Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Pemotretan Udara dengan UAV untuk Mendukung Kegiatan Konservasi Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Pemotretan Udara dengan UAV untuk Mendukung Kegiatan Konservasi Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Published by Parangtritis Geomaritime Science Park, 2017-01-21 06:19:35

Description: Pemotretan Udara dengan UAV untuk Mendukung Kegiatan Konservasi Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis adalah salah satu makalah yang dipresentasikan secara oral di acara Simposium Nasional Sains Geoinformasi (SNSG) 2015

Keywords: UAV,Gumuk pasir

Search

Read the Text Version

PROSIDING 25 – 26 November 2015 PUSPICS Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Simposium Nasional Sains Geoinformasi IV 2015:Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam Mendukung Penanganan Isyu-Isyu Strategis Nasional Prosiding Simposium Nasional Sains Geoinformasi ~ IV 2015 Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam Mendukung Penanganan Isyu-Isyu Strategis Nasional Tim Editor: Pramaditya Wicaksono, Muhammad Kamal, Sri Lestari, Ikhsan Wicaksono, Dicky Setiady, Angela Belladova Arundina PUSPICSFakultas Geografi Universitas Gadjah Mada YOGYAKARTA 2015ii |

Simposium Nasional Sains Geoinformasi IV 2015:Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam Mendukung Penanganan Isyu-Isyu Strategis NasionalProsiding Simposium NasionalSains Geoinformasi ~ IV 2015Penguatan Peran Sains Informasi Geografidalam Mendukung Penanganan Isyu-Isyu Strategis NasionalTim Editor:Pramaditya Wicaksono, Muhammad Kamal,Sri Lestari, Ikhsan Wicaksono, Dicky Setiady, AngelaBelladova ArundinaHak cipta © 2015PUSPICSFakultas Geografi Universitas Gadjah MadaHak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isibuku dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau denganteknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit. Simposium Nasional Sains Geoinformasi PUSPICS Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Sekip Utara, Yogyakarta 55281 Telp/Fax: 0274-521459 Website: http://www.simposiumgeoinformasi.tk/ Email: [email protected], [email protected] Wicaksono, Muhammad Kamal, Sri Lestari, Ikhsan Wicaksono, Dicky Setiady, Belladova Prosiding Simposium Nasional Sains Geoinformasi ~ IV 2015 Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam Mendukung Penanganan Isyu-Isyu Strategis Nasional Yogyakarta: PUSPICS Fakultas Geografi UGM, 2015 837hlm.ISBN: 978-602-73620-0-0 I. Judul1. Prosiding Diterbitkan Desember 2015 PUSPICS Fakultas Geografi Universitas Gadjah Madaiii |

Simposium Nasional Sains Geoinformasi IV 2015:Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam MendukungPenanganan Isyu-Isyu Strategis Nasional PEMOTRETAN UDARA DENGAN UAV UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN KONSERVASI KAWASAN GUMUK PASIR PARANGTRITIS Edwin Maulana 1, 2, Theresia Retno Wulan 1, 3 1 Parangtritis Geomaritime Science Park, Badan Informasi Geospasial, Kretek, Bantul DIY Email: [email protected], [email protected] 2 Magister Manajemen Bencana, Universitas Gadjah Mada, Sleman 55281 3 Program Doktoral Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Sleman 55281 Corresponding author: [email protected] ABSTRAKGumuk pasir memiliki banyak fungsi bagi kehidupan. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi secara cepatdi kawasan pesisir Parangtritis mengancam keberadaan gumuk pasir barkhan Parangtritis. Perencanaan danpenataan wilayah perlu dilakukan untuk menyelamatkan keberadaan geoheritage gumuk pasir barkhanParangtritis. Pemotretan udara dengan menggunakan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) fixed wing tipe Avesmk 14 mini dilakukan untuk memperoleh data foto udara dengan resolusi tinggi. Proses pemotretan udaradiawali dengan menentukan area of interest (AoI), dilanjutkan dengan memasang pre-mark danmerencanakan jalur terbang. Pengukuran pre-mark dilakukan dengan menggunakan GPS Geodetik sehinggatingkat akurasi 3D yang diperoleh sangat tinggi. Proses pemotretan udara di kawasan Parangtritis dilakukanpada pukul 07.00-10.00 WIB dengan pertimbangan angin, kabut dan faktor non-teknis lain. Pemotretanudara dilakukan dalam beberapa kali penerbangan UAV mengingat luasnya AoI dan kemampuanoperasional UAV. Data mentah hasil pemotretan udara diolah dengan menggunakan program AgisoftPhotoscan. Hasil kajian menunjukkan bahwa hasil pemotretan udara di Kawasan Parangtritis menghasilkandata foto udara dengan tingkat kedetailan yang tinggi. Resolusi spasial yang dihasilkan dari prosespemotretan udara kawasan Parangtritis adalah 8 cm. Data tersebut dapat dimanfaatkan untuk pemetaan skaladetail. Deteksi manual dan interpretasi visual penggunaan lahan mengacu pada Permen PU No 20 Tahun2011 tentang pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota. Hasil kajian menunjukkanbahwa zona inti gumuk pasir digolongkan sebagai Suaka Alam dan Cagar Budaya (SC) bagian dari kawasanyang memiliki khas tertentu berupa bentukan gumuk pasir barkhan.KATA KUNCI: Pemotretan Udara, Zonasi Gumuk Pasir1. PENDAHULUAN Gumuk pasir barkhan Parangtritis merupakan bentukalam pantai yang unik. Keberadaan gumukpasir barkhan Parangtritis saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Perubahan penggunaan lahan yangtidak terkontrol menyebabkan luas gumuk pasir barkhan Parangtritis menurun drastis. Pembangunanpemukiman, sarana wisata, penghijauan, pembukaan lahan pertanian, dan pembukaan tambak adalahserangkaian kegiatan yang mengancam keberadaan gumuk pasir barkhan Parangtritis. Puspitasari (2011)mengemukakan bahwa hampir setiap dekade, luas gumuk pasir barkhan Parangtritis terus menurun. Hasilpenelitian Puspitasari (2011) menunjukkan bahwa terjadi penurunan luas areal bergumuk pasir dari tahun1972 sampai 2006. Penurunan luas gumuk pasir Parangtritis yang terjadi dari tahun 1972 hingga 2006 dapatdilihat pada Gambar 1. Luas Gumuk Pasir (ha) 400 342 300 200 182 166 153 100 0 1980 1990 2000 2010 1970 Tahun Gambar 1. Grafik penurunan luas gumuk pasir Parangtritis. Sumber: Puspitasari, 2011399 |

Simposium Nasional Sains Geoinformasi IV 2015:Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam MendukungPenanganan Isyu-Isyu Strategis Nasional Sidik cepat yang dilakukan oleh tim dari Parangtritis Geomaritime Science Park pada pertengahantahun 2015 menyebutkan bahwa luas gumuk pasir barkhan Parangtritis kurang dari 50 ha. Respon cepatyang dilakukan pemerintah dan akademisi untuk menyelamatkan keberadaan gumuk pasir barkhanParangtritis adalah dengan diterbitkannya Surat Keputusan untuk menjaga kawasan geoheritage. Penetapanitu dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Badan Geologi Nomor 1157.K/73/BGL/2014 tanggal 2Oktober 2014 tentang Penentuan Kawasan Cagar Alam Geologi DIY. Salah satu tindakan riil yang dapatdilakukan untuk mendukung SK Badan Geologi dalam penyelamatan gumuk pasir adalah melalui upayakonservasi kawasan gumuk pasir Parangtritis. Agihan gumuk pasir yang tersisa di kawasan Parangtritisdapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Gumuk pasir Parangtritis yang masih ada. Sumber: Maulana, 2015 Langkah awal untuk perencanaan konservasi gumuk pasir Parangtritis adalah dengan melakukanpemetaan detail. Data yang digunakan untuk melakukan pemetaan detail kawasan Parangtritis adalah datafoto udara small format. Data foto udara small format diperoleh dengan menggunakan UAV (UnmannedAerial Vehicle). Pemanfaatan UAV untuk menyadap foto udara akhir-akhir ini semakin meningkat(Ruzgiene et al., 2015). UAV memiliki keunggulan dalam hal pembiayaan, pengecekan, pengamatan,pengintaian dan pemetaan (Remondino, 2011). Lebih lanjut, UAV merupakan alternatif yang sangat baikdalam proses pemetaan detail suatu wilayah karena dapat menghasilkan data spasial dan temporal resolusitinggi dengan biaya relatif murah (Uysal et al., 2015). Secara umum, teknologi UAV dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian, kehutanan, arkeologi,warisan kebudayaan, monitoring lalulintas, rekonstruksi 3D, survei lingkungan dan kebumian (Remondino,2011). Aplikasi teknologi UAV juga dimanfaatkan untuk kepentingan saintifik (Eisenbeiss, 2009).Teknologi UAV dalam kajian ini dimanfaatkan untuk menyadap foto udara small format. Data foto udarasmall format dimanfaatkan untuk melakukan pemetaan detail kawasan konservasi gumuk pasir barkhanParangtritis.2. STUDI AREA Penelitian ini dilakukan di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DaerahIstimewa Yogyakarta. Desa Parangtritis merupakan wilayah paling selatan dari Kabupaten Bantul danterletak kurang lebih 30 km di sebelah selatan Kota Yogyakarta. Gumuk pasir Parangtritis memiliki artipenting bagi Yogyakarta karena merupakan salah satu kawasan yang mendukung keistimewaan Yogyakartabersama Gunung Sewu dan Gunungapi Merapi. Desa Parangtritis terdiri dari 11 dusun, sedangkan gumukpasir terletak di Dusun Depok, Grogol IX, Grogol X dan Grogol XI. Lokasi penelitian terletak antara 80 00‘ 41,6‖ - 80 01‘ 42,3‖ LS dan 1100 20‘ 25,5‖ - 1100 18‘ 8,3‖BT. Luas obyek kajian dalam penelitian ini adalah 413 ha. Lokasi penelitian memiliki relief yang datarhingga bergelombang. Kemiringan lereng didominasi oleh kelas lereng 0-3 %. Elevasi lokasi penelitianberkisar antara 0-41 mdpal. Lokasi gumuk pasir berbatasan langsung dengan laut. Proses geomorfologispada lokasi penelitian adalah marine dan aeolian. Kecepatan angin rata-rata pada lokasi penelitian di atas 6400 |

Simposium Nasional Sains Geoinformasi IV 2015:Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam MendukungPenanganan Isyu-Isyu Strategis Nasionalm/s. Kegiatan manusia pada lokasi penelitian didominasi oleh kegiatan pariwisata, perdagangan danpertanian. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Lokasi Penelitian Sumber: BingMap, 20123. DATA DAN METODE Secara umum, metode yang dilakukan dalam pemotretan udara dikelompokkan menjadi tiga tahapyaitu (1) pra-lapangan, (2) lapangan dan (3) pasca-lapangan. Tahap pra-lapangan meiliputi tahap persiapanperalatan, penentuan area of interest (AoI), instalasi Ground Control Point (GCP) dan perencanaan jalurterbang. Jumlah GCP yang direkam adalah 9 poin sehingga akurasi 3D yang dihasilkan dapat maksimal.Peralatan yang dipersiapkan berupa dua unit UAV tipe fixed wing, Global Positioning System (GPS)Geodetik dan peta Rupa Bumi Indonesia lembar Desa Parangtritis. Citra dan foto udara terdahulu digunakanuntuk menentukan AoI. Proses pemotretan udara dilakukan oleh pilot dan co-pilot. Pilot bertugas untuk menerbangkanpesawat hingga ketinggian tertentu sebelum dialihkan ke mode auto. Setelah semua daerah yang difotoselesai, pilot bertugas untuk mendaratkan pesawat. Co-pilot bertugas untuk memantau kecepatan pesawat,tinggi terbang pesawat, lokasi terbanya pesawat, dan mendowload data hasil pemotretan. Tahap pasca-lapangan meliputi pengolahan data hasil pemotretan udara sehingga menghasilkan ortophoto. Data hasilpemotretan udara diolah lebih lanjut dengan Agisoft Photoscan sehingga hasil pemotretan udara dapat diolahlebih lanjut. Foto udara merupakan sumber yang digunakan dalam pemetaan detail zona konservasi gumuk pasirbarkhan Parangtritis. Deteksi manual serta interpretasi visual digunakan untuk memetakan detailpenggunaan lahan di zona konservasi gumuk pasir barkhan Parangtritis. Pengecekan lapangan dilakukansecara sampling untuk mengecek hasil interpretasi. Analisis deskriptif eksploratif digunakan untukmenentukan rekomendasi pemanfaatan lahan di zona konservasi gumuk pasir barkhan Parangtritis. Secaraumum langkah-langkah penelitian ini disajikan pada Gambar 4.Penentuan Area Perekaman dan Ground Checking Peta Penggunaan Pemotretan Pemotretan Udara Lahan Aktual Foto Udara Mosaik Peta Penggunaan Rekomendasi Data GCP ortophoto Lahan Tentatif Penataan Zona Konservasi Gumuk Pasir BarkhanPerencanaan Pengukuran GCP Data InterpretasiJalur Terbang Foto Udara Penggunaan Lahan dan GCP Foto Udara Gambar 4. Diagram Alir Penelitian. Sumber: Analisis, 2015401 |

Simposium Nasional Sains Geoinformasi IV 2015:Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam MendukungPenanganan Isyu-Isyu Strategis Nasional4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Pemotretan Udara Gumuk Pasir Parangtritis dengan UAV4.1.1. Tahap pra-lapangan Tahap pra-lapangan dalam pemotretan udara gumuk pasir Parangtritis diawali dengan menentukanarea pemotretan. Area pemotretan dalam penelitian ini merupakan kawasan yang termasuk dalam SK.ESDM tentang geoheritage. Luasan area pemotretan berkisar 500 ha yang membentang dari PantaiParangtritis hingga Pantai Depok, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. Kondisi fisik area pemotretan yangberbatasan langsung dengan samudera Hindia sedikit kurang menguntungkan. Hal tersebut dikarenakanwilayah pesisir memiliki kecepatan angina yang cukup tinggi. Hambatan tersebut diperparah dengan adanyabukit di sebelah timur dari lokasi penelitian yang berpotensi mengubah arah angin pada waktu-waktutertentu. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan melakukan pemilihan wahana dan instrument yangtepat untuk pengambilan data. Wahana yang dipilih untuk pengambilan data foto udara pada lokasi penelitian adalah UAV dengantipe fixed wing Aves mk 14 mini. UAV ini memiliki bentang sayap 950 mm dengan daya jelajah lebih dari30 km. Kecepatan jelajah maksimal yang dimiliki Aves mk 14 mini adalah 50 km/jam. Berat terbang UAVadalah 1000 gram, sedangkan beban angkut adalah 150 gram. Instrumen perekaman foto udara yang diinstalpada Aves mk 14 mini adalah kamera pocket berjenis Canon PS 2500. Kamera ini memiliki resolusi 16MPix. Dimensi pixel Canon PS 2500 adalah 4608 x 3456 pixel, sedangkan dimensi sensor Canon PS 2500adalah 6,17 x 4,55 mm. Sebelum diinstal pada wahana, kamera yang digunakan untuk perekamandikalibrasi untuk menentukan nilai distorsi pada kamera. Wahana dan instrument yang digunakan untukperekaman foto udara dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Wahana dan instrument yang digunakan dalam perekaman foto udara. Sumber: Maulana, 2015 Pemasangan titik ikat di lapangan dilakukan sebelum proses pemotretan udara dilakukan (pre-mark). Pemasangan titik ikat di lapangan dilakukan untuk mengetahui nilai lintang, bujur dan elevasi.Pemetaan foto udara small format memerlukan akurasi 3D yang cukup tinggi, sehingga dalam penelitian inipengukuran titik ikat dilakukan dengan menggunakan GPS Geodetik. Titik ikat yang digunakan dalampenelitian ini adalah sembilan buah. Titik ikat diletakkan pada daerah yang mudah diamati dandiinterpretasi. Kegiatan pengambilan data titik control dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. GPS Geodetik yang digunakan untuk mengukur nilai lintang, bujur dan elevasi. Sumber: Maulana, 2015402 |

Simposium Nasional Sains Geoinformasi IV 2015:Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam MendukungPenanganan Isyu-Isyu Strategis Nasional Perencanaan jalur terbang (flight plan) merupakan unsur penting dalam proses pemotretan udara.Uysal et al., (2015) mengemukakan bahwa dalam perencanaan jalur terbang harus memperhatikan kondisicuaca daerah penelitian, insolasi, perangkat dan kemungkinan eror yang dapat mengganggu hasilpemotretan. Lebih lanjut, Satya et al., (2015) mengemukakan bahwa beberapa parameter yang ditentukandalam pembuatan flight plan detil antara lain ketinggian terbang, persentase overlap (endlap-sidelap),kecepatan wahana, kecepatan rana, interval pemotretan (setting intervalometer), focal length, jarak terbangmaksimal, arah jalur terbang, arah dan kecepatan angin, waktu pemotretan, dan parameter lain yang bersifatteknis.Pembuatan jalur terbang pada area of interest (AoI) dilakukan dengan menggunakan software MissionPlanner. Melalui program Mission Planner dilakukan pengaturan untuk tinggi terbang denganmemperhatikan resolusi foto udara yang ingin diperoleh, jarak dan arah jalur terbang, serta presentaseoverlap. Setting ketinggian pesawat diatur pada ketinggian 280 m di atas permukaan tanah untukmenghasilkan foto udara dengan resolusi di bawah 10 cm. Endlap diatur sebesar 80% dan sidelap diatursebesar 60 %. Arah jalur terbang diatur untuk memotong arah angin (cross wind). Cara pengecekan arahangina dilakukan secara tradisional, yaitu dengan melempar rumput ke udara sehingga kita bisa tahu kemanaarah rumput itu terbang jatuh. Luas sekali jalur terbang adalah 1 x 1 km, sehingga untuk pemotretan kawasangumuk pasir dilakukan beberapa kali proses pemotretan udara.4.1.2. Tahap lapangan Pemotretan udara di kawasan Parangtritis memiliki beberapa tantangan dan hambatan. WilayahParangtritis yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia menyebabkan kecepatan angin rata-ratacenderung tinggi. Faktor penghambat selanjutnya adalah kabut. Keberadaan kabut cukup mengganggu hasilpemotretan, sehingga harus diatur waktu yang tepat agar hasil foto yang dihasilkan sesuai harapan. Faktornon-teknis selanjutnya adalah karena wilayah Parangtritis sering digunakan untuk latihan pesawat dari TNIAU dan juga digunakan untuk olahraga di udara seperti paralayang maupun gantole. Hal ini menjadipenghambat karena proses penerbangan menggunakan UAV dapat mengganggu keselamatan orang lain.Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, maka proses pemotretan UAV di kawasan Parangtritis hanyadapat dilakukan dari jam 07.00 – 10.00 WIB. Proses perekaman foto udara di lapangan dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalahpilot yang menerbangkan pesawat hingga ketinggian tertentu dan kemudian dilakukan setting auto-pilot.Wahana yang berupa Aves mk 14 mini mengikuti jalur terbang yang sudah dibuat. Tugas pilot dan co-pilotselanjtnya adalah memantau kecepatan, tinggi dan arah terbang pesawat melalui Mission Planner. Setelahwahana mencapai titik akhir pemotretan, setting wahana kembali diganti dengan mode manual untuk prosespendaratan pesawat. Proses pendaratan dilakukan dengan metode horizontal landing. Dokumentasi dilapangan saat pemotretan udara dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Proses pemotretan udara. Sumber: Maulana, 2015 Proses yang dilakukan setelah pesawat landing adalah mendowload data yang ada pada instrumentperekaman yang berupa kamera saku berjenis Canon PS 2500. Proses pengunduhan data foto udara yang adapada kamera dilakukan secara manual, yaitu dengan mengambil memori pada kamera dan disalin padakomputer. Foto yang sudah disalin, selanjutnya dicek apakah sesuai dengan hasil yang diinginkan. Proses pemotretan foto udara dilanjutkan seperti proses awal pada wilayah yang berbeda. Sebelumkembali melakukan proses penerbangan kembali, dilakukan pergantian daya wahana (batrei) dan pengecekanterhadap komponen wahana seperti motor, ESC (electronic speed control), servo, radio control Receiver,403 |

Simposium Nasional Sains Geoinformasi IV 2015:Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam MendukungPenanganan Isyu-Isyu Strategis Nasionaldata radio, GPS dan autopilot. Beberapa contoh hasil pemotretan udara yang ada di wilayah Parangtritisdapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Beberapa data hasil proses pemotretan udara yang belum diolah. Sumber: Maulana, 20154.1.3. Tahap pasca-lapangan Pemrosesan foto udara dilakukan untuk menghasilkan orthofoto. Orthophoto merupakan foto udarayang telah teroktorektifikasi sehingga yang semula memiliki proyeksi central menjadi proyeksi orthogonaldan memiliki akurasi geometri objek yang benar. Ortorektifikasi adalah proses koreksi geometri dari citrasehingga tiap piksel akan tampak dipotret dari atas, atau berproyeksi orthogonal (Rosaji et al., 2015).Orthophoto dapat dimanfaatkan untuk pemetaan secara spefisik, seperti pemetaan pemukiman maupuninfrastruktur yang membutuhkan tingkat ketelitian tinggi (Guan et al., 2013; Poznanska et al., 2013),sehingga data orthophoto sangat layak untuk digunakan untuk mendukung penataan zona gumuk pasirParangtritis. Pemetaan skala detail ini mutlak diperlukan untuk meminimalkan konflik maupunpermasalahan dalam penataan zona gumuk pasir. Pemrosesan hasil pemotretan udara dilakukan dengan menggunakan software Agisoft Photoscan.Langkah awal yang dilakukan adalah koreksi foto udara. Koreksi diperlukan untuk meningkatkan kualitashasil foto udara dan meminimalkan distorsi geometrik. Koreksi juga dilakukan untuk meningkatkan kualitasfoto udara dengan cara penajaman kontras foto (enhancement), menyesuaikan kecerahan (brightness) dankontras (contrast). Block bundle adjustment dilakukan untuk mentransformasikan foto dari koordinat foto(oreientasi relatif) ke koordinat tanah (orientasi absolut) dengan memanfaatkan area overlap dan sidelapdimana terdapat titik-titik yang bersesuaian (tie points) pada area tersebut (Rosaji et al., 2015). Prosesselanjutnya adalah melakukan proses ortorektifikasi, georeferensi dan mozaik foto udara secara bersamaan.Proses tersebut akan menghasilkan mosaic orthophoto yang telah memiliki referensi koordinat permukaanbumi. Data hasil akhir pemotretan udara menghasilkan ground square distance (GSD) sebesar 8 cm. Datatersebut sudah sangat cukup digunakan untuk pemetaan detail wilayah. Contoh kenampakan orthophotohasul pemotretan udara dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Contoh kenampakan orthophoto. Sumber: Maulana, 2015404 |

Simposium Nasional Sains Geoinformasi IV 2015:Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam MendukungPenanganan Isyu-Isyu Strategis Nasional4.2. Pemetaan Detail Kawasan Konservasi Gumuk Pasir Barkhan Parangtritis Informasi detail wilayah diperlukan untuk pengambilan keputusan (Delden et al., 2011). Data hasilpemotretan udara digunakan untuk melakukan pemetaan detail wilayah zona konservasi gumuk pasirbarkhan Parangtritis. Dalam melakukan pemetaan detail yang perlu diperhatikan adalah sumber data untukanalisis, yaitu resolusi spasial data citra ataupun foto udara. Tobler (1998) telah melakukan penelitianmengenai hubungan antara skala pemetaan dengan resolusi raster dengan memperhatikan obyek yang dapatdiamati. Hasil penelitian Tobler (1998) menyebutkan bahwa skala pemetaan dapat dihitung dengan rumus:Skala Pemetaan = Resolusi Raster (m) x 2 x 1000 (1) Data hasil pemotretan udara memiliki reolusi 8 cm. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakanrumus Tobler (1998), maka skala peta yang dapat dihasilkan dari data foto udara small format adalah 160.Pemetaan detail detail wilayah zona konservasi gumuk pasir barkhan Parangtritis dilakukan pada skalapemetaan 1:5.000, sehingga data foto udara small format yang telah dihasilkan lebih dari cukup untukdijadikan sebagai dasar pemetaan. Deteksi maual dan interpretasi visual penggunaan lahan zona konservasi gumuk pasir barkhanParangtritis dilakukan pada setiap zona konservasi untuk memudahkan pengelolaan lahan ke depan. Zonakonservasi gumuk pasir barkhan Parangtritis memiliki 3 zona, yaitu zona inti gumuk pasir, zona penunjanggumuk pasir dan zona terbatas gumuk pasir (Gambar 10). Interpretasi dilakukan dengan menggunakan 9kunci intrepretasi foto udara yang meliputi rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi, bayangan,situs dan asosiasi. Klasifikasi penggunaan lahan mengacu pada Permen PU No 20 Tahun 2011 tentangpedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota. Data hasil deteksi maual daninterpretasi visual foto udara small format dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3. Gambar 10. Zona konservasi gumuk pasir barkhan Parangtritis. Sumber: Maulana, 2015 Tabel 1. Hasil Interpretasi Detil Penggunaan Lahan Zone Inti No Penggunaan Lahan Luas (ha) % 1 Belukar 0.73 0,5 2 Beting Pantai 0.32 0,2 3 Gumuk Pasir 30.78 21,8 4 Hutan Lahan Kering 68.09 48,2 5 Jalan 1.83 1,3 6 Ladang 6.12 4,3 7 Lahan Terbangun 0.13 0,1 8 Lahan Terbuka 23.41 16,6 9 Pemukiman 2.02 1,4 10 Semak 6.61 4,7 11 Tambak 1.11 0,8 141.15 100 Total Sumber: Interpretasi Foto Udara, 2015 Tabel 2. Hasil Interpretasi Detil Penggunaan Lahan Zone Terbatas No Penggunaan Lahan Luas (ha) % 1 Bangunan 0.13 0,1 2 Belukar 5.72 6,0 3 Beting Pantai 0.89 0,9 4 Hutan Lahan Kering 5.66 5,9 5 Jalan 1.19 1,3405 |

Simposium Nasional Sains Geoinformasi IV 2015:Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam MendukungPenanganan Isyu-Isyu Strategis Nasional 6 Ladang 9.28 9,7 7 Lahan Terbangun 0.43 0,4 8 Lahan Terbuka 35.06 36,8 9 Pemukiman 21.92 23,010 Sawah Irigasi 5.25 5,511 Semak 9.51 10,012 Sungai 0.04 0,013 Tambak 0.21 0,2 95.3 100 TotalSumber: Interpretasi Foto Udara, 2015 Tabel 3. Hasil Interpretasi detil Penggunaan Lahan Zona Penunjang No Penggunaan Lahan Luas (ha) % 1 Belukar 17.92 10,1 2 Beting Pantai 6.52 3,7 3 Gumuk Pasir 2.66 2,4 4 Hutan Lahan Kering 71.95 40,7 5 Jalan 3.06 1,7 6 Ladang 3.91 2,2 7 Lahan Terbangun 1.61 0,9 8 Lahan Terbuka 36.19 20,5 9 Pemukiman 6.07 3,4 10 Saluran Irigasi 1.65 0,1 11 Sawah Irigasi 0.26 0,2 12 Semak 0.30 9,7 13 Tambak 17.19 3,7 14 Tubuh Air 6.46 0,5 176.6 100 TotalSumber: Citra Foto Udara Tahun 2015 Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentukan gumuk pasir aktif yang tersisa di zona inti gumukpasir adalah 30,78 ha atau 21,8 %. Jumlah tersebut tergolong sangat sempit mengingat luas keseluruhan zonainti gumuk pasir adalah 141,15 ha. Zona inti gumuk pasir sebagian wilayahnya telah ditumbuhi oleh pohonCemara Udang dan pohon Akasia yang mengganggu pertumbuhan gumuk pasir barkhan. Luas vegetasi yangberupa hutan lahan kering tersebut adalah 68,09 ha atau 48, 2 %. Zona inti gumuk pasir idealnya merupakan zona yang benar-benar steril dari penggunaan lahanselain gumuk pasir. Penggunaan lahan selain gumuk pasir seluas 110,37 ha atau 78,2 % seharusnya dikelolalebih arif sehingga keberadaan gumuk pasir barkhan tetap terjaga. Pengelolaan zona inti gumuk pasir mutlakperlu dilakukan karena keberadaan gumuk pasir barkhan merupakan salah satu fenomena yang mendukungkeistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta di samping Gunungapi Merapi dan Gunung Sewu. Berdasarkanhasil kajian yang mengacu pada Permen PU No 20 Tahun 2011 tentang pedoman Penyusunan RDTR danPeraturan Zonasi Kabupaten/Kota, zona inti gumuk pasir digolongkan sebagai Suaka Alam dan CagarBudaya (SC) bagian dari kawasan yang memiliki khas tertentu berupa bentukan gumuk pasir barkhan.Fungsi penetapan zona inti gumuk pasir barkhan menjadi suaka alam dan cagar budaya adalah terjaganyaekosistem keunikan alam yang berupa gumuk pasir barkhan. Hasil interpretasi yang dilakukan pada zona terbatas gumuk pasir menunjukkan bahwa zonaterbatas gumuk pasir didominasi oleh lahan terbuka dan pemukiman. Zona terbatas gumuk pasir berfungsisebagai lorong angin untuk pergerakan angin dalam pembentukan Gumuk Pasir. Penataan zona terbatasgumuk pasir perlu dilakukan secara perlahan sehingga tenaga aeolian tidak terganggu. Zona inidirekomendasikan untuk pemanfaatan bangunan penginapan, beting pantai, semak, belukar, hutan lahankering, ladang, bangunan dan permukiman terbatas. Zona penunjang gumuk pasir didominasi oleh hutanlahan kering, lahan terbuka, tambak dan pemukiman. Zona ini merupakan destinasi wisata kuliner diParangtritis. Zona penunjang gumuk pasir direkomendasikan untuk pemanfaatan beting pantai, RTH gumukpasir, semak, belukar, hutan lahan kering, dan lahan terbangun, permukiman dan tambak.5. KESIMPULAN Pemotretan udara dengan menggunakan UAV telah dilakukan di kawasan Parangtritis, Yogyakarta.Beberapa penyesuaian dalam pemotretan dilakukan untuk meminimalkan hambatan dalam prosespemotretan di kawasan Parangtritis, yaitu angina, kabut dan factor non-teknis lainnya. Data orthophoto hasil406 |

Simposium Nasional Sains Geoinformasi IV 2015:Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam MendukungPenanganan Isyu-Isyu Strategis Nasionalpemotretan udara memiliki resolusi spasial 8 cm. Data tersebut sangat layak untuk digunakan sebagai dasarpemetaan detail zona konservasi gumuk pasir Parangtritis. Luas gumuk pasir di zona inti saat ini hanyatersisa 30,78 ha dari luas zona inti sebenarnya 141,15 ha. Penetapan zona inti gumuk pasir sebagai sebagaiSuaka Alam dan Cagar Budaya (SC) diharapkan dapat menyelamatkan keberadaan gumuk pasir barkhan.UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Prof. Junun Sartohadi, M.Sc danSyamsul Bachri, P.hd yang selalu membimbing penulis hingga sekarang. Selanjutnya ucapan terima kasihdisampaikan kepada Fakultas Geografi UGM, terutama Prof. Dr. Sunarto MS dan kolega yang menginisiasikegiatan edu-restorasi gumuk pasir Parangtritis. Terima kasih juga disampaikan kepada Mas Hufan (PPIT-BIG), Pak Barandi (Fak. Geografi UGM) dan tim Mitra Geotama yang diwakili oleh Mas Fredi ataskerjasamanya dalam pemotretan udara Desa Parangtritis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepadaPemda DIY, Pemkab. Bantul dan rekan-rekan PGSP yang selalu mendukung kelancaran kegiatan penulisanpaper ini.DAFTAR PUSTAKADelden, H. Van, Vliet, J. Van, Rutledge, D.T., Kirkby, M.J., (2011), Comparison of scale and scaling issues in integrated land-use models for policy support. Agric. Ecosyst. Environ. 142, 18–28Elbelrhiti, H., Andreotti, B., Claudin, P., (2008), Barchan dune corridors: field characterization and investigation of control parameters. J. Geophys. Res. Planets 113 (F2).Eisenbeiss, H., (2009), UAV Photogrammetry, Institute of Geodesy and Photogrammetry, Diss. ETH No. 18515, ETH Zurich, pp. 235Guan, H.Y., Li, J., Chapman, M., Deng, F., Ji, Z., Yang, X., (2013), Integration of orthoimagery and lidar data for object-based urban thematic mapping using random forests. Int. J. Remote Sens. 34, 5166–5186Poznanska, A.M., Bayer, S., Bucher, T., 2013. Derivation of urban objects and their attributes for large-scale urban areas based on very high resolution UltraCam true orthophotos and nDSM – a case study Berlin, Germany. Earth Resour. Environ. Remote Sens./Gis Appl. Iv 8893.Puspitasari, I.Y., (2011), Perkembangan Gumuk Pasir dan Perubahan Penggunaan Tanah di Gumuk Pasir Pantai Parangtritis Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Departemen Geografi FMIPA Universitas IndoensiaRemondino, F., Barazzetti, L., Nex, F., Scaioni, M., Sarazzi, D., (2011), UAV Photogrammetry for mapping and 3D modeling current status and future perspectives, ISPRS ICWG I/V UAV-g Conference, Zurich, SwitzerlandRosaji, F., Nurvensia, Y.T., Haidir, A., Handayani, W., (2015), Perencanaan, Akuisisi dan Pengolahan Foto Udara Menggunakan Teknologi UAV Sebagai Alternatif Pemenuhan Data Spasial, Materi Pelatihan UAV, CV. Mitra Geotama, YogyakartaRuzgiene, B., Berteška, T., Gecyte, S., Jakubauskiene, E., Aksamitauskas, V.C., (2015), The surface modelling based on UAV Photogrammetry and qualitative estimation, Measurement 73 (2015) 619–627Tobler, W., (1988), Resolution, Resampling, and All That. - In: Mounsey, H. & Tomlinson, R. (Eds.); Building Data Bases for Global Science. London, Taylor and Francis, pp. 129-137.Uysal, M., Toprak, A.S., Polat, N., (2015), DEM generation with UAV Photogrammetry and accuracy analysis in Sahitler hill, Measurement 73 (2015) 539–543407 |

PUSPICS ©2015


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook