Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore revisi 2_merged (1)

revisi 2_merged (1)

Published by PERPUSTAKAAN DIGITAL, 2023-07-28 18:54:03

Description: revisi 2_merged (1)

Search

Read the Text Version

MODUL PELATIHAN Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat Penyusun: Edi Sugiyarto, S. Kep., Ners. Dr. Luky Dwiantoro, S.Kp., M. Kep. Dr. Anggorowati, S.Kp., Ns., M. Kep., Sp. Kep. Mat. Magister Keperawatan Fakultan Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2023

KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis masih diberikan karunia kesehatan sehingga dapat Menyusun modul pelatihan kepemimpinan transformasional untuk mengoptimalkan kemampuan perawat dalam pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover perawat. Penulis menyusu modul ini sebagai acuan bagi manajemen RS dalam membantu meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi SBAR dalam handover perawat melalui penerapan kepemimpin transformasional. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan modul ini masih banyak kekurangan, untuk itu di perlukan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan modul ini. Selanjutnya penulis sampaikan terima kasih yang setinggi- tinggi kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan modul ini sehingga dapat tersusun dengan baik terutama kepada bapak ibu pembimbing penulis. Semoga Tuhan YME membalas kebaikan bapak ibu pembimbing dan semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya modul ini. Semarang, Mei 2023 Penulis Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat i dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1 1.2 Tujuan Instruksional Khusus ....................................................................... 3 1.3 Manfaat Modul ............................................................................................ 3 BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................... 4 2.1 Konsep Komunikasi SBAR ........................................................................ 4 2.2 Konsep Handover ........................................................................................ 7 2.3 Konsep Kepemimpinan Transformasional ................................................ 13 2.4 Konsep Pelatihan ....................................................................................... 21 BAB III PELAKSANAAN PELATIHAN ............................................................ 23 3.1 Pedoman Pelaksanaan Pelatihan................................................................ 23 3.2 Aplikasi Penerapan Kepemimpinan Transformasional ............................. 25 3.3 Evaluasi Program Pelatihan....................................................................... 26 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 27 Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat ii dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan yang mengacu pada patient safety memiliki beberapa standar yang perlu diimplementasikan, salah satunya adalah peningkatan komunikasi yang efektif. Peningkatan komunikasi yang efektif dilakukan untuk menghindari resiko kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan pasien. Komunikasi yang efektif dan efisien dapat digunakan perawat pada pelaksanaan handover. Timbang terima atau Handover merupakan metode untuk memberikan informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan rencana perawatan serta menentukan prioritas asuhan keperawatan. Kesalahan dalam melakukan proses handover akan berakibat fatal terhadap pasien. Komunikasi yang kurang baik selama handover terjadi sebanyak 60% - 92% diberbagai negara seperti di Australia, Taiwan, Italia, dan Irlandia. Komunikasi yang kurang baik selama handover juga terjadi pada beberapa rumah sakit di Indonesia seperti di daerah seperti Makasar, Blitar, Palembang, Depok, dan Surakarta dengan persentase sebesar 22% - 79%. Komunikasi yang kurang baik saat handover menyebabkan kesalahpahaman antara pemberi dan penerima pesan, sehingga dapat meningkatkan masalah patient safety, serta terjadinya kejadian yang tidak diharapkan. Komunikasi dengan metode SBAR diperlukan untuk meningkatkan kualitas komunikasi saat handover. SBAR adalah singkatan dari Situation, Background, Analysis, and Recommendation. Situasi (S) dilakukan perawat dengan menggambarkan situasi pasien saat ini yang berhubungan dengan pengobatan dan perawatan. Latar belakang (B) dilakukan dengan menguraikan latar belakang masalah keperawatan. Analisis (A) dilakukan perawat dengan menganalisis masalah keperawatan, dan rekomendasi (R) dilakukan dengan memberikan rekomendasi asuhan keperawatan selanjutnya. Metode SBAR bermanfaat untuk meningkatkan komunikasi tim secara umum, meningkatkan keterampilan komunikasi saat situasi tertentu, dan juga berguna pada saat operan dinas. Komunikasi SBAR bermanfaat bagi perawat dan pasien serta dalam hal keselamatan pasien. Manfaat Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 1 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

bagi perawat yaitu meningkatkan kualitas operan pasien, mengetahui tentang kondisi pasien dengan mudah, dan meningkatkan komunikasi yang efektif. Bagi pasien, SBAR bermanfaat karena pasien merasa senang sebab kondisi pasien dapat tercatat lebih detail. Manfaat SBAR untuk keselamatan pasien yaitu memudahkan pemantauan pasien, meningkatkan kualitas perawatan pasien, dan mengurangi risiko kejadian tidak diharapkan. Kurang baiknya komunikasi dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan dalam melayani pasien dan meningkatkan kesalahan dalam menangani pasien. Kepemimpinan transformasional sangat efektif diterapkan di suatu organisasi termasuk di ruang perawatan dalam mencapai tujuan. Perawat manajer dalam memberikan pelayanan kepada harus dibekali dengan gaya kepemimpinan yang efektif salah satunya kepemimpinan transformasional. Penerapan kepemimpinan transformasional dipengaruhi beberapa faktor diantaranya pengalaman sebagai pimpinan, pengetahuan, persepsi, keyakinan, dan motivasi yang bias didapatkan melalui program pelatihan. Pelatihan bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keahlian dan mengembangkan sikap Konsep kepemimpinan transformasional. Pelatihan merupakan salah satu metode sistematik dalam pengembangan sumber daya manusia yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Hal ini sejalan dengan pendapat Cummings dan Worley (2005) menyatakan bahwa pelatihan dapat membantu karyawan mendapatkan keterampilan dan pengetahuan. Konsep pelatihan dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan sesuai dengan teori keperawatan Patricia Banner yang mengemukakan bahwa pengetahuan dalam sebuah praktik disiplin ilmu diperoleh dari waktu ke waktu dan dikembangkan melalui pembelajaran eksperimental serta pemikiran situasional serta merupakan refleksi dalam praktik yang didapatkan melalui pelatihan ataupun proses pembelajaran langsung. Proses tersebut dapat membangun pengetahuan dalam disiplin ilmu keperawatan melalui disiplinpraktik dengan memperluas pengetahuan dalam praktik keperawatan dan dikembangkan melalui pengalaman klinis dan penyelidikan ilmiah berbasis teori. Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 2 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

1.2 Tujuan Instruksional Khusus 2. Kemampuan kognitif a. Perawat manajer memahami konsep komunikasi SBAR dalam handover perawat b. Perawat manajer memahami konsep dasar kepemimpinan transformsional 3. Kemampuan afektif a. Memiliki keyakinan adanya manfaat menerapkan kepemimpinan transformasional bagi perawat manajer b. Memiliki keyakinan adanya manfaat melakukan komunikasi SBAR dalam handover perawat 4. Kemampuan psikomotor Perawat manajer mampu menerapkan kepemimpinan transformasional untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam komunikasi SBAR dalam handover perawat 1.3 Manfaat Modul Manfaat modul pelatihan kepemimpinan transformasional adalah: 1. Bagi rumah sakit, dengan adanya modul pelatihan kepemimpinan transformasional diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi SBAR dalam handover perawat melalui penerapan kepemimpin transformasional 2. Bagi pelayanan keperawatan, dengan adanya modul pelatihan kepemimpinan transformasional diharapkan dapat membantu perawat dalam meningkatkan kualitas komunikasi SBAR dalam handover perawat 3. Bagi perawat, dengan adanya modul pelatihan kepemimpinan transformasional diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat manajer dalam menerapkan kepemimpinan transformasional di ruangan. Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 3 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Komunikasi SBAR 2.1.1 Definisi Metodologi Komunikasi SBAR, yang terdiri dari Situation, Background, Assessment, and Recommendation merupakan kerangka kerja komunikasi yang efektif dan telah ditetapkan sebagai standar untuk komunikasi yang berpusat pada pasien antara profesional kesehatan. SBAR membantu perawat membangun ide, mengolah informasi, menyampaikan pesan, dan memfasilitasi percakapan dengan dokter.(Devira et al., 2021) S (situation) berisi komponen identitas pasien, masalah saat ini, dan hasil diagnosis medis. B (Background) menunjukkan riwayat penyakit atau situasi yang mendukung masalah / situasi saat ini. A (Assessment) Dari hasil analisa situasi dan latar belakang tersebut, didapatkan kesimpulan dari masalah yang dialami pasien saat ini. R (recommendation) adalah rencana atau saran yang diterapkan untuk masalah yang ada.(Suardana et al., 2018) 2.1.2 Prinsip SBAR Prinsip metode SBAR adalah sebagai berikut: 1. Situation: Mengandung informasi tentang identitas pasien, masalah yang terjadi saat ini dan diagnosa medis. Menyebutkan Nama lengkap pasien, tanggal lahir pasien, secara singkat permasalahan pasien saat ini, kapan mulai terjadi dan seberapa berat situasi dan keadaan pasien yang teramati saat itu. 2. Background: Menggambarkan latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan situasi. Penyampaian latar belakang klinis atau keadaan yang melatarbelakangi permasalahan, meliputi catatan rekam medis pasien, diagnosa masuk RS, informasi hal-hal penting terkait: Kulit/ ekstremitas, pasien memakai/ tidak memakai oksigen, obat- obatan terakhir, catatan alergi, cairan IV line dan hasil laboratorium terbaru. Hasil laboratorium berikut tanggal dan jam masing-masing test dilakukan. Hasil-hasil sebelumnya sebagai pembanding, informasi klinik lainnya yang kemungkinan diperlukan. Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 4 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

3. Assessment: Merupakan kesimpulan dari masalah yang terjadi saat ini apakah kondisi membaik atau memburuk 4. Recommendation: Mengandung informasi tentang: a. Tindakan apa yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah. b. Solusi apa yang bisa ditawarkan ke dokter. c. Solusi/ tindakan apa yang direkomendasi oleh dokter. d. Kapan dan di mana dilakukan 2.1.3 Fungsi metode SBAR Metode SBAR adalah alat komunikasi yang direkomendasikan oleh WHO dalam rangka penyampaian informasi penting yang memerlukan respon dan tindakan segera. Komunikasi SBAR tidak hanya meningkatkan kualitas pelayanan, tetapi juga meningkatkan kualitas timbang terima, sehingga mengurangi jumlah kesalahan tindakan medis yang dilakukan. (Astuti et al., 2019) 2.1.4 Manfaat metode SBAR SBAR merupakan bentuk komunikasi efektif yang dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam mengelola tindakan pada pasien, mencegah kejadian yang tidak terduga dan mencegah cedera pada pasien. Bagi pasien, SBAR berguna karena memungkinkan mereka untuk merekam kondisi mereka secara lebih rinci, yang membuat mereka bahagia. Manfaat keselamatan pasien dari SBAR termasuk pemantauan pasien yang lebih mdah, peningkatan kualitas perawatan pasien, dan pengurangan risiko kejadian tak terduga.(Rahmatulloh et al., 2022) Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 5 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

2.1.5 SPO komunikasi SBAR SPO KOMUNIKASI SBAR PERAWAT No. Dokumen : No. Revisi: Halaman : 1/2 Tanggal terbit: Ditetapkan oleh SPO PENGERTIAN SBAR adalah Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit yang TUJUAN terdiri dari Situation, Background, Assessment, Recommendation. Metode KEBIJAKAN komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan timbang terima (handover) kepada pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang PROSEDUR disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien. Sebagai acuan komunikasi efektif SBAR bagi perawat dan nakes lain untuk berkomunikasi secara efektif 1. Melaporkan situasi pasien a. Menyebutkan nama pasien, usia pasien, jenis kelamin, dokter yang merawat, diagnosa dan keperawatan, prosedur, status mental, kondisi pasien apakah stabil atau tidak dan kondisi atau situasi saat ini. b. Menjelaskan apa yang terjadi pada pasien dengan menjelaskan perubahan kondisi pasien . 2. Menyampaikan latar belakang keadaan pasien a. Menyatakan waktu pelaksanaan timbang terima pasien, diagnosa b. medis dan keperawatan. c. Memberikan ringkasan singkat dari apa yang telah dilakukan selama shift sebelumnya. d. Menyebutkan latar belakang apa yang menyebabkan munculnya keluhan pasien tersebut, diagnosis pasien, dan data klinik yang mendukung masalah pasien e. Menjelaskan program pemeriksaan penunjang, terapi yang berkaitan dengan keadaan saat ini, keadaan lain yang berkaitan f. kondisi pasien antara lain GCS, tanda-tanda vital, terapi infus, nyeri, resiko jatuh, resiko decubitus. Menyampaikan pokok masalah atau apa saja yang terjadi pada diri pasien, keluhan yang mendorong untuk dilaporkan seperti sesak nafas, nyeri dada, dan sebagainya 3. Menyampaikan penilaian terhadap kondisi pasien a. Menyampaikan hasil pemikiran yang timbul dari temuan serta difokuskan pada problem yang terjadi pada pasien yang apabila tidak diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk b. Menjelaskan apa yang menjadi permasalahan pasien: “Saya tidak yakin apa masalah dari pasien, namun kondisi pasien memburuk, dan tidak stabil, sehingga perlu dilakukakn suatu tindakan”. c. Memperluas pernyataan perawat dengan tanda-tanda dan gejalanya d. Menjelakan kondisi pasien secara keseluruhan yang berupa permasalahan yang ditemukan saat ini, tindakan yang sudah dilaksanakan, hasil dari tindakan, dan diagnosa e. keperawatan. Bila ada rencana pulang dipastikan ada/tidaknya program discharge planning Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 6 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

SPO KOMUNIKASI SBAR PERAWAT No. Dokumen : No. Revisi: Halaman : 2/2 Unit terkait 4. Menyampaikan rekomendasi untuk mengatasi masalah pasien a. Menjelaskan hal-hal yang dibutuhkan untuk ditindak lanjuti, serta menyebutkan intervensi yang harus direkomendasikan untuk perawat shift selanjutnya b. Menjelaskan pemeriksaan tambahan atau perubahan penatalaksanaan ysang diberikan oleh dokter setelah melihat hasil pemeriksaan atau tindakan (misalnya: tes laboratorium, perawatan). c. Perawat memberi rekomendasi pada dokter untuk melakukan kunjungan kepada pasien dan keluarga pasien. d. Jika terdapat perbaikan ataupun tidak adanya perbaikan kondisi pada pasien, perawat akan menghubungi dokter kembali, menanyakan ke dokter tindakan yang harus dilakukan perawat sampai ditempat e. menyampaikan saran untuk rencana perawatan pasien yang berupa rencana konsul pada tim kesehatan lain, persiapan tindakan pasien, edukasi persiapan discharge planning Ruang rawat inap, IBS, ICU, IGD 2.2 Konsep Handover Handover adalah teknik atau metode mengirim atau menerima sesuatu (informasi) secara singkat, jelas dan lengkap yang dilakukan oleh perawat tentang kondisi pasien,tindakan mandiri perawat, tindakan kooperatif yang telah/belum dilakukan, dan perkembangan pasien saat itu.(Dewi et al., 2019; Mullen et al., 2020) 2.2.1 Tujuan handover Tujuan umum handover yaitu mongkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting. Sedangkan tujuan khususnya terdiri dari:(Nursalam, 2014) 1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data focus) 2) Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada pasien 3) Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat yang dinas selanjutnya 4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 7 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

2.2.2 Hal-hal yang harus diperhatikan saat melaksanakan handover Menurut Nursalam (2018), adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan handover yaitu sebagai berikut: 1) Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift 2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP) 3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas 4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan menggambarkan kondisi pasien serta menjaga kerahasiaan pasien 5) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien 6) Pada saat timbang terima dikamar pasien, menggunakan volume suara yang tidak terlalu keras agar tidak terdengar oleh pasien yang lain. 7) Mendiskusikan keadaan pasien di ruang jaga perawat jika pasien dalam keadaan kurang baik. 2.2.3 Faktor yang mempengaruhi handover 1) Pengetahuan perawat tentang pelaksanaan handover Pengetahuan menjadi dasar terbentuknya suatu perilaku yang baru bagi seseorang, dimana prilaku yang didasari pengetahuan akan menghasilkan hal yang lebih baik. pengetahuan adalah faktor utama untuk membantu seseorang dalam berperilaku dan mengambil keputusan.(Notoatmodjo, 2014) 2) Sikap perawat tentang pelaksanaan handover Sikap perawat yang baik akan mempengaruhi pelaksanaan handover. Sikap dibentuk oleh tiga komponen yaitu afektif, kognitif dan konatif. Komponen afektif berkaitan dengan suasana hati, emosi, perasaan senang maupun tidak senang. Komponen kognitif berkaitan dengan informasi dan kepercayaan persepsi. Sedangkan komponen konatif berkaitan dengan suatu sikap yang berorientasi pada sikap obyektif. Komponen sikap tersebut membentuk sikap seseorang yang terdiri dari sikap positif dan negaitf. (Mirdahni & Idawati, 2021) 3) Tanggung jawab perawat terhapat pelaksanaan handover Tanggung jawab merupakan prinsip dasar didalam pengembangan kerja. Perawat harus memahami dan menerima tanggung jawab untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan. Tanggung jawab adalah suatu kewajiban yang timbul dalam diri perawat untuk melaksanakan fungsi yang ditugaskan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 8 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

pengarahan yang diterima, berkaitan dengan pelaksanaan handover..(Mirdahni & Idawati, 2021) 2.2.4 Konsep pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover Handover merupakan bentuk komunikasi dalam penyampaian informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada saat pergantian shift jaga. Dalam pelaksanaan operan, perawat berkomunikasi dengan perawat yang lain membahas hal-hal yang berkaitan dengan klien yang menjadi tanggung jawabnya. Pelaksanaan handover yang baik pada saat operan dapat memberikan harapan pada perawat untuk memberikan pelayanan terbaik dan bertanggung jawab kepada klien yang dirawatnya dengan melakukan handover sesuai standar yang ditetapkan di rumah sakit..(Fatrida & Nuriman, 2020) Tingginya beban kerja perawat dengan dukungan data seperti waktu perawat yang terlalu banyak menulis, jumlah perawat yang sedikit, rangkap pekerjaan, perawat sibuk, beban kerja yang terlalu banyak yang harus dikerjakan perawat akan berpengaruh pada saat handover. Untuk itu butuh metode komunikasi yang mudah dilaksanakan. Komunikasi efektif menggunakan komunikasi SBAR adalah kerangka yang mudah diingat, mekanisme nyata yang digunakan untuk menyampaikan kondisi pasien yang kritis atau perlu perhatian dan tindakan segera.(Dewi et al., 2019) Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 9 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

2.2.5 Standar prosedur operasional handover SPO SERAH TERIMA TUGAS PERAWAT ANTAR SHIFT (HANDOVER ) No. Dokumen : No. Revisi: Halaman : 1/3 SPO Tanggal terbit: Ditetapkan oleh PENGERTIAN TUJUAN Proses serah terima tugas antara tim kerja yang dinas dalam kurun waktu tertentu KEBIJAKAN kepada tim kerja yang dinas pada jam kerja berikutnya yang mencakup pasien yang di rawat, obat-obatan pasien maupun informasi lain yang perlu di overkan kepada PROSEDUR tim berikutnya. Unit terkait Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan serah terima tugas perawat antar shift ( handover ) 1. Perawat yang akan menyerahkan tugas kepada tim kerja yang lain menyiapkan seluruh RM pasien/ rekam medik elektronik, obat pasien, hasil pemeriksaan penunjang dan dokumen lain yang diperlukan. 2. Masing-masing tim duduk bersama untuk siap melakukan serah terima tugas / handover. 3. Ketua tim menyampaikan selamat pagi/siang /malam 4. Ketua tim meminta semua personil untuk duduk di nurse station karena akan segera dilakukan handover. 5. Ketua tim menyampaikan : - Jumlah total pasien di ruangan tersebut dan jumlah pasien di tiap-tiap tim . - Jumlah pasien yang pengawasan khusus : nama pasien dan ada di tim berapa. - Rencana pasien pulang ( ada / tidak ), jika ada sebut nama pasien dan ada di tim berapa. - Rencana pasien pindah ruang ( ada / tidak ), jika ada sebut nama pasien dan ada di tim berapa. - Rencana pasien masuk /pasien baru ( ada / tidak ), jika ada rencana masuk di tim berapa dan di kamar berapa. 6. Apakah pada saat dinas ada KTD/KNC/sentinel/komplain dari pasien. Jika ada tim berikutnya supaya melakukan follow up. 7. Pemakaian obat - obat di troly emergrency juga di serah terimakan kepada anggota shift berikutnya. 8. Jika semua informasi di serah terimakan kepada tim yang akan dinas berikutnya,Ketua tim mempersilahkan tim yang menerima tugas menanyakan ulang jika ada yang kurang jelas 9. Masing-masing ketua tim melakukan kunjungan bersama ke tiap-tiap pasien yang menjadi tanggungjawabnya 10. Ketua tim yang menyerahkan tugas, memperkenalkan kepada pasien/ keluarga, nama dan jabatan perawat yang menerima tugas serta nama perawat penanggung jawab shift. 11. Dokumentasikan dalam catatan terintegrasi Ruang rawat inap-Radiologi-Laboratorium-UGD- Pendaftaran Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 10 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

2.2.6 SPO komunikasi SBAR dan SPO handover perawat SPO KOMUNIKASI SBAR DALAM HANDOVER PERAWAT No. Dokumen : No. Revisi: Halaman: 1/2 Tanggal terbit: Ditetapkan oleh SPO PENGERTIAN Proses serah terima tugas antara tim kerja yang dinas dalam kurun waktu tertentu TUJUAN kepada tim kerja yang dinas pada jam kerja berikutnya yang mencakup pasien yang di rawat, obat-obatan pasien maupun informasi lain yang perlu di overkan kepada tim berikutnya. - Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan serah terima tugas perawat antar shift ( handover ) - Menjaga dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan - Meningkatkan keselamatan pasien KEBIJAKAN 1. Perawat yang akan menyerahkan tugas kepada tim berikutnya menyiapkan PROSEDUR seluruh RM pasien/ RM elektronik, obat pasien, hasil pemeriksaan penunjang dan dokumen lain yang diperlukan. 2. Masing-masing tim duduk bersama untuk siap melakukan serah terima tugas /handover.Duduk di seting melingkar atau saling berhadapaan antar shift, supaya terjadi komunikasi dua arah 3. Ketua tim menyampaikan salam, dilanjutkan doa bersama 4. Ketua tim meminta semua perawat untuk duduk di nurse station yang sudah disiapkan sesuai setting tempat duduk, karena akan segera dilakukan handover. 5. Ketua tim menyampaikan : - Jumlah total pasien di ruangan tersebut dan jumlah pasien di tiap-tiap tim - Rencana pasien pulang ( ada / tidak ), jika ada sebut nama pasien, kamar berapa, nomor tempat tidur, alamat, dan diagnosa medis dan ada di tim berapa. - Rencana pasien pindah ruang ( ada / tidak ), jika ada sebut nama pasien,ada di tim berapa, dan Pindah ke ruang mana. - Rencana pasien masuk /pasien baru ( ada / tidak ), jika ada rencana masuk di tim berapa dan di kamar berapa.. - Jumlah pasien yang pengawasan khusus : Melaporkan situasi pasien (situasional ) (S) - Menyebutkan nama pasien, usia, jenis kelamin, DPJP, diagnosa keperawatan dan diagnosa medis, prosedur, status mental, dan keadaan umum pasien - Menjelaskan keadaan dan perubahan kondisi pasien terkini Menyampaikan latar belakang keadaan pasien/Backgound (B) - Menyatakan waktu pelaksanaan timbang terima pasien Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 11 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

- Memberikan ringkasan singkat tindakan yang telah dilakukan selama shift sebelumnya. - Menyebutkan latar belakang munculnya keluhan, dan data klinis yang mendukung masalah pasien - Menjelaskan program pemeriksaan penunjang, terapi yang berkaitan dengan keadaan saat ini, keadaan lain yang berkaitan kondisi pasien antara lain GCS, EWS, terapi infus, nyeri, resiko jatuh, resiko decubitus. - Menyampaikan masalah utama, keluhan pasien seperti sesak nafas, nyeri dada, dan sebagainya Menyampaikan penilaian terhadap kondisi pasien /Assesment (A) - Menyampaikan analisis masalah yang terjadi pada pasien pada saat itu - Menyampaikan beberapa alternatif pemecahan masalah/solusi terhadap permasalahan yang terjadi untuk mencegah kondisi pasien yang memburuk - Memperluas pernyataan perawat dengan tanda-tanda dan gejalanya - Menjelakan kondisi pasien secara keseluruhan saat ini, bila ada rencana pulang dipastikan ada/tidaknya program lanjutan dirumah Menyampaikan rekomendasi untuk mengatasi masalah pasien/Recomentation (R) - Menjelaskan intervensi yang harus ditindaklanjuti untuk perawat shift selanjutnya - Melaporkan hasil nilai kritis pemeriksaan penunjang dan atau kondisi setelah tindakan dan menindaklanjuti atas advice selanjutnya - Menjelaskan kepada shift berikutnya untuk konsutasi via telephone apabila terjadi perburukan kondisi pasien - Melaporkan setiap perkembangan kondisi pasien jika ada perbaikan atau penurunan kondisi kepada DPJP dan menindaklanjuti perintah tindakan/ terapi dari dokter tersebut - Menyampaikan perawatan pasien selanjutnnya (rencana konsul pada tim kesehatan lain, persiapan tindakan, edukasi discharge planning) 6. Melaporkan kejadian KTD/KNC/sentinel/komplain dari pasien. Jika ada, meminta shift berikutnya untuk follow up. 7. Melaporkan jumlah dan pemakaian obat – obat troly emergrency kepada anggota shift berikutnya. 8. Mempersilakan tim yang menerima tugas menanyakan ulang, validasi /komfirmasi jika ada yang kurang jelas 9. Masing-masing ketua tim melakukan kunjungan bersama ke tiap-tiap pasien yang menjadi tanggungjawabnya 10. Ketua tim yang menyerahkan tugas, memperkenalkan kepada pasien/ keluarga, nama dan jabatan perawat yang menerima tugas serta nama perawat penanggung jawab shift. 11. Dokumentasikan dalam catatan terintegrasi Unit terkait Ruang rawat inap, IGD, IBS, ICU Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 12 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

2.3 Konsep Kepemimpinan Transformasional 2.3.1 Definisi kepemimpinan Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan bagian dari sistem manajemen keperawatan yang meliputi pengumpulan data, perencanaan, pengaturan, kepegawaian, kepemimpinan dan pengawasan. Konsep kepemimpinan dalam keperawatan adalah sebagai penerapan pengaruh dan bimbingan, yang ditunjukan kepada semua staf keperawatan untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan, sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan pelayanan keperawatan secara efektif dan efisien (Sambe et al., 2013) 2.3.2 Fungsi kepemimpinan Didalam suatu organisasi, seorang pemimpin harus dapat berfungsi untuk anggota kelompoknya. Menurut Sri Mugianti (2016) ada beberapa fungsi kepemimpinan, diantaranya: 1. Fungsi Perencanaan Fungsi perencanaan merupakan fungsi seorang pemimpin dalam menyusun sebuah perencanaan yang baik bagi organisasinya dan bagi diri sendiri sebagai penanggung jawab agar tujuan didalam organisasi dapat tercapai. Perencanaan yang baik meliputi maksud dan tujuan mudah dipahami, penggunaan sumber – sumber 6 M (man, money, machine, material, market, methods) secara tepat, serta adanya prosedur dan cara untuk mencapai tujuan tersebut. 2. Fungsi memandang ke depan Fungsi memandang kedepan merupakan fungsi seorang pemimpin yang selalu waspada terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Dimana seorang pemimpin dalam melaksanakan proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangsung secara terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan, karenanya seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul baik yang kecil maupun yang besar. Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 13 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

3. Fungsi pengembangan loyalitas Fungsi pengembangan loyalitas merupakan fungsi seorang pemimpin dalam memberikan teladan baik kepada bawahannya dalam hal berfikir, berucap, bertingkah laku sehari – hari yang tidak melanggar dan menyimpang dari loyalitas. 4. Fungsi Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi seorang pemimpin untuk melakukan pengawasan terhadap kemampuan pelaksanaan rencana kegiatan dengan tujuan hambatan yang terjadi dapat segera ditemukan agar dapat diselesaikan sehingga seluruh kegiatan dapat berlangsung kembali sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan 5. Fungsi mengambil keputusan Fungsi mengambil keputusan merupakan fungsi seorang pemimpin dalam mengambil keputusan baik dilakukan secara individu, kelompok atau tim, dewan, komisi, referendum, maupun dengan mengajukan usulan secara tertulis. 6. Fungsi memberi motivasi Fungsi memberi motivasi merupakan fungsi seorang pemimpin dalam memberikan perhatian, semangat, membesarkan hati, dan dapat mempengaruhi bawahannya agar rajin dalam bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasinya. Seorang pemimpin selain memberikan motivasi juga perlu memberikan hadiah, pujian atau ucapan terimakasih kepada bawahannya karena mereka merasa dihargai dan diperhatikan hasil kerja kerasnya oleh pimpinan. Di lain pihak seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap bawahannya yang telah melanggar, malas dalam bekerja, dan telah berbuat kesalahan sehingga merugikan organisasi. Tindakan yang diberikan seorang pemimpin dapat berupa teguran dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan fungsi ini seorang pemimpin perlu memiliki daftar kecakapan dan kelakuan baik bagi semua pegawai sehingga tercatat semua hadiah maupun hukuman yang telah diberikan kepada mereka. 2.3.3 Kepemimpinan transformasional Kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan dengan gaya relasional di mana pengikut memiliki kepercayaan dan rasa hormat kepada pemimpin dan termotivasi Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 14 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

untuk melakukan lebih dari yang diharapkan untuk mencapai tujuan organisasi (Boamah et al., 2018) Gaya kepemimpinan yang baik dapat memberikan contoh, memotivasi dan mempengaruhi para bahawan mereka agar dapat menyelaraskan semua visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai dalam organisasi tersebut. Sehingga adanya keserasian dan kesan yang mendalam antara pimpinan dan bawahan dengan terbentuknya komunikasi timbal balik dan mengurangi konflik internal. Para pemimpin mengembangkan keterampilan dan keyakinan pengikut untuk menyiapkan mereka mendapatkan tanggung jawab yang lebih banyak dalam sebuah organisasi yang memberikan wewenang. Para pemimpin memberikan dukungan dan dorongan di saat diperlukan untuk mempertahankan antusiasme dan menghadapi halangan, kesulitan dan kelelahan. Dengan kepemimpinan transformasional, para pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap pemimpin, dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang awalnya diharapkan dari mereka. 2.3.4 Komponen Kepemimpinan Transformasional (Lappalainen et al., 2020) Komponen kepemimpinan transformasional diidentifikasi sebagai berikut: 1. Idealized influence (Charisma) Pemimpin transformasional memberikan contoh dan bertindak sebagai role model positif dalam perilaku, sikap, prestasi, maupun komitmen bagi bawahannya. Seorang pemimpin dapat dipercaya oleh rekan kerja karena dianggap mempunyai pandangan, nilai dan tujuan yang benar. Pemimpin yang memiliki karisma dapat dengan mudah mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya agar bertindak sesuai dengan apa yang pemimpin inginkan, selain itu seorang pemimpin yang memiliki karisma juga dapat memotivasi kepada bawahannya untuk selalu bekerja keras Humaira (2012) menjelaskan dimensi Idealized influence (Charisma) terbagi menjadi dua yaitu sub dimensi atribut dan sub dimensi perilaku. a. Idealized influence attribute (sub dimensi atribut) adalah kemampuan pemimpin untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan dan kepercayaan dari bawahannya. Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 15 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

b. Idealized influence behavior (sub dimensi perilaku) adalah perilaku pemimpin yang mampu memunculkan perilaku identifikasi rekan kerja terhadap pemimpinnya. 2. Inspirational motivation Pemimpin yang inspirasional dapat merangsang antusias dan semangat bekerja anggota tim terhadap tugas-tugas kelompok dan dapat mengatakan hal-hal yang dapat menumbuhkan kepercayaan anggota tim terhadap kemampuan untuk menyelesaikan tugas dalam upaya untuk mencapai tujuan kelompok kerja. 3. Intelektual stimulation Pemimpin transformational berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya inovasi dan kreativitas. Pemimpin memacu rekan kerja untuk mengembangkan ide – ide dan solusi yang kreatif dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Dengan demikian anggota tim harus sering dilibatkan dalam merumuskan masalah dan solusi yang akan digunakan. Pada dasarnya kepemimpinan transformasional adalah bentuk kepemimpinan dari seseorang dengan melibatkan anggota tim untuk bersama – sama melakukan perubahan. 4. Individual consideration Pemimpin transformasional memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan setiap individu untuk berprestasi dan berkembang dengan jalan bertindak selaku pelatih atau penasihat. Pemimpin menghargai dan menerima perbedaan-perbedaan individual dalam hal kebutuhan dan minat dalam hal itu, pemimpin transformasional berinteraksi dan berkomunikasi secara personal dengan rekan kerja. Pemimpin akan mendelegasikan tugas kepada rekan kerja dengan tujuan diantaranya untuk mengembangkan keilmuan anggota timnya, untuk memastikan tugas yang diberikannya apakah membutuhkan arahan atau dukungan, untuk menilai kemajuan yang dicapai oleh rekan kerja dalam timnya. Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 16 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 17 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 18 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 19 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENERAPAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL OLEH PERAWAT MANAJER DALAM KOMUNIKASI SBAR SAAT HANDOVER PERAWAT No. Dokumen : No. Revisi: Halaman: 1/1 SPO Tanggal terbit: Ditetapkan oleh PENGERTIAN TUJUAN Adalah penerapan nilai - nilai kepemimpinan perawat manajer yang KEBIJAKAN meliputi; idealized influence, inspiration motivation, intelectual stimulation, individual concideration dalam proses komunikasi SBAR dalam handover PROSEDUR yang dilakukan oleh perawat. Unit terkait - Sebagai acuan oleh perawat manajer dalam memperbaiki pelaksanaan komunikasi saat timbang terima - Menjaga dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan - Meningkatkan keselamatan pasien Idealized Influence 1. Perawat manajer menetapkan rencana kerja; jadwal supervisi, conference harian, dan DRK yang merupakan bagian dari strategi untuk mencapai visi dan misi RS 2. Perawat manajer bersedia dihubungi dalam 24 jam apabila ada sesuatu hal yang perlu dikomunikasikan dari rekan kerja/ tim 3. Dalam breafing, conference, dan supervisi, Perawat manajer menjawab setiap ada pertanyaan dengan didasarkan pada bukti ilmiah dalam upaya peningkatan komunikasi SBAR dalam handover perawat 4. Perawat manajer memberi motivasi, reinforcement pada saat supervisi komunikasi SBAR yang dilaksanakan dengan benar dan mempertimbangkan secara bijaksana dalam membuat keputusan. 5. Perawat manajer mengkoordinasikan tugas asuhan bila ada perawat yang berhalangan hadir/ ijin/ cuti Inspiration motivation 6. Perawar manajer membuat target perubahan yang akan dicapai, membuat perencanaan peningkatan kompetensi perawat, membuat usulan pelatihan staff, membuat jadwal supervisi, dan jadwal diskusi. 7. Perawat manajer menyusun evaluasi dari pelaksanaan visi dan misi yang telah ditetapkan terkait dengan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover perawat Intelektual stimulation 8. Perawat manajer bersama anggota tim pada saat breafing mencari ide – ide, gagasan, dan saran sebagai solusi yang efektif dan alternatif pemecahan masalah untuk perbaikan dalam komunikasi SBAR Individual concideration 9. Perawat manajer melakukan bimbingan secara terjadwal kepada perawat pada saat supervisi 10. Perawat manajer melakukan pendampingan dan monitoring kepada setiap perawat secara individual tentang cara komunikasi SBAR 11. Perawat manajer membuat perencanaan pengembangan diri untuk semua anggota tim dengan pendidikan keperawatan berkelanjutan sebagai tindak lanjut hasil supervisi Ruang Rawat Inap, ICU, IBS, IGD Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 20 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

2.4 Konsep Pelatihan 2.4.1 Definisi Pelatihan merupakan proses pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dilaksanakan dalam jangka waktu yang pendek dengan metode pembelajaran yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori sehingga lebih meningkatkan kompetensi individu untuk menghadapi pekerjaan di dalam organisasi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Gumilar & Prihatin, 2013) 2.4.2 Tujuan pelatihan Humaira (2012) menjelaskan tujuan dari pelatihan secara umum adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan produktivitas 2. Meningkatkan mutu 3. Meningkatkan ketepatan dalam perencanaan sumber daya manusia 4. Meningkatkan semangat kerja 5. Menarik dan menahan tenaga kerja yang berpotensi baik 6. Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja 7. Menghindari keusangan (obsolescence) 8. Menunjang pertumbuhan pribadi (personal growth) 2.4.3 Manfaat pelatihan Manfaat pelatihan kepemimpinan transformasional diantaranya: 1. Memberikan pengaruh positif terhadap kinerja perawat dan kepuasan kerja. 2. Meningkatkan total quality management dan komitmen karyawan 3. Meningkatkan komitmen organisasi para pegawai 4. Meningkatkan softskill perawat pelaksana dan persepsi softskill yang baik terhadap perawat pelaksana 2.4.4 Tahap penyusunan program pelatihan Tahapan – tahapan menyusun program pelatihan menurut Humaira (2012) adalah sebagai berikut: 1. Menilai kebutuhan pelatihan. 2. Menetapkan tujuan pelatihan Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 21 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

3. Mengembangkan dan menguji materi pelatihan. 4. Implementasi program pelatihan. 5. Evaluasi program pelatihan. 2.4.5 Konsep pelatihan kepemimpinan transformasional untuk meningkatkan kemampuan komunikasi SBAR dalam handover perawat Pelatihan kepemimpinan transformasional adalah suatu kegiatan pelatihan untuk mendapatkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan menggunakan metode ceramah, role play, dan diskusi dengan materi pokok pengaruh yang ideal, motivasi yang menginspirasi, stimulasi intelektual, dan pertimbangan yang bersifat individual.(Lappalainen et al., 2020) Kemampuan komunikasi SBAR dalam handover perawat adalah kemampuan perawat dalam melakukan serah terima pasien antar shift jaga dengan menggunakan kerangka komunikasi: situation, background, assessment, dan recommendation secara berurutan dan lengkap sesuai dengan kondisi pasien saat itu.(Devira et al., 2021) Kepemimpinan transformasional dapat meningkatkan kinerja dan keselamatan pasien melalui komunikasi perawat yang efektif temasuk komunikasi SBAR dalam handover. Peningkatan kinerja tersebut dapat di capai dengan penerapan komponen – komponen dalam kepemimpinan transformasional seperti; Idealized influence, Inspirational motivation, Intelektual stimulation,dan individual consideration ke dalam peningkatan komunikasi SBAR dalam handover perawat.(Aulia & Dwiantoro, 2020) Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 22 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

BAB III PELAKSANAAN PELATIHAN 3.1 Pedoman pelaksanaan pelatihan kepemimpinan transformasionl terhadap peningkatan kemampuan komunikasi SBAR dalam handover perawat Pelatihan ini diikuti oleh seluruh kepala ruang dengan tujuan kepala ruang mampu memahami kepemimpinan transformasional dan mampu menerapkan kepemimpinan transformasional di ruangan. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah pre tes, ceramah, diskusi, role play, post test dan pendampingan dilapangan. 3.1.1 Materi 1) Pendahuluan 2) Materi Kegiatan a. Konsep komunikasi SBAR dalam handover. b. Konsep kepemimpinan transformasional. c. Aplikasi kepemimpinan transformasional terhadap komunikasi SBAR dalam handover perawat. 3) Pelatihan kepemimpinan transformasional terhadap peningkatan kemampuan komunikasi SBAR dalam handover perawat. 3.1.2 Peserta pelatihan Peserta pelatihan diikuti oleh kepala ruang dan ketua Tim. 3.1.3 Alokasi waktu Pelaksanaan pelatihan selama satu hari yang diberikan oleh expert di bidang manajemen keperawatan. Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 23 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 24 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

3.2 Aplikasi Penerapan Kepemimpinan Trasformasional Perawat Manajer Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat Pelaksanaan aplikasi pada kegiatan ini diikuti oleh kepala ruangan dengan tujuan peserta pelatihan memahami tentang kepemimpinan transformasional serta mampu mengaplikasikan. Metode pembelajaran yang digunakan dengan praktek/simulasi pelaksanaan kepemimpinan transformasional. Aplikasi penerapan kepemimpinan trasformasional kepala ruang untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam komunikasi SBAR dalam handover dilaksanakan dengan cara peserta mensimulasikan komponen – komponen yang ada dalam kepemimpinan transformasional diantaranya idealized influence, intellectual stimulation (Stimulasi Intektual), Inspirational Motivation (Memotivasi secara Inspirational), pertimbangan individu. Kegiatan Tiap Elemen Pada Kepemimpinan Transformasional a. Idealized influence 1. Perawat manajer menetapkan rencana kerja; jadwal supervisi, conference harian, dan DRK yang merupakan bagian dari strategi untuk mencapai visi dan misi RS 2. Perawat manajer bersedia dihubungi dalam 24 jam apabila ada sesuatu hal yang perlu dikomunikasikan dari rekan kerja/ tim 3. Dalam breafing, conference, dan supervisi, Perawat manajer menjawab setiap ada pertanyaan dengan didasarkan pada bukti ilmiah dalam upaya peningkatan komunikasi SBAR dalam handover perawat 4. Perawat manajer memberi motivasi, reinforcement pada saat supervisi komunikasi SBAR yang dilaksanakan dengan benar dan mempertimbangkan secara bijaksana dalam membuat keputusan. 5. Perawat manajer mengkoordinasikan tugas asuhan bila ada perawat yang berhalangan hadir/ ijin/ cuti a. Inspirational motivation 6. Perawar manajer membuat target perubahan yang akan dicapai, membuat perencanaan peningkatan kompetensi perawat, membuat usulan pelatihan staff, membuat jadwal supervisi, dan jadwal diskusi. 7. Perawat manajer menyusun evaluasi dari pelaksanaan visi dan misi yang telah ditetapkan terkait dengan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover perawat b. Intelektual Stimulation 8. Perawat manajer bersama anggota tim pada saat breafing mencari ide – ide, gagasan, dan saran sebagai solusi yang efektif dan alternatif pemecahan masalah untuk perbaikan dalam komunikasi SBAR Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 25 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

c. Individual concideration 9. Perawat manajer melakukan bimbingan secara terjadwal kepada perawat pada saat supervisi 10. Perawat manajer melakukan pendampingan dan monitoring kepada setiap perawat secara individual tentang cara komunikasi SBAR 11. Perawat manajer membuat perencanaan pengembangan diri untuk semua anggota tim dengan pendidikan keperawatan berkelanjutan sebagai tindak lanjut hasil supervisi 3.3 Evaluasi program pelatihan Tujuan dilakukan evaluasi program pelatihan adalah untuk mengukur keefektifitasan dari kegiatan pelatihan. Evaluasi program pelatihan meliputi : 1. Evaluasi struktur/ input Evaluasi struktur / input diantaranya mengevaluasi jumlah peserta pelatihan, penyediaan materi pelatihan, penyediaan ruang pelatihan, dan penyediaan alat bantu pelatihan 2. Evaluasi proses Evaluasi proses dilakukan untuk mengevaluasi proses pelatihan yang meliputi kelancaran proses pelatihan, kehadiran dan keaktifan peserta, keefektifan metode yang digunakan dalam pelatihan 3. Evaluasi hasil/ output Evaluasi hasil dilakukan untuk mengevaluasi pengetahuan kepala ruang tentang kepemimpinan transformasional sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan melalui kegiatan pre dan post test dengan batas nilai kelulusan minimal 75. Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 26 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

DAFTAR PUSTAKA Aulia, F. R., & Dwiantoro, L. (2020). Literature Review: Peran Kepemimpinan Transformasional dalam Meningkatkan Persepsi Perawat terhadap Handover. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 8(3), 178–183. https://doi.org/10.14710/jmki.8.3.2020.178-183 Boamah, S. A., Spence Laschinger, H. K., Wong, C., & Clarke, S. (2018). Effect of transformational leadership on job satisfaction and patient safety outcomes. Nursing Outlook, 66(2), 180–189. https://doi.org/10.1016/j.outlook.2017.10.004 Devira, P. A., Gaghauna, E. E. ., & Widodo, H. (2021). Pelaksanaan Timbang Terima Menggunakan Komunikasi SBAR pada Proses Transfer Pasien ke Ruang Perawatan untuk Tenaga Kesehatan: Narative Review. Journal of Nursing Invention, 2(1), 49– 55. Dewi, R., Rezkiki, F., & Lazdia, W. (2019). Studi Fenomenology Pelaksanaan Handover Dengan Komunikasi SBAR. Jurnal Endurance, 4(2), 350. https://doi.org/10.22216/jen.v4i2.2773 Fatrida, D., & Nuriman, D. I. (2020). Hubungan Tanggung Jawab, Komunikasi, Dan Dokumentasi Dengan Pelaksanaan Handover. Jurnal ’Aisyiyah Medika, 4, 147–156. https://doi.org/10.36729/jam.v4i2.215 Gumilar, R., & Prihatin, E. (2013). Pengaruh kepemimpinan transformasional,pelatihan,dan motivasi terhadap kinerja karyawan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan administrasi akademik di sekolah tinggi ilmu ekonomi se-kota Bandung. 17(1), 115–126. Humaira, L. (2012). Transformational Leadership Training to Improve Perceived Leadership Behavior and Subordinate Work Motivation (Study on Employees of Branch Y PT X). Isnaini Mualldin, S.IP., M. P. (2016). Working Paper 2016 Kepemimpinan transformasional dalam kajian terotik dan empiris Isnaini Mualldin , S . IP ., M . PA Ilmu Pemerintahan , Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Working Paper, 2007, 1–15. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.10051.71209 Kasir Santoso Widodo, Joko Widodo, M. (2015). Pengembangan Model Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat) Partisipatif Integratif Kolaboratif (Pikola) Untuk Meningkatkan Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 27 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

Kompetensi Profesional Guru Fisika Sma. Educational Management, 4(2), 116– 124. Lappalainen, M., Härkänen, M., & Kvist, T. (2020). The relationship between nurse manager’s transformational leadership style and medication safety. Scandinavian Journal of Caring Sciences, 34(2), 357–369. https://doi.org/10.1111/scs.12737 Mirdahni, R., & Idawati, I. (2021). Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan handover di ruang penyakit dalam. Jurnal Analisa Medika, 7. Mullen, A., Harman, K., Flanagan, K., O’Brien, B., & Isobel, S. (2020). Involving mental health consumers in nursing handover: A qualitative study of nursing views of the practice and its implementation. International Journal of Mental Health Nursing, 29(6), 1157–1167. https://doi.org/10.1111/inm.12756 Notoatmodjo, S. (2014). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. EGC. Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3. Salemba Medika. Purwaningsih, D. F. (2016). Pelatihan self efficacy untuk meningkatkan perilaku caring perawat pelaksana di ruang rawat inap. June. Rahmatulloh, G., Yetti, K., Wulandari, D. F., & Ahsan. (2022). Manajemen Handover Metode SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation) Dalam Meningkatkan Komunikasi Efektif. Journal of Telenursing (JOTING), 4(1), 153– 159. Sambe, H., Hamsinah, S., Kadir, A., Nani, S., & Makassar, H. (2013). Rawat Inap Dengan Kepekaan Dan Stimulasi Terhadap Kepatuhan Perawat Dalam Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di Rsud Masohi. 3(April 2010), 1–7. Sri Mugianti. (2016). Manajemen dan kepemimpinan dalam prektek keperawatan. Suardana, I. K., Rasdini, I. G. A. A., & Hartati, N. N. (2018). Pengaruh metode komunikasi efektif SBAR terhadap efektifitas pelaksanaan timbang terima pasien di ruang griyatama RSUD Tabanan. Jurnal Skala Husada, 001(September 2015). Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat 28 dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat

Modul Pelatihan Kepemimpinan Transformasional untuk Mengoptimalkan Kemampuan Perawat dalam Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover Perawat


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook