Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore RIZKI ALMU ALI KOSASIH

RIZKI ALMU ALI KOSASIH

Published by Alvira Salsabilla, 2022-12-23 06:31:42

Description: RIZKI ALMU ALI KOSASIH

Search

Read the Text Version

39 meningkatnya derajat kesehatan, bertambahnya pendapatan dan daya beli masyarakat, makin kondusifnya iklim investasi dan usaha, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tegaknya hukum dan hak asasi manusia, berjalannya check and balances antar penyelenggara pemerintahan Negara, berfungsinya secara efektif partai politik dan pilar demokrasi lainnya, serta terpeliharanya keutuhan dan kedaulatan Negara.11 Indonesia bersatu adalah Indonesia yang ditandai dengan tingginya derajat integrasi bangsa, baik berupa integrasi territorial, politik, ekonomi, sosial maupun budaya, tingginya solidaritas dan kohevisitas sosial antarberbagai komponen bangsa, terpeliharanya pluralisme dan multikulturalisme, serta makin kokohnya persatuan, kerukunan, persaudaraan, dan wawasan kebangsaan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.12 Indonesia adil adalah Indonesia yang ditandai dengan makin sempitnya jurang kesenjangan sosial dan kesenjangan antardaerah; terkoreksinya kebijakan Negara dan peraturan perundang-undangan yang diskriminatif dan bias gender; serta terwujudnya pemberlakuan reward and punishment dan merit sistem, serta right man on the right place dalam penyelenggaraan Negara.13 Indonesia makmur adalah Indonesia yang ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan material setiap warganegaranya yang sesuai dengan standar hidup yang layak bagi kemanusian; serta makin mudah dan terbukanya akses yang seluas-luasnya bagi setiap warga negara untuk mendapatkan 11DPW Partai Perindo, “Visi - Misi Partai Perindo,” artikel diakses pada 10 September 2015 dari https://dpwpartaiperindo.com/profil-partai-perindo/ 12DPW Partai Perindo, “Visi - Misi Partai Perindo,” 13DPW Partai Perindo, “Visi - Misi Partai Perindo,”

40 keterbukaan informasi, pelayanan pendidikan dan kesehatan, terutama bagi fakir miskin dan anak-anak terlantar yang wajib dipelihara oleh Negara. Indonesia sejahtera adalah Indonesia yang ditandai dengan meluasya kesempatan kerja sehingga akan meningkatkan pendapatan penduduk; meningatnya angka partisipasi murni anak usia sekolah; terpenuhinya sistem pelayanan umum bagi seluruh masyarakat seperti transportasi, komunikasi, penyediaan energi dan air bersih; terciptanya sistem perlindungan dan pelayana kesehatan bermutu, terjangkau dan merata; meningkatnya indeks pembangunan manusia yang menggambarka keadaan ekonomi, pendidikan dan kesehatan secara terpadu; terwujudnya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang adli, merata, ramah lingkungan dan berkelanjutan; serta terwujudnya kenyamanan dan rasa aman di masyarakat.14 Indonesia berdaulat adalah Indonesia yang ditandai dengan tetap utuh dan terjaganya perbatasan teritorial Negara, baik darat, laut, maupun udara; makin diormatinya eksistensi dan posisi Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh seluruh bangsa dan Negara di dunia; serta tidak adanya ketergantungan dan intervensi dari pihak manapun.15 Indonesia bermartabat adalah Indonesia yang ditandai dengan tercapainya pribadi bangsa yang jujur, tangguh, cerdas, amanah, bertanggungjawab, dan memiliki standar etik dan moral yang tinggi; tingginya komitmen dan kepedulian Negara terhadap pelestarian lingkungan hidup dan keseimbangan ekosistem; serta 14DPW Partai Perindo, “Visi - Misi Partai Perindo,” 15DPW Partai Perindo, “Visi - Misi Partai Perindo,”

41 kuatnya motivasi rakyat untuk bangkit, maju dan berprestasi di bidang masing- masing untuk membangun kehidupan yang lebih baik di masa depan.16 Indonesia berbudaya adala Indonesia yang ditandai dengan tingginya kepedulian Negara terhadap dunia pendidikan yang berperan sentral sebagai motivator terwujudnya kebudayaan yang tinggi, dan memebrikan nilai manfaat untu meningkatkan kualitas manusia yang ikut menentukan corak dan kualitas kebudayaan; serta makin berkembangan dan lestarinya tradisi, seni dan budaya nasional yang mengandung falsafah dan nilai luhur untuk kehidupan masyarakat yang lebih bermakna.17 Dengan Misi yang diusung partai Perindo yakni (1) Mewujudkan pemerintahan yang berkeadilan, yang menjunjung tinggi nilai-nilai hukum sesuai dengan UUD 1945; (2) Mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme untuk Indonesia yang mandiri dan bermartabat; (3) Mewujudkan Indonesia yang berdaulat, bermartabat dalam rangka menjaga keutuhan NKRI; (4) Menciptakan masyarakat adil, makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Indonesia; (5) Menegakkan hak dan kewajiban asasi manusia dan supremasi hukum yang sesuai Pancasila dan UUD 1945 untuk mewujudkan keadilan dan kepastian hukum guna melindungi kehidupan rakyat, bangsa dan negara; dan (6) Mendorong tumbuhnya ekonomi nasional yang berkontribusi langsung pada kesejahteraan warga negara Indonesia.18 16DPW Partai Perindo, “Visi - Misi Partai Perindo,” 17DPW Partai Perindo, “Visi - Misi Partai Perindo,” 18DPW Partai Perindo, “Visi - Misi Partai Perindo,”

42 Gambar 3.2 (Lambang Partai Perindo)19 Lambang Partai Perindo berbentuk lingkaran yang di dalamnya terdapat gambar burung rajawali yang sedang mengepakkan sayap dan list bendera merah putih. Lambang tersebut memiliki arti yaitu, burung rajawali dengan mata tajam menatap ke depan bermakna optimism akan masa depan Indonesia merdeka, berdaulat, sejahtera, berbudaya dan bermartabat. Burung Rajawali juga melambangkan kebebasan dan keberanian. Sayap burung berjumlah 5 helai yang melambangkan asas Partai Perindo adalah Pancasila. Warna Merah-Putih bermakna Nasionalisme kebangsaan dan semangat republikanisme yang terpatri dalam prinsi, sikap dan tindakan. Warna biru bermakna kedalaman berfikir dalam mengemban misi Persatuan Indonesia dan menujukkan semangat perdamaian yang selalu mewarnai gerak dan langkah partai dalam mengemban amanat rakyat Indonesia.20 Hingga saat ini, tercatat telah berdiri 31 kantor Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) diseluruh profinsi di Indonesia. Sementara kantor Dewan Perwakilan Pusat 19DPP Perindo Kab. Pasuruan, “Arti Lambang Partai Perindo,” gambar diakses pada 9 September 2015 dari http://www.dpdperindokabpasuruan.com/p/tujuan-partai-perindo.html 20DPP Perindo Kab. Pasuruan, “Arti Lambang Partai Perindo.”

43 (DPP) beada di Jakarta yang beralamatkan Jl. Pangeran Diponegoro 29, Menteng- Jakarta Pusat 10310. Bentuk perekrutan sebagai anggota partai Perindo bersifat online. Masyarakat yang menginginkan dirinya menjadi anggota partai Perindo dapat mengunjungi halaman situs https://partaiperindo.com/daftar/, dengan mengikuti alur pendaftaran yang tertera dalam situs tersebut. Setelah mendaftarkan dirinya pada situs tersebut, pendaftar akan menerima kartu pendafataran anggota sementara dari partai Perindo yang akan dikirim lewat e-mail. Kemudian pendaftar dapat mencetak dan mengambil kartu tanda anggota di kanto DPP atau DPW partai Perindo terdekat.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Semiotik Iklan Politik Partai Perindo di Televisi Versi “Deklarasi Partai Perindo” Dalam penelitian iklan politik Partai Perindo versi “Deklarasi Partai Perindo” terdapat pemaknaan yang ingin disampaikan oleh Hary Tanoe sebagai ketua umum partai politik selaku actor utama dalam iklan tersebut. Tujuan dari iklan politik yang tayang diberbagai stasiun televisi milik MNC Group (salah satunya RCTI) adalah publisitas politik dan pencitraan mengenai dirinya dan Partai Perindo yang menjadi kendaraan politiknya. Bentuk iklan yang digunakan partai Perindo versi “Deklarasi Partai Perindo” adalah kombinasi dari The Shrinking Spot (penyusutan durasi iklan yang hanya kurang 60 detik), The Rise of Image (lebih menekankan pada citra sang kandidat dari pada isu atau materinya), dan Signifying Power (iklan politik ditelevisi yang merupakan simbol dari kekuasaan dan kekuatan kandidat politik. Dalam hal ini Hary Tanoe adalah seorang pemilik dari MNC Group). Data mengenai video dari iklan Partai Perindo adalah hasil unduhan peneliti dari situs youtube.com. Iklan tersebut juga merupakan hasil unggahan dari penggguna situs youtube.com dengan akun “IklanTV”. Dalam iklan politik partai Perindo terdapat narasi yang berbunyi: Agar Indonesia dapat menjadi negara maju, diperlukan pertumbuhan yang lebih pesat lagi. 44

45 Namun juga pada saat yang bersamaan menyentuh dan memberikan manfaat bagi masyarakat golongan ekonomi lemah, yang pada umumnya adalah UMKM, petani, para nelayan, serta buruh dan pengangguran. Serta beberapa kelompok profesi lainnya seperti guru dan lain-lain. Kita selama ini terfokus hanya pada pertumbuhan ekonomi makro, dan kurang memerhatikan distribusi atas pertumbuhan tersebut. Kita semua tentunya ingin rakyat Indonesia memiliki kualitas hidup yang layak dan mermartabat. Partai Perindo Untuk Indonesia Sejahtera Berikut adalah analisis dari bagaimana citra Hary Tanoe ditayangkan dalam iklan, serta ikon, indeks dan simbol yang terdapat pada iklan: 1. Gambar satu (scene 1) Gambar 4.1 (Hary Tanoesoedibjo) Tabel 4.1 (Analisis Gambar Hary Tanoesoedibjo) No. Tipe Tanda Keterangan Hary Tanoe terlihat sedang berbicara. Representamen (X) Menggunakan kemeja putih berkerah merah, Ikon: Hary Tanoe dengan atribut logo partai di kiri dada dan name 1. tag di kanan dada. Indeks: Hary Tanoe Adegan berbicara di belakang microphone dengan berpidato mata fokus ke arah depan.

46 Berdasarkan ikon dan indeks di atas, serta narasi yang berbunyi “agar Indonesia dapat menjadi Simbol: Sikap calon negara maju, diperlukan pertumbuhan yang lebih pesat lagi,” simbol yang terbentuk adalah sikap pemimpin yang tegas dari sosok calon pemimpin yang tegas dan penuh keyakinan. Hal tersebut juga terlihat dari gesture tubuh saat berbicara di atas panggung. 2. Objek (Y) Seorang tokoh ketua umum partai politik. 3. Interpretant (X=Y) Seorang ketua yang sedang berpidato. 4. Makna Sikap calon pemimpin yang tegas dan penuh keyakinan. Dalam gambar di atas, terlihat sosok Hary Tanoe yang sedang fokus menatap ke depan dengan keadaan sedang berbicara di belakang microphone. Beliau menggunakan kemeja putih dengan kerah berwarna merah, dengan atribut berupa logo partai Perindo disebelah kiri dada dan name tag dibagian kanan dada. Dalam tayangan ini, pengambilan gambar dengan medium close up menggambarkan gesture dirinya yang tegas dan penuh keyakinan. Adegan tersebut sangatlah menggambarkan bagaimana seorang pemimpin yang sesungguhnya. Gesture tubuh yang demikian juga mendukung sesuatu yang disampaikan menjadi lebih mudah dipahami dan mudah diingat. Kemudian dalam potongan gambar pada scene ini terdapat narasi berupa “Agar Indonesia dapat menjadi negara maju, diperlukan pertumbuhan yang lebih pesat lagi”. Dari narasi tersebut, Hary Tanoe berkeyakinan memajukan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih pesat dari sebelumnya. Citra yang ingin ditampilkan oleh copywriter dalam scene ini adalah citra seorang pemimpin yang tegas dan penuh keyakinan untuk memajukan Indonesia ke arah yang lebih baik lagi. Kemudian, pada bagian kiri atas gambar terlihat samar logo dari RCTI. Hal tersebut menunjukan bahwa iklan tersebut tayang di stasiun RCTI yang berada

47 dibawah naungan MNC Group. Di sebelah kiri bawah terlihat wanita dalam sebuah frame kecil berwarna biru yang merupakan penerjemah ke dalam bahasa isyarat bagi kaum difabel. Kemudian di sebelah kanan bawah gambar terlihat logo dari “IklanTV”, yang merupakan pihak pengunggah video tersebut ke situs youtube.com 2. Gambar dua (scene 3) Gambar 4.2 (Kondisi Pasar Tradisional) Tabel 4.2 (Analisis Gambar Kondisi Pasar Tradisional) No. Tipe Tanda Keterangan Representamen (X) Terlihat keramaian dalam sebuah ruangan yang minim cahaya, beberapa orang bertransaksi jual- Ikon: Pasar beli, sementara seorang wanita yang tampak sedang berjalan di tengah keramaian. Tradisional Indeks: Transaksi Keramaian pasar dengan kodisi pencahayaan jual-beli minim (redup). Menunjukkan kondisi pasar tradisional. Berdasarkan ikon dan indeks di atas, pasar 1. tradisional masih menjadi pilihan mayoritas masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Simbol: Golongan golongan ekonomi lemah. Narasi dari Hary Tanoe masyarakat ekonomi dalam iklam berupa, “namun juga pada saat yang menengah kebawah bersamaan menyentuh dan memberikan manfaat bagi masyarakat golongan ekonomi lemah”. Narasi tersebut menyimbolkan Hary Tanoe yang ingin merangkul golongan masyarakat ekonomi lemah. 2. Objek (Y) Seorang wanita berjalan di tengah keramaian. 3. Interpretant (X=Y) Seorang wanita berjalan di dalam pasar tradisional.

48 4. Makna Sikap calon pemimpin yang merangkul golongan masyarakat ekonomi lemah. Dalam gambar tersebut, terlihat situasi pasar tradisional. Fokus pengambilan gambar adalah mengikuti arah berjalan seorang wanita yang menggunakan baju putih bergaris merah muda yang berjalan di tengah keramaian pasar. Jarak pengambilan gambar yang digunakan adalah medium long shoot. Jarak pengambilan gambar tersebut menampilkan gambar yang lebih memberikan detail pada manusia yang sedang berinteraksi, yang dalam gambar di atas adalah proses jual-beli antara pedagang dengan pembeli. Dipilihnya pasar tradisional dalam iklan tersebut karena pasar tradisional masih menjadi pilihan sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama golongan masyarakat ekonomi lemah yang dalam hal ini sejalan dengan narasi lanjutan dari Hary Tanoe yang berbunyi, “namun juga pada saat yang bersamaan menyentuh dan memberikan manfaat bagi masyarakat golongan ekonomi lemah”. Dari scene ini terlihat citra yang ingin ditampilkan oleh copywriter adalah sosok Hary Tanoe yang ingin merangkul golongan masyarakat ekonomi lemah. Pedagang dan pembeli di pasar tradisional merupakan golongan masyarakat ekonomi lemah.

49 3. Gambar tiga (scene 5) Gambar 4.3 (Kegiatan UMKM) Tabel 4.3 (Analisis Gambar Kegiatan UMKM) No. Tipe Tanda Keterangan Representamen (X) Seseorang yang tampak sedang mengajarkan Ikon: UMKM keterampilan kerajinan rotan, dengan jarak pengambilan gambar medium long shoot. Indeks: Kegiatan Menunjukkan bagaimana keadaan kelas kerajinan pelatihan rotan. 1. Narasi dari Hary Tanoe dalam iklan berupa, “yang pada umumnya adalah UMKM”. Simbol yang Simbol: Kelompok tercipta dari ikon, indeks dan narasi adalah masyarakat kreatif “kreatifitas”. UMKM adalah kelompok yang kreatif karena menciptakan dan mengolah ide menjadi produk yang bernilai tinggi bagi orang banyak. 2. Objek (Y) Kegiatan kerajinan keterampilan rotan. Kerajinan rotan merupakan salah satu dari 3. Interpretant (X=Y) UMKM. 4. Makna Kerajinan rotan adalah salah satu UMKM yang ingin dirangkul oleh Hary Tanoe. Dalam gambar di atas terlihat pengrajin rotan. Pria berambut putih tampak sedang mengajarkan keterampilan tersebut. Tumpukan hasil karya pengrajin rotan tersebut menjadi background dalam gambar. Terlihat raut muka antusias dari peserta pelatihan kerajinan rotan mengikuti arahan dari instrukstur.

50 Jarak pengambilan gambar masih sama seperti pada gambar sebelumnya yakni menggunakan medium long shoot. Hal tersebut bertujuan agar gambar memberikan makna mengenai detail dari kegiatan interaksi manusia, yang dalam gambar di atas adalah proses pembelajaran kerajinan rotan. Sementara sudut (angle) kamera yang digunakan adalah low angle, yakni pengambilan gambar dengan kamera yang sedikit lebih rendah dari objek. Pengambilan gambar dengan angle ini bertujuan untuk menggambarkan bahwa kelompok UMKM merupakan kelompok yang kuat melawan arus perkembangan zaman yang dikarenakan kreativitas yang menjadi ciri dari kelompok ini. Potongan gambar dalam scene ini terdapat narasi dari Hary Tanoe yang menyebutkan “yang pada umumnya adalah UMKM”. Narasi tersebut adalah lanjutan dari narasi sebelumnya dan merupakan penjabaran dari golongan masyarakat ekonomi lemah menurut Hary Tanoe. Dari narasi dan potongan gambar tersebut, copywriter ingin menampilkan citra Hary Tanoe yang merangkul dan memrioritaskan masyarakat golongan ekonomi lemah. 4. Gambar empat (scene 6) Gambar 4.4 (Petani)

51 Tabel 4.4 (Analisis Gambar Petani) No. Tipe Tanda Keterangan Beberapa orang yang tampak sedang memanen Representamen (X) padi dengan menggunakan kebaya dan “topi Ikon: Petani caping” sebagai penutup kepala, dengan jarak pengambilan gambar medium shoot. Indeks: Kegiatan Menunjukkan bagaimana keadaan patani di sawah 1. memanen padi saat massa panen. Narasi dalam iklan dari Hary Tanoe berupa “petani”. Simbol yang terbentuk dari ikon, indeks Simbol: Kerakyatan dan narasi tersebut adalah “kerakyatan”. Petani merupakan salah satu prosfesi mayoritas rakyat Indonesia. 2. Objek (Y) Petani yang berada di tengah sawah. 3. Interpretant (X=Y) Kegiatan petani yang sedang memanen padi di tengah sawah. Profesi petani adalah salah satu golongan 4. Makna masyarakat ekonomi lemah yang ingin dirangkul oleh Hary Tanoe. Dalam gambar di atas terlihat beberapa orang sedang menggenggam batang padi yang telah menguning. Kegiatan tersebut adalah memanen padi yang telah memasuki masa panen. Mereka juga menggunakan topi caping sebagai pelindung dari teriknya matahari. Terlihat dalam gambar, keseluruhan orang yang terdapat pada gambar adalah perempuan. Hal tersebut terlihat dari pakaian yang mereka gunakan yang tampak seperti kebaya. Jarak pengambilan gambar yang digunakan adalah medium shoot. Pengambilan gambar tersebut terfokus pada bagian pinggang ke atas dari tubuh manusia. Hal tersebut bertujuan memberikan makna bahwa petani adalah profesi yang kuat secara fisik maupun ekonomi, karena petani merupakan salah satu profesi masyarakat Indonesia. Hal tersebut yang coba ditampilkan oleh copywriter sebagai gambaran citra Hary Tanoe sebagai sahabat bagi masyarakat petani yang umumnya

52 masih termarjinalkan dan belum sejahtera, padahal keberadaan mereka merupakan hal yang penting karena memroduksi hal pokok bagi masyarakat lainnya. Dalam potongan gambar di atas terdapat narasi dari Hary Tanoe yang berbunyi “petani”. Narasi tersebut adalah narasi lanjutan dari narasi sebelumnya, dan merupakan penjabaran secara satu per satu tentang golongan masyarakat ekonomi lemah menurut Hary Tanoe. Petani menjadi gambaran visi Hary Tanoe sebagai salah satu yang harus disejahtaerakan karena keberadaannya sangat vital bagi masyarakat. 5. Gambar lima (scene 7) Gambar 4.5 (Nelayan) Tabel 4.5 (Analisis Gambar Nelayan) No. Tipe Tanda Keterangan Representamen (X) Tiga orang yang terlihat sedang menarik jaring ke Ikon: Nelayan atas laut, dengan jarak pengambilan gambar medium long shoot. Indeks: Menjaring Menunjukkan bagaimana keadaan nelayan di ikan tengah laut. 1. Narasi Hary Tanoe dalam iklan berupa “para nelayani” Simbol “semangat kerja keras” Simbol: Semangat terbentuk berdasarkan ikon, indeks dan narasi. kerja keras Meskipun dengan perahu dan cara yang masih tradisional, nelayan Indonesia tetap berjuang mencari ikan di tengah laut. 2. Objek (Y) Nelayan yang berada di tengah laut.

53 3. Interpretant (X=Y) Kegiatan nelayan yang sedang menjaring ikan dari atas perahu di tengah laut. Profesi nelayan adalah salah satu golongan 4. Makna masyarakat ekonomi lemah yang ingin dirangkul oleh Hary Tanoe. Gambar di atas terlihat empat orang berada di atas perahu dan seorang lagi berada di dalam air. Mereka tampak sedang bahu membahu menarik jaring dari laut ke atas perahu. Jarak pengambilan gambar yang digunakan adalah medium long shoot. Perahu yang mereka gunakan masih perahu kecil dan tradisional yang tampak mengapung di atas permukaan laut dengan ombak yang tenang. Gambar di atas menunjukkan kegiatan dari nelayan. Penggunaan medium long shoot bertujuan agar kegiatan menjaring ikan di atas perahu dapat terlihat seutuhnya antara manusia yang menjadi fokus dengan lingkungan sekitar di mana dia sedang berada yang dalam hal ini terlihat jelas perahu yang mereka gunakan dan warna biru langit dan laut yang terpisahkan perahu mereka. Luasnya perairan Indonesia menjadikan masyarakat Indonesia banyak berprofesi menjadi nelayan, bahkan Indonesia terkenal sebagai negara maritim. Hal tersebut yang ingin ditampilkan copywriter untuk memunculkan citra bahwa Hary Tanoe juga peduli pada kesejahteraan kehidupan nelayan dan dalam hal ini ingin merangkul kaum nelayan yang menurutnya nelayan merupakan golongan masyarakat ekonomi lemah karena posisi nelayan Indonesia termarjinalkan. Nelayan di Indonesia masih menggunakan cara yang tradisional, sementara perahu yang digunakanpun masih perahu kecil. Hal tersebut menggambarkan bahwa nelayan di Indonesia belum sejahtera padahal perairan Indonesia begitu kaya. Dalam potongan gambar di atas terdapat narasi dari Hary Tanoe yang

54 menyebutkan “para nelayan”. Narasi tersebut adalah narasi lanjutan dari narasi sebelumnya, dan merupakan penjabaran secara satu per satu tentang golongan masyarakat ekonomi lemah menurut Hary Tanoe. 6. Gambar enam (scene 8) Gambar 4.6 (Buruh) Tabel 4.6 (Analisis Gambar Buruh) No. Tipe Tanda Keterangan Terlihat dua orang berpakaian biru tua sedang Representamen (X) mengangkat barang. Di belakangnya, terlihat Ikon: Buruh orang-orang sedang bekerja dalam sebuah ruangan. Indeks: Mengangkat Kondisi sebuah pabrik konveksi. 1. hasil produksi Narasi Hary Tanoe dalam iklan berupa, “serta buruh”. Berdasarkan ikon, indeks dan narasi Simbol: Masyarakat tersebut, simbol yang terbentuk adalah menengah ke bawah “masyarakat menengah ke bawah” yang dalam hal ini digambarkan dengan profesi buruh. 2. Objek (Y) Pekerja atau buruh di dalam sebuah ruangan. 3. Interpretant (X=Y) Kegiatan buruh pabrik konveksi saat jam kerja. Profesi buruh adalah salah satu golongan 4. Makna masyarakat ekonomi lemah yang ingin dirangkul oleh Hary Tanoe.

55 Dari gambar di atas, terlihat salah seorang pria berpakaian biru tua yang berada di sebelah kiri sedang mengangkat barang yang dibungkus dengan karung. Kemudian, di samping pria tersebut, tidak jelas apa yang sedang dilakukan oleh pria berbaju biru yang lain. Sementara itu, di belakang kedua pria berbaju biru, terlihat beberapa pekerja lain sedang sibuk menjahit dan memilah pakaian. Jarak pengambilan gambar yang digunakan dapat menggambarkkan secara detail kegiatan dari buruh konveksi dalam suatu ruangan. Namun, buruh tidak hanya ada dalam satu bidang konveksi saja, melainkan masih banyak lagi buruh yang bekerja dalam bidang lainnya. Pada umumnya, buruh bekerja disebuah pabrik, dan pabrik banyak berdiri di pinggiran kota besar. Seperti daerah Cikarang, Bekasi, Bogor, Depok, dan Tangerang yang merupakan daerah di pinggiran kota Jakarta. Dalam potongan gambar di atas terdapat narasi dari Hary Tanoe yang menyebutkan “serta buruh”. Narasi tersebut adalah narasi lanjutan dari narasi sebelumnya, dan merupakan profesi lainnya yang menurut Hary Tanoe masuk ke dalam masyarakat golongan ekonomi lemah yang perlu diperhatikan lagi kehidupannya. 7. Gambar enam (scene 9) Gambar 4.7 (Pengangguran)

56 Tabel 4.7 (Analisis Gambar Pengangguran) No. Tipe Tanda Keterangan Representamen (X) Terlihat seorang berkaos hitam dan bercelana levis Ikon: Pengangguran berjalan ke arah kamera. Kemudian, beberapa orang terlihat duduk berderetan di bawah pohon. Indeks: Kelompok Teriknya sinar matahari dalam gambar orang yang sedang menunjukkan keadaan suatu waktu pada jam kerja. 1. duduk Narasi Hary Tanoe dalam iklan berupa, “dan pengangguran”. Simbol yang terbentuk Simbol: Kelas sosial berdasarkan ikon, indeks dan narasi tersebut adalah “kelas sosial”. Pengangguran berada pada kelas sosial terbawah. 2. Objek (Y) Pekerja (buruh) sedang beristirahat. 3. Interpretant (X=Y) Kelompok pengangguran di suatu tempat. Kelompok pengangguran adalah salah satu 4. Makna golongan masyarakat ekonomi lemah yang ingin dirangkul oleh Hary Tanoe. Dari gambar di atas, terlihat salah seorang pria berkaos hitam menggendong tas punggung dan mengunakan celana levis berjalan ke arah kamera. Di belakang pria tersebut juga terlihat beberapa orang sedang duduk berderetan di bawah pohon. Dalam gambar di atas, kondisi pencahayaan yang alami menandakan waktu siang hari, yang dalam hal ini merupakan waktu para pekerja untuk beristirahat. Dalam potongan gambar di atas terdapat narasi dari Hary Tanoe yang menyebutkan “dan pengangguran”. Pengangguran merupakan suatu keadaan di mana mereka masuk dalam usia kerja, namun mereka tidak atau belum mendapatkan pekerjaan. Narasi tersebut adalah narasi lanjutan dari narasi sebelumnya, dan merupakan penjelas dari gambar yakni kelompok pengangguran. Pengangguran adalah kelompok masyarakat golongan ekonomi lemah yang ingin dirangkul oleh Hary Tanoe keberadaannya.

57 B. Analisis Semiotik Iklan Politik Partai Perindo di Televisi Versi “Siapakah Indonesia?” Gambar selanjutnya (gambar enam) merupakan adegan yang berebeda dari iklan yang sebelumnya. Gambar ini diambil dari iklan versi “Siapakah Indonesia?” yang tayang di stasiun Global TV. Global TV masuk dalam naungan MNC Group yang dipimpin oleh Hary Tanoe. Dalam iklan ini, terdapat kesamaan bentuk iklan dari iklan sebelumnya, yakni merupakan kombinasi dari The Shrinking Spot (penyusutan durasi iklan yang hanya kurang 60 detik), The Rise of Image (lebih menekankan pada citra sang kandidat dari pada isu atau materinya), dan Signifying Power (iklan politik di televisi yang merupakan simbol dari kekuasaan dan kekuatan kandidat politik. Dalam hal ini Hary Tanoe adalah seorang pemilik dari MNC Group). Dalam iklan terdapat narasi berupa: Siapakah Indonesia? Apakah mereka yang dilahirkan dari orang jawa, dayak, papua atau lebih dari 300 suku? Siapakah Indonesia? Apakah mereka yang beragama Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu dan adat istiadat yang ada di negeri ini? Siapakah Indonesia? Apakah mereka yang berpenghasilan milyaran atau mereka yang hanya mampu menafkahi hidup mereka hari demi hari? Bukan itu semua, Indonesia adalah mereka yang tulus hati mencintai negeri ini. Mereka yang tulus berjuang bertindak secara nyata menyejahterakan Indonesia.

58 Perindo untuk Indonesia Sejahtera Berikut adalah analisis dari bagaimana citra Hary Tanoe ditayangkan dalam iklan, serta ikon, indeks dan simbol yang terdapat pada iklan: 8. Gambar enam (scene 1) Gambar 4.8 (Tulisan awal iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia?”) Tabel 4.8 (Analisis Gambar Tulisan “Siapakah Indonesia?”) No. Tipe Tanda Keterangan Tulisan berupa “Siapakah Indonesia?” berwarna Representamen (X) putih dengan background hitam. Kata Ikon: Kalimat tanya “Indonesia?” yang tampak lebih tebal dari kata “Siapakah” Indeks: Pertanyaan Penggunaan tanda tanya menjadikan tulisan 1. “Siapakah tersebut sebagai kalimat tanya. Indonesia?” Simbol: Kalimat Narasi dalam iklan berupa, “Siapakah Indonesia?” tanya tentang Berdasarkan ikon, indeks dan narasi, identitas bangsa menyimbolkan sebuah kalimat tanya yang bernada Indonesia penekanan. Tulisan “Siapakah Indonesia?” berwarna putih 2. Objek (Y) dengan background hitam dan terdapat perbedaan ketebalan kata. 3. Interpretant (X=Y) Pertanyaan mengenai identitas Indonesia. 4. Makna Kalimat tanya yang dalam akan makna, yang menanyakan identitas bangsa Indonesia. Dalam gambar di atas terlihat tulisan berwarna putih dengan background berwarna hitam. Dalam tulisan tersebut, kata “Indonesia?” terlihat lebih tebal dari

59 kata “siapakah”. Huruf yang digunakan dalam tulisan tersebut adalah huruf kapital. Kemudian, di sebelah kiri atas gambar terlihat samar logo dari Global TV dan di sebelah kanan bawah gambar terlihat logo yang bertuliskan “veegraph.com”. Penggunaan warna putih dalam tulisan “Siapakah Indonesia?” memiliki makna yakni, sebuah pertanyaan dari seseorang yang berjiwa suci, bersih dan tulus. Hal tersebut yang ingin dimunculkan oleh copywriter untuk menciptakan sebuah pertanyaan besar kepada audiens, mengenai siapa Indonesia yang sesungguhnya. Warna putih dalam tulisan tersebut juga bisa berarti sebagai sebuah kontras terhadap fokus dari audiens, agar lebih jelas dalam membaca dan memahami tulisan tersebut. Kemudian, perbedaan ketebalan kata “Indonesia?” yang lebih tebal dari “Siapakah” memiliki makna penekanan mengenai siapa itu “Indonesia”. Selain itu, penggunaan huruf kapital (caps lock), menurut peneliti, bertujuan agar adanya sebuah penekanan yang ingin diciptakan oleh copywriter kepada audiens, mengenai siapa sajakah mereka yang mengaku Indonesia. Di sisi lain, penggunaan huruf kapital juga bertujuan untuk menarik perhatian audiens, serta memudahkan audiens untuk membacanya. Dalam potongan gambar tersebut, terdapat narasi berupa suara seorang perempuan yang membaca ulang kembali kalimat pertanyaan dalam tayangan iklan tersebut. Hal ini memiliki makna yaitu sebuah penjelasan tentang penekanan siapa sajakah yang dimaksud Indonesia dalam tayangan tersebut. Selain itu, intonasi yang pelahan dan lembut dari narator bertujuan agar audiens lebih dapat menangkap maksud dan tujuan dari copywriter terhadap tayangan iklan. Logo dari Global TV di sebelah kiri atas gambar berarti media di mana iklan tersebut tayang. Global TV masuk dalam naungan MNC Group yang dimiliki oleh

60 Hary Tanoe. Sehingga tidak heran bila iklan tersebut bebas tayang di media-media miliknya. Kemudian logo yang berada di kanan bawah gambar adalah logo dari TVC DB yang bekerjasama dengan veegraph.com sebagai pihak yang menggunggah video tersebut ke halaman youtube.com. 9. Gambar tujuh (scene 2) Gambar 4.9 (Suku Papua) Tabel 4.9 (Analisis Gambar Suku Papua) No. Tipe Tanda Keterangan Representamen (X) Pria berkulit gelap, menggunakan pakaian adat Ikon: Suku Papua suku Papua, dengan coretan putih di pipi dan dagu. Indeks: Anggota suku Papua sedang Pria pada gambar di atas berasal dari Suku Papua. tersenyum Narasi dalam iklan berupa, “apakah mereka yang 1. dilahirkan dari orang Jawa, Dayak, Papua atau Simbol: salah satu lebih dari 300 suku lainnya” Simbol “multi etnis” terbentuk berdasarkan ikon, ragam etnis di indeks dan narasi tersebut. Indonesia kaya akan Indonesia suku bangsa yang tersebar dari Sabang hingga ke Marauke. Seperti pada gambar di atas yang menyimbolkan suku Papua. 2. Objek (Y) Pria dari suku Papua. 3. Interpretant (X=Y) Pria yang berasal dari salah satu suku di Indonesia. 4. Makna Suku Papua yang merupakan suku minoritas di Indonesia.

61 Dari gambar di atas terlihat seorang pria menggunakan model pakaian adat papua. Terdapat coretan putih pada kedua pipi pria tersebut. Kemudian, coretan putih tersebut juga terlihat di bagian dagu. Sementara di bagian penutup kepala, pria dalam gambar menggunakan aksesoris berupa ikat kepala yang di atasanya terdapat bulu dari burung kasuari dan rambut ijuk. Gambar pria di atas menunjukkan pria yang berasal dari suku Papua. Hal tersebut dapat dilihat dari pakaian yang digunakan, walaupun pakaian dari suku Papua yang sebenarnya tidak seperti itu, karena pakaian adat suku Papua berupa rok yang digunakan baik laki-laki maupun perempuan dengan bahan yang terbuat dari daun alang-alang, namun ada juga sebagian rakyat Papua yang menggunakan Koteka sebagai aksesoris. Copywriter mencoba menampilkan sisi lain dari suku Papua yang tampak lebih terlihat sopan dari sisi pakaian khas tradisional suku Papua untuk tayang di televisi. Ciri khas lain yang menunjukkan pria dalam gambar berasal dari Papua adalah warna kulit pria tersebut yakni berwarna seperti orang timur pada umumnya, berwarna lebih gelap. Kemudian, penggunanaan aksesoris ikat kepala dengan ornamen bulu kasuari dan rambut ijuk menjadi tanda bila pria tersebut berasal dari daerah Papua. Suku Papua adalah suku minoritas yang keberadaanya jauh didalam pelosok pulau Papua, bahkan untuk menjangkau suku Papua masih sangat sulit karena medan yang begitu berat. Copywriter ingin menciptakan sebuah citra terhadap Hary Tanoe yang ingin merangkul seluruh masyarakat Indonesia, tidak pandang suku mana mereka dilahirkan. Hary Tanoe sendiri merupakan keturunan Tionghoa, yang dalam hal ini suku Tionghoa merupakan suku minoritas di Indonesia.

62 Dalam potongan gambar di atas terdapat narasi yang berbunyi, “apakah mereka yang dilahirkan dari orang Jawa, Dayak, Papua atau lebih dari 300 suku lainnya?”. Narasi tersebut memiliki makna sebuah pertanyan mendasar mengenai siapa sajakah mereka yang merasa orang Indonesia. Pembahsan mengenai suku di Indonesia masih menjadi hal yang sensitif, terlebih jika mereka berasal dari suku minoritas dan berada di suatu tempat di mana suku mayoritas lebih dominan. Oleh karena itu, copywriter tampak ingin membentuk sebuah citra tentang Hary Tanoe yang merangkul suku-suku minoritas di Indonesia, karena beliau sendiri juga berasal dari suku minoritas. 10. Gambar delapan (scene 5) Gambar 4.10 (Agama Hindu) Tabel 4.10 (Analisis Gambar Pemeluk Agama Hindu) No. Tipe Tanda Keterangan Representamen (X) Pria berkemeja putih dengan ikat kepala (udeng) Ikon: Agama Hindu bermotif batik. Indeks: Pemeluk agama Hindu sedang Pria pada gambar di atas beragama Hindu. tersenyum Narasi dalam iklan berupa, “hindu?” 1. Simbol: Bentuk Simbol “religiusitas” terbentuk berdasarkan ikon, religiulitas Indonesia indeks dan narasi tersebut. Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya menganut lima agama berbeda, yang salah satunya adalah agama Hindu. 2. Objek (Y) Pria menganut agama Hindu.

63 3. Interpretant (X=Y) Pria yang menganut salah satu agama yang ada di Indonesia. 4. Makna Agama Hindu yang merupakan agama minoritas di Indonesia. Pada gambar di atas terlihat seorang pria tersenyum menggunakan kemeja putih dengan ikat kepala bermotif batik. Pengambilan gambar dengan low angle dan fokus pria menatap kedepan. Dalam tayangan tersebut terdapat narasi berupa “hindu?” yang menjadi penjelas bila pria dalam potongan iklan tersebut digambarkan adalah seorang yang beragama Hindu. Dalam agama Hindu, ikat kepala dikenal dengan Udeng. Pemilihan motif atau warna udeng memiliki tujuan yang berbeda-beda, dalam hal ini pria dalam gambar menggunakan udeng dengan motif batik yang bertujuan sebagai kegiatan sosial. Udeng dengan warna putih polos biasa digunakan umat Hindu untuk pergi ke Pura, sementara udeng dengan warna hitam biasanya digunakan dalam suasana berkabung.1 Demografi penganut agama Hindu di Indonesia terbanyak terletek di provinsi Bali dan Sulawesi Tengah. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, pemeluk Hindu di Indonesia berjumlah 1,69% dari jumlah 237.641.326 penduduk Indonesia. Di provinsi Bali, jumlah penduduk yang menganut agama Hindu sebanyak 3.247.283 dari jumlah total penduduk Bali sebanyak 3.890.757, maka dari itu agama Hindu adalah agama mayoritas di provinsi tersebut.2 1“Etika Berbusana Hindu,” artikel diakses pada 16 November 2015 dari https://pahcs1s2oi.wordpress.com/2015/01/11/etika-berbusana-hindu/ 2Akhsan Na’im dan Hendry Saputra, Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010 (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2011), h. 42-44.

64 Sebagai agama yang penganutnya tidak terlalu banyak (dibandingkan dengan Islam, Kristen, dan Katolik) di Indonesia, penayangan agama Hindu dalam iklan ini bertujuan untuk menciptakan citra Hary Tanoe yang ingin merakngkul bahkan hingga kelompok agama yang menjadi minoritas di Indonesia. Selain itu, agama Hindu adalah salah satu dari enam agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu) yang diakui keberadaannya di Indonesia. Sehingga tidak heran bila seluruh agama dapat ditayangkan dalam iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia?”. 11. Gambar sembilan (scene 8) Gambar 4.11 (Potret Seorang Nenek) Tabel 4.11 (Analisis Gambar Nenek) No. Tipe Tanda Keterangan Nenek menggunakan kain batik dan kain yang Representamen (X) melingkar di pundaknya. Nenek sedang tersenyum Ikon: Nenek dengan gigi yang sudah mulai jarang dan rambut yang telah memutih. Indeks: Nenek Seorang nenek tua yang sedang tersenyum di sedang tersenyum depan kamera. 1. Narasi dalam iklan berupa, “atau mereka yang Simbol: Wanita tua hanya mampu menafkahi hidup mereka hari demi dari kelas golongan hari?” masyarakat Dari ikon, indeks dan narasi di atas, simbol yang menengah ke bawah terbentuk adalah sosok wanita tua, yang merupakan masyarakat golongan ekonomi lemah (miskin).

65 2. Objek (Y) Potret seorang nenek tua. 3. Interpretant (X=Y) Potret masyarakat golongan ekonomi lemah. Masyarakat golongan ekonomi lemah (miskin) 4. Makna yang yang masih menjadi kelompok mayoritas di Indonesia. Pada gambar di atas terlihat seorang nenek menggunakan kebaya lusuh dengan kain yang terdapat di pundaknya. Rambut yang telah berwarna putih namun tetap tersenyum menatap ke arah depan. Gigi si nenek yang juga sudah tampak jarang dengan kulit yang juga telah keriput. Dalam tayangan tersebut terdapat narasi berupa “atau mereka yang hanya mampu menafkahi hidup mereka hari demi hari?”. Narasi tersebut menjelaskan bagaimana kondisi masyarakat Indonesia. Kesenjangan yang semakin tinggi, mengakibatkan jarak antara “si miskin” dengan “si kaya” semakin jauh. Kita pun sering mendengar istilah “yang kaya makin kaya, yang miskin tambah miskin”. Narasi dalam tayangan ini juga menyebutkan “kemiskinan” namun dengan penggunaan bahasa yang lebih halus. Secara umum, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kondisi saat seseorang atau sekelompok tidak dapat memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.3 Copywriter mencoba membangun citra Hary Tanoe yang merangkul seluruh lapisan masyarakat Indonesia yakni yang berada dalam golongan ekonomi lemah (miskin) masih begitu banyak jumlahnya di Indonesia. 3Mochamad Syawie, “Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial” Informasi, Vol. 16 No. 03 Tahun 2011, h. 217.

66 12. Gambar sepuluh (scene 12) Gambar 4.12 (Hary Tanoe dengan Masyarakat) Tabel 4.12 (Analisis Gambar Hary Tanoe dengan Masyarakat) No. Tipe Tanda Keterangan Hary Tanoe menggunakan kemeja putih, sedang Representamen (X) merangkul seorang bapak berjaket merah dan Ikon: Hary Tanoe menggunakan blangkon, dan dengan pengawalan nersama masyarakat yang minim atau “seadanya.” Masyarakat yang terlihat antusias dengan kedatangan Hary Tanoe. Indeks: Hary Tanoe Hary Tanoe merangkul masyarakat. turun langsung ke dalam masyarakat 1. Narasi dalam iklan berupa, “bukan itu semua, Indonesia adalah mereka yang tulus hati Simbol: Sosok calon mencintai negeri ini. Mereka yang tulus berjuang bertindak secara nyata menyejahterakan pemimpin yang Indonesia.” sederhana dan Berdasarkan ikon, indeks dan narasi tersebut, merakyat simbol yang terbentuk adalah sosok calon pemimpin yang bersedia turun dan merangkul lapisan masyarakat kelas bawah. 2. Objek (Y) Hary Tanoe dan masyarakat. 3. Interpretant (X=Y) Hary Tanoe turun ke tengah masyarakat. Hary Tanoe sosok calon pemimpin yang 4. Makna merangkul masyarakat ekonomi golongan lemah (miskin).

67 Dalam gambar di atas, Hary Tanoe terlihat menggunakan kemeja putih berada di tengah masyarakat. Hary Tanoe tampak merangkul seorang bapak yang menggunakan jaket berwarna merah dan blangkon sebagai penutup kepalanya. Dalam gambar juga terlihat Hary Tanoe dikawal oleh keamanan setempat yang notabene kelompok pemuda dan hansip. Masyarakat yang berada di belakang Hary Tanoe dalam gambar terlihat sangat antusias dengan kehadirannya yang terlihat dari ekspresi wajah mereka. Penggunaan blangkon oleh seorang bapak yang dalam gambar di atas dirangkul Hary Tanoe, menunjukkan daerah di mana adegan tersebut diambil, yaitu di pulau Jawa. Blangkon sendiri merupakan aksesoris yang khas bagi masyarakat dari suku Jawa. Kemudian, pengawalan yang minim dan terbilang seadanya menunjukkan bahwa Hary Tanoe adalah sosok yang low profile dan ingin sangat dekat dengan rakyat kecil. Kemeja putih yang digunakan Hary Tanoe memiliki makna yaitu kesucian, kebersihan dan kesederhanaan dirinya. Selain itu, kemeja putih yang Hary Tanoe gunakan juga bertujuan sebagai penarik perhatian pandangan masyarakat. Dalam potongan tayangan iklan ini terdapat narasi yang berbunyi, “bukan itu semua, Indonesia adalah mereka yang tulus hati mencintai negeri ini. Mereka yang tulus berjuang bertindak secara nyata menyejahterakan Indonesia”. Sangat jelas terlihat berdasarkan tayangan iklan dan narasi di atas jika copywriter ingin membangun citra Hary Tanoe mengenai sosok sejati seorang Indonesia. Hary Tanoe digambarkan sebagai pembawa perubahan, yang ingin merangkul dan memrioritaskan rakyat kecil sebagai tujuan dari perubahannya.

68 C. Interpretasi Penelitian Partai Perindo sudah mengeluarkan beberapa iklan di televisi yang menegaskan eksistensi keberadaan dirinya. Peneliti mencatat, hingga saat ini iklan- iklan Partai Perindo berjumlah lima buah. Iklan versi pertama bertemakan “kelahiran Partai Perindo”, kemudian versi “Deklarasi Partai Perindo”, versi “Liga Futsal Partai Perindo”, versi “Siapakah Indonesia?” dan yang baru saja tayang di televisi adalah iklan versi “Mars Partai Perindo”. Hary Tanoe sebagai pemilik dari MNC Group, yang merupakan media terbesar dan terluas di Asia Tenggara, tidak mengherankan bila ternyata Partai Perindo bisa dengan bebas menayangkan iklan-iklannya di media tersebut. Iklan di televisi merupakan alat komunikasi massa yang paling efektif. Karena keberadaannya disaksikan oleh seluruh khalayak ramai. Dalam iklan versi “Deklarasi Partai Perindo”, secara keseluruhan terdapat 21 adegan. Namun dari 21 adegan tersebut, peneliti hanya mengambil lima scene. Ke-lima scene tersebut peneliti ambil dengan alasan, karena ke-lima scene tersebut menggambarkan sosok Hary Tanoe yang bersahabat, merangkul dan memrioritaskan rakyat kecil. Menurut Hary Tanoe sendiri, rakyat kecil itu disebut dengan “Masyarakat Golongan Ekonomi Lemah”4. Hary Tanoe menjadi aktor utama dalam iklan versi “Deklarasi Partai Perindo”. Adegan yang menampilkan dirinya diambil pada saat Hary Tanoe sedang berpidato dalam acara Deklarasi Partai Perindo, yang bertepatan pada tanggal 7 Februari 2015 di Jakarta International Expo (Jiexpo) Kemayoran. Kemudian, 4Partai Perindo, “Iklan Partai Perindo Versi Deklarasi Partai Perindo”, video diakses pada 12 November 2015 dari https//www.youtube.com

69 adegan lain merupakan adegan yang sehubungan dengan narasi dari Hary Tanoe. Contohnya, ketika narasi dari Hary Tanoe menyebutkan “petani” maka gambar atau adegan dalam iklan menayangkan kegiatan dari petani, atau ketika narasi menyebutkan “para nelayan” gambar atau adegan yang ditampilkan dalam iklan adalah kegiatan nelayan. Dalam scene awal iklan, terdapat narasi yang diambil pada saat Hary Tanoe berpidato berupa “Agar Indonesia dapat menjadi negara maju, diperlukan pertumbuhan yang lebih pesat lagi”, narasi tersebut menjelaskan Indonesia pada saat ini merupakan negara berkembang, yang apabila berkeinginan untuk menjadi negara maju maka Indonesia memerlukan pertumbuhan yang lebih pesat lagi. Pertumbuhan yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi, karena pertumbuhan ekonomi merupakan faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan suatu negara dalam satuan periode tertentu dalam pembangunan di sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran nyata dari dampak suatu kebijakan di bidang pembangunan ekonomi.5 Dalam scene awal ini juga dapat terlihat gestur tubuh Hary Tanoe yang tampak kokoh, tegas dan penuh keyakinan dan kewibawaan akibat jarak pengambilan gambar dengan medium close up. Jarak pengambilan dengan teknik ini ialah pengambilan gambar dari bagian badan dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang yang tidak lagi terlihat dominan.6 Sehingga dengan jarak pengambilan gambar ini, dalam gambar hanya terlihat jelas Hary 5Mefi Hukubun, dkk., “Pengaruh Investasi Pemerintah dan Investasi Swasta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Dampaknya Terhadap Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2002-2012,” (Essai, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sam Ratulangi Manado, 2013), h. 2. 6Hani Taqiyya, “Analisis Semiotik Terhadap Film In The Name Of God,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 33.

70 Tanoe fokus menatap ke depan, yang memakai kemeja putih berkerah merah, dan terdapat aksesoris dikemejanya tersebut berupa name tag di bagian dada sebelah kiri dan logo Partai Perindo di bagian dada sebelah kanan. Dalam scene selanjutnya terdapat adegan yang menggambarkan kondisi pasar tradisional. Tidak jelas di mana lokasi pengambilan adegan tersebut diambil, namun hal tersebut tetap memberikan gambaran yang jelas mengenai maksud dan tujuan copywriter yang ingin menampilkan kondisi pasar tradisional. Dipilihnya adegan kondisi pasar tradisional dikarenakan pasar tradisional tetap menjadi pilihan utama masyarakat golongan ekonomi lemah untuk membeli kebutuhan hidupnya. Serta, adegan kondisi pasar tradisional mencerminkan pemilihan narasi Hary Tanoe pada saat berpidato yang disebutkan dalam iklan yang berbunyi, “namun juga pada saat yang bersamaan menyentuh dan memberikan manfaat bagi masyarakat golongan ekonomi lemah”. Narasi tersebut menjelaskan bahwa betapa pentingnya masyarakat golongan ekonomi lemah sebagai pondasi dari kemajuan ekonomi negara. Hal tersebut dikarenakan masyarakat golongan ekonomi lemah adalah kelompok mayoritas penduduk Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di perkotaan dan perdesaan per September 2014 berjumlah 27,73 juta jiwa (10,96%).7 Oleh sebab itu, masyarakat golongan ekonomi lemah sangat memerlukan penguatan ekonomi, agar tujuan menciptakan Indonesia sebagai negara maju dan sejahtera bisa terwujud. Scene selanjutnya, yakni gambar 3, 4, 5, 6 dan 7 merupakan penjabaran dari narasi sebelumnya. Dalam scene ini mengumpulkan adegan dari narasi Hary Tanoe 7Badan Pusat Statistik (BPS), Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2015 (Jakarta: BPS, 2015), h. 2.

71 pada saat pidato yakni berupa adegan UMKM (gambar 3), petani (gambar 4), nelayan (gambar 5), buruh (gambar 6) dan kelompok pengangguran (gambar 7). Adegan tersebut merupakan golongan masyarakat ekonomi lemah yang menjadi fokus dalam iklan ini dan fokus utama bagi Partai Perindo itu sendiri. Dalam gambar tiga, yang menggambarkan mengenai UMKM. Dalam scene tersebut yang menjadi fokus pengambilan gambar adalah kegiatan dari proses belajar mengajar keterampilan oleh seorang pria tua berambut putih kepada tiga murid yang diajarinya. Dengan angle yang digunakan dalam pengambilan gambar yaitu low angle, hal tersebut memiliki makna berupa keteguhan hati dari pria berambut putih untuk mengajari murid-muridnya keterampilan anyaman dari rotan. Sorotan terhadap UMKM sendiri mempertegas bila UMKM merupakan usaha yang keberadaanya sangat kuat dari terpaan barang-barang hasil impor dari luar negeri. Kerajinan kayu, bambu dan rotan sendiri masuk ke dalam jenis UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Undang-undang No. 20 Tahun 2008 menjelaskan pengertian tentang UMKM yakni; Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini; Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini; dan Usaha Menengah adalah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

72 perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. Dengan kriteria dari UMKM8: Tabel 4.13 (Karakteristik UMKM) No. Uraian Asset Omzet 1 Usaha Mikro 2 Usaha Kecil Maks. Rp 50 Juta Maks. Rp 300 Juta 3 Usaha Menengah >Rp 50 Juta – Rp 500 Juta >Rp 300 Juta – Rp 2.5 Miliar >Rp 500 Juta – Rp 10 Miliar >Rp 2.5 Miliar – Rp 10 Miliar Mengutip pada Koran Suara Perindo edisi November 2015, tampak jelas bahwa Hary Tanoe sangat ingin merangkul Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang terlihat dari headline koran tersebut yang berbunyi “HT: Lindungi UMKM”.9 Hal tersebut telah ditampilkan pula sebelumnya dalam iklan Partai Perindo versi “Deklarasi Partai Perindo” yang menjadi pembahasan peneliti ini. Penayangan kegiatan dari UMKM, menggambarkan begitu kreatifnya masyarakat Indonesia. Namun di sisi kreatifitas tersebut, UMKM harus dilindungi dari perdagangan bebas menyusul Indonesia akan memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Hal itu sejalan karena pada sejarahnya, UMKM mampu bertahan di tengah krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia.10 Scene selanjutnya menggambarkan kegiatan dari petani dan nelayan. Kedua profesi tersebut merupakan profesi dari mayoritas penduduk Indonesia. Dalam 8“Kriteria usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM,” artikel diakses pada 12 November 2015 dari www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=129 9“HT: Lindungi UMKM,” Suara Perindo, November 2015, h. 1. 10“UMKM Lebih Tahan Banting Krisis,” Suara Perindo, November 2015, h. 2.

73 scene yang menggambarkan petani, mereka menggunakan “topi caping”, yang merupkan topi yang topi khas petani tradisional Indonesia. Dalam penayangan kegiatan petani, mencerminkan bahwa petani adalah salah satu profesi penting bagi negara ini, dikarenakan oleh mereka yang menyediakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia. Luasnya lahan pertanian di Indonesia, justru tidak menyejahterakan petani Indonesia. Sebaliknya, pemerintah kerap kali melakukan impor beras demi memenuhi defisit stok beras bagi rakyat Indonesia. Kemudian, dalam penayangan kegiatan nelayan, mencerminkan sikap gotong royong yang menjadi budaya Indonesia. Scene ini juga menggambarkan bahwa perairan Indonesia yang begitu luas sehingga disebut sebagai negara maritim, tidak menjamin para nelayan Indonesia hidup sejahtera. Maraknya ilegal fishing, naik turunnya harga solar yang menjadi bahan bakar bagi kapal-kapal nelayan, adalah beberapa faktor yang menjadikan kehidupan nelayan tidak sejahtera. Gambar enam, gambar yang menunjukkan profesi buruh, menjelaskan kepada audiens bahwa copyweiter ingin menyampaikan bahwa buruh merupakan profesi yang keberadaanya harus diperhatikan. Gaji buruh Indonesia hanya berada diurutan ke-delapan dari seluruh negara di Asia Tenggara.11 Buruh atau pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.12 Oleh karena itu, buruh sering menuntut hak-haknya dengan 11Meutia Febriana Anugrah, “Gaji Buruh Indonesia No 8 Terendah di ASEAN,” artikel diakses pada 15 November 2015 dari http://economy.okezone.com/read/2015/04/29/320/1142116/gaji-buruh-di-indonesia-nomor-8- terendah-di-asean 12Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

74 melakukan demo di jalan bila mereka merasa kewajibannya telah dikerjakan namun belum mendapatkan haknya. Buruh juga merupakan profesi khusus, karena mereka memiliki hari Internasional yang jatuh setiap 1 Mei, atau sering dikenal dengan “Mayday”. Karena jumlahnya yang memang banyak di Indonesia, Hary Tanoe ingin merangkul kaum buruh dan memerioritaskan kesejahteraannya. Padahal, pada kenyataannya, buruh di Indonesia sudah sejahtera. Hal tersebut dapat dibuktikan ketika buruh turun di jalan, mayoritas dari mereka menggunakan kendaraan pribadi yang baru dan bagus. Dalam beberapa kesempatan, banyak kaum buruh yang diexpose ke media tentang keberhasilan hidupnya dari pendapatannya sebagai buruh. Tayangan selanjutnya menggambarkan kaum pengangguran. Pengangguran merupakan kondisi seseorang atau sekelompok di mana mereka memasuki usia kerja, namun mereka belum atau masih mencari lapangan pekerjaan. Data BPS menyebutkan adanya peningkatan tingkat pengangguran di Indonesia selang waktu Februari 2014 -Februari 2015. Pada Februari 2014, jumlah pengangguran tercatat 7,15 Juta jiwa. Sementara Februari 2015 jumlah pengangguran 7,45 Juta jiwa.13 Citra yang ingin ditampilkan copywriter adalah keberpihakan Hary Tanoe kepada kelompok masyarakat golongan ekonomi lemah, yang dalam hal ini adalah kelompok pengangguran. Hal tersebut sejalan dengan tujuan Partai Perindo yang mengusung terciptanya Masyarakat Sejahtera dan juga mendorong perekonomian masyarakat bawah tumbuh lebih pesat dari kelas menengah atas.14 13Badan Pusat Statistik (BPS), Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2015 (Jakarta: BPS, 2015), h. 2 14“UMKM Lebih Tahan Banting Krisis,” Suara Perindo, November 2015, h. 2.

75 Iklan Partai Perindo versi “Deklarasi Partai Perindo” ini, sangat terlihat jelas tujuan dari copywriter yang ingin menggambarkan citra Hary Tanoe sebagai seorang yang bersahabat, merangkul dan akrab terhadap mereka yang berasal dari golongan ekonomi lemah, sebutan lain dari masyarakat miskin, yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia. Hary Tanoe juga kerap mengumandangkan kepeduliannya terhadap masyarakat golongan ekonomi lemah dibeberapa kesempatan pada saat dirinya sedang berada di atas panggung. Kemudian, dalam iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia?” terdapat 14 adegan dengan durasi iklan selama 59 detik. Peneliti hanya mengambil lima scene atau adegan dari iklan ini. Hal tersebut dikarenakan, ke-lima scene tersebut sudah mewakili dan menggambarkan alur cerita secara keseluruhan. Selain itu, ke- lima scene yang peneliti pilih juga memiliki makna yang dalam mengenai jati diri siapa sebenarnya Indonesia itu. Iklan ini dibuka dengan munculnya kalimat tanya “SIAPAKAH INDONESIA?”. Tulisan tersebut berwarna putih dengan latar belakang berwarna hitam. Makna yang timbul dalam pemilihan warna tersebut adalah sebuah pertanyaan dari seorang tokoh yang masih belum jelas digambarkan, namun tokoh tersebut berjiwa suci, bersih dan tulus yang menggambarkan warna putih dalam tulisan. Kemudian warna hitam yang menjadi latar belakang bermakna yang kontras. Artinya, ada sebuah pesan penting yang coba ditampilkan copywriter kepada audiens melalui perbedaan warna antara warna putih tulisan dengan warna hitam yang menjadi latar belakang. Dari sisi teknis, penggunaan warna putih dari tulisan yang berbeda dengan latar belakang juga bertujuan, agar audiens dapat dengan mudah membaca dan memahami tulisan tersebut.

76 Kemudian, terdapat perbedaan ketebalan dalam tulisan tersebut, kata “Indonesia?” lebih tebal dari kata “Siapakah”. Makna yang timbul adalah sebuah penekanan dari copywriter mengenai Indonesia. Selain itu, kata Indonesia yang lebih tebal dikarenakan oleh audiens dari iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia?” adalah masyarakat Indonesia, suatu bentuk identitas atas keberagaman bangsa ini. Dalam tulisan ini juga terlihat penggunaan huruf kapital (caps lock). Makna yang ditimbulkan adalah adanya sebuah penekanan yang ingin diciptakan oleh copywriter kepada audiens, mengenai siapa sajakah mereka yang mengaku Indonesia. Di sisi teknis, penggunaan huruf kapital juga bertujuan untuk menarik perhatian audiens, serta memudahkan audiens untuk membacanya. Scene selanjutnya menggambarkan suku-suku yang ada di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, terdapat 31 kelompok suku bangsa yang tersebar diseluruh provinsi Indonesia. Kelompok suku bangsa tersebut memiliki sub-suku lainnya yang jumlah mencapai ratusan suku.15 Dalam iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia?” ini, hanya menampilkan tiga dari ratusan suku yang ada di Indonesia. Ke-tiganya yaitu suku Jawa, Dayak dan Papua. Pemilihan ke-tiga suku tersebut, peneliti berpendapat, berdasarkan zona wilayah di Indonesia. Suku Jawa berdasarkan wilayah Indonesia bagian barat, suku Dayak berdasarkan wilayah Indonesia tengah, dan suku Papua berdasarkan zona wilayah Indonesia timur. Selain itu, penayangan dalam iklan tiga suku yang ada di Indonesia karena durasi iklan yang hanya 59 detik. 15Na’im dan Saputra, Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010, h. 31.

77 Penayangan suku Papua dalam iklan ini menunjukkan keberpihakan Hary Tanoe pada kelompok minoritas. Karena pada dasarnya, Hary Tanoe sendiri berasal dari kelompok minoritas di Indonesia. Penayangan deretan agama yang dianut di Indonesia dalam iklan ini juga memiliki makna, Indonesia bukan hanya milik sekelompok penganut agama mayoritas, yang dalam hal ini Islam. Melainkan terdapat berbagai macam agama dan kepercayaan lain yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Dalam iklan Partai Perindo versi “Siapakah Indonesia?”, jelas terlihat tujuan dari copywriter yang ingin menggambarkan kepada audiens bagaimana beragamnya Indonesia. Terdiri dari ratusan suku bangsa, agama kepercayaan, serta tingkat ekonomi yang berbeda-beda yang ada dan menjadi rakyat Indonesia. Citra yang terbentuk dalam tayangan iklan ini adalah sosok Hary Tanoe yang menjunjung pluralitas, dan mencoba menggambarkan Hary Tanoe yang merangkul serta bersahabat dengan mereka. Pluralitas merupakan dasar terbentuknya Indonesia yang juga sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia, Bhineka Tunggal Ika. Sosok Hary Tanoe yang bersedia turun untuk bertemu dengan mereka masyarakat golongan ekonomi lemah. Pemimpin yang dekat dengan masyarakyat lemah, merangkul dan memerhatikan kesejahteraan masyarakyat. Serta dalam iklan ini juga jelas tergambarkan jati diri Indonesia. Indonesia bukan milik salah satu suku atau agama yang menjadi mayoritas penduduk, melainkan mereka yang mencintai dan seling menghormati atas keberagaman tersebut. Demikan dengan citra yang terbentuk berupa Hary Tanoe yang tulus, mencintai dan berjuang demi kesejahteraan masyarakyat Indonesia.

78 Dalam beberapa kesempatan, Hary Tanoe sering menggunakan kemeja berwarna putih. Hal tersebut juga bisa dilihat dari dua iklan yang peneliti pilih. Dalam iklan tersebut, Hary Tanoe menggunakan kemeja putih pada saat berpidato dan saat bertemu dengan masyarakat. Pemilihan kemeja berwarna putih mengandung makna yaitu suci, bersih, dan tulus. Hal serupa, menggunakan pakaian berwarna putih, merupakan anjuran dari Rasulullah S.A.W.16 Al-Qur’an yang merupakan petunjuk dan pedoman bagi umat muslim telah banyak menjelaskan di dalamnya berupa ayat-ayat mengenai kepemimpinan. Peneliti mengutip sebuah ayat yang berbunyi: ‫اأََﻟْ�ْوَﻘﻟِﻴأََْﻮﻳﺎـﱡَمءَُﻬاﺎﺑﻟـَاْﻌﻟﻈﱠﱠﺎِﺬﻟِﻳٍِﺾﻤَﻦََوﲔآَﻣَﻣْﻨُﻦﻮاﻳـَﺘَـََﻻﻮﱠﳍُﺗَـْﻢﺘﱠ ِِﻣﺨْﻨُﺬُﻜواْﻢاﻟْﻓَﻴَـِﺈﻧﱠُﻬﻪُﻮَدِﻣْﻨـَوُاﻬﻟْﻨﻢﱠ إَِﺼﺎﱠنَراﻟىﻠﱠﻪَأََْوﻟِﻻﻴَﺎﻳـَءَْﻬﺑـَِﺪْﻌيُﻀ ُﻬ ْﻢ‬ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya bagimu; sebahagian mereka adalah auliya bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi auliya, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim” (QS. Al Maidah: 51) Ayat di atas sudah sangat jelas menjelaskan bahwa Allah SWT melarang hamba-Nya yang beriman untuk mengikuti bahkan loyal kepada orang Yahudi dan Nasrani. Karena mereka adalah musuh Islam dan sekutu-sekutunya. Melihat latar belakang Hary Tanoe yang beragama Kriten (Nasrani), tertutup kemungkinan bila 16Taqiyya, “Analisis Semiotik Terhadap Film In The Name Of God,” h. 77.

79 beliau menginginkan jabatan sebagai pemimpin di Indonesia. Karena Indonesia merupakan negara yang mayoritas beragama Islam. Namun, ada juga sebagian ulama yang berpendapat dan mengizinkan bila dipimpin oleh non-muslim. Jika suatu kepentingan mengharuskan penyerahan sesuatu yang tidak bisa dilaksanakan oleh orang lain dari kalangan umat Islam atau tampak adanya pengkhianatan pada si pelaksana dari penguasa. Maka boleh menyerahkan jabatan itu padanya, karena adanya keharusan (dlarurah) untuk mewujudkan kemaslahatan sesuatu yang dia angkat untuk mengurusinya. Meskipun demikian, bagi pihak yang mengangkatnya, harus selalu mengawasi orang kafir tersebut dan mampu mencegahnya dari mengganggu terhadap siapapun dari kalangan umat Islam.17 Selain itu, berdasarkan artikel yang peneliti ambil, menurut D. Ali Jumah, seorang mufti (yang mengeluarkan fatwa) asal Mesir menjelaskan alasan memperbolehkan umat muslim untuk mengangkat pemimpin non-muslim selama statusnya itu di bawah kepemimpinan tertinggi dalam suatu wilayah, yang dalam hal ini Presiden. Hal tersebut dikarenkan kepemimpinan dalam pemerintahan itu dibagi menjadi dua bagian, yaitu al-Wilayah al-Udzma atau al-Wilayah al-Almmah, pada level ini, jabatan seorang pemimpin haruslah dipegang dari muslim. Dan al- Wilayah al-Khassah atau kepemimpinan khusus. Kepemimpinan level ini mencakup kepemimpinan di bawah kepala negara, seperti gubernur, bupati dan level di bawahnya. Pada level ini sebagian ulama memperbolehkan mengangkat 17Mahbub Ma’afi Ramdlan, “Kebolehan Mengangkat Pemimpin Non-Muslim,” artikel diakses pada 17 November 2015 dari http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,59- id,55652-lang,id-c,bahtsul+masail-t,Kebolehan+Mengangkat+Pemimpin+Non+Muslim-.phpx

80 non-muslim sebagai pemegang jabatan tertinggi dilevel tersebut, demikian juga diperbolehkan wanita untuk memegangnya.18 Dari penjelasan di atas, Hary Tanoe tampaknya sangat sulit memang jika berkeinginan menjadi Presiden Indonesia. Kedudukan tertinggi yang mungkin bisa Hary Tanoe peroleh, berdasarkan penjelasan di atas, tampaknya hanya sebatas Menteri di bawah pertanggung jawaban Presiden. Melihat juga sejarah di Indonesia, belum ada seorang Presiden yang berasal dari non-muslim. Ke-tujuh orang Presiden Indonesia berasal dari muslim. Sebagai pemilik dari MNC Group, yang merupakan media terbesar dan terintergrasi di Asia Tenggara, sah-sah saja jika Hary Tanoe secara rutin menayangkan iklan politik dari Partai Perindo di media miliknya, selama hal tersebut bertujuan sebagai publistas. Namun, berdasarkan pengalaman sebelumnya, yakni ketika Hary Tanoe berpasangan dengan Wiranto dan mereka, pada saat itu tahun 2014, mencalonkan diri sebagai pasangan Capres dan Cawapres seharusnya menjadi sebuah pembelajaran dan pengalaman yang berharga bagi Hary Tanoe. Ketika masyarakat mulai acuh hingga enggan memilih mereka pada Pemilu tahun 2014 lalu. Sebagaimana tujuan dari iklan di televisi sendiri, yakni menginformasikan suatu produk barang dan jasa kepada khalayak. Selanjutnya iklan juga bertujuan mengarahkan konsumen atau khalayak untuk mengkonsumsi produk barang dan jasa tertentu, atau mengubah sikap agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemasang iklan. Dan yang terakhir adalah agar konsumen selalu mengingat produk 18Kang Santri Clumut, “Hukum Mengangkat Pemimpin Non Muslim dalam Islam,” artikel diakses pada 17 November 2015 dari http://santriclumut.blogspot.co.id/2014/11/hukum- mengangkat-pemimpin-non-muslim-dalam-islam.html

81 tersebut sehingga tetap setia mengkonsumsinya, sampai saatnya yang akan datang. Yakni pemilihan umum tahun 2019.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil temuan penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai analisis semiotik citra Hary Tanoe dalam iklan politik partai Perindo di televisi, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Citra yang ditampilkan dalam iklan politik partai Perindo menggambarkan dengan jelas sosok Hary Tanoe yang memerioritaskan dan merangkul masyarakat golongan ekonomi lemah, yang terdiri dari petani, nelayan, pelaku UMKM, buruh dan penggangguran (dalam iklan versi “Deklarasi Partai Perindo”). Dan sosok yang sangat menjunjung pluralitas bangsa Indonesia (dalam iklan versi “Siapakah Indonesia?”). 2. Tanda-tanda digunakan dalam iklan yakni berupa ikon, indeks dan simbol berupa verbal maupun non-verbal bertujuan memperkenalkan kehadiran dirinya dalam sebuah partai politik yang memerioritaskan kelompok kecil dan kaum minoritas. Hal tersebut terlihat dari adegan demi adegan dalam iklan yang menampilkan kegiatan sehari-hari dari masyarakat golongan ekonomi lemah (iklan versi “Deklarasi Partai Perindo”), dan keberagaman rakyat Indonesia (iklan versi “Siapakah Indonesia?”). B. Saran Saat ini mayoritas media di Indonesia dimiliki oleh petinggi partai politik, yang dari hal tersebut menyebabkan sangat sulit menemukan sisi netral dari media- 82

83 media di Indonesia. Oleh sebab itu, peneliti memberikan saran kepada para akademisi untuk memberikan pemahaman lebih dalam kepada masyarakat, terkait iklan suatu partai politik yang di dalamnya terdapat citra dan publisitas politik, agar masyarakat tidak dengan mudah terpengaruh iklan tersebut. Kemudian, peneliti juga memberikan saran kepada pembaca dan masyarakat luas, dengan selesainya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi suatu rujukan dan referensi pengetahuan mengenai bagaimana suatu iklan partai politik di dalamnya terdapat tujuan-tujuan tertentu demi tercapainya cita-cita dari aktor politik. Diharapkan masyarakat semakin meningkatkan sikap kritis dan selektif terhadap iklan politik. Hal tersebut bertujuan, agar khalayak mampu menganalisis sebuah iklan dari partai politik lebih jauh dan mendalam.

DAFTAR PUSTAKA BUKU Arifin, Anwar. Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012. Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Jakarta: Prenada Media Group, 2008. Cangara, Hafied. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strattegi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011. Danesi, Marcel. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra, 2010. Elvinaro, Ardianto, dan Q-Anees, Bambang. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2011. Hadi, Sutrisno. Metedologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 1989. Heryanto, Gun Gun, dan Rumaru, Shuhlan. Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia, 2013. Hoed, Benny H. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok, Komunitas Bambu: 2014. Jefkins, Frank. Public Relation (Edisi kelima). Jakarta; Erlangga, 1998. Junaedi, Fajar. Komunikasi Politik: Teori, Aplikasi dan Strategi Di Indonesia. Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2013. Kasali, Rhenald. Membidik Pasar Indonesia Segmentasi Targeting Possittioning, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 9-7 Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa: Analisis Interaktif Budaya Massa. Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Littlejhon, Stephen W., and Karen A. Foss. Encyclopedia of Communication. California, SAGE Publications, 2009. McNair, Brian. An Introduction to Political Communication. New York: Routledge, 2011. 84

85 Molan, Benyamin. Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2005 Moleong, Lexy. J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Mufid, Moh. Politik dalam Perspektif Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004. Mulyana, Deddy. Komunikasi Politik Politik Komunikasi: Membedah Visi dan Gaya Komunikasi Praktisi Politik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013. Na’im, Akhsan Na’im, dan Hendry Saputra. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2011. Sobur, Alex. Analisis Teks Wacana: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. __________. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2007. Tinarbuko, Sumbo. Iklan Politik dalam Realitas Media. Yogyakarta: Jalasutra, 2009. Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013. INTERNET “Etika Berbusana Hindu,” artikel diakses pada 16 November 2015 dari https://pahcs1s2oi.wordpress.com/2015/01/11/etika-berbusana-hindu/ “Kriteria usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM,” artikel diakses pada 12 November 2015 dari www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=129 Anugrah, Meutia Febriana. “Gaji Buruh Indonesia No 8 Terendah di ASEAN,” artikel diakses pada 15 November 2015 dari http://economy.okezone.com/read/2015/04/29/320/1142116/gaji-buruh-di- indonesia-nomor-8-terendah-di-asean Clumut, Kang Santri. “Hukum Mengangkat Pemimpin Non Muslim dalam Islam,” artikel diakses pada 17 November 2015 dari http://santriclumut.blogspot.co.id/2014/11/hukum-mengangkat-pemimpin- non-muslim-dalam-islam.html Nursafitri, Rinjani. “Profil Hary Tanoesoedibjo Orang Super Kaya di Indonesia,” artikel diakses pada 30 Juli 2015 dari

86 http://www.orangterkayaindonesia.com/profil-hary-tanoesoedibjo-orang- super-kaya-di-indonesia/ Partai Perindo, DPW. “Latar Belakang Partai Perindo,” artikel diakses pada 9 September 2015 dari www.dpwpartaiperindo.com Partai Perindo, DPW. “Platform Partai Perindo,” artikel diakses pada 10 Septe,ber 2015 dari www.dpwpartaiperindo.com/platform-partai-perindo/ Partai Perindo, DPW. “Sususnan Pengurus Partai,” artikel diakses pada 10 September 2015 dari https://dpwpartaiperindo.com/profil-partai-perindo/ Partai Perindo, DPW. “Visi - Misi Partai Perindo,” artikel diakses pada 10 September 2015 dari https://dpwpartaiperindo.com/profil-partai-perindo/ Partai Perindo Kab. Pasuruan, DPP. “Arti Lambang Partai Perindo,” gambar diakses pada 9 September 2015 dari http://www.dpdperindokabpasuruan.com/p/tujuan-partai-perindo.html Partai Perindo. “Orasi Politik Ketum Partai Perindo Hary Tanoe dalam Deklarasi Partai Perindo 7 Februari 2015,” video diakses pada 2 Mei 2015 dari https://www.youtube.com/watch?v=_Gv4kCNoGqQ Ramdlan, Mahbub Ma’afi. “Kebolehan Mengangkat Pemimpin Non-Muslim,” artikel diakses pada 17 November 2015 dari http://www.nu.or.id/a,public- m,dinamic-s,detail-ids,59-id,55652-lang,id-c,bahtsul+masail- t,Kebolehan+Mengangkat+Pemimpin+Non+Muslim-.phpx Suparmin. “Konstruksi Citra dan Politik Media Massa,” artikel diakses pada 5 Agustus 2015 dari www.kompasiana.com/suparmin/konstruksi-citra-dan- politik-media-massa_54f91d21a33311f1068b46e1 Wulandari, Erlin. “Hary Tanoesoedibjo Resmi Menjadi Kakek,” artikel diakses pada 30 Juli 2015 dari http://www.kompasiana.com/erlinwulandari/hary- tanoesoedibjo-resmi-menjadi-kakek_552c3ad46ea83474158b4645 JURNAL Badan Pusat Statistik (BPS). “Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2015.” Jakarta: BPS, 2015. Hukubun, Mefi, dkk. “Pengaruh Investasi Pemerintah dan Investasi Swasta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Dampaknya Terhadap Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2002-2012,” Essai. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Sam Ratulangi Manado, 2013. Syawie, Mochamad. “Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial” Informasi, Vol. 16 No. 03 Tahun 2011.

87 SKRIPSI Taqiyya, Hani. “Analisis Semiotik Terhadap Film In The Name Of God,” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. SURAT KABAR Suara Perindo, edisi November 2015.

LAMPIRAN


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook