Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Buletin Volume X - Juni 2020

Buletin Volume X - Juni 2020

Published by Parangtritis Geomaritime Science Park, 2020-07-13 23:00:47

Description: Buletin Geomaritime Edisi Juni 2020

Keywords: buletin,geomaritime

Search

Read the Text Version

VOLUME X JUNI 2020 GO GREEN Tumbuh, Hijau Kembali kemudian Lestari

2 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 Redaksional Daftar isi Penanggung Jawab JENDELA Putri Meissarah, S.Si., M.Si. Kepala Parangtritis Geomaritime Science Park Memandang Harmonisasi sebagai Sebuah Kunci Pemulihan Ekosistem Tahura Ngurah Rai Dewan Redaksi [hlm. 03] Prof. Dr. Muh Aris Marfai, M.Sc. Spinifex, Bintang di Gumuk Pasir [hlm. 06] Cemara Udang Parangtritis Penahan Abrasi? Dr. Sigit Heru Murti B.S., M.Si. [hlm. 08] Pemimpin Redaksi Bisakah Kita Menanam di Gumuk Pasir Parangtritis? [hlm. 12] Dr. Ir. Wiwin Ambarwulan, M.Sc. Penghijauan di Gumuk Pasir Parangtritis, Sekretaris Redaksi Perlukah? [hlm. 14] Monster Senyap Dibalik Lenyapnya Gumuk Ir. Sri Lestari Munajati, M.Agr. Pasir [hlm. 16] Staf Redaksi PERISTIWA Ahmad Cahyadi, S.Si., M.Sc. Ari Cahyono, S.Si., M.Sc. Eutrofikasi: Hijau Tidak Selalu Lestari Tinjauan Kritis dari Berbagai Sudut Pandang [hlm. 18] Barandi Sapta Widartono, M.Si., M.Sc. Peduli Corona, PGSP Selenggarakan Lomba Bernike Hendrastuti, S.Hut. Bertema Corona [hlm. 20] Fajrun Wahidil Muharram, S.Si. TEKNOLOGI Farid Ibrahim, S.Si. Tak Hanya Manusia, Pohonpun Punya “KTP” Nicky Setyawan, S.Si. [hlm. 22] Tria Rahmawati, M.Pd. Vertical Garden, Upaya Penambahan Ruang Wico Nandianta Mulia, S.Kom. Terbuka Hijau pada Lahan Sempit [hlm. 24] Yonanta Dwi Hartanto Mangrove, Benteng Pesisir Morodemak [hlm. 26] Yuniarsita Setyo Wulandari, S.Si. Seed Ball, Alternatif Penolong di Masa Pandemi Covid-19 [hlm. 28] Sirkulasi Eco Building, Kabarnya Konsep Bangunan Ramah Parangtritis Geomaritime Science Park Lingkungan [hlm. 30] Layouter SOSOK Tri Raharjo, S.Kom. Ibu Oemi Hani’in : Membangun Wanagama Penerbit dengan Spirit Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Parangtritis Geomaritime Science Park ikhlas, dan Kerja Tuntas [hlm. 32] Depok, Parangtritis, Kretek, Bantul WISATA Yogyakarta 55772 Pandes “Kampung Dolanan” : Wisata Ramah 36 halaman, 176 mm x 250 mm Anak & Lingkungan [hlm. 34] ISSN : 2503-4677

JENDELA BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 3 Jembaran Mangrove Sandy Yan. 2012 Memandang Harmonisasi sebagai Sebuah Kunci Pemulihan Ekosistem Tahura Ngurah Rai Bernike Hendrastuti pesisir yang harusnya menjadi habitat mangrove [email protected] justru diwarnai dengan fenomena perubahan Teknis Pendamping Kunjungan dan Promosi PGSP lahan yang kondisi ekosistemnya memprihatinkan. Vegetasi yang harusnya menjadi greenbelt dalam Rimbunnya Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah blok tersebut hanya tersisa dengan pola acak. Rai tidak lepas dari sebuah perjuangan Proyek pengembangan pengelolaan mangorve pemulihan ekosistem di masa lampau. Tahura berkelanjutan antara Departemen Kehutanan (kala yang sempat didatangi pesebakbola terkenal, itu) dan Japan Internatonal Cooperaton Agency Christiano Ronaldo[1] tersebut merupakan bukti (JICA) seakan menjadi jawaban atas kerisauan kesuksesan sebuah upaya konservasi. Tentu dalam kerusakan ekosistem yang terjadi. perjalanannya banyak tantangan yang dihadapi. Namun demikian, dengan saling merangkul dan Perjuangan pemulihan ekosistem dimulai berani, konservasi Tahura Ngurah Rai terealisasi. Tahura dengan perencanaan, kemudian dilanjutkan Ngurah Rai saat ini berada di bawah pengelolaan UPT pelaksanaan[2]. Areal bekas pertambakan tentu Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bali. mempunyai karakteristik tempat tumbuh yang buruk, sehingga butuh perjuangan besar untuk Kerusakan ekosistem di Tahura Ngurah menyediakan tempat tumbuh yang baik bagi Rai terjadi pernah terjadi pada kawasan yang dimanfaatkan sebagai pertambakan intensif.[2] Eforia pengelolaan pertambakan di tahun 1980–1990an hanya dilandasi konsep eksploitasi. Hasilnya, wilayah

4 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 JENDELA mangrove yang akan ditanam. Berkat usaha tim, hasil pelibatan masyarakat melalui pemberdayaan. seluruh kolam pertambakan dapat digempur dan Partisipasi masyarakat di masa pemulihan ekosistem siap menjadi tempat tumbuh mangrove. Kurang cukup tinggi[4] karena tekad mereka sama – sama lebih ada 14 jenis mangrove yang diujicobakan dalam besar untuk mewujudkan mangrove yang lestari. penanaman[2]. Namun, yang berhasil tumbuh hanya Program pemberdayaan masyarakat mengenai lima jenis saja, yaitu jenis Rhizophora mucronata, penyadartahuan lingkungan mangrove diupayakan Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Sonnerata melalui kegiatan – kegiatan yang dikemas menarik alba dan Sonnerata caseoloris[2]. Jenis lainnya seperti lomba dan pentas seni. Pelibatan masyarakat ternyata tidak mampu tumbuh dalam habitat bekas dalam diskusi publik menjadi sarana pemberdayaan tambak. Ada juga yang bibitnya mati terserang jamur yang menghasilkan realisasi rencana strategis dari air seperti jenis Avicennia sp. masing – masing kelompok masyarakat. Sementara itu, Kelompok Nelayan Segara Guna Batu Lumbang juga Boleh dibilang bak gayung bersambut, merasakan kehadiran pemerintah melalui pembinaan Kelompok Nelayan Segara Guna Batu Lumbang pembibitan mangrove oleh Balai Pengelolaan Hutan bertekad untuk turut memulihkan kondisi Mangrove (sekarang menjadi Balai Pengendalian ekosistem mangrove Tahura Ngurah Rai[3]. Hal ini Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan), sehingga dilatarbelakangi oleh menurunnya hasil tangkapan mangrove yang ditanam berhasil tumbuh. Gebrakan sejak adanya tambak intensif. Masyarakat sadar Kelompok Nelayan Segara Guna Batu Lumbang bahwa keberadaan mangrove menjadi habitat diikuti lahirnya kelompok nelayan lain yang juga turut ikan, sehingga hasil tangkapan yang didapat akan mempunyai misi pelestarian mangrove, contohnya menjadi banyak. Sebagai masyarakat yang memeluk Kelompok Nelayan Wanasari. Ya, harmonisasi agama Hindu, Kelompok Nelayan Segara Guna Batu tersebut kunci keberhasilan pemulihan ekosistem Lumbang ingin menjunjung kearifan lokal mengenai mangrove Tahura Ngurah Rai. Pekerjaan rumah yang konsep Tri Hita[3]. Konsep Tri Hita terdiri atas 3 (tiga) besar, namun dikerjakan bersama – bersama sesuai hal yaitu parahyangan, pawongan dan palemahan kapasitas masing – masing, dan hasilnya Tahura yang merupakan suatu penyebab keharmonisan Ngurah Rai menjadi mangrove percontohan untuk antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, antara studi banding pemulihan ekosistem saat ini. manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam. Kearifan lokal tersebut diwujudkan Saat ini, kawasan Tahura Ngurah Rai menjadi dalam kegiatan penanaman areal mangrove dan areal salah satu alternatif ekowisata di Bali dengan berbagai yang kosong. Pelibatan siswa Sekolah Dasar (SD) dan atraksi wisata yang ramah lingkungan. Usaha siswa pramuka dalam penanaman mangrove[3] juga pemulihan ekosistem mangrove yang dilakukan menjadi jalan yang ditempuh untuk mewujudkan telah berhasil menumbuhkan 16 jenis mangrove di keharmonisan manusia dan alam kala itu. Tahura Ngurah Rai[5]. Kembalinya ekosistem yang memberikan iklim mikro tersebut telah memberikan Rupanya pemerintah dan masyarakat kala itu jasa ekosistem bagi masyarakat sekitar. Keberadaan sama – sama peduli dengan pemulihan ekosistem mangrove di Tahura Ngurah Rai secara keseluruhan mangrove di Tahura Ngurah Rai dan diwujudkan menjadi habitat bagi 14 jenis fauna air mulai dari ikan dengan perannya masing – masing. Keberhasilan – ikan , udang dan kepiting. penanaman vegetasi oleh pemerintah merupakan Jembatan Mangrove Tahura Ngurah Rai Arno Kempers. 2011.

JENDELA BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 5 Ronaldo di Tahura Ngurah Rai Nyoman Budhiana. 2013 Selain itu, kurang lebih 16 jenis fauna darat kawasannya. Kelompok Nelayan Segara Guna Batu juga berumah di mangrove Tahura Ngurah Rai, Lumbang misalnya menonjolkan susur mangrove seperti burung jenis elang bondol dan cekakak. Jenis dengan kano, sedangkan Kelompok Nelayan Rhizpora sp yang menjulang di Desa Suwung, Sanur, Wanasari menonjolkan kepiting soka khas hutan Benoa menjadi suatu daya tarik ekowisata yang mangrove. Masing – masing pesona yang ditawarkan atraksinya berbagai macam. Pengelolaan ekowisata adalah buah dari keberhasilan pemulihan ekosistem di blok pemanfaatan aktif melibatkan kelompok yang harmonis. masyarakat. Masyarakat mendukung pengelolaan mangrove di Tahura Ngurah Rai[6], karena mereka Tahura Ngurah Rai telah melewati masa merasakan langsung kebermanfaatannya seperti pemulihan ekosistem. Namun, konservasi mangrove diperbolehkan mengambil ikan dan kepiting. bukan berarti berhenti. Penyulaman, penanaman, dan pengawasan harus tetap dilaksanakan dengan Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan ketat supaya kelestarian tetap dirasakan. Dalam mangrove merupakan suatu cara mengakomodir pengelolaan Tahura Ngurah Rai sampai saat ini pasti ketergantungan masyarakat kepada hutan mangrove. ada kendalanya, namun Tahura Ngurah Rai telah Konservasi mangrove harus berkelanjutan. Namun, berhasil menjadi contoh bahwa suatu keharmonisan konservasi tidak akan berjalan tanpa adanya menjadikan terwujudkan pemulihan ekosistem. partisipasi dari masyarakat. Petugas keamanan Bahkan saat ini, beberapa litetatur menyebutkan dari UPT tidak akan cukup untuk melindung hutan bahwa ada penambahan kawasan hutan mangrove mangrove di Tahura Ngurah Rai seluas 1.132 Ha. ke arah laut. Ini suatu celah kebaikan? Sekalipun Pemberian akses kepada masyarakat untuk turut masih dalam pembahasan, fenomena ini merupakan serta mengelola hutan dengan cara – cara yang tepat suatu kenampakan semangat masyarakat untuk terus menjadi suatu keharmonisan yang mendatangkan melestarikan mangrove. Ya, harmonisasi pemerintah keberhasilan konservasi. Dalam blok pemanfaatan dan masyarakat adalah kunci suatu keberhasilan yang dikelola bersama masyarakat, masing – masing suatu upaya konservasi. kelompok masyarakat menonjolkan kekhasan [1] Muliarta. 2013. Cristiano Ronaldo Jadi Duta Hutan Bakau. (https://www.voaindonesia.com/a/cristiano-ronaldo-jadi-duta-hutan-bakau/1689394. html) diakses tanggal 13 April 2020 [2] Susmianto, Adi , dkk. 2017. Kisah Keberhasilan Pemulihan Ekosistem di Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam secara Partsipatif. Forda Press. Jakarta [3] Lugina, Mega, Iis Alviya, Indartik, dan Mirna Aulia Pribadi. 2017. Strategi Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Mangrove Di Tahura Ngurah Rai Bali. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 61-77 [4] Suartana, Made. 2020. Partisipasi Masyarakat Sekitar Tahura Ngurah Rai. Hasil Wawancara : 16 April 2020, Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan [5] Anonim. 2013. Informasi Tahura Ngurah Rai. Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. Bali [6] Rofi’i, Ikhwanudin. 2020. Partisipasi Masyarakat Sekitar Tahura Ngurah Rai. Hasil Wawancara : 13 April 2020, Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan Sandy Yan. 2012. Jembaran Mangrove. https://www.flickr.com/photos/sandyyan/7713381696/ Arno Kempers. 2011. Jembatan Mangrove Tahura Ngurah Rai https://www.flickr.com/photos/minispace/5873341921/in/photostream/ Nyoman Budhiana. 2013. Ronaldo di Tahura Ngurah Rai https://foto.tempo.co/read/7746/cristiano-ronaldo-tanam-pohon-bakau-di-bali#foto-3

6 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 JENDELA Spinifex di Gumuk Pasir Parangtritis Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis, 2011 Spinifex, Bintang di Gumuk Pasir Putri Meissarah yang unik dan eksotis, maka Spinifex dapat dengan [email protected] mudah dikenali di wilayah gumuk pasir pantai. Surveyor Pemetaan Badan Informasi Geospasial Spinifex littoreus adalah rumput yang tumbuh Spinifex merupakan salah satu dari beberapa di lingkungan yang gersang, kering dengan panas vegetasi alami yang tumbuh di wilayah gumuk matahari sepanjang tahun dan jenis ini umum pasir. Spinifex atau yang lebih dikenal dengan ditemukan di wilayah Asia Tenggara[4]. Sebagai rumput lari memiliki tubuh yang ringan, perwakilan salah satu vegetasi gumuk pasir, membulat seperti bola dan dengan bagian tubuh Spinifex hanya membutuhkan sedikit air dan mudah runcing-runcing menyerupai bintang. Hal tersebut beradaptasi pada kelembaban rendah. Spinifex membuat Spinifex dapat menggelinding atau berlari dapat tumbuh di rentang di tanah berpasir yang dengan bebas di gumuk pasir. Spinifex merupakan subur hingga tidak subur, maka seringkali Spinifex genus dari rumput – rumputan asli Indonesia[1] dan dapat bertahan untuk mengatasi kekeringan ekstrim mempunyai nama lain yaitu rumput kipas, rumput jangka panjang dan mencegah kebakaran. gulung atau rumput angin. Dalam bahasa Jawa Spinifex diberi nama jantran, ketranan atau tikusan, Spinifex umumnya tumbuh pada bukit pasir di sedangkan dalam Bahasa Sunda disebut jukut belakang pantai. Vegetasi ini tumbuh di garis depan jongkrang dan dalam bahasa Madura dikenal sebagai bukit pasir pantai dan dapat bertahan dengan tiupan rebba angin[2]. angin yang mengandung garam karena Spinifex memiliki toleransi tinggi terhadap kadar garam. Spinifex berasal dari bahasa latin dengan nama Daun Spinifex littoreus memiliki tebal 1 – 1,5 mm pada lengkap yaitu Spinifex littoreus yang masih merupakan bagian tengah daun dengan sel – sel chlorenchyma famili Poaceae atau rumput rumputan. Rumput ini dan bundel vaskular yang hanya ada pada sisi Abaxial memiliki batang berbentuk stolon yang memiliki daun. Jika diambil salah satu daun lalu dipotong sendi dan rongga dengan panjang sekitar 40 – 80 cm melintang maka akan tampak bahwa kadar air dengan permukaannya keras dan kuat. Ujung daun yang runcing dapat tumbuh tinggi sekitar 30 cm atau bahkan ada yang mencapai 90 cm3. Dengan bentuknya

JENDELA BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 7 Penampang melintang Spinifex Littoreus. Bar = 500 µm. Ho et al., 2019 dalam daun melebihi 0,8 dan kondisi tersebut dapat membentuk gundukan yang disebut sebagai gumuk berbeda antara siang dan malam. pasir. Gumuk pasir terkenal dengan fungsinya sebagai penyangga alami terhadap gelombang Pada malam hari kandungan air di daun tinggi dan mencegah intrusi air laut ke daratan[5]. lebih banyak daripada siang hari. Hydrenchyma, didefinisikan sebagai jaringan achlorophyllous Spinifex merupakan tanaman yang mudah dengan bentu sel yang besar dan menempati lebih dijumpai di gumuk pasir, dia tumbuh secara dari 60% luas penampang melintang daun. sporadis di wilayah gumuk pasir. Beberapa hewan gumuk pasir hidup bergantung pada tumbuhan ini, Komponen penting untuk menjaga terutama beberapa reptil dan hewan – hewan kecil keberlangsungan dari gumuk pasir adalah untuk menjamin keberlangsungan hidup mereka. keberadaan vegetasi. Spinifex merupakan salah Ujung daunnya yang runcing dan kuat menjadi satu vegetasi yang dapat menjamin kestabilan pertahanan alami untuk bersembunyi dari predator gumuk pasir. Gumuk pasir merupakan ekosistem yang siap memangsa. Selain sebagai benteng alami yang terbentuk dari proses Aeolian serta memiliki hewan – hewan kecil, Spinifex dapat membantu sifat rapuh dan rentan terhadap aktifitas manusia, menyediakan oksigen yang baik untuk kehidupan sehingga apabila habitat gumuk pasir rusak secara dan mengurangi pencemaran laut dan polusi udara terus-menerus, maka flora dan fauna endemik di daerah pesisir pantai. Walaupun Spinifex hanya yang hanya ditemukan di sana juga akan terancam merupakan endemik rumput, namun Spinifex keberadaannya. Proses Aeolian yang terjadi di gumuk memiliki peran tertentu dalam menyeimbangkan pasir berlangsung dalam waktu yang lama. Tiupan ekologi. Spinifex memiliki kekhasan biodiversitas angin yang membawa pasir dari pantai menuju ke sendiri, sehingga perlu dijaga agar tidak mengubah arah darat kemudian terendapkan di wilayah pesisir. keseimbangan ekosistem gumuk pasir. Proses pengendapan yang terjadi berulang-ulang di tempat yang sama kemudian lama-kelamaan [1] Muflihaini, Milade A., (2017, 17 May). Spinifex, si rumput lari. Diakses pada 9 Maret 2020 dari https://www.biodiversitywarriors.org/-6281.html [2] Wikipedia. (2019, 23 Juni). Spinifex. Diakses pada 9 Maret 2020 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Spinifex [3] Rodrigues, Rouchelle S., Mascarenhas, A., Jagtap, Tanaji G., (2011). An evaluation of flora from coastal sand dunes of India: Rationale for conservation and management, Ocean and Coastal Management. 54. 181-188 [4] Ho, Che-L., Chiang, Jyh-M., Lin, Teng-C., Martin, Craig E., (2019). First report of C4/CAM-cycling photosynthetic pathway in succulent grass, Spinifex littoreus (Brum. F.) Merr., in coastal regions of Taiwan. Flora. 254. 194-202. [5] Huang, Wei P., Yim, John Z., (2014). Sand dune restoration experiments at Bei-Men Coast, Taiwan. Ecological Engineering. 73. 409-420.

8 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 JENDELA Jalan masuk Pantai Cemoro Sewu https://visitingjogja.com Cemara Udang Parangtritis Penahan Abrasi? Nicky Setyawan Fenomena banyaknya keberadaan cemara [email protected] di sepanjang pantai Bantul tersebut memunculkan Surveyor Pemetaan Badan Informasi Geospasial pertanyaan, apakah cemara di pesisir Bantul merupakan tanaman endemik asli pesisir Bantul? Dan, Pesisir Selatan Parangtritis menawarkan apakah memang penanamannya ditujukan untuk berbagai macam jenis wisata bagi pelancong wisata? yang mengunjunginya. Mulai dari wisata pantai, wisata kuliner pesisir, sampai wisata Untuk dapat menjawab pertanyaan di atas kita selfie di sudut- sudut yang instagenik buatan warga perlu tahu jenis dari pohon cemara yang tumbuh di sekitar maupun yang alami terbentuk. Wisata sepanjang pesisir pantai Bantul terlebih dahulu. Pohon pesisir pantai Parangtritis dapat ditemukan hampir cemara yang berada di pesisir Bantul berasal dari jenis di sepanjang Pesisir Parangtritis mulai dari Pantai cemara udang. Pohon cemara udang dalam Bahasa Parangtritis, Pantai Parangkusumo, sampai Pantai Inggris dikenal dengan nama Beach She- Oak dan Depok. Di setiap lokasi wisata sepanjang Pesisir Ironwood, karena kayu pohon ini dikenal sangat keras Parangtritis, identik dengan keberadaan pohon ketika pohon ini sudah tua. Pohon ini juga dikenal cemara yang meneduhkan. Para wisatawan gemar dengan nama Horsetail She- Oak karena kumpulan untuk berlama-lama berada di bawah pohon sambil daunnya yang meyerupai rambut pada ekor kuda[1]. ditemani es kelapa muda beserta camilan maupun Tumbuhan dengan nama latin Casuarina equisetifolia kudapan seafood hasil olahan masyarakat sekitar. ini di Indonesia sering disebut dengan cemara laut Tidak hanya di sepanjang pesisir parangtritis saja, atau cemara udang. bahkan pohon cemara dapat ditemukan sampai Pantai Baru yang merupakan perbatasan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo.

JENDELA BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 9 Penamaan cemara udang dikarenakan batang memiliki suhu udara lebih tinggi. Pohon ini dapat cemara ini tidak tumbuh ke atas layaknya cemara tumbuh hingga ketinggian 45 meter serta toleran pada umumnya, tapi cenderung meliuk dan setelah terhadap garam dan tanah yang tercemar limbah, bertahun-tahun berbentuk seperti udang yang bahkan mampu tumbuh di substrat yang lebih keras bongkok. Ranting- ranting kecil yang panjang daripada pasir, seperti bebatuan karang dengan tumbuh rapat seperti kaki-kaki yang keluar dari toleransi pH antara 5,0 – 7,7. Karena bentuknya tubuh udang[2]. Berbeda dengan cemara lainnya yang unik dapat meliuk-liuk dan memiliki ketahanan yang hidup di dataran tinggi, cemara udang justru terhadap lingkungan yang ekstrim, cemara udang hidup di daerah pesisir dengan pantai berpasir yang sering dijadikan sebagai bonsai dan tanaman hias. Google Earth Parangtritis Th 2010 Google Earth Parangtritis Th 2011

10 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 JENDELA Penamaan cemara udang dikarenakan batang instansi terkait. Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis cemara ini tidak tumbuh ke atas layaknya cemara mulai dihijaukan sejak 2010[3]. Dapat dilihat pada pada umumnya, tapi cenderung meliuk dan setelah citra penginderaan jauh tahun 2010 (atas) belum bertahun-tahun berbentuk seperti udang yang nampak pola titik-titik di sepanjang jalan maupun bongkok. Ranting- ranting kecil yang panjang pada bagian pantai seperti pada citra satelit tahun 2011 (bawah). Pola titik- titik tersebut merupakan Setelah mengetahui jenis dari cemaranya, pohon cemara udang yang mulai ditanam sebagai untuk mengetahui lebih jauh mengenai status upaya penghijauan pantai. Langkah penghijauan tumbuhan endemik atau bukan dari pohon cemara di pantai ditujukan untuk mengurangi dampak negatif Pesisir Bantul kita perlu menelisik lebih jauh mengenai akibat bencana abrasi dan melindungi ekosistem sejarah dari Kawasan Pesisir Parangtritis. Dalam pesisir. Dengan mencermati citra penginderaan wawancara disebuah warta onlineTempo.co, Sabtu 12 jauh dan pernyataan dari tenaga ahli, dapat ditarik Maret 2016 Guru Besar Fakultas Geografi Universitas kesimpulan bahwa pohon cemara udang yang ada di Gadjah Mada, Alm. Prof. Dr. Sunarto menjelaskan Pesisir Parangtritis merupakan tanaman yang sengaja bahwa ribuan pohon akasia, pandan sampai didatangkan (introduksi) untuk kepentingan tertentu, dengan cemara udang ditanam di sekitar pantai yakni penghijauan pantai. selatan Bantul hasil program penghijauan pesisir \" Lantas darimana asal cemara udang yang tumbuh subur di kawasan Pesisir Parangtritis ini? \" Cerita tersebut bermula bukan dari Pantai Kuwaru. Senada dengan pernyataan yang diberikan Parangtritis, akan tetapi daerah diseberang sungai oleh alm. Prof. Sunarto, MS., bahwa pada tahun 2010 Opak, yakni Pantai Samas dan Pantau Kuwaru. Pesisir pohon cemara udang mulai diujicoba untuk ditanam Pantai selatan dari Pantai Samas sampai Pantai di kawasan Pantai Parangkusumo, Parangtritis. Kuwaru adalah pantai yang cukup rawan terhadap Penanaman ditujukan untuk mengurangi bencana bencana terutama gempabumi, tsunami dan abrasi pesisir yang berupa abrasi dan angin kencang. Dan karena terletak di bagian selatan Yogyakarta dan pohon cemara udang yang ditanam di pantai selatan dikategorikan sebagai wilayah rawan bencana. Bantul l tersebut berasal dari Madura[5]. Pantai Kuwaru merupakan daerah wisata bahari yang memiliki risiko tinggi terkena abrasi pantai Di Madura Pohon Cemara Udang tersebar di dibandingkan pantai-pantai lain di bagian selatan Sumenep, tepatnya di Kawasan Pantai Slopeng dan Yogyakarta, seperti Pantai Parangtritis dan Pantai Pantai Lombang. Tidak ada yang bisa memastikan Pandansimo. Berdasarkan informasi dari tokoh dari mana asal-usul pohon yang hanya ditemukan masyarakat Dusun Kuwaru, telah terjadi abrasi sekitar di Madura ini. Para kolektor tanaman beranggapan 120 meter selama sekitar 20 tahun atau sekitar 6 konon pohon ini dibawa pedagang Cina semasa meter per tahun. Adapun indikator lapangan yang Arya Wiraraja, Adipati I Sumenep. Para Pedagang menunjukkan abrasi adalah rumah sumur pompa Cina biasanya menandai kegiatan perdagangan di yang tenggelam, jarak awal dari garis pantai saat daerah tertentu dengan menanam cemara udang. dibangun sekitar 100 meter. Hutan cemara udang yang memanjang sejauh 13 km di Pantai Lombang diyakini sebagai peninggalan Penanaman cemara udang dimulai tahun pedagang Cina tersebut. Dugaan ini diperkuat dengan 1994 oleh Tim Riset Unggulan Terpadu (RUT) di fakta bahwa warna kulit warga sekitar berwarna Pantai Samas. Pada tahun 2000 Fakultas Kehutanan kuning. Selain itu, ada fakta lain, yakni Masjid Agung UGM bekerjasama dengan PT. INDOCOR menanam Sumenep, yang dibangun pada masa pemerintahan cemara udang dekat kawasan PT. INDOCOR[4]. Dinilai Panembahan Sumolo yang bergelar Tumenggung berhasil, akhirnya warga masyarakat mulai menanam Ario Notokusumo I pada tahun 1762, bangunan dari pohon cemara udang secara beramai- ramai, di masjid ini memadukan arsitektur Jawa-Cina[6]. kawasan Pantai Samas ke barat sampai ke Pantai Foto Udara Condong Pohon Cemara Udang Pantai Lombang Dok. PGSP, 2018

JENDELA 11BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 Foto Udara Tegak Gumuk Pasir Parangtritis PUSPIC Fakultas Geografi UGM, 1976 Penanaman cemara udang hasil prakarsa di wilayah pantai memikirkan jarak dari bibir pantai. pemerintah di Pantai Parangtritis tahun 2010, berhasil Jarak aman untuk membangun bangunan minimal tumbuh dengan subur dan baik. Serta terbukti dapat atau lebih dari 200m dengan bibir pantai. Kondisi mengurangi laju angin laut yang berhembus ke darat, pembangunan yang terlalu dekat akan tergerus sehingga keberhasilan tersebut membuat warga abrasi pantai yang dinamis di kawasan pantai selatan. setempat beramai – ramai menanam cemara udang. Saat ini cemara udang sudah tumbuh dengan lebat Rimbunnya pohon cemara udang di Pantai di Kawasan Pantai Parangtritis terutama di wilayah Parangtritis faktanya mengganggu pertumbuhan gumuk pasir, Parangkusumo. Lahan yang dulunya ekosistem gumuk pasir. Material pasir tertahan oleh panas dan gersang telah menjadi kawasan yang pohon cemara udang, sehingga tidak terakumulasi teduh dan nyaman. Kondisi ini dimanfaatkan sebagai menjadi gundukan pasir. Gumuk pasir parangtritis lokasi pariwisata yang digunakan untuk menambah merupakan peristiwa alam langka yang patut penghasilan bagi warga sekitar. Semakin lama kondisi dilestarikan, karena Gumuk Pasir Parangtritis tersebut semakin mengakar kuat, sehingga warga merupakan gumuk pasir bentukan barchan yang menggantungkan hidup dari wisata. Perlu kita tahu terluas di Indonesia. Dan gumuk pasir tipe barchan lebih dalam bahwa tanaman cemara udang yang merupakan bentuk yang sulit bisa terbentuk di wilayah tumbuh di pantai Parangtritis ini berada di Kawasan dengan iklim tropis basah seperti di Indonesia. Akan Gumuk Pasir. Gumuk pasir sendiri merupakan tetapi maraknya penanaman pohon cemara udang gundukan material pasir pantai yang dibawa oleh yang mendekati bibir pantai mengakibatkan gumuk angin dari pantai ke darat, sehingga membentuk pasir terutama bentukan barchan tidak tumbuh lagi. bukit-bukit yang tingginya bisa mencapai 15-20 Upaya penanaman yang awalnya ditujukan untuk meter. Berbeda dengan kawasan pantai samas ke menghalau bencana, menjadikan bencana lain barat yang memiliki topografi wilayah relatif datar terhadap ekosistem bentuklahan langka. Pemerintah dan landai. Pantai di Parangtritis sudah memiliki yang mulai sadar terhadap keunikan bentuklahan gumuk pasir parangtritis yang memiliki elevasi yang gumuk pasir barchan menghadapi banyak kendala tinggi dan berbukit-bukit. Abrasi yang marak terjadi untuk memulihkan seperti kondisi sediakala di Pantai Depok, Parangtritis dikarenakan kesalahan kembali. Akankah gumuk pasir barchan Parangtritis pembangunan rumah-rumah yang difungsikan dapat hidup dan lestari kembali? atau hanya akan sebagai warung makan terlalu dekat dengan bibir jadi cerita bagi anak cucu kita? Kitalah yang akan pantai. Hendaknya dalam membangun bangunan mewariskannya. Sejarah juga akan mencatat pada generasi siapa Gumuk Pasir Parangtritis akan hilang. [1] http://semenanjung-senja.blogspot.com/2015/05/cemara-udang-dinding-hijau-kawasan.html [2] http://muthdouble.blogspot.com/2018/02/cemara-udang.html [3] https://nasional.tempo.co/read/752929/di-kawasan-gumuk-pasir-ini-pohon-mesti-ditebang [4] Jurnal Wilayah dan Lingkungan Vol.3 No. 3, Kajian Perilaku Masyarakat Pesisir yang Mengakibatkan Kerusakan Lingkungan - Studi Kasus di Pantai Kuwaru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY [5] https://gumukpasir.com/cemara-udang-sejarah-gumuk-pasir/ [6] Edisi : Mei 2007, https://koran.tempo.co/read/suplemen/100617/ke-pantai-lombang-berburu-cemara-udang?

12 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 JENDELA Bisakah Kita Menanam di Gumuk Pasir Parangtritis? Alayya Eka Putri rendahnya unsur hara. Namun demikian, itu semua - tidak menutup kemungkinan untuk dapat menanam Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP, 2015 vegetasi di area Gumuk Pasir Parangtritis. Gumuk pasir atau sand dune adalah salah Sekitar tahun 1980-an, Dinas Pertanian dan satu hasil proses eolian (bentukalahan Kehutanan Kabupaten Bantul melakukan penghijauan yang terbentuk oleh aktifitas angin) pesisir, termasuk Gumuk Pasir Parangtritis (Khatimah, yang tersusun dari material sedimen 2017 dalam Laily, 2018). Keberadaan vegetasi halus berupa bukit, gundukan atau punggungan. dulunya dianggap perlu guna menghidupkan lahan Gumuk Pasir Parangtritis merupakan gumuk pasir kritis. Baru pada sekitar tahun 2010-an berbagai tipe barchan aktif terbesar di Asia Tenggara. Selain penelitian mengemukakan pentingnya gumuk itu, gumuk pasir ini juga dapat terbilang langka pasir dan konservasinya. Kidd (2001), mengatakan dan istimewa karena berada pada iklim tropika bahwa vegetasi penutup adalah faktor yang sangat basah. Sesuai dengan namanya, gumuk pasir berpengaruh terhadap perubahan morfologi gumuk yang mempunyai karakteristik lahan pasir tentu pasir. Kecepatan angin akan tertahan oleh vegetasi, saja kurang memiliki kemampuan daya dukung sehingga material deposisi terperangkap pada untuk tumbuhnya vegetasi. Hal ini disebabkan muka vegetasi dan angin mengalami percepataan karena lahan tersebut diketahui memiliki kendala penurunan. Tanpa adanya vegetasi penghalang, pasir dengan mudah berpindah oleh tenaga angin. Lubang seperti angin yang deflasi (blowout) yang terbentuk semakin lama akan cukup kencang serta semakin dalam dan lebar, sehingga dampaknya dapat Pertanian di lahan Gumuk Pasir Parangtritis Dok. PGSP, 2011

JENDELA 13BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 mengakibatkan runtuhnya dinding gumuk, yang dilakukan pada area yang tidak menghalangi angin pada akhirnya pembentukan gumuk pasir akan dari Samudra Hindia. Hal tersebut dimaksudkan agar terhenti. tidak menghambat proses terbentuknya barchan oleh angin. Selain itu, vegetasi introduksi atau bukan asli Kawasan gumuk pasir parangtritis kini telah sebaiknya dihilangkan karena terindikasi merupakan dibagi menjadi tiga zona berdasarkan koordinasi jenis invasif yang menghambat tumbuhnya spesies dinas terkait, yaitu Zona Peruntukan Terbatas, Zona asli kawasan. Namun demikian, vegetasi pada zona Inti, dan Zona Penyangga. Zona Peruntukan Terbatas kurang lebih 50 m di sebelah selatan Jalur Jalan seluas 95,3 ha untuk pemukiman kepadatan sedang, Lintas Selatan (JJLS) sebaiknya tetap dipertahankan pariwisata, fasilitas umum, serta perdagangan dan sebagai sabuk hijau untuk melindungi jalan (JJLS) jasa; Zona Inti seluas 141,1 ha merupakan zona yang dan persawahan di Utara gumuk pasir. harus bebas dari bangunan dan tanaman; sedangkan Zona Penunjang seluas 176,4 ha digunakan untuk Saat ini vegetasi penutup sudah menyebar lebih perkantoran, hutan pantai, pariwisata, tanaman dari 80% dari total kawasan Gumuk Pasir Parangtritis. hortikultura, serta perdagangan dan jasa. Pembagian Vegetasi memiliki pengaruh kuat terhadap dinamika zona tersebut dimaksudkan untuk membatasi perkembangan gumuk pasir yang berperan sebagai aktivitas penggunaan lahan, sehingga kelestarian penghalang angin dan laju pasir pada proses deflasi. Gumuk Pasir Parangtritis terutama pada zona inti Oleh karena itu, diperlukan penataan ulang vegetasi tetap terjaga. agar Gumuk Pasir Parangtritis dapat kembali kebentuk semula sebagai kepentingan ekologi, pendidikan Seperti yang dikatakan sebelumnya, untuk kebumian, sebagai salah satu icon yang menarik di penanaman masih bisa dilakukan pada zona yang Yogyakarta sekaligus menjaga keistimewaan Daerah sudah ditentukan yaitu tanaman holtikultura dan Istimewa Yogyakarta yang memiliki 9 dari 10 jenis tanaman hutan di zona penunjang gumuk pasir bentuklahan di dunia. parangtritis. Penanaman vegetasi seharusnya Laily, A.N. 2018. Kajian Dinamika Penggunaan Lahan Zona Inti Gumuk Pasir Tipe Barkhan Pasca Restorasi Di Parangtritis, Bantul, Yogyakarta. [SKRIPSI]. UIN Sunan Ampel, Surabaya. Kidd, R. 2001. Coastal Dune Management a Manual of Coastal Dune Management and Rehabilitation Techniques. Newcastle: NSW Goverment. http://kehati.jogjaprov.go.id/detailpost/restorasi-ekosistem-gumuk-pasir-dengan-penataan-vegetasi diakses pada tanggal 24 April 2020 pukul 10.08 WIB

14 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 JENDELA Penghijauan di Gumuk Pasir Parangtritis, \" Perlukah? Azhari Raka Masdian [email protected] Universitas Diponegoro \" Globalisasi membuat polusi mendominasi. Penghijauan digaungkan untuk memperbaiki lingkungan. Namun perlukah semua tempat terbuka dihijaukan? Dunia memang sudah mengalami darurat Penghijauan di wilayah Kepesisiran memang lingkungan. Banyaknya pembangunan seringkali dilakukan karena selain mengurangi polusi berimbas kepada ekosistem yang tidak juga dapat mencegah abrasi bibir pantai. Namun dalam seimbang. Masyarakat yang makin acuh pelaksanaannya tidak semua wilayah kepesisiran dapat pada lingkungan membuat penghijauan selalu dilakukan penghijauan dengan beberapa alasan. Salah menjadi solusi tepat dalam memperbaiki ekosistem satunya adalah Gumuk Pasir Parangtritis. Hal yang saat ini. Memang, penghijauan lingkungan ampuh mendasari kenapa Gumuk Pasir Parangtritis tidak untuk mengurangi polusi di Bumi ini. Tetapi apakah cocok untuk dilakukan penghijauan adalah ekosistem penghijauan dapat dilakukan pada semua jenis wilayah kepesisirannya yang khas. Keunikan tersebut lahan? berupa gumuk pasir (sand dunes) yang terdapat di Wilayah Kepesisiran Parangtritis. Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis Dok. PGSP, 2019

JENDELA 15BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 Kepesisiran Parangtritis merupakan salah satu Pada peta sebaran vegetasi yang ditunjukkan tempat ternama di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal oleh piksel warna hijau dari pengolahan NDVI tersebut salah satunya dikarenakan hamparan gumuk (Normalized Difference Vegetation Index) citra Landsat pasir yang menjadi ciri khas Wilayah Kepesisiran tahun 2015. NDVI merupakan salah satu metode Parangtritis. Gumuk pasir (sand dunes) sendiri pengolahan citra untuk mengetahui indeks vegetasi merupakan fenomena alam berupa gundukan pasir dari suatu wilayah. Dari pengolahan NDVI tersebut yang terbentuk oleh tenaga angin[1]. dapat dilihat sebaran vegetasi pada area berpasir di Wilayah Kepesisiran Parangtritis. Lalu mengapa Gumuk Pasir Parangtritis tidak cocok untuk dilakukan penghijauan? Hal ini Oleh karenanya, seharusnya ada aturan dikarenakan vegetasi yang ditanam di dekat bibir mengenai penggunaan lahan di Wilayah Kepesisiran pantai akan menghalangi angin dan partikel pasir dari Parangtritis yang diikuti dengan penegakan aturan arah Samudra Hindia. Penghijauan dalam skala besar yang tegas. Karena sebenarnya tidak hanya vegetasi dapat memperkecil wilayah gumuk pasir bahkan saja yang menjadi faktor berkurangnya area mematikannya, sehingga bentukan istimewa yang gumuk pasir. Selain itu, perencanaan wilayah perlu merupakan salah satu Ikon Keistimewaan Yogyakarta dimatangkan agar tidak mengancam keberadaan ini dapat hilang. Vegetasi yang berada di gumuk pasir Gumuk Pasir Parangtritis, sehingga kita tidak tidak boleh melebihi 10% luas kawasannya. Karena kehilangan salah satu keistimewaan Yogyakarta. dapat menghambat terbentuknya gumuk pasir[2]. Peta sebaran vegetasi Pantai Parangtritis tahun 2015 [1] Fakhruddin M., A. P. (2010). DINAMIKA PEMANFAATAN LAHAN BENTANG ALAM GUMUK PASIR PANTAI PARANGTRITIS, KABUPATEN BANTUL.Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 16 No. 2, hal. 2. [2] Kehati Daerah Istimewa Yogyakarta. (2016, November Rabu). Restorasi Ekosistem Gumuk Pasir dengan Penataan Vegetasi. Retrieved from kehati.jogjaprov.go.id : http://kehati.jogjaprov.go.id/detailpost/restorasi-ekosistem-gumuk-pasir-dengan-penataan-vegetasi

16 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 JENDELA Geowisata Gumuk pasir Dok. PGSP, 2019 Monster Senyap Dibalik Lenyapnya Gumuk Pasir Reinaldi juniarto transportasi, dan perbukitan yang membentuk [email protected] lorong angin. Proses kejadiannya dimulai dari material Universitas Pembangunan Nasional \"Veteran\" Yogyakarta pasir hasil erosi yang diendapkan teratur ke laut, ombak yang memindahkan pasir dari laut ke darat, Monster senyap, kata tersebut dirasa intensitas sinar matahari yang mengeringkan pasir di tidaklah terlalu berlebihan untuk pantai, intensitas gerakan angin yang memindahkan menggambarkan suatu tindakan manusia. pasir, tebing penghambat gerak angin dan sebaran Aktivitas ataupun tidakan yang tanpa kita pasir vegetasi [2]. Meskipun Kelima faktor tersebut sadari namun pasti mengakibatkan berkurangnya masih lestari, faktor angin tenggara telah terganggu area cagar biosfer Gumuk Pasir Parangtritis. oleh aktifitas manusia, sehingga angin tidak dapat melalukan pasir dan membentuk gumuk pasir [3]. Gumuk pasir merupakan fenomena yang Beberapa aktivitas manusia yang mempengaruhi langka, karena hanya terdapat 2 macam gumuk secara signifikan terhadap gumuk pasir adalah pasir daerah tropis di dunia, yaitu di Meksiko dan di kegiatan penambangan pasir illegal di hulu sungai, Parantritis [1]. Kelangkaan dan Keisimewaan ini di pembangunan pemukiman atau blok-blok bangunan barengi dengan ikut sertanya masyarakat setempat di lahan gumuk pasir, serta munculnya tambak udang dalam pengembangan pariwisata pendukung di kawasan gumuk pasir[4]. Berdasarkan data luas area berbasis geowisata di daerah tersebut. Antara lain penggunaan lahan pada zona inti gumuk pasir tahun seperti swafoto, taman bunga, sandboarding dan 2002-2012 didapatkan kondisi pada tabel dan grafik jelajah gumuk pasir pada Gambar di bawah ini [5], Gumuk pasir ini terjadi karena adanya faktor alam yang mendukung. Faktor tersebut di antaranya sungai yang mendistribusikan pasir ke laut, gelombang laut dan angin sebagai media

JENDELA 17BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 Berikut ini adalah tabel luas area penggunaan lahan zona inti gumuk pasir: Luas(Ha)/tahun 2002 2009 2012 gumuk pasir 84,87 70,2 60,71 pemukiman 1,36 2,96 ladang 5,26 5,5 3,63 6,27 Perubahan luas lahan di Gumuk Pasir Parangtritis Perubahan luas Ladang di Kawasan Gumuk Pasir tahun 2002 -2012 Prangtritis tahun 2002 -2012 Perubahan luas Permukiman di Gumuk Pasir Aktivitas manusia yang secara tidak sadar dapat Parangtritis tahun 2002 -2012 mempengaruhi keberadaan gumuk pasir. Aktivitas tersebut adalah pembangunan pemukiman, ladang, arena wisata dan tambak. Berdasarkan grafik ditunjukkan bahwa sejak tahun 2002-2012 terjadi pengurangan luas area gumuk pasir, sedangkan area pemukiman dan ladang mengalami peningkatan. Apabila perubahan penggunaan/ tutupan lahan ini terus terjadi, maka dapat dipastikan bahwa Gumuk Pasir Parangtritis akan lenyap. Senyap namun mematikan, inilah aktivitas manusia yang secara langsung dapat melenyapkan Gumuk Pasir Parangtritis. Hal ini sangatlah penting dan perlu perhatian khusus dari dinas terkait. Diperlukan terobosan kebijakan guna memastikan gumuk pasir dapat terus lestari dan dapat dinikmati oleh anak cucu kita. Hal ini juga agar para generasi pendatang tidak mencatatkan generasi kita saat ini sebagai generasi yang menyebabkan hilangnya Gumuk Pasir Parangtritis dalam buku sejarah mereka. [1] VOAINDONESIA. https://www.voaindonesia.com/a/gumuk-pasir-dan-tantangan-besar-melestarikannya/4492414.html. Diakses pada 24 april 2020 [2] Bapeda DIY. Paripurno, Eko Teguh. Gumuk Pasir dan Cagar Biosfer. http://bapedaldadiy.go.id/fileopen.php?jenis=layananx&d =,22 maret 2010 [3] farid, Ibrahim. Peta Desa Parangtritis 1928, Sorot Balik Adanya Benteng Tsunami Parangtritis Geomaritime Science Park [4] Yahya Hanafi. 2016. PENDEKATAN EKOSISTEM SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN KAWASAN GUMUK PASIR DI PARANGTRITIS BANTUL D.I. YOGYAKARTA [5] laily, Nur Anis. 2018. Kajian Dinamika Penggunaan Lahan Zona Inti Gumuk Pasir Tipe Barkhan Pasca Restorasi di Parangtritis, Bantul, Yogyakarta. Seminar Nasional Geomatika 2018

18 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 PERISTIWA Ledakan tumbuhan air akibat eutrofikasi di Waduk Cengklik Maulina, 2020 Eutrofikasi: Hijau Tidak Selalu Lestari Tinjauan Kritis dari Berbagai Sudut Pandang Irma Dwi Maulina di badan perairan yang berpotensi menyumbang [email protected] pengkayaan nutrien. Input nutrien berlebih tersebut kemudian memicu terjadinya eutrofikasi. WTeknologi Perikanan Laut, Institut Pertanian Bogor aduk Cengklik merupakan salah satu Eutrofikasi didefinisikan sebagai kondisi wilayah perairan yang terletak di tercemarnya perairan disebabkan input nutrien Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. meliputi unsur nitrat (N) dan posphat (P) serta Keberadaan Waduk Cengklik memegang unsur lain berlebih[2] yang terjadi secara bertahap. peran penting dalam fungsi ekologi, sosial dan Kondisi eutrofikasi dalam jangka waktu yang lama ekonomi sebagai sarana irigasi sekaligus tempat dapat memicu terjadinya ledakan pertumbuhan rekreasi. Potensi sumberdaya ikan di Waduk Cengklik alga (blooming algae). Tingginya kadar N dan juga berpeluang untuk pemanfaatan melalui kegiatan P meningkatkan jumlah dan jenis kelimpahan penangkapan. Namun demikian, dewasa ini kegiatan fitoplankton serta pertumbuhan tumbuhan air yang pemanfaatan Waduk Cengklik tengah mengalami cukup masif. Salah satu jenis tumbuhan air yang degradasi fungsi. dapat dijumpai sebagai akibat eutrofikasi di Waduk Cengklik yakni eceng gondok (Eichhornia crassipes). Kondisi Waduk Cengkik saat ini tengah dipadati Masifnya pertumbuhan eceng gondok menjadikan dengan sejumlah keramba jaring apung untuk pemandangan baru di mana waduk nampak budidaya ikan nila merah. Umumnya, pakan yang menghijau. Pada umumnya, hijau diidentikkan digunakan oleh pembudidaya mengandung nitrat, dengan kondisi lestari. Namun hal tersebut tidak yakni zat yang dapat memicu terjadinya eutrofikasi. berlaku untuk kondisi ini. Eutrofikasi menimbulkan Tidak semua pakan yang diberikan oleh pembudidaya sejumlah dampak baik negatif maupun positif. Kondisi ikan dimakan oleh ikan, melainkan masih ada sisa ini mengisyaratkan perlunya sudut pandang dari pemberian pakan yang menjadi polutan residu. Dalam berbagai sisi. budidaya intensif, sebanyak 30% dari jumlah pakan yang diberikan tertinggal sebagai sisa pakan yang tidak dikonsumsi ikan[1]. Tingginya persentase pakan sisa (residu) tersebut menjadi beban limbah budidaya

PERISTIWA 19BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 Kondisi eutrofikasi dapat memicu peningkatan dekontaminasi limbah[5]. Kemampuan eceng gondok tumbuhan air hingga menutup badan perairan, dalam membentuk fitokelatin yang menghasilkan sehingga menimbulkan beberapa dampak negatif. senyawa peptide mampu mengkhelat logam yang Ledakan pertumbuhan tumbuhan air mengakibatkan masuk ke dalam badan perairan dalam jumlah yang terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut[3]. Hal ini besar[6]. Tumbuhan eceng gondok juga memiliki sifat dapat dipahami karena dalam prosesnya, tumbuhan hiperakumulator, sehingga mampu menstimulasi air memanfaatkan oksigen terlarut/dissolve oxygen aktivitas biodegradasi guna mereduksi limbah organik (DO) untuk dekomposisi biomassa organik yang dan anorganik di badan perairan. mati. Oksigen terlarut juga digunakan oleh biota lain dalam rangka respirasi dan metabolisme. Oleh karena Memahami eutrofikasi dari berbagai sisi, itu, dalam kondisi eutrofikasi, terjadi kompetisi antar mengisyaratkan perlunya skenario pengelolaan yang biota untuk mendapatkan oksigen terlarut. Selain lebih terarah dari berbagai aspek. Hal yang mendesak itu, proses dekomposisi menghasilkan gas beracun untuk dilakukan yakni identifikasi dampak keberadaan seperti NH3 dan H2S [4]. Deplesi (penurunan) DO dan keramba terhadap lingkungan perairan yang diduga timbulnya gas beracun dalam konsentrasi tertentu kuat memberikan kontribusi terjadinya eutrofikasi. dapat berpotensi membahayakan dan mengancam Lebih lanjut, perlu dikaji ulang terkait pemberian ijin keberlanjutan biota perairan. usaha keramba agar lebih disesuaikan dengan daya dukung. Efektivitas pengelolaan dapat tercapai apabila Sisi lain dari eutrofikasi yakni sebagai tahap disertai sinergitas antar lembaga pengelola dan stake- memulihkan perairan dari kontaminasi pencemaran holder terkait. Skenario pengelolaan yang tepat dapat melalui konsep remediasi. Eceng gondok yang mereduksi dampak negatif eutrofikasi serta menjaga melimpah pada saat eutrofikasi dapat bertindak agar lingkungan dan sumberdaya tetap lestari. sebagai remediator dalam fitoremediasi untuk [1] Junaidi M. 2016. Pendugaan limbah organik budidaya udang karang dalam keramba jaring apung terhadap kualitas perairan Teluk Ekas Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Biologi Tropis, 16(2): 64-79. [2] Simbolon AR. 2016. Pencemaran bahan organik dan eutrofikasi di Perairan Cituis Pesisir Tangerang. Jurnal Pro-Life, 3(2): 109-118. [3] Alfionita ANA, Patang, dan Kaseng ES. 2019. Pengaruh eutrofikasi terhadap kualitas air di Sungai Jeneberang. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 5(1): 9-23. [4] Garno YS. 2012. Dampak eutrofikasi terhadap struktur komunitas dan evaluasi metode penentuan kelimpahan fitoplankton. Jurnal Teknik Lingkungan, 13(1): 67-74. [5] Djo YHW, Suastuti DA, Suprihatin IE, dan Sulihingtyas WD. 2017. Fitoremediasi menggunakan tanaman Eceng Gondok (Echhornia crassipes) untuk menurunkan COD dan kandungan Cu dan Cr limbah cair laboratorium analitik Universitas Udayana. Cakra Kimia, 5(2): 137-144.

20 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 PERISTIWA Peduli Corona, PGSP Selenggarakan Lomba Bertema Corona Farid Ibrahim Peserta yang sudah mendaftar dapat [email protected] mengunduh template gambar yang disediakan Parangtritis Geomaritime Science Park PGSP dan diwarnai di rumah masing-masing. Walaupun dikerjakan di rumah, proses mewarnai Pandemi virus corona atau Covid19 marajela tetap tidak boleh dibantu. Hal tersebut merupakan hampir di seluruh negara di dunia, termasuk upaya melatih kejujuran dan sportivitas sejak Indonesia. Kondisi genting tersebut membuat dini. Pengiriman hasil karya dilakukan dengan pemerintah mengeluarkan kebijakan Study cara mengunggah hasil karya yang dipegang from Home atau belajar di rumah bagi seluruh peserta melalui instagram orangtau atau kerabat pelajar di Indonesia. Selain itu, pembatasan sosial dengan memberikan hastag #pgsponlievent dan juga diterapkan sebagai langkah pencegahan #lombamewarnai. penyebaran virus. Mau tak mau, masyarakat hanya bisa di rumah dan bepergian seperlunya agar tetap Antusias masyarakat Indonesia ternyata sehat dan aman. sangat besar pada penyelenggaraan lomba mewarnai online yang diselenggarakan. Sampai di Peduli pada kondisi ini, Parangtritis tanggal akhir pendaftaran dan pengumpulan karya Geomaritime Science Park (PGSP) salah satu bagian kurang lebih ada 487 pendaftar dan 275 karya yang dari Badan Informasi Geospasial, menyelenggarakan terkumpul. Peserta yang mendaftar berasal dari PGSP Online Event dengan 2 kategori lomba yaitu berbagai daerah baik di dari Yogyakarya maupun di Lomba Mewarnai dan Lomba VLOG. Masyarakat luar Yogyakarta seperti Surakarta, Jakarta, Bandung, sebagai siswa, mahasiswa, ataupun orang tua butuh Ngawi, Palembang, Nusa Tenggara Timur, Bogor, dan alternatif kegiatan supaya tetap di rumah saja. lain-lain. Melalui berbagai Online Event yang diselenggarakan PGSP harapannya dapat membuat masyarakat lebih Setelah melalui diskusi dan penilaian dengan aware pada pandemi virus Covid19. mempertimbangkan komposisi, teknik, kreativitas, kebersihan, dan kerapian, Di akhir Mei 2020, tepatnya Lomba mewarnai diselenggarakan oleh PGSP tanggal 30 Mei 2020 telah dipilih 3 pemenang sebagai upaya edukasi pada anak - anak terhadap lomba mewarnai. Pemenang lomba mewarnai yaitu virus corona. \"Lekas Sembuh Bumiku\" menjadi tema Sayyidah Sulton Mila sebagai juara 1, Albert Ryan lomba mewarnai yang sasarannya adalah anak usia sebagai juara 2 dan Callysta Nurizza sebagai juara 3. di bawah 7 tahun. Anak - anak dapat mengikuti lomba mewarnai secara gratis dengan didaftarkan oleh orang tua, kerabat atau secara mandiri pada link pendaftaran https: //s.id/lombamewarnai.

PERISTIWA 21BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 PGSP juga memberikan kesempatan bagi Pemenang lomba vlog yaitu Romy Indra generasi muda untuk beraksi melawan virus corona Wijayanta sebagai juara 1, juara 2 yaitu Eki Arum di daerahnya masing-masing. Melalui Lomba Vlog Khasanah dan juara 3 yaitu Fatika Dewi Shafira. dengan tema \"Aksi Lawan Corona di Daerahku\" Dengan lomba yang diselenggarakan, PGSP harapannya dapat memantik para generasi muda memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk untuk lebih peduli terhadap pandemi corona di tetap berkontribusi melalui hal sederhana. daerahnya masing-masing. Dalam lomba vlog yang diselenggarakan, vlog wajib bercerita tentang PGSPmengucapkanterimakasihataspartisipasi kondisi persebaran corona di daerah masing - masing dan antusiasnya dalam mengikuti PGSP Online sesuai dengan referensi peta di https ://covid19.big. Event. Beberapa peserta termuda dan terantusias go.id . Selanjutnya peserta dapat bercerita tentang mendapatkan souvenir khusus dari PGSP sebagai aksi yang sudah dilakukan untuk melawan corona apresiasi atas semangatnya dalam berpartisipasi. di daerahnya masing - masing. Ternyata cukup Bagi peserta yang belum berkesempatan untuk banyak generasi muda yang tergerak hatinya untuk menang harapannya dapat terus berkarya dengan mendokumentasikan aksinya dalam melawan semangat yang lebih membara. Harapannya, melalui corona baik secara berkelompok ataupun individu. PGSP Online Event, keingintahuan anak - anak pada virus corona lebih besar, sehingga ketika new normal Kurang lebih 33 peserta mendaftar dan 28 karya sudah dimulai, anak - anak dapat lebih menjaga terkumpul dalam Lomba vlog yang diselenggarakan. diri. PGSP juga mengenalkan produk informasi Bersamaan dengan pengumuman lomba mewarnai, geospasial yang berkaitan dengan virus Covid19 pemenang lomba vlog juga diumumkan pada tersebut. Harapannya, para generasi muda lebih tanggal 30 Mei 2020. Setelah mempertimbangkan aware di lingkungan sendiri dan menjadi motivasi karya - karya yang masuk berdasarkan kesesuaian supaya bergotong - royong mencegah penyebaran dengan tema, isi vlog teknis, dan keunikan karya, virus Covid19 tersebut. Mari bersama - sama peduli telah terpilih pemenang lomba vlog. sesuai dengan kapasitas masing - masing.

22 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 TEKNOLOGI Salah Satu Penerapan Identitas di Pohon [1] Tak Hanya Manusia, Pohonpun Punya“KTP” Wico Nandianta Mulia [email protected] Teknis Pendukung Teknologi Informasi dan Multimedia PGSP Kartu Tanda Penduduk atau KTP sejatinya merupakan identitas resmi bagi seorang Pemerintah Kota Malang contohnya, sudah sejak tahun penduduk sebagai data diri yang diterbitkan 2018 menerapkan KTP pohon untuk mengidentifikasi oleh Pemerintah Indonesia. Perkembangan data dari sebuah pohon dan mempermudah pemerintah Kota Malang dalam perawatan pohon KTP yang terbaru sudah dibuat secara elektronik dan tersebut. Data pohon yang terintegrasi dengan sistem sudah terkomputerisasi atau dikenal dengan E-KTP. informasi dapat menyajikan banyak data, seperti Sejalan dengan perkembangan KTP bagi penduduk nama pohon, usia, kondisi, perawatannya dan lain Indonesia, kini sistem KTP sudah diterapkan dalam sebagainya sehingga dapat dipantau secara berkala. pendataan pohon di sejumlah tempat di Indonesia. Tujuannya agar semua pohon di suatu tempat dapat Dampak buruk akibat pohon tumbang terdata dan terpantau kondisi terkini dari setiap akhirnya juga dapat diantisipasi sejak dini dengan pohonnya. KTP pohon setidaknya mempunyai menggunakan sistem KTP ini. Ada 3 warna identifikasi barcode yang apabila kita memindai barcode pohon pada KTP pohon yaitu merah, kuning dan tersebut akan terhubung ke sebuah sistem informasi hijau. Merah menandakan bahwa pohon tersebut yang menampilkan segala informasi berkaitan sangat rawan tumbang, kuning menandakan dengan data diri pohon tersebut. Canggih bukan? rawan sedang atau ringan, sedangkan warna hijau sendiri menandakan bahwa pohon tersebut sehat. Beberapa pemerintah daerah di Indonesia Adanya perbedaan warna khusus pada KTP pohon sudah menerapkan sistem KTP pohon untuk mempermudah petugas maupun pengguna jalan mendata pohon-pohon yang terdapat di wilayahnya. untuk mempelajari kesehatan dari sebuah pohon.

TEKNOLOGI 23BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 Salah satu sistem informasi yang menyediakan Salah Satu Penerapan Identitas di Pohon [2] data KTP pohon adalah KIPOP (Kartu Identitas Pohon Penghijauan) yang diimplemantasikan oleh Pemerintah Kota Malang. KIPOP ini menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis yang dikembangkan dengan teknologi website atau lebih dikenal dengan istilah WebGis yang bertujuan untuk memantau ruang terbuka. Lingkup pemantauan dari aplikasi ini antara lain adalah pencatatan spesies pohon, pencatatan kondisi fisik pohon di suatu wilayah, menilai kesehatan pohon-pohon yang sudah tercatat dan menampilkan kondisi kesehatan beserta rekap histori dari setiap pohon yang tercacat. Setelah memindai kode barcode yang terdapat di pohon, kemudian disuguhkan ke dalam sistem KIPOP yang menampilkan berbagai data pohon tersebut antara lain nama ilmiah, nama umum, nama lokal, kondisi kesehatan, tinggi pohon, diameter pohon, lebar tajuk dan koordinat lokasi pohon. Aplikasi ini sangat mudah dipahami dalam pemantauan kesehatan pohon, sehingga dapat meminimalisir pohon tumbang. Aplikasi ini sangat responsif untuk segala ukuran layer elektronik, sehingga dapat mengaksesnya hanya melalui smartphone dan mengetahui kesehatan pohon di sekitar pengguna. KTP pohon dapat memberikan solusi kepada pemerintah setempat untuk bagaimana memperlakukan setiap pohon yang ada di wilayahnya. Sistem juga akan memberi tahu apakah pohon tersebut rawan akan roboh sehingga pemerintah dapat melakukan antisipasi dini sebelum pohon tersebut ambruk dan menyebabkan korban. Semoga lebih banyak pemerintah maupun pihak wewenang yang sadar serta peduli akan kesehatan pohon dan mengerti bagaimana memelihara pohon untuk tetap sehat. Tampilan Aplikasi KIPOP dalam Memberikan Informasi Pohon [1] https://g1.globo.com/pa/santarem-regiao/noticia/arvores-do-parque-da-cidade-ganham-placas-de-identificacao-com-qr-code.ghtml [2] https://suryamalang.tribunnews.com/2019/01/10/cara-baca-informasi-tentang-pohon-yang-dipasang-ktp-di-kota-malang

24 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 TEKNOLOGI Vertical Garden, Upaya Penambahan Ruang Terbuka Hijau pada Lahan Sempit Yuniarsita Setyo Wulandari [email protected] Staff Parangtritis Geomaritime Science Park Indonesia terus mengalami pertumbuhan mengakibatkan ketersediaan RTH sebesar 30% di penduduk dari tahun ke tahun. Bertambahnya kota besar sulit untuk dicapai karena terbatasnya jumlah penduduk di Indonesia diikuti juga dengan lahan. Wilayah dengan dominasi tutupan lahan bertambahnya kebutuhan tempat tinggal bagi berupa lahan terbangun akan menyebabkan absorbsi penduduk, akibatnya pembangunan pada sektor radiasi matahari tinggi, sehingga berimbas pada infrastruktur juga ikut mengalami perkembangan. terjadinya peningkatan suhu di permukaan Bumi Kondisi yang demikian mengakibatkan semakin yang berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan di banyak lahan yang terbangun dan menyebabkan suatu area. semakin berkurangnya ruang terbuka pada masyarakat terutama ruang terbuka hijau. Padahal Melihat kondisi yang demikian, masyarakat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor yang berada di daerah perkotaan mulai melakukan 05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan beberapa upaya untuk meningkatkan kenyamanan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di Kawasan pada area tempat tinggal mereka dengan cara perkotaan, proporsi ruang terbuka hijau (RTH) berkebun. Beberapa tahun belakangan terjadi minimal sebesar 30% dari luas wilayahnya. Di daerah sebuah trend urban farming dikalangan masyarakat perkotaan besar yang menjadi pusat aktivitas perkotaan. Urban farming sendiri adalah sebuah manusia memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, trend berkebun yang terjadi di masyarakat. Sistem sehingga dominasi tutupan lahan pada daerah berkebun yang sangat popular di antaranya adalah tersebut berupa lahan terbangun. Dominasi tersebut Vertical Garden. Vertical Garden didefinisikan sebagai dinding vegetasi, fasad hijau, atau vegetasi vertikal Green Façade [1] Living Wall [2]

TEKNOLOGI 25BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 yang merupakan salah satu teknologi desain Contoh Taman di Atap Bangunan [3] yang mulai dikenal pada tahun 1994 dalam karya Di Indonesia, penerapan Vertical Garden ahli botani Prancis, Patrick Blanc. Secara umum Vertical Garden merupakan cara dan sistem untuk telah dilakukan di kota-kota besar seperti Jakarta, menumbuhkan tanaman secara vertikal yang terdiri Surabaya, Manado. Contoh yang telah menerapkan dari penanaman secara hidroponik. Merujuk pada Vertical Garden di Indonesia adalah Mandarin definisi tersebut, maka konsep Vertical Garden Oriental Hotel Jakarta dan Origin House & Kitchen sangat cocok untuk untuk masyarakat perkotaan Bandung. Meskipun demikian, konsep Vertical dengan memaksimalkan ruang yang terbatas di Garden di Indonesia belum banyak dimanfaatkan kota-kota besar. Vertical Garden memiliki beberapa karena tingginya biaya instalasi yang disebabkan fungsi yaitu sebagai penahan panas matahari, oleh media tanam yang harus impor. Kondisi mengurangi polusi udara, meningkatkan suplai tersebut sedikit berbeda dengan kondisi pada oksigen dan tentunya keindahan tersendiri yang beberapa negara maju yang sudah memulai terlihat tidak dimiliki oleh taman horizontal. Terdapat dua pengaplikasian Vertical Garden pada gedung- jenis sistem dalam Vertical Garden yang pertama gedung bertingkat mereka dengan sangat masif. adalah green façade merupakan dinding yang Contoh negara yang telah menerapkannya yaitu ditumbuhi tanaman merambat yang langsung Australia, Italia, Dubai, London, Paris dan Korea tumbuh di dinding dan living wall merupakan Selatan. Di Italia sendiri tepatnya di Milan, Vertical dinding yang diberi media tanam untuk tumbuh Garden tidak hanya berkonsep taman namun sudah tanaman. berkonsep hutan vertikal. Selain untuk meningkatkan kenyamanan pada area sekitar tempat tinggal, Vertical Garden juga merupakan salah satu usaha untuk mencapai luasan minimal ruang terbuka hijau di suatu wilayah. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/ jalur dan atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Fungsi dari adanya RTH adalah sebagai penyeimbang antara lingkungan alam dan lingkungan buatan yang berguna dalam kepentingan masyarakat dan sebagai upaya meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar indah dan bersih. Berdasarkan definisi dari RTH tersebut, maka konsep Vertical Garden yang telah diuraikan di atas masuk dalam kategori RTH. Hal ini berarti bahwa Vertical Garden dapat menambah luasan ruang terbuka hijau pada lahan sempit. Selain menambah luasan pada ruang terbuka hijau, Vertical Garden juga memiliki fungsi lain sebagai penambah kesejukan di lingkungan sekitar dan penahan sinar matahari serta menaikan produksi oksigen pada area tersebut. Di Indonesia, selain menggunakan Vertical Garden, penambahan ruang terbuka hijau juga dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan ruang terbuka non hijau seperti atap gedung seperti pada Kawasan pertokoan di pusat kota dan kawasan dengan kepadatan tinggi menjadi taman. [1] https://www.archdaily.com/933692/creating-vertical-gardens-and-green-facades-with-steel-cables diakses tanggal 9 April 2020 [2] https://yardsurfer.com/wall-garden-ideas/14/ diakses tanggal 9 April 2020 [3] https://wowowhome.com/architecture/memo-house-by-bam-arquitectura/ diakses tanggal 9 April 2020

26 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 TEKNOLOGI Pola Permukiman Desa Morodemak Mangrove, Benteng Pesisir Morodemak Mukhammad Ulinnuha Kabupaten Demak merupakan salah satu [email protected] wilayah yang terdampak adanya kenaikan muka Universitas Diponegoro air laut. Diketahui 4 kecamatan telah mengalami pengurangan lahan akibat kenaikan muka air laut. Penduduk wilayah pesisir Kabupaten Demak Luas area yang terdampak karena kenaikan pasang masih dihantui adanya banjir dan kenaikan surut mencapai 2.116,54 hektare. Hal ini juga pasang surut air laut. Upaya pengurukan mengakibatkan morfologi garis pantai kabupaten dan penanaman magrove terus dilakukan, Demak mundur sejauh 5,1 kilometer jika dibandingkan hingga menjadi daya tarik wisata tersendiri di dari garis pantai tahun 1994 [1]. Desa Morodemak. Fenomena kenaikan muka air laut memang telah terjadi di seluruh dunia pada Salah satunya desa yang terdampak yaitu beberapa dekade terakhir. Hal ini disebabkan adanya desa Morodemak, Kecamatan Bonang, Kabupaten perubahan iklim global sebagai akibat aktivitas Demak. Desa yang memiliki jumlah penduduk 6.376 antropogenik yang mengasilkan emisi gas rumah jiwa ini tetap memilih tinggal karena sebagian besar kaca. Gas rumah kaca yang berada di atmosfer ini menggantungkan hidup sebagai nelayan. Tentunya yang mengakibatkan meningkatnya suhu global dan masyarakat telah mengetahui kenaikan muka air laut terjadi pencairan es. Indonesia sendiri diperkirakan dan penurunan tanah akibat beban tambahan tanah mengalami kenaikan pasang surut air laut 8 mm per tahun, jauh melampaui rata-rata dunia sebesar 2mm per tahun.

TEKNOLOGI 27BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 seiring peningkatan kebutuhan permukiman. Upaya Sejak tahun 2010 pemerintah bersama yang ditempuh masyarakat untuk menghambat masyarakat telah melakukan upaya penanaman fenomena tersebut berupa pengurukan tanah dan mangrove secara berkelanjutan dan pada akhirnya penanaman mangrove. menarik perhatian wisatawan hingga menjadi destinasi wisata mulai tahun 2017. Kondisi laut yang Kesadaran masyarakat akan pentingnya tenang dengan hamparan mangrove yang lebat penanaman mangrove sangat menentukan kondisi dan luas menjadikan Wisata Mangrove Morodemak permukiman kedepannya. Tanaman mangrove memiliki keunggulan dibanding daerah lain. memiliki peran penting dalam menjaga wilayah Wisatawan dapat melalui akses tracking ataupun pesisir dari menghambat risiko abrasi, gelombang perahu menuju hutan mangrove morodemak [2]. tinggi maupun puting beliung. Ekosistem laut juga dapat tumbuh dan berkembang biak secara optimal dengan adanya tumbuhan mangrove. Selain itu, mangrove dapat meningkatkan kualitas perairan dan terbukti dapat meningkatkan perekonomian masyarakat melalui wisata. [1] Lindungi Hutan. 2017. https://lindungihutan.com/abrasidemak diakses pada 24 April 2020. [2] Fatimatuzzahra, D. 2018. https://travel.detik.com/dtravelers_stories/u-4242300/mangrove- morodemak-surga-tersembunyi-di-pesisir-pantai- demak/5 diakses pada 24 April 2020. Kawasan Mangrove Desa Morodemak

28 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 TEKNOLOGI Seed Ball, Alternatif Penolong di Masa Pandemi Covid-19 Olivia Elfatma Terobosan terbaru Seed Ball dimodifikasi dengan [email protected] teknik briket seed yaitu membuat beberapa pelapisan pada benih. Tujuannya meningkatkan kualitas benih, PAkademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta penyimpanan cadangan hara ketika benih tumbuh, erbedaan proses geomorfologi dan geologi dan menjaga dari predator. Aplikasinya dilakukan pada yang terjadi di kepesisiran menimbulkan lahan kemiringan curam dengan curah hujan tinggi, lahan kritis dan lahan sulit dijangkau sehingga benih mudah hanyut terbawa limpasan manusia (remote area). Pemanfaatan lahan permukaan. Tanah yang terlalu kering seperti pesisir, kritis dan remote area di kepesisiran dengan dataran tinggi berpasir yang mudah meloloskan reboisasi dapat menjadi alternatif motor penggerak air dan kelembabanya tidak mendukung proses perekonomian masyarakat pesisir terutama dimasa perkecambahan benih[4]. Penambahan lapisan tanah pandemi covid-19. Alternatif solusi berkurangnya untuk meningkatkan kelembaban dan penambahan pendapatan masyakat kepesisiran akibat pandemi mizoriza dapat diterapkan dalam terobosan ini, adalah mengembalikan potensi pertanian dengan terutama bila akan ditanam di kawasan pesisir. teknologi Seed Ball [1]. Kawasan pesisir memiliki angin kencang, Seed Ball (bola benih) atau Seed Bomb (benih sinar matahari kuat, salinitas, dan kondisi topografi ledak) adalah bulatan kecil hasil mencampurkan yang membuat tanah tidak subur. Kondisi ini benih, tanah, air, dan liat. Seed Ball ditanaman dengan membutuhkan analisis matang untuk pemilihan jenis cara direct seending atau dilemparkan ke tanah benih tanaman serta komposisi tanah yang digunakan terutama remote area, atau aeroseeding (dijatuhkan membuat seed ball. Penebaran benih aeroseeding dengan pesawat). Teknik pertanian kuno aliran juga perlu memperhatikan arah angin, agar benih Natural Farming ini dipopularkan kembali Manasobu jatuh sesuai target lokasi. Keberhasilan metode ini Fukuoka 1973, bibit biarkan tumbuh sendiri melalui mempertimbangkan waktu penaburan yang tepat, seleksi alam menghasilkan tanaman berkualitas persiapan lahan, pemelihan jenis tanaman dan media tinggi[2]. Awal penerapan teknologi ini tahun 1930, pembuatan sesuai kondisi agro-klimat dan vegetasi Seed Bombing digunakan untuk reforestasi kawasan pengganggu setempat [5]. gundul di pegunungan Honolulu dengan bantuan pesawat udara[3]. Jenis tanaman, bentuk, dan media pembuatan Seed Ball mudah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan. Seed Ball berkecambah

TEKNOLOGI 29BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 Seed Ball pulau ini, benih dilapisi dengan media kompos dan tanah liat agar tidak dimakan oleh hama monyet Teknologi ini cukup menjanjikan karena mudah dan penyebaran dilakukan saat musim penghujan. penerapannya, mudah disinergikan dengan protokol Wajah Seed Ball mudah diperindah sesuai kebutuhan Covid-19, ramah lingkungan, mudah pembuatannya, pasar sehingga menambah nilai jual untuk menjadi efisien waktu tenaga, dan murah. Kawasan kepesisiran tambahan pemasukan. Hanya bermodal limbah tidak membutuhkan tambahan sampah dari polybag kertas bekas dan modifikasi pupuk alami, Tim PKM atau plastik media reboisasi umumnya. Kawasan ini Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) membutuhkan Seed Ball yang lebih ramah lingkungan mengubah wajah kuno Seed Ball menjadi kekinian. dan medianya dapat didaurulang tanah. Penggunaan Seed ball disulap menjadi aneka bentuk dan warna, aeroseeding makin murah dengan menggunakan serta dimodifikasi agar awet bila dijual secara daring. drone sehingga mudah menjangkau remote area di Benih yang digunakan adalah tanaman yang mudah kawasan kepesisiran. Berdasarkan perkiraan biaya tumbuh seperti sayuran, herbal, dan tanaman bunga untuk pembuatan 1000 tanaman, direct seeding hias. Metode ini dapat diadopsi di kepesisiran sebagai memiliki biaya dua kali lebih rendah dibandingkan buah tangan serta pemanfaatan limbah/sampah penanaman menggunakan bibit polybag atau bibit pesisir sebagai kompos Seed Ball. biopot [6]. Fungsi lain Seed Boom adalah media edukasi Kelompok penenun di Nusa Penida menanam reboisasi yang menarik. Seed Ball merupakan cara kembali aneka tanaman bahan baku pewarna alami pembelajaran bertanam ideal untuk sekolah dan dengan teknologi Seed Ball [7]. Beberapa tanaman kelompok masyarakat karena memerlukan bahan yang ditanam seperti turi, orok-orok, gereng- yang sederhana dan dapat dilakukan bahkan gereng, kaliandra, dan tarum[8]. Pemanfaatan lahan untuk anak kecil sekalipun[10]. Kampanye reboisasi batu karang kurang produktif dan remote area lingkungan menggunakan seed ball juga diterapkan seperti tebing dan perbukitan untuk pertanian. oleh lembaga MS 88, suatu lembaga pengelola siswa Pemanfaatan pertanian ini dapat menambah bermasalah. Pelatihan pembuatan seed ball mampu pundi-pundi keuangan dimasa pandemi ini[9]. Di menarik minat siswa dan membuat kesan abadi siswa lebih peduli pada lingkungan tempat tinggalnya[11]. Hal ini tentu dapat diadaptasi sebagai pembelajaran bagi anak-anak di pesisir agar lebih peduli pada lingkunganya. Seed ball memiliki banyak potensi yang bisa digali lebih lanjut. Terutama untuk reboisasi kawasan kepesisiran yang memiliki jenis vegetasi endemik. Seed Ball juga dapat difungsikan sebagai teknologi pertahanan pangan masyarakat kepesisiran. Selain murah, mudah, dan efisien; seed ball dapat dipermak mengikuti situasi dan kebutuhan pasar. Berjualan Seed Ball juga dapat menambah pemasukan terutama di tengah kondis pandemi seperti sekarang ini. [1] Bali Kanal, ‘Geliat Pecinta Lingkungan Nusa Penida Saat Wabah Corona Menerpa Bali - Kumparan’, 2020, p. Kumparan.com <https://kumparan. com/kanalbali/geliat-pecinta-lingkungan-nusa-penida-saat-wabah-corona-menerpa-bali-1t7NHjiPAtS/full>. [2] Layang Seta, ‘Menggunakan Clay Seed Ball Untuk Menanam Yang Efektif – Sekedar Random Talk Dari Anak Kampung’, 2017 <https:// jalanmembara.wordpress.com/2017/12/26/menggunakan-clay-seed-ball-untuk-menanam-yang-efektif/>. [3] Akhyari Hananto, ‘Mengembalikan Hijaunya Hutan Dari Udara _ Mongabay’, 2017 <https://www.mongabay.co.id/2017/03/14/mengembalikan- hijaunya-hutan-dari-udara/>. [4] Dede J Sudrajat and others, TEKNOLOGI ALTERNATIF UNTUK REHABILITASI LAHAN DAN HUTAN: BIOPOT DAN BRIKET BENIH, 2019 <https:// www.researchgate.net/profile/Dede_Sudrajat/publication/338388246_TEKNOLOGI_ALTERNATIF_UNTUK_REHABILITASI_LAHAN_DAN_HUTAN_ BIOPOT_DAN_BRIKET_BENIH/links/5e109c7c92851c8364b0609c/TEKNOLOGI-ALTERNATIF-UNTUK-REHABILITASI-LAHAN-DAN-HUTAN-BIOPOT- DAN-BRIK>. [5] Sudrajat and others. [6] Sudrajat and others. [7] Luh De Suriyani, ‘“Bom” Benih, Cara Unik Hijaukan Nusa Penida _ Mongabay’, 2020 <https://www.mongabay.co.id/2020/03/07/bom-benih-cara- unik-hijaukan-nusa-penida/>. [8] Lanang Taji, ‘Bom Benih, Sebuah Gerilya Di Tengah Ledakan Pariwisata Nusa Penida – BaleBengong’, 2020 <https://balebengong.id/bom-benih- sebuah-gerilya-di-tengah-ledakan-pariwisata-nusa-penida/>. [9] Bali Kanal. [10] Linda Clarkson, ‘Bdaa3f4fd552a8b3f5a6e9d0e0313fb4.Pdf’, Green Teacher, 2002, p. 21. [11] A R S Wenger-Schulman and Lauren Hoffman, ‘Seed Balls and the Circle of Courage: A Decolonization Model of Youth Development in an Environmental Stewardship Program.’, Afterschool Matters, 27 (2018), 19–24.

30 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 TEKNOLOGI Eco Building, Kabarnya Konsep Bangunan Ramah Lingkungan Yonanta Dwi Hartanto Menurut penjabaran diatas yang perlu digaris bawahi [email protected] adalah pemakaian, bertanggungjawab, lingkungan dan sumber daya yang semuanya berpuncak pada BStaff Parangtritis Geomaritime Science Park keberlanjutan atau sustainability. angunan adalah salah satu kebutuhan primer bagi manusia. Aset yang akan Penerapan Eco-Building tidak dapat selau dibutuhkan manusia, selama ada sembarangan, karena tujuan utamanya adalah pertumbuhan jumlah penduduk maka keberlanjutan yang ramah lingkungan, oleh karenanya kebutuhan rumah dan bangunan akan terus perencanaan secara matang adalah segalanya. Tidak meningkat. Darisinilah konsep Eco-Building dapat dipungkiri biaya pembangunan bangunan dikenalkan, yaitu untuk mengoptimalkan hijau lebih tinggi dari bangunan pada umumnya pengunaan energi karena semakin banyak populasi namun sisi ekonomis biaya operasionalnya justru manusia berbanding lurus dengan meningkatnya lebih rendah. kebutuhan energi. Menjadi pertimbangan yang sangat serius Eco Building, Bangunan hijau (juga untuk membuat bangunan hijau karena biaya dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan pembangunan yang mahal belum lagi uji kelayakan berkelanjutan) bukan berarti bangunan itu berwarna bangunan itu sendiri. hijau namun mengarah pada struktur dan pemakaian yang bertanggungjawab terhadap lingkungan dan hemat sumber daya, kutipan tentang Eco-Building. Contoh penerapan konsep eco building pemanfaatan air hujan [1]

TEKNOLOGI 31BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 Aspek utama Eco building Aspek utama bangunan layak huni Menurut Mentri PUPR Pemilihan Material Penggunaan Energi Faktor Kesehatan Penggunaan Air Faktor Keamanan Bangunan Kesehatan, Keamanan dan Kenyamanan Pengguna Keindahan dan Kenyamanan Ada beberapa tips untuk menghematan energi Gedung Kementrian Pekerjaan Umum RI yang diantaranya: terverifikasi eco building [2] • Jangan sering membuka pintu ruangan yang sinar matahari, tentunya dari pagi hingga sore menggunakan penyejuk ruangan (AC), hari. Pembakaran batu bara dinilai lebih murah • Buka gorden di pagi hari agar udara segar masuk dan jika dibandingkan energi listrik dari sinar matahari. Kembali lagi faktor keuangan adalah alasan. rumah menjadi terang, • Minimalkan nyala lampu saat jam tidur, Sebuah konsep pastinya ada penilaiannya • Cabut alat listrik yang tidak digunakan, dan begitu juga konsep Eco-Building. Karena itu, • Bijak menggunakan air. terdapat Council (Dewan) berskala dunia yang bertugas mengembangkan penelitian dan sebagai Konsep bangunan layak huni dan konsep forum anggota-anggotanya karena penerapan dan bangunan hijau bukan sebuah lawan. Sebenarnya standartnya bergantung juga pada kondisi tiap bangunan hijau adalah bangunan layak huni yang Negara tersebut. Terdapat 77 negara yang tergabung menerapkan juga efisiensi energi, air dan material dalam World Green Building Council, Indonesia bangunan. Singkatnya bangunan hijau sudah pasti termasuk anggotanya dan tiap Negara hanya boleh layak huni, namun bangunan layak huni belum tentu mempunyai 1 dewan penilai eco building. Di Indonesia bangunan hijau. sertifikasi bangunan hijau dikeluarkan oleh Green Building Council Indonesia (GCBI) yang bertugas Hari ini energi listrik banyak digunakan untuk menilai apakah bangunan tersebut seberapa sesuai memenuhi aspek kenyamanan misalkan mesin dengan konsep eco building dengan standart bumi pengatur suhu ruangan (AC). Alat ini berfungsi sebagai Indonesia. Di Indonesia, salah satu bangunan yang penyejuk udara dalam ruangan namun sayangnya telah tersertifikasi dengan konsep Ec0-Building memerlukan energi listrik yang besar. Paling rendah adalah gedung kementrian pekerjaan Umum RI. penyejuk ruangan membutuhkan 370 watt untuk beroperasi 0,37 KWH setiap jamnya atau sebesar Rp 500.00,-/jamnya. Memang terlihat murah namun bayangkan jika setiap hari pemakaian penyejuk ruangan selama 5 jam dan berlangsung 365 hari maka berkisar Rp 915.000,-. Kalau penggunaan efisiennya hanya 3 jam maka ada 2 jam yang terbuang atau senilai Rp 366.000,- yang terbuang, jumlah yang lumayan jika kita mematikan AC secara efisien dan memilih membuka jendela setiap pagi. Eco-Building tidak kejam namun menerapkan efisiensi energi, semakin efisien maka semakin ramah lingkungan. Efisien bukan berarti pelit namun meminimalkan energi yang terbuang, ditambah konsep Eco-Building maka meminimalkan energi yang terbuang dan lebih memilih energi yang lebih ramah lingkungan. Sikap yang bijak untuk menyelamatkan bumi kita. Energi listrik yang digunakan untuk penerangan rumah juga banyak berasal dari energi tidak terbaharukan. Misalnya, pembakaran batu bara oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara) sebagai bahan bakar untuk memutar turbin. Konsep Eco-Building penerangan dalam rumah dapat memanfaatkan [1] Instagram @engineeringandarchitecture [2] https://mapio.net/pic/p-73399592/ https://www.kompasiana.com/rnataliani/55291fc1f17e61d13c8b4597/apa-itu-bangunan-hijau

32 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 SOSOK Ibu Oemi Hani’in : Membangun Wanagama dengan Spirit Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja ikhlas, dan Kerja Tuntas Bernike Hendrastuti [email protected] Teknis Pendamping Kunjungan dan Promosi PGSP Wanagama, merupakan hutan pendidikan di Gunungkidul yang saat ini menjadi berkembang menjadi Science Eco-Edu Forest. Kawasan hutan di bawah pengelolaan Universitas Gadjah Mada tersebut tidak lepas dari perjuangan tokoh – tokoh gigih di kala itu. Berawal hibah lahan dari Dinas Kehutanan Pada tahun tersebut, Wanagama merupakan lahan Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1966 kritis yang gersang dengan tanah berkapur. Komitmen dengan luasan 10 Ha, wanagama dirintis oleh besar dalam membangun Hutan Wanagama dilandasi Dr. Soedjarwo , Prof. Ir. Soedarwono H., Ir. R.I.S. dengan spirit kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan Pramoedibjo, Prof. Dr. Ir. Oemi Hani'in, Ir. Darmakoem kerja tuntas.[3] Komitmen besar tersebut betul – betul Darmakoesoemo, Ir. Pardiyan, Prof. Dr. Ir. Soekotjo, diwujudkan oleh Ibu Oemi Hani’in dan para perintis dan Ir. Tri Setiyo.[1] Dari ke delapan rimbawan dengan bekerja tanpa dibayar. Bahkan Ibu Oemi perintis Wanagama, ada seorang sosok perempuan Hani’in juga menyisihkan honornya sebagai pengajar yang inspiratif. Beliau adalah Prof. Dr. Ir. Oemi Hani'in. di Fakultas Kehutanan UGM untuk membangun dan Semangat Ibu Oemi Hani’in merupakan keteladanan mengembangkan Wanagama.[4] Pembangunan sebuah keberhasilan penghijauan lahan kritis dan Wanagama oleh Ibu Oemi Hani’in kala itu bukanlah kelestarian hutan. hal instan atau coba – coba belaka. Spirit kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas diwujudkan Ibu Oemi Hani’in lahir pada tanggal 1 Januari dengan langkah – langkah pembangunan hutan yang 1931 dan meninggal pada tanggal 10 Maret 2003.[2] mempertimbangkan faktor iklim, tanah, pemilihan Beliau merupakan salah satu guru besar di Fakultas vegetasi, geologi, geomorfologi, dan yang tidak kalah Kehutanan UGM di bidang pemuliaan pohon. Usaha utama adalah manusia. beliau untuk membangun wanagama adalah sebuah perjuangan besar pada tahun 1966. Prof. Dr. Ir. Oemi Hani'in Sumber: Astuti (dalam slide bahan ajar)

SOSOK 33BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 Ibu Oemi Hani’in adalah sosok pejuang Hutan Wanagama untuk Masyarakat lingkungan yang pantang menyerah. Bukan Nabil. 2018 hal mudah untuk mengajak masyarakat turut berpartisipasi dalam penghijauan lahan kritis penghijauan lahan kritis.[1]1 Berkat spirit kerja yang Wanagama. Filosofi “Hamemayu Hayuning Bawana” konsisten dalam pembangunan Wanagama, maka ditularkannya kepada masyarakat dengan cara pada tahun 1978, Wanagama mulai menghijau dan edukasi, pemberdayaan, dan pelibatan masyarakat Wanagama semakin diperluas wilayahnya mencapai dalam pembangunan Wanagama. Pelibatan 599,9 Ha pada tahun 1982 sampai saat ini. Hidup masyarakat dalam usaha penghijauan lahan kritis Ibu Oemi Hani’in adalah untuk Wanagama. Di akhir seakan seperti simbiosis mutualisme. Masyarakat hayatnya, Ibu Oemi Hani’in meninggalkan warisan membantu dalam pembuatan terasering, jalan, harta sebesar Rp1 miliar untuk Wanagama, yang bangunan, dan saluran air dan mendapat imbalan kemudian dikelola menjadi Yayasan Oemi sampai uang lelah.[4] Di masa paceklik, masyarakat mendapat saat ini. Berkat spirit kerja yang beliau tanamkan upah dari kegiatan mengumpulkan biji-biji lamtoro di dalam membangun hutan, beliau mendapatkan Wanagama.[4] penghargaan Kalpataru pada tahun 1989. Spirit kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan Apa yang Ibu Oemi Hani’in tabur telah dituai kerja tuntas menjadi kekuatan yang besar, sehingga tidak hanya untuk beliau namun orang banyak, Ibu Oemi Hani’in sanggup merangkul masyarakat. bahkan seluruh masyarakat Gunungkidul. Saat Melalui pemberdayaan masyarakat, Ibu Oemi Hani’in ini Wanagama telah berkembang sebagai hutan mengajarkan masyarakat untuk menanam tanaman pendidikan yang dikembangkan sebagai Science Eco- obat-obatan[2] seperti kumis kucing dan temu lawak. Edu Forest. Ada banyak bibit unggul yang dihasilkan Selain itu kegiatan membuat kolam dan memelihara dari uji provenan yang dapat digunakan sebagai ikan, memelihara itik, ayam dan kelinci, memelihara sarana pengembangan kehutanan di Indonesia, lebah, menanam dan memelihara rumput kolonjono contohnya jati mega dan cendana. Masyarakat juga diajarkan.[2] Kegiatan menanam murbei sekitar Wanagama juga tetap mendapat manfaat dari dan memelihara ulat sutera[2] (sesuai hak pakai keberadaan Wanagama dengan sistem pengelolaan Wanagama dari Dinas Kehutanan DIY) juga diajarkan lahan agroforestri di beberapa petak. Bagi masyarakat oleh Ibu Oemi kepada masyarakat. umum, Wanagama dapat dijadikan sebagai tempat belajar, berwisata, dan berpetualang, salah satunya Usaha Ibu Oemi dengan pendekatan sosial karena ada fasilitas Museum Kayu Wanagama. ekonomi pada akhirnya berhasil membuka pemikiran masyarakat di sekitar Wanagama. Masyarakat sadar Wanagama, adalah warisan terbesar dari Ibu bahwa apa yang telah diajarkan dan dilakukan Oemi Hani’in. Ibu Oemi Hani’in adalah bukti bahwa merupakan upaya peningkatan kesejahteraan. Spirit perjuangan melestarikan alam tidak memandang kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas gender. Komitmen adalah awal dari sebuah yang telah dilakukan menghasilkan harmonisasi perjuangan dan spirit kerja keras, kerja cerdas, kerja masyarakat dan alam. Simbiosis mutualisme seakan ikhlas, dan kerja tuntas yang ditanamkan mampu terus berjalan hingga saat ini. Masyarakat diizinkan mewujudkan hal – hal menakjubkan. Sebagai rekan mengambil rumput kolonjono dan dedaunan di mengajar di Fakultas Kehutanan UGM, Prof. Sambas lahan Wanagama dengan imbal balik berupa pupuk menuturkan, “Oemi Hani’in adalah Wanagama dan kandang[3] untuk memupuk persemaian bagi bibit Wanagama adalah Oemi Hani’in.”[4] vegetasi untuk penghijauan kala itu. Masyarakat juga membantu dalam memelihara ulat sutera dan menanam pohon murbei. Hasil penjualan kokon ulat sutera digunakan untuk menjalankan berbagai teknik silvikultur dalam pembangunan Hutan Wanagama. Keberhasilan dituai dan harmonisasi alam dan masyarakat sekitar wanagama masih dapat dilihat nyata sampai saat ini. Ibu Oemi Hani’in telah mengajarkan pada kita suatu keselarasan hati dan pemikiran. Spirit kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas yang beliau tanamkan telah menghasilkan bukti kelestarian. Lahan hibah yang awalnya 10 Ha, pada tahun 1967 menjadi 79,9 Ha dengan arah pembangunan [1] Anonim. 2020. Sejarah. (http://wanagama.fkt.ugm.ac.id/sejarah/) diakses tanggal 10 April 2020 [2] Ikhwanudin Rofi'i. 2013. Prof. Dr. Ir. Oemi Hani’in Suseno #Tokoh Inspiratif #part 2 (http://ikhwan-gerrard.blogspot.com/2013/04/ prof-dr-ir-oemi-haniin-suseno-tokoh.html) diakses tanggal 10 April 2020 [3] Soedjoko, Sri Astuti . 2013. Membangun Wanagama : Filosofi dan Inspirasi. Bahan Presentasi Mata Kuliah Konservasi Tanah Dan Air [4] Ernawati, Johanna. 2016. Jejak Hijau Wanagama. FORCLIME. Jakarta foto: http://kagama.co/begini-manfaat-hutan-wanagama-yang-dirasakan-mayarakat

34 BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 WISATA Pandes“Kampung Dolanan”: Wisata Ramah Anak & Lingkungan Tria Rahmawati Kecamantan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah [email protected] Istimewa Yogyakarta. Dulunya Desa Pandes bernama Edukator Disbud DIY Desa Sompokan. Nama ini diambil dari nama pendiri desa yakni Nyai Sompok. Sosok Nyai Sompok ini Mainan tidak hanya sebagai benda yang berasal dari keturunan Kerajaan Majapahit yang dapat memberikan hiburan, tetapi mainan mempunyai ketrampilan untuk membuat dolanan dan juga dapat membantu perkembangan kemudian menyebarluaskan kemampuan tersebut imajinasi dan daya piker anak. Namun ke masyarakat sekitar. Sampai saat ini kemampuan demikian, patut disayangnkan saat ini justru banyak membuat dolanan anak masih diwariskan secara beredar mainan yang menggunakan bahan berbahaya turun menurun. dan tidak ramah lingkungan. Kondisi ini berbeda dengan mainan tradisional zaman dahulu yang masih Saat ini, terdapat beberapa sesepuh yang menggunakan bahan alami dari lingkungan sekitar masih membuat dolanan anak di usia senjanya, dan dapat dibuat sendiri, sehingga lebih aman bagi antara lain; Mbah Wiyar yang ahli membuat dolanan anak dan ramah lingkungan. Nah, ternyata mainan gamelan, Mbah Joyo yang ahli membuat kithiran tradisional ini atau yang biasa disebut dolanan anak dan payung kertas, mbah Suradi yang ahli membuat masih dapat kita jumpai di Kampung Dolanan Pandes. wayang tanpa pola dan mbah Atemo yang ahli membuat othok-othok dan lainnya. Pada sekitar Kampung Dolanan Pandes merupakan salah satu kampung wisata yang masih melestarikan mainan tradisional di wilayah Yogyakarta. Lokasinya berada di Dusun Pandes, Desa Panggungharjo,

WISATA 35BULETIN GEOMARITIME JUNI 2020 tahun 80-an, keberadaan dolanan anak mengalami Banyak nilai-nilai yang diajarkan dalam proses puncak kejayaan. Namun kemudian, dolanan anak membuat dolanan dan bermain dolanan anak. Dalam mengalami masa penurunan dengan banyaknya proses pembuatan dolanan atau bermain dolanan kemunculan mainan baru yang lebih modern. Hingga di Kampung Dolanan Pandes terdapat simbah- pada tahun 2006, pasca terjadinya gempabumi di simbah atau orang tua tidak segan mengajarkan atau Bantul diadakanlah kegiatan trauma healing di Desa membagi ketrampilan mereka. Anak-anak juga tidak Pandes dengan memanfaatkan dolanan yang untuk merasa minder ketika yang dimainkan merupakan menghibur anak-anak dari trauma atas gempabumi. dolanan tradisional yang mungkin kalah modern. Mulai dari sanalah masyarakat setempat beserta Anak-anak juga berlatih mematuhi aturan dan Komunitas Pojok Budaya yang dibina Pemerintah demokrasi yang dikemas dalam permainan ataupun Desa Panggungharjo berinisiatif menghidupkan saat membuat mainan. Hal ini menunjukan bahwa kembali tradisi dolanan anak melalui keberadaan Kampung Dolanan Pandes merupakan wisata yang Kampung Dolanan Pandes. ramah anak karena dapat memenuhi kebutuhan anak untuk mengembangkan kemampuannya dengan Dengan mengunjungi Kampung Dolanan aman. Pandes, maka wisatawan dapat berinteraksi dengan pengrajin dolanan, kemudian dapat melihat proses Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pembuatannya serta dapat berlatih membuat dolanan dolanan anak berasal bahan alami yang berasal itu sendiri. Selain dolanan, di Kampung Dolanan dari lingkungan sekitar seperti bambu dan kayu, Pandes juga mengajarkan permainan tradisional serta sebagian memanfaatkan kertas bekas seperti seperti jamuran, dakon, cublak-cublak suweng, gobak kardus. Dengan kreatifitas, bahan tersebut diolah sodor dan lain-lain. Dilihat dari ciri dolanan yang menjadi produk mainan tradisional yang memiliki dimainkan, menurut Bimo Wicaksono (36 th) Ketua nilai ekonomi lebih. Karena terbuat dari bahan alami, Kampung Dolanan Pandes, permainan tradisional tentunya dolanan anak-anak ini tidak berbahaya tersebut memiliki ciri yaitu mengembangkan karena tidak dapat mengganggu kesehatan. Hal ini wiraga (raga/jasmani), wicara (berbicara), wirama tidak seperti mainan yang banyak diperjual-belikan (memiliki irama) dan wirasa (melatih kepekaan/ rasa). saat ini yang terbuat dari bahan plastik yang biasanya Adapun fungsi dari dolanan bagi anak di antaranya mengandung phthalates, cadmium, timbal dan bahan melatih emosi anak, mengajarkan anak untuk patuh kimia lain yang berbahaya. terhadap peraturan, belajar demokrasi, wujud ekspresi kebebasan, dan yang paling penting adalah Upaya pelestarian lingkungan perlu melibatkan menciptakan rasa senang. Dan hanya permainan generasi muda dengan mengenalkan permainan tradisonal lah yang memfasilitasi anak yang belum dan mainan yang ramah lingkungan. Semua itu bisa dapat bermain karena sesuatu hal seperti misalnya ditemui di Kampung Dolanan Pandes. Selain dapat belum cukup umur atau karena hambatan fisik anak. mengetahui jenis-jenis dolanan dan permainan Anak tersebut kemudian disebut sebagai bawang tradisional yang ada di masa lalu, anak juga bisa kotong. Dolanan inilah yang kemudian menjiwai mengasah kreatifitasnya dengan membuat atau warga Pandhes untuk mencintai pekerjaan mereka, menyusun mainannya sendiri dengan memanfaatkan lebih banyak yang memilih usaha mandiri (swasta), bahan-bahan dari alam atau bahan dari barang bekas, dan mewariskan nilai-nilai tersebut ke generasi sehingga secara tidak langsung anak dapat bermain setelahnya. sekaligus belajar untuk melestarikan lingkungan.

Hai, namaku PONG Halo, sahabat geomaritime. Mari berkenalan dengan PONG! Siapakah dia? Pong merupakan maskot dari Parangtritis Geomaritime Science Park. Pong adalah representasi dari kelomang atau kepiting pertapa yang dapat ditemukan di pesisir, termasuk di Pantai Parangtritis. Pong adalah kombinasi dari kelomang dan tumbuhan spinifex. Kelomang dan spinifex dipilih karena dua biota ini dilihat dari keunikan karakteristiknya. Pong adalah karakter yang riang, komunikatif, dan penuh semangat dalam belajar dan berteman. Rasa ingin tahunya yang tinggi membuatnya aktif dalam menjaga pengembangan dan kelestarian pesisir. SCAN LOKASI Alamat: s.id/lokasipgsp Parangtritis Geomaritime Science Park Depok, Parangtritis, Kec. Kretek, Kab. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55772 ISSN 2503-4677


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook