Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Gagal Jahat

Gagal Jahat

Published by wishnugiar, 2022-08-11 03:06:45

Description: Gagal Jahat

Search

Read the Text Version

Janus sudah mendongkol sekesal-kesalnya, ia bangkit dari rebahannya untuk mengambil pistol yang ia simpan di dalam lemari lalu ia selipkan di pinggangnya dan bergegas keluar menyambangi rumah Rifa. Baru kali ini ia merasa terhina oleh kata-kata Rifa yang memang selalu kasar dan kotor, ini tak bisa dibendung dan dibawa sabar, sudah keterlaluan.

Sudah terlalu sering Rifa menghinanya, bukan hanya ketika berdebat berhadap-hadapan namun juga ketika berada diantara banyak orang, matanya seperti tak melihat, telinganya seperti tuli tak mendengar, semua yang nasihat yang baik dari sesiapa untuk merubah dirinya menjadi lebih baik tak pernah diindahkannya. Ini yang terakhir dan Janus sudah bulatkan tekadnya untuk meledakkan kepala Rifa, apapun akibatnya Janus akan tanggung

sekalipun harus dipecat dan dikeluarkan tidak hormat dari kesatuannya bahkan diancam penjara ia sudah siap. Boleh siapapun berkata kasar padanya, Janus sudah tahan dan biasa menerimanya, sejak kecil Janus hidup di daerah keras dan kasar, kalau hanya bicara benar- benar biasa dan sering terjadi padanya asal jangan bawa-bawa keluarga apalagi menyebut mamanya.

Tanpa pikir panjang lagi Janus memacu motor Ninjanya menuju kontrakan Rifa, darahnya sudah menggelegak, tak ada lagi sabar dan maaf yang tersisa untuk Rifa, hanya mati bayaran yang pantas untuk penghinaan yang Rifa lakukan. Tiba di belokan terakhir menuju rumah kontrakan Rifa, Janus melambatkan laju motornya, ada keramaian di jalan masuk makin dalam makin ramai, ada ambulance dan 1 mobil patroli parkir tak jauh dari kontrakan.

Janus menghentikan motornya di warung kopi tak jauh di sebrang rumah kontrakan Rifa, amarahnya seketika mereda tersisihkan rasa ingin tahu yang besar akan kejadian apa yang berlaku. “Ada apa ya bu? Rame amat.” “Itu pak, ada polisi bunuh diri, nembak kepalanya sendiri..” sahut ibu penjaga warung. Janus kemudian berlalu, entah iblis mana yang mendahuluinya, ada rasa puas dan menyesal

berkumpul dalam dirinya, puas karena ia tak perlu bersusah payah meluapkan emosinya dan menyesal karena bukan ia yang melakukannya.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook