Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore 1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4 – Budaya Positif

1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4 – Budaya Positif

Published by Naili Amrina, 2023-07-09 23:42:17

Description: 1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4 – Budaya Positif

Search

Read the Text Version

1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4 – Budaya Positif BUDAYA POSITIF Menumbuhkan Budaya Kerja Industri Melalui Disiplin Positif Pada Pendidikan Vokasi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Naili Amrina, S.Pd ( CGP Angkatan 8 Kab. Brebes )

MERDEKA Tujuan Pembelajaran Khusus ☻ CGP memahami keterkaitan konsep budaya positif dengan materi pada modul 1.1, 1.2 dan 1.3. ☻ CGP dapat menyusun langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah.

PERAN GURU DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA POSITIF PADA PENDIDIKAN VOKASI DI SMK MELALUI BUDAYA KERJA INDUSTRI

Budaya Positif Dan Budaya Kerja Industri ☻ Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan- kebiasaan di sekolah yang berpihak pada peserta didik agar peserta didik dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Budaya positif dilaksanakan dalam upaya menumbuhkan selfdiscipline peserta didik adalah menanamkan motivasi intrinsik pada peserta didik untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. ☻ Sedangkan Budaya Kerja merupakan falsafah yang didasari pada pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok yang tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja.

Alasan dan Tujuan Budaya Kerja Industri Pada Pendidikan Vokasi di SMK ☻ Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang. Dalam topik ini mengapa sih perlu menerapkan budaya kerja pada siswa SMK. ☻ Alasanya begitu pentingnya budaya kerja industri bagi siswa SMK sebagai bekal ketika nantinya masuk di dunia industri maupun dunia kerja. Selain itu penerapan budaya kerja industri pada siswa akan membiasakan memiliki soft skill yang baik. ☻ Tujuan penerapan budaya kerja di SMK adalah agar siswa SMK memilki budaya kerja sesuai tuntutan IDUKA, agar siswa memiliki kemampuan beradaptasi terhadap situasi kerja di IDUKA.

• Dalam konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara ada dua hal yang harus dibedakan yaitu, “Pengajaran” dan “Pendidikan” yang harus bersinergis satu sama lain. Pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan). Sedangkan, pendidikan mengarah pada memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik). • Manusia yang merdeka adalah manusia yang hidupnya secara lahir dan batin tidak terganggu kepada orang lain, akan tetapi ia mampu bersandar dan berdiri di atas kakinya sendiri.

▪ Pendidik wajib menerapkan konsep pemikiran dari ki hajar dewantara dengan memberikan teladan hidup dan kehidupan, mendampingi anak dengan rasa menyenangkan. memberikan semangat untuk tumbuh dan berkembang sesuai kodrat alam dan zamannya serta memberikan dukungan dan mendorong anak dengan kepercayaan dirinya menjemput kebahagiaan hidup. ▪ Terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya anak. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Dengan demikian Visi Diri atau visi guru penggerak harus sejalan dengan pemikiran ki Hajar dewantara tersebut.

☻ Dunia pendidikan saat ini dituntut mampu membekali para peserta didik dengan keterampilan abad 21. Keterampilan tersebut antara lain : 1 2 3 Berfikir kritis Kreatif dan Ketrampilan dan inovatif berkomunikasi dan kolaborasi memecahkan masalah

Kemampuan Yang Harus Dimiliki Siswa Dalam Budaya Kerja Industri Literasi Digital Kemampuan Kewarganegaraan Kerja Team Digital Literacy Emosional Global Team-working Emotional Intelligence Global Citizenship 2468 1 3 5 7 Leadership Communication Entrepreneurship Problem Solving Kepemimpinan Komunikasi Kewirausahaan Pemecahan Masalah

Peran Guru Dalam Menciptakan Budaya Positif Pada Pendidikan Vokasi di SMK Melalui Budaya Kerja Industri Guru memiliki peran strategis dalam mewujudkan lulusan yang terampil dan berkarakter. Oleh karenanya dalam upaya memantapkan penguatan karakter siswa: 1. Guru perlu memiliki pengetahuan dan pandangan komprehensif futuristic tentang profil tenaga kerja yang dibutuhkan dunia usaha/industri; 2. Guru perlu memiliki kemampuan dalam mendesain kurikulum dan perangkatnya selaras dengan kebutuhan pasar kerja menyangkut aspek ketrampilan maupun karakter kerja yang dibutuhkan; 3. Guru mampu mengintegrasikan karakter kerja dalam proses pembelajaran; dan 4. Guru mampu menjadi teladan dalam menumbuhkan budaya sekolah yang kondusif bagi tumbuhnya karakter yang unggul.

Peran Guru Dalam Menciptakan Budaya Positif Pada Pendidikan Vokasi di SMK Melalui Budaya Kerja Industri Dalam melaksanakan tugas tersebut terdapat empat hal yang harus dimiliki oleh guru , antara lain : 1. Guru perlu memiliki pengetahuan dan pandangan komprehensif futuristic tentang profil tenaga kerja yang dibutuhkan dunia usaha/industri salahsatu bentuknya terdapat dalam bentuk Profil Pelajar Pancasila. 2. Guru perlu memiliki kemampuan dalam mendesain kurikulum dan perangkatnya selaras dengan kebutuhan pasar kerja menyangkut aspek ketrampilan maupun karakter kerja yang dibutuhkan kemampuan ini dapat di wujudkan dengan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. 3. Guru mampu megintegrasikan karakter kerja dalam proses pembelajaran 4. Guru sebagai teladan dalam menumbuhkan budaya sekolah yang kondusif bagi tumbuhnya karakter yang unggul.

DISIPLIN POSITIF MELALUI KONSEP 5S/5R PADA PENDIDIKAN VOKASI

Disiplin Positif Pada Pendidikan Vokasi ☻ Dalam budaya kita, makna kata “disiplin” dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan. ☻ Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa “dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat”. ☻ Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka.

Disiplin Positif Dalam Konsep 5S/5R Pendidikan Vokasi

Disiplin Positif Pada Pendidikan Vokasi SEIRI ( RINGKAS ) Seiri adalah memisahkan barang menjadi dua golongan yaitu barang yang diperlukan dan yang tidak diperlukan. Barang yang tidak diperlukan harus dipisahkan dari area kerja, dimana mereka merupakan barang yang tidak/belum/jarang digunakan saat ini. SEITON ( RAPI ) Seiton berarti menyimpan barang di tempat yang tepat atau dalam tata letak yang benar, sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan mendadak.

Disiplin Positif Pada Pendidikan Vokasi SEISO ( RESIK ) Seiso dapat diartikan sebagai upaya membersihkan. Area kerja harus terlihat rapi dan bersih serta siap untuk digunakan oleh shift selanjutnya. Area kerja harus dipelihara secara teratur (misal; harian/per shift). Setiap peralatan dan perlengkapan kerja harus berada pada tempat yang benar dan tak ada yang hilang. Area kerja yang dijaga dengan baik akan membuat lingkungan kerja yang sehat.

Disiplin Positif Pada Pendidikan Vokasi SEIKETSU ( RAWAT ) Seiketsu adalah memelihara keadaan area kerja yang bersih dan rapi dengan mengikuti disiplin 3S yang telah dilaksanakan. Perawatan yang dimaksudkan disini adalah menjaga konsistensi pelaksanaan disiplin 3S (seiri, seiton, seiso) agar tetap dapat berjalan dengan baik. SHITSUKE ( RAJIN ) Shitsuke adalah melakukan tugas/pekerjaan dengan benar sesuai dengan prosedur yang berlaku. Shitsuke juga merupakan akuntabilitas manajemen untuk melatih orang agar mengikuti peraturan perawatan ruangan.

REFLEKSI PEMAHAMAN MODUL 1.4. BUDAYA POSITIF

Refleksi Modul 1.1. Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara ☻ Pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa setiap anak memiliki tiga hak mendasar, yaitu hak pembantuan diri sendiri berdiri (zelfbeschikkingsrecht), hak bersama dengan tertib dan damai (orde en vrede), serta hak bertumbuh menurut kodrat (natuurlijke groei). ☻ Ketiga hak ini merupakan dasar alat pendidikan dan pemikiran Ki Hajar bagi anak-anak yang disebut “Among Metode” (sistem-Among). ☻ Salah satu seginya ialah mewajibkan guru-guru sebagai pemimpin yang berdiri di belakang, tetapi mempengaruhi memberi kesempatan kepada anak didik untuk dijalankan sendiri. Inilah yang disebut dengan semboyan “Tut Wuri Handayani”.

Refleksi Modul 1.1. Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara ☻ Seorang pendidik yang baik, kata Ki Hadjar Dewantara, harus tahu bagaimana cara mengajar, memahami karakter peserta didik dan memahami tujuan menyelesaikan. Agar dapat mewujudkan hasil yang didikan dengan pengetahuan yang mumpuni secara intelektual maupun sosial serta semangat membangun bangsa. ☻ Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. ☻ Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Refleksi Modul 1.1. Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara ☻ Seorang pendidik yang baik, kata Ki Hadjar Dewantara, harus tahu bagaimana cara mengajar, memahami karakter peserta didik dan memahami tujuan menyelesaikan. Agar dapat mewujudkan hasil yang didikan dengan pengetahuan yang mumpuni secara intelektual maupun sosial serta semangat membangun bangsa. ☻ Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. ☻ Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Keterkaitan Antara Visi Guru Penggerak Dengan Pemikiran Ki Hajar Dewantara ▪ Keterkaitan visi dengan nilai dan peran guru penggerak adalah visi harus mampu mencerminkan nilai dan peran dari guru penggerak untuk mewujudkan profil pelajar pancasila. Perlu saya sampaikan bahwa sebagai guru penggerak memiliki nilai yaitu Berlajar berpihak pada murid,inovatif,kolaboratif,mandiri dan Reflektif. kemudian Guru penggerak juga mempunyai peran Menjadi Pemimpin Pembelajaran, Menggerakkan komunitas Praktisi, Menjadi /pendamping coach bagi guru lain, Mendorong kolaborasi antar guru, dalam penerapannya dibutuhkan totalitas Guru dalam mengkolaborasikan nilai-nilai dan peran guru penggerak dalam proses pembelajaran. Sehingga visi harus mampu Mewujudkan profil pelajar pancasila.

Refleksi Modul 1.2. Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak Seorang guru penggerak harus memiliki 4 kompetensi wajib yaitu : 1. Memimpin pembelajaran 2. Mengembangkan diri dan orang lain 3. Memimpin pengembangan sekolah 4. Memimpin manajemen sekolah

Refleksi Modul 1.2. Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak Guru penggerak juga memiliki nilai-nilai yang harus selalu diterapkan dan agar dapat menjadi teladan bagi rekan guru dan juga komunitasnya. Nilai-nilai tersebut antara lain yaitu. 1. Mandiri 2. Reflektif 3. Kolaboratif 4. Inovatif 5. Berpihak pada murid

Refleksi Modul 1.2. Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak Peran guru penggerak di dalam pembelajaran dan pengembangan sekolahnya yaitu sebagai berikut : 1. Berkolaborasi dengan orangtua dan komunitas untuk mengembangkan sekolah dan kepemimpinan murid. 2. Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah. 3. Mengembangkan diri dan guru lain dengan refleksi dan berkolaborasi 4. Memiliki kematangan moral, emosional, dan spiritual. 5. Merencanakan, melaksanakan, merefleksikan, mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan melibatkan orangtua. 6. Mewujudkan profil pelajar Pancasila yang terdiri atas beriman, bertakwa kepada tuhan YME, dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan kebhinekaan global.

Refleksi Modul 1.3. Visi Guru Penggerak ▪ Arti kata visi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pandangan atau wawasan ke depan, apa yang tampak dalam khayalan. Visi itu bagaikan membayangkan sebuah lukisan lengkap pada kanvas yang masih kosong. Visi juga dapat diibaratkan sebagai bintang penunjuk arah yang memandu penjelajah untuk mencapai tujuannya. ▪ Guru memang bukan Kepala Sekolah, namun jika visi seorang guru memiliki makna yang kuat maka visi tersebut berpeluang menghubungkan hati lebih banyak pihak hingga kemudian mengundang upaya kolaboratif demi mewujudkannya. Visi seorang guru harus dapat di-amini semua pihak karena sangat jelas keberpihakannya pada murid.

Refleksi Modul 1.3. Visi Guru Penggerak ▪ Guru Penggerak perlu mengartikulasikan harapan besar mengenai dirinya, murid, rekan kerja, sekolah, dan kedigjayaan Indonesia dalam kalimat- kalimat yang sifatnya pribadi, sehingga paling tidak dapat menggerakkan hatinya, menyemangati dirinya, di tengah jatuh-bangun perjuangannya kelak.

Keterkaitan Antara Modul 1.1, Modul 1.2, Modul 1.3, dan Modul 1.4 ▪ Keterkaitan antara modul 1.1, modul 1.2, modul 1.3, dan modul 1.4 yang saya pahami adalah guru seharusnya mampu menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid dengan cara menuntun murid-murid untuk dapat menggali potensi-potensi yang ada pada murid yang masih terpendam seperti teori gunung es, sehingga murid-murid mampu menemukan dan mengembangkan bakat minat yang dimilikinya. Selain itu, guru juga dapat menerapkan segitiga restitusi dalam menghadapi permasalahan yang terjadi pada muridnya ▪ Bakat dan minat yang dimiliki oleh murid harus di gali dan diselaraskan dengan kebutuhan DU/DI sehingga kelak murid bisa bersaing secara sehat di Dunia Kerja maupun dalam berwirausaha.

TERIMA KASIH Naili Amrina, S.Pd ( CGP Angkatan 8 Kab. Brebes )


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook