Teaching Factory Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah berupaya secara maksimal meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui berbagai program pendidikan, menanamkan jiwa wirausaha di setiap jenjang dan tingkat pendidikan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (DirektoratPSMK) berpartisipasi dengan berupaya meningkatkan kompetensi kerja dan jiwa wirausaha lulusan SMK.Direktorat Pembinaan SMK dalam Rencana Strategis 2015 -2019 memiliki visi terbentuknya insan dan ekosistem pendidikan SMK yang berkarakter berlandaskan gotong royong.Salah satu program prioritas untuk merealisasikan visi tersebut adalah dengan program pengembangan pembelajaran teaching factory. Dalam RPJMN 2015 - 2019 telah ditargetkan 200 SMK akan mengikuti program pembelajaran kewirausahaan dan teaching factory. Pembelajaran teaching factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industry dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Implementasi teaching factory di SMK dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri, dan kompetensi yang dihasilkan oleh SMK. Pelaksanaan teaching factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan teaching factory juga harus melibatkan pemerintah, pemerintah daerah dan stakeholder dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya. Dalam proses pendidikan di SMK, keterlibatan DUDI dalam proses pembelajaran sangat penting, karena perkembangan teknologi dan prosedur/proses produksi/jasa sangat pesat. Penerapan teaching factory di SMK akan mendorong terbangunnya mekanisme kerjasama antar SMK dan DUDI yang saling menguntungkan, sehingga SMK akan selalu mengikuti perkembangan industri/Jasa secara otomatis dalam transfer teknologi, manajerial, perkembangan kurikulum,prakerin dan lainnya.
Dengan menerapkan pembelajaran teaching factory diharapkan akan meningkatkan kompetensi lulusan SMK yang relevan dengan kebutuhan industri/jasa sehingga akan berdampak pada penguatan daya saing tenaga kerja dan industri di Indonesia. Strategi penerapan TeFa di SMK dilakukan secara bertahap dengan terlebih dahulu mengevaluasi dan memverifikasi sejumlah sekolah untuk ditetapkan sebagai sekolah yang berpotensi untuk memulai mengembangkan dan menerapkan pembelajaran model TeFa. Untuk keperluan tersebut, Direktorat PSMK memberikan dukungan/bantuan dana stimulan guna membiayai program kegiatan pengembangan/penerapan TeFa di sekolah. Agar pelaksanaan pembelajaran model TeFa berjalan sesuai harapan, maka Direktorat PSMK memberikan pendampingan ke setiap sekolah yang mendapat bantuan tersebut.Pendampingan dilakukan dengan berkunjung ke sekolah yang telah ditetapkan sebagai penerima bantuan pengembangan TeFa untuk secara langsung membantu, mengarahkan, membimbing sekolah dalam mengenalkan, merancang dan menyelesaikan program kegiatan pengembangan model pembelajaran TeFa yang telah tertuang dalam Rencana Penggunaan Dana (RPD), khususnya kegiatan Sosialisasi untuk Pengenalan Model Pembelajaran TeFa dan yang paling penting adalah pendampingan untuk Penyusunan Perangkat Pembelajaran TeFa. Landasan Hukum program Teaching Factory 1. Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 3. Peraturan Presiden nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI). 4. Peraturan Pemerintah nomor 41 Tahun 2015 tentang Pembangunan Sumber daya Industri. 5. Instruksi Presiden nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK. Model pembelajaran Teaching Factory untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)– Pembelajaran Teaching Factory (TeFa) adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi / jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Teaching factory merupakan sebuah konsep pembelajaran yang berorientasi pada produksi dan bisnis untuk menjawab tantangan perkembangan industri saat ini dan nanti. Teaching factory adalah model pembelajaran yang membawa suasana industri ke sekolah sehingga sekolah bisa menghasilkan produk berkualitas industri, Dengan proses pembelajaran teaching factory, siswa dapat belajar dan menguasai keahlian atau keterampilan yang dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar kerja industri sesungguhnya. Bukan hanya itu. Produk-produk yang dibuat para siswa sebagai proses belajar pun bisa dipasarkan ke masyarakat sehingga hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional sekolah. Konsep pembelajaran teaching factory sejatinya menggabungkan teori dengan praktik kerja yang dapat menghasilkan suatu produk atau jasa berdasarkan pesanan nyata konsumen. Tidak mudah menerapkan konsep teaching factory tersebut. Selain butuh biaya tidak sedikit, banyak aspek harus diselaraskan dengan dunia industri. Aspek pertama yang harus disesuaikan adalah kurikulum pembelajaran siswa di sekolah. Ini dibutuhkan agar semua yang dipelajari siswa selaras dengan kondisi dan kebutuhan industri.
Adapun langkah berikutnya adalah memberikan pelatihan untuk guru melalui bimbingan dari orang-orang industri yang ahli di bidangnya. Kenapa perlu dilatih, karena kebanyakan guru diminta melatih siswa untuk siap kerja di industri, tapi mereka sendiri tidak pernah bekerja di industri. Selanjutnya adalah menyiapkan infrastruktur sekolah agar dapat mendukung proses pembelajaran dengan konsep teaching factory. Utamanya ruang-ruang praktikum tempat para siswa belajar dan melatih hard skill mereka. Tujuan program TeFa Mempersiapkan lulusan Sekolah Vokasi menjadi pekerja dan wirausaha Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan Sekolah Vokasi Membantu siswa Vokasi dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual; Memberi kesempatan kepada siswa Vokasi untuk melatih keterampilannya sehingga dapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih. Pelaksanaan Teaching Factory Pelaksanaan Teaching Factory sesuai Panduan TeFa Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, terbagi atas 4 model, dan dapat digunakan sebagai alat pemetaan SMK yang telah melaksanakan TeFa. Adapun model tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dual Sistem Dual Sistem dalam bentuk praktik kerja lapangan adalah pola pembelajaran kejuruan di tempat kerja yang dikenal sebagai experience based training atau enterprise based training. 2. Competency Based Training Competency Based Training (CBT) atau pelatihan berbasis kompetensi merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Pada model ini, penilaian peserta didik dirancang untuk memastikan bahwa setiap peserta didik telah mencapai keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan pada setiap unit kompetensi yang ditempuh. 3. Production Based Education and Training Production Based Education and Training (PBET) merupakan pendekatan pembelajaran berbasis produksi. Kompetensi yang telah dimliki oleh peserta didik perlu diperkuat dan dipastikan keterampilannya dengan memberikan pengetahuan pembuatan produk nyata yang dibutuhkan dunia kerja (industri dan masyarakat). 4. Teaching Factory Teaching Factory adalah konsep pembelajaran berbasis industri (produk dan jasa) melalui sinergi sekolah dan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dengan kebutuhan pasar. Berikut beberapa kegiatan yang dilaksanakan di SMKN 10 Garut berkaitan dengan program TeFa antara lain:
Program keahlian TKRO mengadakan program kegiatan service berkala terdiri dari servis 1000, 10000, dan 20000...bisnis center: ganti oli, tune up engine konvensional, dan Engine EFI, service rem, service AC Program keahlian TBSM melaksanakan program kegiatan service motor berkala, seperti ganti oli, service rem, engine, dan lain-lain.
Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan, mengadakan program pengadaan jasa print dan perbaikan perangkat lunak computer.
Program Keahlian Multimedia mengadakan program kegiatan jasa pembuatan label produk. Program Keahlian Perbankan Syariah mengadakan kegiatan program tabungan bagi siswa dan guru.
Search
Read the Text Version
- 1 - 6
Pages: