Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Proposal PKM-K

Proposal PKM-K

Published by SITI NURUN, 2023-01-30 04:05:42

Description: PKM-K : Sedotan Ramah Lingkungan dari Daun Teratai

Keywords: Bahan Ajar

Search

Read the Text Version

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah plastik merupakan material sisa berbahan dasar plastik hasil dari suatu olahan dengan campuran bahan kimia yang melekat sehingga sulit terurai oleh organisme hidup lain (Hasibuan, 2016). Seiring berkembangnya teknologi, penggunaan bahan baku plastik untuk sebagian besar produk industri di Indonesia kian meningkat, termasuk penggunaan plastik sebagai bahan baku produk peralatan minum sekali pakai seperti sedotan. Kebutuhan plastik mengalami kenaikan rata-rata 200 ton per tahun yang pada akhirnya mengakibatkan bertambah pula limbah plastik di Indonesia (Arifin & Ihsan, 2018). Peningkatan limbah plastik tidak diiringi dengan pengolahan yang tepat akan berdampak buruk bagi lingkungan. Kesadaran lingkungan pada bahaya sampah plastik dan pemanfaatannya belum maksimal dikarenakan adanya keterbatasan pengetahuan serta belum adanya perencanaan sistem pengolahan limbah plastik yang memadai (Martana et al., 2018). Jadi, satu-satunya alternatif solusi yang bisa dilakukan untuk mengurangi limbah plastik yaitu dengan proses daur ulang (Nugroho, Rahmad, & Suhartoyo, 2018). Namun, rendahnya nilai sedotan membuat sebagian besar orang enggan mendaur ulang limbah sedotan plastik. Selain berdampak pada lingkungan, limbah plastik juga dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan jika tidak sesuai dengan standar persyaratan pengolahan plastik karena dapat memicu kanker dan kerusakan pada jaringan tubuh manusia atau yang disebut karsinogenik (Karuniastuti, 2013). Rentannya penularan virus di era new normal ini membuat masyarakat lebih waspada dengan pentingnya kebersihan. Peluang usaha untuk menghasilkan sebuah produk sedotan ramah lingkungan yang bisa dikonsumsi cukup potensial, karena sedotan merupakan peralatan yang sering digunakan oleh banyak orang tanpa terbatas oleh kalangan tertentu. Selain itu, sedotan teratai yang bisa dimakan ini merupakan sebuah inovasi baru yang bisa menarik perhatian. Mengingat usaha pada sektor minuman memiliki permintaan yang kuat di pasar dalam negeri, sehingga sedotan ini akan memiliki pasar yang luas. Industri yang bergerak di bidang makanan dan minuman di Kota Malang sendiri jumlahnya terbilang cukup banyak. Berdasarkan Data Pusat Statistik (BPS, 2018) Jawa Timur, perusahaan produsi, pemasaran, hingga UMKM yang berskala kecil di Kota Malang mencapai 1.346 unit. Jumlah tersebut cukup potensial dalam cakupan yang luas, sehingga ekspansi dapat terus bertambah. Berdasarkan paparan di atas, kami menggagas “Lamor” yang merupakan sedotan dari daun teratai dan pati umbi porang yang bisa dimakan dan ramah lingkungan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi sampah sedotan plastik. Bahan baku sedotan plastik yang tidak mudah terurai diganti dengan bahan baku berupa daun teratai dan pati umbi porang yang mudah diuraikan oleh

mikroorganisme pengurai. Sedotan ini terbuat dari bahan baku organik berupa daun teratai yang memiliki sifat self cleaning sehingga kehigienisan bahan baku terjamin. Sedangkan penggunaan pati bertujuan agar sedotan mudah dedigradasi oleh alam menjadi senyawa-senyawa yang ramah lingkungan. Pati yang digunakan berasal dari umbi porang, karena tanaman porang sering dimanfaatkan sebagai bahan baku pelapis anti air. Produk ini memiliki peluang positif karena selain bersifat fungsional, sedotan ini juga dapat dikonsumsi dengan aman karena sedotan ini terbuat dari bahan baku organik. 1.2. Perumusan Masalah 1. Bagaimana proses pengolahan daun teratai dan pati umbi porang menjadi sedotan? 2. Bagaimana “Lamor” dapat menjadi inovasi sedotan ramah lingkungan yang aman dikonsumsi dalam upaya mengurangi limbah plastik? 3. Bagaimana pengembangan strategi bisnis “Lamor” dalam meningkatkan profit penjualan produk? 1.3. Tujuan 1. Mengetahui proses daun teratai dan pati umbi porang bisa dijadikan solusi alternatif bahan baku sedotan yang ramah lingkungan dan aman untuk dikonsumsi. 2. Mengetahui “Lamor” dapat menjadi inovasi sedotan ramah lingkungan yang aman dikonsumsi dalam upaya mengurangi limbah plastik. 3. Mengetahui pengembangan strategi bisnis “Lamor” dalam meningkatkan profit penjualan produk. 1.4. Identifikasi Peluang Usaha Peluang usaha dari “Lamor” (sedotan dari daun teratai dan pati umbi porang yang ramah lingkungan dan dapat dikonsumsi) sangat menjanjikan karena inovasi sedotan dibuat selain untuk alat bantu minum, sedotan juga dapat dimakan. Ide produk sedotan ramah lingkungan banyak dijadikan sebagai terobosan sebagai pengganti sedotan plastik. Namun, sedotan dengan bahan baku utama daun teratai dengan campuran pati porang ini memiliki potensi menembus pangsa pasar yang luas karena keunikan dan kebermanfaatannya yang sesuai dengan kebutuhan fungsional konsumen. 1.5. Kelayakan Usaha Identifikasi kelayakan usaha “Lamor” (sedotan kombisnasi dari daun teratai dan pati umbi porang yang ramah lingkungan dan dapat dikonsumsi) tidak hanya berfokus pada pengembangan produk, namun juga pada customer segment dengan melakukan analisis STP (segmenting, targeting, potitioning) dan TAM-SAM- SOM. Segmentasi Pasar (Segmenting)

Lamor merupakan sedotan ramah lingkungan yang terbuat dari daun teratai dan pati porang yang dikombinasikan. Lamor hadir sebagai inovasi baru untuk sedotan yang bisa dimakan. Dalam segmentasi produk Lamor, beberapa dasar atau acuan yang digunakan untuk melakukan segmentasi yaitu faktor demografi, tingkat penghasilan, faktor sosiologis, serta faktor psikologis (Basu Swasta Irawan, 2005: 89-90). Dari faktor demografi masyarakat Indonesia, khususnya di Kota Malang, produk Lamor cocok digunakan oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Dari faktor tingkat penghasilan, produk tersebut juga dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Sedangkan dari sisi sosiologis dan psikologis masyarakat Kota Malang, Lamor menjadi sedotan ramah lingkungan yaitu salah satu alternatif pengganti sedotan plastik yang sehat digunakan karena kandungan alami sedotan yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Target Pasar Potensial (Targetting) Banyaknya limbah plastik yang sulit terurai menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Sedotan Lamor menjadi salah satu alternatif pengganti sedotan plastik dan juga kehigienisannya dapat berfungsi optimal khususnya di era new normal sekarang ini. Karakteristik sedotan yang dapat dimakan menjadi daya tarik tersendiri pada produk ini. Sehingga target pasar produk tersebut dapat menjangkau semua kalangan usia, khususnya bagi para pengusaha food and beverage yang membutuhkan sedotan dalam skala besar. Untuk melakukan targeting produk Lamor akan memanfaatkan media internet dengan sistem market place. Internet seperti media sosial dinilai strategis untuk mempromosikan Lamor kepada masyarakat secara luas berdasarkan segmentasi yang telah ditentukan sebelumnya. Posisi (Positioning) Di pasar, posisi sedotan Lamor adalah sebagai inovasi sedotan kekinian yang ramah lingkungan. Sedotan Lamor berbahan organik menjadi nilai lebih dalam penilaian konsumen. Inovasi “Lamor” pertama terbuat dari bahan alami kombinasi daun teratai dan pati umbi porang. Bagi mereka yang menjaga kelestarian lingkungan dan menerapkan pola hidup sehat, Lamor menjadi pilihan dan cocok digunakan maupun dikonsumsi untuk semua kalangan usia.

Gambar. 1.1 Market Sizing Berdasarkan data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha ini layak dikembangkan karena memiliki target pasar yang jelas dan luas. 1.6. Luaran yang Diharapkan 1. Membuat produk sedotan ramah lingkungan dari daun teratai dan pati porang. 2. Hak cipta produk “Lamor”. 3. Pembentukan CV sebagai legalitas suatu usaha. 4. Laporan kemajuan, laporan akhir, dan laporan keuangan. 5. Publikasi artikel ilmiah produk “Lamor”. 1.7. Manfaat Program 1. Menjadi produk sedotan pertama di Indonesia yang berbahan dasar daun teratai dan pati porang yang dapat dikonsumsi. 2. Sebagai solusi untuk menanggulangi limbah sedotan plastik di Indonesia. 3. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa ataupun peneliti lain yang dapat dijadikan referensi pada penelitian selanjutnya. BAB 2. GAMBARAN UMUM RANCANGAN USAHA 2.1. Aspek Produk Sedotan berbahan baku plastik telah menyumbang meningkatnya limbah plastic di Indonesia. Produk Lamor terbuat dari daun teratai yang memiliki struktur permukaan daun superhydrophobi. Lamor dapat langsung dimakan setelah penggunaan karena memiliki bahan alami seperti teratai, porang dan madu sebagai penambah rasa. Selain itu Lamor juga dapat terurai,sehingga dapat menekan peningkatan limbah plastik di Inodnesia.

Gambar. 2.1 Logo Gambar. 2.2 Mockup Design 2.2. Aspek Manajemen Gambar. 2.3 Bagan Struktur Organisasi Struktur organisasi PKM ini terdiri dari koordinator tim dan produksi oleh mahasiswa Teknik Industri, koordinator riset dan proksimat oleh mahasiswa Teknik Industri, koordinator pengembangan dan keuangan oleh mahasiswa Pendidikan Ekonomi, koordinator pemasaran dan design oleh mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran, dan koordinator relasi dan hubungan masyarakat oleh mahasiswa Teknik Industri. 2.3. Aspek Keuangan

HPP = Biaya Total / Unit = Rp 6.8000 / 500 = Rp 13.500 Harga Jual = HPP + (HPP × Keuntungan yang Diharapkan) = Rp 13.500 + ( Rp 13.500 × 50%) = Rp 20.400 = Rp 20.500 Break Event = Biaya Operasional / Harga Jual Point (BEP) = Rp 6.8000 / Rp 20.500 = 331,7 = 332 kemasan Usaha ini akan mencapai titik impas jika produk berhasil terjual sebanyak 332 kemasan dengan harga jual Rp 20.500 per kemasan. Payback = (Jumlah Investasi × Periode) / Keuntungan Periode = (Rp 6.8000 × 1 (4bulan)) / Rp 3.4500 = 1,9 Berdasarkan nilai payback periode, modal akan kembali setelah 1,9 bulan. 2.4. Ekspetasi Penjualan dan Laba Tabel 2.1 Ekspektasi Penjualan dan Laba Bulan Unit Total Biaya Total Penerimaan (Rp) Laba (Rp) Produksi (Rp) 1 95 Rp 1,292,000 Rp 1,947,500 Rp 655,500 2 120 Rp 1,632,000 Rp 2,460,000 Rp 828,000 3 135 Rp 1,836,000 Rp 2,767,500 Rp 931,500 4 150 Rp 2,040,000 Rp 3,075,000 Rp 1,035,000 500 Rp 6,800,000 Rp 10,250,000 Rp 3,450,000

Gambar. 2.4 Grafik Ekspetasi Penjualan dan Laba Selama 4 Bulan 2.5. Proyeksi Cashflow 2 Tahun Kedepan Tabel 2.2 Proyeksi Cashflow 2 Tahun ke Depan Tahun ke-1 Tahun ke-2 Omzet Kuartal 1 Kuartal 2 Kuartal 3 Kuartal 1 Kuartal 2 Kuartal 3 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Harga Rp Rp Rp Rp Rp Rp Jual 10,250,000 10,557,500 11,275,000 11,787,500 12,300,000 12,812,500 Produk Rp Rp Rp Rp Rp Terjual Rp 20,500 20,500 20,500 20,500 20,500 20,500 Cost of Good Sold 500 515 550 575 600 625 (HPP) Belanja Rp Rp Rp Rp Rp Rp Bahan 6,800,000 7,004,000 7,480,000 7,820,000 8,160,000 8,500,000 Belanja Sewa Rp Rp Rp Rp Rp Rp Transport 4,200,000 4,326,000 4,620,000 4,830,000 5,040,000 5,250,000 asi Rp Rp Rp Rp Rp Rp 900,000 927,000 990,000 1,035,000 1,080,000 1,125,000 Lain-Lain Rp Rp Rp Rp Rp Rp 1,081,500 1,155,000 1,207,500 1,260,000 1,312,500 Profit 1,050,000 Rp Rp Rp Rp Rp 669,500 715,000 747,500 780,000 812,500 Rp 650,000 Rp Rp Rp Rp Rp 3,553,500 3,795,000 3,967,500 4,140,000 4,312,500 Rp 3,450,000

Cash Rp Rp Rp Rp Rp Rp Balance 3,450,000 3,553,500 3,795,000 3,967,500 4,140,000 4,312,500 2.6. Aspek Pemasaran Product Produk yang ditawarkan adalah “LAMOR” sedotan berbahan baku daun teratai yang higienis dan ramah lingkungan. Karakteristik daun teratai yang bersifat anti air (superhydropobic), selalu bersih dari kotoran dan bersifat biodegradable memungkinkan sedotan berbahan baku daun teratai ini memiliki masa terurai oleh lingkungan dalam waktu yang singkat, ini disebabkan karena minimnya kandungan zat kimia yang digunakan sehingga produk ini aman dan ramah ligkungan. Produk inovasi ini dapat menjadi alternatif untuk mengurangi jumlah pemakaian sedotan plastik. Price Sedotan dari daun teratai menawarkan harga yang lebih terjangkau dan kompetitif karena melimpahnya jumlah bahan baku daun teratai di Indonesia, yakni dijual dengan harga Rp20.500,00 untuk setiap kemasannya yang berisi 10 sedotan. Place Lokasi penjualan dan pemasaran utama dari produk ini yaitu di daerah Kota Malang. Kota Malang dipilih sebagai lokasi utama karena berpotensi dalam penyebaran dan pempublikasian barang ramah lingkungan seperti produk yang ditawarkan.

Promotion Melakukan penjualan baik secara offline maupun online. Untuk penjualan secara offline pertama akan melakukan launching produk untuk memperkenalkan dan sarana publikasi kemasyakarat yang kemudian akan dilanjutkan dengan membangun mitra kerja sama dengan berbagai instansi kesehatan masyarakat maupun perusahaan. Sedangkan untuk penjualan secara online menggunakan strategi promosi berbasis digital marketing. BAB 3. METODE PELAKSANAAN 3.1. Tahap Pra-Produksi Gambar. 3.1 Tahap Pra-Produksi 1. Melakukan riset mengenai permasalahan serta hubungan limbah sedotan plastik terhadap lingkungan. 2. Melakukan riset terhadap bahan alternatif pengganti plastik yang dapat dimakan dan dengan mudah terurai oleh lingkungan sehingga tidak membahayakan makhluk hidup. 3. Melakukan riset mengenai inovasi produk berdasarkan kebutuhan konsumen dan dampaknya terhadap lingkungan. 4. Berdasarkan hasil reset yang telah dilakukan, didapatkan solusi berupa sedotan berbahan dasar daun teratai dengan campuran pati porang yang dapat dimakan sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan. 3.2. Tahap Produksi Pengambilan Pati dari Umbi Porang

Umbi Porang Umbi Porang Iris Umbi Porang Dibersihkan Penyaringan Pati Hasil Ekstraksi Rendam dalam Sebanyak Dua Kali Diendapkan Larutan Air Garam selama 6-24 jam selama 3 jam Pengeringan Pati Pati Diayak Pati Umbi Porang Gambar. 3.2 Tahap Pengambilan Pati dari Umbi Porang Berdasarkan jurnal penelitian yang telah dilakukan oleh (Amalia & Maharani, 2020), umbi porang yang akan digunakan perlu dibersihkan terlebih dahulu kemudian diiris. Potongan umbi tersebut akan direndam dalam air garam selama 3 jam untuk menghilangkan kalsium oksalat. Perbandingan kadar air dengan garam ketika merendam umbi porang yaitu 1:4. Hasil ekstraksi diendapkan selama 6-24 jam, lalu disaring hingga diperoleh pati dan mengulangi kembali (ekstraksi, pengendapan, dan penyaringan) hingga 2 kali. Pati yang telah disaring dikeringkan dalam oven pada suhu 55°C selama 6-14 jam. Setelah dilakukan pengeringan, pati diayak (100 mesh) hingga diperoleh pati kering. Pengambilan Selulosa dari Daun Teratai Daun Teratai Daun Teratai Pengeringan Dibersihkan Pengeringan Pemotongan Daun Sterilisasi Dibawah Sinar Matahari dan Oven Penghalusan Selulosa Daun Teratai Gambar. 3.3 Tahap Pengambilan Selulosa dari Daun Teratai

Proses pembuatan sedotan daun teratai dimulai dengan mengolah daun teratai terlebih dahulu dengan cara daun dibersihkan dengan cara disikat lalu dibilas dengan air. Selanjutnya, daun yang sudah kering akan di strerilisasi untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada daun. Daun yang sudah bersih dipotong dengan ukuran 2 cm lalu dijemur dibawah sinar matahari sampai kering, kemduian daun teratai dioven dengan suhu 45°C. Daun yang sudah kering dihaluskan hingga menjadi tepung. Pembuatan sedotan Mencampurkan Pemanasan dan Cetak pada Lapisan Selulosa Daun Pengadukan Alumunium Teratai, Pati Umbi Porang, dan Kitosin Penjemuran dan Penggulungan Pengukuran Panjang Oven Menggunakan Besi dan Ketebalan Alumunium Pemotongan Pelapisan Madu Sedotan Gambar. 3,4 Tahap Pembuatan Sedotan Tahap selanjutnya yaitu mencampurkan 10 gr selulosa daun teratai dan 10 gr pati porang dengan kitosin sebanyak 5 gr. Campuran selulosa, pati dan kitosin kemudian akan dipanaskan dan dilakukan pengadukan hingga suhu 65°C. Hasil olahan dicetak di lapisan aluminium foil yang telah dibersihkan dan didiamkan untuk menghilangkan gelembung-gelembung udara. Ketika lapisan sudah terbentuk, ketebalan dan panjang lapisan diukur guna memastikan tersebut memiliki ketebalan yang sesuai untuk meminimalisir terjadinya kerusakan akibat ketebalan lapisan yang terlalu tipis. Jika panjang dan ketebalan sudah sesuai, dilakukan pengggulungan dengan menggunakan besi aluminium dengan diameter 6 mm hingga terbentuk sedotan biodegradable. Sedotan yang telah digulung kemudian di jemur dan dioven pada suhu 45°C hingga kering agar mengeras. Selanjutnya, sedotan akan melaui proses finishing dimana sedotan dipotong- potong sepanjang 18 cm dan dilapisi dengan madu untuk menambahkan rasa dan tingkat ketahanan permukaan sedotan. 3.3. Tahap Paska Produksi

Gambar. 3.5 Tahap Paska Produksi 1. Melakukan pembuatan media promosi melalui website, media social, dan e-comerce sebagai bentuk pemasaran yang dilakukan secara mobile untuk memperluas jangkauan pemasaran produk. 2. Melakukan promosi secara langsung melalui tester dan media cetak seperti banner, poster, serta pamflet sehingga konsumen dapat menilai produk secara langsung. 3. Pengurusan hak cipta dan hak paten sebagai bentuk legalitas produk. 4. Membentuk CV sebagai wadah usaha dan tempat produksi. 5. Melakukan evaluasi dan pembuatan laporan progress terkait produk yang dihasilkan. BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 4.1. Anggaran Biaya Tabel 4.1 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya No Jenis Pengeluaran Biaya 1 Bahan Habis Pakai Rp 4.200.000 2 Belanja Sewa Rp 900.000 3 Transportasi Lokal Rp 1.050.000 4 Lain-Lain Rp 650.000 JUMLAH Rp 6.800.000 4.2. Jadwal Kegiatan Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan No Kegiatan Bulan Penanggungjawab 1234 Semua anggota bertanggung jawab dalam mempersiapkan 1 Tahap Pra Produksi produk Chika Shakira, Mayang Firki, 2 Tahap Produksi Fellisa Rizky Riski Amalia, Siti Nurun 3 Tahap Pemasaran dan Manajemen Bisnis

DAFTAR PUSTAKA Amalia, U.N., Maharani, S. and Widiaputri, S.I., 2020. Aplikasi Edible Coating Pati Umbi Porang dengan Penambahan Ekstrak Lengkuas Pada Buah Pisang. EDUFORTECH, 5(1). Arifin, J. and Ihsan, S., 2018. Analisa Dan Perancangan Limbah Plastik Sampah Polyethylene Terephthalate Untuk Menghasilkan Bahan Bakar Alternatif. EEICT (Electric, Electronic, Instrumentation, Control, Telecommunication), 1(1). Basu Swasta dan Irawan. 2008. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty Offset. Hasibuan, R., 2016. Analisis dampak limbah/sampah rumah tangga terhadap pencemaran lingkungan hidup. Jurnal Ilmiah Advokasi, 4(1), pp.42-52. Karuniastuti, N., 2013. Bahaya plastik terhadap kesehatan dan lingkungan. Swara Patra: Majalah Ilmiah PPSDM Migas, 3(1). Martana, B., Nashir, A.K., Pradana, S. and Sugianto, S., 2019, July. PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MENJADI PRODUK LAINNYA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT. In Seminar Nasional Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (SNP2M) (pp. 23-25). Nugroho, A.S., Rahmad, R. and Suhartoyo, S., 2018. Pemanfaatan Limbah Plastik Sebagai Energy Alternatif. Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro Dan Ilmu Komputer, 9(1), pp.55-60. LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota, serta Dosen Pendamping; Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan; Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas; Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook