Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Landasan Pengembangan Kurikulum Dalam Perspektif Sosiologi

Landasan Pengembangan Kurikulum Dalam Perspektif Sosiologi

Published by Kang Ariya18, 2022-05-20 01:52:26

Description: Landasan Pengembangan Kurikulum Dalam Perspektif Sosiologi

Keywords: Jurnal Sosiologi Pendidikan

Search

Read the Text Version

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI Oleh Ariyanto Muhammad Abduh Prof Dr Bambang Yuniarto, M.Si IAIN SYEKH NURJATI CIREBON Abstrak Kurikulum merupakan sebuah bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah institusi pendidikan. Kurikulum merupakan sebuah perangkat yang dapat mengantarkan proses pendidikan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam tulisan ini penulis mencoba untuk mengkaji defenisi sosiologi kurikulum dengan menggunakan pendekatan kajian Pustaka. Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandang, metode, serta sususan pengetahuan dan objeknya adalah tingkah laku manusia dalam kelompok. Kurikulum memiliki peran yang sangat besar dalam mempercepat terjadinya proses perubahan sosial di dalam masyarakat. Sebab selama manusia itu hidup pasti mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan itu tidak menarik atau kurang menarik, terbatas maupun amat luas, bahkan ada yang lambat ada pula yang amat cepat. Inilah salah satu alasan mengapa kurikulum perlu dikembangkan bahkan diubah, karena dinamika kehidupan sosial di masyarakat. Kata Kunci: Kurikulum, Sosiologi Pendidikan

A. PENDAHULUAN Era globalisasi saat ini adalah simbol adaptasi dan asimilasi budaya tanpa filter. Era ini membuat integrasi budaya dan budaya tak tertahankan. Zaman globalisasi yang identik dengan serba instan yakni ingin serba cepat . Serta ditandai dengan berbagai teknologi bermunculan untuk mempermudah segala akses informasi dan pengetahuan. Di zaman globalisasi ini orang selalu mencari cara yang paling mudah. Bahkan terkadang mengabaikan pada sisi etika, moralitas dan norma yang telah ada di masyarakat. Oleh karena itu pendidikan sebagai filter pengetahuan atau kebudayaan dan sekaligus sebagai tempat penanamanan etika dan moralitas dituntut untuk selalu bertransformasi dan menawarkan terobosan serta gagasan baru. Pendidikan di masa yang akan datang akan mengalami banyak perubahan seiring dengan peradaban manusia itu berlangsung dan membutuhkan sebuah desain yang dinamakan kurikulum. Kurikulum inilah yang pada ujungnya dapat menentukan perencanaan, pelaksanaan dan hasil pendidikan. Sebab itulah pendidikan sebagai case dari kurikulum tidak boleh “leha-leha”. Kurikulum yang ditawarkan harus mampu menjawab kompleksitas tatangan ke depan. Kompleksitas adalah akibat yang selalu diharapkan oleh masyarakat untuk terus berkembang, dan juga akibatnya teknologi menuntut manusia untuk selalu dinamis. Atau bahkan tantangan dari bangsa lain, mengharuskan pendidikan mampu melihat dan menerobos cakrawala masa depan. Sehingga pendidikan dapat menciptakan generasi yang cemerlang dimasa depan dan siap bersaing. Keluaran dari generasi berikutnya adalah mutlak. Kedepan tentunya pendidikan semakin banyak tantangan terutama masalah nilai sosial yang sampai saat ini trennya mulai tereduksi. Kurikulum yang merencanakan aspek pembelajaran harus mempertimbangkan aspek sosial. Jangan sampai seperti dalam kasus penyusunan kurikulum 2013 diawal-awal diberlakukannya. Saat itu pemerintah kurang memperhatikan aspek sosial kemasyarakatan. Sehingga ada pro-kontra dalam implementasinya. akhirnya K13 dibekukan di tengah-tengah perjalananya. Sebagaimana terlihat dalam SK Dirjen No.2676 Pendidikan Islam

2 tahun 2013 tentang kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah. Dalam ketetapan ini, ia seolah tidak menyampaikan landasan sosiologis secara langsung, melainkan hanya menyampaikan landasan filosofis, teoritis, dan yuridis. Mungkin terlewat atau faktor human error, tapi yang terjadi adalah menunjukan bahwa pemeritah tidak dapat menaruh perhatian yang besar terhadap landasan sosiologis. Padahal seharusnya dalam pengembangan kurikulum semua landasan perlu di perhatikan serius. Karena semua landasan memiliki nilai tersendiri dan memliki peran penting masing-masing. Apa lagi sosiologis seperti yang disampaikan Nana Syaodih bahwa: “Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia yang lain dan asing terhadap masyarakat, tetapi manusia lebih bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi karakteristik, kekayaan dan perkembangan masyarakat tersebut.”1 1 Nana Syaodih Sukmadinta, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), hal.58

B. PEMBAHASAN 1. Landasan Pengembangan Kurikulum Pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah the planning of learning opportunities intended to bring about certain desered in pupils, and assesment of the extent to wich these changes have taken plece. Rumusan ini menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan- kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan- perubahan tertentu yang diharapkan. Sedangkan yang dimaksud dengan kesempatan belajar (learning opportunity) adalah hubungan yang telah direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan, peralatan, dan lingkungan tempat siswa belajar yang diinginkan diharapkan terjadi. Teori kurikulum pada dasanya bukanlah hal yang stabil keberadaanya, namun selalu berkembang.1 Dalam pengertian di atas, sesungguhnya pengembangan kurikulum adalah proses siklus, yang tidak pernah berakhir. Proses tersebut terdiri dari empat unsur yakni 2: 1) Tujuan: mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata pelajaran (subject course) maupun kurikulum secara menyeluruh. 2) Metode dan material: menggembangkan dan mencoba menggunakan metode-metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut yang serasi menurut pertimbangan guru. 1 M Ahmad , Pengembangan Kurikulum, 1998, Bandung: CV Pustaka Setia. Hal 20 2 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, 1994, Bandung : PT. Bumi Aksara. Hlm 96-97

3) Penilaian (assesment): menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan itu dalam hubungannya dengan tujuan, dan bila mengembangkan tujuan-tujuan baru. 4) Balikan (feedback): umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan (Bab IX, Ps. 37) Sejalan dengan ketentuan tersebut, perlu ditambahkan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional dan pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan ketentuan dan konsep-konsep tersebut, pengembangan kurikulum agar berlandaskan faktor-faktor sebagai berikut :3 1) Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan instituslonal yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan, 2) Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita. 3) Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karakteristik perkembangan peserta didik. 4) Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi (interpersonal), lingkungan kebudayaan temlasuk iptek (kultural), dan lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis). 5) Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya. 6) Perkembangan ilmu pengetahuan dan telmologi yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa. Keenam faktor tersebut saling kait-mengait antara satu dengan yang lainnya. 3 Ibd, hal 19

a) Filsafat dan Tujuan Pendidikan Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita masyarakat. Berdasarkan cita-cita tersebut terdapat landasan, mau dibawa kemana pmdidikan anak. Filsafat pendidikan menggambarkan manusia yang ideal yang diharapkan oleh masyarakat. Dengan kata lain, filsafat pendidikan merupakan pandangan hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang tujuan pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar yang bersifat mendidik. Filsafat pendidikan dipengaruhi oleh dua hal yang pokok, yakni : (l). cita-cita masyarakat, dan (2). kebutuhan peserta didik yang hidup di masyarakat. Filsafat pendidikan sebagai suatu pandangan hidup bukan menjadi hiasan lidah belaka, melainkan harus meresapi tingkah laku semua anggota masyarakat. Nilai-nilai filsafat pendidikan harus dilaksanakan dalam perilaku sehari-hari. Hal ini menunjukkan pentingnya filsafat pendidikan sebagai landasan dalam rangka Pengembangan kurikulum. Filsafat pendidikan sebagai sumber tujuan. Secara sederhana dapat ditafsirkan bahwa filsafat pendidikan adalah hal yang di yakini dan diharapkan oleh seseorang. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau perbuatan seseorang atau masyarakat. Dalam filsafat pendidikan terkandung cita-cita tentang model manusia yang diharapkan, sesuai dengan nilai-nilai yang disetujui oleh individu dan masyarakat. Karena itu, filsafat pendidikan harus dirumuskan berdasarkan kriteria yang bersifat umum dan objektif. Hopkin dalam bukunya Interaction The Democratic Process, mengemukakan kriteria, antara lain : 1) Kejelasan, filsafat/keyakinan harus jelas dan tidak boleh meragukan. 2) Konsisten dengan kenyataan, berdasarkan penyelidikan yang akurat. 3) Konsisten dengan pengalaman, yang sesuai dengan kehidupan individu. Aliran idealisme memandang, bahwa kebenaran itu datangnya dari “Yang Maha Kuasa”. Manusia tidak dapat melihatnya secara lengkap apalagi menciptakannya. Apa yang dilihat manusia tentang kenyataan itu hanya bayang-bayangnya. Seperti halnya kita bercermin. Muka kita ada dalam

cermin seperti aslinya akan tetapi, apakah manakala tidak ada cermin muka kita juga ikut tidak ada tidak bukan? Muka kita tetap ada. yang tidak ada hanya bayangnya saja. Pandangan aliran idealisme tentang hakikat kenyataan itu memiliki tentang pengetahuan serta nilai-nilai atau norma serta terhadap lain. Tentang pengetahuan misalnya, aliran idealisme pengetahuan itu datangnya dan kekuasaan yang maha tinggi yang telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Demikian juga norma seluruhnya telah diatur oleh “Yang Maha\" itu. Manusia meragukan kebenarannya selain harus mematuhinya. 4 b) Landasan Psikologis Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar-individu manusia, yaitu antara peserta didik dengan pendidik dan juga antara peserta didik dengan orang-orang yang lainnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya, karena kondisi psikologisnya. Manusia berbeda dengan benda atau tanaman, karena benda atau tanaman ticlak mempunyai aspek psikologis. Manusia juga lain dari binatang, karena kondisi psikologis manusia jauh lebih tinggi tarafnya dan lebih kompleks dibandingkan Clengan binatang. Berkat kernampuan-kemampuan psikologis yang lebih tinggi dan kompleks inilah sesungguhnya manusia menjadi lebih maju, lebih banyak memiliki kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan dibandingkan dengan binatang.5 Apa yang dimaksud dengan kondisi psikologis itu? Kondisi psikologis merupakan karakteristik psiko-fisik seseorang sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksi dengan lingkungnnnya. Perilaku-perilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri- 4 Winasanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 2008, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Hal 46-47 5 Nana syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, 2002, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal 45

ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. Kondisi psikologis setiap individu berbeda, karena perbedaan tahap perkembangannya, latar belakang sosial-budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi ini pun berbeda pula bergantung pada konteks, peranan, dan status individu di antara individu- individu yang lainnya. Interaksi yang tercipta dalam situasi pendidik harus sesuai dengan kondisi psikologis para peserta didik maupun kondisi pendidiknya. lnteraksi pendidikan di rumah berbeda dengan di sekolah. interaksi antara anak dan guru pada jenjang sekolah dasar berbeda dengan jenjang sekolah lanjutan pertama dan sekolah lanjutan atas. c) Keadaan Lingkungan Dalam arti yang luas, lingkungan merupakan suatu sistem yang disebut ekosistem, yang meliputi keseluruhan faktor lingkungan, yang tertuju pada peningkatan mutu kehidupan di atas bumi ini. Faktor-faktor dalam ekosistem itu, meliputi : 1) Lingkungan manusiawi/interpersonal; 2) Lingkungan sosial budaya/kultural; 3) Lingkungan biologis, Yang meliputi flora dan fauna; 4) Lingkungan geografis, seperti bumi, air, dan sebagainya. Masing-masing faktor lingkungan memiliki sumber daya yang dapat digunakan Sebagai modal atau kekuatan yang mempengaruhi pembangunan. Lingkungan manusiawi merupakan sumber daya manusia (SDM), baik dalam jumlah maupun dalam mutunya. Lingkungan sosial budaya merupakan sumber daya budaya (SDB) yang mencakup kebudayaan, ilmu Pengetahuan, dan teknologi. Lingkungan biologis dan geografis merupakan sumber daya alam (SDA). Jadi ada tiga sumber daya yang terkait erat dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan ditafsirkan dalam konteks bahwa pembangunan itu memperhatikan dan disesuaikan dengan keadaan

dan kebutuhan lingkungan, memanfaatkan potensi dan sumber-sumber yang tersedia di lingkungan, memelihara atau melestarikan lingkungan, serta meningkatkan dan mengembangkan lingkungan. Penyesuaian pembangunan dengan lingkungan berarti upaya-upaya dan kegiatan pelaksanaan pembangunan disesuaikan dengan keadaan dan kondisi masyarakat yang sedang berkembang cepat dalam semua karakteristiknya. Pemanfaatan lingkungan adalah memanfaatkan sumber daya tersebut untuk mendukung pelaksanaan pembangunan. Pemeliharaan dan pelestarian lingkungan berarti menjamin dan menjaga agar lingkungan dengan sumber-sumbernya itu tetap terbina sehingga terus berfungsi sebagaimana adanya, tidak rusak atau terganggu, melainkan tetap utuh dan harmonis dalam hubungannya dengan kehidupan manusia. Peningkatan dan Pengembangan mencakup juga perbaikan dan rehabilitasi. d) Kebutuhan Pembangunan Tujuan pokok pembangunan adalah untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin yang lebih selaras, adil dan merata. Keberhasilan pembangunan ditandai oleh terciptanya suatu masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut, maka dilaksanakan proses pembangunan yang titik beratnya terletak pada pembangunan ekonomi yang seiring dan didukung oleh pembangunan disektor lainnya. Hal ini menunjuk pada kebutuhan pembangunan sesuai dengan sektor- sektor yang perlu dibangun itu sendiri, yakni bidang-bidang industri, pertanian, tenaga kerja, perdagangan, transportasi, pertambangan, kehutanan, usaha nasional, pariwisata, pos dan telekomunikasi, koperasi, pembangunan daerah, kelautan, kedirgantaraan, keuangan, transmigrasi, energi, dan lingkungan hidup (GBHN, 1993).

Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas diarahkan untuk meningkatkan kualitas SDM yang mampu mendukung pembangunan ekonomi dan pembangunan di bidang-bidang lainnya. Implikasi dari upaya pembangunan tersebut maka diperlukannya peningkatan produktivitas, peningkatan pendidikan nasional yang merata dan bermutu, peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian sesuai dengan kebutuhan bidang-bidang pembangunan tersebut, dan pengembangan iptek yang mantap. Gambaran tentang proses dan tujuan pembangunan tersebut diatas sekaligus menggambarkan kebutuhan pembangunan secara keseluruhan. Hal mana memberikan implikasi tertentu terhadap pendidikan di perguruan tinggi. Dengan kata lain, penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi harus disesuaikan dan diarahkan pada upaya-upaya dan kebutuhan pembangunan, yang mencakup pembangunan ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Penyelenggaraan pendidikan diarahkan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan keilmuan dan keahlian, yang bersifat mendukung ketercapaian cita-cita nasional, yakni suatu masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera. 2. Kurikulum pendidikan dan ilmu pengetahuan dan teknologi Pembangunan didukung oleh perkembangan llmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Dilingkungan iptek terhadap pembangunan dimaksudkan untuk memacu Pembangunan menuju terwujudnya masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera. Di sisi lain, perkembangan iptek itu sendiri berlangsung semakin cepat, berbarengan dengan persaingan antar bangsa semakin meluas, sehingga diperlukan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan iptek, yang pada gilirannya mengandung implikasi tertentu terhadap pengembangan sumber daya

manusia supaya memiliki kemampuan dalam penguasaan dan pemanfaatan sena pengembangan dalam bidang iptek.6 Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan tersebut, maka ada lima hal yang dijadikan sebagai dasar, yakni : 1) Pembangunan iptek harus berada dalam keseimbangan yang dinamis dan efektif dengan pembinaan sumber daya manusna, pengembangan sarana dan prasarana iptek, pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta rekayasa dan produksi barang dan jasa. 2) Pembangunan iptek tentuju pada peningkatan kualitas, yakni untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa. 3) Pembangunan iptek harus selaras (relevan) dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan hidup. 4) Pembangunan iptek harus belpijak pada upaya peningkatan produktivitas, efisiensi dan efektivitas penelitian dan pengembangan yang lebih tinggi 5) Pembangunan iptek berdasarkan pada asas pemanfaatannya yang dapat memberikan nilai tambah dan memberikan pemecahan masalah konkret dalam pembangunan. Penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pmgetahuan dan teknologi dilaksanakan oleh berbagai pihak, yakni : 1) Pemerintah, yang mengembangkan dan memanfaatkan iptek untuk menunjang pembangunan dalam segala bidang. 2) Masyarakat, yang memanfaatkan iptek itu untuk pengembangan masyarakat dan mengembangkannya secara swadaya. 3) Akademisi terutama di lingkungan perguruan tinggi, mengembangkan iptek untuk disumbangkan kepada pembangunan 4) Pengusaha, untuk kepentingan meningkan produktivitas. 6 Hamalik Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, 1994, Bandung : PT. Bumi Aksara. Hal 22

a) Perkembangan Ilmu Pengetahuan Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Masa setelah abad pertengahan sering disebut zaman modern. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini banyak didasari oleh penemuan dan hasil pemikiran para filsuf purba, seperti Thales, Phythagoras, Leucipos, Demokritos, Socrates, Plato, Aristoteles, Euclid, Archim1des, Aristarhus yang hidup sebelum Masehi, sampai kepada Al-Khawarizmi yang hidup pada abad ke-9. Perkembangan ilmu pengetahuan modern tidak dapat dilepaskan dari peranan ilmuwan Muslim, seperti dikemukakan Briffault dalam Making of Humanity orang Yunani mengadakan sistematisasi, generalisasi, dan menyusun teori, namun ketekunan melakukan pengamatan dan penyelidikan eksperimental yang saksama dan lama bukanlah watak mereka. Apa yang kita sebut ilmu pengetahuan muncul sebagai akibat metode Eksperimen baru, yang diperkenalkan ke eropa oleh orang arab. Ilmu pengetahuan modern merupaknn sumbangan paling punting hagi peradaban Islam. Selama bebernpa abad, sampai dongan abad ke-13, pengembangan ilmu pengetahuan didominasi oleh ilmuwan muslim. Dalam bidang geografi dikenal nama Al-Kindi sampai dengan Musa Al-Khawarizmi dan Al-Beruni sebagai penemu geodesi. Ilmu pengetahuan alam dikembangkan oleh Al-Beruni, Al-Kindi, Jabin Ibn Hayan, Ibn Bajjah. Al-Bagdadi adaiah ahli botani terkenal. Dalam matematika dikenal Jamshid Al-Kashmi (ahli matematika), A1- Khawarizmi dan Omar Khayyam (Aljabar). Bidang astronomi juga banyak dikembangan ilmuwan muslim di berbagai negara. Salah satu pusat penelitian astronomi terkenal, Observatorium Maragah, didirikan oleh Al-Tusi tahun 1259. Teleskop ditemukan oleh Ibn Yunus jauh sebelum Galileo. Dalam bidang kedokteran, Ibn Sina dan A1-Razi adalah dua tokoh yang sangat terkenal. Dalam bidang anatomi, nama Al-Baydawi tidak dapat dilupakan. Dalam ilmu kimia, Imam Iaffar dan A1-Razi adalah Pam ilmuwan pengembang pertama ilmu Kimia. Mulai akhir abad ke-13 ada kemunduran dalam mengembangkan llrnu pengetahuan di negara-negara Islam. Setelah perang antara negara-negara Islam dengan negara-negara Eropa, terjadi pergeseran perkembangan ilmu pengetahuan

dari Timur Tengah ke Eropa. Sejak awal abad ke-14 sampai dengan akhir abad ke-19 terdapat perkembangan ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan murni yang begitu pesat. Pada abad ke-20, perkembangan yang sangat pesat terjadi pada ilmu pengetahuan terapan dan teknologi. Perang antara negara Arab dan Eropa pada awal abad ke-14 banyak menimbulkan percampuran dan pertukaran kebudayaan dan llmu pengetahuan antara Barat dan Timur. Berikut ini adalah beberapa perkembangan besar ilmu pengetahuan pada zaman ini. Copernicus 1473-1543 M, seorang ahli astronomi,mengembangkan lebih jauh prinsip heliocentrisme. Semua planet dan bumi berputar mengelilingi matahari. Teori Copernicus ini bukan hanya menyangkal teori geocentrisme, juga membalikkan prinsip homocentrisme dari ajaran agama. Homocentrisme merupakan padangan yang menganggap bahwa matahari, bulan, dan bintang- bintang berputar mengelilingi manusia sebagai tanda kasih Tuhan. Semua itu disediakan untuk manusia. Teori Copernicus ini mendapatkan banyak tantangan dari golongan gereja. Tycho Brache (1546-1601), Johannes Keppler (1571-1630), dam Galileo (1546-1642) adalah para ahli astronomi. Mereka banyak dipcngaruhi gagasan Copernicus dan melanjutkan gagasan itu. Tycho Brache dalam mengamati jalannya bintang-bintang menggunakan teropong yang besar-besar. Ia juga mombangun observatorium yang dilengkapi alat, pustakaan, serta pendukung lairmya. Usaha Tycho Brache itu diteruskan oleh Keppler. Dari dua sarjana tersebut banyak temuan baru tentang orbit planet, Galileo menemukan planet, hukum pergerakan, serta tata bulan planet Jupiter. la juga berhasil membuat teropong bintang yang lebih Sempurna Selain ahli astronomi, Galileo juga mendalami fisika. la banyak mempelajari tentang pergerakan. Temuannya tentang lintasan lengkung diterapkan dalam menentukan lintasan peluru. Dengan demikian, teun lintasan tersebut menjadi bagian ilmu peperangan. Galileo juga banyak mengadakan pengamakan langsung. Fermat (1601-1665) dan Pascal (1623-1662) adalah ahli matematika dan fisika. Fennat mengembangkan teori Aljabar mengenai bilangan-bilangan, kini terkenal dengan perhitungan diferensial integral (kalkulus), Fermat dan Pascal mengembangkan dasar-dasar statistika

(teori kemungkinan) Newton (1643-1727) adalah seorang pujangga besar, ahli matematika, astronomi, dan fisika. Newton banyak menyumbangkan ilmunya bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang hingga sekarang banyak digunakan Sumbangan terbesarnya adalah teori gravitasi, perhitungan kalkulus (diferensial integral), serta teori cahaya atau optika. b) Perkembangan Teknologi Pendidikan memegang peran yang penting, setelah berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK), di mana komputer menjadi bagian integral di Teknologi pendidikan dan berbagai alternatif pendidikan untuk masa sekarang dan masa yang akan datang pengajar memanfaatkan seoptimal mungkin penggunaan teknologi tersebut di bidang pendidikan. pendidikan merupakan pengembangan, penerapan sistem-sistem, teknik-teknik dan alat-alat baru proses pembelajaran, education technology is application and evaluation of system, techniques improve the process of human learning. (Council for for United Kingdom (CET)). pendidikan adalah penerapan pengetahuan ilmiah dan kondisi belajar untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi pengajaran dan pelatihan.7 Dari para ahli, kita sering mendengar pernyataan bahwa ilmu bukan hanya untuk ilmu. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa pengembangan suatu ilmu pengetahuan tidak hanya ditujukan kepada perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri, melainkan juga diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada bidang- bidang kehidupan atau ilmu yang atau ilmu yang lainnya .sumbnangan yang berupa penggunaan amu penerapan suatu bidang ilmu pengetahuan terhadap bidang-bidang lain disebut teknologi, seperti dinyatakap Kast dan Rosenweig (1962, hlm. 11) Technology is the art of utilizing scientific knoledge, sedangkan menurut Charles Susskind how we do things is technology. Teknologi ialah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal (hardware dan software) Sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindera, dan otak 7 Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, 2008, Bandung: Alfabeta

manusia. Sebenarnya sejak dahulu, teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Kalau manusia zaman dulu memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi yaitu teknologi sederhana. Mengapa manusia menggunakan teknologi, karena manusia berakal. Dengan akalnya itu ia ingin hidup lebih baik, lebih mudah, lebih aman, lebih sejahtera. Penemuan teknologi pertama yang cukup penting adalah teknologi api, Dengan teknologi ini manusia mendapatkan penerangan pada malam hari, bisa menghangatkan badan, dan mengolah berbagai bahan makanan. Berkat api, makanan menjadi lebih lunak, lebih lezat, dan lebih sehat. Penemuan teknologi api mendasari pengembangan teknologi lain pada Masa-rnasa berikutnya, umpamanya teknologi penerangan, teknologi pemadam kebakaran, teknologi pembuangan asap, dan yang paling penting dan banyak mendasari pengembangan teknologi lebih lanjut adalah teknologi logam. Dengan teknologi api, bijih timah, besi, mangan, tembaga, perak, mas, dan lain-lain, dapat diolah menjadi batangan kemudian diolah lebih lanjut menjadi berbagai alat kebutuhan lnanusia. Pengembangan suatu teknologi sering berdampak negatif, karena itu perlu temuan teknologi lain untuk mengatasinya, seperti teknologi untuk mengatasi kebakaran, mengurangi polusi, dan sebagainya. teknologi penting laifir yang diitemukan selanjutnya adalah teknologi pertanian. Dengan teknologi ini, manusia membudidayakan bermacam Pertaman, dan binatang yang sebelumnya tumbuh liar di alam bebas. Teknologi memberikan kesejahteraan kepada manusia karena hasil Teknologi pertanian lebih banyak dan mudah didapat. Teknologi budaya itu mampu mengubah pola hidup berpindah-pindah menjadi menetap. Karena manusia hidup menetap, mereka berkumpul, kemudian berkembang tambah banyak, maka terbentuklah masyarakat dengan berbagai aturan dan sistem kehidupan sosial.

3. Definisi Sosiologi Kurikulum Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandang, metode, serta sususan pengetahuan dan objeknya adalah tingkah laku manusia dalam kelompok.8 Sosiologi adalah ilmu yang membahas tentang berbagai aspek dalam masyarakat serta pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Istilah sosiologi pertama kali digunakan oleh Auguste Comte dan kemudian diperluas menjadi suatu disiplin ilmiah oleh Émile Durkheim.9 Sementara sosilogi adalah studi tentang kehidupan masyarakat/ sosial budaya.10 Kurikulum adalah situasi kelompok yang tersedia bagi guru dan pengurus sekolah (administrator) untuk membuat tingkah laku yang berubah di dalam arus yang tidak putus-putus dari anak-anak dan pemuda yang melalui pintu sekolah.11 Kurikulum secara umum dijelaskan sebagai rancangan yang memuat seperangkat mata pelajaran dan atau materinya yang akan dipelajari atau akan diajarkan guru kepada siswa.12 Dapat ditarik garis merah, yaitu dasar sosiologis pengembangan kurikulum merupakan dasar pengembangan desain pembelajaran dari perspektif sosial masyarakat. Wiji hidayati menambahkan pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan. Pendidikan merupakan suatu proses kebudayaan. Ia lahir dari budaya 8 Abu Ahmadi. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta 2007. hal .2. 9 Murdiyanto, E. (2008). Sosiologi Perdesaan: Pengantar untuk Memahami Masyarakat Desa. Yogyakarta: Wimaya Press. ISBN 978-979-8918-88-9 hal.1 10 Mohamad asyar, Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain Dan Pengembangan, (Jakarta:Prennadamedia group:2015),hal. 22 11 Brown. 1961. Educational Sosiology.Tokyo: University Book Store 12 Ibid.,hal 22

dan dilaksanakan dalam rangka proses pembudayaan. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya. Dalam konteks itulah anak didik dihadapkan dengan budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia berbudaya.13 Dengan demikian, sosiologi kurikulum merupakan tingkah laku manusia yang dapat dirubah melalui pintu sekolah atau pendidikan. 4. Latar Belakang Munculnya Sosiologi Kurikulum Sosiologi kurikulum awalnya hanyalah satu kajian dalam sosiologi pendidikan. Menurut Musgrave sebagaimana dikutip Rahmat Hidayat sosiologi berkembang sekitar awal 1970. Diawali dengan konsen para sejarawan yang menulis tentang kurikulum dan mereka mengunakan konsep-konsep sosiologis. Munculnya sosiologi kurikulum juga dikarenakan perkembangan dalam sistem pendidikan diberbagai negara yang menempatkan kurikulum sebagai posisi penting diseluruh sekolah. Ditambahkan juga oleh Michael F.D Young, ada pertanyaan yang muncul dalam pemikiran sosiolog pendidikan di Inggris saat itu. Pertanyaan itu adalah apa pengetahuan berharga untuk pendidikan? Pertanyaan kedua adalah apa perbedaan yang signifikan antara kurikulum dan pengetahuan sehari-hari yang didapatkan dirumah, dimasyarakat dan ditempat kerja? Pertanyaan itu membuat keresahan yang tiada henti dikalangan sosiolog pendidikan Inggris. Hingga akhirnya Institue Of Education dilondon yang berdiri tahun1909, menerbitkan sebuah publikasi yang berjudul Knowledge And Control; 13 Wiji hidayati, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta, Pustaka Insan Madani:2012), hal.35

New Directions For Sosiology Of Educatio. Dalam tulisan ini memusatkan pada sifat dan karakteristik pengetahuan sekolah sebagai hal penting dalam pendidikan khususnya sekolah. Pada akhirnya melahirkanc sebuah pendekatan baru untuk mengkaji kurikulum yang berada disekolah. Pendekatan baru ini disebut dengan “New Sociology of education” yang kemudian hari yang akan kita kenal dengan “sosiologi kurikulum”.14 Sejarah singkat kurikulum di atas menunjukkan kepada kita bahwa sifat dan karakteristik lingkungan memegang peranan penting dalam pendidikan sekolah. 5. Pentingnya Landasan Sosiologis Siswa di sekolah itu unik. Setiap orang memiliki latar belakang berbeda. ada yang berasal dari kalangan petani, keluarga pedagang, keluarga bos perusahaan dan sebagainya. Motivasi untuk pergi ke sekolah berbeda. Namun, di balik perbedaan yang kompleks tersebut, sekolah harus benar-benar mempertimbangkan beberapa hal. Yakni kebiasaan, tradisi, adat istiadat, gagasan, kepercayaan, nilai tumbuh dalam lingkungan siswa. Jadi hal ini penting di masa depan, siswa akan tumbuh dalam lingkaran kebaikan dan kebenaran berkembang di komunitas. Pada saat yang sama, mereka akan menjadi agen sosial bagi lingkungannya. Ada beberapa faktor dikatakan bahwa kebudayaan merupakan suatu yang sangat penting dalam mengembangkan kurikulum yaitu; 14 Rahmat Hidayat, Pengantar Sosiologi Kurikulum, (Jakarta, Raja Grafindo Persada: 2011),hal.49-51

1) Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap,pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan sekolah/lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sekolah/lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum. 2) Kurikulum pada dasarnya harus mengakomodasi aspek-aspek sosial dan budaya. Aspek sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi social masyarakat yang sangat beragam, seperti masyarakat industri, pertanian, nelayan, dan sebagainya. Pendidikan di sekolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi, berinteraksi dan beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan kualitas hidupnya sebagai mahluk berbudaya. Hal ini membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus bermuatan kebudayaan yang bersifat umum seperti: nilai-nilai, sikap-sikap, pengetahuan, dan kecakapan. 3) Seluruh nilai yang disepakati oleh masyarakat yang kemudian disebut kebudayaan merupakan konsep yang memiliki kompleksitas tinggi. Adanya kebudayaan karena hasil dari pemikiran keras dari pengalaman-

pengalaman orang terdahulu. Dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia.15 Ditambahkan juga oleh Abdullah bahwasanya dalam mengembangkan kurikulum pendidikan harus mencerminkan keinginan, cita-cita tertentu dan kebutuhan masyarakat. Karena itu sudah sewajarnya kalau pendidikan memerhatikan aspirasi masyarakat, dan pendidikan mesti memberi jawaban atas tekanan-tekanan yang datang dari kekuatan sosio-politik-ekonomi yang dominan.16 Melihat penjelasan wujud kebudayaan diatas, semakin menguatkan bahwa pendidikan dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan. Kurikulum merupakan bagian dari pendidikan, dan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Peserta didik sebagai generasi masa depan yang berproses melalui pendidikan dan dipesiapkan untuk kehidupan masyarakat. Sangat perlu memahami apa itu kebudayaan yang ada dimasyarakat. Karena sebagaimana dijelaskan oleh Alfan di dalam kebudayaaan memiliki fungsi mengatur agar manusia dapat memahami cara bertindak, berbuat, menentukan sikap saat berhubungan dengan orang lain. Ditambahkan juga bahwa kebudayaaan berperan pula sebagai kontrol masyarakat, yaitu cara yang digunakan oleh masyarakat untuk mengembalikan anggota masyarakat yang menyimpang dari tingkah laku normal. Selain sebagai kontrol 15 Dadang sukirman, Landasan Pengembangan Kurikulum. (Bandung, UPI.edu), hal. 34-35 16 Abdullah idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik, (Jakarta, Raja Grafindo: 2014),hal.65

terhadap masyarakat, kebudayaan juga berfungsi melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan manusia dan sebagai wadah segenap perasaan manusia.17 6. Peran Kurikulum dalam Membangun Masyarakat Indonesia Pada pembahasan ini akan menempatkan kurikulum sebagai suatu jangkauan perspektif yang lebih luas, bukan sekedar dikaitkan dengan upaya pendidikan di dalam sistem persekolahan, tetapi dikaitkan pula dengan kepribadian bangsa. Misalnya melalui ceramah, wayang, komik, drama, yang didalamnya mengandung satu pesan tentang kepribadian bangsa. Segala macam upaya pembinaan kepribadian bangsa tersebut, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar sekolah, semuanya mengandung pesan dan misi pendidikan tertentu. Pesan inilah yang akhirnya disebut sebagai kurikulum. Kurikulum pembinaan bangsa dalam artian yang luas inilah yang menjadi perhatian saat ini. Dimana kurikulum saat ini harus dimodifikasi sedemikian rupa agar lebih sejalan dengan masyarakat yang maju dan modern. Padahal, fungsi kurikulum bagi masyarakat juga akan menggambarkan fungsi sekolah kepada masyarakat. Dengan kata lain, kurikulum akan mendeskripsikan berbagai kondisi yang akan dibawa sekolah. Ada anggapan masyarakat yang menganggap bahwa fungsi sekolah adalah menjadi inspirator dan menjadi motor penggerak (agent of change) bagi setiap perubahan. Jika demikian, tentu akan sangat banyak yang diharapkan masyarakat dari sekolah. John Dewey mengemukakan bahwa lembaga pendidikan sekolah 17 Konetjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta:Rineka cipta, 1986),hal.150

adalah institusi yang paling efektif untuk melakukan rekonstruksi dan memperbaiki masyarakat melalui pendidikan individu. Bahkan G.S.Counts lebih jauh dari itu; dengan mengemukakan bahwa ”pendidikan tidak hanya harus membawa perubahan dalam masyarakat akan tetapi mengubah tata sosial dan mengatur perubahan sosial.”18 Jika demikian fungsi dan tugas yang diemban sekolah, maka hal itu sangat tergantung kepada kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman dari semua kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kurikulum berperan sangat besar dalam mempercepat terjadinya proses perubahan sosial di dalam masyarakat. Teori sosiologi mengatakan bahwa: Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan, Perubahan mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik atau kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun amat luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali akan tetapi ada pula perubahan yang amat cepat. Seiring dengan itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan di bidang teknologi ini telah mengakibatkan perubahan-perubahan yang sangat fantastis, drastis dan signifikan dalam kehidupan umat manusia di hampir segala aspek kehidupan (Bastian, 2002). 18 Nasution, S. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2004,Hal: 157.

Membangun masyarakat melalui pendidikan adalah suatu keharusan yang sangat mendesak dan tidak boleh ditawar-tawar. Bastian mengemukakan bahwa : ”Bangsa yang tidak mampu untuk mengantisipasi perkembangan disebabkan kesalahan sistem pendidikannya yang tidak berorientasi pada pengembangan potensi pembawaan generasi mudanya secara maksimal.” Sistem pendidikan sangat tergantung dari cara pandang suatu bangsa akan pengertian apa sebenarnya hakikat pendidikan tersebut. Berawal dari dua pesan kunci tersebut, tinggal menentukan kurikulum baru dalam rangka membina dan mengembangkan negeri ini. Dalam hal ini, diperlukan sikap berani untuk mengambil pilihan dan keputusan, aspek mana yang perlu dikurangi, aspek mana yang perlu ditentukan, dan aspek mana yang dapat diabaikan untuk sementara waktu. Asumsikan bahwa kurikulum hukum baru telah dibuat. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana memobilisasi institusi sosial yang ada untuk melaksanakan kurikulum baru. Ini adalah masalah yang paling sulit karena tidak mudah untuk memobilisasi kepala sekolah dan guru untuk menerapkan kurikulum baru dalam sistem sekolah. Namun, hal ini sangat tergantung pada tekad pemerintah dan kesediaan pemerintah untuk mengubah kurikulum pendidikan Indonesia.

C. KESIMPULAN Pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah the planning of learning opportunities intended to bring about certain desered in pupils, and assesment of the extent to wich these changes have taken plece. Adapun yang menjadi landasan pengembangan kurikulum adalah: a) Filsafat dan Tujuan Pendidikan b) Landasan Psikologis c) Keadaan Lingkungan d) Kebutuhan Pembangunan Pengembangan Kurikulum hendaklah disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Maka dari sanalah kurikulum bukanlah sesuatu yang paten, melainkan kurikulum itu berkembang, berkembang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan itu harus sesuai dengan: a) Perkembangan Ilmu Pengetahuan b) Perkembangan Teknologi Berdasarkan presfektif sosiologi, sebagaimana dinyatakan oleh penganut- penganut Durkhiem, seseorang dididik dalam konteks masyarakatnya, dan hidup di dalam konteks masyarakatnya, oleh sebab itu pendidikan tidak layak berada di tempat yang terasing dengan masyarakat. Atas dasar itu relevan atau tidak, praktis atau tidak dan berguna atau tidak sajian pendidikan yang diberikan. Pendidikan merupakan suatu hal yang harus difikirkan dan dirancang sejalan dengan kebutuhan atau tuntutan obyektif yang berkembang dimasyarakat. Lahirnya sosiologi kurikulum diperkirakan awal 1970. Diawali dengan konsen para sejarawan yang menulis tentang kurikulum dan mereka mengunakan konsep-konsep sosiologis. juga dikarenakan perkembangan dalam sistem

24 pendidikan diberbagai negara yang menempatkan posisi kurikulum sebagai posisi penting di seluruh sekolah. Pendidikan adalah tak terlepas dari suatu proses budaya, yang bersumber dari budaya dan diimplementasikan dalam kerangka proses peradaban melalui interaksi manusia orang yang berpendidikan. Proses ini membutuhkan landasan dalam sosiologi Pengembangan kurikulum. Landasan pengembangan kurikulum adalah fondasi melihat perkembangan desain pembelajaran dari perspektif sosial masyarakat.. Pendidikan memiliki tugas menghantarkan anak didik ke dunia masyarakat dan dunia pengetahuan, agar mereka memiliki bekal untuk hidup selaku masyarakat atau warga negara. Relevansi sosial dari apa yang diajarkan, merupakan hal penting yang tidak dapat diabaikan dalam pengembangan kurikulum. selama ini sering sekali terjadi ketidak sesuaian antara apa yang dibutuhkan masyarakat dengan apa yang diajarkan disekolah. Kurikulum memiliki peran yang sangat besar dalam mempercepat terjadinya proses perubahan sosial di dalam masyarakat. Sebab selama manusia itu hidup pasti mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan itu tidak menarik atau kurang menarik, terbatas maupun amat luas, bahkan ada yang lambat ada pula yang amat cepat. Inilah salah satu alasan mengapa kurikulum perlu dikembangkan bahkan diubah, karena dinamika kehidupan sosial di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Abu.. Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta. 2007) Asyar Mohamad, Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain Dan Pengembangan, (Jakarta:Prennadamedia group:2015) E. Murdiyanto, (2008). Sosiologi Perdesaan: Pengantar untuk Memahami Masyarakat Desa . (Yogyakarta: Wimaya Press. ISBN 978-979-8918-88- 9,2008) Hidayat Rahmat, Pengantar Sosiologi Kurikulum, (Jakarta, Raja Grafindo Persada: 2011), Hidayati Wiji, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta, Pustaka Insan Madani:2012), Idi Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik, (Jakarta, Raja Grafindo: 2014) Keonetjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta:Rineka cipta, 1986) Nana Syaodih Sukmadinta, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997) Sukirman Dadang, Landasan Pengembangan Kurikulum. (Bandung, UPI.edu), S. Nasution,. Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Akra. 2004) Hamalik Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : PT. Bumi Aksara. Nana Syaodih Sukmadinata. 2002. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

26 Winasanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 2008, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup Ahmad M, Pengembangan Kurikulum, 1998, Bandung: CV Pustaka Setia Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, 2008, Bandung: Alfabeta


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook