Heryana, A. (2021). Masalah Kompleksitas dan Teori Kompleksitas. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem. Tidak dipublikasikan. MASALAH KOMPLEKSITAS DAN TEORI KOMPLEKSITAS Ade Heryana, SST, MKM Universitas Esa Unggu email: [email protected] 26 Agustus 2021 ABSTRAK Artikel bertujuan membahas pengertian masalah kompleksitas terutama pada sistem organisasi, serta teori kompleksitas yang melatarbelakangi pemahaman sistem. Penulisan artikel dilakukan dengan meninjau berbagai jurrnal dan buku yang relevan. Permasalahan kompleksitas pada sistem (manusia/hewan atau benda mati lainnya) umumnya terdiri dari lima tingkatan yaitu simple, complicated, complex, chaos, disorder. Pada sistem yang mengalami masalah kompleks, sebisa mungkin sistem akan menyesuaikan diri dengan lingkungan supaya tidak mengalami chaos. Agar sistem dapat berjalan dengan optimal, sistem akan menyederhanakan masalah kompleks tersebut menjadi sederhana. Fenomena masalah kompleks pada sistem dipelajari dengan sebuah konsep/teori yang disebut teori kompleksitas (complexity theory). Teori ini berkembang dari pemecahan masalah pada ilmu-ilmu alam dan hingga kini banyak digunakan pada ilmu-ilmu sosial. Kompleksitas pada sistem kesehatan dipelajari dengan analisis situasi menggunakan pendekatan ilmu kompleksitas. PENDAHULUAN Jika Anda saat ini bekerja di rumah sakit besar tipe A atau pernah menjadi pasien rawat inap di rumah sakit dengan pelayanan yang sangat komplit maka dipastikan Anda akan bertemu dengan “kesemrawutan” yang terorganisir. Sebagai pasien Anda akan dilayani oleh berbagai macam pelayanan di dalam satu gedung rumah sakit mulai dari pemeriksaan dokter, pelayanan farmasi, pelayanan tindakan medis, pelayanan laboratorium dan sebagainya. Bahkan Anda akan memanfaatkan layanan lain di luar medis seperti parkir mobil, sarana ibadah, kantin, dan lain-lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa rumah sakit merupakan sebuah organisasi atau sistem yang begitu kompleks. Kenapa? Di rumah sakit banyak pihak sekali pihak yang terlibat dalam pelayanan mulai dari dokter, perawat, bidan, analis kesehatan, ahli gizi, penata rekam medis, tenaga farmasi, tenaga administrasi. Belum lagi Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem 1 of 14
Heryana, A. (2021). Masalah Kompleksitas dan Teori Kompleksitas. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem. Tidak dipublikasikan. tenaga medis dokter terbagi-bagi menjadi dalam berbagai profesi khusus atau spesialisasi. Pihak-pihak yang telahdisebutkan tadi adalah yang nampak oleh pasien. Masih ada pihak-pihak yang tidak terlihat langsung oleh pasien dalam pelayanan seperti tenaga kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, tenaga administrasi, supplier obat/alkes, hingga jejaring di luar rumah sakit. Pada artikel ini akan dijelaskan pengertian mendasar tentang masalah kompleksitas. Mahasiswa akan mempelajari hakikat dari masalah komplekss seperti apa. Dilanjutkan dengan pemahaman tentang teori kompleksitas sebagai filosofi dalam memahami permasalahan kompleks pada organisasi. Akhirnya mahasiswa akan dijelaskan karakteristik masalah kompleksitas di dunia nyata, terutama pada sistem kesehatan. PENGERTIAN KOMPLEKSITAS Masalah kompleksitas muncul karena ada begitu banyak variabel (aspek, komponen) yang harus dipertimbangkan dalam suatu permasalahan akibat interaksi dengan lingkungan. Misalnya pada sistem manusia, ketika kalian sekolah dasar mata pelajaran yang diberikan oleh guru tidak sekompleks mata kuliah di perguruan tinggi tentunya. Artinya semakin dewasa seorang pelajar maka pengalaman yang diterima akan semakin banyak sehingga interaksinya dengan orang lain semakin luas. Akibatnya kompleksitas masalah akan terus berkembang sejalan dengan usia. Namun sebelum melangkah lebh jauh membahas pengertian kompleksitas, ada baiknya mahasiswa memahami definisi sistem yang akan sering penulis jelaskan pada artikel ini. Sistem merupakan sebuah entitas (bisa manusia, hewan, organisasi, prosedur, alat dan sebagainya) terdiri dari komponen-komponen atau sub sistem (input, proses, output, umpan balik) yang saling berinteraksi, berhubungan dan berkaitan satu sama lain (gambar 1). Input Proses Output Umpan Balik (Feedback) Gambar 1. Komponen Sistem Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem 2 of 14
Heryana, A. (2021). Masalah Kompleksitas dan Teori Kompleksitas. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem. Tidak dipublikasikan. Kompleksitas pada sistem muncul akibat adanya: 1) interaksi (interaction) antar komponen sistem, sehingga terjadi perubahan dan dinamika pada sebuah sistem; dan 2) pengulangan (iteration) yaitu perputaran atau pembentukan sistem dalam jangka panjang (Klijn, 2008; Okwir et al., 2018; Tomé & Açıkalın, 2019). Contoh pada paragraf awal menunjukkan adanya proses iterasi atau pengulangan siklus tahun hidup seseorang hingga akhirnya ia dewasa dan menghadapi masalah hidup yang kompleks. Ketika siklus hidup terus berulang, manusia melakukan interaksi dengan orang lain yang memunculkan fenomena kompleksitas baru. Situasi yang dihadapi individu dan organisasi pada dasarnya terbagi menjadi lima macam: a. Situasi yang jelas sebab-akibatnya dan terus menerus berulang secara konsisten (simple context). Misalnya: jadwal kuliah yang dilakukan setiap jam 13.00- 15.00 merupakan situasi yang sederhana/simple karena jelas alasannya dan secara rutin dilakukan setiap minggu seperti itu. Cara bergabung ke dalam link Google Meet merupakan hal yang sederhana karena sering dilakukan berulang- ulang seperti itu. b. Situasi yang sebab-akibatnya jelas namun masih ada hal yang belum diketahui secara pasti atau membingungkan (complicated context). Misalnya: calon mahasiswa yang diterima kuliah di perguruan tinggi namun masih bingung memperoleh dana dari mana. c. Situasi yang memerlukan banyak sekali perhatian/pertimbangan dan umumnya banyak hal-hal yang tidak diketahui sebab-akibatnya, sulit memprediksi, dinamis, dan penuh ketidak pastian (complex context). d. Situasi dengan goncangan atau lonjakan keadaan yang tinggi dan indivdu/organisasi tidak memiliki cukup sumberdaya (waktu, dana, tenaga) untuk mengatasinya (chaos context) e. Situasi yang sulit diindentifikasikan dan organisasi gagal mengatasi keadaan (disorder) (Herrman, 2015). Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem 3 of 14
Heryana, A. (2021). Masalah Kompleksitas dan Teori Kompleksitas. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem. Tidak dipublikasikan. Gambar 2. Situasi individu/organisasi secara hirarkis Terkait dengan konsep pada gambar 2, terdapat satu kondisi dimana sistem/organisasi berada pada perbatasan antara situasi complex dengan chaos (disebut edge of chaos atau menjelang kekacauan). Pada kondisi ini secara otomatis/spontanitas sistem akan akan melakukan adaptasi dan berupaya mengelola dirinya sendiri agar tidak masuk pada situasi chaos yang sebenarnya (Klijn, 2008; Mazzocchi, 2008). Misalnya: terdapat mahasiswa perantau yang mengalami masalah kompleks yaitu kesulitan biaya dan mati-matian bertahan hidup di kota yang jauh dari orangtuanya. Ia berusaha akan terus mempertahankan studi dengan melakukan adaptasi terhadap kondisi sekitar seperti berbuat baik dengan sesama ibu kost agar bisa tidak diusir karena terlambat bayar. Ia juga akan mengelola dirinya sendiri agar mampu bertahan hidup dengan mengurangi jatah makan. Disamping itu ada perbedaan mendasar antara complex dengan complicated dilihat dari jumlah komponen/orang dan interaksi antar komponen dalam sistem (lihat gambar 3) (Braithwaite et al., 22017). • Situasi complicated terjadi ketika jumlah komponen dalam sistem banyak, namun interaksi antara komponen tersebut rendah. • Situasi complex terjadi ketika jumlah komponen banyak, dan interaksi antara komponen sangat tinggi. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem 4 of 14
Heryana, A. (2021). Masalah Kompleksitas dan Teori Kompleksitas. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem. Tidak dipublikasikan. Tingkat interaksi komponen tinggi Relative Complex Complex Jumlah komponen rendah Jumlah komponen tinggi Simple Complicated Tingkat interaksi komponen rendah Gambar 3. Perbedaan antara Complex dengan Complicated TEORI KOMPLEKSITAS Teori atau konsep kompleksitas dikembangkan dari teori sistem khususnya pada ilmu alam dan biologi yang mempelajari interaksi non-linier dalam sebuah sistem, seperti: sistem tata surya dan sebagainya. Teori ini kemudian diadopsi ke dalam ilmu sosial untuk mempelajari teori organisasi dan manajemen. Sehingga teori kompleksitas merupakan bekal yang harus dimiliki pelajar/mahasiswa untuk memperdalam konsep Berfikir Sistem dan bisa digunakan untuk mempelajari pengelolaan dan rancangan organisasi (Klijn, 2008; Okwir et al., 2018). Dalam merancang organisasi, kompleksitas organisasi harus disesuaikan dengan kompleksitas lingkungan dan teknologi (Anderson, 1999). Teori kompleksitas mempelajari sistem yang kompleks, tentang situasi yang tidak tidak linier atau tidak berurutan, dan tentang kemunculan masalah tidak linier pada kondisi kacau (chaos) (Devereux et al., 2020). Teori kompleksitas menyatakan bahwa sebuah sistem cenderung berperilaku tidak linier dan berjalan berdasarkan Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem 5 of 14
Heryana, A. (2021). Masalah Kompleksitas dan Teori Kompleksitas. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem. Tidak dipublikasikan. mekanisme umpan balik baik yang positif maupun negatif. Umpan balik positif dapat meningkatkan dinamika sistem, sedangkan umpan balik negatif berlawanan dengan tujuan sistem. Perubahan kecil yang terjadi pada sistem dapat mempengaruhi sistem secara keseluruhan (Anderson, 1999; Klijn, 2008; Martinez- Garcia & Hernández-Lemus, 2013). Misalnya perjalanan studi seorang mahasiswa sejak masuk hingga lurus tidak mungkin berjalan lurus sesuai yang diharapkan, karena selama menjalani studi ia melakukan interaksi dengan orang lain sebagai umpan balik terhadap tindakannya. Bisa terjadi di tengah studi, ia berhenti kuliah dan membuka bisnis karena adanya masukan dari berbagai pihak (umpan balik negatif). Di lain pihak ada mahasiswa yang tekun menyelesaikan studi tepat waktu karena arahan yang intens dan motivasi dari dosen pembimbing akademik (umpan balik positif). Teori kompleksitas merupakan kelengkapan dari teori/pendekatan neoklasik, dan muncul untuk memperbaiki kelemahan pendekatan reduksionis dan mekanistik. Dalam organisasi, teori neo-klasik lebih memfokuskan perhatian pada aspek pasar dan perusahaan (pendekatan mekanistik), sedangkan teori kompleksitas menekankan pada sudut pandang sosial atau pendekatan menyuluruh (as a whole) (Devereux et al., 2020; Gaeta et al., 2021). Misalnya: ketua organisasi kemahasiswaan yang terpilih pada tahun ini lebih mengutamakan kerjasama dengan pihak di luar kampus dibanding ketua sebelumnya yang mengutamakan perbaikan pada kompetensi anggotanya. Ketua organisasi yang baru akan mengalami masalah lebih kompleks dibanding ketua sebelumnya, karena lebih terbuka dengan masalah lingkungan sosial di luar kampus. Teori kompleksitas berusaha memperbaiki cara pandang reduksionis atau deterministik. Menurut orang-orang yang mengikuti aliran reduksionis (yang dianggap tidak tepat atau berseberangan dengan para ahli sistem) (Martinez-Garcia & Hernández-Lemus, 2013; Mazzocchi, 2008): a. Segala sesuatu (benda apapun) yang ada di dunia dihasilkan dari sekumpulan elemen yang kecil. Sementara menurut mazhab sistem, segala sesuatu di dunia ini merupakan hasil interaksi antara bagian-bagian yang kecil (interconnected). Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem 6 of 14
Heryana, A. (2021). Masalah Kompleksitas dan Teori Kompleksitas. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem. Tidak dipublikasikan. b. Konsep, teori dan hukum pada sebuah ilmu pengetahuan yang berlaku di dunia dihasilkan dari turunannya pada level terendah. Sementara menurut para ahli sistem, semua itu terjadi karena adanya keterpaduan atau keterkaitan antara konsep, teori, hokum dari berbagai disiplin ilmu (interdisciplinary). c. Fenomena atau situasi kompleks dapat dipelajari dengan menganalisis bagian- bagian terkecil dan satu akibat disebabkan oleh satu faktor penyebab. Sementara menurut mazhab sistem, kompleksitas dipelajari dengan mempelajari saling keterhubungan antara bagian-bagian, atau satu akibat merupakan interaksi antara penyebab lain (interrelated). Teori kompleksitas merupakan gabungan dari konsep-konsep yang digunakan dalam mempelajari sistem yang kompleks, antara lain: teori tentang situasi kekacauan (chaos theory), teori struktur yang bagian akhirnya lebih lemah dibanding bagian awal (dissipative structure theory), teori sistem yang kompleks dan mampu beradaptasi (complex adaptive system theory), teori/konsep yang mempelajari kemampuan sistem memperbanyak diri sendiri atau mempertahankan hidupnya (autopoiesis theory) (Devereux et al., 2020; Klijn, 2008). Berikut adalah beberapa pandangan/pendapat teori kompleksitas terhadap masalah organisasi: a. Orang-orang yang terlibat dalam organisasi berada dalam sistem yang dinamis (bukan statis) (Devereux et al., 2020). Penentuan pilihan tindakan yang dilakukan anggota organisasi merupakan hasil dari proses pembelajaran jangka panjang, serta dipengaruhi oleh interaksi sosial antar anggota dalam organisasi. Misalnya jika organisasi yang dimaksud adalah kelas Kepemimpinan Berfikir Sistem dan anggotanya adalah mahasiswa, maka keputusan mahasiswa untuk mengikuti kuliah atau tidak merupakan hasil dari proses pembelajaran yang telah dilaluinya. Ada mahasiswa yang merasa membutuhkan mata kuliah ini sehingga ikut dalam pembelajaran. Disamping itu keputusan ikut kuliah juga berdasarkan interaksi (berdiskusi, ngobrol-ngobrol) dengan mahasiswa lain. b. Tidak ada satu orang pun yang bisa hidup tanpa adanya hubungan/koneksi dengan orang lain. Seluruh makhluk hidup di dunia ini saling terhubung satu sama lain (Devereux et al., 2020). Misalnya: dalam perkuliahan tidak ada satupun mahasiswa yang bisa belajar sendiri tanpa melakukan koneksi dengan Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem 7 of 14
Heryana, A. (2021). Masalah Kompleksitas dan Teori Kompleksitas. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem. Tidak dipublikasikan. dosen atau mahasiswa lain. Meskipun pembelajaran dilakukan secara online namun pada kenyataannya interaksi tetap terjadi. c. Fenomena/permasalahan yang terjadi dalam organisasi bukan merupakan hitungan yang linier (Devereux et al., 2020). Bahkan sejak 300 tahun sebelum masehi, Aristoteles menyatakan ‘the whole is more than the sum of its parts’ yang artinya kurang lebih ‘keseluruhan (nilai dari sistem) lebih besar dibandingkan penjumlahan bagian-bagiannya’ (Mazzocchi, 2008). Sehingga jika angka 1 ditambah 3 hasilnya belum tentu 4, melainkan bisa 3, 5, 7 dan sebagainya. Artinya ketika interaksi antara satu orang dengan orang lain hasilnya bisa negatf maupun positif tergantung kualitas hubungannya. Misalnya: di dalam kelas ada dua kelompok belajar yang isinya 3 orang dan 10 orang. Kualitas belajar yang dihasilkan kelompok yang berisi 10 orang belum tentu lebih baik dibanding yang 3 orang. PENERAPAN TEORI KOMPLEKSITAS Sistem yang kompleks dapat terjadi seluruh tingkatan organisasi, dari tingkat yang paling kecil (sub atom) pada manusia hingga yang paling tinggi yaitu populasi manusia hingga sistem antariksa. Artinya dalam konteks Biologi, kompleksitas terjadi pada molekul, sel, organisme, ekosistem dan komunitas manusia (Mazzocchi, 2008). Kompleksitas dalam organisasi menjadi pusat perhatian para ahli organisasi, ketika mulai ditemukan dan diterapkan konsep Sistem Terbuka (open system) pada tahun 1960. Kompleksitas pada organisasi merupakan sekumpulan bagian/unit dari organisasi yang saling tergantung satu sama lain. Kemudian bagian-bagian ini membangun sistem secara keseluruhan yang saling tergantung dengan sistem lain di luar organisiasi (Anderson, 1999). Pada tahun 1999, Anderson dalam papernya menyatakan “secara mengejutkan, organisasi menunjukkan perilaku yang tidak linier (Anderson, 1999). Artinya organisasi dapat menunjukkan perilaku yang kompleks. Kompleksitas di dalam organisasi bisa dipengaruhi oleh berbagai perubahan, baik perubahan besar maupun kecil. Konsekuensi kompleksitas terhadap organisasi bisa rendah hingga tinggi, Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem 8 of 14
Heryana, A. (2021). Masalah Kompleksitas dan Teori Kompleksitas. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem. Tidak dipublikasikan. meskipun organisasi tersebut memiliki komponen yang homogen (Okwir et al., 2018). Sistem kompleks yang melibatkan berbagai tingkat jaringan dan situasi tidak linier merupakan kompromi dari dua pihak yang saling berlawanan (Devereux et al., 2020). Misalnya: seorang mahasiswa yang memutuskan melanjutkan kuliah dan melanjutkan bisnis yang sudah dirintis sejak lama. Pada situasi ini mahasiswa akan mengalami kompleksitas masalah karena ia memilih jalan kompromi di antara dua pilihan yang bertentangan. Kompleksitas pada organisasi dapat dilihat sebagai jumlah aktivitas atau sub sistem yang ada dalam organisasi, yang dapat ditunjukkan dengan tiga dimensi berikut (Anderson, 1999): 1. Jumlah level/tingkatan dalam organisasi (vertical complexity) 2. Jumlah pekerjaan atau departemen di dalam lintas organisasi (horizontal complexity) 3. Jumlah lokasi secara geografis (spatial complexity) 4. Jumlah masalah atau elemen yang harus diselesaikan secara simultan oleh organisasi (environmental complexity) Para ahli manajemen menjelaskan konsep kompleksitas organisasi dengan berbagai cara (Okwir et al., 2018): a. Herber Simon (1996) menjelaskan kompleksitas sebagai sebuah model hirarki. Menurut Simon jika organisasi (sebagai sebuah sistem) mengalami masalah kompleksitas, maka masalah ini akan dipecah-pecah ke dalam sub organisasi (sebagai sub sistem) hingga diperoleh masalah yang lebih sederhana. Misalnya: rumah sakit menghadapi masalah lonjakan pasien akibat bencana alam, sementara rumah sakit itu sendiri terkena dampak bencana alam. Rumah sakit tersebut akan membagi-bagi masalah kompleks ini dengan membentuk tim darurat yang akan menentukan pembagian tugas kepada tiap unit layanan yang siap melayani. Pembagian tugas tersebut dipecah-pecah lagi di tiap unit hingga dihasilkan tugas yang sederhana. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem 9 of 14
Heryana, A. (2021). Masalah Kompleksitas dan Teori Kompleksitas. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem. Tidak dipublikasikan. b. Sementara menurut Philip Anderson (1999), kompleksitas pada organisasi berkaitan dengan tujuan dan cara interaksi di dalamnya. Ketika organisasi menghadapi masalah kompleks, maka organisasi tersebut akan membentuk atau memodifikasi lingkungan sekitarnya secara efektif dan perbaikan terus menerus. Pada kondisi ini dibutuhkan kemampuan organisasi untuk mengatur dirinya sendiri ketika terjadi masalah kompleks (self-organizing). Contoh pada rumah sakit yang mengalami bencana alam (nomor a), untuk menghindari kondisi serupa maka akan diupayakan berbagai cara untuk mengurangi risiko akibat bencana alam dengan memperbaiki bangunan yang tahan gempa, atau meninggikan gedung untuk menghindari banjir. Organisasi yang mengalami masalah kompleks akan menyederhanakan kompleksitas tersebut dengan melakukan adaptasi terhadap lingkungannya dan disebut dengan complex adaptive system. Organisasi yang sudah menerapkan sistem adaptif ini memiliki ciri-ciri (Anderson, 1999; Tomé & Açıkalın, 2019): • Terdapat banyak sekali pihak/aktor/agen dalam organisasi yang berperan menjalankan tugas khusus dengan skema yang jelas. Para agen ini memiliki kesamaan, tidak berdiri sendiri, dan saling tergantung sama, serta saling memberikan respon secara konstan. • Terdapat jejaring yang dapat mengatur dirinya sendiri dan mendapatkan suplay energi dari luar organisasi (self-organizing) • Akan berevolusi/berubah secara bersama-sama (coevolution) ketika berada pada perbatasan situasi antara complex dengan chaos (edge of chaos). Artinya pada kondisi ini evolusi pada setiap bagian dari sistem tergantung pada bagian lainnya. • Organisasi mengalami perubahan/evolusi melalui proses yang bersifat coba- coba atau kombinasi ulang (recombination) KOMPLEKSITAS SISTEM KESEHATAN Sistem kesehatan merupakan contoh dari organisasi yang didalamnya tergabung profesi dari berbagai disiplin ilmu dengan kinerja yang beragam. Searah dengan Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem 10 of 14
Heryana, A. (2021). Masalah Kompleksitas dan Teori Kompleksitas. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem. Tidak dipublikasikan. perkembangan ilmu/teori kompleksitas, sistem kesehatan yang semula dianggap sebagai sistem linier, saat ini diperlakukan sebagai entitas tidak linier dan kompleks yang ditandai adanya fenomena self-regulation dan berbagai kemunculan masalah (emergence) (Martinez-Garcia & Hernández-Lemus, 2013). Mengapa sistem kesehatan (termasuk pelayanan kesehatan) termasuk dalam sistem yang kompleks? Dijelaskan oleh (Martinez-Garcia & Hernández-Lemus, 2013) bahwa sistem kesehatan memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Jejaring dan struktur organisasi pada sistem kesehatan pada dasarnya tidak hirarkis atau dinamis. Sebagai contoh pada rumah sakit, hubungan yang terjadi antar bagian/unit/departemen sangat kompleks (lihat gambar 4). Gambar 4. Kompleksitas hubungan antar bagian/unit/departemen dalam rumah sakit (Martinez-Garcia & Hernández-Lemus, 2013) 2. Terdapat kerjasama yang dinamis dalam sistem kesehatan. Misalnya kerjasama dinamis antara ahli bedah dengan ahli penyakit dalam, klinisi/dokter dengan tim administrasi 3. Respon sistem kesehatan tidak linier, artinya respon yang diberikan tidak sebesar stimulus yang diterima. Menurut teori, respon seseorang terjadi ketika ada stimulus (rangsangan) yang diterima panca indera. Dalam pelayanan di Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem 11 of 14
Heryana, A. (2021). Masalah Kompleksitas dan Teori Kompleksitas. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem. Tidak dipublikasikan. rumah sakit, setiap orang/staff akan merespon masalah yang diterima dengan berbagai ukuran respon (dari rendah hingga tinggi). Misalnya pada bagian pendaftaran, antara satu petugas dengan petugas lain akan merespon keluhan pasien yang sama dengan sikap yang berbeda-beda. Demikian pula, satu petugas akan merespon keluhan seluruh pasien berbeda-beda tergantung kondisi yang dialaminya. 4. Membutuhkan ketahanan dan daya adaptasi. Sistem kesehatan dirancang untuk melayani berbagai masalah kesehatan yang sangat variatif sehingga dbutuhkan ketahanan yang tinggi. Disamping itu akibat lingkungan sosial yang terus berubah, sistem kesehatan harus dapat beradaptasi dan memiliki fleksibilitas tinggi. Menurut (Braithwaite et al., 22017), pelayanan kesehatan merupakan contoh yang sangat tepat merepresentasikan complex adaptive system dengan karakteristik antara lain: a. Memiliki jumlah pemangku kepentingan (stakeholders) yang sangat banyak yakni masyarakat, petugas pajak, politisi, penyusun kebijakan, provider, manajer, klinisi/dokter, pasien, kelompok pasien dan lain-lain b. Memiliki bentuk kerjasama sektor publik-swasta dan jenis pelayanan dengan bentuk organisasi yang berbeda-beda (puskesmas, layanan komunitas, rumah sakit, fasilitas kesehatan lansia, dokter keluarga, praktik dokter dan sebagainya) c. Mengalami proses adaptasi terus menerus, perilaku (pasien/petugas kesehatan) sulit diprediksi, jumlah kinerja seluruh unit tidak linier, terdapat banyak ketidaksesuain antara input dengan output Selain bidang kesehatan, teori kompleksitas banyak diterapkan dalam membantu penyelesaian masalah di masyarakat. Beberapa penerapan teori kompleksitas antara lain: a. Menganalisis inovasi pada industri pengelolaan limbah padat yang menggabungkan antara pendekatan kompleksitas dengan neo-klasik (Gaeta et al., 2021). Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem 12 of 14
Heryana, A. (2021). Masalah Kompleksitas dan Teori Kompleksitas. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem. Tidak dipublikasikan. b. Mempelajari dinamika dan kerumitan rencana penggunaan lahan oleh berbagai pihak di negara Ghana, Afrika (Poku-Boansi, 2021). DAFTAR PUSTAKA Anderson, P. (1999). Complexity Theory and Organization Science. Organization Science, 10(3), 216–232. Braithwaite, J., Churruca, K., Ellis, L. A., Long, J., Clay-Williams, R., Damen, N., Herkes, J., Pomare, C., & Ludlow, K. (22017). Complexity Science in Healthcare: Aspirations, Approaches, Application and Accomplishments. Devereux, L., Melewar, T. C., Dinnie, K., & Lange, T. (2020). Corporate identity orientation and disorientation: A complexity theory perspective. Journal of Business Research, 109(January 2019), 413–424. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.09.048 Gaeta, G. L., Ghinoi, S., Silvestri, F., & Tassinari, M. (2021). Innovation in the solid waste management industry: Integrating neoclassical and complexity theory perspectives. Waste Management, 120, 50–58. https://doi.org/10.1016/j.wasman.2020.11.009 Herrman, J. W. (2015). Engineering Decision Making and Risk Management. John Wiley & Sons. Klijn, E.-H. (2008). Complexity Theory and Public Administration: What’s New? Public Management Review, 10(3), 299–317. Martinez-Garcia, M., & Hernández-Lemus, E. (2013). Health System as Complex System. American Journal of Operation Research, 3, 113–126. Mazzocchi, F. (2008). Complexity in Biology. EMBO Reports, 9(1), 10–14. Okwir, S., Nudurupati, S. S., Ginieis, M., & Angelis, J. (2018). Performance Measurement and Management Systems: A Perspective from Complexity Theory. International Journal of Management Reviews, 20(3), 731–754. https://doi.org/10.1111/ijmr.12184 Poku-Boansi, M. (2021). Multi-stakeholder involvement in urban land use Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem 13 of 14
Heryana, A. (2021). Masalah Kompleksitas dan Teori Kompleksitas. Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem. Tidak dipublikasikan. planning in the Ejisu Municipality, Ghana: An application of the social complexities’ theory. Land Use Policy, 103, 105315. Tomé, L., & Açıkalın, Ş. N. (2019). Complexity Theory as a New Lens in IR: System and Change. In Chaos, Complexity, and Leadership 2017: Exploration of Chaos and Complexity Theory (pp. 1–15). Springer. LATIHAN 1. Mengapa semakin bertambah usia seseorang, kompleksitas masalah semakin tinggi? 2. Mengapa terdapat beberapa organisasi yang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan ada yang tidak dapat menyesuaikan dengan lingkungan? Seri-2 Artikel Kepemimpinan Berfikir Sistem 14 of 14
Search
Read the Text Version
- 1 - 14
Pages: