Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Anna Karenina 1

Anna Karenina 1

Published by Digital Library, 2021-01-27 07:13:57

Description: Anna Karenina 1 oleh Leo Tolstoi

Keywords: Leo Tolstoi

Search

Read the Text Version

LEOTOLSTOI 155 bersamaan dengan itu suara sedu-sedan hebat yang ditahan, dan ada tangan memeluk lehernya dari bawah. Kitty berlutut di depannya. \"Dolinka, aku sungguh merana, sungguh merana!\" bisiknya dengan nada bersalah. Dan wajah manis yang tersaput airmata itu pun bersembunyi di ujung gaun Darya Aleksandrovna. Seolah-olah airmata adalah pelicin yang sangat diperlukan bagi bekerjanya mesin komunikasi di antara dua saudara, maka sesudah mencucurkan airmata, kedua saudara itu bukannya bicara tentang soal yangtadidibicarakan, melainkanbicaratentangsoallain, dankinimereka bisa saling memahami. Kitty tahu, kata-kata yang telah diucapkannya tentang perselingkuhan suami dan tentang penghinaan itu betul-betul memukul kakaknya, tapi ia pun tahu bahwa kakaknya telah memaafkan dia. Dolly,sebaliknya,tahusemuayanghendakdiketahuinya;kini iayakin betul bahwa hal yang jadi teka-teki baginya itu ternyata benar, bahwa kepedihan tak tersembuhkan yang diderita Kitty disebabkan karena Levin telah mengajukan lamaran, dan Kitty menolaknya, sedangkan Vronskii telah menipunya. Karena itu kini Kittysiap mencintai Levin dan sebaliknya membenci Vronskii. Kitty samasekali tak mengucapkan ha! itu; ai hanya bicara tentang keadaan batinnya. \"Alm tak punya kepedih.an apa-apa,n katanya setelah tenang kembali, \"tapi apa bisa kamu memahami dri iku, bahwa bagiku sekarang ini semuanya terasa kotor, menjijikkan, kasar, terutama diriku sendiri. Kamu barangkali tak bisa membayangkan bahwa sekarang ini yang ada padaku cuma pikiran kotortentang semuanya.\" \"Ah, pikiran kotor apa yang mungkin ada padamu?\" tanya Dolly sambil tersenyum. \"Oh, yang paling, paling kotor dan kasar; tak bisa aku mengata­ kannya. Bukannya rasa rindu, rasa bosan, tapijauh lebihburukdaripada itu. Seakan semuayangbaik dalam diriku tersembunyi, danyangtinggal cuma yang paling kotor. Ya, bagaimana aku bisa mengatakan padamu?\" sambungnya melihat ekspresi tak mengerti di mata kakaknya. \"Papa barusan bilang padaku... rasanya, beliau pikir, aku perlu kawin. Mama membawaku ke bal; aku pikir, beliau membawaku melulu agar bisa selekas mungkin mengawinkan aku dan lepas diri dariku. Aku tahu itu tak benar, tapi aku tak marnpu mengusir pikiran-pikiran itu. Yang dinamakan calon suami itu, taktahan aku melihatnya. Alm pikir, mereka itu cuma mengukur diriku. Dulu, pergike satu tempat mengenakan gaun














































Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook