasi dan budaya organisasi memiliki pengaruh signifikan terhadap Budaya Belajar (Learning Culture). Budaya Belajar (Learning culture) merupakan salah satu jenis budaya organisasi yang berorientasi untuk memdukung dan mempromosikan pembelajaran kepada seluruh orang di dalam organisasi untuk mencapai kinerja organisasional (Rebelo & Gomes, 2011). Budaya belajar mendorong pola pikir yang lebih positif, memuaskan, berhubungan dengan pekerjaan dan memfasilitasi karyawan untuk belajar, berbagi dan menyebarkan pengetahuan untuk mencapai kesuksesan organisasi melalui integrase internal dan proses adaptasi eksternal. Untuk itu Perum Perumnas membangun platform belajar mandiri untuk karyawan sehingga budaya belajar ini dapat berkembang di lingkungan Perum Perumnas. Learning Agility (Ketangkasan Belajar) merupakan dampak dari budaya belajar yang telah terbentuk tersebut. Pada kondisi ini karyawan telah mampu menjawab berbagai macam tantangan, memiliki kemauan yang lebih kuat untuk belajar dari umpan balik dan pengalaman dan mengubah sudut pandang mereka serta akan lebih tertarik membantu orang untuk berpikir dan bereksperimen dengan hal baru 1

GROWTH MINDSET AND HOW TO PLAN LEARNING COMPETENCE ADAPTIVE Agility erat kaitannya dengan growth mindset, artinya seseorang dapat dikatakan agile apabila orang tersebut memiliki growth mindset. Growth mindset adalah mindset dimana seseorang percaya bahwa talen dan kecerdasan dapat dikembangkan dengan latihan dan usaha. Hal ini adalah yang mendasari seseorang menemukan BIG WHY dalam dirinya untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Untuk menjadi bagian dalam kompetisi pasar saat ini, pengembangan diri menjadi salah satu upaya dalam pengembangan bisnis dan perusahaan. Dengan adanya budaya belajar, setiap individu harus menumbuhkan growth mindset sehingga kapasitas dan kapabilitas individu tersebut dapat meningkat sesuai persaingan pasar. “Genius (or talent) is not enough; we need to get the job done” Carol Dweck Karyawan dapat merencanakan proses belajarnya sendiri sesuai dengan passion dan tujuan dari karyawan tersebut. Dibawah ini terdapat framework budaya belajar 1. Kesamaan visi dan tujuan dari seluruh 5 LEARNING CULTURE karyawan, menjadi factor penting dalam 4 FRAMEWORK perwujudan budaya belajar di lingkungan perumnas 6 1 2. Lingkungan belajar yang aman dan nyaman, meningkatkan focus dan 2 kecepatan pemahaman karyawan dalam 3 proses pembelajaran 3. Mengambil pelajaran dan coach dari ahlinya, hal ini menjadi fase yang penting dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan langsung dari ahlinya 4. Proses pembelajaran dalam perusahaan, seringkali meninggalkan pekerjaan utama sementara waktu, penting bagi karyawan untuk mengkondisikan tim kerjanya agar proses bisnis tetap berjalan 5. Pengembangan berkelanjutan, terus melakukan update terhadap ilmu pengetahuan dan perkembangan zaman, implementasi hasil training di unit kerja, untuk memberikan improvement dalam bisnis proses 6. Hasil pembelajaran yang dibagikan sesama karyawan, meningkatkan kecepatan perpindahan ilmu pengetahuan dan mencakup impact yang lebih besar 2

STRATEGIES TO BUILD LEARNING CULTURE 1. UNLEARN OLD HABITS langkah strategis pertama untuk menciptakan budaya belajar dalam organisasi adalah dengan meninggalkan kebiasaan lama, proses, sistem, sikap, dan komunikasi informal dan formal yang tidak mendorong pembelajaran berkelanjutan. 2. LEARN NEW HABITS Langkah strategis berikutnya adalah menciptakan kebiasaan, sikap, dan perilaku baru yang akan 3. REINFORCE LEARNING mendorong pertumbuhan dan pembelajaran yang berkelanjutan, komunikasi dan umpan balik yang 4. DIGITAL SUPPORT FOR terbuka, kolaborasi dan kritik yang membangun. LEARNING CULTURE Setelah kebiasaan, proses, dan metode untuk menerapkan budaya belajar ini ditetapkan, langkah terakhir dan berkelanjutan adalah dengan melaksanakan kebiasaan/budaya belajar ini setiap waktu, dalam setiap kesempatan, untuk update diri dengan perkembangan zaman Langkah selanjutnya, melakukan support, menyediakan wadah/platform pembelajaran, dengan berbasis digital, sehingga hambatan – hambatan dalam proses belajar yang terjadi pada metode konvensional dapat terminimalisir dengan baik Dalam melakukan support berbasis digital dalam proses pembelajaran, Divisi SDM melalui 3 Departemen Diklat sedang mengembangkan platform pembelajaran online, meningkatkan fitur – fitur baru dari eksisting platform (Peta & E-leap)

PERUMNAS DALAM MEMBANGUN LEARNING CULTURE Learning culture sudah menjadi perhatian khusus oleh Perum Perumnas sejak tahun 2016. Perumnas sudah mulai membangun media belajar berbasis digital yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Pelatihan, Divisi SDM. Disamping membangun budaya belajar pada seluruh karyawan, Perum Perumnas juga sudah menggabungkan platform tersebut dengan SK Dirut No. DIRUT/0906/KPTS/10/2016 mengenai Talent Management. Dengan ini diharapkan perusahaan dapat menjawab tantangan bisnis kedepannya. Dalam hal ini, seluruh karyawan pasti mengenal PETA dan Eleap sebagai platform belajar karyawan. PeTA (Perumnas Training Assistant) adalah platform pendaftaran pelatihan dan sertifikasi yang diajukan oleh karyawan secara online. PeTa digagas oleh Departemen Pendidikan dan Pelatihan sejak tahun 2016. Melalui aplikasi PeTA, seluruh karyawan Perum Perumnas dapat mengajukan pelatihan yang mendukung kinerja dan performa karyawan tersebut di unit kerja. Seluruh pelatihan yang tercantum dalam PeTA adalah pelatihan public training yang dilaksankan oleh lembaga pelatihan yang memberikan sertifikasi E-LeaP (e-Learning Perumnas) merupakan plarform media pembelajaran online PERTAMA yang digagas oleh Departemen Diklat, Divisi SDM Perum Perumnas. Platform ini mulai dimanfaatkan sebagai media pembelajaran online dimulai dari tahun 2017. Media pembelajaran ini dimanfaatkan oleh Departemen Diklat untuk menyediakan pelatihan untuk pendidikan berjenjang karyawan dengan tujuan menjangkau membentuk mental belajar secara online bagi karyawan Perum Perumnas. Tujuan PRISMA • Membangun budaya belajar dan kompetisi diantara karyawan Perum Perumnas • Mendorong karyawan untuk mencapai learning minutes tertentu dalam PRISMA sebagai dasar penilaian dalam talent management • Mendorong karyawan untuk memiliki growth mindset 4

PRISMA – PERUMNAS INTEGRATED LEARNING SYSTEM & ASISTANT PRISMA adalah inisiasi Divisi SDM dan Divsi IT untuk menciptakan platform belajar online yang terintegrasi untuk karyawan Perum Perumnas. Gagasan utama dalam media ini adalah kondisi Pandemi COVID-19 memaksa kita untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Oleh karena itu, Departemen Diklat dibawah Divisi SDM membangun sistem ini. Perumnas Training Asistant, merupakan platform E-Learning Perumnas (E-LeaP) adalah platform yang memiliki fungsi untuk menyediakan menu – yang memiliki fungsi untuk melakukan berbagai menu pelatihan dan pembelajaran untuk aktifitas terkait proses pembelajaran. di E-LeaP karyawan, yang bersifat public dan dilaksanakan ini, admin dapat melakukan upload materi oleh konsultan penyelenggara (public training) pembelajaran bagi karyawan yang akan melakukan sertifikasi, ujian maupun beberapa assignment yang akan dikerjakan. Perumnas Integrated Learning System & Asistant (PRISMA) merupakan platform gabungan, pengembangan dari Peta dan E-Leap Perumnas. Terintegerasi dengan Human Capital Information System. Menambahkan fitur – fitur baru dalam mendukung proses belajar online dan mandiri, sehingga karyawan bisa terus memperbaharui knowledge. Dengan fitur – fitur tambahan sbb : Platform pembelajaran Corporate Culture : Gamification, Reward program : Online : 1. Event documentation 1. Learning Minutes 2. Employee Culture Campaign 2. Scholarship 1. Public Training 3. New Update 3. Shortcourse 2. In house training 3. Employee knowledge program sharing 5 4. Expert sharing

Learning culture di Digitalisasi proses Shifting suatu organisasi pembelajaran corporate learning culture tidak semata – mata dengan platform di Perumnas terbentuk dari PRISMA, merupakan effort kondisi sebagian dari proses orang atau unit diharapkan dapat internalisasi kerja, melainkan memberikan warna AKHLAK untuk habit yang baru dalam proses nilai kompeten dan adaptif dikondisikan, diatur belajar online, dan terukur dengan prinsip sharing knowledge, terkini dan tepat guna 6

CORNER AKHLAK AFFIRMATION GESTURES REELS COMPETITION Kompetisi reels Instagram, yang diikuti 23 proyek, 6 Divisi dan 2 Bisnis Unit Juara 1 : Juara 2 : Juara 3 : Proyek Samesta Divisi Pertanahan Proyek Samesta Haluoleo Kantor Pusat TOD Pd. Cina 7